Geohidro 2
Geohidro 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Geologi
peta tersebut diketahui bahwa batuan tertua yang tersingkap di wilayah studi
terdiri atas tufa berbatuapung yang termasuk ke dalam Batuan Gunungapi Tua
yang terdapat di sebelah timur, utara dan selatan daerah penelitian. Disusun
oleh litologi berupa lahar dan lava basal andesit yang termasuk kedalam
litologi penyusunnya berupa lahar, breksi tufan dan lapili, aliran lava berjenis
Kuarter (gambar 3-1. Peta Geologi Regional Lembar Bogor A.C. Efendi,
Aktivitas tektonik di daerah ini dimulai pada Awal Tersier, diikuti oleh
5
6
Gambar 2.1. geologi regional daerah penelitian A.C. Efendi, Kusnama, dan B.
Hermanto; 1998).
berumur Kuarter, berupa endapan gunung api muda tidak terpisahkan yang terdiri
atas tufa batuapung pasiran, breksi lahar tufaan dari endapan Gunung Pangrango,
endapan ini cukup tebal. Di bawahnya berupa endapan vulkanik tua tak
terpisahkan terdiri atas breksi bersusunan andesitik basaltik, lava andesit, tufa
dan aglomerat. Ke arah selatan berkembang sedimen klastik halus sampai kasar
berumur Tersier yang telah terlipatkan dan tersesarkan (Edi Murtianto, 1991).
7
2.1.2. Stratigrafi
umum dari beberapa formasi yang erat hubungannya dengan stratigrafi daerah
penelitian dan diuraikan dari satuan yang tua ke satuan yang lebih muda.
Berdasarkan (A.C. Efendi, Kusnama, dan B. Hermanto; 1998) dalam peta geologi
regional lembar bogor, diketahui bahwa batuan tertua yang tersingkap di wilayah
studi terdiri atas tufa berbatuapung yang termasuk ke dalam Batuan Gunungapi
Tua yang terdapat di sebelah timur, utara dan selatan daerah penelitian. Disusun
oleh litologi berupa lahar dan lava basal andesit yang termasuk kedalam Batuan
penyusunnya berupa lahar, breksi tufan dan lapili, aliran lava berjenis andesit
ini termasuk ke dalam Batuan Gunungapi yang berumur Kuarter (gambar 2.2 Peta
Geologi Regional Lembar Bogor A.C. Efendi, Kusnama, dan B. Hermanto; 1998).
8
Gambar 2.2 Kolom stratigrafi daerah penelitian (A.C. Efendi, Kusnama, dan B.
Hermanto; 1998).
Menurut Van Bemmelen (1949), Zona Bogor telah mengalami dua kali
masa periode tektonik, yaitu pada periode intra Miosen atau Miosen-Pliosen dan
struktur lipatan dan sesar pada sedimen di utara. Peristiwa ini terjadi setelah
antiklinorium ini mengalami intrusi dasit dan andesit hornblenda. Disamping itu,
Pliosen Bawah (Silitonga, 1973) yang terjadi pada Zona Bogor bagian utara
yang berpola barat-timur serta sesar mendatar yang bepola utara-selatan, yang
diakibatkan oleh terjadinya amblesan di bagian utara Zona Bogor yang kemudian
menimbulkan gangguan tekanan yang kuat pada zona ini. Pada kala Pliosen-
Kaliglakah Beds yang terdiri dari endapan klastik dan lignit. Selanjutnya,
menutupi satuan lainnya secara tidak selaras. Pada kala Pleistosen Tengah sampai
Atas di Zona Bogor bagian tengah dan timur terbentuk endapan vulkanik tua
(Gunung Slamet Tua) dan vulkanik muda dari Gunung Ciremai, selanjutnya
disusul oleh aktivitas pada Pleistosen Atas yang menghasilkan Linggopodo Beds
dan diikuti lago oleh kegiatan vulkanik Resan dari Gunung Ciremai sehingga
2. Wrench orde pertama, kedua, dan ketiga dapat dijumpai di Pulau Jawa.
disusun oleh Edi Muertianto (2006), akuifer batuan dasar, di daerah penyelidikan
dapat dibagi menjadi tiga wilayah , yaitu wilayah airtanah dengan luahan sumur
antara 5 25 l/det, wilayah airtanah dengan luahan sumur kurang dari 5 liter/det,
melalui ruang antar butir, ruang antar butir dan rekahan, serta sistem aliran
Akuifer batuan dasar umumnya terdiri atas beberapa lapisan akuifer dengan
merupakan batuan Kuarter terdiri atas beberapa lapis pasir dan tufa pasiran
Hal ini didasarkan pada diagram pagar dari sumur bor-sumurbor terpilih di
atas masih bersifat umum dan berskala regional. Deskripsi batuannya pun belum
teruraikan dengan jelas, sehingga agak sukar untuk mendapatkan gambaran yang
Jika dihubungkan dengan geologi regional, maka hidrogeologi dan muka air
tanah di daerah ini berkaitan dengan kondisi batuan yang terbentuk di sekitarnya.
Pada lokasi penyelidikan jenis batuan yang dapat bertindak sebagai akuifer
terutama pada kelompok batuan piroklastik kasar sampai sangat kasar yang
berumur Kuarter yaitu batuan gunungapi hasil Gunung Pangrango dan Gunung
Salak.
Daerah Studi
Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir, setempat melalui rekahan,
gunung api muda, terdiri atas beberapa lapisan akuifer dengan ketebalan berkisar
mencapai lebih besar dari 659 m³/hari. Muka Air tanah statis bervariasi mulai dari
40 meter di bawah muka tanah hingga 1,3 meter di atas muka tanah setempat.
sistem akuifer endapan vulkanik yang terdiri atas lapisan akuifer tufa bebrbutir
bebas dan akuifer tertekan, dengan sistem aliran melalui gabungan antara media
pori dan media rekahan. Akuifer dengan sistem media pori (akuifer primer)
mempunyai debit yang lebih kecil daripada akuifer sistem rekahan (akuifer
sekunder).
material vulkanik yang lepas-lepas ataupun masif dengan aliran lava yang dikenal
sebagai tipe gunungapi strato. Kondisi seperti ini membentuk sistem akuifer yang
bergradasi dari elevasi yang paling tinggi ke elevasi yang paling rendah. Sistem
akuifer yang bergradasi ini dicirikan oleh adanya hubungan antara lapisan yang
satu dengan lapisan lainnya, sehingga apabila airtanah dari akuifer bagian atas
14
sebagai berikut:
Rekahan sebagai media pengalir airtanah dari satu akuifer ke akuifer lainnya.
atau breksi laharik padu, dapat berubah menjadi lapisan permeabel akibat adanya
2.3.1. Hidrogeologi
fisik, dan perilaku air tanah. Karakteristik air tanah di suatu daerah ditentukan
oleh kualits air yang masuk, kondisi lingkungan yang dilewati air dalam
tanah, diantaranya:
batugamping rekahan.
3. Akifug (Aquifuge) adalah lapisan batuan yang kedap air, tidak dapat
kompak.
(sandy clay).
Gambar 2.5. Berbagai Sistem Akuifer dan Airtanah yang terdapat di alam (Santosa
dan Adji, 2004).
2.3.1.1. Akuifer
mengalirkan air. Beberapa jenis batuan dapat berfungsi sebagai akuifer. Akuifer
yang umum dijumpai di lapangan adalah endapan pasir, kerikil, kerakal dan
bernagkal yang belum terlitifikasi lanjut. Selain itu, yang cukup baik berfungsi
sebagai akuifer adalah batupasir, juga batugamping. Batuan sedimen yang lain
16
hidrolik. Akuifer dengan porositas yang tinggi akan memiliki nilai konduktivitas
baik melalui pelarutan (contoh: batugamping) dan atau pengkekaran (joint) akibat
tekanan-tekanan oleh gejala tektonik). Oleh karena itu, baik batuan beku maupun
Hal penting lainnya yang menunjang sifat kelulusan air dari akuifer
mengalirkan air. Untuk itu diperlukan syarat adanya pori-pori yang saling
Berdasarkan sifat fisik batuan, secara garis besar ada 2 jenis media
penyusun akuifer, yaitu sistem media pori dan sistem media rekahan. Kedua
sistem ini memiliki karakter airtanah yang berbeda satu sama lain. Pada sistem
17
media berpori, airtanah mengalir melalui rongga antar butir yang terdapat dalam
suatu batuan misalnya batupasir dan batuan aluvial. Pada sistem media rekahan,
air mengalir melalui rekahan-rekahan yang terdapat pada batuan yang terkena
tektonik kuat, pada batugamping, batuan metamorf, dan lava. Rekahan terjadi
selain akibat proses tektonik, juga akibat proses pelarutan pada batu gamping.
Gambar 2.6. Model akuifer media pori ruang antar butir dan media Rekahan
(Sumber : S. Mandel, 1981)
Merupakan suatu jenis akuifer yang bagian atas dan bawahnya dibatasi oleh
penutup/impermeabel layer.
Merupakan suatu jenis akuifer yang dibatasi oleh lapisan semi permeabel /
Kuantitas air bawah tanah yang dapat disimpan atau diteruskan oleh akifer
akuifer tersebut.
19
1. Porositas adalah semua lubang yang tidak terbatas ukurannya pada suatu
masa batuan yang kemungkinan bisa terisi oleh air (Todd, D.K., 1980).
Faktor porositas meliputi ukuran butir, bentuk butir, susunan butir dan
lubang pori-pori batuan dengan isi batuan dalam prosentase (%). Porositas
Batuan Porositas
Tanah 50 60
Lempung 45 55
Lanau 40 50
Pasir seragam 30 40
Kerikil 30 40
Batupasir 10 20
Serpih 1 10
Batugamping 1 10
oleh sifat fisik yaitu porositas, ukuran butir, susunan butir, bentuk butir,
20
suatu bidang vertikal setebal akuifer dengan lebar satu satuan panjang dan
satu unit landaian hidrolika (Todd, D.K., 1980). Potensi air bawah tanah
Tabel 2.3. Potensi air bawah tanah berdasarkan nilai transmisivitas dan
penggunaannya (US.Dept. Of The Interior, 1977)
air yang dapat dikeluarkan atau disimpan oleh akuifer setiap satu satuan
luas per unit perubahan kedudukan muka air bawah tanah atau bidang
berkisar antara 0,01 hingga 0,35, sedangkan pada akuifer tertekan berkisar
persen (%) air yang dapat diambil dari tanah atau batuan yang jenuh air
Nilai specific yield dari beberapa macam batuan dapat dilihat dalam Tabel
2.4.
Tabel 2.4. Nilai specific yield (Sy) dari beberapa macam batuan (Todd,
D.K., 1980)
6. Kapasitas jenis (Sc) merupakan besarnya debit air yang diperoleh pada
setiap penurunan muka air bawah tanah atau bidang pisometrik sepanjang
satu satuan panjang dalam suatu sumur pompa pada akhir periode
merupakan hal yang mutlak diketahui. Dengan memahami geometri akuifer, maka
permasalahan mengenai karakteristrik dan sifat airtanah akan lebih mudah untuk
alam.Kondisi dan distribusi sistem akuifer dalam sistem geologi dikontrol oleh
adalah penyusun secara fisik meliputi komposisi mineral, ukuran butir dan kemas
menggambarkan kondisi geometri dan hubungan umur antar lapisan, atau satuan
dari sistem geologi yang diakibatkan deformasi yang terjadi setelah batuan
berperan adalah litologi dan stratigrafi. Pengetahuan akan ketiga faktor di atas
kesamaan sistem airtanah. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap karakter fisika
23
dan kimia serta kualitas airtanah dalam sistem tersebut. Berdasarkan karakter
tersebut, serta mengacu pada klasifikasi Mandel (1981) dan kondisi geografis
Indonesia, yaitu :
ini.didasarkan atas analisis data uji akuifer yang dilakukan pada beberapa lokasi
dilakukan tahapan eksploitasi pada sumur bor tersebut. Secara umum uji
pemompaan atau pumping test terdiri dari dua metode yaitu uji akuifer dan uji
pompa.
24
Tes Pemompaan
Uji akuifer merupakan suatu test pemompaan yang dilakukan hanya pada
satu akuifer dengan pengamatan pada beberapa sumur panyau (observation well)
atau piezometer di sekitar sumur uji. Uji akuifer relatih lebih sederhana
dibandingkan dengan uji sumur bor. Dari sumur, yang dipasangi saringan tepat
pada letak akuifernya, dipompa selama waktu tertentu serta dengan debit tertentu.
Pengaruh pemompaan terhadap muka airtanah diukur pada sumur pompa dan
pada piezometer yang letaknnya di sekitar sumur pompa. Nilai Transmisitas (T)
dan Koefisien Penyimpanan (S) dapat diketahui dengan mengolah data penurunan
muka airtannah baik yang ada di sumur pompa maupun pada piezometer, jarak
Uji Pompa atau uji sumur bor merupakan suatu uji pemompaan yang
dilakukan pada beberapa akuifer dalam satu sumur bor dengan pengamatan pada
beberapa sumur pantau (observation well) atau piezometer di sekitar sumur uji.
Uji sumur bor ditujukan untuk mengetahui kapasitas sumur, keadaan konstruksi
sumur, dasar penentuan jenis pompa dan perkiraan biaya operasi pemompaan
sumur produksi. Pada uji sumur bor ini piezometer tidak diperlukan, hanya
besarnya debit sarta penurunan muka airtanah pada sumur yang dipompa yang
diukur.
Dari kedua tahapan tersebut akan dicari besaran dari parameter hidrolik
Ada beberapa parameter hidrolik yang penting yaitu Debit Air (Q),
Koefisien Transmisitas (T), Konduktifitas Hidrolik (K), dan Koefisien Isian (S).
Q = (V) . A
= (K . i) . A
= K (i) . A
= K (dh/dl) . A
Q ini dapat diasumsikan sebagai volume air yang dikeluarkan per satuan
waktu.
hidrolik melalui sebuah penampang pada seluruh tebal jenuh suatu akuifer.
27
dalam unit waktu dan gradien hidrolik. Densitas dan viskositas air harus
Merupakan nilai yang menyatakan volume air yang dapat dikeluarkan atau
dimasukkan dari/ke akuifer pada unit luas dan per unit perubahan paras
muka air.
Jenis mata air didasarkan pada kontrol geologi (baik struktur maupun
Mata air yang disebabkan karena permukaan tanah memotong muka air
Mata air akibat kontak antara lapisan akuifer dengan lapisan impermeabel
Mata air yang dihasilkan oleh akuifer tertekan yang terpotong oleh struktur
impermeabel.
Mata air yang terjadi akibat pelarutan batuan oleh air tanah.
Mataair yang terjadi akibat adanya struktur patahan pada suatu lapisan
akuifer tertekan.
Mataair yang dihasilkan dari celah-celah kekar pada suatu lapisan akuifer
tertekan.
Gambar 2.11. Jenis-jenis mata air didasarkan kontrol geologi dan topografi
(Sumber : Fetter 1994).
29
tanah akan sangat membantu mengenai genesa airtanah serta kegunaanya dalam
budi daya manusia. Airtanah yang mengalir akan melewati akuifer dengan jenis
litologi yang berbeda-beda dan kandungan mineral yang berbeda pula, hal tersebut
akan berakibat pula dengan kandungan unsur kimia yang terkandung juga
berbeda.
Properti fisika dan kimia yang dapat dikenali di lapangan dan merupakan data
primer yang wajib diketahui dalam penelitian tentang kimia airtanah antara lain,
temperatur (0C), derajat keasaman (pH), Total Dissolved Solid (TDS) dan Daya
menggunakan alat ukur tersendiri dan harus dilakukan langsung di lokasi tubuh
sumber air, sehingga data yang didapatkan belum berubah sesuai dengan kondisi
sebenarnya.
Temperatur
Temperatur air tanah pada waktu dan tempat tertentu merupakan hasil dari
bermacam proses pemanasan yang terjadi di bawah dan atau di permukaan bumi.
Dari perbandingan antara temperatur air pada tubuh air dengan temperatur rata-
rata udara lokal saat pengukuran akan diketahui adanya zonasi hipertermal (Tair >
Tudara), mesotermal (Tair = Tudara), dan hipotermal (Tair < Tudara) seperti
terlihat pada gambar 2.12. Semakin tinggi lokasi pengukuran semakin rendah
permukaan. Komposisi kimia airtanah dapat dipakai sebagai salah satu cara untuk
kandungan ion-ion terlarut di dalam air semakin besar dan secara tidak langsung
pH
pada temperatur 25oC keaktifan ion H+ dan ion OH- pada air adalah 9-4,
air murni = 7. Faktor utama penentu keaktifan ion adalah jumlah reaksi kimia
yang melibatkan ion hydrogen. Reaksi kimia akan meningkat seiring dengan
Air yang bersifat asam (pH < 7) terdapat pada daerah-daerah dengan endapan
volkanik. Sedangkan air yang bersifat basa (pH > 7) terdapat pada daerah-daerah
kemampuan suatu zat menghantarkan arus listrik dalam temperature tertentu yang
dinyatakan dalam micromohs per centimeter 0C. Satuan yang lebih umum
Setiap airtanah memiliki nilai DHL yang berbeda-beda tergantung dari ion-ion
Tabel 2.5 Nilai daya hantar listrik berbagai jenis air (Mandel, 1981)
nilai konduktivitas air juga meningkat. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai
konduktivitas yang terukur merefleksikan konsentrasi ion yang terlarut pada air.
yaitu kondisi lingkungan yang dilewati air dalam perjalanan dan kondisi batuan
dimana tempat air itu berada. Kandungan nilai TDS berbanding lurus dengan nilai
daya hantar listrik. Semakin tinggi nilai daya hantar listrik suatu air dapat
Setiap airtanah memiliki nilai TDS yang berbeda-beda, tergantung dari jumlah
Tabel 2.6 nilai TDS untuk berbagai jenis (Freeze and Cheery, 1979)
Apabila suatu sampel air dominan diplot pada bagian atas dari kedua segitiga
anion dan kation, maka air tersebut termasuk ke dalam tipe Magnesium Sulfat.
Apabila suatu sampel air dominan diplot pada bagian bawah kiri dari segitiga
kation dan bawah kanan dari segitiga anion, maka air tersebut termasuk ke dalam
tipe Kalsium Clorida. Jika sampel diplot dalam kedua segitiga (anion-kation)