Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ REFLEKSI WAWASAN KEBANGSAAAN DAN BELA NEGARA


DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI ”

Disusun oleh :
Hj. Sitti Wahidah, S.ST,M.Kes
NIP. 19741212 199302 2 002

PELATIHAN KEPEMIMPINAN ADMINISTRATOR


ANGKATAN IV
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
REGIONAL MAKASSAR
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji atas segala rahmat dan karunia Allah Subhanah


wata’ala atas segala rahmat dan hidayah yang diberikan kepada kita
hambaNya sehingga kita dianugerahkan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah serta komitmen yang kuat untuk berbakti kepada negara
yang berlandaskan wawasan kebangsaan dan bela negara yang kuat.
Shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Shallallahu waalaihi wasallam, Rahmatan lil ‘aalamin dan
sosok pemimpin teladan terbaik bagi seluruh umat manusia.
Pada kesempatan ini, saya menyampaikan makalah dengan tema
Refleksi Wawasan Kebangsaan dalam Bela Negara dalam
Pemberantasan Korupsi yang saya susun dalam rangka memenuhi tugas
pelatihan kepemimpinan administrator angkatan IV.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
sehingga selalu senantiasa memerlukan berbagai kritik dan saran yang
bersifat konstruktif.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Watampone, 21 Juni 2023

Hj. Sitti Wahidah,S.ST,M.Kes

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
A. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
B. TUJUAN .............................................................................................. 2
C. PEMBAHASAN ................................................................................... 2
1. Konsep Dasar Wawasan Kebangsaan Kepemimpinan Pancasila . 2
2. Konsep Dasar Bela Negara Kepemimpinan Pancasila................... 4
3. Konsep Dasar Tindak Pidana Korupsi ............................................ 6
4. Analisis Isu Terkait Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Wawasan
Kebangsaan Dan Bela Negara........................................................ 7
D. KESIMPULAN .................................................................................... 11
E. SARAN................................................................................................ 12

iii
PANCASILA SEBAGAI BENTENG PERTAHANAN
DALAM PERILAKU KORUPSI

A. Pendahuluan 
Pembangunan pada hakekatnya adalah proses maju yang
diharapkan menuju pencapaian  tujuan nasional, baik kuantitas
maupun kualitas. Agar dapat berfokus pada pencapaian tujuan,
pembangunan perlu dipandu oleh pandangan hidup dan kehidupan
yang teguh, dan tidak terombang-ambing dalam pusaran kepentingan
internasional. Nilai-nilai Pancasila sendiri merupakan hasil dari sifat,
jati diri, jati diri, dan karakter bangsa yang membedakannya dengan
bangsa lain. Pancasila dengan demikian menjadi paradigma atau cara
pandang yang menjadi pedoman tingkah laku dan perilaku, acuan
dalam berhubungan dengan orang lain, penyaring nilai-nilai negatif,
dan landasan pengendalian kehidupan bermasyarakat.
Dalam prosesnya, pembangunan nasional tidak selalu berjalan
mulus. Hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaannya terdapat
hambatan ataupun gangguan yang dapat muncul dari dalam maupun
luar yang dapat mengancam dan membahayakan integritas, identitas
serta kelangsungan hidup bangsa dan negara. Salah satu ancaman
yang memiliki potensi untuk mengganggu pembangunan nasional di
berbagai bidang adalah tindak pidana korupsi. Korupsi terjadi
disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang
dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan
mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman.
Korupsi meruntuhkan nilai-nilai dasar bela negara seperti kecintaan
pada tanah air, kesadaran untuk berbangsa dan bernegara, keyakinan
terhadap pancasila, serta sikap rela berkorban. Korupsi juga
mengancam kedaulatan untuk memiliki kemampuan bela negara baik
secara fisik maupun nonfisik Upaya fisik untuk melakukan upaya bela
negara bagi masyarakat sipil dalam kaitannya dengan ASN dapat

1
ditunjukkan dengan melakukan pekerjaannya dengan sungguh-
sungguh karena posisinya yang sebagai abdi negara. Sikap rela
berkorban harus tertanam kuat dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, terutama pada jiwa ASN. Sedangkan, upaya bela negara
secara non fisik dapat dilakukan dengan mengamalkan nilai-nilai bela
negara yang berlandaskan pancasila.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar wawasan kebangsaan
kepemimpinan Pancasila
2. Untuk mengetahui konsep dasar bela negara kepemimpinan
Pancasila
3. Untuk mengetahui konsep dasar tindak pidana korupsi
4. Untuk menganalisis isu terkait tindak pidana korupsi berdasarkan
wawasan kebangsaan dan bela negara

C. Pembahasan
1. Konsep Dasar Wawasan kebangsaan kepemimpinan Pancasila
Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu
“Wawasan” dan “Kebangsaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia dinyatakan bahwa secara etimologis istilah “wawasan”
berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan dapat juga
berarti (2) konsepsi cara pandang. Wawasan Kebangsaan sangat
identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara pandang bangsa
Indonesia dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup
perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial
budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan.
“Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yang menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kelompok masyarakat
yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya,
serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan “kebangsaan”
mengandung arti (1) ciri-ciri yang menandai golongan bangsa, (2)

2
perihal bangsa; mengenai (yang bertalian dengan) bangsa, (3)
kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara. Dengan demikian
wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara
pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari
suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Landasan konstitusi menjadi bagian dari Wawasan
Kebangsaan yang berkaitan erat dengan dasar berdirinya negara.
Pandangan hidup mengenai jati diri bangsa Indonesia tercermin
dalam ideologi yang dipegang teguh. Ideologi yang menjadi ciri
bangsa adalah Pancasila, yang merupakan dasar yang
membentuk konstitusi negara. Dari sanalah lahirnya Pembukaan
UUD NRI tahun 1945 yang mendasari dibentuknya Batang Tubuh
Undang-Undang Dasar, yang kemudian menjadi koridor
masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Keyakinan Pancasila sebagai ideologi bangsa berarti yakin
bahwa Pancasila adalah cara hidup yang harus diterapkan sehari-
hari untuk mewujudkan kehidupan Indonesia yang adil dan
makmur. Pancasila harus dijadikan sumber motivasi dan tekad
perjuangan mencapai cita-cita, menggerakkan bangsa dalam
melaksanakan pembangunan nasional sebagai pengamalan nilai-
nilai Pancasila. Pancasila harus diamalkan sebagai alat
pemersatu keberagaman yang ada di Indonesia yang dapat
mematahkan setiap ancaman, tantangan, dan hambatan.
Setiap warga negara, dalam hal ini seorang pemimpin, wajib
mengetahui, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-harinya. Kepemimpinan yang didasarkan
pada Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki respek terhadap
toleransi antarumat beragama dalam menganut dan menjalankan
kepercayaannya masing-masing. Pemimpin yang adil dan
beradab juga tentu akan mengedepankan penegakan hukum dan

3
norma-norma dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara. Selain itu, pemimpin seharusnya mengedepankan
sikap yang menjunjung tinggi nasionalisme untuk mempersatukan
bangsa Indonesia. Terkait dengan sila ke empat, Seorang
pemimpin sudah barang tentu harus mendengarkan aspirasi
masyarakat dan mengedepankan pendekatan yang memiliki ruang
untuk diskusi. Selanjutnya, seorang pemimpin harus bisa
membuat kebijakan yang memberikan keadilan bagi semua
golongan, memberikan manfaat bagi kepentingan bersama dan
bukan hanya untuk segelintir orang saja.
2. Konsep Dasar Bela negara kepemimpinan Pancasila
Konsep dasar terkait bela negara dalam kepemimpinan
Pancasila mencakup prinsip-prinsip dasar Pancasila dan nilai-nilai
kepemimpinan yang terkait dengan semangat cinta tanah air dan
tanggung jawab terhadap negara. Berikut adalah beberapa
konsep dasar terkait bela negara dalam kepemimpinan Pancasila.
 Pancasila sebagai Ideologi Negara: Pancasila merupakan
dasar ideologi negara Indonesia. Dalam kepemimpinan
Pancasila, pemimpin harus memiliki pemahaman yang
mendalam dan komitmen terhadap nilai-nilai Pancasila
sebagai pedoman dalam mengambil keputusan dan tindakan.
 Cinta Tanah Air: Kepemimpinan Pancasila menekankan
pentingnya cinta tanah air. Pemimpin harus memiliki rasa cinta
yang mendalam terhadap Indonesia, mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
atau golongan, serta bersedia berkorban demi keutuhan dan
kemajuan bangsa.
 Kepedulian Sosial: Konsep bela negara dalam kepemimpinan
Pancasila mendorong pemimpin untuk memiliki kepedulian
sosial terhadap rakyat dan sesama. Pemimpin harus
memperhatikan kebutuhan, keadilan, dan kesejahteraan

4
masyarakat, serta berperan aktif dalam memperbaiki kondisi
sosial dan mengurangi kesenjangan.
 Pendidikan dan Pembinaan Kepemimpinan: Kepemimpinan
Pancasila mengedepankan pentingnya pendidikan dan
pembinaan kepemimpinan. Pemimpin harus memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila, serta mampu menginspirasi dan
memimpin dengan integritas dan kepemimpinan yang
bertanggung jawab.
 Kepemimpinan Berbasis Keadilan: Kepemimpinan Pancasila
menekankan keadilan sebagai prinsip utama. Pemimpin harus
adil dalam mengambil keputusan dan memperlakukan semua
warga negara tanpa membedakan suku, agama, ras, dan
golongan. Keadilan juga berlaku dalam alokasi sumber daya
dan kesempatan untuk memajukan semua lapisan
masyarakat.
 Kemandirian dan Ketahanan Nasional: Konsep bela negara
dalam kepemimpinan Pancasila juga mencakup pentingnya
kemandirian dan ketahanan nasional. Pemimpin harus
membangun sumber daya nasional, menjaga kedaulatan
negara, serta menghadapi tantangan dan ancaman dari dalam
dan luar dengan tekad yang kuat dan kemampuan strategis
yang baik.
 Semangat Gotong Royong: Pancasila mendorong semangat
gotong royong sebagai nilai yang fundamental. Pemimpin
harus mampu membangun kerjasama, kolaborasi, dan
solidaritas antara sesama warga negara, serta mendorong
partisipasi aktif masyarakat dalam memajukan bangsa dan
negara.
Konsep dasar ini menegaskan bahwa kepemimpinan
Pancasila melibatkan komitmen yang kuat terhadap negara dan

5
masyarakat, serta mengedepankan kepentingan nasional dan
kesejahteraan bersama. Pemimpin yang menjalankan
kepemimpinan Pancasila diharapkan mampu membangun negara
yang berdaulat, adil, makmur, dan bermartabat.
3. Konsep Dasar Tindak Pidana Korupsi
Konsep dasar tindak pidana korupsi mencakup prinsip-prinsip
hukum dan nilai-nilai yang terkait dengan pencegahan,
penindakan, dan pemberantasan korupsi. Berikut adalah
beberapa konsep dasar terkait tindak pidana korupsi.
Penyalahgunaan Kekuasaan: Tindak pidana korupsi
melibatkan penyalahgunaan kekuasaan oleh seorang pejabat atau
orang yang berwenang dalam posisi publik untuk memperoleh
keuntungan pribadi atau kelompok. Konsep dasar ini menekankan
bahwa penggunaan kekuasaan publik harus didasarkan pada
integritas, keadilan, dan kepentingan umum.
Kerugian Negara: Tindak pidana korupsi merugikan negara
dan masyarakat secara luas. Konsep dasar ini menekankan
bahwa korupsi mengakibatkan kerugian finansial yang signifikan
bagi negara, menghambat pembangunan, dan mengurangi
kualitas pelayanan publik.
Keterbukaan dan Transparansi: Konsep dasar ini
menggarisbawahi pentingnya keterbukaan dan transparansi dalam
penggunaan dana publik, pengambilan keputusan, dan
pelaksanaan tugas publik. Keterbukaan dan transparansi menjadi
landasan untuk mencegah korupsi dan memastikan akuntabilitas
dalam tindakan pemerintahan.
Akuntabilitas: Konsep dasar tindak pidana korupsi menuntut
adanya akuntabilitas yang tinggi bagi para pejabat publik dan
pihak yang terlibat dalam pengelolaan dana publik. Akuntabilitas
mencakup pertanggungjawaban, pemantauan, dan penegakan
hukum terhadap tindakan korupsi.

6
Hukum dan Penegakan Hukum: Konsep dasar ini menekankan
pentingnya peran hukum dalam penindakan tindak pidana korupsi.
Hukum harus menjadi alat yang efektif untuk menanggulangi
korupsi, termasuk melalui investigasi yang tepat, penuntutan yang
adil, dan hukuman yang tegas bagi pelaku korupsi.
Pencegahan: Selain penindakan, konsep dasar tindak pidana
korupsi juga mencakup upaya pencegahan korupsi. Pencegahan
melibatkan tindakan proaktif untuk mengidentifikasi dan
mengurangi risiko korupsi, seperti melalui perbaikan sistem tata
kelola, pengawasan yang efektif, pendidikan publik, dan promosi
integritas.
Kerjasama Internasional: Korupsi adalah masalah global.
Konsep dasar tindak pidana korupsi menekankan pentingnya
kerjasama internasional dalam upaya pemberantasan korupsi.
Negara-negara harus saling bekerja sama dalam pertukaran
informasi, ekstradisi, dan pengembalian aset yang diperoleh
secara korup.
Konsep dasar ini menggarisbawahi pentingnya pencegahan,
penindakan, dan pemberantasan tindak pidana korupsi untuk
memastikan keadilan, transparansi, dan kemajuan yang
berkelanjutan bagi negara dan masyarakat. Upaya ini melibatkan
komitmen yang kuat dari pemerintah, sistem hukum yang kuat,
partisipasi aktif masyarakat, serta kerjasama
internasional yang erat.
4. Analisis Isu terkait tindak Pidana Korupsi berdasarkan wawasan
kebangsaan dan bela negara
Korupsi merupakan salah satu masalah yang melanda banyak
negara di dunia, termasuk Indonesia. Korupsi menghancurkan
moralitas, merusak tata pemerintahan yang baik, serta
menghambat pembangunan ekonomi dan sosial. Oleh karena itu,
pemberantasan korupsi menjadi tugas penting bagi setiap warga

7
negara yang memiliki wawasan kebangsaan yang kuat dan
semangat bela negara.
Wawasan kebangsaan merupakan pemahaman yang
mendalam tentang nilai-nilai, sejarah, budaya, dan identitas
bangsa. Dalam konteks pemberantasan korupsi, wawasan
kebangsaan menjadi landasan moral yang penting. Wawasan
kebangsaan mengajarkan bahwa korupsi bertentangan dengan
nilai-nilai luhur bangsa, seperti kejujuran, keadilan, dan
kesetaraan. Pemahaman ini harus tercermin dalam tindakan nyata
dalam menghadapi korupsi. Bela negara, di sisi lain, mengacu
pada semangat dan kesediaan untuk mempertahankan negara
dari ancaman, baik dari dalam maupun luar. Dalam konteks
pemberantasan korupsi, bela negara berarti memiliki komitmen
dan keberanian untuk melawan segala bentuk tindakan korupsi,
baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari komunitas.
Setiap warga negara memiliki tanggung jawab untuk melaporkan
praktik korupsi dan berpartisipasi aktif dalam membangun tata
pemerintahan yang bersih dan akuntabel.
Pemberantasan korupsi memerlukan upaya kolektif dan
sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga-lembaga
terkait. Pemerintah perlu mendorong transparansi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan publik, melaksanakan
reformasi sistem hukum yang adil dan efektif, serta memberikan
sanksi yang tegas kepada pelaku korupsi. Selain itu, masyarakat
perlu diberdayakan untuk menjadi garda terdepan dalam melawan
korupsi. Mereka harus diberikan edukasi dan kesadaran mengenai
dampak buruk korupsi serta cara-cara melaporkan kasus korupsi.
Wawasan kebangsaan dan bela negara juga harus tercermin
dalam sistem pendidikan. Pendidikan berkualitas dan berbasis
nilai-nilai kebangsaan dapat membentuk generasi muda yang
paham akan pentingnya integritas dan anti-korupsi. Sekolah-

8
sekolah dapat menyelenggarakan program-program pendidikan
yang mengajarkan tentang etika, kejujuran, dan pengelolaan
keuangan yang baik.
Selain itu, media massa juga memiliki peran penting dalam
pemberantasan korupsi. Media harus berfungsi sebagai wadah
untuk mengungkap praktik korupsi, memberikan informasi yang
jelas dan objektif kepada masyarakat, serta mendorong partisipasi
aktif warga negara dalam melawan korupsi.
Pembentukan Zona Integritas di Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) merupakan upaya untuk mewujudkan pelayanan publik
yang bersih, transparan, dan bebas dari korupsi. Berikut adalah
langkah-langkah dalam pembentukan Zona Integritas di OPD:
 Komitmen Pimpinan: Pimpinan OPD perlu menunjukkan
komitmen yang kuat dalam mendorong integritas dan anti-
korupsi. Hal ini mencakup pengumuman komitmen,
pembentukan tim pengarah, serta pengalokasian sumber daya
yang memadai untuk mewujudkan Zona Integritas.
 Analisis Risiko Korupsi: Melakukan analisis risiko korupsi di
OPD untuk mengidentifikasi potensi praktik korupsi yang
dapat terjadi. Analisis risiko ini akan menjadi dasar untuk
merancang strategi pencegahan korupsi yang efektif.
 Penyusunan Rencana Integritas: Membuat rencana aksi atau
Rencana Integritas yang berisi langkah-langkah konkret untuk
mencegah korupsi dan meningkatkan integritas. Rencana ini
mencakup kebijakan, prosedur, dan program-program yang
relevan.
 Peningkatan Sumber Daya Manusia: Melakukan pelatihan dan
peningkatan kapasitas bagi pegawai OPD dalam hal
pengetahuan dan pemahaman mengenai integritas, etika, tata
kelola yang baik, dan pencegahan korupsi. Hal ini dapat

9
dilakukan melalui program pelatihan, workshop, atau
pembentukan unit anti-korupsi di OPD.
 Penataan Sistem Manajemen: Melakukan perbaikan dan
penataan sistem manajemen di OPD, termasuk dalam hal tata
kelola organisasi, tata kelola keuangan, pengadaan
barang/jasa, dan manajemen aset. Tujuannya adalah
menciptakan sistem yang transparan, akuntabel, dan bebas
dari praktik korupsi.
 Pengawasan dan Evaluasi: Menerapkan sistem pengawasan
internal yang efektif dalam OPD untuk mengontrol dan
memantau pelaksanaan program-program integritas. Evaluasi
secara berkala dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas
upaya pencegahan korupsi yang dilakukan dan melakukan
perbaikan jika diperlukan.
 Pemberdayaan Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam
pengawasan dan partisipasi dalam proses pelayanan publik.
Mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam mengawasi
dan memberikan masukan terhadap kinerja OPD.
 Penghargaan dan Sanksi: Menerapkan sistem penghargaan
bagi pegawai yang terbukti berintegritas dan melaksanakan
tugas dengan baik, serta sanksi bagi pegawai yang terbukti
terlibat dalam praktik korupsi atau pelanggaran etika.
Pembentukan Zona Integritas di OPD bertujuan untuk
menciptakan budaya kerja yang bersih, profesional, dan
bertanggung jawab. Dengan adanya Zona Integritas, diharapkan
pelayanan publik dapat meningkat, masyarakat mendapatkan
layanan yang berkualitas, dan potensi korupsi dapat diminimalisir.
Sebagai bentuk perhatian yang mendalam RSUD Datu
Pancaitana terhadap issue pencegahan korupsi ini, maka
dibentuklah agen perubahan zona integritas di lingkup RSUD Datu
Pancaitana Kabupaten Bone melalui SK Direktur RSUD Datu

10
Pancaitana Nomor 4a Tahun 2022 tentang Pembentukan Tim
Kerja Zona Integritas menuju Wilayah Bebas Dari Korupsi (WBK)
dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) di lingkungan
RSUD Datu Pancaitana yang mempunyai fungsi antara lain
sebagai berikut :
1. Melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang mendukung
keberhasilan pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah
Bebas Dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih
Melayani (WBBM) di lingkungan RSUD Datu Pancaitana
2. Berkoordinasi dan berkonsultasi dengan pihak terkait untuk
pelaksanaan tugas, dan
3. Melaporkan pelaksanaan tugas sebagai tim kerja
pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Birokrasi
Bersih Melayani (WBBM) kepada Direktur
RSUD Datu Pancaitana
D. Kesimpulan
Wawasan kebangsaan kepemimpinan Pancasila dan bela
negara adalah salah satu bentuk integritas dan perwujudan moralitas
warga negara baik yang bertindak sebagai birokrasi maupun politisi.
Konsep wawasan kebangsaan sejatinya bukan hanya para ruang
yang menghasilkan angka-angka tetapi lebih kepada nilai luhur yang
bisa dijadikan landasan kuat dalam pencegahan dan pemberantasan
korupsi.
Refleksi wawasan kebangsaan dan bela negara sangat penting
dalam pemberantasan korupsi. Wawasan kebangsaan mengajarkan
nilai-nilai moral yang mendasari penolakan terhadap korupsi,
sedangkan semangat bela negara mendorong partisipasi aktif dalam
memerangi praktik korupsi. Pemberantasan korupsi memerlukan
keterlibatan seluruh elemen masyarakat dan upaya bersama antara
pemerintah, masyarakat, lembaga-lembaga terkait, pendidikan, dan
media massa. Dengan memiliki wawasan kebangsaan yang kuat dan

11
semangat bela negara, Indonesia dapat memperkuat perlawanan
terhadap korupsi dan mewujudkan tata pemerintahan yang bersih,
transparan, dan berkeadilan.
E. Saran
Sebaiknya materi wawasan kebangsaan kepemimpinan
Pancasila dan bela negara menjadi kurikulum wajib di setiap tingkatan
Pendidikan formal.

12

Anda mungkin juga menyukai