Pengantar
Pada Tahun 2024 ini, Masa Prapaskah akan dimulai dengan penerimaan
Abu pada hari Rabu, 14 Februari 2024, namun pada hari yang sama akan
dilaksanakan pemilihan umum untuk memilih para wakil rakyat dan
presiden – wakil presiden. Maka menjadi sangat penting upaya
membangun kehidupan umat Katolik yang 100% Katolik dan 100%
Indonesia, umat Katolik (= Keluarga) yang peduli pada dinamika kehidupan
masyarakat di lingkungannya di Propinsi Lampung. Kita sadar bahwa untuk
itu kita harus dididik agar semakin mencintai budaya dan membentuk
pribadi-pribadi yang punya karakter siap terjun berbakti di tengah
masyarakat. Penantian lahirnya pemimpin yang baru bagi bangsa kita,
diiringi dengan laku tapa rohani kita, dengan berpantang dan berpuasa.
Masa Prapaskah sebagai masa pertobatan.
Selain mempersiapkan perayaan Paskah yang agung, khidmat, dan sakral,
masa Prapaskah juga digunakan untuk merenungkan kesiapan hati,
rumah, keluarga dan komunitas kita sebagai ruang pertobatan akan
Sengsara, Wafat dan Kebangkitan Tuhan. Mendukung sekaligus
menghidupi ARDAS TAHUN VII, Tahun 2023 sebagai TAHUN PENDIDIKAN
CINTA BUDAYA DAN KADERISASI POLITIK CINTA TANAH AIR, maka masa
Prapaskah Tahun 2024 ini hendak mengajak keluarga-keluarga
membangun sikap berani mengatakan KITA KATOLIK, KITA INDONESIA.
Setiap pribadi dalam keluarga diharapkan semakin mencintai BUDAYA dan
TANAH AIR karena “Dengan prinsip, pada saat kita menjadi katolik yang
1|A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
sejati, otomatis kita menjadi warga Indonesia yang sejati. Ketika kita
menjadi orang katolik yang benar berarti kita menjadi warga Negara yang
benar, yang mendukung sepenuhnya tercapainya cita-cita bangsa” (Surat
Gembala Ardas Tahun ke VII 2023: Tahun Pendidikan Cinta Budaya dan
Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air).
2|A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
KITA KATOLIK, KITA INDONESIA
Gagasan Dasar Permenungan Prapaskah 2024
Aneka Peristiwa
3|A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Beberapa tahun yang lalu kita juga mendengar adanya Rm. Rantinus
Manalu dari Keuskupan Sibolga yang dikenal sebagai pejuang keadilan
menerima pencalonan dirinya sebagai Bupati Tapanuli Tengah, dan dilepaskan
oleh Uskup Ludovicus Simanulang dari yurisdiksi dan kuasa tahbisan; walaupun
akhirnya ia tidak terpilih sebagai bupati; pada Tahun 2020, sejumlah 57 pastor
pribumi Papua meminta negara memberi kesempatan untuk referendum di
Papua. Ada seorang imam Pangkal Pinang, Rm. Pascal, aktivis HAM, yang
dilaporkan ke polisi atas pencemaran nama baik karena melaporkan keterlibatan
oknum kepolisian dalam human trafficking (TPPO). Baru saja juga kita membaca
suspensi Rm. Benny Susetyo yang aktif sebagai anggota Badan Pembinaan
Ideologi Pancasila (BPIP).
Memilih Pemimpin Terbaik
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Makna dari kedaulatan berada di
tangan rakyat yaitu bahwa rakyat memiliki tanggung jawab, hak dan kewajiban
untuk secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk
pemerintahan guna mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat, serta
memilih wakil rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Menjadi calon
pemimpin itu dibutuhkan kemahiran berpolitik baik secara keilmuan ataupun
seni berkomunikasi.
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah sikap, pikiran, dan semangat
kejiwaan yang terpanggil untuk memimpin dengan segala macam ucapan,
perbuatan, dan perilaku hidup, untuk mendorong dan mengantarkan yang
dipimpinnya ke arah tujuan bersama. Dimensi kepemimpinan itu mencakup
aspek yang luas, dari penampilan pribadi, hubungan antar pribadi, dan dalam
organisasi.
Terdapat 3 (tiga) potensi kemampuan yang dapat dikembangkan oleh
setiap orang terutama untuk menjadi seorang pemimpin, yaitu:
1. Kemampuan intelegensia meliputi kemampuan logika, imajinasi dan daya
tangkap.
4|A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
2. Kemampuan dalam bekerja meliputi ketekunan, ketelitian, waktu kerja,
dan daya tahan terhadap tekanan dan beban.
3. Kemampuan dalam kepribadian menyangkut kebiasaan yang efektif, baik
secara fisik, sosial, emosional, maupun spiritual.
Seorang pemimpin harus mempunyai visi untuk menentukan ke mana arah
kepemimpinannya. Memimpin tidak hanya berarti mengambil keputusan yang
tepat, melainkan juga mengkomunikasikan tujuan-tujuannya kepada masyarakat.
Pemimpin juga harus mempunyai keberanian dalam menghadapi
berbagai tantangan, ancaman, dan masalah. Seorang pemimpin harus
memperlihatkan bahwa ia seorang yang berani mengambil keputusan yang
berat, berani memilih kebijakan yang tidak populer dan berani
mempertanggungjawabkannya kepada mereka yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin juga dituntut untuk mampu memimpin secara
demokratis dengan mengedepankan partisipasi dan inspirasi, menghormati
mekanisme yang ada, dan tidak melanggar hak-hak asasi manusia.
Di zaman sekarang, pemimpin berintegritas artinya pemimpin
mempunyai kualitas moral yang baik, dengan ciri-ciri:
1. Ia harus bertindak sesuai dengan keyakinannya daripada bersikap
oportunistik.
2. Ia bersedia dikritik dan dituntut pertanggungjawabannya atas
kepemimpinannya.
3. Ia harus adil dan bersedia mengaku kalau ia membuat kesalahan dan
tidak melemparkan kesalahan terhadap bawahan.
4. Ia harus memimpin secara transparan, artinya masyarakat dapat melihat
apa yang dilakukannya dan dapat menjelaskan pertimbangan dan
rasionalitas sebuah keputusan.
5. Ia harus mempunyai idealisme. Ia harus bercita-cita tinggi. Tidak bekerja
demi kantong, maupun keluarganya sendiri, melainkan demi kemajuan
mereka yang dipimpin dan kemajuan bangsa.
6. Ia tidak korup dan tidak mengizinkan sikap-sikap korup dalam
lingkungannya.
5|A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Ketika masyarakat mengharapkan Pemilihan Umum (Pemilu) memunculkan
pemimpin-pemimpin yang andal dan mampu dipercaya, maka mereka harus tahu
kriteria-kriteria apa saja bagi calon pemimpin itu layak untuk dipilih dan diberikan
kepercayaan:
1. Integritas
Integritas merujuk pada kepribadian dan karakter seseorang misalnya
dapat dipercaya, mempunyai komitmen, tanggung jawab, kejujuran,
kebenaran, dan kesetiaan. Calon pemimpin itu tidak pernah terlibat
dalam perbuatan rekayasa dan praktik-praktik politik yang menyimpang
(berbuat tidak jujur). Mereka tidak pernah ingkar janji juga tidak pernah
terlibat dalam perbuatan yang memberikan keuntungan dengan cara
melawan hukum.
2. Kompetensi
Kompetensi merupakan gabungan dari pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan karakteristik seseorang yang berkaitan dengan kinerja.
Kompetensi yang baik akan mengasilkan kinerja yang baik dengan cara
yang efektif dan efisien.
3. Kapabilitas
Makna kapabilitas hampir sama dengan kompetensi. Hanya kapabilitas
lebih detail dalam memahami sesuatu, termasuk juga cara-cara untuk
mengatasinya.
Ketiga hal tersebut dapat dipakai oleh rakyat untuk melihat calon pemimpin
yang akan dipilih dan diberi kepercayaan menjalankan kekuasaan politik.
7|A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Gereja, Negara dan Bonum Commune
Gereja merupakan persekutuan (communio) umat beriman berdasarkan
kesatuan Tri Tunggal Maha Kudus yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Karena Allah
yang diimani itu hidup dalam persekutuan kasih, maka Gereja memahami diri
sebagai persekutuan kasih. Hal itu dikuatkan oleh Konsili Vatikan II dalam
dokumen Lumen Gentium (LG) yang berbunyi, “Demikianlah seluruh Gereja
nampak sebagai umat yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa, Putra dan Roh
Kudus” (LG. 4).
Allah Yang Maha Rahim itu tidak tinggal diam di dalam diri-Nya sendiri,
melainkan bergerak keluar, menciptakan dunia, memperkenalkan diri,
mewartakan, serta mewujudkan karya keselamatan kepada umat manusia dan
seluruh ciptaan. Inilah dasar utama bagi Gereja untuk menjadi persekutuan yang
terus bergerak.
Gereja Katolik juga melarang para hierarki untuk terlibat dalam politik
praktis (bdk. KHK 1983 Kan. 287 § 2). Mereka tidak boleh mencalonkan dan
dicalonkan sebagai anggota legislatif atau jabatan publik seperti Bupati,
Gubernur, atau Presiden dan Wakil Presiden. Namun, para hierarki diharapkan
memberikan perhatian dan dukungan moral-spiritual terhadap umat Katolik yang
akan ikut dalam kontestasi politik.
9|A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Istilah Bonum Commune berasal dari bahasa Latin yang berarti kebaikan
atau kesejahteraan umum. Kompendium Ajaran Sosial Gereja (ASG) no. 164
menyatakan bahwa kesejahteraan umum merujuk pada: “Keseluruhan kondisi
hidup kemasyarakatan yang memungkinkan baik kelompok-kelompok maupun
anggota-anggota perorangan untuk secara lebih penuh dan lebih lancar
mencapai kesempurnaan mereka sendiri”.
12 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
6. Partisipasi politik umat Katolik Indonesia yang signifikan adalah niscaya
dalam pikiran, perkataan, dan terutama, dalam perbuatan.
13 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Selain sosialisasi pemilu tidak kalah pentingnya juga memberikan
pendidikan politik. Pendidikan politik dimaksudkan supaya calon pemilih
mempunyai pemahaman politik yang lebih maju dan dewasa. Terkhusus
untuk umat Katolik, selain tentang politik dan kepemiluan yang perlu
diberikan yaitu etika politik sesuai dengan Ajaran Sosial Gereja (ASG).
Mengapa demikian? Karena etika politik merupakan bentuk sumbangan
hierarki gereja bagi umat yang terjun dalam bidang politik.
14 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
penyandang tuna netra, kursi roda bagi yang lumpuh, dan
sebagainya.
3. Pengawasan Partisipatif
Yang dimaksud dengan pengawasan partisipatif adalah masyarakat dapat
turut serta mengawasi pemilu baik dalam kampanye, masa tenang, dan
hari H pemilihan. Ada pun aktivitas yang dapat dilakukan yaitu dengan
memantau pelaksanaan pemilu, melaporkan pelanggaran pemilu,
menyampaikan informasi dugaan pelanggaran pemilu, dan ikut
mencegah terjadinya pelanggaran pemilu.
Potensi pelanggaran pemilu terutama terkait dengan politik uang,
kampanye menggunakan sentimen SARA, penggunaan tempat ibadah
sebagai sarana berkampanye, penyebaran kabar bohong, ujaran
kebencian dan lainnya memerlukan partisipasi aktif yang lebih dari
masyarakat. Pertimbangan subyektifnya karena terbatasnya pengawas
pemilu dan secara obyektif memang cakupan teritorial pengawasan
begitu luas dan rasio personil pengawasan tidak berimbang.
Pengawasan partisipatif ini tidak lain upaya mentransformasikan gerakan
moral menjadi gerakan sosial dengan konsekuensi memiliki pengetahuan
dan keterampilan tentang kepemiluan dan teknik pengawasan. Yang
perlu ditekankan kembali bahwa pengawasan partisipatif ini dibangun
atas dasar kerelawanan dan panggilan hati nurani untuk berperan serta
mewujudkan pemilu yang berkualitas, demokrasi yang bermartabat.
Di samping itu, keterlibatan riil yang memungkinkan dilakukan sekaligus
dapat menambah wawasan serta pengetahuan, dengan cara
menciptakan dan memperbanyak forum-forum diskusi terkait
kepemiluan atau pun politik, misalnya:
1. Diskusi informal di laur gereja/hierarki,
2. Diskusi umum melibatkan banyak pihak,
3. Diskusi dengan orang muda/pemilih muda dan kelompok
perempuan.
15 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Umat Katolik dalam berpartisipasi mensukseskan pemilu sebagai wujud
membangun demokrasi yang bermartabat perlu mengerti juga tentang etika
politik. Pemahaman ini bisa menjadi dasar dalam menentukan pilihan dan
mengawal demokrasi. Etika politik yang dikembangkan oleh Gereja berdasarkan
ajaran Yesus. Dasar itu adalah, “Berikan kepada kaisar apa yang menjadi hak
kaisar dan kepada Allah apa yang menjadi Hak Allah” (Matius 22: 21). Prinsip ini
sebenarnya tidak pertama-tama mengenai pemisahan antara bidang urusan
negara dan bidang urusan agama melainkan dinyatakan dalam dua hal:
1. Orang Kristiani harus mengakui berbagai struktur kewenangan
institusional yang ada dalam masyarakat (keluarga, negara, atasan, dan
sebagainya). Jangan sampai ada yang mengatakan ‘karena kami taat
kepada Allah, atau pada Gereja, atau pada dorongan Roh Kudus dalam
hati, maka tuntutan keluarga, negara, atasan di tempat kerja tidak lagi
harus kita taati’. Tetapi,
2. Semuanya ini tetap hak Allah! Kita taat selama lembaga-lembaga itu
tidak melanggar etika! Maka bagi kita di satu pihak berlaku: “Tiap-tiap
orang harus takluk kepada pemerintah...” (Roma 13: 1). Tetapi apabila
negara atau atasan lain memerintahkan sesuatu yang bertentangan
dengan hak Allah, atau yang bertentangan dengan moralitas, maka
berlaku bahwa “kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada
manusia” (Kis. 5: 29).
Dalam hal ini politisi Katolik bebas memilih opsi politik, selama ia setia pada cita-
cita etika politik Katolik. Orang Katolik dapat berjuang di beberapa partai akan
tetapi diharapkan tetap menjunjung tinggi moralitas Injil. Moralitas Katolik
menuntut agar dalam segala-galanya keadilan sosial menjadi tujuan.
17 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
pelayanan rohani mendorong pengembangan masyarakat sipil tanpa merasa
perlu atau nyaman bagi mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam
kehidupan politik.
Dengan tidak berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik, mereka tidak
melakukan apa pun selain meneladan Tuhan, yang menolak dinyatakan sebagai
raja oleh banyak orang (lih. Yohanes 6: 15). Yesus menyatakan diri-Nya sebagai
raja di hadapan Pontius Pilatus (lih. Matius 27: 11, 14) meskipun Ia tahu bahwa
tanggapannya terhadap prokurator Romawi dapat menyebabkan kematian
(Yohanes 19: 10). Kontradiksi ini diselesaikan dengan pemahaman bahwa
kerajaan Allah bukan dari dunia ini (Yohanes 18: 36). Ajaran Yesus tentang
keterlibatan politiknya nampak dalam sabda-Nya: “Berikan kepada Kaisar apa
yang menjadi hak Kaisar, dan berikan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah”
(Markus 12: 13 – 17); demikian pula jawaban orang yang memintanya menjadi
perantara agar saudaranya dapat membagi harta warisan bersamanya:
“Siapakah yang mengangkat aku menjadi hakim atau pemisah di antara kamu?”
(Lukas 12: 14). Dapat dicatat bahwa dalam kisah ini mungkin orang yang
bertanya itu benar melihat Yesus sebagai tokoh politik. Namun Tuhan kembali
menegaskan bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini, dan ia memilih untuk
tidak memberikan keputusan mengenai masalah-masalah ini.
Oleh karena itu, para imam, menahan diri untuk tidak ikut campur
tangan secara aktif dalam kegiatan politik, meneladani teladan Tuhan yang
menolak campur tangan dalam permasalahan yang sama.
18 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Yesus Kristus adalah Putera Allah yang menjelma menjadi manusia. Dia
hadir, ada dan menjadi pelaku sejarah hidup yang membawa semua manusia
dengan segala warna budaya, suku, agama yang berbeda-beda menuju pada
damai sejahtera, kebaikan, kebahagiaan, keadilan, kedamaian, dan persatuan
serta persaudaraan yang sejati. Dalam Yesus semua orang menjadi saudara satu
dengan yang lain, yang diikat dalam kesatuan kasih yang sama, dan mengundang
siapa saja untuk memandang dan memperlakukan siapapun mereka sebagai
saudara-saudari sebagaimana kita memperlakukan-mengasihi diri kita sendiri.
Dan bahkan sampai pada kedalaman hati dan empati, “Kegembiraan dan
harapan, duka dan kecemasan manusia zaman ini, khususnya yang miskin dan
menderita, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid
Kristus….” (Gaudium et Spes art. 1).
19 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
menjalankan tugas perutusan Gereja dalam kehidupan masyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Kitab Hukum Kanonik (KHK) 1983 Kan. 287 §2 menyatakan bahwa para
imam dilarang untuk turut ambil bagian aktif dalam partai-partai politik dan
dalam kepemimpinan serikat-serikat buruh, kecuali jika menurut penilaian
otoritas gerejawi yang berwenang hal itu perlu untuk melindungi hak-hak
Gereja atau memajukan kesejahteraan umum.
Ketentuan yuridis ini memiliki pertautan yang erat dengan paragraf
yang pertama dari Kanon 287 §1, di mana dikatakan bahwa para klerus
hendaknya selalu memupuk damai dan kerukunan dengan sekuat tenaga
berdasarkan keadilan yang harus dipelihara di antara sesama manusia.
Norma Kanon 287 ini mengandung dua bentuk kewajiban, yakni:
Pertama, para klerus memiliki kewajiban yang bersifat positive, habitual and
permanent untuk membantu mempromosikan dan menjaga harmoni dan
perdamaian di antara sesama. Hal ini berarti bahwa seorang imam berkewajiban
membela hak-hak asasi manusia karena kewajiban ini bersifat natural atau positif.
Kewajiban untuk mempromosikan perdamaian dan keadilan serta membela hak-
hak asasi manusia memiliki dasarnya dalam human dimension dari misteri
Penebusan (bdk. Ensiklik Redemptoris hominis; KHK Kan. 474 §2; Kan. 768 §2;
Konggregasi Doktrin Imam, Nota dottrinale circa alcune questioni riguardanti
l’impegno e il comportamento dei cattolici nella vita politica, 24-XI-2002, n. 1).
20 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Dalam konteks sosial-politik, Sinode Para Uskup tahun 1971
menegaskan bahwa bersama dengan seluruh Gereja, para imam diwajibkan,
untuk dengan sekuat tenaga, memilih pola tindakan yang pasti, ketika
berhadapan dengan persoalan seputar pembelaan hak asasi manusia yang
fundamental dan promosi pengembangan diri manusia yang utuh serta pencarian
terhadap berbagai penyebab yang mengakibatkan belum terwujudnya
perdamaian dan keadilan. Berbagai sarana yang digunakan untuk maksud itu
harus selalu sesuai dengan Injil. Prinsip-prinsip ini tidak hanya sah dalam lingkup
individual, tetapi juga dalam bidang sosial dimana para imam harus membantu
umat awam dalam mengabdikan diri dengan membentuk hati nurani mereka
secara benar (bdk. Enchiridion Vaticanum, IV, 1194). Sikap ini digarisbawahi
lebih jelas dalam Katekismus Gereja Katolik: “Bukanlah urusan gembala-
gembala Gereja supaya secara langsung campur tangan di dalam struktur politik
dan di dalam organisasi kehidupan sosial. Tugas ini termasuk dalam perutusan
awam beriman, yang karena dorongan sendiri, bekerja sama dengan sesama
warga negaranya” (KGK. No. 2442).
Tentu saja, seorang imam memiliki hak untuk memiliki pendapat politik
pribadi dan menggunakan hak suara sesuai dengan hati nuraninya. Sinode Para
Uskup menyinggung hal ini dengan mengatakan bahwa dalam keadaan di
mana ada terdapat perbedaan yang sah menyangkut pilihan politik, sosial,
dan ekonomi, para imam, seperti semua warga negara lainnya, memiliki hak
untuk membuat pilihan pribadi mereka sendiri. Namun mengingat bahwa
pilihan politik secara alami bersifat kontingen dan tidak pernah sepenuhnya
memadai sebagai cara abadi untuk menafsirkan Injil, maka imam, yang
merupakan saksi dari hal-hal yang akan datang, harus menjaga jarak tertentu
dari jabatan politik atau keterlibatan politik tertentu (bdk. Enchiridion Vaticanum,
IV, 1195).
Selain itu, penting untuk disadari bahwa hak imam untuk
menyatakan pilihan pribadinya dibatasi oleh berbagai tuntutan pelayanan
imamatnya. Di tengah realitas sosial-politik, seorang imam harus menjadi a
strong sign of unity, tanda persatuan yang kuat, untuk dapat
memberitakan Injil secara meyakinkan. Lebih jauh dari itu, ia harus menghindari
pemberian pilihannya sendiri sebagai satu-satunya yang sah, dan dalam
21 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
komunitas Kristen, ia harus menghormati kedewasaan kaum awam (bdk.
Enchiridion Vaticanum, IV, 1196), dan bahkan bekerja untuk membantu kaum
awam mencapai kedewasaan dengan membentuk hati nurani mereka (bdk.
Enchiridion Vaticanum, IV, 1194). Para imam harus melakukan apa yang mungkin
untuk tidak menciptakan musuh dengan mengambil posisi politik yang
menyebabkan ketidakpercayaan umat atau membuat umat beriman yang
dipercayakan kepada penggembalaannya menjauhkan diri.
Penutup
“Menjalani Tahun Pendidikan Cinta Budaya dan Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air
berarti membangun kesadaran akan makna dan tujuan politik yang murni dan
sejati. Hal ini merupakan panggilan sebagai warga untuk mengembalikan makna
dan arti politik dalam hakikatnya yang benar; yakni upaya dan sarana untuk cita-
cita luhur warga bangsa dalam mengusahakan kesejahteraan bersama (bonum
commune); seperti tertuang dalam Surat Gembala Uskup Tanjungkarang No.
001/SGU/GIO/TJKG/I/2023”.
23 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Pertemuan Memilih Pemimpin Terbaik
Prapaskah I
Tujuan Pertemuan
1. Menumbuhkan semangat dan keberanian umat Katolik untuk
terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Membangun kesadaran umat Katolik untuk memilih pemimpin yang
terbaik.
3. Umat Katolik terlibat upaya mengusahakan persatuan dan
kesejahteraan bersama.
Gagasan Pokok
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Makna dari kedaulatan berada di tangan
rakyat yaitu bahwa rakyat memiliki tanggung jawab, hak dan kewajiban untuk
secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk pemerintahan guna
mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat, serta memilih wakil rakyat
untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Menjadi calon pemimpin itu
dibutuhkan kemahiran berpolitik baik secara keilmuan ataupun seni
berkomunikasi.
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah sikap, pikiran, dan semangat kejiwaan
yang terpanggil untuk memimpin dengan segala macam ucapan, perbuatan, dan
perilaku hidup, untuk mendorong dan mengantarkan yang dipimpinnya ke arah
tujuan bersama. Dimensi kepemimpinan itu mencakup aspek yang luas, dari
penampilan pribadi, hubungan antar pribadi, dan dalam organisasi.
Terdapat 3 (tiga) potensi kemampuan yang dapat dikembangkan oleh setiap
orang terutama untuk menjadi seorang pemimpin, yaitu:
1. Kemampuan intelegensia meliputi kemampuan logika, imajinasi dan daya
tangkap.
2. Kemampuan dalam bekerja meliputi ketekunan, ketelitian, waktu kerja,
dan daya tahan terhadap tekanan dan beban.
24 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
3. Kemampuan dalam kepribadian menyangkut kebiasaan yang efektif, baik
secara fisik, sosial, emosional, maupun spiritual.
Seorang pemimpin harus mempunyai visi untuk menentukan ke mana arah
kepemimpinannya. Memimpin tidak hanya berarti mengambil keputusan yang
tepat, melainkan juga mengkomunikasikan tujuan-tujuannya kepada masyarakat.
Pemimpin juga harus mempunyai keberanian dalam menghadapi berbagai
tantangan, ancaman, dan masalah. Seorang pemimpin harus memperlihatkan
bahwa ia seorang yang berani mengambil keputusan yang berat, berani memilih
kebijakan yang tidak populer dan berani mempertanggungjawabkannya kepada
mereka yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin juga dituntut untuk mampu memimpin secara demokratis
dengan mengedepankan partisipasi dan inspirasi, menghormati mekanisme yang
ada, dan tidak melanggar hak-hak asasi manusia.
Di zaman sekarang, pemimpin berintegritas artinya pemimpin mempunyai
kualitas moral yang baik, dengan ciri-ciri:
1. Ia harus bertindak sesuai dengan keyakinannya daripada bersikap
oportunistik.
2. Ia bersedia dikritik dan dituntut pertanggungjawabannya atas
kepemimpinannya.
3. Ia harus adil dan bersedia mengaku kalau ia membuat kesalahan dan
tidak melemparkan kesalahan terhadap bawahan.
4. Ia harus memimpin secara transparan, artinya masyarakat dapat
melihat apa yang dilakukannya dan dapat menjelaskan pertimbangan
dan rasionalitas sebuah keputusan.
5. Ia harus mempunyai idealisme. Ia harus bercita-cita tinggi. Tidak
bekerja demi kantong, maupun keluarganya sendiri, melainkan demi
kemajuan mereka yang dipimpin dan kemajuan bangsa.
6. Ia tidak korup dan tidak mengizinkan sikap-sikap korup dalam
lingkungannya.
Ketika masyarakat mengharapkan Pemilihan Umum (Pemilu) memunculkan
pemimpin-pemimpin yang andal dan mampu dipercaya, maka mereka harus tahu
25 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
kriteria-kriteria apa saja bagi calon pemimpin itu layak untuk dipilih dan diberikan
kepercayaan:
1. Integritas
Integritas merujuk pada kepribadian dan karakter seseorang misalnya
dapat dipercaya, mempunyai komitmen, tanggung jawab, kejujuran,
kebenaran, dan kesetiaan. Calon pemimpin itu tidak pernah terlibat
dalam perbuatan rekayasa dan praktik-praktik politik yang menyimpang
(berbuat tidak jujur). Mereka tidak pernah ingkar janji juga tidak pernah
terlibat dalam perbuatan yang memberikan keuntungan dengan cara
melawan hukum.
2. Kompetensi
Kompetensi merupakan gabungan dari pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan karakteristik seseorang yang berkaitan dengan kinerja.
Kompetensi yang baik akan mengasilkan kinerja yang baik dengan cara
yang efektif dan efisien.
3. Kapabilitas
Makna kapabilitas hampir sama dengan kompetensi. Hanya kapabilitas
lebih detail dalam memahami sesuatu, termasuk juga cara-cara untuk
mengatasinya.
Ketiga hal tersebut dapat dipakai oleh rakyat untuk melihat calon pemimpin
yang akan dipilih dan diberi kepercayaan menjalankan kekuasaan politik.
Beberapa dokumen Gereja Katolik, khususnya dalam dokumen Konsili Vatikan II
berbicara tentang bagaimana Gereja Katolik menaruh perhatian terhadap politik
dan memberikan pesan moral bagi umat Katolik yang melibatkan diri dalam
dunia politik praktis.
Ketua Lingkungan atau Ketua KBG atau Pemimpin mengawali pertemuan dengan
menyanyikan lagu pembuka.
Kata Pengantar
Seruan Tobat
P Menyadari salah dan dosa yang selalu kita buat, termasuk dengan abai
pada nilai-nilai kasih dan kepedulian sosial, marilah kita ungkapkan
sikap tobat kita bersama-sama.
P+U Saya mengaku...
U Amin
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa, (Hening sejenak)
Allah Bapa yang Mahakasih. Terima kasih kami kembali boleh berjumpa
dalam kasih dan persaudaraan dengan saudara-saudari kami yang lain.
Kami hendak mengadakan pertemuaan APP yang pertama. Mohon
berkat dan penyertaan Roh Kudus-Mu, agar apa yang hendak kami
bagikan bersama, mengantar kami kepada kehendak dan rencana-Mu.
27 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Seluruh pertemuan kami ini kami mohonkan pendampingan dari-Mu,
Tuhan Yesus Kristus sumber kebijaksanaan, hidup dan pengantara
kami.
U Amin
Doa Umat
Bapa Kami
Doa Penutup
P Marilah kita berdoa, (Hening sejenak)
Allah Bapa yang Mahabijaksana. Engkau telah memberikan kepada
kami semua, seorang Pemimpin yang Terbaik dalam hidup beriman
kami, yakni Tuhan kami, Yesus Kristus. Semoga kami semakin belajar
30 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
untuk menjadi seorang pemimpin bagi diri kami dan juga sesama kami
seturut teladan Tuhan Yesus, Sang Pemimpin Sejati. Demi Kristus,
Tuhan dan Pengantara kami.
U Amin
Pengutusan
P Marilah kita pergi menjadi saksi damai.
U Amin
31 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Pertemuan Gereja, Negara dan Bonum Commune
Prapaskah II
Tujuan Pertemuan
Gagasan Pokok
32 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
tugas dan wewenang sesuai dengan tahbisan yang diterimanya untuk
melayani saudara-saudaranya dalam mencapai keselamatan (bdk. LG 18).
Gereja Katolik juga melarang para hierarki untuk terlibat dalam politik
praktis (bdk. KHK 1983 Kan. 287 § 2). Mereka tidak boleh mencalonkan
dan dicalonkan sebagai anggota legislatif atau jabatan publik seperti
Bupati, Gubernur, atau Presiden dan Wakil Presiden. Namun, para hierarki
diharapkan memberikan perhatian dan dukungan moral-spiritual terhadap
umat Katolik yang akan ikut dalam kontestasi politik.
Istilah Bonum Commune berasal dari bahasa Latin yang berarti kebaikan
atau kesejahteraan umum. Kompendium Ajaran Sosial Gereja no. 164
menyatakan bahwa kesejahteraan umum merujuk pada: “Keseluruhan
kondisi hidup kemasyarakatan yang memungkinkan baik kelompok-
kelompok maupun anggota-anggota perorangan untuk secara lebih penuh
dan lebih lancar mencapai kesempurnaan mereka sendiri”. Gereja juga
harus terlibat dalam mewujudkan bonum commune dalam masyarakat.
Gereja memandang perlu kerja sama dengan negara dalam mewujudkan
kesejahteraan umum tersebut.
34 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Tanda Salib dan Salam
P Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U Amin
P Semoga Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan
persekutuan Roh Kudus selalu beserta kita
U Sekarang dan selama-lamanya
Pengantar
P Saudara-saudari terkasih, kita kembali berkumpul dalam pertemuan
APP di Masa Prapaskah ini. Dalam pertemuan kedua ini, kita akan
saling berbagi dalam tema: “Gereja, Negara dan Bonum Commune”.
Mari kita hening sejenak, untuk mempersiapkan pertemuan kita ini.
Seruan Tobat
P Menyadari ulah kita yang sering kurang peduli terhadap gereja, negara
dan tidak mengusahakan terjadinya bonum commune, maka marilah
kita ungkapkan sikap tobat kita.
Saya Mengaku…
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa, (Hening sejenak)
Allah yang Maharahim. Kami bersyukur untuk waktu yang menjadikan
kami belajar bagaimana membangun gereja, negara dan
mengusahakan bonum commune dalam hidup kami bersama. Mohon
berkatilah pertemuan kami ini dari awal hingga selesainya nanti.
Berkatilah mereka yang belum bisa berkumpul bersama dengan kami.
35 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Demi Yesus Kristus Tuhan dan Pengantara kami yang hidup dan
berkuasa bersama Allah, kini dan sepanjang masa.
U Amin.
Doa Umat
P Marilah kita sampaikan doa-doa permohonan kita:
Bapa Kami
P Saudara-saudari terkasih, marilah kita satukan seluruh doa, harapan,
dan niat-niat yang hendak kita bangun dan wujudkan dengan doa yang
diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada para murid-Nya: Bapa Kami...
Doa Penutup
P Marilah kita berdoa, (Hening sejenak)
Allah Bapa yang mengutus Yesus Putra-Mu, kami kembali bersyukur
kepada-Mu atas pertemuan APP yang ke II ini. Semakin menjadikan
kami memahami akan gereja dan negara, bagaimana mewujudkan
38 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
bonum commune dalam kehidupan bersama kami. Semoga dengan
demikian, nama-Mu dimuliakan dan pewartaan akan keselamatan-Mu
semakin dinyatakan dalam kehidupan menggereja dan bertetangga.
Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U Amin
Pengutusan
P Marilah kita pergi menjadi saksi damai.
U Amin
39 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Pertemuan Pancasila sebagai Dasar dan Pedoman
Prapaskah III
Kehidupan Bertetangga
Tujuan Pertemuan
Gagasan Pokok
41 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
tepat dan benar telah mewariskan Pancasila kepada bangsa Indonesia.
Hanya Pancasila yang dapat menjadi dasar negara dan falsafah kehidupan
bangsa Indonesia yang sangat multikultur, karena digali dari nilai-nilai
luhur nusantara.
Lagu Pembuka: “Hai Umat Sluruh Dunia” (PS. 665, bait 2 dan 4)
42 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Tanda Salib dan Salam
P Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U Amin
P Semoga Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan
persekutuan Roh Kudus selalu beserta kita
U Sekarang dan selama-lamanya
Pengantar
Seruan Tobat
P Menyadari dan mengakui akan panggilan menghidupi keutamaan nilai-
nilai yang sering terlupakan atau terabaikan dalam hidup kita, maka
marilah kita ungkapkan sikap tobat kita dengan menyatakan bersama:
Saya Mengaku…
43 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa, (Hening sejenak)
Allah Bapa yang Sumber Damai dan Sukacita. Puji Syukur kami
sampaikan ke hadirat-Mu karena telah membawa kami dalam
pertemuan Prapaskah III hari ini. Kami hendak melihat kembali
kehidupan kami di tengah masyarakat bersama orang-orang di sekitar
kami sebagai sarana bagi kami untuk mewujudkan iman. Engkau telah
menganugerahkan pijakan negara kami lewat para pendiri bangsa
dalam bentuk Pancasila. Mohon penyertaan Roh Kudus-Mu, agar kami
dapat dihantar pada kehendak dan rencana-Mu yang luhur bagi
Indonesia. Seluruh pertemuan ini kami mohonkan pendampingan
dari-Mu, Tuhan Yesus Kristus sumber kebijaksanaan, hidup dan
perantara kami, kini dan sepanjang segala masa.
U Amin.
44 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
14:5 Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana
Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?"
14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku.
14:7 Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-
Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."
14:8 Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada
kami, itu sudah cukup bagi kami."
14:9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama
kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa
telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau
berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.
14:10Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di
dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan
dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah
yang melakukan pekerjaan-Nya.
14:11Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di
dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-
pekerjaan itu sendiri.
45 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Pendalaman dan Renungan
Bisa dibacakan atau diolah dari gagasan pokok.
Doa Umat
P Undangan Tuhan untuk membangun masyarakat yang menghidupkan
Pancasila dan menjadikannya sebagai pedoman hidup bertetangga.
Oleh karenanya, mari kita memohon kekuatan dan berkat dari Tuhan,
dengan mengungkapkan doa-doa:
46 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
L Bagi Keluarga-Keluarga Dalam Kring/Lingkungan Ini
U Amin.
Bapa Kami
47 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Doa Penutup
P Marilah kita berdoa, (Hening sejenak)
Allah yang Maha Pengasih, pertemuan ini sudah membawa kami
kepada-Mu, Jalan, Kebenaran dan Hidup kami. Sertailah kami supaya
kami terus menuju kepada-Mu dalam kepercayaan yang tak surut oleh
kekuatiran maupun kebencian. Ajarilah hati kami untuk terus mencintai
semua orang terlebih yang sering kami jumpai dalam hidup kami
sehari-hari dan menggunakannya sebagai sarana untuk mewujudkan
iman yang sejati. Dengan Pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan dan Juru
Selamat kami.
U Amin.
Pengutusan
P Marilah kita pergi menjadi saksi damai.
U Amin
48 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Pertemuan Partisipasi Aktif Umat Katolik Dalam
Prapaskah IV
Demokrasi yang Bermartabat
Tujuan Pertemuan
Gagasan Pokok
3. Pengawasan Partisipatif
Yang dimaksud dengan pengawasan partisipatif adalah masyarakat
dapat turut serta mengawasi pemilu baik dalam kampanye, masa
tenang, dan hari H pemilihan. Ada pun aktivitas yang dapat
dilakukan yaitu dengan memantau pelaksanaan pemilu,
melaporkan pelanggaran pemilu, menyampaikan informasi dugaan
pelanggaran pemilu, dan ikut mencegah terjadinya pelanggaran
pemilu.
Potensi pelanggaran pemilu terutama terkait dengan politik uang,
kampanye menggunakan sentimen SARA, penggunaan tempat
ibadah sebagai sarana berkampanye, penyebaran kabar bohong,
ujaran kebencian dan lainnya memerlukan partisipasi aktif yang
51 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
lebih dari masyarakat. Pertimbangan subyektifnya karena
terbatasnya pengawas pemilu dan secara obyektif memang
cakupan teritorial pengawasan begitu luas dan rasio personil
pengawasan tidak berimbang.
Pengawasan partisipatif ini tidak lain upaya mentransformasikan
gerakan moral menjadi gerakan sosial dengan konsekuensi
memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang kepemiluan dan
teknik pengawasan. Yang perlu ditekankan kembali bahwa
pengawasan partisipatif ini dibangun atas dasar kerelawanan dan
panggilan hati nurani untuk berperan serta mewujudkan pemilu
yang berkualitas, demokrasi yang bermartabat.
Di samping itu, keterlibatan riil yang memungkinkan dilakukan
sekaligus dapat menambah wawasan serta pengetahuan, dengan
cara menciptakan dan memperbanyak forum-forum diskusi terkait
kepemiluan atau pun politik, misalnya:
1. Diskusi informal di laur gereja/hierarki,
2. Diskusi umum melibatkan banyak pihak,
3. Diskusi dengan orang muda/pemilih muda dan kelompok
perempuan.
52 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
1. Orang Kristiani harus mengakui berbagai struktur kewenangan
institusional yang ada dalam masyarakat (keluarga, negara, atasan,
dan sebagainya). Jangan sampai ada yang mengatakan ‘karena
kami taat kepada Allah, atau pada Gereja, atau pada dorongan Roh
Kudus dalam hati, maka tuntutan keluarga, negara, atasan di
tempat kerja tidak lagi harus kita taati’. Tetapi,
2. Semuanya ini tetap hak Allah! Kita taat selama lembaga-lembaga
itu tidak melanggar etika! Maka bagi kita di satu pihak berlaku:
“Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah...” (Roma 13: 1).
Tetapi apabila negara atau atasan lain memerintahkan sesuatu
yang bertentangan dengan hak Allah, atau yang bertentangan
dengan moralitas, maka berlaku bahwa “kita harus lebih taat
kepada Allah daripada kepada manusia” (Kis. 5: 29).
Dalam hal ini politisi Katolik bebas memilih opsi politik, selama ia setia
pada cita-cita etika politik Katolik. Orang Katolik dapat berjuang di
beberapa partai akan tetapi diharapkan tetap menjunjung tinggi moralitas
Injil. Moralitas Katolik menuntut agar dalam segala-galanya keadilan sosial
menjadi tujuan.
53 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Kata Pengantar
P Saudara-saudari terkasih, tema Prapaskah IV ini adalah Partisipasi
Aktif Umat Katolik dalam Demokrasi yang Bermartabat. Tema ini
hendak mengajak kita umat Katolik yang juga warga negara
Indonesia untuk tidak menjadi penonton saja dalam kehidupan
demokrasi, tetapi terlibat secara aktif sesuai dengan peran yang
dapat kita ambil secara konkrit berdasarkan talenta, peluang dan
memandang ajaran dari Yesus sendiri. Marilah kita hening untuk
menyiapkan diri masuk dalam pertemuan ini.
Seruan Tobat
P Saudara-saudari terkasih. Sekarang marilah kita hening sejenak, masuk
dalam alam keheningan, untuk memeriksa hati kita, dan mohon ampun
kepada Allah atas segala dosa dan salah kita agar pantas menghadirkan
diri di hadapan-Nya dan menerima rahmat-Nya yang kita butuhkan.
54 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa (Hening sejenak),
Allah yang Maha Bijaksana, terimakasih kali ini kami dapat berkumpul
di tempat ini dalam pertemuan Prapaskah IV. Kami ingin mengarahkan
hati dan pikiran kami pada kebijaksanaan-Mu dan pada akhirnya nanti
dapat meneladan-Mu sesuai dengan peran yang Kau berikan kepada
kami. Doa ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus
dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa.
U Amin.
55 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu
berikan kepada Allah."
22:22 Mendengar itu heranlah mereka dan meninggalkan Yesus lalu
pergi.
P Demikianlah Sabda Tuhan
U Terpujilah Kristus
Doa Umat
56 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
L Bagi Para Pemimpin Daerah dan Pemimpin Negara Kita
Allah yang Maha Baik, sertailah para aktifis sosial dengan perlindungan
dan kebaikan-Mu. Semoga Engkau sendirilah yang menjadi sumber
inspirasi bagi gerakan mereka. Kami mohon...
U Amin.
Bapa Kami
Doa Penutup
58 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
P Semoga Tuhan memberkati kita, melindungi kita terhadap dosa, dan
mengantar kita ke hidup yang kekal: Dalam nama Bapa dan Putra dan
Roh Kudus.
U Amin
Pengutusan
P Marilah kita pergi menjadi saksi damai.
U Amin
59 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Pertemuan Kita Katolik. Kita Indonesia
Prapaskah V
Tujuan Pertemuan
Gagasan Pokok
Kehadiran dan karya Yesus yang membawa visi Kerajaan Allah, mengubah
sejarah keselamatan bagi semua manusia. Hubungan manusia dengan
Allah dan juga dengan sesamanya serta alam sekitarnya yang terputus dan
rusak karena dosa, keserakahan, kesombongan, egoisme, kedegilan,
ketertutupan hati manusia, kini dipulihkan, dipugar, dan disatukan
kembali. Lewat pemberian diri, penghampaan, penghambaan,
pengorbanan, dan penderitaan jalan salib hingga kematian-Nya di Puncak
Kalvari, manusia akhirnya, diperdamaikan kembali dengan Allah, dengan
sesamanya, dengan alam lingkungan dan juga dengan diri-Nya.
61 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Alur Pertemuan Prapaskah V
Ketua Lingkungan atau Ketua KBG atau Pemimpin mengawali pertemuan dengan
menyanyikan lagu pembuka.
Kata Pengantar
P Saudara-saudari terkasih, kita kembali berkumpul dalam pertemuan
APP di Masa Prapaskah ini. Dalam pertemuan kelima ini, kita akan
memaknai pertobatan kita sebagai persiapan terakhir sebelum
memasuki Pekan Suci dengan tema: “Kita Katolik. Kita Indonesia”.
Mari kita hening sejenak, untuk mempersiapkan pertemuan kita ini.
Seruan Tobat
P Saudara-saudari terkasih. Sekarang marilah kita hening sejenak, masuk
dalam alam keheningan, untuk memeriksa hati kita, dan mohon ampun
kepada Allah atas segala dosa dan salah kita agar pantas menghadirkan
diri dihadapan-Nya dan menerima rahmat-Nya yang kita butuhkan.
P Tuhan Yesus Kristus, Engkau diutus untuk menyembuhkan orang yang
remuk redam hatinya. Tuhan Kasihanlah kami
U Tuhan Kasihanilah kami
P Engkau datang untuk memanggil orang yang berdosa. Kristus
Kasihanilah kami.
U Kristus Kasihanilah kami
62 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
P Engkau duduk di sebelah kanan Bapa sebagai Pengantara kami. Tuhan
Kasihanilah kami.
U Tuhan kasihanilah kami.
P Semoga Allah memandang dan memperhatikan kita. Semoga Ia
menunjukkan kerelaan hati-Nya serta memberikan pengampunan dosa
dan damai sejahtera kepada kita.
U Amin
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa (Hening sejenak)
Allah yang Maha Rahim. Terima kasih kami kembali boleh berkumpul
sebagai cara kami mempersiapkan diri memasuki Pekan Suci dan
merayakaan Paskah, Kebangkitan Tuhan. Melalui pertemuan ini, kami
hendak merefleksikan diri sebagai orang Katolik dan sekaligus orang
Indonesia. Berkatilah kami untuk mengadakan pertobatan bersama
sehingga ada perubahan cara hidup, cara berada kami di tengah
masyarakat dan bangsa kami, Indonesia ini. Demi Kristus, Tuhan dan
Pengantara kami.
U Amin.
Doa Umat
P Dengan penuh syukur akan kerahiman Tuhan yang selalu
berkelimpahan, marilah kita ungkapkan doa-doa kita kepada-Nya:
Bapa Kami
P Saudara-saudari terkasih, marilah kita satukan seluruh doa, harapan,
dan niat-niat yang hendak kita bangun dan wujudkan dengan doa yang
diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada para murid-Nya: Bapa Kami...
Doa Penutup
P Marilah kita berdoa, (Hening sejenak)
Allah Sumber Pengampunan. Engkau tidak pernah menolak kami yang
lemah, rapuh dan berdosa ini datang menghadap-Mu. Terima kasih
untuk kesempatan yang mengubah kami masing-masing sehingga
semakin bangga sebagai orang Katolik sekaligus orang Indonesia.
66 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Berkatilah kami semua sehingga layak dan pantas merayakan Paskah,
Kebangkitan Putra-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U Amin
Pengutusan
P Marilah kita pergi menjadi saksi damai.
U Amin
67 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
DOA ARDAS TAHUN VII (2023):
TAHUN PENDIDIKAN CINTA BUDAYA DAN KADERISASI POLITIK CINTA TANAH AIR
Allah, Bapa kami yang penuh cinta dan belaskasih, Yesus Kristus Putera-Mu telah
menjadi manusia dan tinggal di tengah-tengah kami untuk mendorong kami agar
berkembang dalam cinta. Ia yang adalah pewahyuan sempurna cinta-Mu dan
Sang Kebenaran Sejati mengajari kami untuk memurnikan tata kebiasaan hidup
kami supaya kami semakin kaya dalam amal kasih kepada-Mu dan kepada
sesama.
Dalam semangat arah dasar keuskupan tahun ke VII ini, kami secara khusus
bersatu hati dengan orang-orang yang berkehendak baik bagi kesejahteraan
bersama dan kesatuan negara kami Indonesia. Mereka yang mengabdikan diri
dalam dunia politik semoga Engkau lindungi dan senantiasa Engkau murnikan
hati dan budinya untuk mengutamakan kepentingan umum bangsa kami ini.
Semoga para pemimpin negara dan wakil rakyat sungguh-sungguh
memperjuangkan kebenaran, keadilan dan kesatuan bagi masyarakat.
Kemuliaan....
Terpujilah.....
68 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Doa Masa PRAPASKAH (PS. 88)
69 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Penyerahan Keluarga kepada Tuhan Yesus (MB. 19A)
Tuhan Yesus,
Engkau menguduskan hidup keluarga
dengan hidup dalam keluarga
bersama Bunda Maria dan Santo Yosef di Nasaret.
Ya Yesus Kristus,
semoga kami hidup menurut pedoman Injil-Mu,
rukun, bijaksana, sederhana, dengan sayang menyayangi,
hormat menghormati, tolong menolong dengan senang hati.
Berilah supaya keramahan dan cinta kasih,
semangat pengorbanan, kerajinan dan penghasilan yang cukup
selalu berada dalam keluarga kami.
Semoga keluarga kami menjadi teladan
serta terang bagi keluarga-keluarga di sekitar kami.
Berkatilah kami,
agar janganlah di antara kami menjauh dari pada-Mu,
satu-satunya sumber kebahagiaan kami.
70 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Gerak Langkah Kita Sebagai Warga Gereja
(Seruan Moral Keuskupan Sufragan Tanjungkarang Menghadapi PEMILU 2024)
1. Setiap umat Katolik ambil bagian secara aktif untuk menggunakan hak
pilihnya dalam Pemilu (tidak golput) dan menentukan pilihan
berdasarkan suara hati, serta bersama-sama mewujudkan Pemilu yang
bersih dan bermartabat dengan menaati aturan dan per-Undang-
undangan yang berlaku.
2. Umat Katolik yang mempunyai hak suara dan para calon legislatif
hendaknya memberikan perhatian kriteria-kriteria pemimpin menurut
Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) yaitu:
A. Memegang teguh Pancasila dan UUD 1945.
B. Menghormati Kebhinnekaan.
C. Memiliki Integritas.
D. Mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi
atau golongan.
E. Mempunyai keberpihakan kepada kaum kecil-lemah-miskin-
tersingkir-difabel.
F. Memiliki rekam jejak yang terpuji.
G. Menjunjung tinggi martabat manusia.
H. Menjaga keutuhan alam ciptaan.
71 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
4. Gereja sebagai Institusi Keagamaan mempertahankan Netralitas
dengan tetap menjaga agar lingkungan gereja bebas dari atribut partai,
capres, caleg atau apapun yang berbau politik.
72 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4