Anda di halaman 1dari 72

Pengantar Gagasan Dasar TAHUN PENDIDIKAN CINTA BUDAYA DAN

Bahan APP 2024 KADERISASI POLITIK CINTA TANAH AIR

KITA KATOLIK, KITA INDONESIA


Peran Serta Umat Katolik
Dalam Mewujudkan Demokrasi yang Bermartabat

Pengantar

Pada Tahun 2024 ini, Masa Prapaskah akan dimulai dengan penerimaan
Abu pada hari Rabu, 14 Februari 2024, namun pada hari yang sama akan
dilaksanakan pemilihan umum untuk memilih para wakil rakyat dan
presiden – wakil presiden. Maka menjadi sangat penting upaya
membangun kehidupan umat Katolik yang 100% Katolik dan 100%
Indonesia, umat Katolik (= Keluarga) yang peduli pada dinamika kehidupan
masyarakat di lingkungannya di Propinsi Lampung. Kita sadar bahwa untuk
itu kita harus dididik agar semakin mencintai budaya dan membentuk
pribadi-pribadi yang punya karakter siap terjun berbakti di tengah
masyarakat. Penantian lahirnya pemimpin yang baru bagi bangsa kita,
diiringi dengan laku tapa rohani kita, dengan berpantang dan berpuasa.
Masa Prapaskah sebagai masa pertobatan.
Selain mempersiapkan perayaan Paskah yang agung, khidmat, dan sakral,
masa Prapaskah juga digunakan untuk merenungkan kesiapan hati,
rumah, keluarga dan komunitas kita sebagai ruang pertobatan akan
Sengsara, Wafat dan Kebangkitan Tuhan. Mendukung sekaligus
menghidupi ARDAS TAHUN VII, Tahun 2023 sebagai TAHUN PENDIDIKAN
CINTA BUDAYA DAN KADERISASI POLITIK CINTA TANAH AIR, maka masa
Prapaskah Tahun 2024 ini hendak mengajak keluarga-keluarga
membangun sikap berani mengatakan KITA KATOLIK, KITA INDONESIA.
Setiap pribadi dalam keluarga diharapkan semakin mencintai BUDAYA dan
TANAH AIR karena “Dengan prinsip, pada saat kita menjadi katolik yang
1|A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
sejati, otomatis kita menjadi warga Indonesia yang sejati. Ketika kita
menjadi orang katolik yang benar berarti kita menjadi warga Negara yang
benar, yang mendukung sepenuhnya tercapainya cita-cita bangsa” (Surat
Gembala Ardas Tahun ke VII 2023: Tahun Pendidikan Cinta Budaya dan
Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air).

Pada Prapaskah 2024 ini, Keuskupan Tanjungkarang mengundang


keluarga-keluarga untuk merenungkan tema: “KITA KATOLIK, KITA
INDONESIA: Peran Serta Umat Katolik Dalam Mewujudkan Demokrasi
yang Bermartabat”. Tema ini akan dikonkretkan dalam 5 Sub Tema yang
harapannya direnungkan selama 5 pekan Masa Prapaskah:
1. Memilih Pemimpin Terbaik (Markus 10 : 42 – 45)
2. Gereja, Negara dan Bonum Commune (Lukas 4 : 16 – 21)
3. Pancasila sebagai Dasar dan Pedoman Kehidupan Bertetangga
(Yohanes 14 : 1 – 11)
4. Partisipasi Aktif Umat Katolik Dalam Demokrasi yang
Bermartabat (Matius 22 : 15 – 22)
5. Kita Katolik. Kita Indonesia (Yakobus 2 : 14 – 22)

Bentuk pertemuan yang ditawarkan adalah sarasehan dalam kemasan


ibadat sabda di kelompok Komunitas Basis Gereja – KBG (10 – 15 KK
terdekat di lingkungan). Bahan pendalaman dan refleksi sebagai pengganti
kotbah dari ibadat sabda yang biasanya disampaikan oleh Pemimpin
Ibadat.

Selamat memasuki Masa Prapaskah


sekaligus
Membangun Keluarga yang Semakin Mencintai BUDAYA dan TANAH AIR

2|A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
KITA KATOLIK, KITA INDONESIA
Gagasan Dasar Permenungan Prapaskah 2024

Aneka Peristiwa

Pada Tahun 2024 ini, bangsa Indonesia menjalani Pesta Demokrasi,


yang diwarnai dengan drama, gimmick dan dinamika politik yang kompleks,
terkait dengan keputusan MK, penampilan calon presiden dan calon wakil
presiden, penggantian beberapa pejabat di TNI – kepolisian, “teror – ancaman”
yang diberikan kepada pendukung calon tertentu, serta kualitas beberapa calon
legislatif yang mempunyai sejarah “gelap”. Banyak orang dan umat bertanya
dimanakah posisi politik Gereja, disempitkan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI),
terlebih lagi jika ada beberapa calon presiden dan calon wakil presiden, atau
calon legislatif mempublikasikan (dan kadang mempolitisir) kunjungan mereka
ke para uskup. Dalam sidang KWI November 2023, secara khusus melalui
pertemuan dengan para tokoh, BAWASLU dan KPU, KWI mengeluarkan Pesan
Sidang KWI 2023 yang berbicara tentang seruan untuk perdamaian dan
menjaga kesatuan bangsa dan negara dalam pesta demokrasi yang akan datang.
Selain itu di awal Tahun 2023, ada persoalan dimana juga gereja (=
KWI), terlibat dalam penyelesaian korban Tindak Pidana Perdagangan Orang
(TPPO) di Batam, Undang-Undang Kesehatan (UU No. 17 Tahun 2023), Surat
Edaran (SEMA) MA No. 02 Tahun 2023 tentang penolakan permohonan
pencatatan perkawinan beda agama, dan Deklarasi Fiducia Suplicants 2023.
Gereja juga dilibatkan secara aktif oleh pemerintah dan lembaga-lembaga sosial
kemasyarakatan dalam Sekolah Kebangsaan, Gerakan Kebangsaan, Kesetaraan
Gender melawan Kekerasan terhadap Perempuan, Perlindungan Anak (Rumah
Ibadat Ramah Anak), Pencegahan Stunting, Pendampingan Para Lanjut Usia,
Pendampingan Kesehatan Mental, Aturan Pendirian Rumah Ibadat, dan lain-
lain.

3|A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Beberapa tahun yang lalu kita juga mendengar adanya Rm. Rantinus
Manalu dari Keuskupan Sibolga yang dikenal sebagai pejuang keadilan
menerima pencalonan dirinya sebagai Bupati Tapanuli Tengah, dan dilepaskan
oleh Uskup Ludovicus Simanulang dari yurisdiksi dan kuasa tahbisan; walaupun
akhirnya ia tidak terpilih sebagai bupati; pada Tahun 2020, sejumlah 57 pastor
pribumi Papua meminta negara memberi kesempatan untuk referendum di
Papua. Ada seorang imam Pangkal Pinang, Rm. Pascal, aktivis HAM, yang
dilaporkan ke polisi atas pencemaran nama baik karena melaporkan keterlibatan
oknum kepolisian dalam human trafficking (TPPO). Baru saja juga kita membaca
suspensi Rm. Benny Susetyo yang aktif sebagai anggota Badan Pembinaan
Ideologi Pancasila (BPIP).
Memilih Pemimpin Terbaik
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Makna dari kedaulatan berada di
tangan rakyat yaitu bahwa rakyat memiliki tanggung jawab, hak dan kewajiban
untuk secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk
pemerintahan guna mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat, serta
memilih wakil rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Menjadi calon
pemimpin itu dibutuhkan kemahiran berpolitik baik secara keilmuan ataupun
seni berkomunikasi.
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah sikap, pikiran, dan semangat
kejiwaan yang terpanggil untuk memimpin dengan segala macam ucapan,
perbuatan, dan perilaku hidup, untuk mendorong dan mengantarkan yang
dipimpinnya ke arah tujuan bersama. Dimensi kepemimpinan itu mencakup
aspek yang luas, dari penampilan pribadi, hubungan antar pribadi, dan dalam
organisasi.
Terdapat 3 (tiga) potensi kemampuan yang dapat dikembangkan oleh
setiap orang terutama untuk menjadi seorang pemimpin, yaitu:
1. Kemampuan intelegensia meliputi kemampuan logika, imajinasi dan daya
tangkap.

4|A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
2. Kemampuan dalam bekerja meliputi ketekunan, ketelitian, waktu kerja,
dan daya tahan terhadap tekanan dan beban.
3. Kemampuan dalam kepribadian menyangkut kebiasaan yang efektif, baik
secara fisik, sosial, emosional, maupun spiritual.
Seorang pemimpin harus mempunyai visi untuk menentukan ke mana arah
kepemimpinannya. Memimpin tidak hanya berarti mengambil keputusan yang
tepat, melainkan juga mengkomunikasikan tujuan-tujuannya kepada masyarakat.
Pemimpin juga harus mempunyai keberanian dalam menghadapi
berbagai tantangan, ancaman, dan masalah. Seorang pemimpin harus
memperlihatkan bahwa ia seorang yang berani mengambil keputusan yang
berat, berani memilih kebijakan yang tidak populer dan berani
mempertanggungjawabkannya kepada mereka yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin juga dituntut untuk mampu memimpin secara
demokratis dengan mengedepankan partisipasi dan inspirasi, menghormati
mekanisme yang ada, dan tidak melanggar hak-hak asasi manusia.
Di zaman sekarang, pemimpin berintegritas artinya pemimpin
mempunyai kualitas moral yang baik, dengan ciri-ciri:
1. Ia harus bertindak sesuai dengan keyakinannya daripada bersikap
oportunistik.
2. Ia bersedia dikritik dan dituntut pertanggungjawabannya atas
kepemimpinannya.
3. Ia harus adil dan bersedia mengaku kalau ia membuat kesalahan dan
tidak melemparkan kesalahan terhadap bawahan.
4. Ia harus memimpin secara transparan, artinya masyarakat dapat melihat
apa yang dilakukannya dan dapat menjelaskan pertimbangan dan
rasionalitas sebuah keputusan.
5. Ia harus mempunyai idealisme. Ia harus bercita-cita tinggi. Tidak bekerja
demi kantong, maupun keluarganya sendiri, melainkan demi kemajuan
mereka yang dipimpin dan kemajuan bangsa.
6. Ia tidak korup dan tidak mengizinkan sikap-sikap korup dalam
lingkungannya.

5|A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Ketika masyarakat mengharapkan Pemilihan Umum (Pemilu) memunculkan
pemimpin-pemimpin yang andal dan mampu dipercaya, maka mereka harus tahu
kriteria-kriteria apa saja bagi calon pemimpin itu layak untuk dipilih dan diberikan
kepercayaan:
1. Integritas
Integritas merujuk pada kepribadian dan karakter seseorang misalnya
dapat dipercaya, mempunyai komitmen, tanggung jawab, kejujuran,
kebenaran, dan kesetiaan. Calon pemimpin itu tidak pernah terlibat
dalam perbuatan rekayasa dan praktik-praktik politik yang menyimpang
(berbuat tidak jujur). Mereka tidak pernah ingkar janji juga tidak pernah
terlibat dalam perbuatan yang memberikan keuntungan dengan cara
melawan hukum.
2. Kompetensi
Kompetensi merupakan gabungan dari pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan karakteristik seseorang yang berkaitan dengan kinerja.
Kompetensi yang baik akan mengasilkan kinerja yang baik dengan cara
yang efektif dan efisien.
3. Kapabilitas
Makna kapabilitas hampir sama dengan kompetensi. Hanya kapabilitas
lebih detail dalam memahami sesuatu, termasuk juga cara-cara untuk
mengatasinya.
Ketiga hal tersebut dapat dipakai oleh rakyat untuk melihat calon pemimpin
yang akan dipilih dan diberi kepercayaan menjalankan kekuasaan politik.

Beberapa dokumen Gereja Katolik, khususnya dalam dokumen Konsili


Vatikan II berbicara tentang bagaimana Gereja Katolik menaruh perhatian
terhadap politik dan memberikan pesan moral bagi umat Katolik yang melibatkan
diri dalam dunia politik praktis.
“Terdorong oleh cinta akan bangsanya dan oleh rasa tanggung jawab
akan tugas-tugas sebagai warga negara, orang Katolik harus merasa dirinya
bertanggung jawab untuk memajukan kesejahteraan bersama dalam arti kata
yang sebenarnya. Mereka berusaha memperbesar pengaruh mereka, supaya
6|A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
perundang-undangan sejalan dengan hukum-hukum kesusilaan dan dengan
kesejahteraan bersama. Hendaknya orang-orang Katolik, yang mahir dalam
bidang politik, dan sebagaimana wajarnya berdiri teguh dalam iman serta ajaran
kristiani, jangan menolak untuk menjalankan urusan-urusan umum”
(Apostolicam Actuositatem, no. 14).
“Mereka yang cakap atau berbakat hendaknya menyiapkan diri untuk
mencapai keahlian politik, yang sukar sekaligus amat luhur dan berusaha
mengamalkannya tanpa memperhitungkan kepentingan pribadi atau keuntungan
materiil” (Gaudium et Spes, no. 75). Para Bapa Konsili juga menambahkan bahwa,
“Hendaknya para warga negara dengan kebesaran jiwa dan kesetiaan memupuk
cinta tanah air, tetapi tanpa berpandangan picik, sehingga serentak tetap
memperhatikan kesejahteraan segenap keluarga manusia, yang terhimpun
melalui berbagai ikatan antarsuku, antarbangsa, dan antarnegara” (Gaudium et
Spes, no. 75).
Calon pemimpin politik dari kalangan Katolik diminta untuk tetap berdiri
teguh dalam iman serta ajaran kristiani, selalu menerima untuk menjalankan
urusan-urusan umum, tidak memperhitungkan kepentingan pribadi atau
keuntungan materiil dan selalu memupuk cinta tanah air serta selalu
memperhatikan kesejahteraan bersama. “Tetapi Yesus memanggil mereka lalu
berkata: Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa
memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya
menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara
kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu,
hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya” (Markus 10: 42 – 44).
Perikop ini mau menekankan bahwa kedudukan, kekuasaan, dan
popularitas bukanlah ukuran kehormatan. Sikap hati yang sungguh-sungguh ingin
hidup bagi Allah dan bagi sesama manusia adalah yang paling baik. Yesus telah
memberikan teladan bahwa semua yang Ia lakukan tidak berorientasi pada
kedudukan melainkan pada pelayanan untuk kebaikan bersama. Yesus
membangun gerakan untuk mengubah tatanan sosial yang tidak adil.

7|A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Gereja, Negara dan Bonum Commune
Gereja merupakan persekutuan (communio) umat beriman berdasarkan
kesatuan Tri Tunggal Maha Kudus yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Karena Allah
yang diimani itu hidup dalam persekutuan kasih, maka Gereja memahami diri
sebagai persekutuan kasih. Hal itu dikuatkan oleh Konsili Vatikan II dalam
dokumen Lumen Gentium (LG) yang berbunyi, “Demikianlah seluruh Gereja
nampak sebagai umat yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa, Putra dan Roh
Kudus” (LG. 4).

Gereja sebagai persekutuan berarti bahwa antara awam, religius, dan


klerus saling mengakui dan menerima satu sama lain sebagai saudara. Kaum
awam dipanggil dan diutus untuk secara khusus mewujudkan Kerajaan Allah
melalui kehidupan dan tugas mereka di dunia (bdk. LG. 31). Para religius
memberi kesaksian tentang kasih Allah melalui hidup mereka yang dibaktikan
pada-Nya (bdk. LG 31). Ada pun klerus melaksanakan tugas dan wewenang sesuai
dengan tahbisan yang diterimanya untuk melayani saudara-saudaranya dalam
mencapai keselamatan (bdk. LG 18).

Allah Yang Maha Rahim itu tidak tinggal diam di dalam diri-Nya sendiri,
melainkan bergerak keluar, menciptakan dunia, memperkenalkan diri,
mewartakan, serta mewujudkan karya keselamatan kepada umat manusia dan
seluruh ciptaan. Inilah dasar utama bagi Gereja untuk menjadi persekutuan yang
terus bergerak.

Pewahyuan dan perwujudan karya keselamatan Allah itu memuncak


dalam peristiwa Yesus Kristus, yang rela menjadi manusia hingga wafat di salib
dan bangkit dari antara orang mati. Dalam kehidupan di dunia, Yesus Kristus
merintis gerakan untuk mewartakan kabar gembira. Ia menyampaikan kabar baik
kepada orang miskin, “...Memberitakan pembebasan kepada orang-orang
tawanan, penglihatan kepada orang-orang buta,...membebaskan orang-orang
tertindas” (Lukas 4: 19).

Oleh karena itu, Gereja diharapkan bergerak keluar demi keselamatan


manusia dan seluruh ciptaan. Gereja ingin mengikuti jejak Yesus Kristus yang
8|A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
telah merintis gerakan mewujudkan Kerajaan Allah dengan ikut mewartakan
kabar gembira dalam pelayanan yang tulus kepada sesama, khususnya mereka
yang miskin, lemah, dan tersingkir serta pelestarian lingkungan hidup. Gereja
Katolik tidak boleh menjadi persekutuan yang statis dan tertutup tetapi harus
menjadi sebuah gerakan yang hidup dan terbuka dalam turut membangun
Kerajaan Allah.

Pandangan dan pemikiran Gereja Katolik mengenai negara dan politik


dapat ditemukan dalam Konstitusi Pastoral tentang Gereja di dunia dewasa ini
atau Gaudium et Spes (GS). Dokumen itu juga membahas tentang hubungan
antara gereja dan negara. Terkait dengan hubungan gereja dan negara, dokumen
itu menyatakan, “Berdasarkan tugas maupun wewenangnya gereja sama sekali
tidak dapat dicampuradukkan dengan negara, dan tidak terikat pada sistem
politik mana pun juga” (GS. 76).

Wewenang gereja dan negara memang tidak dapat dicampuradukan,


tetapi gereja mempunyai kewajiban untuk bekerja sama dengan negara dalam
rangka mewujudkan cinta kasih dan keadilan. Terkait dengan hal itu, dokumen
GS menyatakan bahwa, “Gereja, yang bertumpu pada cinta kasih Sang Penebus,
menyumbangkan bantuannya, supaya di dalam kawasan bangsa sendiri dan
antara bangsa-bangsa makin meluaslah keadilan dan cinta kasih. Dengan
mewartakan kebenaran Injil, dan dengan menyinari semua bidang manusiawi
melalui ajaran-Nya dan melalui kesaksian umat kristen, gereja juga menghormati
dan mengembangkan kebebasan serta tanggung jawab politik para
warganegara” (GS. 76). Dari dokumen itu jelas bahwa Negara dan Gereja
mempunyai tujuan yang sama yaitu membangun manusia secara utuh.

Gereja Katolik juga melarang para hierarki untuk terlibat dalam politik
praktis (bdk. KHK 1983 Kan. 287 § 2). Mereka tidak boleh mencalonkan dan
dicalonkan sebagai anggota legislatif atau jabatan publik seperti Bupati,
Gubernur, atau Presiden dan Wakil Presiden. Namun, para hierarki diharapkan
memberikan perhatian dan dukungan moral-spiritual terhadap umat Katolik yang
akan ikut dalam kontestasi politik.

9|A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Istilah Bonum Commune berasal dari bahasa Latin yang berarti kebaikan
atau kesejahteraan umum. Kompendium Ajaran Sosial Gereja (ASG) no. 164
menyatakan bahwa kesejahteraan umum merujuk pada: “Keseluruhan kondisi
hidup kemasyarakatan yang memungkinkan baik kelompok-kelompok maupun
anggota-anggota perorangan untuk secara lebih penuh dan lebih lancar
mencapai kesempurnaan mereka sendiri”.

Gereja juga harus terlibat dalam mewujudkan bonum commune dalam


masyarakat. Gereja memandang perlu kerja sama dengan negara dalam
mewujudkan kesejahteraan umum tersebut. Peran gereja ini dijalankan oleh
kaum awam. Gereja mendorong kaum awam Kristiani untuk terlibat secara aktif
dalam kehidupan sosial terutama dalam bidang-bidang keluarga, kebudayaan,
kerja, ekonomi dan politik sesuai dengan kemampuannya (bdk. LG. 31).

Pancasila sebagai Dasar dan Pedoman Kehidupan Bertetangga


Pancasila bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah dasar negara
yang mengandung makna bahwa nilai-nilai yang ada di dalamnya menjadi
pedoman bagi penyelenggaraan negara. Penyelenggaraan hidup bernegara tidak
boleh menyimpang dari nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, dan Keadilan Sosial.

Indonesia memiliki pengalaman pahit di mana Pancasila sebagai ideologi


dan falsafah bangsa diselewengkan oleh pemegang kekuasaan. Runtuhnya sistem
kekuasaan pada masa lalu adalah akibat dari perilaku para pemimpin yang
menyalahgunakan serta menjungkirbalikkan nilai-nilai Pancasila demi ambisi
politik tertentu.

Meskipun agama Katolik tidak dapat mengidentifikasikan diri dengan


salah satu ideologi atau pola pemerintahan tertentu akan tetapi Umat Katolik
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Negara Indonesia memilih
Pancasila sebagai filsafat dan dasarnya. Pancasila mengandung nilai-nilai
manusiawi yang terungkap dalam kehidupan dan sejarah bangsa, dan dapat
diterima serta didukung semua golongan dan semua pihak di dalam masyarakat
yang majemuk. Gereja Katolik berharap adanya upaya lebih keras lagi untuk
10 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
mengaktualisasi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dengan saling menerima
dalam kekhasan masing-masing dan merawat kemajemukan bangsa. Demikianlah
yang paling mendasar, Pancasila sebagai dasar dan pedoman kehidupan
bertetangga, masyarakat yang paling bawah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Konsili Vatikan II dalam dokumen Nostra Aetate (NA) yang berbicara


tentang hubungan Gereja dengan agama-agama bukan Kristen menyatakan
bahwa: “Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam agama-agama itu
serba benar dan suci. Dengan sikap hormat dan tulus, Gereja merenungkan cara-
cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah, serta ajaran-ajaran, yang memang
dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi
tidak jarang memantulkan sinar kebenaran yang menerangi semua orang” (NA.
2). Pernyataan ini sebagai bentuk pengakuan akan fakta kemajemukan di dunia.
Gereja hidup, berjuang, dan berziarah di tengah kemajemukan. Namun, bukan
berarti Gereja Katolik merelatifkan semua agama. Pernyataan ini lebih mengarah
pada penghargaan atas perbedaan sebagai realitas. Meskipun begitu, Gereja
tiada hentinya tetap mewartakan Kristus, sebagai jalan, kebenaran, dan hidup
(Yohanes 14: 6). Dalam kehidupan beragama, masing-masing pemeluk agama
tentu tidak dapat menerima perkataan “semua agama sama saja”, meskipun kita
tidak mengikuti keyakinan agama yang lain akan tetapi kita mesti tetap
menghormatinya.

Konferensi Nasional umat Katolik Indonesia Tahun 2017 mempertegas


kembali bahwa para pendiri bangsa (Founding Fathers) dengan sangat tepat dan
benar telah mewariskan Pancasila kepada bangsa Indonesia. Hanya Pancasila
yang dapat menjadi dasar negara dan falsafah kehidupan bangsa Indonesia yang
sangat multikultur, karena digali dari nilai-nilai luhur nusantara.

Penegasan ini berangkat dari pemikiran adanya pertentangan kuat dan


keras yang muncul antara pendukung Pancasila dan yang menolak Pancasila. Hal
itu tidak hanya memunculkan keprihatinan dan kekhawatiran, tetapi harus diakui
juga, merupakan berkah (blessing in disguise) bagi bangsa, negara, dan tanah air
Indonesia karena mengingatkan kembali akan perjanjian luhur bangsa Indonesia
11 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
yang harus selalu dipelihara dan dijaga. Harus diakui, kondisi bangsa saat ini
mendorong para pemimpin untuk terbuka matanya dan bangun setelah tidur
panjang karena dinanabobokan oleh semangat Reformasi. Bangsa Indonesia dari
Sabang sampai Merauke digugah dan disadarkan adanya ancaman disintegrasi
yang amat serius yang dihadapi oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Ancaman disintegrasi itu meletakkan bangsa, negara, serta Kemerdekaan
Indonesia pada masa depan yang kabur dan bahkan tidak jelas. Berbagai
fenomena politik yang muncul secara tidak langsung juga mempertanyakan
kembali hakikat Konsensus Dasar Nasional yakni Pancasila, NKRI, Bhinneka
Tunggal Ika, dan UUD RI 1945.

Butir-butir yang dihasilkan dalam Konferensi Nasional Umat Katolik


Indonesia Tahun 2017, yaitu:

1. Amat perlu membangun manusia Katolik yang berkarakter dan


berintegritas mulai dari keluarga. Agar bisa menjadi model bagi orang
lain dan menjadi pimpinan di mana pun.
2. Secara kesejarahan, Umat Islam sebenarnya berbesar hati demi kesatuan
dan persatuan Indonesia. Hal itu dilakukan melalui pencabutan 7 kata
dalam Piagam Jakarta. Karena itu, umat Katolik juga perlu
menghargainya, tidak dengan cara menjadikan Pancasila sebagai mantra,
namun sebagai sesuatu yang konkret.
3. Hukum memainkan peran penting dalam revitalisasi Pancasila.
Konsistensi hukum khususnya menyangkut pembuatan dan implementasi
hukum adalah yang diharapkan dari hukum tersebut.
4. Radikalisme harus dilawan. Dalam kaitan itu, penertiban media sosial
jangan setengah-setengah. Kontra narasi melalui berbagai arah harus
dilakukan maksimal.
5. Diingatkan agar jangan sampai upaya merevitalisasi Pancasila membuat
kita kembali seperti zaman Orde Baru. Khazanah kita tentang Pancasila
tidak kaya, hanya melalui gambaran masa Orde Lama, Orde Baru, dan
Reformasi.

12 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
6. Partisipasi politik umat Katolik Indonesia yang signifikan adalah niscaya
dalam pikiran, perkataan, dan terutama, dalam perbuatan.

Partisipasi Aktif Umat Katolik dalam Demokrasi yang Bermartabat


Mewujudkan demokrasi yang bermartabat tidak lepas dari proses pemilu
yang berkualitas. Mewujudkan pemilu yang berkualitas merupakan visi bersama
tak terkecuali bagi umat Katolik. Pemilu yang berkualitas tentunya tidak semata
berhenti dalam kata-kata melainkan juga perbuatan. Partisipasi aktif dalam
pemilu tidak sekedar menggunakan hak pilih melainkan ikut serta mengawal
penyelenggaraan pemilu.
Pada prinsipnya partisipasi itu tidak melanggar prinsip etis kepemiluan di
antaranya, pertama, tidak untuk melakukan keberpihakan yang menguntungkan
atau merugikan peserta pemilu; kedua, tidak mengganggu proses
penyelenggaraan tahapan pemilu; ketiga, bertujuan meningkatkan partisipasi
politik masyarakat secara luas; dan keempat, upaya mendorong terwujudnya
suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan pemilu yang aman, jujur, damai,
tertib dan lancar.
Partisipasi yang dapat dilakukan dalam pemilu, yaitu:
1. Menggunakan Hak Pilih/Pemberian Suara
Sejauh tidak dibatasi hak pilih sebagai hak politiknya maka warga negara
diharapkan dapat menggunakan hak pilihnya secara cerdas dan
bertanggung jawab. Melakukan pemilihan secara benar dan mampu
memilih pemimpin berintegritas serta berkompeten berdasarkan rekam
jejak sesuai hati nurani.

2. Sosialisasi Pemilu dan Pendidikan Politik


Setiap warga negara perlu untuk diberikan sosialisasi Pemilu yang di
antaranya dapat berisi tentang aturan Pemilu yang terbaru, daftar
peserta Pemilu, baik partai politik maupun perseorangan, kampanye
politik bersih, keterwakilan perempuan dalam politik, cara memilih yang
benar, dan lain-lain.

13 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Selain sosialisasi pemilu tidak kalah pentingnya juga memberikan
pendidikan politik. Pendidikan politik dimaksudkan supaya calon pemilih
mempunyai pemahaman politik yang lebih maju dan dewasa. Terkhusus
untuk umat Katolik, selain tentang politik dan kepemiluan yang perlu
diberikan yaitu etika politik sesuai dengan Ajaran Sosial Gereja (ASG).
Mengapa demikian? Karena etika politik merupakan bentuk sumbangan
hierarki gereja bagi umat yang terjun dalam bidang politik.

Beberapa segmentasi prioritas dalam melakukan sosialisasi pemilu dan


pendidikan politik, yaitu:
a. Pemilih Pemula dan Pemilih Muda
Pemilih pemula merupakan pemilih yang baru mempunyai hak untuk
memilih. Mereka dipandang paling riskan dan mudah dipengaruhi
hal-hal negatif dan di sisi yang lain memiliki potensi daya kritis dalam
menentukan sebuah hasil pemilu.
b. Pemilih Perempuan
Pemilih perempuan merupakan kelompok pemilih yang perlu
ditingkatkan kesadaran serta partisipasi mereka dalam politik dan
menyuarakan pilihan. Hal ini perlu, mengingat membangun
pemahaman kesetaraan perempuan di bidang politik dalam
konstruksi masyarakat saat ini bukan sesuatu yang mudah, karena
acapkali didominasi cara berpikir lama yang menempatkan
perempuan pada urusan domestik rumah tangga.
c. Pemilih Penyandang Disabilitas
Pemilih penyandang disabilitas adalah pemilih yang sejak lahir atau
karena sesuatu hal memiliki keterbatasan kemampuan secara fisik,
intelektual dan/atau mental. Diperlukan perlakuan khusus terhadap
pemilih penyandang disabilitas dalam pemilu agar aspirasi politik
mereka tersalurkan. Kebutuhan untuk penyandang disabilitas ini
diterjemahkan dalam aspek-aspek yang sangat teknis dengan
harapan tidak ada lagi hambatan sedikit pun untuk menggunakan
hak pilihnya. Di antaranya penyediaan surat suara braile bagi

14 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
penyandang tuna netra, kursi roda bagi yang lumpuh, dan
sebagainya.

3. Pengawasan Partisipatif
Yang dimaksud dengan pengawasan partisipatif adalah masyarakat dapat
turut serta mengawasi pemilu baik dalam kampanye, masa tenang, dan
hari H pemilihan. Ada pun aktivitas yang dapat dilakukan yaitu dengan
memantau pelaksanaan pemilu, melaporkan pelanggaran pemilu,
menyampaikan informasi dugaan pelanggaran pemilu, dan ikut
mencegah terjadinya pelanggaran pemilu.
Potensi pelanggaran pemilu terutama terkait dengan politik uang,
kampanye menggunakan sentimen SARA, penggunaan tempat ibadah
sebagai sarana berkampanye, penyebaran kabar bohong, ujaran
kebencian dan lainnya memerlukan partisipasi aktif yang lebih dari
masyarakat. Pertimbangan subyektifnya karena terbatasnya pengawas
pemilu dan secara obyektif memang cakupan teritorial pengawasan
begitu luas dan rasio personil pengawasan tidak berimbang.
Pengawasan partisipatif ini tidak lain upaya mentransformasikan gerakan
moral menjadi gerakan sosial dengan konsekuensi memiliki pengetahuan
dan keterampilan tentang kepemiluan dan teknik pengawasan. Yang
perlu ditekankan kembali bahwa pengawasan partisipatif ini dibangun
atas dasar kerelawanan dan panggilan hati nurani untuk berperan serta
mewujudkan pemilu yang berkualitas, demokrasi yang bermartabat.
Di samping itu, keterlibatan riil yang memungkinkan dilakukan sekaligus
dapat menambah wawasan serta pengetahuan, dengan cara
menciptakan dan memperbanyak forum-forum diskusi terkait
kepemiluan atau pun politik, misalnya:
1. Diskusi informal di laur gereja/hierarki,
2. Diskusi umum melibatkan banyak pihak,
3. Diskusi dengan orang muda/pemilih muda dan kelompok
perempuan.

15 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Umat Katolik dalam berpartisipasi mensukseskan pemilu sebagai wujud
membangun demokrasi yang bermartabat perlu mengerti juga tentang etika
politik. Pemahaman ini bisa menjadi dasar dalam menentukan pilihan dan
mengawal demokrasi. Etika politik yang dikembangkan oleh Gereja berdasarkan
ajaran Yesus. Dasar itu adalah, “Berikan kepada kaisar apa yang menjadi hak
kaisar dan kepada Allah apa yang menjadi Hak Allah” (Matius 22: 21). Prinsip ini
sebenarnya tidak pertama-tama mengenai pemisahan antara bidang urusan
negara dan bidang urusan agama melainkan dinyatakan dalam dua hal:
1. Orang Kristiani harus mengakui berbagai struktur kewenangan
institusional yang ada dalam masyarakat (keluarga, negara, atasan, dan
sebagainya). Jangan sampai ada yang mengatakan ‘karena kami taat
kepada Allah, atau pada Gereja, atau pada dorongan Roh Kudus dalam
hati, maka tuntutan keluarga, negara, atasan di tempat kerja tidak lagi
harus kita taati’. Tetapi,
2. Semuanya ini tetap hak Allah! Kita taat selama lembaga-lembaga itu
tidak melanggar etika! Maka bagi kita di satu pihak berlaku: “Tiap-tiap
orang harus takluk kepada pemerintah...” (Roma 13: 1). Tetapi apabila
negara atau atasan lain memerintahkan sesuatu yang bertentangan
dengan hak Allah, atau yang bertentangan dengan moralitas, maka
berlaku bahwa “kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada
manusia” (Kis. 5: 29).
Dalam hal ini politisi Katolik bebas memilih opsi politik, selama ia setia pada cita-
cita etika politik Katolik. Orang Katolik dapat berjuang di beberapa partai akan
tetapi diharapkan tetap menjunjung tinggi moralitas Injil. Moralitas Katolik
menuntut agar dalam segala-galanya keadilan sosial menjadi tujuan.

Gereja tetap mempunyai hak untuk “memberikan penilaian moral,


bahkan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tatanan politik, ketika hak-hak
dasar seseorang atau keselamatan jiwa menuntutnya, dengan menggunakan
semua dan hanya cara-cara yang konsisten. ”Demi Injil dan demi kebaikan semua
orang sesuai dengan keragaman waktu dan situasi” (GS. No. 76). Penilaian ini
biasanya bersifat negatif, dalam arti menunjukkan bahwa suatu doktrin politik
tertentu bertentangan dengan doktrin Gereja: dua contoh yang paling terkenal
16 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
adalah kecaman terhadap Nazisme (Pius XI, Ensiklik Mit Brenender Sorge) dan
komunisme (Pius XI, Ensiklik Divini Redemptoris) pada tahun 1937. Penilaian
moral ini, jika terjadi, tidak boleh dipahami sebagai campur tangan Gereja
terhadap kebebasan umat Katolik atau lembaga negara, namun sebagai orientasi
moral bagi kaum awam agar mampu menjalankan misi mereka dalam mengubah
struktur duniawi supaya sejalan dengan terang ajaran Injil.

Misi kaum awam adalah merubah struktur-struktur duniawi dalam


masyarakat: merekalah yang harus “menerangi dan mengatur semua urusan-
urusan duniawi yang berkaitan erat dengan mereka, sedemikian rupa sehingga
hal-hal tersebut terus-menerus dilaksanakan sesuai dengan semangat
kemanusiaan…” (LG. No. 31). Tugas ini merupakah panggilan khas kaum awam
untuk “menemukan atau merancang cara agar tuntutan doktrin dan kehidupan
kristiani dapat meresap ke dalam realitas sosial, politik dan ekonomi”
(Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 899).
Umat awam dapat bertindak sesuai dengan kompetensi mereka, dan
dalam menggunakan kebebasan mereka, mereka akan mengusulkan – bersama
dengan warga negara lainnya, Katolik atau non-Katolik – berbagai solusi terhadap
masalah sosial dan politik yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Solusi
tersebut akan ditawarkan kepada masyarakat atas tanggung jawabnya sendiri.
Tidak seorang pun umat beriman dapat menganggap dirinya atau program
politiknya sebagai yang paling sesuai dengan doktrin Gereja. Wajar jika ada banyak
solusi bagi masalah yang sama. Gereja tidak menyukai solusi politik apa pun di
antara solusi yang diusulkan oleh warga negara.

Negara tidak dapat melarang seorang uskup atau imam untuk


berpartisipasi dalam kehidupan politik, karena akan sangat bertentangan
dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (lih. Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia, PBB 10 Desember 1948, pasal 2 dan 18). Para imam tidak
berpartisipasi dalam kehidupan politik secara sukarela di hadapan otoritas sipil,
meskipun alasan mendasar mengapa mereka bertindak seperti ini adalah
karena ketaatan pada otoritas gerejawi dan pertimbangan akan keunggulan
panggilan mereka. Oleh karena itu, pengabdian para uskup dan para imam pada

17 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
pelayanan rohani mendorong pengembangan masyarakat sipil tanpa merasa
perlu atau nyaman bagi mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam
kehidupan politik.
Dengan tidak berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik, mereka tidak
melakukan apa pun selain meneladan Tuhan, yang menolak dinyatakan sebagai
raja oleh banyak orang (lih. Yohanes 6: 15). Yesus menyatakan diri-Nya sebagai
raja di hadapan Pontius Pilatus (lih. Matius 27: 11, 14) meskipun Ia tahu bahwa
tanggapannya terhadap prokurator Romawi dapat menyebabkan kematian
(Yohanes 19: 10). Kontradiksi ini diselesaikan dengan pemahaman bahwa
kerajaan Allah bukan dari dunia ini (Yohanes 18: 36). Ajaran Yesus tentang
keterlibatan politiknya nampak dalam sabda-Nya: “Berikan kepada Kaisar apa
yang menjadi hak Kaisar, dan berikan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah”
(Markus 12: 13 – 17); demikian pula jawaban orang yang memintanya menjadi
perantara agar saudaranya dapat membagi harta warisan bersamanya:
“Siapakah yang mengangkat aku menjadi hakim atau pemisah di antara kamu?”
(Lukas 12: 14). Dapat dicatat bahwa dalam kisah ini mungkin orang yang
bertanya itu benar melihat Yesus sebagai tokoh politik. Namun Tuhan kembali
menegaskan bahwa kerajaan-Nya bukan dari dunia ini, dan ia memilih untuk
tidak memberikan keputusan mengenai masalah-masalah ini.
Oleh karena itu, para imam, menahan diri untuk tidak ikut campur
tangan secara aktif dalam kegiatan politik, meneladani teladan Tuhan yang
menolak campur tangan dalam permasalahan yang sama.

Kita Katolik. Kita Indonesia


Semangat dasar gerakan APP adalah pertobatan dan solidaritas. Santo
Yohanes Paulus II mengatakan bahwa pertobatan adalah suatu perubahan
tingkah laku atau mentalitas atau cara berada (Bdk. Mrk. 13: 3, 5; Yes. 30: 15).
Jalan pertobatanlah yang diharapkan dapat menjembatani kesenjangan yang ada
dan semakin tumbuhnya kesadaran untuk berbagi.
Pertobatan semakin menjadi nyata ketika kita berani terlibat dalam
realitas kehidupan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama dalam semangat
persaudaraan dan solidaritas.

18 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Yesus Kristus adalah Putera Allah yang menjelma menjadi manusia. Dia
hadir, ada dan menjadi pelaku sejarah hidup yang membawa semua manusia
dengan segala warna budaya, suku, agama yang berbeda-beda menuju pada
damai sejahtera, kebaikan, kebahagiaan, keadilan, kedamaian, dan persatuan
serta persaudaraan yang sejati. Dalam Yesus semua orang menjadi saudara satu
dengan yang lain, yang diikat dalam kesatuan kasih yang sama, dan mengundang
siapa saja untuk memandang dan memperlakukan siapapun mereka sebagai
saudara-saudari sebagaimana kita memperlakukan-mengasihi diri kita sendiri.
Dan bahkan sampai pada kedalaman hati dan empati, “Kegembiraan dan
harapan, duka dan kecemasan manusia zaman ini, khususnya yang miskin dan
menderita, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid
Kristus….” (Gaudium et Spes art. 1).

Kehadiran dan karya Yesus yang membawa visi Kerajaan Allah,


mengubah sejarah keselamatan bagi semua manusia. Hubungan manusia dengan
Allah dan juga dengan sesamanya serta alam sekitarnya yang terputus dan rusak
karena dosa, keserakahan, kesombongan, egoisme, kedegilan, ketertutupan hati
manusia, kini dipulihkan, dipugar, dan disatukan kembali. Lewat pemberian diri,
penghampaan, penghambaan, pengorbanan, dan penderitaan jalan salib hingga
kematian-Nya di Puncak Kalvari, manusia akhirnya, diperdamaikan kembali
dengan Allah, dengan sesamanya, dengan alam lingkungan dan juga dengan diri-
Nya.

Kendatipun Yesus adalah Putera Allah, Dia tidak mempertahankan status


ke-Putra-an-Nya. Namun Dia rela mengambil rupa dalam diri seorang manusia,
dan menjadi sama seperti manusia kecuali dalam hal dosa. Dia berkarya dan
menghadirkan Kerajaan Allah, mewartakan kabar gembira, injil sukacita, berita
kesukaan untuk semua orang. Bukan hanya untuk bangsa-Nya, suku-Nya, garis
keturunan-Nya. Dia membuka hati dengan penuh belas kasih untuk siapa saja,
mereka yang berbeda latar belakang budaya, ras, suku, agama dan lain
sebagainya di bumi Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. Dengan melawan
politisasi SARA, umat Katolik telah menjadi warga negara Indonesia yang baik
dengan turut mempertahankan NKRI dan menjadi umat Allah dengan

19 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
menjalankan tugas perutusan Gereja dalam kehidupan masyarakat, berbangsa
dan bernegara.

Misi Gereja bukanlah memberikan jawaban konkrit terhadap persoalan


sosial di setiap waktu dan tempat, karena tugas ini menjadi tugas utama
pemerintah. “Masyarakat yang adil tidak bisa menjadi hasil karya Gereja,
melainkan hasil politik” (DCE. No. 28). Gereja dapat membantu dalam banyak
cara untuk mencapai tujuan keadilan sosial melalui pedoman moral, penyebaran
Ajaran Sosial Gereja (ASG) atau peningkatan kesadaran akan masalah-masalah
yang ada di tengah masyarakat. Gereja tidak boleh menjalankan usaha politiknya
sendiri untuk menciptakan masyarakat yang paling adil. Gereja tidak dapat dan
tidak seharusnya menggantikan Negara.

Kitab Hukum Kanonik (KHK) 1983 Kan. 287 §2 menyatakan bahwa para
imam dilarang untuk turut ambil bagian aktif dalam partai-partai politik dan
dalam kepemimpinan serikat-serikat buruh, kecuali jika menurut penilaian
otoritas gerejawi yang berwenang hal itu perlu untuk melindungi hak-hak
Gereja atau memajukan kesejahteraan umum.
Ketentuan yuridis ini memiliki pertautan yang erat dengan paragraf
yang pertama dari Kanon 287 §1, di mana dikatakan bahwa para klerus
hendaknya selalu memupuk damai dan kerukunan dengan sekuat tenaga
berdasarkan keadilan yang harus dipelihara di antara sesama manusia.
Norma Kanon 287 ini mengandung dua bentuk kewajiban, yakni:
Pertama, para klerus memiliki kewajiban yang bersifat positive, habitual and
permanent untuk membantu mempromosikan dan menjaga harmoni dan
perdamaian di antara sesama. Hal ini berarti bahwa seorang imam berkewajiban
membela hak-hak asasi manusia karena kewajiban ini bersifat natural atau positif.
Kewajiban untuk mempromosikan perdamaian dan keadilan serta membela hak-
hak asasi manusia memiliki dasarnya dalam human dimension dari misteri
Penebusan (bdk. Ensiklik Redemptoris hominis; KHK Kan. 474 §2; Kan. 768 §2;
Konggregasi Doktrin Imam, Nota dottrinale circa alcune questioni riguardanti
l’impegno e il comportamento dei cattolici nella vita politica, 24-XI-2002, n. 1).

20 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Dalam konteks sosial-politik, Sinode Para Uskup tahun 1971
menegaskan bahwa bersama dengan seluruh Gereja, para imam diwajibkan,
untuk dengan sekuat tenaga, memilih pola tindakan yang pasti, ketika
berhadapan dengan persoalan seputar pembelaan hak asasi manusia yang
fundamental dan promosi pengembangan diri manusia yang utuh serta pencarian
terhadap berbagai penyebab yang mengakibatkan belum terwujudnya
perdamaian dan keadilan. Berbagai sarana yang digunakan untuk maksud itu
harus selalu sesuai dengan Injil. Prinsip-prinsip ini tidak hanya sah dalam lingkup
individual, tetapi juga dalam bidang sosial dimana para imam harus membantu
umat awam dalam mengabdikan diri dengan membentuk hati nurani mereka
secara benar (bdk. Enchiridion Vaticanum, IV, 1194). Sikap ini digarisbawahi
lebih jelas dalam Katekismus Gereja Katolik: “Bukanlah urusan gembala-
gembala Gereja supaya secara langsung campur tangan di dalam struktur politik
dan di dalam organisasi kehidupan sosial. Tugas ini termasuk dalam perutusan
awam beriman, yang karena dorongan sendiri, bekerja sama dengan sesama
warga negaranya” (KGK. No. 2442).
Tentu saja, seorang imam memiliki hak untuk memiliki pendapat politik
pribadi dan menggunakan hak suara sesuai dengan hati nuraninya. Sinode Para
Uskup menyinggung hal ini dengan mengatakan bahwa dalam keadaan di
mana ada terdapat perbedaan yang sah menyangkut pilihan politik, sosial,
dan ekonomi, para imam, seperti semua warga negara lainnya, memiliki hak
untuk membuat pilihan pribadi mereka sendiri. Namun mengingat bahwa
pilihan politik secara alami bersifat kontingen dan tidak pernah sepenuhnya
memadai sebagai cara abadi untuk menafsirkan Injil, maka imam, yang
merupakan saksi dari hal-hal yang akan datang, harus menjaga jarak tertentu
dari jabatan politik atau keterlibatan politik tertentu (bdk. Enchiridion Vaticanum,
IV, 1195).
Selain itu, penting untuk disadari bahwa hak imam untuk
menyatakan pilihan pribadinya dibatasi oleh berbagai tuntutan pelayanan
imamatnya. Di tengah realitas sosial-politik, seorang imam harus menjadi a
strong sign of unity, tanda persatuan yang kuat, untuk dapat
memberitakan Injil secara meyakinkan. Lebih jauh dari itu, ia harus menghindari
pemberian pilihannya sendiri sebagai satu-satunya yang sah, dan dalam
21 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
komunitas Kristen, ia harus menghormati kedewasaan kaum awam (bdk.
Enchiridion Vaticanum, IV, 1196), dan bahkan bekerja untuk membantu kaum
awam mencapai kedewasaan dengan membentuk hati nurani mereka (bdk.
Enchiridion Vaticanum, IV, 1194). Para imam harus melakukan apa yang mungkin
untuk tidak menciptakan musuh dengan mengambil posisi politik yang
menyebabkan ketidakpercayaan umat atau membuat umat beriman yang
dipercayakan kepada penggembalaannya menjauhkan diri.

Kedua, sebagai ketentuan umum, para imam dilarang untuk turut


mengambil bagian aktif dalam partai-partai politik dan dalam kepemimpinan
serikat-serikat buruh. Gereja menghendaki agar para imam sebagai public
figures sungguh-sungguh dapat diandalkan untuk mendamaikan dan
merukunkan sesamanya tanpa diskriminasi karena politik adalah bidang yang
rawan atau rentan dengan pertentangan dan permusuhan, yang sarat dengan
kepentingan diri atau kelompok. Larangan seperti ini sama sekali tidak
meniadakan hak politik para imam. Imam tidak dilarang memberikan suaranya
dalam pemilu, bicara tentang politik, mengkritisi kebijakan politik dan
kebobrokan praktik politik kekuasaan, atau menyerukan himbauan moral-
politik.
Ketentuan normatif yang mengatur larangan ini, di sisi lain, memuat pula
klausul hukum yang mengatur pengecualian tertentu dimana para imam dapat
terlibat secara aktif dalam politik jika hal itu perlu untuk melindungi hak-hak
Gereja atau memajukan kesejahteraan umum. Di lain pihak, keterlibatan seperti
ini tidak dapat diperkenankan jika tidak mendapat izinan dari otoritas Gereja.
Pengecualian ini dapat dipahami dari empat sudut pandang. Pertama, Gereja
mengakui bahwa hak politik adalah hak asasi imam; Kedua, Gereja menyadari
bahwa perjuangan untuk membela hak-hak publik dan kesejahteraan umum
adalah juga merupakan bagian dari tugas dan tanggungjawab kaum klerus;
Ketiga, keterlibatan seorang imam dalam gelanggang politik praktis
dimungkinkan jika situasi menuntut demi membela dan melindungi hak-hak
publik Gereja dan kesejahteraan umum; Keempat, jika imam hendak terlibat
dalam politik praktis, maka ia harus mendapat izinan dari otoritas gerejawi.
Dengan kata lain, penilaian untuk boleh tidaknya seorang imam terlibat secara
22 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
langsung dalam politik praktis adalah wewenang atasan imam yang bersangkutan
dan not the cleric himself.

Penutup

Pada dasarnya politik bertujuan untuk mengupayakan kesejahteraan umum dan


kebaikan bersama (bonum commune). Politik juga merupakan salah satu sarana
keselamatan. Keterlibatan imam dalam politik dapat dibenarkan sejauh mereka
senantiasa terlibat aktif dalam memberikan pencerahan, advokasi serta
penyadaran politik masyarakat di tingkat akar rumput dengan memberikan
kriteria-kriteria moral-etis. Gereja melarang (walaupun ada pengecualian
tertentu) keterlibatan imam dalam politik praktis demi menjaga self identity
seorang imam sebagai pelayan Tuhan dan simbol pemersatu umat. Pilihan tentu
saja ada di tangan imam itu sendiri.

“Menjalani Tahun Pendidikan Cinta Budaya dan Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air
berarti membangun kesadaran akan makna dan tujuan politik yang murni dan
sejati. Hal ini merupakan panggilan sebagai warga untuk mengembalikan makna
dan arti politik dalam hakikatnya yang benar; yakni upaya dan sarana untuk cita-
cita luhur warga bangsa dalam mengusahakan kesejahteraan bersama (bonum
commune); seperti tertuang dalam Surat Gembala Uskup Tanjungkarang No.
001/SGU/GIO/TJKG/I/2023”.

Selamat merayakan Paskah, Kebangkitan Tuhan menjadi Keselamatan dunia.

Kita Katolik. Kita Indonesia

Disarikan dari berbagai sumber oleh RP. Ignasius Supriyatno MSF

23 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Pertemuan Memilih Pemimpin Terbaik
Prapaskah I

Tujuan Pertemuan
1. Menumbuhkan semangat dan keberanian umat Katolik untuk
terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Membangun kesadaran umat Katolik untuk memilih pemimpin yang
terbaik.
3. Umat Katolik terlibat upaya mengusahakan persatuan dan
kesejahteraan bersama.

Gagasan Pokok

Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Makna dari kedaulatan berada di tangan
rakyat yaitu bahwa rakyat memiliki tanggung jawab, hak dan kewajiban untuk
secara demokratis memilih pemimpin yang akan membentuk pemerintahan guna
mengurus dan melayani seluruh lapisan masyarakat, serta memilih wakil rakyat
untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Menjadi calon pemimpin itu
dibutuhkan kemahiran berpolitik baik secara keilmuan ataupun seni
berkomunikasi.
Kepemimpinan pada hakikatnya adalah sikap, pikiran, dan semangat kejiwaan
yang terpanggil untuk memimpin dengan segala macam ucapan, perbuatan, dan
perilaku hidup, untuk mendorong dan mengantarkan yang dipimpinnya ke arah
tujuan bersama. Dimensi kepemimpinan itu mencakup aspek yang luas, dari
penampilan pribadi, hubungan antar pribadi, dan dalam organisasi.
Terdapat 3 (tiga) potensi kemampuan yang dapat dikembangkan oleh setiap
orang terutama untuk menjadi seorang pemimpin, yaitu:
1. Kemampuan intelegensia meliputi kemampuan logika, imajinasi dan daya
tangkap.
2. Kemampuan dalam bekerja meliputi ketekunan, ketelitian, waktu kerja,
dan daya tahan terhadap tekanan dan beban.
24 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
3. Kemampuan dalam kepribadian menyangkut kebiasaan yang efektif, baik
secara fisik, sosial, emosional, maupun spiritual.
Seorang pemimpin harus mempunyai visi untuk menentukan ke mana arah
kepemimpinannya. Memimpin tidak hanya berarti mengambil keputusan yang
tepat, melainkan juga mengkomunikasikan tujuan-tujuannya kepada masyarakat.
Pemimpin juga harus mempunyai keberanian dalam menghadapi berbagai
tantangan, ancaman, dan masalah. Seorang pemimpin harus memperlihatkan
bahwa ia seorang yang berani mengambil keputusan yang berat, berani memilih
kebijakan yang tidak populer dan berani mempertanggungjawabkannya kepada
mereka yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin juga dituntut untuk mampu memimpin secara demokratis
dengan mengedepankan partisipasi dan inspirasi, menghormati mekanisme yang
ada, dan tidak melanggar hak-hak asasi manusia.
Di zaman sekarang, pemimpin berintegritas artinya pemimpin mempunyai
kualitas moral yang baik, dengan ciri-ciri:
1. Ia harus bertindak sesuai dengan keyakinannya daripada bersikap
oportunistik.
2. Ia bersedia dikritik dan dituntut pertanggungjawabannya atas
kepemimpinannya.
3. Ia harus adil dan bersedia mengaku kalau ia membuat kesalahan dan
tidak melemparkan kesalahan terhadap bawahan.
4. Ia harus memimpin secara transparan, artinya masyarakat dapat
melihat apa yang dilakukannya dan dapat menjelaskan pertimbangan
dan rasionalitas sebuah keputusan.
5. Ia harus mempunyai idealisme. Ia harus bercita-cita tinggi. Tidak
bekerja demi kantong, maupun keluarganya sendiri, melainkan demi
kemajuan mereka yang dipimpin dan kemajuan bangsa.
6. Ia tidak korup dan tidak mengizinkan sikap-sikap korup dalam
lingkungannya.
Ketika masyarakat mengharapkan Pemilihan Umum (Pemilu) memunculkan
pemimpin-pemimpin yang andal dan mampu dipercaya, maka mereka harus tahu

25 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
kriteria-kriteria apa saja bagi calon pemimpin itu layak untuk dipilih dan diberikan
kepercayaan:
1. Integritas
Integritas merujuk pada kepribadian dan karakter seseorang misalnya
dapat dipercaya, mempunyai komitmen, tanggung jawab, kejujuran,
kebenaran, dan kesetiaan. Calon pemimpin itu tidak pernah terlibat
dalam perbuatan rekayasa dan praktik-praktik politik yang menyimpang
(berbuat tidak jujur). Mereka tidak pernah ingkar janji juga tidak pernah
terlibat dalam perbuatan yang memberikan keuntungan dengan cara
melawan hukum.
2. Kompetensi
Kompetensi merupakan gabungan dari pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan karakteristik seseorang yang berkaitan dengan kinerja.
Kompetensi yang baik akan mengasilkan kinerja yang baik dengan cara
yang efektif dan efisien.
3. Kapabilitas
Makna kapabilitas hampir sama dengan kompetensi. Hanya kapabilitas
lebih detail dalam memahami sesuatu, termasuk juga cara-cara untuk
mengatasinya.
Ketiga hal tersebut dapat dipakai oleh rakyat untuk melihat calon pemimpin
yang akan dipilih dan diberi kepercayaan menjalankan kekuasaan politik.
Beberapa dokumen Gereja Katolik, khususnya dalam dokumen Konsili Vatikan II
berbicara tentang bagaimana Gereja Katolik menaruh perhatian terhadap politik
dan memberikan pesan moral bagi umat Katolik yang melibatkan diri dalam
dunia politik praktis.

Alur Pertemuan Prapaskah I

Ketua Lingkungan atau Ketua KBG atau Pemimpin mengawali pertemuan dengan
menyanyikan lagu pembuka.

Lagu Pembuka: “Hamba-Hamba-Mu Berhimpun” (PS. 479)


26 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Tanda Salib dan Salam
P Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U Amin
P Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan
persekutuan Roh Kudus selalu beserta kita
U Sekarang dan selama-lamanya

Kata Pengantar

P Saudara-saudari terkasih, kita bersyukur kembali diberi kesempatan


untuk mempersiapkan diri merayakan Kebangkitan Tuhan Yesus
dengan memasuki masa Prapaskah. Dalam pertemuan pertama ini, kita
akan saling berbagi dalam tema: “Memilih Pemimpin Terbaik”. Mari
kita hening sejenak, untuk mempersiapkan pertemuan kita ini.

Seruan Tobat
P Menyadari salah dan dosa yang selalu kita buat, termasuk dengan abai
pada nilai-nilai kasih dan kepedulian sosial, marilah kita ungkapkan
sikap tobat kita bersama-sama.
P+U Saya mengaku...

P Semoga Allah memandang dan memperhatikan kita. Semoga Ia


menunjukkan kerelaan hati-Nya serta memberikan pengampunan
dosa dan damai sejahtera kepada kita.

U Amin

Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa, (Hening sejenak)
Allah Bapa yang Mahakasih. Terima kasih kami kembali boleh berjumpa
dalam kasih dan persaudaraan dengan saudara-saudari kami yang lain.
Kami hendak mengadakan pertemuaan APP yang pertama. Mohon
berkat dan penyertaan Roh Kudus-Mu, agar apa yang hendak kami
bagikan bersama, mengantar kami kepada kehendak dan rencana-Mu.

27 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Seluruh pertemuan kami ini kami mohonkan pendampingan dari-Mu,
Tuhan Yesus Kristus sumber kebijaksanaan, hidup dan pengantara
kami.
U Amin

Lagu Pengantar Sabda: “Allah Yang Tersamar” (PS. 557)

Bacaan dari Injil Markus 10: 42 – 45


P Marilah kita bersama-sama mendengarkan Injil Suci menurut Markus

10:42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu,


bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa
memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-
pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
10:43 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi
besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,
10:44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu,
hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.
10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya
menjadi tebusan bagi banyak orang."

P Demikianlah sabda Tuhan


U Terpujilah Kristus

Sharing atau Diskusi


1. Menurut Yesus sebagaimana dalam Injil Markus tadi, bagaimana
menjadi pemimpin itu? Bagaimana menurut Anda?
2. Apa kriteria menjadi seorang pemimpin yang terbaik?
3. Apakah Anda seorang pemimpin? Bagaimana pengalaman Anda saat
menjadi pemimpin?

Pendalaman dan Renungan


Bisa dibacakan atau diolah dari gagasan pokok.
28 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Aksi atau Tindakan Nyata
Apa Aksi atau Tindakan Nyata dalam Masa Prapaskah ini, baik pribadi,
keluarga maupun bersama KBG atau Lingkungan?

Doa Umat

P Dengan penuh syukur akan cinta Allah yang selalu berkelimpahan,


marilah kita ungkapkan doa-doa kita.

L Bagi Para Pemimpin Bangsa dan Negara kami, Indonesia.


Allah Bapa yang Mahabijaksana, kami bersyukur atas perjalanan bangsa
dan negara kami karena adanya para pemimpin. Berkatilah mereka
dengan kuat kuasa-Mu sehingga saat kami berpesta demokrasi dengan
pemilu yang akan datang, mereka bisa menjamin semuanya berjalan
baik, benar, lancar dan jujur. Marilah kita mohon...
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L Bagi Para Calon Pemimpin Bangsa dan Negara kami, Indonesia.


Allah Bapa yang Mahabaik, kami bersyukur atas proses yang tidak
mudah bagi kami untuk sampai pada waktu memilih dan menentukan
pemimpin terbaik untuk 5 tahun ke depan. Semoga yang terpilih adalah
pemimpin terbaik seturut kehendak-Mu, semakin dekat dengan
keadilan, persatuan dan kesejahteraan bagi semua rakyat Indonesia.
Marilah kita mohon...
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L Bagi Anak-Anak, Remaja dan Kaum Muda kami


Allah sumber pertumbuhan. Berkatilah anak-anak, remaja dan kaum
muda kami sehingga dalam situasi yang tidak mudah ini, melalui kedua
orang tua dan sanak-saudaranya, mereka tumbuh dan berkembang
dalam kebenaran firman-Mu dan menjadi pribadi-pribadi yang takut
29 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
akan Engkau serta semakin peduli terhadap sesamanya. Marilah kita
mohon...
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L Bagi Kami yang hadir dalam Pertemuan APP I


Allah Bapa yang Mahakasih. Terima kasih untuk waktu yang boleh kami
lalui bersama dalam pertemuan kali ini. Semoga kami mampu
mewartakan kepada semakin banyak orang, untuk berjalan bersama
memilih pemimpin yang terbaik untuk kami semuanya. Mohon berkat
untuk saudara-saudari yang belum bisa hadir. Semoga dalam
pertemuan APP II yang akan datang, mereka bisa hadir bersama kami.
Marilah kita mohon...
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

P Demikianlah ya Bapa, ungkapan pujian, syukur dan permohonan kami.


Kami yakin dan percaya, Bapa berkenan mendengarkan dan
memberikan yang terbaik untuk kami dan mereka yang kami doakan.
Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U Amin

Doa Ardas Tahun VII 2023:


Tahun Pendidikan Cinta Budaya dan Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air (hlm. 68)

Bapa Kami

Doa Penutup
P Marilah kita berdoa, (Hening sejenak)
Allah Bapa yang Mahabijaksana. Engkau telah memberikan kepada
kami semua, seorang Pemimpin yang Terbaik dalam hidup beriman
kami, yakni Tuhan kami, Yesus Kristus. Semoga kami semakin belajar
30 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
untuk menjadi seorang pemimpin bagi diri kami dan juga sesama kami
seturut teladan Tuhan Yesus, Sang Pemimpin Sejati. Demi Kristus,
Tuhan dan Pengantara kami.
U Amin

Mohon Berkat Tuhan


P Saudara-saudari terkasih, sebelum mengakhiri pertemuan ini, marilah
kita menundukkan kepala, memohon berkat Tuhan.

P Semoga Tuhan memberkati kita, melindungi kita terhadap dosa, dan


mengantar kita ke hidup yang kekal: Dalam nama Bapa dan Putra dan
Roh Kudus.
U Amin

P Saudara sekalian, pertemuan Prapaskah I ini sudah selesai.


U Syukur kepada Allah

Pengutusan
P Marilah kita pergi menjadi saksi damai.
U Amin

Lagu Penutup: “Golgota, Tempat Tuhanku Disalib” (PS. 487)

31 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Pertemuan Gereja, Negara dan Bonum Commune
Prapaskah II

Tujuan Pertemuan

1. Seluruh umat semakin menyadari eksistensinya sebagai Warga


Gereja, Warga Negara dan mengusahakan Bonum Commune.
2. Seluruh umat semakin sadar akan cinta gereja, dan tanah air melalui
tindakan yang sederhana setiap hari.
3. Seluruh umat semakin bertanggung jawab dan melaksanakan
tugasnya sebagai Warga Gereja dan Warga Indonesia.
4. Seluruh umat semakin sadar bahwa tidak cukup menjadi Warga
Gereja dan Warga Negara yang baik, namun harus menjadi Warga
Gereja dan Warga Negara yang baik, benar dan beriman.

Gagasan Pokok

Gereja merupakan persekutuan (communio) umat beriman berdasarkan


kesatuan Tri Tunggal Maha Kudus yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Karena Allah yang diimani itu hidup dalam persekutuan kasih, maka
Gereja memahami diri sebagai persekutuan kasih. Hal itu dikuatkan oleh
Konsili Vatikan II dalam dokumen Lumen Gentium (LG) yang berbunyi,
“Demikianlah seluruh Gereja nampak sebagai umat yang disatukan
berdasarkan kesatuan Bapa, Putra dan Roh Kudus” (LG. 4).

Gereja sebagai persekutuan berarti bahwa antara awam, religius, dan


klerus saling mengakui dan menerima satu sama lain sebagai saudara.
Kaum awam dipanggil dan diutus untuk secara khusus mewujudkan
Kerajaan Allah melalui kehidupan dan tugas mereka di dunia (bdk. LG. 31).
Para religius memberi kesaksian tentang kasih Allah melalui hidup mereka
yang dibaktikan pada-Nya (bdk. LG 31). Ada pun klerus melaksanakan

32 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
tugas dan wewenang sesuai dengan tahbisan yang diterimanya untuk
melayani saudara-saudaranya dalam mencapai keselamatan (bdk. LG 18).

Pewahyuan dan perwujudan karya keselamatan Allah itu memuncak


dalam peristiwa Yesus Kristus, yang rela menjadi manusia hingga wafat di
salib dan bangkit dari antara orang mati. Dalam kehidupan di dunia, Yesus
Kristus merintis gerakan untuk mewartakan kabar gembira. Ia
menyampaikan kabar baik kepada orang miskin, “...Memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan kepada orang-
orang buta,...membebaskan orang-orang tertindas” (Lukas 4: 19).

Oleh karena itu, Gereja diharapkan bergerak keluar demi keselamatan


manusia dan seluruh ciptaan. Gereja ingin mengikuti jejak Yesus Kristus
yang telah merintis gerakan mewujudkan Kerajaan Allah dengan ikut
mewartakan kabar gembira dalam pelayanan yang tulus kepada sesama,
khususnya mereka yang miskin, lemah, dan tersingkir serta pelestarian
lingkungan hidup. Gereja Katolik tidak boleh menjadi persekutuan yang
statis dan tertutup tetapi harus menjadi sebuah gerakan yang hidup dan
terbuka dalam turut membangun Kerajaan Allah.

Pandangan dan pemikiran Gereja Katolik mengenai negara dan politik


dapat ditemukan dalam Konstitusi Pastoral tentang Gereja di dunia
dewasa ini atau Gaudium et Spes (GS). Dokumen itu juga membahas
tentang hubungan antara gereja dan negara. Terkait dengan hubungan
gereja dan negara, dokumen itu menyatakan, “Berdasarkan tugas maupun
wewenangnya gereja sama sekali tidak dapat dicampuradukkan dengan
negara, dan tidak terikat pada sistem politik mana pun juga” (GS. 76).

Wewenang gereja dan negara memang tidak dapat dicampuradukan,


tetapi gereja mempunyai kewajiban untuk bekerja sama dengan negara
dalam rangka mewujudkan cinta kasih dan keadilan. Terkait dengan hal
itu, dokumen GS menyatakan bahwa, “Gereja, yang bertumpu pada cinta
33 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
kasih Sang Penebus, menyumbangkan bantuannya, supaya di dalam
kawasan bangsa sendiri dan antara bangsa-bangsa makin meluaslah
keadilan dan cinta kasih. Dengan mewartakan kebenaran Injil, dan dengan
menyinari semua bidang manusiawi melalui ajaran-Nya dan melalui
kesaksian umat kristen, Gereja juga menghormati dan mengembangkan
kebebasan serta tanggung jawab politik para warganegara” (GS. 76). Dari
dokumen itu jelas bahwa Negara dan Gereja mempunyai tujuan yang
sama yaitu membangun manusia secara utuh.

Gereja Katolik juga melarang para hierarki untuk terlibat dalam politik
praktis (bdk. KHK 1983 Kan. 287 § 2). Mereka tidak boleh mencalonkan
dan dicalonkan sebagai anggota legislatif atau jabatan publik seperti
Bupati, Gubernur, atau Presiden dan Wakil Presiden. Namun, para hierarki
diharapkan memberikan perhatian dan dukungan moral-spiritual terhadap
umat Katolik yang akan ikut dalam kontestasi politik.

Istilah Bonum Commune berasal dari bahasa Latin yang berarti kebaikan
atau kesejahteraan umum. Kompendium Ajaran Sosial Gereja no. 164
menyatakan bahwa kesejahteraan umum merujuk pada: “Keseluruhan
kondisi hidup kemasyarakatan yang memungkinkan baik kelompok-
kelompok maupun anggota-anggota perorangan untuk secara lebih penuh
dan lebih lancar mencapai kesempurnaan mereka sendiri”. Gereja juga
harus terlibat dalam mewujudkan bonum commune dalam masyarakat.
Gereja memandang perlu kerja sama dengan negara dalam mewujudkan
kesejahteraan umum tersebut.

Alur Pertemuan Prapaskah II


Ketua Lingkungan atau Ketua KBG atau Pemimpin mengawali pertemuan dengan
menyanyikan lagu pembuka.

Lagu Pembuka: “Betapa Tidak Kita Bersyukur” (PS. 707)

34 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Tanda Salib dan Salam
P Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U Amin
P Semoga Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan
persekutuan Roh Kudus selalu beserta kita
U Sekarang dan selama-lamanya

Pengantar
P Saudara-saudari terkasih, kita kembali berkumpul dalam pertemuan
APP di Masa Prapaskah ini. Dalam pertemuan kedua ini, kita akan
saling berbagi dalam tema: “Gereja, Negara dan Bonum Commune”.
Mari kita hening sejenak, untuk mempersiapkan pertemuan kita ini.

Seruan Tobat
P Menyadari ulah kita yang sering kurang peduli terhadap gereja, negara
dan tidak mengusahakan terjadinya bonum commune, maka marilah
kita ungkapkan sikap tobat kita.
Saya Mengaku…

P Semoga Allah memandang dan memperhatikan kita. Semoga Ia


menunjukkan kerelaan hati-Nya serta memberikan pengampunan dosa
dan damai sejahtera kepada kita.
U Amin

Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa, (Hening sejenak)
Allah yang Maharahim. Kami bersyukur untuk waktu yang menjadikan
kami belajar bagaimana membangun gereja, negara dan
mengusahakan bonum commune dalam hidup kami bersama. Mohon
berkatilah pertemuan kami ini dari awal hingga selesainya nanti.
Berkatilah mereka yang belum bisa berkumpul bersama dengan kami.
35 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Demi Yesus Kristus Tuhan dan Pengantara kami yang hidup dan
berkuasa bersama Allah, kini dan sepanjang masa.
U Amin.

Lagu Pengantar Sabda: “Yang Berteduh Pada Tuhan” (PS. 654)

Bacaan Injil Lukas 4: 16 – 21


P Marilah kita bersama-sama mendengarkan Injil Suci menurut Lukas

4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut


kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu
berdiri hendak membaca dari Alkitab.
4:17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya,
Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:
4:18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku,
untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan
Ia telah mengutus Aku
4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan
orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang."
4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada
pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat
itu tertuju kepada-Nya.
4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini
genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."

P Demikianlah Sabda Tuhan


U Terpujilah Kristus

Sharing atau Diskusi


1. Ayat mana yang mengesan bagi Anda dari perikop di atas?
2. Menurut Anda, apa Misi Yesus datang ke dunia?
36 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
3. Bagaimana hubungan gereja dan negara?
4. Gagasan atau ide apa yang bisa mewujudkan bonum commune saat
ini untuk gereja dan negara kita?

Pendalaman dan Renungan


Bisa dibacakan atau diolah dari gagasan pokok.

Aksi atau Tindakan Nyata


Apa Aksi atau Tindakan Nyata dalam Masa Prapaskah ini, baik pribadi,
keluarga maupun bersama KBG atau Lingkungan?

Doa Umat
P Marilah kita sampaikan doa-doa permohonan kita:

L Bagi Gereja dan Negara kami


Allah Bapa yang Mahabaik. Berkatilah gereja dan negara kami. Semoga
dalam peziarahannya, semakin nyata peran yang saling melengkapi dan
menyatukan. Kami mohon...
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L Bagi Saudara-saudari yang Sakit dan Berbeban


Allah Bapa yang Mahakasih. Urapilah mereka dengan Roh Kudus-Mu
sehingga menjadi sehat dan pulih kembali, serta menemukan kembali
semangat hidup dan semakin beriman. Semoga mereka mampu
beriman dan bersaksi akan kasih-Mu yang mereka rasakan. Kami
mohon...
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L Bagi Para Pencinta Lingkungan Hidup


Allah Bapa yang Mahamurah. Kemurahan-Mu senantiasa nyata bagi
saudara-saudari kami para pencinta lingkungan hidup. Mereka
mengusahakan pemeliharaan yang baik akan alam ciptaan-Mu. Semoga
37 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
mereka semakin bersemangat dalam menjaga bumi pertiwi dari segala
yang merusak dan menghancurkan. Kami mohon...
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L Bagi Kami semua yang Hadir dalam Pertemuan


Allah Sang Sumber Berkat. Terima kasih atas kesempatan untuk belajar
bagaimana peran dan relasi gereja dengan negara. Bagaimana
mengusahakan bonum commune dalam kehidupan bersama kami,
terlebih dengan mereka yang tidak peduli. Kami mohon...
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

P Allah yang menghendaki kami menjaga keseimbangan hidup kami.


Demikianlah ungkapan pujian, syukur dan permohonan kami. Kami
percaya, Bapa berkenan memberikan yang baik untuk kami dan mereka
yang kami doakan. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U Amin

Doa Ardas Tahun VII 2023:


Tahun Pendidikan Cinta Budaya dan Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air (hlm. 68)

Bapa Kami
P Saudara-saudari terkasih, marilah kita satukan seluruh doa, harapan,
dan niat-niat yang hendak kita bangun dan wujudkan dengan doa yang
diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada para murid-Nya: Bapa Kami...

Doa Penutup
P Marilah kita berdoa, (Hening sejenak)
Allah Bapa yang mengutus Yesus Putra-Mu, kami kembali bersyukur
kepada-Mu atas pertemuan APP yang ke II ini. Semakin menjadikan
kami memahami akan gereja dan negara, bagaimana mewujudkan
38 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
bonum commune dalam kehidupan bersama kami. Semoga dengan
demikian, nama-Mu dimuliakan dan pewartaan akan keselamatan-Mu
semakin dinyatakan dalam kehidupan menggereja dan bertetangga.
Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U Amin

Mohon Berkat Tuhan


P Saudara-saudari terkasih, sebelum mengakhiri pertemuan ini, marilah
kita menundukkan kepala, memohon berkat Tuhan.

P Semoga Tuhan memberkati kita, melindungi kita terhadap dosa, dan


mengantar kita ke hidup yang kekal: Dalam nama Bapa dan Putra dan
Roh Kudus.
U Amin

P Saudara sekalian, pertemuan Prapaskah II ini sudah selesai.


U Syukur kepada Allah

Pengutusan
P Marilah kita pergi menjadi saksi damai.
U Amin

Lagu Penutup: “Ketika Badai Menerjang” (PS. 651)

39 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Pertemuan Pancasila sebagai Dasar dan Pedoman
Prapaskah III
Kehidupan Bertetangga

Tujuan Pertemuan

1. Seluruh umat semakin menyadari Pancasila sebagai dasar dan


pedoman kehidupan bertetangga.
2. Seluruh umat semakin memahami makna Pancasila.
3. Seluruh umat semakin sadar akan panggilan membangun kehidupan
bertetangga yang sehat, adil, benar dan beradab.
4. Seluruh umat bersiap hati dalam sukacita penantian akan lahirnya
Pemimpin yang nasionalis dan berjiwa Pancasila.

Gagasan Pokok

Pancasila bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah dasar negara


yang mengandung makna bahwa nilai-nilai yang ada di dalamnya menjadi
pedoman bagi penyelenggaraan negara. Penyelenggaraan hidup
bernegara tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial.

Indonesia memiliki pengalaman pahit di mana Pancasila sebagai ideologi


dan falsafah bangsa diselewengkan oleh pemegang kekuasaan. Runtuhnya
sistem kekuasaan pada masa lalu adalah akibat dari perilaku para
pemimpin yang menyalahgunakan serta menjungkirbalikkan nilai-nilai
Pancasila demi ambisi politik tertentu.

Meskipun agama Katolik tidak dapat mengidentifikasikan diri dengan salah


satu ideologi atau pola pemerintahan tertentu akan tetapi Umat Katolik
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Negara Indonesia
memilih Pancasila sebagai filsafat dan dasarnya. Pancasila mengandung
40 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
nilai-nilai manusiawi yang terungkap dalam kehidupan dan sejarah
bangsa, dan dapat diterima serta didukung semua golongan dan semua
pihak di dalam masyarakat yang majemuk. Gereja Katolik berharap adanya
upaya lebih keras lagi untuk mengaktualisasi Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dengan saling menerima dalam kekhasan masing-masing dan
merawat kemajemukan bangsa. Demikianlah yang paling mendasar,
Pancasila sebagai dasar dan pedoman kehidupan bertetangga, masyarakat
yang paling bawah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Konsili Vatikan II dalam dokumen Nostra Aetate (NA) yang berbicara


tentang hubungan Gereja dengan agama-agama bukan Kristen
menyatakan bahwa: “Gereja Katolik tidak menolak apa pun, yang dalam
agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat dan tulus,
Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah, serta
ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang
diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang memantulkan sinar
kebenaran yang menerangi semua orang” (NA. 2).

Pernyataan ini sebagai bentuk pengakuan akan fakta kemajemukan di


dunia. Gereja hidup, berjuang, dan berziarah di tengah kemajemukan.
Namun, bukan berarti Gereja Katolik merelatifkan semua agama.
Pernyataan ini lebih mengarah pada penghargaan atas perbedaan sebagai
realitas. Meskipun begitu, Gereja tiada hentinya tetap mewartakan
Kristus, sebagai jalan, kebenaran, dan hidup (Yohanes 14: 6). Dalam
kehidupan beragama, masing-masing pemeluk agama tentu tidak dapat
menerima perkataan “semua agama sama saja”, meskipun kita tidak
mengikuti keyakinan agama yang lain akan tetapi kita mesti tetap
menghormatinya.

Konferensi Nasional umat Katolik Indonesia Tahun 2017 mempertegas


kembali bahwa para pendiri bangsa (Founding Fathers) dengan sangat

41 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
tepat dan benar telah mewariskan Pancasila kepada bangsa Indonesia.
Hanya Pancasila yang dapat menjadi dasar negara dan falsafah kehidupan
bangsa Indonesia yang sangat multikultur, karena digali dari nilai-nilai
luhur nusantara.

Penegasan ini berangkat dari pemikiran adanya pertentangan kuat dan


keras yang muncul antara pendukung Pancasila dan yang menolak
Pancasila. Hal itu tidak hanya memunculkan keprihatinan dan
kekhawatiran, tetapi harus diakui juga, merupakan berkah (blessing in
disguise) bagi bangsa, negara, dan tanah air Indonesia karena
mengingatkan kembali akan perjanjian luhur bangsa Indonesia yang harus
selalu dipelihara dan dijaga. Harus diakui, kondisi bangsa saat ini
mendorong para pemimpin untuk terbuka matanya dan bangun setelah
tidur panjang karena dinanabobokan oleh semangat Reformasi.

Bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke digugah dan disadarkan


adanya ancaman disintegrasi yang amat serius yang dihadapi oleh Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ancaman disintegrasi itu meletakkan
bangsa, negara, serta Kemerdekaan Indonesia pada masa depan yang
kabur dan bahkan tidak jelas. Berbagai fenomena politik yang muncul
secara tidak langsung juga mempertanyakan kembali hakikat Konsensus
Dasar Nasional yakni Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD RI
1945.

Alur Pertemuan Prapaskah III


Ketua Lingkungan atau Ketua KBG atau Pemimpin mengawali pertemuan dengan
menyanyikan lagu pembuka.

Lagu Pembuka: “Hai Umat Sluruh Dunia” (PS. 665, bait 2 dan 4)

42 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Tanda Salib dan Salam
P Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U Amin
P Semoga Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan
persekutuan Roh Kudus selalu beserta kita
U Sekarang dan selama-lamanya

Pengantar

P Saudara-saudari terkasih, dalam pertemuan Prapaskah III ini kita diajak


untuk menguatkan iman kita akan Yesus, Sang Jalan, Kebenaran dan
Hidup. Iman ini mestilah kita terapkan dalam hidup sehari-hari dalam
masyarakat, khususnya dalam hidup yang paling dekat dengan tetangga
kita. Tema pertemuan III ini Pancasila sebagai Dasar dan Pedoman
Kehidupan Bertetangga selaras dengan ajaran cinta kasih dari Yesus
yang kita imani. Marilah kita hening sejenak untuk menyiapkan diri,
menyadari kehadiran Tuhan bersama dengan kita sekarang ini.

Seruan Tobat
P Menyadari dan mengakui akan panggilan menghidupi keutamaan nilai-
nilai yang sering terlupakan atau terabaikan dalam hidup kita, maka
marilah kita ungkapkan sikap tobat kita dengan menyatakan bersama:
Saya Mengaku…

P Semoga Allah memandang dan memperhatikan kita. Semoga Ia


menunjukkan kerelaan hati-Nya serta memberikan pengampunan dosa
dan damai sejahtera kepada kita.
U Amin

43 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa, (Hening sejenak)
Allah Bapa yang Sumber Damai dan Sukacita. Puji Syukur kami
sampaikan ke hadirat-Mu karena telah membawa kami dalam
pertemuan Prapaskah III hari ini. Kami hendak melihat kembali
kehidupan kami di tengah masyarakat bersama orang-orang di sekitar
kami sebagai sarana bagi kami untuk mewujudkan iman. Engkau telah
menganugerahkan pijakan negara kami lewat para pendiri bangsa
dalam bentuk Pancasila. Mohon penyertaan Roh Kudus-Mu, agar kami
dapat dihantar pada kehendak dan rencana-Mu yang luhur bagi
Indonesia. Seluruh pertemuan ini kami mohonkan pendampingan
dari-Mu, Tuhan Yesus Kristus sumber kebijaksanaan, hidup dan
perantara kami, kini dan sepanjang segala masa.
U Amin.

Lagu Pengantar Sabda: “Kepada-Mu, Tuhanku” (PS. 328)

Bacaan Injil Yohanes 14: 1 – 11


P Marilah kita bersama-sama mendengarkan Injil Suci menurut Yohanes

14:1 "Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah


juga kepada-Ku.
14:2 Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian,
tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ
untuk menyediakan tempat bagimu.
14:3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan
tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu
ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun
berada.
14:4 Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ."

44 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
14:5 Kata Tomas kepada-Nya: "Tuhan, kami tidak tahu ke mana
Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?"
14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku.
14:7 Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-
Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."
14:8 Kata Filipus kepada-Nya: "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada
kami, itu sudah cukup bagi kami."
14:9 Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama
kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa
telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau
berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.
14:10Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di
dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan
dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah
yang melakukan pekerjaan-Nya.
14:11Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di
dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-
pekerjaan itu sendiri.

P Demikianlah Sabda Tuhan


U Terpujilah Kristus

Sharing atau Diskusi


1. Bagaimana seharusnya kita membangun hidup bertetangga
dalam masyarakat Indonesia yang sangat beragam ini?
2. Menurut anda, sila mana saja dalam Pancasila yang selaras
dengan ajaran Yesus yang dapat kita terapkan sebagai jalan,
kebenaran dan hidup? Jelaskan.
3. Dari seluruh ayat dalam perikop ini, apa saja pesan-pesan
yang ditegaskan oleh Yesus pada kita pengikut-Nya?

45 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Pendalaman dan Renungan
Bisa dibacakan atau diolah dari gagasan pokok.

Aksi atau Tindakan Nyata


Apa Aksi atau Tindakan Nyata dalam Masa Prapaskah ini, baik pribadi,
keluarga maupun bersama KBG atau Lingkungan?

Doa Umat
P Undangan Tuhan untuk membangun masyarakat yang menghidupkan
Pancasila dan menjadikannya sebagai pedoman hidup bertetangga.
Oleh karenanya, mari kita memohon kekuatan dan berkat dari Tuhan,
dengan mengungkapkan doa-doa:

L Bagi Para Tetangga Kita

Bapa yang Maha Pemurah, Engkau sudah meletakkan orang-orang


untuk hidup di sekitar kami sebagai tetangga. Sertailah mereka
dengan limpahan berkat-Mu sehingga mereka dapat menjadi
teman seperjalanan dalam hidup bermasyarakat. Kami mohon...

U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L Bagi Pemimpin-Pemimpin Masyarakat Mulai Dari Ketua RT, RW,


Lurah, Camat dan Seterusnya

Bapa yang Maha Kuasa, semoga kebijaksanaan-Mu lah yang


mewarnai pikiran dan tindakan para pemimpin masyarakat
sehingga kepentingan umum yang diutamakan di atas kepentingan
pribadi. Kami mohon...

U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

46 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
L Bagi Keluarga-Keluarga Dalam Kring/Lingkungan Ini

Bapa yang Maha Pengampun, ajarlah keluarga-keluarga dalam


kring/lingkungan ini untuk berani meneladan Putra-Mu terkasih
Tuhan kami Yesus Kristus, dalam relasi hidup berkeluarga dan
akhirnya mampu menyebarkan cinta-Mu itu bagi orang-orang yang
sering dijumpai setiap harinya. Kami mohon...

U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L Bagi Masyarakat Luas Korban Ketidakadilan

Bapa yang Maha Adil, bantulah para korban ketidakadilan


khususnya karena sistem dalam negara dan masyarakat kami yang
belum sempurna. Berilah semangat juang kepada mereka juga
melalui orang-orang lain yang ada di sekitarnya sehingga mereka
tidak putus asa. Kami mohon...

U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

P Demikianlah doa-doa kami. Kami percaya Engkau terus berkarya


untuk kemajuan negara dan masyarakat juga melalui keterlibatan
kami dalam hidup sehari-hari. Berkat dan rahmat-Mu lah yang
menyertai kami, karena Engkaulah Tuhan, Pengantara kami.

U Amin.

Doa Ardas Tahun VII 2023:


Tahun Pendidikan Cinta Budaya dan Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air (hlm. 68)

Bapa Kami

47 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Doa Penutup
P Marilah kita berdoa, (Hening sejenak)
Allah yang Maha Pengasih, pertemuan ini sudah membawa kami
kepada-Mu, Jalan, Kebenaran dan Hidup kami. Sertailah kami supaya
kami terus menuju kepada-Mu dalam kepercayaan yang tak surut oleh
kekuatiran maupun kebencian. Ajarilah hati kami untuk terus mencintai
semua orang terlebih yang sering kami jumpai dalam hidup kami
sehari-hari dan menggunakannya sebagai sarana untuk mewujudkan
iman yang sejati. Dengan Pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan dan Juru
Selamat kami.
U Amin.

Mohon Berkat Tuhan


P Saudara-saudari terkasih, sebelum mengakhiri pertemuan ini, marilah
kita menundukkan kepala, memohon berkat Tuhan.

P Semoga Tuhan memberkati kita, melindungi kita terhadap dosa, dan


mengantar kita ke hidup yang kekal: Dalam nama Bapa dan Putra dan
Roh Kudus.
U Amin
P Saudara sekalian, pertemuan Prapaskah III ini sudah selesai.
U Syukur kepada Allah

Pengutusan
P Marilah kita pergi menjadi saksi damai.
U Amin

Lagu Penutup: “Tuhanku Yesus” (PS. 550)

48 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Pertemuan Partisipasi Aktif Umat Katolik Dalam
Prapaskah IV
Demokrasi yang Bermartabat

Tujuan Pertemuan

1. Menyadari kembali dan mewujudkan tugas panggilan perutusan


sebagai murid Yesus di tengah masyarakat untuk aktif dalam
demokrasi yang bermartabat.
2. Menegaskan kembali komitmen sebagai murid Yesus untuk
membangun demokrasi yang bermartabat.
3. Umat Katolik semakin berani ikut ambil bagian dalam kehidupan
berdemokrasi secara aktif, benar dan baik.

Gagasan Pokok

Mewujudkan demokrasi yang bermartabat tidak lepas dari proses pemilu


yang berkualitas. Mewujudkan pemilu yang berkualitas merupakan visi
bersama tak terkecuali bagi umat Katolik. Pemilu yang berkualitas
tentunya tidak semata berhenti dalam kata-kata melainkan juga
perbuatan. Partisipasi aktif dalam pemilu tidak sekedar menggunakan hak
pilih melainkan ikut serta mengawal penyelenggaraan pemilu.
Pada prinsipnya partisipasi itu tidak melanggar prinsip etis kepemiluan di
antaranya, pertama, tidak untuk melakukan keberpihakan yang
menguntungkan atau merugikan peserta pemilu; kedua, tidak
mengganggu proses penyelenggaraan tahapan pemilu; ketiga, bertujuan
meningkatkan partisipasi politik masyarakat secara luas; dan keempat,
upaya mendorong terwujudnya suasana yang kondusif bagi
penyelenggaraan pemilu yang aman, jujur, damai, tertib dan lancar.
Partisipasi yang dapat dilakukan dalam pemilu, yaitu:
49 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
1. Menggunakan Hak Pilih/Pemberian Suara
Sejauh tidak dibatasi hak pilih sebagai hak politiknya maka warga
negara diharapkan dapat menggunakan hak pilihnya secara cerdas
dan bertanggung jawab. Melakukan pemilihan secara benar dan
mampu memilih pemimpin berintegritas serta berkompeten
berdasarkan rekam jejak sesuai hati nurani.
2. Sosialisasi Pemilu dan Pendidikan Politik
Setiap warga negara perlu untuk diberikan sosialisasi Pemilu yang
di antaranya dapat berisi tentang aturan Pemilu yang terbaru,
daftar peserta Pemilu, baik partai politik maupun perseorangan,
kampanye politik bersih, keterwakilan perempuan dalam politik,
cara memilih yang benar, dan lain-lain.
Selain sosialisasi pemilu tidak kalah pentingnya juga memberikan
pendidikan politik. Pendidikan politik dimaksudkan supaya calon
pemilih mempunyai pemahaman politik yang lebih maju dan
dewasa. Terkhusus untuk umat Katolik, selain tentang politik dan
kepemiluan yang perlu diberikan yaitu etika politik sesuai dengan
Ajaran Sosial Gereja (ASG). Mengapa demikian? Karena etika
politik merupakan bentuk sumbangan hierarki gereja bagi umat
yang terjun dalam bidang politik.
Beberapa segmentasi prioritas dalam melakukan sosialisasi pemilu
dan pendidikan politik, yaitu:
a. Pemilih Pemula dan Pemilih Muda
Pemilih pemula merupakan pemilih yang baru mempunyai hak
untuk memilih. Mereka dipandang paling riskan dan mudah
dipengaruhi hal-hal negatif dan di sisi yang lain memiliki
potensi daya kritis dalam menentukan sebuah hasil pemilu.
b. Pemilih Perempuan
Pemilih perempuan merupakan kelompok pemilih yang perlu
ditingkatkan kesadaran serta partisipasi mereka dalam politik
50 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
dan menyuarakan pilihan. Hal ini perlu, mengingat membangun
pemahaman kesetaraan perempuan di bidang politik dalam
konstruksi masyarakat saat ini bukan sesuatu yang mudah,
karena acapkali didominasi cara berpikir lama yang
menempatkan perempuan pada urusan domestik rumah
tangga.
c. Pemilih Penyandang Disabilitas
Pemilih penyandang disabilitas adalah pemilih yang sejak lahir
atau karena sesuatu hal memiliki keterbatasan kemampuan
secara fisik, intelektual dan/atau mental. Diperlukan perlakuan
khusus terhadap pemilih penyandang disabilitas dalam pemilu
agar aspirasi politik mereka tersalurkan. Kebutuhan untuk
penyandang disabilitas ini diterjemahkan dalam aspek-aspek
yang sangat teknis dengan harapan tidak ada lagi hambatan
sedikit pun untuk menggunakan hak pilihnya. Di antaranya
penyediaan surat suara braile bagi penyandang tuna netra,
kursi roda bagi yang lumpuh, dan sebagainya.

3. Pengawasan Partisipatif
Yang dimaksud dengan pengawasan partisipatif adalah masyarakat
dapat turut serta mengawasi pemilu baik dalam kampanye, masa
tenang, dan hari H pemilihan. Ada pun aktivitas yang dapat
dilakukan yaitu dengan memantau pelaksanaan pemilu,
melaporkan pelanggaran pemilu, menyampaikan informasi dugaan
pelanggaran pemilu, dan ikut mencegah terjadinya pelanggaran
pemilu.
Potensi pelanggaran pemilu terutama terkait dengan politik uang,
kampanye menggunakan sentimen SARA, penggunaan tempat
ibadah sebagai sarana berkampanye, penyebaran kabar bohong,
ujaran kebencian dan lainnya memerlukan partisipasi aktif yang
51 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
lebih dari masyarakat. Pertimbangan subyektifnya karena
terbatasnya pengawas pemilu dan secara obyektif memang
cakupan teritorial pengawasan begitu luas dan rasio personil
pengawasan tidak berimbang.
Pengawasan partisipatif ini tidak lain upaya mentransformasikan
gerakan moral menjadi gerakan sosial dengan konsekuensi
memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang kepemiluan dan
teknik pengawasan. Yang perlu ditekankan kembali bahwa
pengawasan partisipatif ini dibangun atas dasar kerelawanan dan
panggilan hati nurani untuk berperan serta mewujudkan pemilu
yang berkualitas, demokrasi yang bermartabat.
Di samping itu, keterlibatan riil yang memungkinkan dilakukan
sekaligus dapat menambah wawasan serta pengetahuan, dengan
cara menciptakan dan memperbanyak forum-forum diskusi terkait
kepemiluan atau pun politik, misalnya:
1. Diskusi informal di laur gereja/hierarki,
2. Diskusi umum melibatkan banyak pihak,
3. Diskusi dengan orang muda/pemilih muda dan kelompok
perempuan.

Umat Katolik dalam berpartisipasi mensukseskan pemilu sebagai wujud


membangun demokrasi yang bermartabat perlu mengerti juga tentang
etika politik. Pemahaman ini bisa menjadi dasar dalam menentukan
pilihan dan mengawal demokrasi. Etika politik yang dikembangkan oleh
Gereja berdasarkan ajaran Yesus. Dasar itu adalah, “Berikan kepada kaisar
apa yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah apa yang menjadi Hak
Allah” (Matius 22: 21). Prinsip ini sebenarnya tidak pertama-tama
mengenai pemisahan antara bidang urusan negara dan bidang urusan
agama melainkan dinyatakan dalam dua hal:

52 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
1. Orang Kristiani harus mengakui berbagai struktur kewenangan
institusional yang ada dalam masyarakat (keluarga, negara, atasan,
dan sebagainya). Jangan sampai ada yang mengatakan ‘karena
kami taat kepada Allah, atau pada Gereja, atau pada dorongan Roh
Kudus dalam hati, maka tuntutan keluarga, negara, atasan di
tempat kerja tidak lagi harus kita taati’. Tetapi,
2. Semuanya ini tetap hak Allah! Kita taat selama lembaga-lembaga
itu tidak melanggar etika! Maka bagi kita di satu pihak berlaku:
“Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah...” (Roma 13: 1).
Tetapi apabila negara atau atasan lain memerintahkan sesuatu
yang bertentangan dengan hak Allah, atau yang bertentangan
dengan moralitas, maka berlaku bahwa “kita harus lebih taat
kepada Allah daripada kepada manusia” (Kis. 5: 29).
Dalam hal ini politisi Katolik bebas memilih opsi politik, selama ia setia
pada cita-cita etika politik Katolik. Orang Katolik dapat berjuang di
beberapa partai akan tetapi diharapkan tetap menjunjung tinggi moralitas
Injil. Moralitas Katolik menuntut agar dalam segala-galanya keadilan sosial
menjadi tujuan.

Alur Pertemuan Prapaskah IV


Ketua Lingkungan atau Ketua KBG atau Pemimpin mengawali pertemuan dengan
menyanyikan lagu pembuka.

Lagu Pembuka: “Yesus, Lihat Umat-Mu” (PS. 337)

Salam dan Tanda Salib


P Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U Amin
P Tuhan selalu beserta kita
U Sekarang dan selama-lamanya

53 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Kata Pengantar
P Saudara-saudari terkasih, tema Prapaskah IV ini adalah Partisipasi
Aktif Umat Katolik dalam Demokrasi yang Bermartabat. Tema ini
hendak mengajak kita umat Katolik yang juga warga negara
Indonesia untuk tidak menjadi penonton saja dalam kehidupan
demokrasi, tetapi terlibat secara aktif sesuai dengan peran yang
dapat kita ambil secara konkrit berdasarkan talenta, peluang dan
memandang ajaran dari Yesus sendiri. Marilah kita hening untuk
menyiapkan diri masuk dalam pertemuan ini.

Seruan Tobat
P Saudara-saudari terkasih. Sekarang marilah kita hening sejenak, masuk
dalam alam keheningan, untuk memeriksa hati kita, dan mohon ampun
kepada Allah atas segala dosa dan salah kita agar pantas menghadirkan
diri di hadapan-Nya dan menerima rahmat-Nya yang kita butuhkan.

P Tuhan Yesus Kristus, Engkau diutus untuk menyembuhkan orang yang


remuk redam hatinya. Tuhan Kasihanlah kami
U Tuhan Kasihanilah kami
P Engkau datang untuk memanggil orang yang berdosa. Kristus
Kasihanilah kami.
U Kristus Kasihanilah kami
P Engkau duduk di sebelah kanan Bapa sebagai Pengantara kami. Tuhan
Kasihanilah kami.
U Tuhan kasihanilah kami.
P Semoga Allah memandang dan memperhatikan kita. Semoga Ia
menunjukkan kerelaan hati-Nya serta memberikan pengampunan dosa
dan damai sejahtera kepada kita.
U Amin

54 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa (Hening sejenak),
Allah yang Maha Bijaksana, terimakasih kali ini kami dapat berkumpul
di tempat ini dalam pertemuan Prapaskah IV. Kami ingin mengarahkan
hati dan pikiran kami pada kebijaksanaan-Mu dan pada akhirnya nanti
dapat meneladan-Mu sesuai dengan peran yang Kau berikan kepada
kami. Doa ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus
dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa.
U Amin.

Lagu Pengantar Sabda: “Hai Dunia, Buka Pintumu” (PS. 549)

Bacaan Injil Matius 22: 15 – 22


P Marilah kita bersama-sama mendengarkan Injil Suci menurut Matius
22:15 Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding
bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu
pertanyaan.
22:16 Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-
orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau
adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah
dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau
tidak mencari muka.
22:17 Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan
membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?"
22:18 Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata:
"Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?
22:19 Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka
membawa suatu dinar kepada-Nya.
22:20 Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah
ini?"
22:21 Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus
kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu

55 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu
berikan kepada Allah."
22:22 Mendengar itu heranlah mereka dan meninggalkan Yesus lalu
pergi.
P Demikianlah Sabda Tuhan
U Terpujilah Kristus

Sharing atau Diskusi:

1. Apa pesan utama yang disampaikan Yesus dalam bacaan ini?


2. Menurut Anda, seperti apakah demokrasi bermartabat itu?
3. Apa saja nilai-nilai yang seharusnya diutamakan dalam
pelaksanaan demokrasi negara kita?
4. Apa peran yang dapat Anda lakukan secara pribadi maupun
kelompok untuk ikut serta secara aktif membangun demokrasi
yang bermartabat?

Pendalaman dan Renungan

Bisa dibacakan atau diolah dari gagasan pokok.

Aksi atau Tindakan Nyata


Apa Aksi atau Tindakan Nyata dalam Masa Prapaskah ini, baik pribadi,
keluarga maupun bersama KBG atau Lingkungan?

Doa Umat

P Kita diminta untuk terlibat aktif membangun demokrasi di negara kita


karena dengan demikian kita juga terlibat dalam mewujudkan
kesejahteraan bagi semua rakyat, mari kita memohon kekuatan dan
berkat dari Tuhan, dengan mengungkapkan doa-doa:

56 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
L Bagi Para Pemimpin Daerah dan Pemimpin Negara Kita

Allah yang Maha Bijaksana, dampingilah pemimpin daerah dan


pemimpin negara kami supaya mereka paham dan bertindak dengan
adil bijaksana, mengentaskan kemiskinan dan menolak Korupsi, Kolusi,
Nepotisme (KKN) dan tindakan lain yang tidak adil. Kami mohon...

U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L Bagi Para Aktifis Sosial

Allah yang Maha Baik, sertailah para aktifis sosial dengan perlindungan
dan kebaikan-Mu. Semoga Engkau sendirilah yang menjadi sumber
inspirasi bagi gerakan mereka. Kami mohon...

U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L Bagi Kelompok Rentan, Perempuan dan Orang Berkebutuhan Khusus

Allah yang Maha Pengasih, dampingilah orang-orang dalam kelompok


rentan termasuk perempuan dan berkebutuhan khusus. Ajarlah mereka
untuk percaya diri, mengenali kebutuhannya dan berani bersikap
secara bijaksana demi keluhuran martabat manusia tanpa kecuali. Kami
mohon...

U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L Bagi Kita Yang Hadir Dalam Pertemuan Ini

Allah yang Maha Sempurna, bantulah kami supaya kami semakin


paham dengan talenta, peran dan kesempatan yang kami miliki.
Dengan demikian kami semakin terlibat secara aktif entah kecil atau
besar mewujudkan negeri ini indah sesuai dengan kehendak-Mu. Kami
mohon...
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan
57 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
P Demikianlah doa-doa kami kami hunjukkan kepada-Mu. Kami ingin
terus belajar meneladan Engkau dan menjadi bagian dalam karya
keselamatan-Mu. Sebab Engkaulah Tuhan dan Pengantara kami.

U Amin.

Doa Ardas Tahun VII 2023:


Tahun Pendidikan Cinta Budaya dan Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air (hlm. 68)

Bapa Kami

P Saudara-saudari terkasih, marilah kita satukan seluruh doa, harapan,


dan niat-niat yang hendak kita bangun dan wujudkan dengan doa yang
diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada para murid-Nya.
Bapa kami yang ada di surga…

Doa Penutup

P Marilah kita berdoa, (Hening sejenak)


Bapa yang Maha Rahim, pengajaran yang sudah Engkau berikan kepada
kami lewat pertemuan ini menjadi perutusan bagi kami untuk terlibat
aktif membangun negeri lewat demokrasi yang bermartabat. Kami
tidak boleh melalaikan tugas ini. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara
kami.
U Amin

Mohon Berkat Tuhan


P Saudara-saudari terkasih, sebelum mengakhiri pertemuan ini, marilah
kita menundukkan kepala, memohon berkat Tuhan.

58 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
P Semoga Tuhan memberkati kita, melindungi kita terhadap dosa, dan
mengantar kita ke hidup yang kekal: Dalam nama Bapa dan Putra dan
Roh Kudus.
U Amin

P Saudara sekalian, pertemuan Prapaskah IV ini sudah selesai.


U Syukur kepada Allah

Pengutusan
P Marilah kita pergi menjadi saksi damai.
U Amin

Lagu Penutup: “Yesus, Tuhan dan Allahku” (PS. 538, Bait 4 – 7)

59 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Pertemuan Kita Katolik. Kita Indonesia
Prapaskah V

Tujuan Pertemuan

1. Menyadari kembali dan mewujudkan tugas panggilan perutusan


sebagai orang Katolik dan orang Indonesia.
2. Menegaskan kembali komitmen sebagai murid Yesus untuk
mengadakan pertobatan yang menyeluruh dalam hidup bersama.
3. Memandang dan memperlakukan saudara yang berjalan bersama
mencari kehendak Tuhan dalam sikap tobat yang baik dan benar.

Gagasan Pokok

Semangat dasar gerakan APP adalah pertobatan dan solidaritas. Santo


Yohanes Paulus II mengatakan bahwa pertobatan adalah suatu perubahan
tingkah laku atau mentalitas atau cara berada (Bdk. Mrk. 13: 3, 5; Yes. 30:
15).
Jalan pertobatanlah yang diharapkan dapat menjembatani kesenjangan
yang ada dan semakin tumbuhnya kesadaran untuk berbagi.
Pertobatan semakin menjadi nyata ketika kita berani terlibat dalam
realitas kehidupan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama dalam
semangat persaudaraan dan solidaritas.
Yesus Kristus adalah Putera Allah yang menjelma menjadi manusia. Dia
hadir, ada dan menjadi pelaku sejarah hidup yang membawa semua
manusia dengan segala warna budaya, suku, agama yang berbeda-beda
menuju pada damai sejahtera, kebaikan, kebahagiaan, keadilan,
kedamaian, dan persatuan serta persaudaraan yang sejati. Dalam Yesus
semua orang menjadi saudara satu dengan yang lain, yang diikat dalam
kesatuan kasih yang sama, dan mengundang siapa saja untuk memandang
60 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
dan memperlakukan siapapun mereka sebagai saudara-saudari
sebagaimana kita memperlakukan-mengasihi diri kita sendiri. Dan bahkan
sampai pada kedalaman hati dan empati, “Kegembiraan dan harapan,
duka dan kecemasan manusia zaman ini, khususnya yang miskin dan
menderita, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para
murid Kristus….” (Gaudium et Spes art. 1).

Kehadiran dan karya Yesus yang membawa visi Kerajaan Allah, mengubah
sejarah keselamatan bagi semua manusia. Hubungan manusia dengan
Allah dan juga dengan sesamanya serta alam sekitarnya yang terputus dan
rusak karena dosa, keserakahan, kesombongan, egoisme, kedegilan,
ketertutupan hati manusia, kini dipulihkan, dipugar, dan disatukan
kembali. Lewat pemberian diri, penghampaan, penghambaan,
pengorbanan, dan penderitaan jalan salib hingga kematian-Nya di Puncak
Kalvari, manusia akhirnya, diperdamaikan kembali dengan Allah, dengan
sesamanya, dengan alam lingkungan dan juga dengan diri-Nya.

Kendatipun Yesus adalah Putera Allah, Dia tidak mempertahankan status


ke-Putra-an-Nya. Namun Dia rela mengambil rupa dalam diri seorang
manusia, dan menjadi sama seperti manusia kecuali dalam hal dosa. Dia
berkarya dan menghadirkan Kerajaan Allah, mewartakan kabar gembira,
injil sukacita, berita kesukaan untuk semua orang. Bukan hanya untuk
bangsa-Nya, suku-Nya, garis keturunan-Nya. Dia membuka hati dengan
penuh belas kasih untuk siapa saja, mereka yang berbeda latar belakang
budaya, ras, suku, agama dan lain sebagainya di bumi Indonesia yang ber-
Bhinneka Tunggal Ika. Dengan melawan politisasi SARA, umat Katolik telah
menjadi warga negara Indonesia yang baik dengan turut mempertahankan
NKRI dan menjadi umat Allah dengan menjalankan tugas perutusan Gereja
dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

61 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Alur Pertemuan Prapaskah V
Ketua Lingkungan atau Ketua KBG atau Pemimpin mengawali pertemuan dengan
menyanyikan lagu pembuka.

Lagu Pembuka: “Hanya Debulah Aku” (PS. 481)

Salam dan Tanda Salib


P Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U Amin
P Tuhan selalu beserta kita
U Sekarang dan selama-lamanya

Kata Pengantar
P Saudara-saudari terkasih, kita kembali berkumpul dalam pertemuan
APP di Masa Prapaskah ini. Dalam pertemuan kelima ini, kita akan
memaknai pertobatan kita sebagai persiapan terakhir sebelum
memasuki Pekan Suci dengan tema: “Kita Katolik. Kita Indonesia”.
Mari kita hening sejenak, untuk mempersiapkan pertemuan kita ini.

Seruan Tobat
P Saudara-saudari terkasih. Sekarang marilah kita hening sejenak, masuk
dalam alam keheningan, untuk memeriksa hati kita, dan mohon ampun
kepada Allah atas segala dosa dan salah kita agar pantas menghadirkan
diri dihadapan-Nya dan menerima rahmat-Nya yang kita butuhkan.
P Tuhan Yesus Kristus, Engkau diutus untuk menyembuhkan orang yang
remuk redam hatinya. Tuhan Kasihanlah kami
U Tuhan Kasihanilah kami
P Engkau datang untuk memanggil orang yang berdosa. Kristus
Kasihanilah kami.
U Kristus Kasihanilah kami

62 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
P Engkau duduk di sebelah kanan Bapa sebagai Pengantara kami. Tuhan
Kasihanilah kami.
U Tuhan kasihanilah kami.
P Semoga Allah memandang dan memperhatikan kita. Semoga Ia
menunjukkan kerelaan hati-Nya serta memberikan pengampunan dosa
dan damai sejahtera kepada kita.
U Amin

Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa (Hening sejenak)
Allah yang Maha Rahim. Terima kasih kami kembali boleh berkumpul
sebagai cara kami mempersiapkan diri memasuki Pekan Suci dan
merayakaan Paskah, Kebangkitan Tuhan. Melalui pertemuan ini, kami
hendak merefleksikan diri sebagai orang Katolik dan sekaligus orang
Indonesia. Berkatilah kami untuk mengadakan pertobatan bersama
sehingga ada perubahan cara hidup, cara berada kami di tengah
masyarakat dan bangsa kami, Indonesia ini. Demi Kristus, Tuhan dan
Pengantara kami.
U Amin.

Lagu Pengantar Sabda: “Curahkan Rahmat” (PS. 603)

Bacaan Injil Yakobus 2: 14 – 22


P Marilah kita bersama-sama mendengarkan Sabda Tuhan menurut
Santo Yakobus
2:14Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan,
bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai
perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?
2:15Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan
kekurangan makanan sehari-hari,
63 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
2:16dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah
kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak
memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah
gunanya itu?
2:17Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai
perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.
2:18Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku
ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku
imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan
kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku."
2:19Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi
setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
2:20Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang,
bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?
2:21Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan karena perbuatan-
perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas
mezbah?
2:22Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-
perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi
sempurna.
P Demikianlah Sabda Tuhan
U Syukur kepada Allah

Sharing atau Diskusi:

1. Apa yang menarik bagiku dari Surat Rasul Yakobus 2: 14 – 22?


2. Mana yang lebih penting, iman atau perbuatan?
3. Perbuatan apakah yang selama ini Anda lakukan sebagai orang
beriman Katolik di Indonesia?
4. Apa yang harus diubah untuk Gereja dan Indonesia yang lebih baik?
Pendalaman dan Renungan

Bisa dibacakan atau diolah dari gagasan pokok.


64 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Aksi atau Tindakan Nyata
Apa Aksi atau Tindakan Nyata dalam Masa Prapaskah ini, baik pribadi,
keluarga maupun bersama KBG atau Lingkungan?

Doa Umat
P Dengan penuh syukur akan kerahiman Tuhan yang selalu
berkelimpahan, marilah kita ungkapkan doa-doa kita kepada-Nya:

L Bagi Para Pemimpin Gereja Kami


Allah Bapa yang Mahabijaksana, kami bersyukur atas perjalanan dan
peziarahan gereja kami karena adanya para pemimpin yang adalah
pelayan. Berkatilah Para Pemimpin Gereja kami: Bapa Paus, Para Uskup
dan Para Imam-Mu dengan kesehatan yang baik, sukacita hidup dan
kesaksiaan, serta setia dengan panggilan-Mu. Kami mohon...
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L Bagi Para Pemimpin Bangsa dan Negara Kami


Allah Bapa yang Maharahim. Kami percayakan para pemimpin bangsa
dan negara kami kepada kehendak-Mu. Semoga mereka senantiasa
semakin rendah hati, menjadi pelayan persatuan diantara
kemajemukan, bertanggungjawab untuk menyejahterakan rakyat dan
menghantar Indonesia menjadi bangsa yang besar. Kami mohon...
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

L Bagi Keluarga-Keluarga Katolik di Lingkungan Kami


Allah Bapa yang Mahamurah. Kami bersyukur atas kehadiran keluarga-
keluarga Katolik di tengah masyarakat kami. Berkatilah keluarga-
keluarga Katolik dengan keberanian untuk bersaksi, menginspirasi
keluarga yang lain bahwa hidup dalam pertobatan akan mengubah
kebersamaan menjadi damai dan indah. Kami mohon...
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan
65 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
L Bagi Kami Semua yang Hadir dalam Pertemuan
Allah Bapa yang Mahakasih. Terima kasih melalui pertemuan APP yang
terakhir ini, kami semakin mengerti bahwa dengan pertobatan, kami
mengubah kehidupan kami dan hidup bersama menjadi lebih baik dan
berkenan dihati-Mu. Layakkan kami datang kehadapan-Mu untuk
bertobat dan berubah sehingga hidup kami menghasilkan buah
berlimpah. Kami mohon...
U Kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

P Allah yang Maharahim. Demikianlah ungkapan pujian, syukur, terima


kasih dan permohonan kami. Semoga kami tidak hanya layak menjadi
murid-murid Putra-Mu, namun semakin pantas menjadi bagian yang
tak terpisahkan dari bangsa kami, Indonesia ini. Demi Kristus, Tuhan
dan Pengantara kami.
U Amin

Doa Ardas Tahun VII 2023:


Tahun Pendidikan Cinta Budaya dan Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air (hlm. 68)

Bapa Kami
P Saudara-saudari terkasih, marilah kita satukan seluruh doa, harapan,
dan niat-niat yang hendak kita bangun dan wujudkan dengan doa yang
diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada para murid-Nya: Bapa Kami...

Doa Penutup
P Marilah kita berdoa, (Hening sejenak)
Allah Sumber Pengampunan. Engkau tidak pernah menolak kami yang
lemah, rapuh dan berdosa ini datang menghadap-Mu. Terima kasih
untuk kesempatan yang mengubah kami masing-masing sehingga
semakin bangga sebagai orang Katolik sekaligus orang Indonesia.

66 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Berkatilah kami semua sehingga layak dan pantas merayakan Paskah,
Kebangkitan Putra-Mu. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U Amin

Mohon Berkat Tuhan


P Saudara-saudari terkasih, sebelum mengakhiri pertemuan ini, marilah
kita menundukkan kepala, memohon berkat Tuhan.

P Semoga Tuhan memberkati kita, melindungi kita terhadap dosa, dan


mengantar kita ke hidup yang kekal: Dalam nama Bapa dan Putra dan
Roh Kudus.
U Amin

P Saudara sekalian, pertemuan Prapaskah V ini sudah selesai.


U Syukur kepada Allah

Pengutusan
P Marilah kita pergi menjadi saksi damai.
U Amin

Lagu Penutup: “Ajaib Tuhanku” (PS. 540)

67 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
DOA ARDAS TAHUN VII (2023):
TAHUN PENDIDIKAN CINTA BUDAYA DAN KADERISASI POLITIK CINTA TANAH AIR

Allah, Bapa kami yang penuh cinta dan belaskasih, Yesus Kristus Putera-Mu telah
menjadi manusia dan tinggal di tengah-tengah kami untuk mendorong kami agar
berkembang dalam cinta. Ia yang adalah pewahyuan sempurna cinta-Mu dan
Sang Kebenaran Sejati mengajari kami untuk memurnikan tata kebiasaan hidup
kami supaya kami semakin kaya dalam amal kasih kepada-Mu dan kepada
sesama.

Kami umat-Mu di Keuskupan Tanjungkarang, mensyukuri aneka budaya yang


Engkau anugerahkan. Semoga kebhinekaan budaya ini tidak kami lihat sebagai
penghambat kesatuan kami, sehingga kami tidak jatuh dalam arogansi sektarian,
kelompok maupun pribadi. Semoga kami menjunjung semangat para pendahulu
kami, yang mereka hayati melalui pengorbanan mereka untuk bersatu sebagai
bangsa dan Negara; dengan tetap mengagumi dan membanggakan keberagaman
yang kami miliki.

Dalam semangat arah dasar keuskupan tahun ke VII ini, kami secara khusus
bersatu hati dengan orang-orang yang berkehendak baik bagi kesejahteraan
bersama dan kesatuan negara kami Indonesia. Mereka yang mengabdikan diri
dalam dunia politik semoga Engkau lindungi dan senantiasa Engkau murnikan
hati dan budinya untuk mengutamakan kepentingan umum bangsa kami ini.
Semoga para pemimpin negara dan wakil rakyat sungguh-sungguh
memperjuangkan kebenaran, keadilan dan kesatuan bagi masyarakat.

Semoga kami, Gereja Keuskupan Tanjungkarang semakin hari semakin terbuka,


semakin rendah hati, semakin berani menjadi pelayan dan saksi bagi cinta-Mu
yang agung, yang mengangkat setiap pribadi manusia kepada martabatnya yang
luhur; sebagai citra-Mu sendiri. Demi Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan dan
Pengantara kami, yang bersama Dikau dalam persekutuan dengan Roh Kudus,
Allah, sepanjang segala masa. Amin

Kemuliaan....
Terpujilah.....

68 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Doa Masa PRAPASKAH (PS. 88)

Allah Bapa yang Mahabaik,


kami bersyukur kepada-Mu
atas Masa Prapaskah yang Kauanugerahkan kepada kami.
Lewat Masa Prapaskah ini
Engkau mengingatkan kami untuk menyadari segala kebaikan-Mu.
Selama Masa Prapaskah ini
Engkau melimpahkan rahmat untuk menyegarkan iman kami.
Engkau mengajak kami untuk bertobat,
menyesali kekurangan dan dosa-dosa kami.
Engkau mendorong kami untuk melepaskan diri
dari belenggu nafsu yang menyesatkan.
Engkau mengajar kami untuk hidup sederhana,
mensyukuri segala anugerah-Mu,
dan membantu orang-orang yang menderita.
Selama Masa Prapaskah ini
Engkau membimbing para calon baptis
yang akan bersatu dengan kami melalui Sakramen Baptis.
Dan sambil mendampingi mereka,
kami pun Kauajak menyegarkan rahmat baptisan
yang pernah kami terima dari-Mu.
Semoga karena rahmat-Mu yang Kaulimpahkan
selama Masa Prapaskah ini
kami semakin suci, semakin bersatu sebagai umat kesayangan-Mu,
dan berani meneladan Yesus Putra-Mu yang rela menderita sengsara, wafat
dan bangkit untuk menyelamatkan kami.
Sebab Dialah Tuhan, pengantara kami,
kini dan sepanjang masa.
Amin

69 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Penyerahan Keluarga kepada Tuhan Yesus (MB. 19A)

Tuhan Yesus,
Engkau menguduskan hidup keluarga
dengan hidup dalam keluarga
bersama Bunda Maria dan Santo Yosef di Nasaret.

Kami sekeluarga berkumpul di hadapan-Mu


untuk membaharui penyerahan seluruh keluarga kami kepada-Mu,
raja dan pusat segala hati.
Kami mohon: tinggallah di dalam rumah kami ini,
dan kuasailah kami.

Semoga rumah kami merupakan pusat kehidupan kristiani,


dimana kami mengasihi Allah Bapa dengan segenap hati
dalam persatuan dengan Dikau, Putera Allah dan gembala kami.

Ya Yesus Kristus,
semoga kami hidup menurut pedoman Injil-Mu,
rukun, bijaksana, sederhana, dengan sayang menyayangi,
hormat menghormati, tolong menolong dengan senang hati.
Berilah supaya keramahan dan cinta kasih,
semangat pengorbanan, kerajinan dan penghasilan yang cukup
selalu berada dalam keluarga kami.
Semoga keluarga kami menjadi teladan
serta terang bagi keluarga-keluarga di sekitar kami.

Berkatilah kami,
agar janganlah di antara kami menjauh dari pada-Mu,
satu-satunya sumber kebahagiaan kami.

Dikau kami puji bersama Bapa dan Roh Kudus,


sekarang dan selama-lamanya.
Amin

70 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
Gerak Langkah Kita Sebagai Warga Gereja
(Seruan Moral Keuskupan Sufragan Tanjungkarang Menghadapi PEMILU 2024)

1. Setiap umat Katolik ambil bagian secara aktif untuk menggunakan hak
pilihnya dalam Pemilu (tidak golput) dan menentukan pilihan
berdasarkan suara hati, serta bersama-sama mewujudkan Pemilu yang
bersih dan bermartabat dengan menaati aturan dan per-Undang-
undangan yang berlaku.

2. Umat Katolik yang mempunyai hak suara dan para calon legislatif
hendaknya memberikan perhatian kriteria-kriteria pemimpin menurut
Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) yaitu:
A. Memegang teguh Pancasila dan UUD 1945.
B. Menghormati Kebhinnekaan.
C. Memiliki Integritas.
D. Mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi
atau golongan.
E. Mempunyai keberpihakan kepada kaum kecil-lemah-miskin-
tersingkir-difabel.
F. Memiliki rekam jejak yang terpuji.
G. Menjunjung tinggi martabat manusia.
H. Menjaga keutuhan alam ciptaan.

3. Kerawam di semua tingkatan berperan aktif dalam Pesta Demokrasi,


serta memberi edukasi bagi umat tentang Politik, seluk beluk Pemilu
2024, cara praktis memilih yang benar, katekese kebangsaan, panggilan
perutusan kaum awam dalam bidang-bidang sosial kemasyarakatan di
tingkat paroki, stasi, lingkungan, kelompok-kelompok dan keluarga.

71 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4
4. Gereja sebagai Institusi Keagamaan mempertahankan Netralitas
dengan tetap menjaga agar lingkungan gereja bebas dari atribut partai,
capres, caleg atau apapun yang berbau politik.

5. Pastor Paroki, Pengurus Dewan Pastoral, Pengurus Stasi, Pengurus


Wilayah, Pengurus Lingkungan/Kring, dan pimpinan komunitas terbuka
dan menerima para calon legislatif, memberikan semangat, saran serta
masukan-masukan tentang:
 Prinsip-prinsip dasar Ajaran Sosial Gereja (ASG) terkait misi
perutusan Gereja untuk kesejahteraan umum, keadilan sosial, dan
perbaikan tata dunia.
 Komitmen kesetiaan pada 4 pilar Negara: Pancasila, UUD 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

6. Para calon legislatif Katolik proaktif menjalin komunikasi dengan para


Pengurus Gereja, selain itu juga berkomunikasi dan bekerjasama
dengan para pemangku kepentingan masyarakat.

7. Kegiatan sosialisasi calon legislatif kepada umat, dikomunikasikan


dengan Romo Paroki. Sosialisasi dilakukan dalam suatu pertemuan
khusus di luar kegiatan liturgi.

8. Umat Katolik bekerjasama dengan tokoh agama lain, tokoh masyarakat,


tokoh adat dan pemerintah setempat untuk tetap menjaga ketertiban,
keamanan, kesejukan dan damai saat tahapan-tahapan pemilu dari
masa kampanye, masa tenang, pemungutan suara, penghitungan suara
dan penetapan pemenang pemilu.

72 | A P P L i n g k u n g a n 2 0 2 4

Anda mungkin juga menyukai