Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

LEUKEMIA PADA ANAK


Suryati, M.Kep.,Ns., Sp.kep.An
PENGERTIAN
Leukemia adalah tidak terkendalinya proliferasi dari sel darah putih
yang immatur pada jaringan pembentuk sel darah

PENyebab
Penyebab pasti LLA pada anak tidak diketahui
PENyebab
• Radiasi, bahan kimia, dan obat tertentu diduga berperan dalam
terjadinya leukemia
• bahan racun (misalnya benzena) juga berperan terhadap
berkembangnya penyakit leukemia
• Faktor genetik juga ikut memegang peraran penting terhadap
perkembangan kasus leukemia pada anak
• Kasus leukemia juga sering terjadi pada anak yang mengalami
abnormalitas kromsom. Anak dengan sindroma down 10% sampai
20% lebih beresiko menderita leukemia daripada anak normal
MACAM-MACAM SEL DARAH PUTIH
Macam-macam sel darah putih itu, yakni
1. Neutrofil : Hampir setengah dari jumlah sel darah putih dalam
tubuh adalah sel neutrophil. Sel pertama dari sistem kekebalan
tubuh yang merespons dengan cara menyerang bakteri atau virus
2. Basofil : Jenis sel darah putih yang jumlahnya hanya sekitar 1 persen
3. Eosinofil : Eosinofil bekerja ketika seseorang mengalami reaksi alergi
4. Monosit : Monosit berfungsi untuk berpindah ke jaringan-jaringan
dalam tubuh sembari membersihkan sel-sel mati di dalamnya
5. Limfosit : Limfosit berfungsi membuat antibodi untuk melawan
bakteri, virus, dan racun yang menyerang tubuh
Klasifikasi leukemia
1. Leukemia Mielositik Akut (LMA) : Produksi berlebihan dari mieloblast
2. Leukemia Limfositik Akut (LLA) : Produksi berlebihan dari limfoblast
Tanda & gejala
• Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal
menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu;
lemah, pucat dan sesak nafas akibat anemia.
• Infeksi yang berat dan demam merupakan pertanda awal dari
leukemia.
• Penderita leukemia sering menunjukkan gejala perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada hidung, gusi, mudah memar dan
bercak keunguan di kulit
• Limpa, hati dan kelenjer getah bening penderita leukemia
memperlihatkan adanya infiltrasi, pembesaran, dan fibrosis.
• Nyeri pada tulang
Perdarahan gusi
Demam

Perdarahan hidung Pucat, lemah, nyeri pada tulang Perdarahan bawah kulit
Pemeriksaan diagnostik
• Hasil pemeriksaan darah tepi terlihat bentuk sel leukosit yang imatur
dan penurunan jumlah sel darah (eritrosit, trombosit).
• Diagnosa definitif didasarkan pada sitometri dari aspirasi atau biopsi
sel sum-sum tulang. Sitometri mengidentifikasi tipe spesifik dari sel
blas.
• Setelah diagnosa ditegakkan, dilakukan lumbal pungsi untuk
mengidentifikasi keterlibatan sistem saraf pusat. Keterlibatan sistem
saraf pusat pada anak biasanya bersifat tanpa gejala
penatalaksanaan
Pengobatan leukemia yang utama adalah dengan kemoterapi.
Kemoterapi terdiri dari 4 fase, yaitu
(1) fase induksi, dimana terjadinya pengurangan secara lengkap atau
pengurangan lebih dari 50% sel leukemia pada sum-sum tulang yang disebut
dengan remisi. Fase induksi berlansung 6 minggu;
(2) terapi profilaktik, dimana berfungsi untuk mencegah sel leukemia masuk
sistem saraf pusat;
(3) terapi intensifikasi/konsolidasi, dimana membasmi sisa sel leukemia, diikuti
dengan terapi intensifikasi lanjutan untuk mencegah resistensi sel leukemia;
dan
(4) terapi pemeliharaan, untuk mempertahankan agar gejala tidak muncul lagi
penatalaksanaan
• Pengobatan leukemia memerlukan waktu yang panjang untuk
mempertahankan kesembuhan. Hal ini ditujukan untuk membunuh
sel blas disamping mempertahankan respon imun penderita.
• Tahap ini disebut dengan tahap pengobatan rumatan atau lanjutan.
Pengobatan ini berlansung selama 2 – 3 tahun. Obat-obatan yang
dipakai biasanya antimetabolit, seperti merkaptopurin (6 MP) yang
diberikan tiap hari disertai metotreksat dosis mingguan. Prednisone
dan vinkristin juga sering diberikan karena membantu menurunkan
angka kekambuhan.
penatalaksanaan
• Transplantasi sel sistem hemopoitik yang telah digunakan, berhasil
mengobati anak dengan leukemia. Namun terapi ini tidak
direkomendasikan pada anak dengan leukemia selama awal remisi,
karena akan lebih baik menggunakan kemoterapi. Transplantasi akan
berhasil jika ada kecocokan dengan donor
penatalaksanaan
• Penanganan supportif tidak kalah pentingnya dari pengobatan
spesifik. Pengobatan ini dilakukan sebelum dan selama pemakaian
sitostatistika.
• Pada kunjungan awal penderita biasanya datang dengan anemia dan
demam. Tindakan pertama yang dilakukan adalah menaikkan kadar
hemoglobin melalui transfusi darah.
• Antibiotik spektrum luas dengan dosis tinggi dapat diberikan. Selama
perjalanan penyakit dibutuhkan tindakan-tindakan, seperti isolasi
protektif, transfusi eritrosit, trombosit, atau leukosit, serta pemberian
obat terhadap infeksi bakteri, jamur ataupun virus
komplikasi
• Infiltrasi sel leukemia ke sistem saraf pusat dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial.
• Sel leukemia juga dapat menyerang testis, ginjal, prostat, ovarium,
saluran cerna, dan paru
ASUHAN KEPERWATAN
PENGKAJIAN
• Riwayat kesehatan sekarang
Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan

• Keadaan umum lemah, pucat, kesadaran komposmentis atau


mengalami penurunan kesadaran, BB menurun

• Keluhan lain nafsu makan menurun, mual, muntah, diare


PENGKAJIAN
Tanda vital : suhu meningkat, jika Hb turun RR & nadi meningkat

Pemeriksaan head to toe :


• Kepala : konjungtiva anemis, perdarahanpada mulut & gusi, stomatitis,
alopesia
• Leher : pemesaran kelenjer getah bening di leher,
• Thorax : denyut jantung meningkat, gerakan pernafasan cepat
• Abdomen : pembesaran hepar/lien,mual, muntah, diare
• Ektremitas : akral dingin, kapilari refill lambat, kekuatan otot menurun,
nyeri pada ekstremitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Sekunder Inadekuat
(penurunan Hb).
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
kewaspadaan perdarahan
4. Nyeri Kronik berhubungan dengan Agen pencedera.
5. Intolenransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan.
6. Resiko Kurang Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Berlebihan
(muntah, perdarahan, diare), penurunan pemasukan cairan (mual,
anoreksia).
7. Perubahan nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
Anoreksia.
8. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Alopesia.
9. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Kelemahan.
2. INTERVENSI KEPERAWATAN
Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju Perawatan Demam
metabolism. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya, monitor
diharapkan termoregulasi normal dengan kriteria warna kulit dan suhu, berikan obat atau cairan IV
hasil: tidak ada peningkatan suhu tubuh, tidak ada (misalnya, antipiretik, agenantibakteri, dan agen anti
hipertermia, tidak ada sakit kepala, tidak ada sakit otot, menggil), tutup pasien dengan selimut atau pakaian
tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada dehidrasi. ringan, tergantung pada fase demam ( yaitu:
memberikan selimut hangat untuk fase dingin,
menyediakan pakaian atau linen tempat tidur untuk
demam, dorong konsumsi cairan, kompres hangat
pasien pada lipat paha dan aksila.

22
2. INTERVENSI KEPERAWATAN
Resiko perdarahan b.d kurangnya pengetahuan tentang Bleeding precautions
kewaspadaan perdarahan. Setelah dilakukan tindakan Monitor ketat tanda-tanda perdarahan, Catat nilai Hb dan
keperawatan diharapkan tidak terjadi perdarahan dengan HT sebelum dan sesudah terjadìnya perdarahan, Monitor
kriteria hasil: Tidak ada hematuria dan nilai lab (koagulasi) yang meliputi PT, PTT, trombosit,
hematemesis.Kehilangan darah yang terlihat, Tekanan darah Monitor TTV ortostatik, Pertahankan bed rest selama
dalam batas normal sistol dan diastole, Hemoglobin dan perdarahan aktif, Kolaborasi dalam pemberian produk
hematrokrit dalam batas normal, Plasma, PT, PTT dalam darah (platelet atau fresh frozen plasma)
batas normal

. Bleeding reduction
Identifikasi penyebab perdarahan, Monitor trend tekanan
darah dan parameter hemodinamik (CVP,pulmonary
capillary / artery wedge pressure, Monitor status cairan
yang meliputi intake dan output, Monitor penentu
pengiriman oksigen ke jaringan (PaO2, SaO2 dan level Hb
dan cardiac output), Pertahankan patensi IV line 23
2. INTERVENSI KEPERAWATAN
Bleeding reduction : gastrointestinal
Observasi adanya darah dalam sekresi cairan tubuh: emesis,
feces, urine, residu lambung, dan drainase luka, Monitor
complete blood count dan leukosit, Kolaborasi dalam
pemberian terapi : lactulose atau vasopressin, Lakukan
pemasangan NGT untuk memonitor sekresi dan perdarahan
lambung, Lakukan bilas lambung dengan NaCI dingin,
Dokumentasikan warna, jumlah dan karakteristik feses,
Hindari pH lambung yang ekstrem dengan kolaborasi
pemberian antacids atau histamine blocking agent, Kurangi
faktor stress, Hindari penggunaan anticoagulant, Monitor
status nutrisi pasien, Berikan cairan Intravena, Hindari
penggunaan aspirin dan ibuprofen

24
2. INTERVENSI KEPERAWATAN
Resiko infeksi b.d kurangnya pertahanan sekunder. Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu, denyut jantung,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak drainase, penampilan luka, sekresi penampilan urin, suhu
terjadi infeksi dengan kriteria hasil: resiko infeksi akan kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise), Kaji faktor yang
hilang, dan tidak ada tanda-tanda infeksi. Kriteria Hasil: a. dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, Ajarkan
Terbebas dari tanda dan gejala infeksi. b. Tanda vital dalam pasien dan keluarga mengenal tanda dan gejala infeksi serta
batas normal. . kapan harus melaporkan ke layanan kesehatan, Instruksikan
untuk menjaga personal hygiene, Berikan terapi antibiotic
bila diperlukan

25
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Manajemen Cairan
kehilangan cairan aktif. Setelah dilakukan tindakan
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat,
keperawatan diharapkan terjadi keseimbangan cairan
monitor status hidrasi (misalnya membrane mukosa
dengan kriteria hasil : tekanan darah tidak terganggu,
lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah),
hematokrit sedikit terganggu turgor kulit tidak
monitor vital sign, monitor masukan atau cairan dan
terganggu, membran mukosa lembab tidak terganngu,
hitung intake kalori harian, dorong pasien untuk
intake cairan tidak terganggu, output urin tidak
menambah asupan oral (misalnya, memberikan
terganggu, tidak ada haus, tidak ada peningkatan
sedotan, menawarkan cairan diantara waktu makan),
hematokrit, tidak ada nadi cepat dan lemah.
tawari makanan ringan (misalnya minuman ringan
dan buahan segar/ jus buah), kolaborasi pemberian
cairan IV, moniotor hasil laboratorium.

26
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Manajemen nutrisi
kebutuhan tubuh kurangnya asupan Kaji adanya alergi makanan, kolaborasi dengan ahli gizi untuk
makanan. Setelah dilakukan tindakan menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
keperawatan status nutrisi: asupan makanan pasien, berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi, tawarkan
dan cairan teratasi dengan kriteria hasil: makanan ringan yang padat gizi, anjurkan keluarga untuk
asupan makanan secara peroral sepenuhnya membawa makanan favorit pasien sementara berada di rumah
adekuat, asupan cairan secara peroral sakit.
sepenuhnya adekuat, asupan cairan
intravena sepenuhnya adekuat, asupan Monitor nutrisi
nutrisi parenteral sepenuhnya adekuat. Monitor adanya penurunan berat badan, monitor lingkungan
selama makan, monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi,
monitor adanya warna pucat, kemerahan dan jaringan
konjungtiva yang kering, monitor mual muntah, monitor kadar
albumin, total protein, Hb, Ht.

27
Ekstravasasi
• Gejala : pengerasan, rasa panas meningkat, luka nekrosis, ulkus
melebar. Kemungkinan kerusakan permanen, merusak syaraf &
pembuluh darah
• Penanganan ekstravasasi: Stop infus kanul jangan dicabut, segera beri
tahu dr primer, aspirasi darah dari kanul, aspirasi jaringan sub kutan,
beri antidote sub kutan searah jarum jam, hindari perabaan pada area
ekstravasasi, berikan kompres hangat ( Vincristin ), kompres dingin
untuk kemoterapi lain, istirahatkan ekstremitas & tinggikan selama 48
jam, observasi nyeri, bengkak, merah, pengerasan atau nekrosis,
berikan obat anti nyeri, lakukan dokumentasi.

Anda mungkin juga menyukai