Anda di halaman 1dari 22

TAKSONOMI BLOOM

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat


menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan
efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu
proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai
dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.
Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan
terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping
transfer ilmu dan keahlian.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi
kembali menjadi beberapa kategori dan sub kategori yang berurutan secara
hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah
laku yang paling kopleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan
menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Taksonomi berarti klasifikasi berhirarki dari sesuatu atau prinsip yang
mendasari klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan
kejadian sampai pada kemampuan berfikir dapat diklasifikasikan menurut
beberapa skema taksonomi.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Taksonomi Bloom?


2. Bagaimana taksonomi bloom sebelum direvisi?
3. Bagaimana taksonomi bloom sesudah direvisi?
4. Apakah perbedaan taksonomi bloom yang sudah direvisi dengan yang belum
direvisi?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian taksonomi bloom.


2. Mengetahui bagaimana taksonomi bloom sebelum direvisi.
3. Mengetahui bagaimana taksonomi bloom sesudah direvisi.
4. Membedakan taksonomi bloom yang sudah direvisi dengan yang belum
direvisi.
D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang didapat yaitu pembaca lebih memahami dan mengerti mengenai
Taksonomi Bloom, baik sebelum dan sesudah revisi beserta dengan tingkatan-
tingkatan di dalamnya.

2
KAJIAN TEORI
A. Taksonomi Bloom sebelum revisi

Pada Tahun 1950-n Benyamin Bloom memimpin suatu yang terdiri atas para
ahlli psikologi dalam menganalisis perilaku belajar akademik. Hasil pekerjaan tim ini
dikenal dengan taksonomi bloom. Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan
benda menurut ciri-ciri tertentu. Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan
untuk klasifikasi tujuan instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran,
tujuan penampilan, atau sasaran belajar, yang digolongkan dalam tiga klasifikasi
umum atau ranah (domain), yaitu: (1) ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan belajar
yang berorientasi pada kemampuan berpikir; (2) ranah afektif berhubungan dengan
perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati); dan (3) ranah psikomotor
(berorientasi pada keterampilan motorik atau penggunaan otot kerangka)
(Yulaelawati, 2007)

1. Ranah Kognitif

Bloom menggolongkan enam tingkatan pada ranah kognitif dari pengetahuan


sederhana atau penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah
ke penilaian (evaluasi) yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang
paling tinggi. Keenam tingkatan tersebut adalah sebagai berikut (Yulaelawati, 2007):

1. Pengetahuan, didefinisikan sebagai ingatan terhadap hal-hal yang telah


dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini merupakan kemampuan awal
meliputi kemampuan mengetahui sekaligus menyampaikan ingatannya
bila diperlukan. Hal ini termasuk mengingat bahan-bahan, benda, fakta,
gejala, dan teori. Hasil belajar dari pengetahuan merupakan tingkatan
rendah.
2. Pemahaman, didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami
materi/bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan
menjabarkan suatu materi/bahan ke materi/bahan lain. Seseorang yang

3
mampu memahami sesuatu antara lain dapat menjelaskan narasi
(pernyataan kosakata) ke dalam angka, dapat manafsirkan sesuatu melalui
pernyataan dengan kalimat sendiri atau dengan rangkuman. Pemahaman
juga dapat ditunjukan dengan kemampuan memperkirakan
kecenderungan, kemampuan meramalkan akibat-akibat dari berbagai
penyebab suatu gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari
ingatan sederhana, hafalan, atau pengetahuan tingkat rendah.
3. Penerapan, merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari dan dipahami kedalam situasi konkret, nyata, atau baru.
Kemampuan ini mencakup penggunaan pengetahuan, aturan, rumus,
konsep, prinsip, hukum, dan teori. Hasil belajar untuk kemampuan
menerapkan ini tingkatannya lebih tinggi dari pemahaman.
4. Analisa, merupakan penguraian suatu komunikasi ke dalam unsur-unsur
atau bagian-bagian sedemikian sehingga hirarki yang relatif dari ide-ide
menjadi jelas dan/atau hubungan-hubungan antara ide-ide yang
diekspresikan menjadi eksplisit. Analisa yang demikian akan cenderung
memperjelas komunikasi itu mengindekasikan bagaiman komunikasi itu
diorganisasikan, dan cara komunikasi itu disusun untuk memberikan efek,
maupun sebagai dasar dan rangkaiannya (Slameto, 1999).
5. Sintesa, merupakan penempatan bersama unsur-unsur dan bagian-bagian
sedemikian sehingga terbentuk suatu keseluruhan. Ini meliputi proses
bekerja dengan proses bagian-bagian kecil, bagian-bagian, unsur-unsur
dan sebagainya dan meragkai serta mengombinasikannya sedemikian
seperti menyusun suatu pola atau struktur yang belum jelas sebelumnya
(Slameto, 1999).
6. Evaluasi/Penilaian, merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan
menguji nilai suatu materi (pernyataan, novel, puisi, laporan penilitian)
untuk tujuan tertentu. Penilaian didasari dengan kriteria yang
terdefinisikan. Kriteria terdefinisi ini mencakup kriteria internal
(organisasi) atau kriteria eksternal (terkait dengan tujuan) yang telah
ditentukan. Peserta didik dapat menentukan kriteria sendiri atau

4
memperoleh kriteria dari narasumber. Hasil belajr penilaian merupakan
tingkatan kognitif paling tinggi sebab berisi unusur-unsur dari semua
kategori, termasuk kesadaran untuk melakukan pengujian yang serta nilai
dan kejelasan kriteria (Yulaelawati, 2007).

Untuk memudahkan penggunaan taksonomi ini dapat dilihat beberapa contoh


kata kerja berikut ini (Yulaelawati, 2007).

Ranah Kognitif
Pengetahua
Pemahaman Penerapan Analisis Sistesis Penilaian
n
Mengabstraks Mempertimba
Mengutip Menambah Memerlukan Menganalisis
i ngkan
Menyebutk Memperkiraka Menyesuaika
Memeriksa Menganimasi Menilai
an n n
Menjelaska Mengalokasi Membuat Membandingk
Menjelaskan Mengatur
n kan blueprint an
Menggamb Mengkategorik Membuat garis Mengumpulk Menyimpulka
Mengurutkan
ar an besar an n
Mengkontrasi
Membilang Mencirikan Menerapkan Memecahkan Mendanai
kan
Mengidenti Mengkarakteris Mengkategori
Merinci Menentukan Mengarahkan
fikasi tikkan kan
Mengasosiasik Membuat dasar
Mendaftar Menugaskan Mengkode Mengkritik
an pengelompokan
Menunjukk Membandingk Mengkombin
Memperoleh Merasionalkan Menimbang
an an asikan
Memberi Mengkontrask Mencanangka Membuat dasar
Mengarang Memutuskan
label an n pengkontras
Memasangk Mengkalkula Mengkorelasik
Mengubah Membangun Memisahkan
an si an
Menggambar
Meninjau Memperluas Menjelajah Memperjelas Menggradasi
kan
Menemukan
Memilih Mempolakan Membagankan Memfasilitasi Merentangkan
kembali
Menyataka Membaganka Merekomenda
Memfaktorkan Memfile Membentuk
n n sikan
Mempelajar Menggeneralis Menggunaka Membuat
Merumuskan Melepaskan
i asikan n kelompok

Mentabulas Mengidentifika Menggenerali


Memberikan Menilai Memilih
i si sasi
Memberi Mengilustrasik Menumbuhka
Menyimpulkan Melatih Merangkum
kode an n
Menelusuri Berinteraksi Menggali Menyimpulkan Menangani Mendukung

5
Mengumpulka
Menulis Membuka Menginterupsi Mengirim Mengetes
n
Merencanaka
Mencatat Mencontohkan Menurunkan Menjamin Mengukur
n
Mendemontra Mendokumetas Mengembang
Meniru Mengira Membenarkan
sikan ikan kan

2. Ranah Afektif

Taksonomi Krathwohl dalam ranah afektif adalah yang paling populer dan
banyak digunakan. Krathwohl mengurutkan ranah afektif berdasarkan penghayatan.
Penghayatan tersebut berhubungan dengan proses ketika perasaan seseorang beralih
dari kesadaran umum ke penghayatan yang mengatur perilakunya secara konsisten
terhadap sesuatu. Hierarki ranah afektif dapat dilihat pada berikut ini (Yulaelawati,
2007).

1. Penerimaan, merupakan kesadaran atau kepekaan yang disertai keinginan


untuk menenggang atau bertoleransi terhadap suatu gagasan, benda, atau
gejala. Hasil belajar penerimaan merupakan pemilikan kemampuan untuk
membedakan dan menerima perbedaan.
2. Penanggapan, merupakan kemampuan memberikan tanggapan atau respon
terhadap suatu gagasan, benda, bahan, atau gejala tertentu. Hasil belajar
penanggapan merupakan suatu komitmen untuk berperan serta berdasarkan
penerimaan.
3. Perhitungan atau penilaian, merupakan kemampuan memberi penilaian atau
perhitungan terhadap gagasan, bahan, benda, atau gejala. 6Hasil belajar
perhitungan atau penilaian merupakan keinginan untuk diterima,
diperhitungkan, dan dinilai orang lain.
4. Pengaturan atau pengelolaan, merupakan kemampuan mengatur atau
mengelola, yang berhubungan dengan tindakan perhitungan dan penilaian
yang telah dimiliki. Hasil belajarnya merupakan kemampuan mengatur dan

6
mengelola sesuatu secara harmonis dan konsisten berdasarkan pemilikan
filosofi yang dihayati.
5. Bermuatan nilai, merupakan tindakan puncak dalam perwujudan perilaku
sesorang yang secara konsisten sejalan dengan nilai atau seperangkat nilai-
nilai yang dihayatinya secara mendalam. Hasil belajarnya merupakan perilaku
seimbang, harmonis, dan bertanggung jawab dengan standar nilai yang tinggi

3. Ranah Psikomotor

Anita Harrow mengelola taksonomi ranah psikomotor menurut derajat


koordinasi yang meliputi koordinasi ketaksengajaan dan kemampuan yang dilatihkan.
Taksonomi ini dimulai dengan refleks yang sederhana pada tingkatan rendah ke
gerakan saraf otot yang lebih kompleks pada tingkatan tertinggi. Hierarki ranah
psikomotor dapat dilihat pada berikut ini (Yulaelawati, 2007).

1. Gerakan refleks, merupakan tindakan yang ditunjukkan tanpa belajar dalam


menaggapi stimulus.
Contoh: merentangkan, memperluas, melenturkan, meregangkan, dan
menyesuaikan postur tubuh dengan keadaan.
2. Gerakan Dasar, merupakan pola gerakan yang diwarisi yang terbentuk
berdasarkan campuran gerakan refleks dan gerakan yang lebih kompleks.
Hasil belajaranya sesuai dengan contoh berikut.
Contoh kata kerja: berlari, berjalan, mendorong, menelikung, menggenggam,
mencengkeram, mencekal, merenggut, menyambar, memegang, merebut,
menggunakan, atau memanipulasi.
3. Gerakan tanggap (perceptual), merupakan penafsiran terhadap segala
rangsang yang membuat seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap
lingkungan. Hasil belajarnya berupa kewaspadaan berdasarkan perhitungan
dan kecermatan.
Contoh: waspada (awas), kecermatan melihat, mendengar dan bergerak, atau
ketajaman dalam melihat perbedaan, misalnya pada gerakan terkoordinasi,
seperti meloncat, bermain tali, menangkap, menyepak, dan menggalah.
4. Kegiatan fisik, merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan otot,
kekuatan mental, ketahanan, kecerdasan, kegesitan, dan kekuatan suara.
Contoh: semua kegiatan fisik yang memerlukan usaha dalam jangka panjang
dan berat, pengerahan otot, gerakan sendi yang cepat, serta gerakan yang
cepat dan tepat.

7
5. Komunikasi tidak berwacana, merupakan komunikasi melalui gerakan
tubuh. Gerakan tubuh ini merentang dari ekspresi momok muka sampai
dengan gerakan koreografi yang rumit.

B. Revisi Taksonomi Bloom

RTB diajukan secara umum untuk lebih melihat ke depan (ahead of time) dan
merespon tuntutan berkembangnya komunitas pendidikan, termasuk pada bagaimana
anak-anak berkembang dan belajar serta bagaimana guru menyiapkan bahan ajar,
seluruhnya mengalami perkembangan yang signifikan bila dibandingkan dengan
empat puluh tahun yang lalu. (Anderson et al., 2001). Fokus utama RTB
dimaksudkan pada daya aplikasinya terhadap penyusunan kurikulum, desain
instruksional, penilaian dan gabungan ketiganya (Anderson et.al., 2001, hal. 305).
Dalam buku A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of
Bloom's Taxonomy of Educational Objectives (Anderson et.al., 2001), penyusun
melengkapi fokus utama ini dengan bab-bab terkait tiga kepentingan tersebut.

RTB ditujukan bagi khalayak yang lebih luas terutama untuk membantu guru
pada tingkat sekolah menengah dan akademi. Hal ini berbeda dengan ide dasar
penyusunan Taksonomi Bloom yang lampau di mana Bloom dan timnya menujukan
penyusunan Taksonomi itu dalam rangka mempermudah penyusunan assessment bagi
tingkat perguruan tinggi secara nasional.

1. Mengingat
mengingat kembali pengetahuan dari ingatan. Mengingat adalah ketika memori
digunakan untuk menghasilkan definisi, fakta, atau daftar, atau membaca atau
mengambil materi.

2. Memahami
Menunjukkan pemahaman tentang fakta-fakta dan ide-ide dengan mengorganisasi,
membandingkan, menerjemahkan, menafsirkan, memberikan deskripsi, dan
menyatakan gagasan utama.

3. Mengaplikasikan

8
Selesaikan masalah pada situasi baru dengan menerapkan pengetahuan, fakta,
teknik, dan peraturan yang diperoleh dengan cara yang berbeda.

4. Menganalisa
Memeriksa dan memecahkan informasi menjadi beberapa bagian dengan
mengidentifikasi motif atau sebab. Buat kesimpulan dan temukan bukti untuk
mendukung generalisasi.

5. Mengevaluasi
Menghadirkan dan mempertahankan pendapat dengan membuat penilaian tentang
informasi, validitas gagasan, atau kualitas kerja berdasarkan seperangkat kriteria.

6. Menciptakan
Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru, produk atau cara pandang
yang baru dari sesuatu kejadian. Create di sini diartikan sebagai meletakkan
beberapa elemen dalam satu kesatuan yang menyeluruh sehingga terbentuklah
dalam satu bentuk yang koheren atau fungsional.

9
Dalam Taksonomi Bloom yang lama, penekanan lebih
diberikan pada keenam kategori kognisi. RTB lebih menekankan sub-kategori
sehingga lebih spesifik dan mempermudah penyusunan kurikulum, assessment dan
instruksi pengajaran. Pembahasan mengenai sub-kategori ini diungkapkan dalam
bagian ketiga dari buku ini. Perubahan ini dipengaruhi oleh riset progresif di bidang
pendidikan, neuroscience dan psikologi. Dalam Taksonomi Bloom yang lama,
kategori ‘knowledge’ menjadi kategori utama tingkat pertama. RTB “mengeluarkan”
kategori ‘knowledge’ ini dari Taksonomi dan menjadikannya ukuran yang harus
dicapai. Artinya, ‘knowledge’ adalah pencapaian kognisi itu sendiri. Terminologi
‘knowledge’ dibagi lagi menjadi sub-kategori yang disesuaikan dengan
perkembangan di bidang neuroscience dan penelitian bidang psikoedukasi sebagai
berikut:

1. factual knowledge
2. conceptual knowledge
3. procedural knowledge
4. metacognitive knowledge

a. Pengetahuan Faktual

Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan oleh


para pakar dalam menjelaskan, memahami, dan secara sistematis menata disiplin
ilmu mereka. Pengetahuan faktual berisikan elemen-elemen dasar yang harus
diketahui siswa jika mereka akan mempelajari suatu disiplin ilmu atau
menyelesaikan masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Pengetahuan faktual terbagi
menjadi dua subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang terminologi; dan (2)
pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik. Pengetahuan
tentang terminologi melingkupi pengetahuan tentang label dan simbol verbal dan
nonverbal (kata, angka, tanda, gambar). Setiap materi kajian mempunyai banyak
label dan simbol, baik verbal maupun nonverbal, yang merujuk pada maknamakna
tertentu. Label dan simbol ini merupakan bahasa dasar dalam suatu disiplin

10
ilmu. Contoh-contoh penggunaan pengetahuan terminologi antara lain
pengetahuan tentang alfabet, pengetahuan tentang angka-angka Romawi,
pengetahuan tentang kosakata dalam bahasa Indonesia, dan pengetahuan tentang
simbol-simbol pada peta.

Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik


merupakan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber
informasi, dan semacamnya. Pengetahuan ini meliputi semua informasi yang
mendetail dan spesifik, seperti tanggal terjadinya sebuah peristiwa. Fakta-fakta
yang spesifik adalah fakta-fakta yang dapat disendirikan sebagai elemen-elemen
yang terpisah dan berdiri sendiri. Setiap bidang kajian mengandung peristiwa,
lokasi, orang, tanggal, dan detail-detail lain yang mempresentasikan pengetahuan
penting tentang bidang itu. Contoh pengetahuan tentang detail-detail dan
elemenelemen yang spesifik antara lain pengetahuan tentang nama orang, tempat, dan
peristiwa dalam proklamasi, pengetahuan tentang produk utama dan produk
ekspor Indonesia.

b. Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori,


klasifikasi, dan hubungan antara dua atau lebih kategori pengetahuan yang lebih
kompleks dan tertata. Pengetahuan konseptual meliputi skema, model, mental, dan
teori yang mempresentasikan pengetahuan manusia tentang bagaimana suatu
materi kajian ditata dan distrukturkan, bagaimana bagian-bagian informasi saling
berkaitan secara sistematis, dan bagaimana bagian-bagian ini berfungsi bersama.
Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang
klasifikasi dan kategori; (2) pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi; dan (3)
pengetahuan tentang teori, model, dan struktur. Klasifikasi dan kategori
merupakan landasan bagi prinsip dan generalisasi. Prinsip dan generalisasi
menjadi dasar bagi teori, model, dan struktur.

11
Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori meliputi kelas, kategori,
divisi, dan susunan yang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu
memiliki serangkaian kategori yang digunakan untuk menemukan dan mengkaji
elemen-elemen baru. Klasifikasi dan kategori menciptakan hubungan-hubungan
antara elemen-elemen. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori dapat
dicontohkan misalnya: ketika peserta didik menganalisis sebuah cerita dengan
kategori pokok berupa alur, tokoh, dan setting. Dalam hal alur sebagai
pengetahuan tentang kategori adalah apa yang menjadikan alur tersebut disebut
dengan alur yang berarti alur sebagai kategori adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh
semua alur. Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori. Prinsip
dan generalisasi merupakan bagian yang dominan dalam sebuah disiplin ilmu dan
digunakan untuk mengkaji masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Prinsip dan
generalisasi merangkum banyak fakta dan peristiwa yang spesifik, mendeskripsikan
proses dan interelasi di antara detail-detail fakta dan peristiwa, dan menggambarkan
proses dan interelasi di antara klasifikasi dan kategori. Contoh tentang pengetahuan
tentang prinsip dan generalisasi antara lain pengetahuan tentang generalisasi-
generalisasi dalam kebudayaan-kebudayaan suku Jawa, pengetahuan tentang hukum-
hukum geometri dasar. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup
pengetahuan tentang berbagai paradigma, epistemologi, teori, model yang digunakan
dalam disiplin-disiplin ilmu untuk mendeskripsikan, memahami, menjelaskan, dan
memprediksi fenomena. Contoh pengetahuan tentang teori, model, dan struktur
antara lain pengetahuan tentang interelasi antara prinsip-prinsip dalam
penjumlahan sebagai dasar bagi teori-teori matematika, pengetahuan tentang
struktur inti pemerintahan kota setempat.

c. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural adalah “pengetahuan tentang cara” melakukan


sesuatu. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang keterampilan, algoritma,
teknik, dan metode, yang semuanya disebut dengan prosedur (Alexander, dkk.,
1991; Anderson, 1983; deJong dan Ferguson-Hessler, 1996; Dochy dan

12
Alexander, 1995). Pengetahuan prosedural berkaitan dengan pertanyaan
“bagaimana”. Pengetahuan prosedural ini terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: (1)
pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma; (2)
pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu; dan (3)
pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan
prosedur yang tepat. Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan
algoritma, pengetahuan ini misalnya cara menjumlahkan 2 dan 2 (algoritma) adalah
pengetahuan prosedural; jawabannya 4 merupakan pengetahuan faktual.

Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu, pengetahuan


ini adalah bagaimana cara berpikir dan menyelesaikan masalah-masalah, bukan hasil
penyelesaian masalah atau hasil pemikirannya. Pengetahuan tentang kriteria untuk
menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat, pengetahuan ini
dapat kita contohkan antara lain pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan
jenis esai apa yang harus ditulis (misalnya: eksposisi, persuasi), pengetahuan
tentang kriteria untuk menentukan metode apa dalam menyelesaikan
persamaanpersamaan aljabar.

d. Pengetahuan Metakognitif

Pengetahuan metakognitif merupakan dimensi baru dalam taksonomi


revisi. Pencantuman pengetahuan metakognitif dalam kategori dimensi
pengetahuan dilandasi oleh hasil penelitian-penelitian terbaru tentang peran
penting pengetahuan siswa mengenai kognisi mereka sendiri dan kontrol mereka
atas kognisi itu dalam aktivitas belajar (Bransford, dkk.,1999; Sternberg, 1985;
Zimmerman dan Schunk, 1998). Salah satu ciri belajar dan penelitian tentang
pembelajaran yang berkembang adalah menekankan pada metode untuk membuat
siswa semakin menyadari dan bertanggung jawab atas pengetahuan dan pemikiran
mereka sendiri. Pengetahuan metakognitif terbagi menjadi tiga subjenis yaitu: (1)
pengetahuan strategis; (2) pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi
pengetahuan kontekstual dan kondisional; dan (3) pengetahuan diri.

13
Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang strategi-strategi belajar
dan berpikir serta pemecahan masalah. Subjenis pengetahuan ini mencakup
pengetahuan tentang berbagai strategi yang dapat digunakan siswa untuk
menghafal materi pelajaran, mencari makna teks, atau memahami apa yang
mereka dengar dari pelajaran di kelas atau yang dibaca dalam buku dan bahan ajar
lain. Strategi-strategi belajar ini dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
pengulangan, elaborasi, dan organisasi. Strategi pengulangan berupa mengulang-
ulang kata-kata atau istilah-istilah untuk memberikan ingatan pada mereka. Strategi
elaborasi menggunakan berbagai teknik, yakni: merangkum, memparafrase, dan
memilih gagasan pokok dalam teks. Strategi pengorganisasian adalah membuat garis
besar materi pelajaran, membuat pemetaan konsep, dan membuat catatan.
Pengetahuan tentang tugastugas kognitif yang meliputi pengetahuan kontekstual dan
kondisional.

Menurut Flavell (1979) pengetahuan metakognitif mencakup pengetahuan


bahwa berbagai tugas kognitif itu sulit dan memerlukan sistem kognitif dan strategi-
strategi
kognitif. Selain mengetahui strategi belajar dan berpikir, juga memerlukan
pengetahuan kondisional yaitu siswa harus tahu kapan dan mengapa
menggunakan strategi-strategi tersebut dengan tepat (Paris, dkk., 1983).
Flavel (1979) mengemukakan bahwa selain pengetahuan tentang beragam
strategi dan tugas kognitif, pengetahuan diri juga merupakan komponen yang
penting dalam metakognitif. Pengetahuan diri mencakup pengetahuan tentang
kekuatan, kelemahan, minat, bakat, motivasi dalam kaitannya dengan kognisi dan
belajar.

Sub-sub kategori ini membantu pengguna untuk mengklasifikasikan learning


objectives atau menyusun assessment dengan lebih sederhana. Sub-kategori ini
diletakkan dalam tabel kolom kanan dan dipasangkan dengan keenam level proses
kognitif RTB pada baris atas (lihat tabel 1). Pembuatan matriks ini mempermudah
pengguna menyusun learning objectives, instruksi belajar, dan assessment.

14
Kategori kognitif dalam RTB tersebut dibuat konsisten dengan obyektif yang
ingin dicapai. Tujuan atau obyektif merupakan suatu aktivitas dalam ‘mengerjakan’
(kata kerja) ‘sesuatu’ (kata benda). Oleh karena itu, RTB mengubah keenam kategori
kognisi yang berupa ‘kata benda’ dalam Taksonomi Bloom yang lama menjadi enam
kategori utama proses kognitif yang berupa ‘kata kerja’. Penekanan
pada kata kerja ini mengajak pengguna untuk dengan mudah mengidentifikasi pada
level kognisi manakah sebuah learning objective akan dicapai atau suatu aktivitas
belajar akan dilakukan ataupun suatu assessment akan dibuat. Kata kerja yang
digunakan dalam masing-masing level RTB mencirikan penguasaan yang diinginkan.
Kata kerja ini membantu guru membedakan tingkatan kognitif, misalnya kata kerja
‘mengetahui’ yang berada pada tingkat pertama RTB, tidak perlu lagi diperdebatkan
apakah yang dimaksud dengan ‘mengetahui’ adalah sebatas tahu sebagai tingkat
kognitif knowledge yang berarti ‘mengingat atau mengenal’; ataukah yang dimaksud
‘mengetahui’ adalah tingkat yang lebih tinggi dengan penguasaan mendalam terhadap
suatu pengetahuan. RTB membatasi perdebatan ini dengan meletakkan to know dalam
tingkat pertama Taksonomi. Artinya, perdebatan mengenai kata kerja yang digunakan
dalam bahasa awam dengan penekanan tertentu misalnya pada kalimat : Taufik
Hidayat sangat mengetahui bagaimana mengecoh lawan mainnya; berbeda artinya
dengan ‘mengetahui’ secara konseptual dalam dimensi knowledge RTB. Pembatasan
ini menguntungkan guru untuk berhenti berdebat mengenai makna kata tersebut
dalam bahasa umum (Conklin, 2005) dan memilih penggunaan kata kerja tertentu
untuk menunjukkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
RTB yang menekankan pada kata kerja, mengubah kata “knowledge” pada
Taksonomi Bloom lama menjadi “remember”, karena “knowledge” dipandang
sebagai kata benda yang maknanya lebih luas. Selanjutnya sebagai kata benda,
knowledge dikategorikan sebagai dimensi yang terpisah yaitu dimensi knowledge
yang memiliki empat kategori utama seperti telah disebutkan di atas. Keempat
kategori utama dimensi knowledge tersebut kemudian dibagi lagi menjadi sub-sub
kategori yang lebih mempermudah aplikasinya. Kategori utama dimensi knowledge
yang pertama yaitu factual knowledge dibagi menjadi dua sub kategori, knowledge of

15
terminology dan knowledge of specific details and elements. Pembagian ini akan
mempermudah pengguna, misalnya guru ingin agar anak didiknya mengetahui
mengenai notasi musik, maka tujuan belajar ini akan masuk dalam kategori utama
factual knowledge dengan sub-kategori knowledge of terminology. Kategori
comprehension dan synthesis dalam Taksonomi Bloom lama, diganti dengan kata
kerja yang lebih sesuai yaitu masing-masing understand dan create. Kategori create
merupakan puncak susunan RTB. Ini berbeda dengan Taksonomi Bloom lama yang
meletakkan evaluation pada tingkat keenam. RTB meletakkan evaluate pada tingkat
kelima sebelum create karena disimpulkan bahwa tingkat kognisi create lebih tinggi
daripada evaluate. Seseorang dapat menciptakan sesuatu setelah mengevaluasi atau
melalui tahapan evaluasi terhadap ide tertentu sehingga muncul ciptaan baru (gambar
1). Selanjutnya, penekanan sub-sub kategori pada keenam kategori proses kognitif
dilakukan pada RTB. Tabel 3 menunjukkan pembagian sub-sub kategori dalam setiap
kategori utama proses kognitif tersebut. Pembagian ini jika dilihat sekilas memang
sangat rumit, meskipun demikian jika dilihat lebih dekat maka hal ini akan sangat
membantu pengguna dalam penyusunan learning objectives, instruksi belajar, dan
assessment. (Rukmini)

Dimensi Dimensi Cognitive


Know- Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Mencipta
Ledge (Remem- (Under- (apply) (Analyze) (Evaluate) (Crate)
ber) stand)
Faktual
(Factual
Know-
ledge)
Konseptual
(Concep-
tual Know-
ledge)

16
Prosedural
(Procedural
Knowl-
edge)
Metakogni-
tife
(Metacog-
nitive
knowledge)

17
C. Perbedaan Taksonomi dulu dan sekarang

Berdasarkan Gambar dapat diketahui perubahan taksonomi dari kata


benda (dalam taksonomi Bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi).
Perubahan ini dibuat agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan
pendidikan mengindikasikan bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata
kerja) dengan sesuatu (kata benda). Kategori pengetahuan dalam taksonomi
Bloom berubah menjadi mengingat. Bentuk kata kerja mengingat
mendeskripsikan tindakan yang tersirat dalam kategori pengetahuan aslinya;
tindakan pertama yang dilakukan oleh siswa dalam belajar pengetahuan adalah
mengingatnya. Kategori pemahaman menjadi memahami. Pemahaman
merupakan tingkat memahami yang paling rendah. Pemahaman terbatas pada
hanya memahami tentang apa yang sedang dikomunikasikan tanpa
menghubungkannya dengan materi lain. Perubahan dari pemahaman menjadi
memahami karena dalam pemilihan nama-nama kategori, mempertimbangkan
keluasan pemakaian istilah tersebut oleh banyak guru. Kategori aplikasi menjadi
mengaplikasikan. Dalam kategori ini hanya terjadi perubahan dari kata benda
menjadi kata kerja. Kategori analisis menjadi menganalisis. Dalam kategori ini
hanya terjadi perubahan dari kata benda menjadi kata kerja. Kategori sintesis menjadi
mencipta. Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah

18
kesatuan yang koheren dan fungsional yang akhirnya dapat menghasilkan sebuah
produk baru yang belum pernah ada sebelumnya. Sintesis hanya terbatas pada
memadukan elemen-elemen dan bagian-bagian untuk membentuk satu kesatuan
dengan melibatkan proses mengolah potongan-potongan, bagian-bagian, elemen-
elemen dan mengatur serta memadukan sedemikian rupa sehingga membentuk
sebuah pola atau struktur yang sebelumnya tidak jelas. Kategori evaluasi menjadi
mengevaluasi. Dalam kategori ini hanya terjadi perubahan dari kata benda menjadi
kata kerja. Perubahan pengetahuan dalam taksonomi Bloom menjadi dimensi
tersendiri yaitu dimensi pengetahuan dalam taksonomi revisi. Pengetahuan tetap
dipertahankan dalam taksonomi revisi namun berubah menjadi dimensi tersendiri
karena diasumsikan bahwa setiap kategori-kategori dalam taksonomi
membutuhkan pengetahuan sebagai apa yang harus dipelajari oleh siswa.
Taksonomi revisi memiliki dua dimensi yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi
kognitif proses. Interelasi antara proses kognitif dan pengetahuan disebut dengan
Tabel Taksonomi.

Konsep-konsep pembelajaran yang berkembang terfokus pada prosesproses


aktif, kognitif dan konstruktif dalam pembelajaran yang bermakna.
Pembelajar diasumsikan sebagai pelaku yang aktif dalam aktivitas belajar; mereka
memilih informasi yang akan mereka pelajari, dan mengonstruksi makna
berdasarkan informasi. Ini merupakan perubahan dari pandangan pasif tentang
pembelajaran ke pandangan kognitif dan konstruktif yang menekankan apa yang
siswa ketahui (pengetahuan) dan bagaimana mereka berpikir (proses kognitif)
tentang apa yang mereka ketahui ketika aktif dalam pembelajaran. Dimensi proses
kognitif berisikan enam kategori yaitu: mengingat, memahami, mengaplikasikan,
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Dimensi pengetahuan berisikan empat
kategori yaitu faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.
Urutan sintesis dan evaluasi ditukar. Taksonomi revisi mengubah urutan
dua kategori proses kognitif dengan menempatkan mencipta sebagai kategori
yang paling kompleks. Kategori-kategori pada taksonomi Bloom disusun menjadi

19
sebuah hierarki kumulatif yang berarti penguasaan kategori yang lebih kompleks
mensyaratkan penguasaan semua kategori di bawahnya yang kurang kompleks.
Penelitian-penelitian kemudian memberikan bukti-bukti empiris bahwa hierarki
kumulatif hanya berlaku pada tiga kategori tengahnya yakni pemahaman, aplikasi,
dan analisis, tetapi tidak pada dua kategori terakhir (sintesis dan evaluasi).
Penelitian membuktikan sintesis merupakan kategori yang lebih kompleks
daripada evaluasi. Sehingga Taksonomi Bloom ranah kognitif yang telah direvisi
Anderson dan Krathwohl (2001:66-88) yakni: mengingat (remember),
memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze),
mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create). (Gunawan & Palupi)

20
PENUTUP
A. Kesimpulan

Taksonomi ialah klasifikasi atau pengelompokan benda menurut ciri-ciri


tertentu. Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan untuk klasifikasi tujuan
instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan,
atau sasaran belajar. Taksonomi tujuan instruksional ialah adanya hierarki yang
dimulai dari tujuan instruksional pada jenjang terendah sampai jenjang tertinggi.
Dengan kata lain, tujuan pada jenjang yang lebih tinggi tidak dapat dicapai
sebelum tercapai tujuan pada jenjang di bawahnya. Taksonomi Bloom ranah
kognitif merupakan salah satu kerangka dasar untuk pengkategorian tujuan-tujuan
pendidikan, penyusunan tes, dan kurikulum. Tingkatan taksonomi Bloom yakni:
(1) pengetahuan (knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3) penerapan
(application); (4) analisis (analysis); (5) sintesis (synthesis); dan (6) evaluasi
(evaluation). Tingkatan-tingkatan dalam taksonomi tersebut telah digunakan
hampir setengah abad sebagai dasar untuk penyusunan tujuan-tujuan pendidikan,
penyusunan tes dan kurikulum. Revisi dilakukan terhadap Taksonomi Bloom, yakni
perubahan dari kata benda (dalam Taksonomi Bloom) menjadi kata kerja (dalam
taksonomi revisi). Perubahan ini dibuat agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.
Tujuan-tujuan pendidikan mengindikasikan bahwa siswa akan dapat melakukan
sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda). Revisi dilakukan oleh Kratwohl dan
Anderson, taksonomi menjadi: (1) mengingat (remember); (2) memahami
(understand); (3) mengaplikasikan (apply); (4) menganalisis (analyze); (5)
mengevaluasi (evaluate); dan (6) mencipta (create).

B. Saran

Pendidikan sangat penting di era modern ini. Maka untuk menempuh pendidikan
yang sukses perlu adanya teknik belajar dan pembelajaran yang baik dan menarik
agar mereka yang belajar memiliki jiwa semangat tinggi untuk terus belajar dan
menjadi generasi bangsa yang cerdas. Sebagai Calon Guru hendaknya dapat
mengetahui minat belajar siswa dalam belajar sedini mungkin, sebagai langkah awal
membina dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Kami juga berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan kami berharap kritik dan saran yang
bersifat positif untuk kesempurnaan makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, I., & Palupi, A. R. (n.d.). TAKSONOMI BLOOM – REVISI RANAH KOGNITIF
KERANGKA LANDASAN UNTUK PEMBELAJARAN, PENGAJARAN, DAN PENILAIAN.

Krathwohl, & Anderson. (2013). A succinct discussion of the revisions of Bloom's classic
cognitive taxonomy. Understanding the New Version of Bloom's Taxonomy.

Rukmini, E. (n.d.). Deskripsi Singkat Revisi Taksonomi Bloom.

Slameto, D. (1999). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Yulaelawati, E. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Pakar Raya.

22

Anda mungkin juga menyukai