Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ELEKTROMAGNETIKA
HUKUM AMPERE DALAM BENTUK INTEGRAL DAN VEKTOR
POTENSIAL
(Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Elektromagnetika semester ganjil)
Dosen Pengampu : Dr. Dwi Purwantoro Sasongko, M.Si

Disusun oleh :
Muhammad Alex Fadhly (24040121130059)
Syahraini Nafilah (24040122130067)
Nabila Halisa Chairina (24040122130087)

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jalan Prof. Sudarto No.13, Tembalang, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah
50275 2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh...

Alhamdulillahirabbil alamiin, segala puji dan syukur selalu terucap kepada Allah
SWT. atas dasar dan kehendak Nya lah kehidupan di dunia ini berjalan. Dengan izin-Nya,
kami kelompok 2 mampu menyelesaikan makalah dengan judul Hukum Ampere dalam
Bentuk Integral dan Vektor Potensial dalam rangka memenuhi mata kuliah
Elektromagnetika. Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Elektromagnetika, Dr. Dwi Purwantoro Sasongko, M.Si yang sudah memberikan ilmu
kepada kami untuk mengerjakan makalah ini.
Makalah ini menjelaskan tentang materi Hukum Ampere dan Potensial Vektor. Di
mana, kami akan membahas mengenai penurunan rumus dari hukum Ampere dalam bentuk
integral, beberapa aplikasi dalam bentuk integral, perhitungan rotasi B, dan Potensial Vektor.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak sekali kekurangan.
Seperti, penjelasan yang kurang lengkap, bahasa yang rumit, materi yang kurang jelas, dan
kalimat yang kurang efektif. Maka dari itu, kami juga menyertakan saran-saran yang akan
kami lakukan untuk kedepannya.

Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh...

Semarang, Oktober 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................. i


Daftar Isi ........................................................................................................................... ii
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................. 1
D. Manfaat ……………………………………………………………………... 2
Bab II
Isi
A. Penurunan Persamaan dalam Bentuk Integral ………………………..……. 3
B. Beberapa Aplikasi Bentuk Integral ………………………………………... 9
C. Perhitungan Langsung Rotasi B ……………………………………………. 13
D. Potensial Vektor ……………………………………………………………. 16
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 20
B. Saran ............................................................................................................... 21
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Hukum Ampere atau dikenal sebagai Hukum Sirkuit Ampere, adalah
hukum dasar listrik dan magnet yang mengukur hubungan antara medan magnet
dan arus listrik. Nama hukum ini diambil dari nama fisikawan dan matematikawan
Perancis Andre-Marie Ampere, yang mendirikan teori elektromagnetik pada tahun
1825. Hukum Ampere adalah versi formal dari Hukum Biot-Savart, yang juga
menghubungkan medan magnet dan arus yang dapat menghasilkan, integral garis
medan magnet di sekitar jalur yang dipilih secara sewenang-wenang sebanding
dengan arus listrik bersih yang dilingkupi oleh jalur tersebut. Dalam kebanyakan
kasus, bentuk integral digunakan untuk menghitung medan magnet. Medan magnet
ini akan memberikan hasil yang sama jika diperoleh dari Hukum Biot-Savart.

1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini akan membahas :
1. Bagaimana penurunan persamaan hukum Ampere dalam bentuk integral?
2. Apa saja aplikasi dalam bentuk integral ?
3. Bagaimana perhitungan langsung rotasi B?
4. Apa yang dimaksud dengan potensial vektor?

1.3Tujuan
Dilihat dari rumusan masalah di atas, makalah ini dibuat dengan tujuan :
1. Mengetahui bentuk penurunan persamaan hukum Ampere dalam bentuk
integral.
2. Mengetahui aplikasi dalam bentuk integral.
3. Mengetahui cara perhitungan langsung rotasi B.
4. Mengetahui penjelasan dari potensial vektor.

1
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui bentuk penurunan persamaan hukum Ampere dalam bentuk
integral.
2. Dapat mengetahui aplikasi dalam bentuk integral.
3. Dapat mengetahui cara perhitungan langsung rotasi B.
4. Dapat mengetahui penjelasan dari potensial vektor.

2
BAB II

ISI

2.1 Penurunan Persamaan dalam Bentuk Integral

Persamaan turunan pertama dari medan magnet adalah ∇ x B. Secara umum,


curl atau perkalian silang sebuah vektor dinyatakan oleh persamaan :
1
(∇ x 𝐀). 𝑛̂ = lim ∮ 𝑨. … (2-1)
𝑑𝑠
∆𝑎 →0 ∆𝑎 𝐶

Dari persamaan di atas menunjukkan bahwa integral A dapat dinyatakan dalam


bentuk integral tertutup C.

Kemudian, kita memiliki sebuah persamaan, yaitu :

∮𝐶 𝑩 . 𝑑𝑠 = 𝜇0 𝐼𝑒𝑛𝑐 … (2-2)

Dimana integralnya merupakan lintasan tertutup sembarang C dan 𝐼𝑒𝑛𝑐 adalah arus
total yang melewati luas yang dibatasi oleh kurva C. Lintasan C dapat berupa kurva
tertutup apa pun dan tidak perlu bertepatan dengan lintasan nyata apapun. Persamaan
(2-2) dikenal sebagai bentuk integral dari hukum ampere. Persamaan ini juga disebut
sebagai hukum rangkaian Ampere.

Selanjutnya, beri asumsi bahwa B dihasilkan oleh kawat tunggal yang membawa
arus I' sepanjang lintasan tertutup C’. Sehingga, B dapat dinyatakan dengan persamaan
:
𝜇0
𝑩= 𝐼′ 𝑑𝑠′ x
𝑹̂ …. (2-3)

4𝜋 𝐶′ 𝑅2

Sehingga, B di dalam persamaan 2-2 dapat dinyatakan dengan persamaan 2-3.


Dengan demikian, bentuk dari persamaan 2-2 menjadi :
𝜇0
∮ 𝑩 . 𝑑𝑠 =∮ 𝐼′ 𝑑𝑠′ x 𝑹̂
𝐶 𝐶 4𝜋 ∮𝐶′ 𝑅2 . ds

𝜇0 𝐼′ 𝑑𝑠. (𝑑𝑠′x
= 4𝜋 ∮ ∮
𝑹̂ )
𝐶 𝑅2
𝐶′

3
∮𝐶 𝑩 . 𝑑𝑠 = 𝜇0 𝐼′ (𝑑𝑠 x 𝑑𝑠′) .
∮𝐶 ∮𝐶 ̂𝑹 … (2-4)
4𝜋
′ 𝑅2

Situasi umum dari penjelasan persamaan di atas dapat diilustrasikan pada


Gambar 2.1.

Gambar 2.1

Di mana sebuah titik P terletak pada lintasan tertutup C. Kemudian, terdapat lintasan
tertutup C’ yang dialiri oleh sebuah arus I’, di mana titik P membentuk sebuah sudut
dengan lintasan C’ sebesar Ω (omega). Sudut yang terbentuk disebut dengan sudut
padat, yaitu sudut yang terbentuk oleh sebuah titik yang dicakup oleh suatu permukaan
atau bidang.

Setelah itu, titik P akan berpindah sepanjang lintasan tertutup C dengan jarak
perpindahan ds. Setelah titik P berpindah sejauh ds, sudut Ω yang terbentuk juga akan
berubah, sehingga sudut yang dibentuk C’dengan titik P yang lain akan berubah
menjadi Ω' = Ω + dΩ. Jadi, dΩ = perubahan sudut yang dipengaruhi perpindahan P
sebesar ds. Akan tetapi, kita juga dapat memperoleh perubahan relatif yang sama
dengan membayangkan titik P tidak berpindah dan menyebebakan perpindahan titik
pada lintasan tertutup C’ sebesar ds namun berlawanan arah (-ds). Jadi, dapat juga

4
dinyatakan

5
bahwa dΩ = perubahan sudut yang dihasilkan dengan menjaga P tetap diam dan
menggeser setiap titik pada lintasan C’ sebesar (-ds).

Sehingga, dapat dilihat bahwa luas daerah yang diarsir pada gambar 2.1 adalah:

-ds x ds' = da … (2-5)

Dengan demikian, persamaan 2-4 menjadi:

𝜇0 𝐼′ (−𝑑𝑠 x 𝑑𝑠′) . ̂𝑹
∮ 𝑩 . 𝑑𝑠 = 4𝜋 ∮ ∮ 𝑅2

𝐶
𝐶 𝐶′

𝜇0 𝐼′ 𝑑𝑎 .

̂𝑹
𝑩 . 𝑑𝑠 = − ∮ ∮ … (2-6)
𝐶 4𝜋 𝐶 𝐶′ 𝑅2

Di dalam materi hukum Gauss, terdapat sebuah persamaan :

𝑑𝑎 . ̂𝑹 𝑑𝑎 cos 𝜓
𝑅2 = 𝑅2 = 𝑑Ω … (2-7)

Oleh karena itu, ketika kita dilakukan perhitungan integral pada C’ di persamaan 2-6,
kita dapat menjumlahkan semua ds' pada C’, sehingga persamaan 2-6 menjadi :
𝑑𝑎 . ̂𝑹
∮ = 𝑑Ω … (2-8)
𝐶′ 𝑅2

Dimana, dΩ adalah perubahan sudut padat yang teramati di titik P akibat perpindahan
titik P sepanjang ds.Dengan demikian, dapat dihitung integral dari persamaan 2-6
menjadi:
𝜇0 𝐼′
∮ 𝑩 . 𝑑𝑠 = − ∮ 𝑑Ω
𝐶 4𝜋 𝐶
𝜇0 𝐼′
∮ 𝑩 . 𝑑𝑠 = − ∆Ω … (2-9)
𝐶 4𝜋

Dimana ∆Ω adalah perubahan total sudut yang dibentuk oleh lintasan C’ di


berbagai titik di lintasan C jika dijumlahkan sepanjang lintasan tertutup C.

Ternyata ada dua kasus yang perlu diperhatikan, yaitu :

6
1. Lintasan C tidak mengenai lintasan C'

Gambar 2.2
Jika perpindahan dimulai dari P, ketika kita kembali ke P setelah
menyelesaikan satu putaran pada lintasan tertutup C, sudut akhir memiliki
nilai yang sama dengan nilai awalnya. Sehingga ∆Ω = 0 dan persamaan 2-9
menjadi:

∮𝐶 𝑩 . 𝑑𝑠 = 0 … (2-10)

2. Lintasan C mengenai lintasan C’

Gambar 2.3
Jalur pengintegrasiannya melingkupi sumber arus. Lebih mudah untuk
melihat perubahan yang akan terjadi jika kita memilih titik awal A tepat di
atas permukaan S' yang dikelilingi oleh C' dan titik akhir A' tepat di bawah
permukaan S’. Kemudian, terdapat batas antara titik A dan A’. Pertama-
tama, kita perhatikan bahwa arah 𝑛̂ normal ke permukaan C'.
a. Pada titik awal A.

7
Gambar 2.4
Sudut antara da' dan 𝑹̂ adalah 𝜓𝐴 = 900 − 𝛿 dimana 𝛿 sangat kecil
dan bernilai positif. Sudut yang dibentuk oleh da' di A adalah:
𝑑𝑎′ cos 𝜓𝐴
Di mana,
𝜓𝐴 = 900 − 𝛿
Maka sudut yang terbentuk adalah
𝑑𝑎′ cos(900 − 𝛿)
Ketika titik A didekatkan ke permukaan S', maka nilai 𝛿 → 0, sehingga
dari persamaan 2-7 didapatkan :
𝑑𝑎 cos 𝜓
𝑅2 = 𝑑Ω
𝑑𝑎′ cos(900−𝛿)
dΩ = 𝑅2
𝑑𝑎′ cos(900 − 𝛿)
∮ dΩ = ∮
𝐶′ 𝐶′ 𝑅2
𝑑𝑎′
∮ dΩ = cos(90 − 𝛿) ∮ 0

𝐶′ 𝐶′ 𝑅2
2𝜋𝑅2
Ω= 1
𝑅2

Ω𝐴 = Ω𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 = 2𝜋 … (2-11)
b. Di titik akhir A'.

Gambar 2.5

8
Sudut antara da' dan 𝑹̂ adalah 𝜓𝐴 = 900 + 𝜖 dimana 𝜖 positif dan
sangat kecil. Sudut yang dibentuk oleh da' di A adalah: 𝑑𝑎′ cos 𝜓𝐴
Di mana,
𝜓𝐴 = 900 + 𝜖
Maka sudut yang terbentuk adalah
𝑑𝑎′ cos(900 + 𝜖)
Ketika titik A’ didekatkan ke permukaan S', maka nilai 𝜖 → 0,
sehingga dari persamaan 2-7 didapatkan :
𝑑𝑎 cos 𝜓
𝑅2 = 𝑑Ω
𝑑𝑎′ cos(900+ 𝜖)
dΩ = 𝑅2
𝑑𝑎′ cos(900 + 𝜖)
∮ dΩ = ∮
𝐶′ 𝐶′ 𝑅2
𝑑𝑎′
∮ dΩ = cos(90 + 𝜖) ∮ 0

𝐶′ 𝐶′ 𝑅2
2𝜋𝑅2
Ω = −1
𝑅2
Ω𝐴′ = Ω𝐹𝑖𝑛𝑎𝑙 = −2𝜋 … (2-12)

Gabungkan persamaan 2-11 dengan 2-12

𝛥𝛺 = Ω𝐹𝑖𝑛𝑎𝑙 − Ω𝐼𝑛𝑖𝑡𝑎𝑙 = −2𝜋 − 2𝜋 = −4𝜋

Sehingga persamaan 2-9 menjadi:

∮ 𝑩 . 𝑑𝑠 = − 𝜇 𝐼′
0
𝐶 (−4𝜋)
4𝜋

∮𝐶 𝑩 . 𝑑𝑠 = 𝜇0𝐼′ … (2-13)

Kita juga dapat melihat bahwa jika integral tertutup C dibalik, maka A dan A'
akan ditukar, sehingga 𝛥𝛺 sama dengan +4, dan nilai integralnya adalah -𝜇0I'. Jika I’
searah dengan 𝑛̂ , maka akan bernilai positif. Jika I’ berlawanan arah 𝑛̂ , maka akan
bernilai negatif.

Jika terdapat lebih dari satu arus sumber arus, maka persamaan 2-13 menjadi :

9
∮𝐶 𝑩 . 𝑑𝑠 = ∑𝑖=𝑒𝑛𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 𝜇0𝐼′ = 𝜇0𝐼𝑒𝑛𝑐 … (2-14)

Persamaan 2-14 sama dengan 2-2 yang merupakan persamaan integral dari hukum
Ampere.

2.2 Beberapa Aplikasi dalam Bentuk Integral


Kita dapat menggunakan persamaan awal untuk menghitung medan B jika
masalah memiliki simetri yang cukup. Hal utama yang harus dicari adalah kurva di
mana B memiliki magnitudo konstan, dan kurva yang B sejajar atau tegak lurus
dengan lintasan, baik untuk kemudahan dalam integrasi dan untuk menghindari
kesulitan dengan ketergantungan yang tidak diketahui dari B pada posisi. Kami
mengilustrasikan proses ini dengan mempertimbangkan beberapa contoh standar.
Contohnya:
1. Infinitely Long Straight Current

Gambar 2.6

Dapat di asumsikan arus I terdistribusi secara merata pada


penampang lingkaran berjari- jari a dari silinder yang panjangnya tak
terhingga seperti yang ditunjukkan pada Gambar. Jika ditinjau dengan
"simetri" umum dapat disimpulkan bahwa B terletak pada bidang yang
tegak lurus terhadap arah I, dimana bersinggungan dengan lingkaran putus-
putus berjari - jari p, dan besarnya dapat bergantung pada p dan harus bebas
dari z dan φ. Dengan kata lain, B memiliki bentuk umum,

𝑩 = 𝑩 𝜑 (𝑝)𝜑̅ … (2-15)

10
Pertimbangan ini sama validnya apakah titik medan berada di
dalam silinder atau di luarnya seperti yang ditunjukkan pada gambar. Jadi,
untuk setiap nilai p, dapat dipilih sebagai jalur integrasi sebuah lingkaran
berjari-jari p dan mengitarinya dalam arti yang sama dengan asumsi arah B.
Persamaan

∮𝐶 𝑩 . 𝑑𝑠 = 𝜇 𝐼 … (2-16)
0 𝑒𝑛𝑐

Akan menjadi,

∮𝐶 𝑩 . 𝑑𝑠 = ∫2𝜋 𝑩 (𝑝) 𝑑 𝜑̅ = 2𝜋 𝑝 = 𝜇0 𝐼𝑒𝑛𝑐 … (2-17)


𝜑
𝜑̅ 𝑩𝜑
0
Saat p dan 𝑩𝜑(𝑝) konstan terhadap lingkaran, oleh karena itu :

𝑩𝜑 (𝑝) = 𝜇0 𝐼𝑒𝑛𝑐
… (2-18)
2𝜋 𝑝

Dari persamaan di atas dapat dibagi menjadi dua variasi, yaitu:

a. Diluar Silinder
Dimana 𝑝 > 𝑎, dan C dengan jelas menutup arus total I, dengan
demikian 𝐼𝑒𝑛𝑐 = 𝐼 ,maka persamaannya akan menjadi:
𝑩𝜑 ( ) 𝜇0 𝐼𝑒𝑛𝑐 (p > a) … (2-20)
𝑝 = 2𝜋 𝑝

Dapat dilihat bahwa induksi di luar arus lurus yang panjangnya tak
terhingga. sama seperti jika arus adalah arus filamen sepanjang sumbu
silinder.
b. Di dalam silinder
Dimana 𝑝 < 𝑎, dan sekarang C tidak menutup semua arus tetapi hanya
sebagian kecil yang sama dengan luas lingkaran yang dilingkupi oleh C
dibagi dengan luas penampang total silinder, maka persamaannya
menjadi:

𝑩𝜑 (𝑝) = 𝜇0 𝐼 𝑝
(p > a) … (2-21)
2𝜋 𝑎2

Dapat disimpulkan saat diberikan nilai yang sama 𝐵𝜑(𝑎) = 𝜇0𝐼/2𝜋𝑎 pada
permukaan silinder sehingga B kontinu di atasnya. Hal ini sesuai karena

11
B hanya memiliki komponen tangensial dalam kasus ini dan tidak ada
arus permukaan K pada silinder.

2. Infinite Uniform Plane Current Sheet

Gambar 2.7

Pada Gambar 2.7 ditunjukkan tampilan edge-on dari Infinite


Uniform Plane Current Sheet dengan K keluar dari bagiannya. Dapat
diasumsikan bahwa |𝐾| = 𝐾 konstan; ini distribusi arus dapat didekati
dengan banyak kabel yang dikemas rapat semuanya paralel dan semua
membawa arus yang sama. Dapat disimpulkan bahwa B tegak lurus
terhadap K, sejajar dengan bidang lembaran, dan berlawanan diarahkan
pada kedua sisi lembaran seperti yang ditunjukkan. B mungkin masih
bergantung pada jarak normal D dari lembaran. Dengan demikian, jalur
integrasi persegi panjang yang ditunjukkan dengan putus-putus, dengan
dua sisi horizontal masing-masingpanjangnya l dan masing-masing
memiliki jarak D yang sama dari lembaran; ini dihubungkan oleh dua sisi
vertikal dengan panjang 2D. Pada sisi mendatar, B sejajar dengan ds,
sehingga B·ds = B(D)ds dan B(D) konstan. Pada sisi vertikal, B tegak
lurus terhadap ds dengan konstruksi. Sehingga B · ds = 0 dan tidak ada
kontribusi integral dari sisi-sisi ini; ini merupakan keuntungan karena
bentuk B(D) tidak diketahui. Karena [K] adalah arus per satuan panjang,
jadi 𝐼𝑒𝑛𝑐 = 𝐾𝑙 untuk jalur ini menjadi:

∮ c 𝐵. 𝑑𝑠 = 2𝐵𝑙 = 𝜇0𝐼𝑒𝑛𝑐 = 𝜇0𝐾 ... (2-22)

Sehingga,

1
𝑩= 𝜇0 𝐾 … (2-23)
2

12
Maka dapat disimpulkan bahwa besarnya B tidak tergantung pada jarak
dari arus lembaran.

3. Infinitely Long Ideal Solenoid

Gambar 2.8

Dapat diasumsikan bahwa lilitan kumparan silinder begitu sangat


erat dan kabelnya sangat tipis sehingga jarak lilitan dapat diabaikan.
Kemudian, memiliki lembaran arus dengan kerapatan permukaan K yang
beredar. di sekitar silinder seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8. Jika
terdapat lilitan per satuan panjang dan l adalah arus pada belitan, maka arus per
satuan panjang akan menjadi nl sehingga

𝐾 = 𝑛𝑙 ... (2-24)

sebagai tambahan, diamsumsikan bahwa panjang solenoida tak


terhingga, kita dapatmenyimpulkan bahwa B akan sejajar dengan sumbu
silinder dan dengan pengertian yang ditunjukkan. Pada gambar, Bi adalah
induksi di dalam solenoid, sedangkan Bo adalah nilai di luar; keduanya
harus independen dari z karena solenoida panjangnya tak terhingga,
membuatsatu nilai z sama bagusnya dengan nilai lainnya. Sisi vertikal di
dalam adalah jarak d dari lembaran arus dan sisi vertikal luar adalah
jarak
D. Sisi mendatar memiliki panjang d + D;karena ds tegak lurus terhadap
B, B·ds = 0 dan tidak akan berkontribusi pada integral. Selanjutnya, 𝐼𝑒𝑛𝑐 =
𝐾𝑙 = 𝑛𝐼𝑙 ; maka persamaan persama akan menjadi :

∮ 𝐵. 𝑑𝑠 = 𝐵𝑖𝑙 − 𝐵𝑜𝑙 = 𝜇0𝐾𝑙 = 𝜇0𝑛𝐼𝑙 ... (2-25)

13
Sehingga,

𝐵𝑖 − 𝐵𝑜 = 𝜇0𝑛𝐼 ... (2-26)

Dapat dilihat bahwa hasilnya tidak tergantung pada d dan D; oleh


karena itu, persamaan diatas sesuai dengan komponen tangensial juga jika
memilih wilayah 1 berada di luar dan wilayah 2 menjadi bagian dalam
solenoida.

Karena persamaan diatas tidak tergantung pada D, itu juga akan


benar saat D ® ¥. Tapi, jika membahas kembali solenoida dari jarak yang
sangat jauh, dapat dilihat arus yang berlawanan arah pada dasarnya
ditumpangkan dan hasil eksperimen Ampere mengatakan bahwa mereka
akan menghasilkan efek yang dapat diabaikan. Jadi, untuk D→ ¥, 𝐵𝑜 = 0
dan persamaan diatas memberikan persamaan:

𝐵𝑖 = 𝜇0𝐾 = 𝜇0𝑛𝐼 ... (2-27)

Jika disubstitusikan kembali ke persamaan sebelumnya, yang


mungkin karena berlaku untuk sembarang D, sekarang ditemukan bahwa

𝐵𝑜 = 0

Selanjutnya, karena hasil kedua persamaan tersebut juga bebas dari


d, maka diperoleh:

𝐵𝑖 = 𝜇0𝐾𝑧̅ = 𝜇0𝑛𝐼𝑧 ... (2-28)

Dengan kata lain, untuk solenoida ideal yang panjangnya tak


terhingga, induksi terbatas seluruhnya pada interior dan seragam di seluruh
penampang; itu juga tidak tergantung pada a, jari-jari silinder.
2.3 Perhitungan Langsung Rotasi B
Pada materi sebelumnya kita secara tidak sengaja telah menemukan bahwa B
seperti pada persamaan :
∇ x 𝐁 = 𝜇0 𝑱 … (2-29)
Kita juga bisa mendapatkan hasil yang sama dengan mengoperasikan langsung
persamaan dasar yang mendefinisikan B dengan menggunakan persamaan:
𝜇0 𝐼′
𝑩= 𝜑̂ … (2-30)
2𝜋𝜌

14
Gambar 2.9

curl B diberikan oleh persamaan (2.25) Kita juga bisa mendapatkan hasil yang sama
ini denganberoperasi langsung pada persamaan pendefinisian dasar kita untuk B.
Lebih mudahnya kita gunakan persamaan (2.26) dalam hal distribusi arus yang
berkelanjutan.

Medan magnet dengan arus volume dinyatakan sebagai berikut:

... (2-31)

Dan juga dapat diketahui bahwa:

Sehingga, ∇ × 𝐁(𝐫) dinyatakan:

... (2-32)

Di mana kita dapat untuk pergi dari istilah kedua ke ketiga karena batas
integrasi tergantungpada koordinat titik sumber (𝑥′, 𝑦′, 𝑧′), sedangkan ∇ melibatkan
turunan dengan koordinat titik bidang (𝑥, 𝑦, 𝑧).

Mengingat kembali materi kalkulus vektor tentang perkalian silang (cross


product), maka persamaan 2-32 dapat dinyatakan dalam bentuk :

… (2-33)

15
Pada suku kedua dan ketiga adalah nol karena setiap komponen ∇ beroperasi pada 𝑱′
bernilai nol sejak 𝑱′ hanya bergantung pada komponen 𝒓′.
Kita menggunakan persamaan (1-132) untuk mengubah dari ∇ menjadi ∇′ dalam suku
kedua dari sisi kanan untuk mendapatkan integral yang melibatkan koordinat prima
sehingga kita dapat melakukan integrasi:

.... (2-34)

Kita dapat menunjukkan bahwa integral kedua adalah nol. Sehingga,

... (2-35)
Kemudian menghasilkan:

... (2-36)

Kita hanya memperhitungkan arus yang stabil, dengan ∇′. 𝐉′ = 0 dan integral volume
menghilang. Sekarang distribusi arus sumber menempati volume terbatas, akibatnya
permukaan pembatas S′ selalu dapat dibuat cukup besar sehingga J′(r′) = 0 pada semua
titik S′ dan integral permukaan juga lenyap. Jadi, seperti yang kita katakan, integral
dalam persamaan (15-33) adalah nol, dan persamaan (15-32) berkurang menjadi:

... (2-37)

Kemudian komponen x dari sisi kanan tangan persamaan ini memiliki bentuk yang
persis sama dengan (4-23), dengan 𝜇0𝐽𝑥′menggantikan 𝜌⁄𝜀0. Hasil pengintegrasian (4-23)
ditemukan (4-26) sehingga dapat dinyatakan:

......(2-39)

16
Dengan cara yang sama untuk komponen y dan z. Menambahkan hasil inidan
akhirnya menjatuhkan prima pada 𝑱′ untuk menyetujui konvensi notasi standar, kita
mendapatkan:
. ... (2-40)

2.4 Potensial Vektor

Berdasarkan persamaan Bio Savart dapat dinyatakan bahwa medan listrik


disekitar kawat besarnya adalah :
𝜇0
𝐵⃑` = ∮ 𝐼′𝑑𝑠′ × 𝑅̂
4𝜋
𝐶′ 𝑅2
𝜇0
∇ ∙ 𝐵⃑` =
𝑑𝑠′×𝑅̂

4𝜋
∮𝐿 ∇ ∙ [ 𝑅2
] … (2-41)
Sementara itu berdasarkan identitas vector dapat dinyatakan bahwa
𝑑𝑠′×𝑅̂
𝑅̂ ′) ′ 𝑅̂ … (2-42)

∇∙[ ] = (𝑟(2) ∙ ∇ × 𝑑𝑠 − 𝑑𝑠 ∙ [( 2)]


𝑅
𝑅2

Mengingat 𝑑𝑙` tidak mengandung (x,y,z) maka ∇ × 𝑑𝑠′ = 0, disamping itu

∇× = 0 … (2-43)
𝑅̂

Sehingga, 𝑟2

∇ ∙ 𝐵 = 0 (𝒕𝒆𝒓𝒃𝒖𝒌𝒕𝒊)

a) Definisi dan Sifat Potensial Vektor


Untuk medan magnet ∇ ∙ 𝐵⃑` = 𝜇0𝐽 , tetapi ∇ • 𝐵 = 0 . Karena divergensi
dari suatu rotasi adalah nol, maka dengan alasan tersebut dapat diasumsikan bahwa
medan magnet dapat dituliskan:
𝐵⃑` = ∇ × A … (2-44)
𝐴` disebut juga potensial vector magnetic (weber/m). sekarang akan ditentukan 𝐴`
sebagai berikut:
Berdasarkan hukum Bio-Savart, maka medan 𝐵⃑` adalah:
′ ̂ ′ ̂
𝜇0 𝐼′𝑑𝑠 ×𝑅 𝜇0 𝑑𝑠 ×𝑅
𝐵⃑` = ∫ 𝑑𝑙 = ∫ … (2-45)
4𝜋 𝑅2 4𝜋 𝑅2

Melalui identitas vector dapat dinyatakan:


𝑑𝑠′×𝑅̂ ′1 ∇×ds′ ∇×ds′ ds′

17
= −𝑑𝑠 ×
(
∇ =∇×
𝑅
)− (
𝑅
)=∇×(
𝑅
) … (2-46)
𝑟2
R

18
Karena ∇ × 𝑑𝑠′ = 0 maka persamaan menjadi:
𝑑𝑠′ × 𝑅̂ ds′
=∇×( )
𝑅2 𝑅
Sehinnga 𝐵⃑` dapat dinyatakan dengan,

𝐵⃑` = 𝜇0 ds′
∫∇ )
4𝜋 𝑅
(
𝜇0 ds′
⃑`
𝐵 = ∇ × ( ∫ ) …(2-47)
4𝜋 𝑅

Dari persamaan(2-46) dan (2-47) dapat dituliskan bahwa;


𝜇0 𝑑𝑠′
𝐵⃑` = ∮ … (2-48)
4𝜋 𝐶′ 𝑅

Persamaan (2-48) adalah 𝐴 untuk arus filament (kawat berarus). Bila


distribusi arusnya volume dan permukaan maka potensial vector yang dihasilkan
masing-masing adalah:

𝜇0 𝐽(𝑟′)𝑑𝜏′
𝐴` = ∮ 𝑑𝑣
4𝜋 𝑅
𝑣′

𝐴` = 𝜇0 ∮ 𝐾(𝑟 )𝑑𝑎′

4𝜋 𝑅
𝑠′
Sementara itu potensial vector yang dihasilkan oleh titik muatan yang
bergerak adalah:
𝜇0𝑣⃑`
𝐴` = … (2-49)
4𝜋𝑅

Secara umum kita bisa menggunakan persamaan differensial dari persamaan


∇ ∙ 𝐴 = 0 untuk mencari A dan B. Sehingga kita bisa melakukan analogi dan
menggunakannya dalam elektrostatik :

Ketika potensial vector magnetic (𝐴`) kita masukkan dalam persamaan


Hukum Ampere, kita akan mendapatkan;

∇ × ∇ × 𝐴` = 𝜇0𝐽`
Melalui identitas vector dapat dinyatakan:

∇ × ∇ × 𝐴` = ∇(∇. 𝐴`) − ∇2𝐴`

Kemudian kita bisa mendapatkan persamaan:

∇(∇. 𝐴`) − ∇2𝐴` = 𝜇0𝐽` … (2-50)

Kita dapat menyederhanakan persamaan tersebut lebih lanjut dengan memgingat


teori Helmholtz yang mengatakan bahwa divergensi dari medan vector adalah
independent terhadap rotasi nya.

19
∇. 𝐴` = 𝐵⃑`

∇. 𝐴` = 0

Sehingga kita bisa mendefinisikan bahwa rotasi dari 𝐴` sebanding dengan 𝐵⃑` ,
tetapi jika divergensi dan rotasinya independent kita bisa mengabaikan nilai dari
divergensi
𝐴` , sehingga kita bisa menentukan nilai dari divergensi 𝐴` secara bebas. Dalam hal
ini kita dapat menentukan nilai dari divergensi 𝐴` sama dengan nol. Karena hal itu
kita hanya akan mendapat persamaan:

∇2𝐴` = −𝜇0𝐽`
Dalam koordinat kartesian yang tegak lurus,
∇2𝐴𝑥 = 𝜇0𝐽𝑥 ∇2𝐴𝑦 = 𝜇0𝐽𝑦 ∇2𝐴𝑧 = 𝜇0𝐽𝑧

b) Induksi Uniform

∇ ∙ 𝐵⃑` = 0 divergensi 𝐵⃑` sama dengan nol


Menurut analisis vector, jika devergensi suatu fungsi vector sama dengan
nol, maka fungsi itu dapat diganti dengan rotasi fungsi vector yang lain.

𝛻 ∙ 𝐵⃑` = 0 → 𝐵⃑` = 𝛻 × 𝐴`
Vektor A inilah yang disebut potensial vector. Dari penjelasan dapat kita tahu
bahwa ada beberapa bidang vector yang bisa menghantarkan listrik atau medan
magnet yang sama.
Salah satu contoh kasus sederhana, suatu induksi uniform, 𝑩 = 𝐵𝒛̂, dimana 𝐵 =
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛. Diambil sumbu z menuju B, sehinga di dapatkan :

𝐵𝑥 =
𝜕𝐴𝑧 𝜕𝐴𝑦 = 0
𝜕𝑦 − 𝜕𝑧
𝜕𝐴𝑥 𝜕𝐴𝑧
𝐵 = − =0
𝑦
𝜕𝑧 𝜕𝑥
𝜕𝐴𝑦
𝐵𝑧 = − 𝜕𝐴𝑥 = 𝐵0
𝜕𝑥 𝜕𝑦

Sehingga,
𝐴𝑦 = 𝑥𝐵0 𝐴𝑥 = 0 𝐴𝑧 = 0

𝐴𝑥 = −𝑦𝐵0 𝐴𝑦 = 0 𝐴𝑧 = 0
1 1
𝐴𝑥 = − 𝑦𝐵0 𝐴𝑦 = − 𝑥𝐵0 𝐴𝑧 = 0
2 2

20
Gambar 2.10 Variasi potensial vector dalam induksi uniform yang sama

c) Potensial Vektor Untuk Medan Magnet Uniform Yang Berotasi


Terdapat tiga persaman, dimana komponen x sebanding dengan –y dan
komponen y sebanding dengan +x. A harus berada di sudut kanan untuk vector
pada sumbu z yang di sebut dengan r’

Gambar 2.11 Potensial vector untuk medan magnet selanoid


1 1
𝐴𝑥 = − 𝑦𝐵0 𝐴𝑦 = − 𝑥𝐵0 𝐴𝑧 = 0
2 2
Menjadi,
1
A= 𝐵×𝑟
2
Sehingga A akan tegak lurus ke medan magnet dan medan listrik

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan isi yang ada di Bab II, makalah ini berhasil mencapai tujuan,
yang dapat kami simpulkan:
1. Bentuk persamaan integral dari hukum Ampere adalah

∮ 𝑩 . 𝑑𝑠 = 𝜇0 𝐼𝑒𝑛𝑐
𝐶

Di mana, B merupakan besar medan magnet yang berada di sebuah


lintasan tertutup C yang berpindah sejauh ds, 𝜇0 adalah
permeabilitas di ruang hampa sebesar 4𝜋 . 10−7𝐻/𝑚 dan 𝐼𝑒𝑛𝑐 adalah
total dari Arus yang mengalir pada lintasan tertutup C
2. Beberapa aplikasi dalam bentuk integral adalah sebagai berikut :
2.1 Infinitely Long Straight Current
2.2 Infinite Uniform Plane Current Sheet
2.3 Infinitely Long Ideal Solenoid
3. Bentuk perhitungan langsung pada rotasi B dapat dilakukan dengan
menggunkan persamaan

4. Potensial vector dapat dikerjakan menggunakan hukum bio savart.


Dalam potensial vector juga dijelaskan mengenai induksi uniform dan
Potensial Vektor Untuk Medan Magnet Uniform Yang Berotasi

B. Saran
Dari kegiatan yang sudah saya lakukan yaitu, menyusun makalah
Elektromagnetika, Hukum Ampere dalam Bentuk Integral dan Vektor Potensial.
Saran-saran yang harus saya penuhi untuk kedapannya adalah :
1. Terus tingkatkan lagi rasa syukur kepada Allah SWT.
2. Intropeksi diri dari kekurangan kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.

22
3. Jadikan membaca buku sebagi hobi, karena dengan membaca buku kita bisa
menambah wawasan.
4. Buku gudang nya ilmu dan kunci nya adalah dengan membacanya. Jadi, kita
harus perbanyak baca buku untuk menemukan ilmu lebih banyak.
5. Agar lebih memahami tentang hukum ampere dalam bentuk integral dan
potensial vektor dapat mempelajari buku electromagnetic fields roald k.
Wangsness, ataupun rujukan lainnya, baik dari buku maupun internet.

23
DAFTAR PUSTAKA
Wangness, R. K. 1986. Electromagnetic Fields. New York: Jhon Wiley&Sons.

24

Anda mungkin juga menyukai