Anda di halaman 1dari 32

APU-PPT

ANTI MONEY LOUNDERING


DASAR HUKUM:

UU No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana


Pencucian Uang sebagaimana Telah Diubah Dengan UU
No. 25 Tahun 2003 dan Ketentuan Pelaksanaan lainnya.
Tindak Pidana Pencucian Uang (Ps.6)
 Setiap orang yang menerima atau menguasai
a. PENEMPATAN
b. PENTRANSFERAN
c. PEMBAYARAN
d. PENGHIBAHAN
e. PENITIPAN ATAU
f. PENUKARAN

Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya


merupakan hasil tindak pidana

 Ketentuan ini tidak berlaku bagi Penyedia Jasa Keuangan yang


melaksanakan kewajibanan pelaporan transaksi keuangan.
Proses Pencucian Uang
Placement
◦ Adalah upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak pidana ke
dalam sistem keuangan

Layering
◦ Adalah upaya memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya (tindak pidananya),
melalui beberapa tahap transaksi keuangan untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul dana

Integration
◦ Adalah upaya menggunakan harta kekayaan yang telah tampak sah, baik untuk
dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk kekayaan material
maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegiatan bisnis yang sah, ataupun
untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana

4
PENGERTIAN PRINSIP MENGENAL NASABAH (PMN)/
Know Your Customer Principle (KYC)

PMN merupakan suatu prinsip kebijakan yang


diterapkan dalam rangka mengetahui identitas
nasabah, mamantau kegiatan transaksi nasabah,
mengidentifikasi dan melaporkan transaksi
keuangan yang mencurigakan.
PRINSIP Know Your
Customer
PRINSIP KYC (Know Your Customer) dalam Transaksi

1. Nama Jelas, Identitas dan Alamat Lengkap :


A. Pelaku Transaksi
B. Pemilik Rekening
C. Penerima Dana
2. Hubungan (hukum) antara pelaku dengan Pemilik
Rekening atau Penerima Dana
3. Jumlah Uang yang ditransaksikan
4. Media Transaksi yang digunakan
5. Profile Nasabah (Pekerjaan, Jabatan, Jumlah Penghasilan, dll)
6. Tujuan Penggunaan Dana
7. Sumber Dana
PROFILE NASABAH BANK
Bank wajib memelihara profile nasabah, sekurang-kurangnya
meliputi informasi mengenai:

 Pekerjaan/bidang usaha
 Jumlah penghasilan
 Rekening lain yang dimiliki
 Aktivitas transaksi normal
 Tujuan pembukaan rekening
Transaksi Keuangan Mencurigakan
Transaksi yang menyimpang dari:
◦ Profil
◦ Karakteristik
◦ Kebiasaan pola transaksi
dari nasabah yang bersangkutan

Transaksi yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk


menghindari pelaporan yang wajib dilakukan oleh PJK

Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan


menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari Hasil Tindak
Pidana

8
HIGH RISK Customer

NCCT
LEGISLATIF

TERORIST
COUNTRY EKSEKUTIF

AD
PEP
YUDIKATIF

TNI AU
High Risk CUSTOMER WNA
AL
POLRI

TERSANGKA/
TERDAKWA FSP

REAL ESTATE
BISNIS
DEALER MBL

TOKO EMAS
PELAKSANA TUGAS MENERAPKAN PMN

Guna melaksanakan tugas menerapkan PMN, PJK


pada umumnya membentuk Unit Khusus Pengenalan
Nasabah (UKPN) di dalam struktur organisasinya.
LANGKAH LANGKAH DALAM
RANGKA STR
Profil Awal Nasabah Prosedur KYC

Sistem & Prosedur


Profil Awal + Profil Terkini Pemantauan/
monitoring rekening

Sistem & Prosedur


Transaksi diluar profil Pemantauan/
monitoring rekening

Judgment
Evaluasi Petugas

Sistem
Lapor ke PPATK Pelaporan
11
Bagaimana Peran KYC?
PROBLEMS/
NEEDS
TOOLS REPORT

BANK INDONESIA STR


DEPARTEMEN KEU
UNIT PMN/AML PJK AML SOLUTION
OJK
CTR
PASAL 17 UU TPPU

FOKUS PJK
Identifikasi PJK
Atas Transaksi Keuangan Mencurigakan
Kebiasaan

Kebijakan Profile
KYC

RED
NASABAH
PJK TRX FLAG

Sumber
Bisnis dana NO
TIDAK
Pekerjaan WAJAR
?

YES FILING

LTKM UNSUR TKM JUSTIFIED?

YES

NO
Contoh : Indikator Transaksi Keuangan Mencurigakan
Berdasarkan Transaksi yang dilakukan
Transaksi Tunai
◦ Transaksi yang dilakukan secara tunai dalam jumlah di luar
kebiasaan yang dilakukan nasabah.

◦ Transaksi yang dilakukan dalam jumlah relatif kecil namun


dengan frekuensi yang tinggi (structuring).

◦ Transaksi dilakukan dengan menggunakan beberapa rekening


atas nama individu yang berbeda-beda untuk kepentingan satu
orang tertentu (smurfing).

◦ Pertukaran atau pembelian mata uang asing dalam jumlah


relatif besar.

14
Contoh : Indikator Transaksi Keuangan Mencurigakan
Berdasarkan Transaksi yang dilakukan
Transaksi Tunai

◦ Pembelian travellers checks secara tunai dalam jumlah


relatif besar.

◦ Pembelian secara tunai beberapa produk asuransi dalam


jangka waktu berdekatan atau bersamaan dengan
pembayaran premi sekaligus dalam jumlah besar yang
kemudian diikuti pencairan polis sebelum jatuh tempo.

◦ Pembelian efek dengan menggunakan uang tunai,


transfer atau cek atas nama orang lain.

15
Contoh : Indikator Transaksi Keuangan Mencurigakan
Berdasarkan Transaksi yang dilakukan
Transaksi yang tidak rasional secara ekonomis

◦ Transaksi-transaksi yang tidak sesuai dengan tujuan


pembukaan rekening

◦ Transaksi yang tidak ada hubungannya dengan


usaha nasabah

◦ Jumlah dan frekuensi transaksi diluar kebiasaan


yang normal

16
Contoh : Indikator Transaksi Keuangan Mencurigakan
Berdasarkan Perilaku Nasabah
Perilaku nasabah yang tidak wajar pada saat melakukan
transaksi (gugup, tergesa-gesa, rasa kurang percaya diri, dll)

Nasabah/calon nasabah memberikan informasi yang tidak


benar mengenai hal-hal yang berkaitan dengan identitas,
sumber penghasilan atau usahanya.

Nasabah/calon nasabah menggunakan dokumen identitas


yang diragukan kebenarannya atau diduga palsu seperti tanda
tangan yang berbeda atau foto yang tidak sama.

17
Contoh : Indikator Transaksi Keuangan Mencurigakan
Berdasarkan Perilaku Nasabah
Nasabah/calon nasabah enggan atau menolak untuk
memberikan informasi/dokumen yang diminta oleh petugas PJK
tanpa alasan yang jelas.

Nasabah atau kuasanya mencoba mempengaruhi petugas PJK


untuk tidak melaporkan sebagai Transaksi Keuangan
Mencurigakan dengan berbagai cara.

Nasabah membuka rekening hanya untuk jangka pendek saja.

Nasabah tidak bersedia memberikan informasi yang benar atau


segera memutuskan hubungan usaha/menutup rekening pada
saat petugas PJK meminta informasi atas transaksi yang
dilakukannya.
18
Laporan Transaksi Keuangan Tunai
(Cash Transaction Report – CTR)

Transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai dalam jumlah


kumulatif sebesar Rp 500 juta atau lebih atau mata uang asing yg
nilainya setara, dilakukan dalam satu maupun beberapa kali
transaksi dalam satu hari

Transaksi tersebut antara lain berupa transaksi penarikan,


penyetoran, atau penitipan, yang dilakukan dengan uang tunai atau
instrumen pembayaran yang lain, misalnya traveller cheque, cek dan
bilyet giro
PERATURAN BANK INDONESIA
NO. 11/28/PBI/2009
TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI
PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN
PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM
Pokok-Pokok Pengaturan
I. Umum
II. Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris
III. Kebijakan dan Prosedur
IV. Pengendalian Intern
V. Sistem Informasi Manajemen
VI. Sumber Daya Manusia dan Pelatihan
VII. Penerapan Program APU & PPT bagi KC dari Bank
yang Berbadan Hukum Indonesia di Luar Negeri
VIII.Pelaporan
IX. Lain-Lain
X. Peralihan & Penutup
Pengawasan Aktif
 Bank wajib menerapkan program APU & PPT dan
merupakan penerapan manajemen risiko Bank secara
keseluruhan.
 Program APU & PPT mencakup paling kurang:
• pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris;
• kebijakan dan prosedur;
• pengendalian intern;
• sistem informasi manajemen; dan
• sumber daya manusia dan pelatihan.
Pengawasan Aktif Direksi
memastikan Bank memiliki kebijakan dan prosedur
program APU dan PPT
mengusulkan kebijakan dan prosedur tertulis program
APU dan PPT kepada Dewan Komisaris
memastikan penerapan program APU dan PPT
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan prosedur
tertulis yang telah ditetapkan
memastikan bahwa satuan kerja yang melaksanakan
kebijakan dan prosedur program APU dan PPT terpisah
dari satuan kerja yang mengawasi penerapannya
Pengawasan Aktif Direksi ...lanjutan
membentuk unit kerja khusus yang melaksanakan program
APU dan PPT dan/atau menunjuk pejabat yang
bertanggungjawab terhadap Program APU dan PPT di
Kantor Pusat
pengawasan atas kepatuhan satuan kerja dalam
menerapkan program APU dan PPT
memastikan bahwa kantor cabang dan kantor cabang
pembantu Bank memiliki pegawai yang menjalankan
fungsi unit kerja khusus atau pejabat yang melaksanakan
program APU dan PPT
Kebijakan dan Prosedur
Bank wajib memiliki kebijakan dan prosedur
tertulis APU & PPT, dengan ketentuan:
Wajib mempertimbangkan faktor teknologi
informasi yang berpotensi disalahgunakan oleh
pelaku pencucian uang atau pendanaan terorisme
dijalankan secara konsisten dan
berkesinambungan.
wajib mendapat persetujuan dari Dewan
Komisaris.
Customer Due Dilligence
Dilakukan pada saat:
melakukan hubungan usaha dengan calon
Nasabah;
melakukan hubungan usaha dengan WIC;
Bank meragukan kebenaran informasi yang
diberikan oleh Nasabah, penerima kuasa,
dan/atau Beneficial Owner; atau
terdapat transaksi keuangan yang tidak wajar
yang terkait dengan pencucian uang dan/atau
pendanaan terorisme.
Risk Based Approach
 Dalam penerimaan Nasabah, Bank wajib
menggunakan pendekatan berdasarkan risiko
dengan mengelompokkan Nasabah berdasarkan
tingkat risiko terjadinya pencucian uang atau
pendanaan terorisme.
 Pengelompokan risiko akan diatur lebih lanjut
dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
Penerimaan Nasabah
Bank wajib meminta informasi yg memungkinkan Bank utk
mengetahui profil Nasabah
Identitas Nasbah dibuktikan dengan keberadaan dokumen
pendukung
Bank wajib meneliti kebenaran dokumen pendukung identitas
calon Nasabah
Bank dilarang untuk membuka atau memelihara rekening
anonim atau rekening yang menggunakan nama fiktif.
Bank wajib melakukan pertemuan langsung (face to face) pada
awal melakukan hubungan usaha.
Bank wajib mewaspadai transaksi/hubungan usaha yang
berasal/terkait dengan negara yg pelaksanaan rekomendasi
FATF belum memadai.
Permintaan Informasi dan Dokumen
Bank wajib :

mengidentifikasi dan mengklasifikasikan calon


Nasabah atau Nasabah ke dalam kelompok
perseorangan, perusahaan, atau Beneficial Owner

meminta informasi kepada calon Nasabah dan


WIC yang disertai dengan dokumen
pendukung.
Beneficial Owner
Ketentuan umum:
Bank wajib memastikan apakah calon Nasabah
atau WIC mewakili Beneficial Owner.
Bila mewakili Beneficial Owner maka Bank
wajib melakukan prosedur CDD terhadap
Beneficial Owner yang sama ketatnya dengan
prosedur CDD bagi calon Nasabah atau WIC.
Bank wajib memperoleh bukti atas identitas
dan/atau informasi lainnya mengenai Beneficial
Owner.
Beneficial Owner...lanjutan
Nasabah merupakan Bank lain di luar negeri yang
menerapkan program APU dan PPT yang paling
kurang setara dengan PBI APU dan PPT yang
mewakili Beneficial Owner, maka dokumen
mengenai Beneficial Owner berupa pernyataan
tertulis dari Bank di luar negeri bahwa identitas
Beneficial Owner telah dilakukan verifikasi oleh
Bank di luar negeri tersebut.
Bila Bank meragukan identitas Beneficial Owner,
Bank wajib menolak untuk melakukan hubungan
usaha atau transaksi dengan calon Nasabah atau
WIC.
Terima Kasih

Kunjungi situs PPATK di http://www.ppatk.go.id


Email: contact-us@ppatk.go.id

Anda mungkin juga menyukai