A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Manfaat yang didapat yaitu pembaca lebih memahami dan mengerti mengenai
Taksonomi Bloom, baik sebelum dan sesudah revisi beserta dengan tingkatan-
tingkatan di dalamnya.
2
KAJIAN TEORI
A. Taksonomi Bloom sebelum revisi
Pada Tahun 1950-n Benyamin Bloom memimpin suatu yang terdiri atas para
ahlli psikologi dalam menganalisis perilaku belajar akademik. Hasil pekerjaan tim ini
dikenal dengan taksonomi bloom. Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan
benda menurut ciri-ciri tertentu. Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan
untuk klasifikasi tujuan instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran,
tujuan penampilan, atau sasaran belajar, yang digolongkan dalam tiga klasifikasi
umum atau ranah (domain), yaitu: (1) ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan belajar
yang berorientasi pada kemampuan berpikir; (2) ranah afektif berhubungan dengan
perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati); dan (3) ranah psikomotor
(berorientasi pada keterampilan motorik atau penggunaan otot kerangka)
(Yulaelawati, 2007)
1. Ranah Kognitif
3
mampu memahami sesuatu antara lain dapat menjelaskan narasi
(pernyataan kosakata) ke dalam angka, dapat manafsirkan sesuatu melalui
pernyataan dengan kalimat sendiri atau dengan rangkuman. Pemahaman
juga dapat ditunjukan dengan kemampuan memperkirakan
kecenderungan, kemampuan meramalkan akibat-akibat dari berbagai
penyebab suatu gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari
ingatan sederhana, hafalan, atau pengetahuan tingkat rendah.
3. Penerapan, merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari dan dipahami kedalam situasi konkret, nyata, atau baru.
Kemampuan ini mencakup penggunaan pengetahuan, aturan, rumus,
konsep, prinsip, hukum, dan teori. Hasil belajar untuk kemampuan
menerapkan ini tingkatannya lebih tinggi dari pemahaman.
4. Analisa, merupakan penguraian suatu komunikasi ke dalam unsur-unsur
atau bagian-bagian sedemikian sehingga hirarki yang relatif dari ide-ide
menjadi jelas dan/atau hubungan-hubungan antara ide-ide yang
diekspresikan menjadi eksplisit. Analisa yang demikian akan cenderung
memperjelas komunikasi itu mengindekasikan bagaiman komunikasi itu
diorganisasikan, dan cara komunikasi itu disusun untuk memberikan efek,
maupun sebagai dasar dan rangkaiannya (Slameto, 1999).
5. Sintesa, merupakan penempatan bersama unsur-unsur dan bagian-bagian
sedemikian sehingga terbentuk suatu keseluruhan. Ini meliputi proses
bekerja dengan proses bagian-bagian kecil, bagian-bagian, unsur-unsur
dan sebagainya dan meragkai serta mengombinasikannya sedemikian
seperti menyusun suatu pola atau struktur yang belum jelas sebelumnya
(Slameto, 1999).
6. Evaluasi/Penilaian, merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan
menguji nilai suatu materi (pernyataan, novel, puisi, laporan penilitian)
untuk tujuan tertentu. Penilaian didasari dengan kriteria yang
terdefinisikan. Kriteria terdefinisi ini mencakup kriteria internal
(organisasi) atau kriteria eksternal (terkait dengan tujuan) yang telah
ditentukan. Peserta didik dapat menentukan kriteria sendiri atau
4
memperoleh kriteria dari narasumber. Hasil belajr penilaian merupakan
tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi unusur-unsur dari semua
kategori, termasuk kesadaran untuk melakukan pengujian yang serta nilai
dan kejelasan kriteria (Yulaelawati, 2007).
Ranah Kognitif
Pengetahua
Pemahaman Penerapan Analisis Sistesis Penilaian
n
Mengabstraks Mempertimba
Mengutip Menambah Memerlukan Menganalisis
i ngkan
Menyebutk Memperkiraka Menyesuaika
Memeriksa Menganimasi Menilai
an n n
Menjelaska Mengalokasi Membuat Membandingk
Menjelaskan Mengatur
n kan blueprint an
Menggamb Mengkategorik Membuat garis Mengumpulk Menyimpulka
Mengurutkan
ar an besar an n
Mengkontrasi
Membilang Mencirikan Menerapkan Memecahkan Mendanai
kan
Mengidenti Mengkarakteris Mengkategori
Merinci Menentukan Mengarahkan
fikasi tikkan kan
Mengasosiasik Membuat dasar
Mendaftar Menugaskan Mengkode Mengkritik
an pengelompokan
Menunjukk Membandingk Mengkombin
Memperoleh Merasionalkan Menimbang
an an asikan
Memberi Mengkontrask Mencanangka Membuat dasar
Mengarang Memutuskan
label an n pengkontras
Memasangk Mengkalkula Mengkorelasik
Mengubah Membangun Memisahkan
an si an
Menggambar
Meninjau Memperluas Menjelajah Memperjelas Menggradasi
kan
Menemukan
Memilih Mempolakan Membagankan Memfasilitasi Merentangkan
kembali
Menyataka Membaganka Merekomenda
Memfaktorkan Memfile Membentuk
n n sikan
Mempelajar Menggeneralis Menggunaka Membuat
Merumuskan Melepaskan
i asikan n kelompok
5
Mengumpulka
Menulis Membuka Menginterupsi Mengirim Mengetes
n
Merencanaka
Mencatat Mencontohkan Menurunkan Menjamin Mengukur
n
Mendemontra Mendokumetas Mengembang
Meniru Mengira Membenarkan
sikan ikan kan
2. Ranah Afektif
Taksonomi Krathwohl dalam ranah afektif adalah yang paling populer dan
banyak digunakan. Krathwohl mengurutkan ranah afektif berdasarkan penghayatan.
Penghayatan tersebut berhubungan dengan proses ketika perasaan seseorang beralih
dari kesadaran umum ke penghayatan yang mengatur perilakunya secara konsisten
terhadap sesuatu. Hierarki ranah afektif dapat dilihat pada berikut ini (Yulaelawati,
2007).
6
mengelola sesuatu secara harmonis dan konsisten berdasarkan pemilikan
filosofi yang dihayati.
5. Bermuatan nilai, merupakan tindakan puncak dalam perwujudan perilaku
sesorang yang secara konsisten sejalan dengan nilai atau seperangkat nilai-
nilai yang dihayatinya secara mendalam. Hasil belajarnya merupakan perilaku
seimbang, harmonis, dan bertanggung jawab dengan standar nilai yang tinggi
3. Ranah Psikomotor
7
5. Komunikasi tidak berwacana, merupakan komunikasi melalui gerakan
tubuh. Gerakan tubuh ini merentang dari ekspresi momok muka sampai
dengan gerakan koreografi yang rumit.
RTB diajukan secara umum untuk lebih melihat ke depan (ahead of time) dan
merespon tuntutan berkembangnya komunitas pendidikan, termasuk pada bagaimana
anak-anak berkembang dan belajar serta bagaimana guru menyiapkan bahan ajar,
seluruhnya mengalami perkembangan yang signifikan bila dibandingkan dengan
empat puluh tahun yang lalu. (Anderson et al., 2001). Fokus utama RTB
dimaksudkan pada daya aplikasinya terhadap penyusunan kurikulum, desain
instruksional, penilaian dan gabungan ketiganya (Anderson et.al., 2001, hal. 305).
Dalam buku A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of
Bloom's Taxonomy of Educational Objectives (Anderson et.al., 2001), penyusun
melengkapi fokus utama ini dengan bab-bab terkait tiga kepentingan tersebut.
RTB ditujukan bagi khalayak yang lebih luas terutama untuk membantu guru
pada tingkat sekolah menengah dan akademi. Hal ini berbeda dengan ide dasar
penyusunan Taksonomi Bloom yang lampau di mana Bloom dan timnya menujukan
penyusunan Taksonomi itu dalam rangka mempermudah penyusunan assessment bagi
tingkat perguruan tinggi secara nasional.
1. Mengingat
mengingat kembali pengetahuan dari ingatan. Mengingat adalah ketika memori
digunakan untuk menghasilkan definisi, fakta, atau daftar, atau membaca atau
mengambil materi.
2. Memahami
Menunjukkan pemahaman tentang fakta-fakta dan ide-ide dengan mengorganisasi,
membandingkan, menerjemahkan, menafsirkan, memberikan deskripsi, dan
menyatakan gagasan utama.
3. Mengaplikasikan
8
Selesaikan masalah pada situasi baru dengan menerapkan pengetahuan, fakta,
teknik, dan peraturan yang diperoleh dengan cara yang berbeda.
4. Menganalisa
Memeriksa dan memecahkan informasi menjadi beberapa bagian dengan
mengidentifikasi motif atau sebab. Buat kesimpulan dan temukan bukti untuk
mendukung generalisasi.
5. Mengevaluasi
Menghadirkan dan mempertahankan pendapat dengan membuat penilaian tentang
informasi, validitas gagasan, atau kualitas kerja berdasarkan seperangkat kriteria.
6. Menciptakan
Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara pandang
yang baru dari sesuatu kejadian. Create di sini diartikan sebagai meletakkan
beberapa elemen dalam satu kesatuan yang menyeluruh sehingga terbentuklah
dalam satu bentuk yang koheren atau fungsional.
9
Dalam Taksonomi Bloom yang lama, penekanan lebih
diberikan pada keenam kategori kognisi. RTB lebih menekankan sub-kategori
sehingga lebih spesifik dan mempermudah penyusunan kurikulum, assessment dan
instruksi pengajaran. Pembahasan mengenai sub-kategori ini diungkapkan dalam
bagian ketiga dari buku ini. Perubahan ini dipengaruhi oleh riset progresif di bidang
pendidikan, neuroscience dan psikologi. Dalam Taksonomi Bloom yang lama,
kategori ‘knowledge’ menjadi kategori utama tingkat pertama. RTB “mengeluarkan”
kategori ‘knowledge’ ini dari Taksonomi dan menjadikannya ukuran yang harus
dicapai. Artinya, ‘knowledge’ adalah pencapaian kognisi itu sendiri. Terminologi
‘knowledge’ dibagi lagi menjadi sub-kategori yang disesuaikan dengan
perkembangan di bidang neuroscience dan penelitian bidang psikoedukasi sebagai
berikut:
1. factual knowledge
2. conceptual knowledge
3. procedural knowledge
4. metacognitive knowledge
a. Pengetahuan Faktual
10
ilmu. Contoh-contoh penggunaan pengetahuan terminologi antara lain
pengetahuan tentang alfabet, pengetahuan tentang angka-angka Romawi,
pengetahuan tentang kosakata dalam bahasa Indonesia, dan pengetahuan tentang
simbol-simbol pada peta.
b. Pengetahuan Konseptual
11
Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori meliputi kelas, kategori,
divisi, dan susunan yang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu
memiliki serangkaian kategori yang digunakan untuk menemukan dan mengkaji
elemen-elemen baru. Klasifikasi dan kategori menciptakan hubungan-hubungan
antara elemen-elemen. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori dapat
dicontohkan misalnya: ketika peserta didik menganalisis sebuah cerita dengan
kategori pokok berupa alur, tokoh, dan setting. Dalam hal alur sebagai
pengetahuan tentang kategori adalah apa yang menjadikan alur tersebut disebut
dengan alur yang berarti alur sebagai kategori adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh
semua alur. Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori. Prinsip
dan generalisasi merupakan bagian yang dominan dalam sebuah disiplin ilmu dan
digunakan untuk mengkaji masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Prinsip dan
generalisasi merangkum banyak fakta dan peristiwa yang spesifik, mendeskripsikan
proses dan interelasi di antara detail-detail fakta dan peristiwa, dan menggambarkan
proses dan interelasi di antara klasifikasi dan kategori. Contoh tentang pengetahuan
tentang prinsip dan generalisasi antara lain pengetahuan tentang generalisasi-
generalisasi dalam kebudayaan-kebudayaan suku Jawa, pengetahuan tentang hukum-
hukum geometri dasar. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup
pengetahuan tentang berbagai paradigma, epistemologi, teori, model yang digunakan
dalam disiplin-disiplin ilmu untuk mendeskripsikan, memahami, menjelaskan, dan
memprediksi fenomena. Contoh pengetahuan tentang teori, model, dan struktur
antara lain pengetahuan tentang interelasi antara prinsip-prinsip dalam
penjumlahan sebagai dasar bagi teori-teori matematika, pengetahuan tentang
struktur inti pemerintahan kota setempat.
c. Pengetahuan Prosedural
12
Alexander, 1995). Pengetahuan prosedural berkaitan dengan pertanyaan
“bagaimana”. Pengetahuan prosedural ini terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: (1)
pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma; (2)
pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu; dan (3)
pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan
prosedur yang tepat. Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan
algoritma, pengetahuan ini misalnya cara menjumlahkan 2 dan 2 (algoritma) adalah
pengetahuan prosedural; jawabannya 4 merupakan pengetahuan faktual.
d. Pengetahuan Metakognitif
13
Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang strategi-strategi belajar
dan berpikir serta pemecahan masalah. Subjenis pengetahuan ini mencakup
pengetahuan tentang berbagai strategi yang dapat digunakan siswa untuk
menghafal materi pelajaran, mencari makna teks, atau memahami apa yang
mereka dengar dari pelajaran di kelas atau yang dibaca dalam buku dan bahan ajar
lain. Strategi-strategi belajar ini dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
pengulangan, elaborasi, dan organisasi. Strategi pengulangan berupa mengulang-
ulang kata-kata atau istilah-istilah untuk memberikan ingatan pada mereka. Strategi
elaborasi menggunakan berbagai teknik, yakni: merangkum, memparafrase, dan
memilih gagasan pokok dalam teks. Strategi pengorganisasian adalah membuat garis
besar materi pelajaran, membuat pemetaan konsep, dan membuat catatan.
Pengetahuan tentang tugastugas kognitif yang meliputi pengetahuan kontekstual dan
kondisional.
14
Kategori kognitif dalam RTB tersebut dibuat konsisten dengan obyektif yang
ingin dicapai. Tujuan atau obyektif merupakan suatu aktivitas dalam ‘mengerjakan’
(kata kerja) ‘sesuatu’ (kata benda). Oleh karena itu, RTB mengubah keenam kategori
kognisi yang berupa ‘kata benda’ dalam Taksonomi Bloom yang lama menjadi enam
kategori utama proses kognitif yang berupa ‘kata kerja’. Penekanan
pada kata kerja ini mengajak pengguna untuk dengan mudah mengidentifikasi pada
level kognisi manakah sebuah learning objective akan dicapai atau suatu aktivitas
belajar akan dilakukan ataupun suatu assessment akan dibuat. Kata kerja yang
digunakan dalam masing-masing level RTB mencirikan penguasaan yang diinginkan.
Kata kerja ini membantu guru membedakan tingkatan kognitif, misalnya kata kerja
‘mengetahui’ yang berada pada tingkat pertama RTB, tidak perlu lagi diperdebatkan
apakah yang dimaksud dengan ‘mengetahui’ adalah sebatas tahu sebagai tingkat
kognitif knowledge yang berarti ‘mengingat atau mengenal’; ataukah yang dimaksud
‘mengetahui’ adalah tingkat yang lebih tinggi dengan penguasaan mendalam terhadap
suatu pengetahuan. RTB membatasi perdebatan ini dengan meletakkan to know dalam
tingkat pertama Taksonomi. Artinya, perdebatan mengenai kata kerja yang digunakan
dalam bahasa awam dengan penekanan tertentu misalnya pada kalimat : Taufik
Hidayat sangat mengetahui bagaimana mengecoh lawan mainnya; berbeda artinya
dengan ‘mengetahui’ secara konseptual dalam dimensi knowledge RTB. Pembatasan
ini menguntungkan guru untuk berhenti berdebat mengenai makna kata tersebut
dalam bahasa umum (Conklin, 2005) dan memilih penggunaan kata kerja tertentu
untuk menunjukkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
RTB yang menekankan pada kata kerja, mengubah kata “knowledge” pada
Taksonomi Bloom lama menjadi “remember”, karena “knowledge” dipandang
sebagai kata benda yang maknanya lebih luas. Selanjutnya sebagai kata benda,
knowledge dikategorikan sebagai dimensi yang terpisah yaitu dimensi knowledge
yang memiliki empat kategori utama seperti telah disebutkan di atas. Keempat
kategori utama dimensi knowledge tersebut kemudian dibagi lagi menjadi sub-sub
kategori yang lebih mempermudah aplikasinya. Kategori utama dimensi knowledge
yang pertama yaitu factual knowledge dibagi menjadi dua sub kategori, knowledge of
15
terminology dan knowledge of specific details and elements. Pembagian ini akan
mempermudah pengguna, misalnya guru ingin agar anak didiknya mengetahui
mengenai notasi musik, maka tujuan belajar ini akan masuk dalam kategori utama
factual knowledge dengan sub-kategori knowledge of terminology. Kategori
comprehension dan synthesis dalam Taksonomi Bloom lama, diganti dengan kata
kerja yang lebih sesuai yaitu masing-masing understand dan create. Kategori create
merupakan puncak susunan RTB. Ini berbeda dengan Taksonomi Bloom lama yang
meletakkan evaluation pada tingkat keenam. RTB meletakkan evaluate pada tingkat
kelima sebelum create karena disimpulkan bahwa tingkat kognisi create lebih tinggi
daripada evaluate. Seseorang dapat menciptakan sesuatu setelah mengevaluasi atau
melalui tahapan evaluasi terhadap ide tertentu sehingga muncul ciptaan baru (gambar
1). Selanjutnya, penekanan sub-sub kategori pada keenam kategori proses kognitif
dilakukan pada RTB. Tabel 3 menunjukkan pembagian sub-sub kategori dalam setiap
kategori utama proses kognitif tersebut. Pembagian ini jika dilihat sekilas memang
sangat rumit, meskipun demikian jika dilihat lebih dekat maka hal ini akan sangat
membantu pengguna dalam penyusunan learning objectives, instruksi belajar, dan
assessment. (Rukmini)
16
Prosedural
(Procedural
Knowl-
edge)
Metakogni-
tife
(Metacog-
nitive
knowledge)
17
C. Perbedaan Taksonomi dulu dan sekarang
18
kesatuan yang koheren dan fungsional yang akhirnya dapat menghasilkan sebuah
produk baru yang belum pernah ada sebelumnya. Sintesis hanya terbatas pada
memadukan elemen-elemen dan bagian-bagian untuk membentuk satu kesatuan
dengan melibatkan proses mengolah potongan-potongan, bagian-bagian, elemen-
elemen dan mengatur serta memadukan sedemikian rupa sehingga membentuk
sebuah pola atau struktur yang sebelumnya tidak jelas. Kategori evaluasi menjadi
mengevaluasi. Dalam kategori ini hanya terjadi perubahan dari kata benda menjadi
kata kerja. Perubahan pengetahuan dalam taksonomi Bloom menjadi dimensi
tersendiri yaitu dimensi pengetahuan dalam taksonomi revisi. Pengetahuan tetap
dipertahankan dalam taksonomi revisi namun berubah menjadi dimensi tersendiri
karena diasumsikan bahwa setiap kategori-kategori dalam taksonomi
membutuhkan pengetahuan sebagai apa yang harus dipelajari oleh siswa.
Taksonomi revisi memiliki dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi
kognitif proses. Interelasi antara proses kognitif dan pengetahuan disebut dengan
Tabel Taksonomi.
19
sebuah hierarki kumulatif yang berarti penguasaan kategori yang lebih kompleks
mensyaratkan penguasaan semua kategori di bawahnya yang kurang kompleks.
Penelitian-penelitian kemudian memberikan bukti-bukti empiris bahwa hierarki
kumulatif hanya berlaku pada tiga kategori tengahnya yakni pemahaman, aplikasi,
dan analisis, tetapi tidak pada dua kategori terakhir (sintesis dan evaluasi).
Penelitian membuktikan sintesis merupakan kategori yang lebih kompleks
daripada evaluasi. Sehingga Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi
Anderson dan Krathwohl (2001:66-88) yakni: mengingat (remember),
memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze),
mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create). (Gunawan & Palupi)
20
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Pendidikan sangat penting di era modern ini. Maka untuk menempuh pendidikan
yang sukses perlu adanya teknik belajar dan pembelajaran yang baik dan menarik
agar mereka yang belajar memiliki jiwa semangat tinggi untuk terus belajar dan
menjadi generasi bangsa yang cerdas. Sebagai Calon Guru hendaknya dapat
mengetahui minat belajar siswa dalam belajar sedini mungkin, sebagai langkah awal
membina dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Kami juga berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan kami berharap kritik dan saran yang
bersifat positif untuk kesempurnaan makalah ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, I., & Palupi, A. R. (n.d.). TAKSONOMI BLOOM – REVISI RANAH KOGNITIF
KERANGKA LANDASAN UNTUK PEMBELAJARAN, PENGAJARAN, DAN PENILAIAN.
Krathwohl, & Anderson. (2013). A succinct discussion of the revisions of Bloom's classic
cognitive taxonomy. Understanding the New Version of Bloom's Taxonomy.
Yulaelawati, E. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Pakar Raya.
22