Anda di halaman 1dari 69

Pengantar Hukum bisnis

Peta Konsep Penggabung


an/Pelebura Pengambil
n alihan
Pengertian Jangka Keputusan
Penetapan Waktu RUPS
Pengadilan Berdirinya
Pemisaha
Dokumen n
yg
dikenakan
V. Perlindung
Bea Materai
PENGGABUN atas Piha
VIII. BEA VI. GAN
MATERAI PEMBUBARA minoritas
PELEBURAN,
N& PENGAMBIL Masyarak
Pengertian LIKUIDASI ALIHAN &
PEMISAHAN

Sumber PENDAHULAN HUKUM


Hukum PERUSAHAAN IV.
PEMERIKSAAN
THD
Macam- PERSEROAN
macam II. MODAL Perlindungan
DAN III. WAJIB Bagi
DAFTAR Minoritas
SAHAM Perlindungan
Modal PERUSAH
Atas AAN &
Pemegang DOKUMEN
Saham PERUSAH Kewajiban
Minoritas AAN &
Perlindungan Rapat Larangan
Saham
Modal dan Umum
Kekayaan Persyaratan
Pemegang
Perseroan Saham Tujuan
Pemeriksaan
Pengertian Perusahaan

Pasal 1 Huruf b UU No 3 th 1982 tentang Wajib Daftar


Perusaahaan

“Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang


menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan
terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta
berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia
untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba”
PENGERTIAN PERUSAHAAN
• Molengraaff (1966) merumuskan pengertian
perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang
dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar,
untuk memperoleh penghasilan, dengan cara
memperdagangkan atau menyerahkan barang atau
mengadakan perjanjian perdagangan
• Sedangkan Polak (1935) memandang perusahaan dari
sudut komersial, jadi dapat dikatakan perusahaan
apabila diperlukan perhitungan laba dan rugi yang
dapat diperkirakan dan dicatat dalam pembukuan.
Polak menambahkan unsur “pembukuan”
Unsur –Unsur Perusahan
1. Badan Usaha
2. Kegiatan Dalam Bidang Ekonomi
3. Terus Menerus
4. Terang-terangan
5. Keuntungan dan/atau laba
6. Pembukuan
Badan Usaha
Badan Usaha yang menjalankan kegiatan dalam
bidang ekonomi, mempunyai bentuk tertentu,
seperti perusahaan dagang, firma, persekutuan
comanditer, PT, Perum,Koperasi.
Bagi perusahaan yang tidak mempunyai akta
pendiriandapat diketahui melalui izin Usaha.
Kegiatan dalam Bidang Ekonomi
 Objek dalam bidang ekonomi : Harta kekayaan
 Tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba
 Kegiatannya meliputi perdagangan, pelayanan dan
industri
 Segi hukum : harus halal, tidak dilarang oleh
undang-undang, tidak bertentangan dengan
ketertiban umum, tidak bertentangan dengan
kesusilaan dan tidak melawan hukum
Terus-menerus
• Molengraaff, Polak dan Pembentuk undang-undang
mengartikan dilakukan secara terus menerus, artinya tidak
terputus-putus, tidak insidential, bukan sambilan, jangka
waktu lama yang ditentukan dalam akta pendirian
perusahaan atau surat izin usaha.
• Segi hukum : kegiatan dijalankan untuk jangka waktu lama,
yang ditetapkan oleh Akta Pendirian atau Surat Izin Usaha :
merupakan Legalitas berjalannya Perusahaan selama
jangka waktu yang ditetapkan
Terang-terangan
 Molengraaf : bertindak keluar, yang berhubungan
dengan pihak lain (pihak ketiga)
 Segi hukum : pengakuan dan pembenaran
dilakukan oleh pemerintah melalui perbuatan
hukum pengesahan anggaran dasar dalam akta
pendirian, penerbitan surat ijin tempat usaha dan
penerbitan sertifikat pendaftaran perusahaan
Keuntungan atau laba
• Molengraaff : menggunakan istilah penghasilan ,
Polak menggunakan istilah laba dan pembentuk
undang-undang menggunakan istilah keuntungan
dan atau laba
• Segi hukum : keuntungan atau laba harus diperoleh
berdasarkan legalitas dan ketentuan uu, tidak
diperoleh secara melawan hukum
Pembukuan
 Molengraaff : tidak menyinggung unsur
pembukuan
 Polak : menggunakan unsur pembukuan sebagai
pencatatan dan keuntungan atau laba yang
diperoleh dapat diketahui dari pembukuan , dasar
perhitungan pajak
 Segi hukum : menitik beratkan pada kebenaran isi
pembukuan dan kebenaran alat bukti
Apakah Hukum Perusahaan itu?

“Hukum yang secara Khusus Mengatur tentang


bentuk-bentuk perusahaan serta segala aktifitas
atau kegiatan yang berkaitan dengan jalannya suatu
perusahaan.”
Sumber-sumber Hukum Perusahaan
• Lex Generalis : KUHD dan KUHPerdata
• Lex Spesialist :
▫ Undang-undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing;
▫ Undang-undang Nomor 5 tahun 1968 tentang Konvesi Washington Mengenai
Sengketa Modal Asing di Indonesia;
▫ Undang-undang Nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negara
(PMDN);
▫ Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara
▫ Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.
▫ Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal;
▫ Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat;
▫ Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan;
▫ Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan;
▫ Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen;
▫ Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 Badan Usaha Milik Negara (BUMN);
▫ Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
▫ Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
▫ Peraturan Perundang-undangan yang diterbitkan dalam berbagai bentuk peraturan,
misalnya Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, dsb.
• Pendapat para ahli hukum
Macam-macam Perusahaan
Berdasarkan Kepemilikan Suatu Perusahaan dibedakan
menjadi :
• Perusahaan Negara
• Perusahaan Swasta
Perusahaan Negara
• Perusahaan Negara :
Perusahaan yang modalnya dimiliki oleh Negara dan
merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) berupa Perusahaan Daerah
(PD) atau juga Perseroan Terbatas.

• Menurut Undang-undang Nomor 19 Prp Tahun 1960


Perusahaan Negara
Semua perusahaan dalam bentuk apapun yang
modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan
Negara RI, kecuali ditentukan lain berdasarkan undang-
undang.
• Perusahaan Negara dibedakan antara lain:
• Perusahaan Jawatan (PERJAN);
• Perusahaan Umum (PERUM), dan
• Perusahaan Perseroan (PERSERO) yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
Perusahaan Swasta

 Perusahaan Swasta, yang modalnya dimiliki oleh


swasta, umumnya berbentuk Perseroan Terbatas
atau salah satu dari bentuk-bentuk usaha yang
ada berdasarkan peraturan perundang-undangan.
 Selain pembedaan antara Perusahaan Negara dan
Perusahaan Swasta, Pembagian juga dibedakan
sebagai berikut:
• Perusahaan Nasional, yaitu perusahaan yang
sekurang-kurangnya 51% (lima puluh satu
persen) dari modal dalam negeri yang ditanam
didalamnya dimiliki oleh Negara dan atau Swasta
Nasional. Kepemilikannya bisa oleh Negara atau
oleh Swasta

• Perusahaan Asing, adalah perusahaan yang tidak


memenuhi ketentuan untuk persyaratan
Perusahaan nasional (kepemilikan kurang dari
51%). Selanjutnya Perusahaan Asing tersebut
bisa berupa Perusahaan Patungan (Joint Venture
Company) dan Perusahaan Murni Asing (100%)
 Perusahaan Multi Nasional (PMN) :
Umumnya merupakan perusahaan swasta yang
berbentuk Perseroan dan mempunyai usaha di banyak
negara. Para pemegang saham perusahaan ini adalah
para pemegang saham dari berbagai Negara,
perusahaan ini biasanya sangat besar, memiliki kantor-
kantor, pabrik, dan kantor cabang di banyak negara.
Biasanya memiliki sebuah kantor pusat dimana mereka
mengkoordinasi manajemen global. Memiliki pengaruh
kuat dalam politik global karena pengaruh ekonomi
yang sangat besar dan sumber finansial yang sangat
kuat untuk relasi masyarakat dan melobi politik.
Contoh : Coca-cola Company, The World Disney
Company, Google, McDonald, Nokia, Nintendo,
Microsoft, dan lain-lain.
Bentuk-bentuk Perusahaan Negara

• Perusahaan Jawatan (PERJAN)


• Perusahaan Umum (PERUM)
• Perusahaan Perseroan (PERSERO)
Perusahaan Jawatan (PERJAN)
• Perusahaan Jawatan atau PERJAN adalah Perusahaan Negara yang didirikan dan
diatur menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Indonesiche
Bedrijvenwet (IBW, Staatsblad 1927 : 419)

Ciri-ciri PERJAN :
• Menjalankan usaha “public service” artinya pengabdian serta pelayanan kepada
masyarakat. Dalam menjalankan usaha dan memberikan pelayanan tersebut, syarat-
syarat efisiensi dan efektifitas dipegang teguh.
• Disusun sebagai suatu bagian dari Departemen/ Direktorat Jenderal/ Direktorat/
Pemerintah Daerah.
• PERJAN yang pernah ada di Indonesia adalah
Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) dan
Perusahaan Jawatan Pegadaian. Namun sejak tahun
1994 bentuk PERJAN sudah tidak ada lagi. PJKA
berubah menjadi PERUMKA kemudian tahun 1998
menjadi PT. KAI, sedangkan Pegadaian menjadi
Perusahaan Umum.
Perusahaan Umum (PERUM)

• Perusahaan Umum atau PERUM merupakan salah


satu bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia N0.13 Tahun 1998 tanggal 17
Januari 1998 dan Undang-undang Nomor 9 Tahun
1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara.
• Modal PERUM seluruhnya dimiliki oleh Negara yaitu berupa
kekayaan negara yang dipisahkan. Berbeda halnya dengan
Perseroan Terbatas yang seluruh modalnya terbagi atas
saham, namun modal PERUM tidak terbagi atas saham.
• Maksud dan Tujuan PERUM adalah menyelenggarakan usaha
yang bertujuan untuk kemanfaatan umum (Public Utility)
berupa penyediaan barang dan atau jasa yang bermutu tinggi
dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip
pengelolaan perusahaan. Sebagai badan usaha, perum
diupayakan untuk tetap mandiri dan untuk itu PERUM harus
mendapat laba agar bisa hidup berkelanjutan.
• PERUM berstatus badan hukum yang pendiriannya
dilakukan dengan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 13 Tahun 1998, yaitu Peraturan Pemerintah
yang mengatur tentang pendirian PERUM sekaligus
menetapkan keputusan untuk melakukan
penyertaan modal negara ke dalam PERUM.
 PERUM memiliki kekayaan sendiri yang terpisah
dengan kekayaan negara. Di dalam PERUM tidak ada
penyertaan modal swasta baik nasional maupun
asing. Modal seluruhnya dimiliki oleh negara dari
kekayaan negara yang dipisahkan.
 Organ PERUM terdiri dari Direksi dan Dewan
Pengawas yang anggotanya diangkat dan
diberhentikan oleh Menteri Keuangan berdasarkan
usulan Menteri Departemen teknis terkait.
 Direksi bertanggung jawab penuh atas kepengurusan
PERUM untuk kepentingan dan tujuan PERUM serta
mewakili PERUM baik di dalam maupum diluar
Pengadilan.
 Walaupun kebijakan manajemen berada di pihak Direksi,
namun rencana kerja jangka panjang, rencana kerja dan
anggaran sebagai penjabaran rencana kerja jangka panjang
harus mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan.
Perseroan (PERSERO)

 Perusahaan Perseroan (PERSERO) adalah


perusahaan milik Negara yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang
Bentuk-bentuk Usaha Negara. Selanjutnya
pelaksanaannya diatur berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang
Perusahaan Perseroan yang diundangkan pada
tanggal 17 Januari 1998.
• Dalam PERSERO berlaku prinsip-prinsip Perseroan
Terbatas, sehingga dalam PERSERO pun memiliki
Organ PERSERO, yaitu :
• Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
• Direksi, dan
• Dewan Komisaris
PERSEROAN TERBATAS (PT)
Prinsip Umum Perseroan
A. Perseroan Sebagai Badan Hukum Lahir dari
Proses Hukum
• Pasal 1 angka 1 UUPT 2007, berbunyi sebagai berikut :
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan,
adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasar perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.
Merupakan Persekutuan
Modal

Didirikan
Berdasarkan
Perjanjian
Syarat-syarat
Perseroan Sebagai
Rechtspersoon
Melakukan Kegiatan
Usaha

Lahirnya Perseroan
Melalui Proses
Hukum dalam Bentuk
Pengesahan
Pemerintah
Merupakan
Persekutuan Modal
Modal Perseroan
Berdasarkan
Pasal 31 ayat (1) UUPT 2007 :
Modal Perseroan Terdiri atas seluruh
“nilai nominal ” saham

Berdasarkan
Pasal 32 ayat (1) UUPT 2007 :
Modal Dasar Perseroan paling sedikit Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
Perseroan sebagai badan
hukum didirikan berdasarkan
perjanjian sebagaimana
ditegaskan dalam
Pasal 1 angka 1 UUPT 2007

Perseroan lahir akibat perjanjian


Ditinjau dari segi hukum perjanjian (KUH Perdata),
pendirian Perseroan sebagi badan hukum, bersifat
“kontraktual” (contractual, by contract) dan
“konsensual” ( consensuel, consensual), yaitu adanya
kesepakatan untuk mengikat perjanjian mendirikan
Perseroan
Perjanjian, Kesepakatan dan Sahnya
Pendirian Perseroan
Melakukan Kegiatan Usaha

Pasal 2 UUPT 2007 :


Suatu Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan
serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan
ketentuan perundang-undangan, ketertiban umum
dan/ atau kesusilaan

Pasal 18 UUPT 2007 menegaskan, maksud


dan tujuan serta kegiatan usaha itu,
harus dicantumkan dalam Anggaran
Dasar Perseroan
Penjelasan Pasal 18, maksud
dan tujuan merupakan “usaha
pokok” Perseroan
“Kegiatan usaha” merupakan
“kegiatan yang dijalankan” oleh
Perseroan dalam rangka mencapai
maksud dan tujuannya. Kegiatan
usaha harus dirinci secara jelas
dalam AD dan rincian tersebut tidak
boleh bertentangan dengan
undang-undang.
Lahirnya Perseroan Melalui Proses
Hukum dalam Bentuk Pengesahan
Pemerintah
Perseroan lahir sebagai badan
hukum merupakan artificial person
(manusia buatan), yang dicipta Negara
melalui proses hukum yang harus
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
peraturan perundang-undangan. Jika
persyaratan tidak terpenuhi Perseroan
yang bersangkutan tidak diberikan
keputusan Pengesahan untuk berstatus
sebagai badan hukum oleh Pemerintah
melalui MENHUK & HAM.
• Pasal 7 ayat (4) UUPT 2007 yang berbunyi :
Perseroan memperoleh status badan hukum pada
tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai
pengesahan badan hukum Perseroan.

Keberadaan Perseroan sebagai badan hukum dibuktikan


berdasar Akta Pendirian yang didalamnya tercantum AD
Perseroan. Apabila AD telah mendapat pengesahan
Menteri, Perseroan menjadi “subjek hukum korporasi”
(subject to corporation law).
Secara terpisah dan independent , Perseroan melalui
pengurus dapat melakukan perbuatan hukum
(rechtshandeling, legal act),seperti melakukan kegiatan
untuk dan atas nama Perseroan :
-membuat perjanjian,
-transaksi,
-menjual asset dan
-menggugat atau digugat,
-dapat hidup selama jangka waktu berdirinya yang
ditetapkan dalam AD belum berakhir.
- Membayar pajak atas namanya sendiri
• Tidak bisa dipenjarakan, akan tetapi dapat menjadi subjek
perdata maupun tuntutan pidana dalam bentuk hukuman
“denda”.
• Utang Perseroan menjadi tanggung jawab dan kewajiban
Perseroan, dalam kedudukan dan kapasitasnya sebagai badan
hukum atau entitas yang terpisah (separate entity) dan
independent dari tanggung jawab pemegang saham.
B. Klasifikasi Perseroan

 Perseroan Tertutup
• Perseroan Publik
• Perseroan Terbuka (Tbk)
• Perseroan Grup
Ciri dan Karakter
Perseroan Tertutup

• Pemegang sahamnya “terbatas” dan “tertutup” (besloten, close).


Hanya terbatas pada orang-orang yang masih kenal-mengenal
atau pemegang sahamnya hanya terbatas di antara mereka yang
masih ada ikatan keluarga, dan tertutup bagi orang luar;
• Saham Perseroan yang ditetapkan dalam AD, hanya sedikit
jumlahnya, dan dalam AD sudah ditentukan dengan tegas siapa
yang boleh menjadi pemegang saham;
• Sahamnya juga hanya atas nama (aandeel op nam, registered
share) atas orang-orang tertentu secara terbatas.
Perseroan Publik
 Ketentuan Pasal 1 angka 8 UUPT 2007 yang
berbunyi :
Perseroan Publik adalah Perseroan yang telah
memenuhi kriteria jumlah pemegang saham dan
modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
Sebagai rujukan ketentuan Pasal 1 angka 8 UUPT
2007 adalah Pasal 1 angka 22 Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(selanjutnya UUPM)
Kriteria Perseroan menjadi Perseroan
Publik
• Saham Perseroan yang bersangkutan telah memiliki
sekurang-kurangnya 300 (tiga ratus) pemegang saham
• Memiliki modal disetor (paid up capital) sekurang-
kurangnya Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah)
• Atau suatu jumlah apemegang saham dengan modal
disetor yang ditetapkan Peraturan Pemerintah
Perseroan Terbuka (Tbk)

Ketentuan Pasal 1 angka 7 UUPT 2007 menyatakan :


Perseroan Terbuka adalah Perseroan Publik atau
Perseroan yang melakukan Penawaran Umum saham,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang Pasar Modal.
Perseroan Grup
(Group Company/ Holding
Company)

• Dalam rangka melaksanakan limited liability, suatu


Perseroan dapat mendirikan Perseroan Anak
• Dengan prinsip separate entity (prinsip keterpisahan )
Kerugian potensial (potential loses) yang dialami oleh
salah satu diantaranya menjadi “terisolasi”
Berdasarkan Pasal Penjelasan 29 UUPT 1995, yang dimaksud
dengan Perusahaan Anak adalah perusahaan yang mempunyai
hubungan khusus dengan Perseeroan lainnya, yang dapat
terjadi karena :
a. Lebih dari 50% sahamnya dimiliki Induk Perusahaan
(Holding Company)
b. Lebih dari 50 % suara dalam RUPS, dikuasai oleh induk
perusahaannya
c. Kontrol atas jalannya Perseroan, pengangkatan dan
pemberhentian Direksi dan Komisaris sangat dipengaruhi
oleh induk perusahaan .
C. Maksud dan Tujuan
Perseroan
Ketentuan Pasal 2 UUPT 2007
mengatakan : Berdasar keteentuan ini
Perseroan harus mempunyai Perseroan harus mempunyai
maksud dan tujuan serta kegiatan maksud dan tujuan serta
usaha yang tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan kegiatan usaha yang jelas dan
perundang-undangan, ketertiban tegas
umum, dan atau kesusilaan
Perseroan yang tidak
mencantumkan dengan jelas
dan tegas apa maksud dan
tujuan serta kegiatan
usahanya, dianggap “cacat
hukum” (legal defect)
Pencantuman Maksud dan Tujuan
Memegang Fungsi Prinsipil

Landasan Hukum (Legal Foundation) bagi


pengurus Perseroan (Direksi)

Direksi dalam melaksanakan


pengurusan dan pengelolaan kegiatn
usaha Perseroan dilarang
menyimpang, keluar atau melampaui
dari maksud dan tujuan Perseroan
Perubahan Maksud dan Tujuan Serta Kegiatan
Usaha, Termasuk Perubahan AD yang Harus
Mendapat Persetujuan MENHUK & HAM
Tindakan Direksi yang tidak Sesuai dengan Maksud dan
tujuan serta kegiatan usaha Perseroan yang ditentukan
dalam AD , merupakan tindakan yang “melampaui
batas” Perseroan

Tindakan yang tidak sesuai


dengan kapasitas Perseroan
berkaitan dengan doktrin ultra
vires (ultra vires doctrine)
Pengertian Ultra
Vires

Dictionary of English Law :


“Beyond the Powers”
Tindakan diluar kekuasaannya
Merriam Webster’s Dictionary of Law :
“Beyond the Powers or means, beyond the scope or in execess
of legal power or authority”
Ultra vires dihubungkan dengan Perseroan, merupakan
permasalahn yang menyangkut transaksi atau kontrak oleh
Direksi dengan pihak ketiga.
Kontrak atau transaksi yang mengandung ultra vires adalah
batal.
• Tindakan Direksi sebagai pengurus Perseroan dibatasi oleh
tujuan Perseroan, Kapasitas Perseroan mengadakan kontrak
atau transaksi maupun sebagai donasi, hanya sebatas maksud
dan tujuan yang ditentukan dalam AD.
• Tindakan diluar kapasitas Perseroan dikategorikan ultra vires
dan batal karena hukum
• Sesuai dengan doktrin ultra vires :
- Perseroan tidak dapat dituntut atas kontrak atau transaksi
yang ultra vires
- Perseroan juga tidak dapat mengukuhkan dan
melaksanakannya
- Juga RUPS tidak dapat mensahkan atau menyetujui
tindakan Direksi yang mengandung ultar vires
Setiap Pemegang Saham Dapat
Mengajukan Gugatan Terhadap
Perseroan Atas Peristiwa Ultra
Vires
• Apabila pengurus atau Direksi perseroan melakukan
ultra vires, atau Direksi melakukan tindakan yang
melampaui batas kewenangan dan kapasitas Perseroan
dalam AD, undang-undang memberikan hak kepada
setiap (tanpa syarat tertentu) pemegang saham untuk
mengajukan gugatan terhadap Perseroan ke Pengadilan
Negeri, ditegaskan dalam Pasal 61 ayat (1) UUPT 2007.
• Gugatan diajukan memuat permohonan atau tuntutan
agar Perseroan menghentikan tindakan yang merugikan
tersebut.
E. Separate Entity dan Limited Liability Serta Piercing The
Corporate Veil

• Ketentuan Pasal 3 ayat (1) UUPT 2007 menyatakan :


“Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab
secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama
Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian
Perseroan melebihi saham yang dimilikinya”
Hal ini yang dinamakan konsep atau prinsip tanggung
jawab terbatas (separate entity) pada Perseroan.
• Perseroan (PT) sebagai badan hukum (rechtsperson,
legal entity) mrpk organisasi bisnis yang mempunyai
entitas atau wujud hukum yang terpisah dari
pemiliknya, dalam hal ini para pemegang saham
(shareholder).

• Hukum Perseroan seperti yang dirumuskan pada Pasal


3 ayat (1) UUPT 2007, secara imajiner
membentangkan tembok pemisah antara Perseroan
dengan pemegang saham untuk melindungi
pemegang saham dari segala tindakan, perbuatan dan
kegiatan Perseroan.
• Menurut hukum terjadi pemisahan (separate) dan
perbedaan (distinct) antara Perseroan dengan pemilik
atau pemegang saham terhitung sejak Perseroan
mendapat keputusan pengesahan dari Menteri
Hukum dan HAM yang digariskan Pasal 9 ayat (1)
UUPT 2007.
Tanggung Jawab Terbatas (Limited Liability)
Pemegang Saham
Tanggung jawab terbatas pemegang saham Perseroan
merupakan salah satu konsep/prinsip yang mendasar di dalam
hukum Perseroan, dimana :
• Pemegang Saham (shareholder) Perseroan diberi sertifikat
saham sebagai bukti, bahwa yang bersangkutan adalah pemilik
sebagian dari Perseroan tersebut;
• Akan tetapi, dikarenakan Perseroan merupakan wujud terpisah
(separate entity) dari pemegang saham sebagai pemilik, maka
pemegang saham tidak boleh menuntut aset Perseroan;
• Kekayaan Perseroan tetap milik Perseroan, oleh karena itu
pemegang saham tidak mempunyai hak untuk mengalihkan
kekayaan Perseroan kepada dirinya maupun kepada orang lain.
Salah satu keuntungan yang paling besar diperoleh dan
dinikmati pemegang saham, adalah tanggung jawab
terbatas (limited liability)
Nama dan Tempat Kedudukan Perseroan
Nama dan tempat kedudukan Perseroan merupakan
salah satu prinsip umum Perseroan sebagaimana
diatur dalam UUPT 2007 :
1. Anggaran Dasar harus menentukan nama dan
tempat kedudukan Perseroan di wilayah Negara
Republik Indonesia (Pasal 5 ayat (1)).
2.
H. Jangka Waktu Berdirinya
I. Tanggung Jawab Perdata
Perseroan
J. Tanggung Jawab Pidana Perseroan
PENDIRIAN
DAN
ANGGARAN DASAR
PERSEROAN TERBATAS
MODAL DAN SAHAM
PERSEROAN TERBATAS

Anda mungkin juga menyukai