Anda di halaman 1dari 2

Tugas:

1. Kerjakan tugas ini secara berkelompok (kelompok editorial)


2. Analisis:
a. Tema (berikan bukti)
b. Tokoh serta karakter/watak (berikan bukti)
c. Latar waktu, tempat, dan suasana (masing-masing satu, berikan bukti)
d. Tentukan alu cerita (maju/mundur/campuran) berikan bukti
e. Tentukan plot cerita (dapat lihat buku paket halaman 123—126) berikan
buktinya misalnya paragraph ke berapa atau kalimat
f. Tentukan nilai dan berikan buktinya (nilai budaya/agama/moral/sosial)
g. Tentukan amanat (1—2, dan berikan buktinya)
3. Tugas ini dikumpulkan, ditulis tangan, 1 kelompok 1 tugas.
4. Dikumpulkan Kamis, 24 Agustus 2023, sampai pulang sekolah, di mejanya bu OP.

Lonceng Gereja
Jagad Wijaksono

Dalam perjalanan pulang, kepala Herman dipenuhi oleh bayangan sosok istri dan anaknya.

Herman memutuskan untuk pulang dari perjalanan panjangnya setelah sekian lama.

**

Dalam perjalanan pulang, kepala Herman dipenuhi oleh bayangan sosok istri dan anaknya. Ia
mencoba mengingat-ingat kapan terakhir kali ia berkumpul bersama Lestari dan Kinanti
anaknya. Namun, Herman kesulitan mengingat waktu-waktu yang telah lewat. Begitu banyak hal
yang terlupakan, Herman merasa seperti amnesia.

”Ah bukankah hal itu tak seberapa penting. Toh, sebentar lagi aku akan bertemu dengan istri dan
anakku,” gumam Herman pada diri sendiri.

Di perhentian terakhir, Herman melangkah turun dari kendaraan yang ditumpanginya. Herman
memutar leher meneliti wajah kota tempat tinggalnya. Cukup lama ia memperhatikan kota
tempat tinggalnya, namun entah mengapa kota itu terasa begitu asing. Kota itu begitu hening.

”Ini hanya perasaanku saja,” Herman membatin, menyaksikan keheningan kota yang cukup lama
ia tinggalkan. Sungguh aneh pikir Herman, karena ingar-bingar di kota ini pergi menghilang, dan
baginya itu merupakan hal yang mustahil, walaupun kini nyatanya kota yang ada di hadapannya
begitu sepi bagai kuburan.

Herman melangkahkan kakinya menyusuri jalanan dan perlahan ia mendapati beberapa orang di
kota itu, tetapi Herman tak mengerti mereka semua terlihat asing sama asingnya dengan kota itu,
bukan karena Herman tak mengenali satu pun penduduk kota kecil itu. Bahkan Herman
mengingat wajah setiap orang yang ditemuinya, akan tetapi tak satu pun nama mereka yang
Herman ingat. Herman melempar senyum pada setiap orang yang bersitatap dengannya, tetapi
tak satu pun dari mereka menanggapi senyum ramah Herman. Hati Herman kecut.

”Mungkin orang-orang ini sadar bahwa aku lupa nama mereka,” lagi-lagi Herman bergumam
untuk dirinya sendiri.

Tak ambil pusing, Herman meneruskan langkahnya. Sepanjang jalan Herman melamunkan
adegan bahagia yang penuh haru ketika anak dan istrinya mendapati kepulangan Herman.
Herman tersenyum sendiri. Orang-orang yang melihatnya masih tetap acuh. Herman terbangun
dari lamunannya setelah hampir mingslup karena tersandung batu, ia menyadari telah hampir
satu jam berjalan kaki dan tak juga sampai ke rumahnya sendiri. Herman celingukan mencoba
mengingat jalan pulang.

”Sial kini aku lupa ke mana jalan pulang.”


Herman berbalik arah kembali menuju jalanan yang cukup ramai. Di tengah-tengah
perjalanannya, Herman menghampiri seorang lelaki paruh baya.

”Tuan, ke manakah arah menuju St Evenue?” tanya Herman. Lelaki itu tak menjawab pertanyaan
Herman. ”Tuan, apakah Anda dapat memberi tahu saya ke mana arah menuju St Evenue?” ulang
Herman, namun lelaki itu tetap tak menggubris Herman. Herman memandangi lelaki itu,
mungkin kini dia sudah menjadi tuli, gumamnya dalam hati.

Herman beranjak dari lelaki paruh baya itu. ”Nyonya, dapatkah Anda tunjukkan jalan menuju St
Evenue?” Kini Herman bertanya pada seorang perempuan tua, ia mengingat wajah perempuan
itu, namun lupa namanya. Perempuan tua itu bersikap sama dengan lelaki paruh baya tadi, tak
menghiraukan pertanyaan Herman. Sekali lagi Herman coba bertanya, ”Nyonya, mohon maaf.
Apakah Anda dapat menunjukkan jalan menuju St Evenue?” Namun, perempuan tua itu tetap tak
menjawab. Mungkin wanita tua ini pun sudah menjadi tuli, pikir Herman.

Baca juga : Pohon di Tengah Telaga

Kini Herman berjalan menghampiri dua orang pemuda dan pemudi. ”Apa kalian dapat
menunjukkan jalan menuju St Evenue?” Pemuda dan pemudi itu bersikap sama, tak menggubris
pertanyaan Herman. Wajah Herman merah padam, ingin ia memaki. Namun sebagai seorang
Katolik yang taat, ia mengurungkan niatnya. Herman tak mau ambil pusing, biarpun ia begitu
jengkel, ia tetap melanjutkan perjalanannya, ia menyusuri blok-blok sepanjang jalan yang
semakin terasa asing. Setelah hampir dua jam ia menyusur dan menyisir jalan beraspal abu-abu
itu, senyumnya terkembang, ia gembira karena menemui sebuah plang bertulis St Evenue.

Herman buru-buru berjalan ke arah utara, ia mengamati bentuk bangunan yang berada di
hadapannya setelah tiga blok ia lewati. ”Sial, di mana gedung tempatku tinggal?” tanya Herman
pada dirinya sendiri.

Karena lupa, Herman terpaksa menaiki dan menyusuri setiap gedung yang ada di blok itu.
Setelah cukup lama mencari-cari akhirnya ia menemukan sebuah rumah dengan papan namanya
yang tergantung di depan pintu. Ia merogoh saku celana jeans-nya yang kumal, tak ia temukan
kunci rumahnya. Herman mengetuk pintu rumahnya yang terkunci. Tak ada orang. Herman
terpaksa menunggu, padahal ia telah tak sabar menemui kedua orang yang paling ia cintai.
Setengah jam berlalu, senyum Herman terkembang melihat Lestari dan Kinanti berjalan
menghampirinya dari arah seberang.

Namun, tiba-tiba hati Herman kecut. Kedua orang yang paling ingin ia temui melewatinya begitu
saja dengan wajah sembab. Ketika Herman hendak mengejar istri dan anaknya yang mengenakan
pakaian serba hitam ke dalam rumah, lonceng gereja berdentang terdengar begitu nyaring, bunyi
lonceng itu mengingatkan Herman pada sesuatu, sesuatu selain Lestari dan Kinanti.

”Ah, hari ini adalah hari peringatan kematianku,” seru Herman pada dirinya sendiri.

***

Jagad Wijaksono, aktif di komunitas Ngamparboekoe Cimahi. Menulis cerpen dan puisi,
beberapa puisi terbit di media lokal dan termuat dalam antologi berjudul 3 Dermaga dan
Bintang di Pulau Garam (Sastra Bunga Tunjung Biru, 2017)

Anda mungkin juga menyukai