Anda di halaman 1dari 7

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

MELALUI TUGAS KERJA KELOMPOK

Oleh:
Dra. Neneng Kusmijati
Guru SMP Negeri 2 Purwokerto

I. PENDAHULUAN belajar mereka, sehingga kesulitan


Banyak permasalahan yang belajar yang mungkin timbul akan lebih
dihadapi para pendidik dalam usaha mudah terselesaikan dari pada jika siswa
untuk meningkatkan prestasi belajar belajar sendiri.
siswa, baik timbulnya dari siswa Berdasarkan pengamatan selama
maupun dari guru sendiri. Permasalahan penyusun menjadi guru, jarang siswa
yang timbul dari siswa antara lain: melakukan kerja kelompok.
Permasalahan tersebut kemungkinan
kesulitan siswa untuk memahami materi
pelajaran dalam buku paket, kurangnya disebabkan karena, antara lain: siswa
memiliki sifat individual, guru jarang
perhatian siswa pada materi pelajaran,
dan banyak siswa yang kurang memberi tugas kelompok, siswa banyak
melakukan beban kerja di rumah, dan
mengetahui cara belajar yang baik.
Sedangkan persoalan yang timbul dari siswa belum mengerti arti pentingnya
kerja kelompok. Permasalahan tersebut
pihak guru diantaranya adalah pemilihan
dan penggunaan metode mengajar yang dimungkinkan menjadi penyebab
rendahnya prestasi belajar
kurang tepat, hal ini akan mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Penyusun berasumsi bahwa
Kerja kelompok merupakan cara rendahnya prestasi belajar siswa
pemecahan masalah sebagai akibat diantaranya disebabkan berasal dari
siswa kurang dapat belajar dengan baik guru, yaitu guru jarang memberi tugas
dan efisien. Kerja kelompok akan kerja kelompok. Untuk membuktikan
menimbulkan proses berfikir saling asumsi tersebut penting disusun makalah
dengan judul: “Upaya Peningkatan
mengisi. Mereka akan saling
mendorong kegairahan dan Prestasi Belajar Siswa Melalui Tugas
Kerja Kelompok”.
mempertahankan pendapatnya, sehingga
akan timbul berbagai alternatif Kerja kelompok dipilih sebagai
alternatif pemecahan masalah, dengan
pemecahan masalah yang mendekati
kebenaran. Siswa akan terlatih alasan tugas kerja kelompok mempunyai
kelebihan dapat meberikan kesempatan
melakukan pemecahan masalah dan
berlatih bertanggung jawab terhadap kepada para siswa untuk: (1)
menggunakan ketrampilan bertanya dan
pendapat yang dikemukakan, serta
menghargai pendapat yang membahas sesuatu masalah, (2) lebih
dikemukakan rekannya. Faktor kerja intensif mengadakan penyelidikan
sama juga akan menjadi kebiasaan mengenai sesuatu kasus atau masalah,
(3) mengembangkan bakat

1
2

kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan yang dikembangkan oleh


ketrampilan berdiskusi, (4) mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan
memungkinkan guru untuk lebih dengan nilai tes atau angka nilai yang
memperhatikan siswa sebagai individu diberikan oleh guru.
serta kebutuhan belajarnya, (5) lebih Hasil evaluasi belajar atau prestasi
aktif tergabung dalam pelajaran mereka, belajar dapat digunakan sebagai balikan
dan mereka lebih aktif berpartisipasi atau feedback yang dipakai untuk
dalam diskusi, dan (6) mengembangkan memperbaiki dan merevisi bahan atau
rasa menghargai dan menghormati metode pengajaran (Nasution, 1998:78;
pribadi temannya, serta menghargai Dimyati dan Mudjiono, 1999:193).
pendapat orang lain. Nasution (1996: 168-169) menyebutkan
penilaian berguna untuk: (1) mengetahui
II. PEMBAHASAN MASALAH keberhasilan anak dalam mencapai
Winkel (1996:162) mengatakan tujuan, (2) menunjukkan kekurangan
bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan dan kelemahan anak, (3) menunjukkan
usaha yang dicapai serta kemajuan, kelemahan metode mengajar, dan (4)
keterampilan dan sikap seseorang dalam memberi dorongan kepada siswa untuk
menyelesaikan tugas. Chasiyah (1998 : belajar dengan giat.
35) menyatakan bahwa prestasi adalah Kerja kelompok atau bekerja
hasil yang diperoleh setelah mengikuti dalam situasi kelompok menurut Nana
pendidikan atau latihan tertentu yang Sudjana (2000:82) mengandung
hasilnya bisa ditentukan dengan pengertian bahwa siswa dalam satu
memberikan tes pada akhir pendidikan. kelas dipandang sebagai satu kesatuan
Berdasarkan dua pendapat tersebut (kelompok) tersendiri ataupun dibagi
dapat disimpulkan bahwa prestasi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub
merupakan hasil yang telah dicapai kelompok). Ulihbukit Karo-karo
seorang individu secara nyata melalui (1995:56) menyatakan "kerja kelompok
kegiatan belajar yang proses adalah suatu cara penyajian bahan
pengukurannya menggunakan tes. pelajaran dengan menyuruh pelajar
Machmud Dimyati (1995:36) (setelah dikelompokkan) mengerjakan
menyatakan bahwa belajar adalah tugas tertentu untuk mencapai tujuan
perubahan tingkah laku, baik yang dapat pengajaran". Suharyono (1994:107)
diamati secara langsung maupun tidak menerangkan kelompok adalah
langsung dan terjadi dalam diri kumpulan dua orang atau lebih untuk
seseorang karena pengalaman. suatu kerja atau suatu tujuan. Kelompok
Roestiyah (1996:148) menyatakan belajar adalah kelompok siswa yang
bahwa belajar merupakan proses mengerjakan pelajaran secara bersama
aktivitas yang dapat membawa dalam rangka mencapai tujuan
perubahan pada individu. pengajaran. Djauzak Ahmad (1995:33);
Poerwodarminto (1999:700), menjelaskan kerja kelompok adalah
menjelaskan prestasi belajar adalah metode mengajar untuk membawa
penguasaan pengetahuan atau siswa-siswa sebagai kelompok dan
3

secara bersama-sama beruasaha untuk kelompok. Oleh karena itu maka


memecahkan suatu masalah atau iklim kehidupan kelompok sangat
melakukan suatu tugas. Roestiyah dipengaruhi oleh perbedaan sifat dan
(1996:15) menjelaskan kerja kelompok kesanggupan kerja sama dari setiap
adalah suatu cara mengajar, dimana anggota dan pimpinan kelompok.
siswa di dalam kelas dipandang sebagai Heterogenitas kondisi kelompok ini
suatu kelompok atau dibagi menjadi perlu mendapatkan perhatian agar
beberapa kelompok. Setiap kelompok tidak mengganggu kelancaran kerja.
terdiri dari 5 (lima) atau 7 (tujuh) siswa, Dalam hal ini peranan pimpinan
mereka bekerja bersama dalam kelompok sangat penting dan
memecahkan masalah, atau menentukan.
melaksanakan tugas tertentu, dan Langkah yang perlu ditempuh oleh
berusaha mencapai tujuan pengajaran pimpinan kelompok antara lain :
yang telah ditentukan pula oleh guru. 1) Penetapan dan kejelasan tujuan
Dari pendapat kelima pakar sesuai dengan kebutuhan anggota.
tersebut di atas, maka dapat dirangkum 2) Kembangkan kepemimpinan yang
bahwa kerja kelompok adalah proses demokratis serta ciptakan suasana
aktivitas yang dapat membawa kekeluargaan, saling percaya,
perubahan pada individu yang saling menghargai dan tenggang
dilaksanakan dua orang atau lebih yang rasa.
masing-masing individu mempunyai 3) Kembangkan terjadinya
status dan peranan yang sama. Antara komunikasi timbal balik.
siswa satu dengan siswa yang lain saling 4) Pengambilan keputusan atas dasar
mempengaruhi. prinsip musyawarah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Roestiyah (1996:17), menyebutkan
kerja kelompok menurut Suharyono kelebihan kerja kelompok, sebagai
(1994:111), sebagai berikut: berikut:
1. Tujuan kerja kelompok. a. Dapat meberikan kesempatan
Kejelasan dan kemantapan kepada para siswa untuk
tujuan kerja kelompok akan sangat menggunakan ketrampilan bertanya
mempengaruhi kehidupan kelompok. dan membahas sesuatu masalah.
Makin jelas dan mantap tujuan kerja b. Dapat memberikan kesempatan pada
kelompok akan makin kuat ikatan para siswa untuk lebih intensif
perasaan kelompok dan akan makin mengadakan penyelidikan mengenai
mendorong semangat kerja sesuatu kasus atau masalah.
anggotanya. c. Dapat mengembangkan bakat
2. Sifat-sifat anggota pimpinan kepemimpinan dan mengajarkan
kelompok. ketrampilan berdiskusi.
Manusia merupakan faktor d. Dapat memungkinkan guru untuk
yang sangat penting di dalam lebih memprhatikan siswa sebagai
kelompok, karena justru manusialah individu serta kebutuhannya belajar.
yang menjadi subyek dan pelaku
4

e. Para siswa lebih aktif tergabung pelajaran dengan alokasi waktu tiga jam
dalam pelajaran mereka , dan per hari selama lima hari akan lebih baik
mereka lebih aktif berpartisipasi dan efektif daripada mempelajari materi
dalam diskusi. tersebut dengan alokasi waktu lima jam
f. Dapat memberikan kesempatan sehari tetapi hanya selama tiga hari
kepada para siswa untuk (Muhibbin Syah, 1997:127).
mengembangkan rasa menghargai Kerja kelompok dipilih sebagai
dan menghormati pribadi temannya, alternatif pemecahan masalah dalam
menghargai pendapat orang lain; hal upaya peningkatan prestasi belajar
mana telah saling membantu siswa, dengan alasan belajar akan lebih
keompok dalam usahanya mencapai bermakna jika anak mengalami apa yang
tujuan bersama. dipelajarinya bukan mengetahuinya.
Tetapi disamping memiliki Pembelajaran yang berorientasi target
kelebihan, kerja kelompok juga penguasaan materi terbukti berhasil
memiliki kelemahannya, sebagai dalam kompetensi ‘mengingat’ jangka
berikut: pendek, tetapi gagal dalam membekali
a. Kerja kelompok sering-sering hanya anak memecahkan persoalan dalam
melibatkan kepada siswa yang kehidupan jangka panjang. Dalam kerja
mampu sebab mereka cakp kelompok, tugas guru adalah membantu
memimpin dan mengarahkan mereka siswa mencapai tujuannya. Maksudnya,
yang kurang . guru lebih banyak berurusan dengan
b. Strategi ini kadang-kadang menuntut strategi daripada memberi informasi.
pengaturan tempat duduk yang Tugas guru mengelola kelas sebagai
berbeda-beda dan gaya mengajar sebuah tim yang bekerja bersama untuk
yang berbeda pula. menemukan sesuatu yang baru bagi
c. Keberhasilan strategi kerja anggota kelas (siswa).
kelompok ini tergantung kepada Prestasi belajar siswa akan
kemampuan siswa memimpin tercapai sesuai dengan yang diharapkan
kelompok atau untuk bekerja sendiri. dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
(Roestiyah , 1996:17): saling mendukung dalam rangka
Landasan teori yang digunakan mencapai tujuan. Salah satu faktor yang
dalam pemberian tugas kerja kelompok memiliki peran dalam rangka mencapai
adalah Hukum Jost (Jost's Law), yaitu tujuan adalah ketepatan dalam
siswa yang lebih sering mempraktikkan mengorganisir peserta didik atau siswa.
materi pelajaran akan lebih mudah Kerja kelompok memungkinkan siswa
memanggil kembali memori lama yang memperoleh pengetahuan dan
berhubungan dengan materi yang sedang pengertian yang berguna sebagai dasar
ditekuni. Berdasarkan Hukum Jost, belajar selanjutnya tanpa meninggalkan
belajar dengan kiat 5 x 3 adalah lebih prinsip yang berorientasi pada “Cara
baik daripada 3 x 5 walaupun hasil Belajar Siswa Aktif” (CBSA). Kerja
perkalian kedua kiat tersebut sama. kelompok yang dipergunakan dalam
Maksudnya, mempelajari materi pengajaran merupakan suatu strategi
5

yang memilih penyajian bahan pelajaran ditentukan bila ternyata, bahwa


yang harus dikerjakan oleh siswa secara siswa-siswa masih sibuk semuanya.
bersama-sama. e. Menentukan organisasi kelompok.
1. Persiapan penggunaan tugas kerja Organisasi kelompok sederhana saja,
kelompok: cukup dengan seorang ketua dan
Ulihbukit Karo-Karo (1995: 61) seorang penulis/pelapor. Untuk
menjelaskan dalam menggunakan kerja menghemat waktu, guru dapat
kelompok kecil, harus dilakukan menentukannya lebih dahulu atau
persiapan-persiapan sebagai berikut: membiarkan siswa memilih ketuanya
a. Menentukan masalah-masalah apa sendiri.
yang akan didiskusikan atau tugas f. Meminta laporan kelompok. Pelapor
dikerjakan itu harus dirumuskan harus mencatat dan melaporkan
dengan jelas dan dipahami dengan secara singkat hasil pembicaraan atau
baik oleh setiap siswa. pekerjaan kelompaok. Ia harus
b. Memilih saat yang tepat, misalnya mampu menangkap segala pokok
ketika sedang dibicarakan sesuatu pembicaraan dan merangkumkannya
masalah yang hangat dan tiap siswa dalam bentuk laporan.
ingin mengeluarkan pendapatnya. 2. Cara Pembentukan Kelompok
c. Menentukan peserta-peserta dalam Beberapa cara pembentukan
tiap kelompok. Cara ini harus efisien kelompok menurut Ulihbukit Karo-Karo
dan tidak boleh banyak memakan (1995:61), Suharyono (1994: 113-114),
waktu. Biasanya suatu kelompok dan Nana Sudjana (2000:82-83):
kecil terdiri dari lima orang, akan a. Pembentukan kelompok menurut
tetapi dapat juga tiga sampai enam tempat duduk. Siswa-siswa sebaris,
orang. Bila kelompok itu terlampau apakah ke samping, atau ke belakang
kecil sumber buah pikiran baru dijadikan suatu kelompok, dengan
terlampau terbatas. Bila kelompok jumlah lima orang bagi setiap
terlampau besar, maka ada bahayanya kelompok.
misalnya sejumlah siswa berdiam diri b. Pengelompokkan lebih dahulu
dan tidak turut mengeluarkan ditentukan. Ini dapat dilakukan
pendapatnya. berdasarkan:
d. Menentukan lamanya kelompok itu 1) Nama-nama menurut abjad;
bekerja dan berdiskusi. Waktunya 2) Hasil sosiometry yang
harus singkat dan masing-masing memperlihatkan hubungan
didesak untuk berfikir dan bekerja psikologis antar individu,
cepat, bicara singkat dan berpegang misalnya: pengelompokkan atas
erat dengan pokok persoalan. Bila dasar keakraban berteman. Siswa
waktu terlampau banyak, besar diminta untuk menuliskan tiga
kemungkinan pembicaraan panjang temannya yang akan diundangnya
lebar dan menyimpang dari inti seandainya ia ulang tahun;
persoalan. Tentu tak ada salahnya 3) Bakat dan minat siswa;
guru memperpanjang waktu yang
6

4) Pengetahuan dan pengalaman yang baru dapat diselesaikan dalam


dimiliki siswa-siswa yang ada beberapa minggu. Bila dalam waktu
hubungannya dengan masalah jangka pendek semua kelompok
yang dibicarakan disebarkan ke diberi tugas yang sama, maka pada
dalam tiap kelompok. kelompok jangka panjang, setiap
c. Pengelompokkan menurut bilangan. kelompok mendapat tugas yang
Guru dapat menghitung siswa dari berbeda yakni salah satu bagian atau
satu sampai tujuh (bila ada 35 siswa) aspek dari suatu masalah penting
atau delapan (bila ada 40 siswa) yang luas yang dihadapi oleh kelas
sampai setiap siswa mendapat nomor sebagai keseluruhan.
tertentu. Kemudian guru menentukan
bahwa tiap nomor satu membentuk III. SIMPULAN DAN SARAN
satu kelompok, demikian pula semua Simpulan
nomor dua, nomor tiga dan
seterusnya sehingga terbentuk 7 - 8 Berdasarkan pembahasan masalah
kelompok menurut besar kelas. tersebut di atas maka dapat disimpulkan
d. Pembentukan kelompok berdasarkan bahwa peningkatan prestasi belajar
kartu nomor. Ini suatu variasi dari siswa dapat dilakukan melalui tugas
cara ketiga di atas. Guru membuat kerja kelompok.
kartu-kartu dan tiap kartu ditulisnya Saran-saran
nomor 1 sampai 7 atau 8 (bergantung
pada jumlah siswa). Kartu ini dapat Berdasarkan simpulan di atas,
dikocok dan kepada setiap siswa penyusun ingin menyampaikan beberapa
diberikan satu nomor. Sesudah itu saran yang berkaitan dengan upaya
guru mengatakan, bahwa tiap nomor peningkatan prestasi belajar siswa.
satu membentuk kelompok, demikian Adapun upaya yang perlu dilaksanakan
pula nomor dua, nomor tiga, dan antara lain sebagai berikut:
seterusnya. Melalui cara ini 1. Guru dalam mengajar untuk tetap
kelompok itu setiap kali dapat menggunakan secara bervariasi
berganti, sehingga siswa-siswa metode kerja kelompok dengan
belajar bekerja sama dengan siswa metode-metode mengajar lainnya.
yang berlainan pada setiap kerja 2. Kejelasan dan kemantapan tujuan
kelompok. Siswa-siswa hendaknya kerja kelompok perlu disampaikan
dibiasakan cepat membentuk terlebih dahulu kepada peserta didik.
kelompok kecil dan setelah selesai 3. Masalah-masalah yang akan
diskusi segera pula kembali kepada ditugaskan untuk dikerjakan itu harus
situasi kelas biasa tanpa kegaduhan dirumuskan dengan jelas dan
dan membuang waktu. dipahami dengan baik oleh setiap
e. Ada kalanya kelas harus diorganisasi siswa.
dalam bentuk kelompok-kelompok 4. Memilih saat yang tepat, misalnya
yang bekerja sama dalam jangka ketika sedang dibicarakan sesuatu
panjang. Misalnya, suatu kelompok masalah yang hangat dan tiap siswa
ingin mengeluarkan pendapatnya.
7

DAFTAR PUSTAKA
Roestiyah. 1996. Didaktik Metodik.
Ahmad, Djauzak. 1995. Jakarta: Bumi Aksara.
Didaktik/Metodik Umum. Jakarta:
Depdikbud Soedjana, Nana 2000. Dasar-Dasar
Proses Belajar Mengajar.
Chasiyah. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Surakarta: UNS Press.
Suharyono. 1994. Strategi Belajar
Dimyati, Machmud. 1995. Psikologi Mengajar. Semarang: IKIP
Pendidikan. Yogyakarta: BPFE Semarang Press.

Karo-Karo, Ulihbukit, 1995. Metodologi Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi


Pengajaran. Salatiga : Penerbit Pendidikan Suatu Pendekatan
CV Saudara Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nasution. 1996. Sosiologi Pendidikan.
Bandung: Jemmars. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran.
Jakarta: Gramedia Widia Sarana
Poerwodarminto W.J.S. 1999. Kamus Indonesia.
Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai