Anda di halaman 1dari 37

MODUL MATA PELATIHAN INTI 7

KOMUNIKASI EFEKTIF

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN
PUSAT PELATIHAN SDM KESEHATAN
JAKARTA
2021
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

1 DESKRIPSI SINGKAT
Komunikasi yang efektif dalam pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
berperan sangat penting, untuk suksesnya program kesehatan masyarakat di
Puskesmas. Komunikasi dapat dilakukan secara efektif apabila komunikator
memiliki kemampuan menulis, mampu menggunakan komputer, mengajar,
presentasi, mendengar aktif, konseling, memfasilitasi kelompok, wawancara,
asertif, dan pengendalian diri.

Komunikasi efektif memliki tujuan bagaimana dampak dari komunikasi yang


dilakukan dapat mempengruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain, baik
secara verbal maupun non verbal. Proses tersebut ditandai dengan gelaja atau
fenomena yang menunjukkan suatu perubahan yang terus menerus dalam
konteks waktu, setiap pelaksanaan atau kegiatan.

Mata pelatihan ini membahas tentang proses komunikasi, komunikasi efektif, dan
komunikasi efektif dalam peran sebagai koordinator Perkesmas di Puskesmas,
dengan alokasi waktu 6 jam pembelajaran (jp), 2 jp teori, dan 4 jp penugasan.

1
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

2 TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan komunikasi
efektif

B. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta dapat:
1. Menjelaskan proses komunikasi
2. Melakukan komunikasi efektif
3. Menerapkan komunikasi efektif dalam peran sebagai koordinator
Perkesmas di Puskesmas

2
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

3 MATERI POKOK dan


SUB MATERI POKOK

Materi pokok dan sub materi pokok pada mata pelatihan ini meliputi:
1. Proses komunikasi
a. Proses komunikasi
b. Jenis komunikasi
c. Faktor yang mempengaruhi komunikasi
2. Komunikasi efektif
a. Pengertian komunikasi efektif
b. Prinsip-prinsip komunikasi efektif
c. Teknik komunikasi efektif
3. Komunikasi efektif dalam peran sebagai koordinator Perkesmas
a. Peran dan tugas koordinator Perkesmas
b. Teknik komunikasi yang dapat mempengaruhi dan meyakinkan orang lain

3
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

4 METODE
Mata pelatihan komunikasi efektif mengguankan metode:
1. Ceramah interaktif
2. Bermain peran (role play)

4
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

5 MEDIA DAN ALAT BANTU


Media dan alat bantu yang digunakan pada mata pelatihan komunikasi efektif
meliputi:
1. Bahan tayang
2. Modul
3. Video tentang komunikasi efektif
4. Komputer/ laptop
5. LCD
6. Panduan bermain peran
7. Skenario bermain peran

5
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

6 LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN

Sesi 1: Pengkondisian Peserta


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja, materi yang akan
disampaikan.
• Fasilitator melakukan bina suasana dengan memberikan game singkat, agar
peserta fokus dan antusias dalam mengikuti materi.
• Melakukan apersepsi terhadap pemahaman peserta tentang komunikasi
efektif.
• Sampaikan tujuan pembelajaran mata pelatihan ini dan materi pokok yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.

Sesi 2: Penyampaian Materi Proses Komunikasi.


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator menggali pengalaman peserta terhadap penerapan komunikasi yang
telah dilakukan selama bertugas.
• Fasilitator menyampaikan sub materi pokok tentang proses komunikasi dengan
metode ceramah interaktif menggunakan bahan tayang.
• Fasilitator memberi kesempatan bertanya kepada peserta terhadap hal-hal
yang belum dipahami.
• Fasilitator melanjutkan memberikan penjelasan sub materi pokok tentang jenis
komunikasi dan faktor yang mempengaruhi dalam komunikasi.
• Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan.
• Memberikan kesempatan kepada peserta lain untuk menjawab pertanyaan.
• Memberikan penguatan terhadap jawaban yang telah diberikan oleh peserta.

6
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Sesi 3: Penyampaian Materi Komunikasi Efektif


Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator mengajukan pertanyaan kepada peserta tentang pengertian
komunikasi efektif, sesuai yang diketahui oleh peserta.
• Fasilitator memberikan apresiasi terhadap jawaban yang telah diberikan oleh
peserta.
• Fasilitator menjelaskan tentang pengertian komunikasi efektif, prinsip-prinsip
komunikasi efektif, dan teknik komunikasi efektif.
• Fasilitator memberikan cara berkomunikasi efektif.
• Memberikan kesempatan kepada peserta untuk saling berkomunikasi efektif
kepada sesama peserta, berpasang-pasangan, selama 5 menit.
• Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
• Memberikan kesempatan kepada peserta lain untuk menjawab pertanyaan
• Memberikan penguatan dan klarifikasi terhadap jawaban peserta.

Sesi 4: Penyampaian Materi Komunikasi Efektif dalam Peran sebagai


Koordinator Perkesmas
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator menjelaskan sub materi pokok tentang peran dan tugas koordinator
Perkesmas.
• Memutarkan film pendek (video) tentang komunikasi efektif yang dapat
mempengaruhi orang lain
• Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan memberikan
tanggapan terhadap materi yang telah disampaikan.
• Memberikan kesempatan kepada peserta lain untuk menjawab pertanyaan
dari peserta dan memberi tanggapan.
• Fasilitator memberikan penguatan dan klarifikasi terhadap jawaban peserta

Sesi 5: Bermain peran (role play) komunikasi efektif dalam peran sebagai
koordinator Perkesmas
• Peserta dibagi menjadi 5 kelompok, untuk melakukan penugasan bermain
peran (role play) teknik komunikasi efektif dalam peran sebagai koordinator
Perkesmas.

7
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

• Fasilitator menjelaskan panduan bermain peran dan memberikan skenario


kasus
• Setiap kelompok berdiskusi dan mempersiapkan bermain peran dalam
kelompok masing-masing selama 15 menit.
• Seluruh peserta melakukan role play dengan lama waktu maksimum 15 menit.
• Peserta lain diminta untuk menyimak, menanggapi, dan memberi masukan.
• Fasilitator memberikan apresiasi dan feedback terhadap hasil bermain peran
(role play).

Sesi 6: Pengakhiran
Langkah proses pembelajaran sebagai berikut:
• Fasilitator melakukan evaluasi dengan cara memberikan pertanyaan kepada
peserta.
• Memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan jawaban.
• Merangkum pembelajaran bersama-sama peserta.
• Memberikan apresiasi kepada peserta yang telah aktif mengikuti proses
pembelajaran.
• Menutup proses pembelajaran dengan mengucapakan permohonan maaf dan
terimakasih.

8
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

7 URAIAN MATERI

Materi Pokok 1: Proses Komunikasi

Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan pertukaran ide, pikiran, dan


perasaan atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti, saling
percaya. Komunikasi besar sekali perannya dalam mewujudkan hubungan yang
baik antara seseorang dengan orang lain.

A. Proses komunikasi
Proses komunikasi merupakan interaksi antara dua orang atau lebih, untuk
menyampaikan suatu pesan dengan atau tanpa menggunakan media. Proses
komunikasi dua arah merupakan komunikasi proses yang dinamis,
komunikator menyampaikan pesan, komunikan menerima pesan dan
memberikan respon Kembali kepada kumunikator. Proses komunikasi dalam
lima fase:
a. Menentukan gagasan/ide yang akan disampaikan
b. Bagaimana ide tersebut dapat menjadi sebuah pesan
c. Mentukan bagaiman cara mengirim pesan tersebut agar dapat diterima
oleh penerima pesan
d. Menentukan siapa yang akan menerima pesan
e. Menerima reaksi dan feedback terhadap pesan yang disampaikan.

Komunikasi merupakan suatu proses yang terdiri dari empat tahapan meliputi:
1. Penyampaian (sending)
Pada tahap ini organ tubuh yang berperan adalah mulut atau sistem wicara.
Faktor yang dapat mempengaruhi pada tahap ini adalah organ wicara atau
organ yang dapat mempengaruhi artikulasi seperti kelumpuhan otot
fasilalis/wajah, bibir sumbing, dan kelainan pita suara, hal ini dapat
mempengaruhi kata-kata yang diucapkan menjadi tidak jelas. Faktor
lainnya yang dapat mempengaruhi adalah lingkungan, kebisingan atau

9
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

kegaduhan, suhu ruangan yang terlalu panas atau terlalu dingin, serta
gerakan-gerakan yang mendadak, juga dapat mempengaruhi proses
penyampaian pesan.

2. Penangkapan (receiving)
Pada tahap ini organ anatomi yang berperan adalah mata dan telinga. Raut
mata, bahasa tubuh (body image) ditangkap oleh mata. Sedangkan telinga
menangkap bunyi suara, baik kata-kata, intonasi, maupun bunyi lainnya
(verbal). Kedua panca indra tersebut dapat saling menguatkan, mata
melihat bahasa non verbal, dan telinga mengkap bahasa verbal.

3. Pengertian (understand)
Organ anatomi yang berperan pada tahap pengertian (understand) adalah
otak. Seseorang dapat menerima dan mengartikan pesan yang diterima
sesuai dengan kemampuan otaknya. Faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi pengertian pesan yang diterima adalah faktor mental
(psikologis), serta perilaku. Perilaku acuh tak acuh atau tidak tertarik saat
diajak bicara, adanya prasangka buruk terhadap lawan bicara, serta kata-
kata yang emosional, dapat mempengaruhi proses pengartian dari suatu
pesan.

4. Penerimaan (accepting)
Pada tahap ini dapat dipengaruhi oleh perasaan atau intuisi. Setelah pesan
dimengerti dan dipahami tahap akhir adalah apakah pesan tersebut dapat
diterima atau tidak, disetujui atau tidak, atau menganggap pesan tersebut
penting atau tidak, atau bahkan masa bodoh. Pada tahap penerimaan,
intuisi individu akan mementukan bagaimana respon selanjutnya terhadap
pesan yang diterima, dan sebagai dasar untuk kelanjutan proses
komunikasi.

10
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

B. Jenis komunikasi
Komunikasi bertujuan untuk interaksi antar manusia baik dengan dirinya
sendiri (intrapersonal), individu (interpersonal), kelompok maupun
masyarakat (massa). Jenis komunikasi ada dua yaitu komunikasi verbal dan
komunikasi non verbal.

1. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dilakukan melalui ucapan lisan,
termasuk penggunaan tulisan. Pengiriman informasi atau pesan dalam
komunikasi meggunakan simbol-simbol. Simbol yang dominan digunakan
adalah kata-kata.

Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi verbal sangat bervariasi


sesuai kebudayaan, sosial, ekonomi, latar belakang, umur, dan
pendidikan. Variasi, intonasi, dan volume dapat mempengaruhi dalam
komunikasi verbal. Dengan kata-kata seseorang dapat menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaannya kepada orang lain. Komunikasi verbal dapat
dilakukan secara langsung, melalui telepon ataupun media-media lain.

Dalam komunikasi verbal, informasi disampaikan bersifat faktual, akurat,


dan efisien. Ketika memilih kata-kata dalam berbicara atau melalui tulisan,
penyampaian pesan harus mempertimbangkan beberapa kriteria
komunikasi yang efektif, meliputi:
a. Sederhana
b. Jelas
c. Tepat waktu
d. Dapat diterima
e. Berarti

2. Komunikasi non verbal


Komunikasi non verbal disampaikan dengan simbol-simbol yang dilakukan
baik secara sadar maupun tidak sadar:

11
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

a. Ekspresi wajah, gerak, dan sikap


Ekspresi wajah sangat mendukung situasi psikologis individu yang
melakukan komunikasi, apakah dalam kondisi marah, senang, sedih,
kecewa, peduli atau perhatian.
b. Tekanan suara, irama dan getaran
Seseorang yang berbicara dengan irama yang merdu, enak didengar,
akan membuat lawan bicaranya merasa nyaman untuk terus
mendengarkan. Irama suara yang meledak-ledak atau cempreng
sangat tidak enak didengar, maka lawan bicaranya akan berusaha
untuk segera mengakhiri komunikasinya. Atau bila suaranya terlalu
halus dan sangat pelan, menyebabkan pesan tidak akan bisa diterima
dengan baik bahkan bisa menyebabkan kesalahan.
c. Rabaan dan sentuhan (touch)
Memberikan sentuhan merupakan komunikasi non verbal. Media
sentuhan sifatnya sangat pribadi, dan pemahaman antara satu orang
dengan orang lain bisa berbeda. Oleh karena itu penggunaan media
sentuhan harus memperhatikan lokasi sentuhan, persepsi keluarga,
nilai-nilai dan social budaya yang dianut. Faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam melalukan sentuhan adalah jenis kelamin dan
usia.

Menurut hasil riset Mechribian and Ferris, dalam komunikasi keberhasilan


penyampaian informasi:
a. 55% ditentukan oleh bahasa tubuh: postur, isyarat, kontak mata
b. 38% ditentukan oleh nada suara: cara bertutur, dialeg, intonasi
c. 7% ditentukan oleh kata-kata

C. Faktor yang mempengaruhi komunikasi


Beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi antara lain; perkembangan,
persepsi, nilai, sosial budaya, emosi, pengetahuan, peran dalam komunikasi
dan tatanan interaksi yang terjadi antara komunikator dan penerima pesan
(komunikan).

12
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Komunikator yang baik akan dapat menyadari terjadinya hambatan-hambatan


saat proses komunikasi dan dapat mencoba untuk mengurangi dampaknya.
Dengan cara terus menerus mencari tahu pemahaman dengan menawarkan
umpan balik yang sesuai. Hambatan tersebut meliputi:
1. Perkembangan
Tingkat perkembangan (anak – dewasa – orang tua) akan mempengaruhi
dalam melakukan komunikasi. Masing-masing tingkat perkembangan
tersebut memiliki karakter dan ciri yang berbeda.
Tingkat perkembangan anak, memiliki ciri cenderung cengeng (mudah
menangis), sulit diberi pengarahan, jika meminta harus sekarang (saat ini),
dan sebagainya. Tingkat perkembangan pada dewasa ditandai dengan
lebih bijaksana jika mengalami suatu masalah, dilakukan analisis dulu
masalahnya apa, siapa yang terlibat, alternatif solusinya apa,
pertimbangan untung rugi jika memilih salah satu alternatif, sehingga
orang dewasa bisa dikatakan lebih matang, selalu dipikirkan sebelum
bertindak.
Tingkat perkembangan orang tua, merasa lebih berpengalaman, merasa
lebih tau tentang permasalahan hidup, merasa hanya dirinya yang benar.
Orang tua lebih skeptif, hanya percaya pada pendapatnya sendiri.
Ciri dan karakter tiap perkembangan harus diketahui dengan baik. Hal ini
diperlukan untuk mempertimbangkan dalam menentukan sikap, cara dan
teknik dalam berkomunikasi.

2. Persepsi
Persepsi dapat mempengaruhi keberhasilan dalam komunikasi. Jika terjadi
perbedaan persepsi dan sudut pandang, dapat menimbulkan perbedaan
pandangan sehingga tujuan tidak dapat tercapai. Contoh beberapa
gambar yang dapat dipersepsikan berbeda, sebagai berikut di bawah ini:

13
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Gambar 1. Gambar yang dapat dipersepsikan berbeda

Sama halnya dengan beberapa contoh gambar di atas, dalam


membangun komunikasi yang efektif harus ada proses penyamaan
persepsi terlebih dahulu, selanjutnya kedua belah pihak dapat
mengembangkan substansi komunikasi sesuai tujuan yang diharapkan.

3. Nilai dan sosial budaya


Nilai dan sosial budaya menjadi tolak ukur dalam berkomunikasi (pantas
atau tidak pantas) agar komunikasi terjalin dengan baik. Sebelum
berkomunikasi lebih baik mengetahui bagaimana latar belakang
budaya/adat yang dianut.

14
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

4. Emosi
Emosi adalah reaksi seseorang dalam menghadapi suatu kejadian
tertentu. Emosi dapat mempengaruhi proses komunikasi, bahkan emosi
dapat menghambat dalam komunikasi.

5. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan menjadi faktor utama dalam komunikasi.
Komunikasi dapat terjadi dengan mudah apabila memiliki pengetahuan
yang luas. Komunikator yang memiliki pengetahuan luas, akan lebih
mudah memilih kata-kata (diksi) dalam menyampaikan informasi. Bagi
komunikan yang memiliki pengetahuan luas, akan dapat merespon atau
menginterpretasikan informasi yang disampaikan oleh komunikan dengan
baik.
Contohnya saat berkomunikasi dengan masyarakat awam, hindari
penggunaan jargon, singkatan, atau istilah-istilah medis yang tidak
dipahami oleh masyarakat. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh
masyarakat sesuai dengan tingkat pengetahuannya, agar pesan
tersampaikan dengan baik sesuai tujuan.

6. Peran dan hubungan


Peran dan hubungan memiliki pengaruh dari proses komunikasi tergantung
dari materi atau permasalahan yang ingin dibicarakan termasuk cara
menyampaikan informasi atau teknik komunikasi yang digunakan.
Komunikator yang belum menjalin hubungan dekat dengan komunikan,
akan terjadi komunikasi secara formal. Jika antara komunikator dan
komunikan telah terjalin hubungan dekat, maka materi dan teknik
komunikasi dapat dilakukan secara non formal akan lebih terbuka dan lebih
beragam dalam cara penyampaiannya.

7. Kondisi fisik
Kondisi fisik mempunyai peranan penting untuk berkomunikasi. Semua
indera memiliki fungsi-fungsi yang digunakan dalam proses komunikasi.
Gangguan pada fisik dapat menghambat terjadinya proses komunikasi,
misalnya seseorang dengan gangguan labioskizis, dll.

15
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Gambar 2. Kelainan fisik: labioskizis

Materi Pokok 2: Komunikasi Efektif

A. Pengertian Komunikasi Efektif


Komunikasi efektif adalah pertukaran informasi, ide, perasaan yang
menghasilkan perubahan sikap sehingga terjalin hubungan baik antara
pemberi pesan (komunikator) dan penerima pesan (komunikan). Pengukuran
efektifnya dari suatu proses komunikasi dapat dilihat dari tercapainya tujuan
komunikator.

Pengembangan hubungan dalam komuniasi efektif yang dimaksud adalah


terbinanya kepercayaan, keterbukaan, kejujuran, saling menghargai serta
memahami kebutuhan dan harapan masing-masing.

B. Prinsip-Prinsip Komunikasi Efektif


Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang
kemungkinan dapat timbul. Keberhasilan komunikasi antara komunikator
dengan komunikan pada umumya akan menimbulkan rasa nyaman dan puas
bagi kedua belah pihak. Prinsip-prinsip komuniasi efektif meliputi:

1. Keterbukaan
Keterbukaan secara fisik dan psikologis dapat menghasilkan hubungan
komunikasi yang baik.

16
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

2. Respek dan peduli


Rasa peduli kepada lawan bicara dengan didasari rasa hormat dan saling
menghargai merupakan kunci dalam berkomunikasi.
3. Empati
Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi dan
kondisi yang dihadapi orang lain atau kemampuan untuk dapat merasakan
perasaan orang lain. Rasa empati menggambarkan seseorang memiliki
keterampilan mendengarkan, merasakan (feeling), dan berbicara dengan
baik.
4. Perhatian (care)
Kemampuan dalam memberikan perhatian kepada orang lain. Lawan
bicara akan merasa senang bila dirinya diperhatikan, dengan diperhatikan
maka harga diri individu akan meningkat.
5. Sikap positif (positiveness)
Kemampuan dalam menerima kondisi lawan bicara apa adanya, dan
mendengarkan dengan penuh perhatian.
6. Sikap mendukung (supportiveness)
Komunikasi akan efektif bila kedua belah pihak dapat saling memberikan
dukungan terhadap pesan yang disampaikan. Sikap saling mendukung
akan dapat memberikan perasaan nyaman bagi kedua belah pihak
selama proses komunikasi berlangsung.
7. Rendah hati
Rasa rendah hati perlu terus dilakukan agar timbul rasa kasih sayang,
saling membutuhkan dan saling hormat menghormati.

Komunikasi interpersonal yang efektif harus dibangun lima sikap positif,


meliputi:
a. Keterbukaan (openness)
Keterbukaan merupakan sikap dapat menerima masukan orang lain, serta
berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Hal ini
tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua
riwayat hidupnya, tetapi rela membuka diri ketika orang lain menginginkan
informasi yang diketahuinya.

17
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

b. Empati (empathy)
Empati merupakan kemampuan seseorang untuk merasakan kalau
seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang
dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan
dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain,
melalui kacamata orang lain. Sikap empati bila diterapkan dalam
komunikasi antar pribadi, maka suasana hubungan komunikasi akan
dapat berkembang dan tumbuh sikap saling pengertian dan penerimaan.

c. Sikap mendukung (supportiveness)


Sikap mendukung (supportiveness), artinya masing-masing pihak yang
berkomuniksi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya
interaksi secara terbuka. Oleh karena itu respon yang relevan adalah
respon yang bersifat spontan dan lugas, bukan respon bertahan dan
berkelit. Gagasan yang disampaikan bersikap deskriptif bukan evaluative.
Pengambilan keputusan bersifat akomodatif, bukan intervensi yang
disebabkan rasa percaya diri berlebihan.

Jack R. Gibb dalam Suranto (2011) menyebutkan beberapa perilaku yang


menimbulkan perilaku suportif, yaitu: 1) deskriptif: menyampaikan
perasaan dan persepsi kepada orang lain tanpa menilai, tidak memuji atau
mengecam, mengevaluasi pada gagasan, bukan pada pribadi orang lain,
menghargai orang lain, 2) orientasi pada masalah: mengajak untuk bekerja
sama mencari pemecahan masalah, tidak mendikte orang lain, tetapi
secara bersama menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana
mencapainya, 3) spontanitas: sikap jujur dan tidak menyembunyikan motif
yang terpendam, 4) profesionalisme: kesediaan untuk meninjau kembali
pendapat diri sendiri, mengakui bahwa manusia tidak luput dari kesalahan
sehingga wajar kalau pendapat dan keyakinan diri sendiri dapat berubah.

d. Sikap positif (positiveness)


Sikap positif dalam membantu partner komunikasi untuk memahami
pesan, yaitu memberikan penjelasan yang memadai sesuai dengan

18
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

karakteristik mereka. Dalam bentuk perilaku artinya bahwa tindakan yang


dipilih adalah relevan dengan tujuan komunikasi.

Sikap positif dapat ditunjukkan dengan berbagai macam perilaku dan


sikap, meliputi: menghargai orang lain, berpikiran positif terhadap orang
lain, tidak menaruh curiga secara berlebihan, meyakini pentingnya orang
lain, memberikan pujian dan penghargaan, komitmen menjalin kerjasama.

e. Kesetaraan (equality)
Kesetaraan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan
demokratis, tidak menunjukkan diri sendiri lebih tinggi atau lebih baik dari
orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan
atau kecantikan.

Kesetaraan adalah pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki


kepentigan, sama-sama bernilai dan berharga, dan saling memerlukan.
Pengakuan atau kesadaran serta kerelaan untuk menempatkan diri setara
(tidak ada yang superior ataupun inferior) dengan partner komunikasi,
dengan demikian dapat dikemukakan indikator kesetaraan, meliputi:
menempatkan diri setara dengan orang lain, menyadari akan adanya
kepentingan yang berbeda, mengakui pentingnya kehadiran orang lain,
tidak memaksakan kehendak, komunikasi dua arah, saling memerlukan,
dan suasana komunikasi: akrab, dan nyaman.

C. Teknik Komunikasi Efektif


Teknik komunikasi efektif harus dipahami agar komunikasi dapat berjalan
lancar. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi efektif,
meliputi:

1. Ciptakan lingkungan yang kondusif


Langkah pertama yang harus dilakukan saat berkomunikasi adalah
menciptakan lingkungan yang membuat nyaman agar dapat terjalin suatu
hubungan profesional. Lingkungan yang aman, nyaman, jauh dari

19
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

kebisingan akan mempermudah komunikator dan komunikan dapat saling


menyampaikan dan menerima informasi/pesan dengan baik.
2. Hargai penampilan dan harga diri lawan bicara
Bagaimanapun penampilan komunikan harus dihargai. Penampilan
komunikan hendaknya tidak menghalangi terjadinya proses komunikasi.
Harga diri lawan bicara (komunikan) harus dijaga dan dilindungi. Agar
harga diri komunikan tetap terjaga, terima apa adanya dan terus bina
hubungan yang baik dan harmonis, tunjukan sikap siap membantu
mengatasi permasalahan yang dihadapi dengan penuh perhatian dan
penghargaan.
3. Posisi
Posisi saat berkomunikasi dapat mempengaruhi proses interaksi. Posisi
yang baik saat berkomunikasi adalah sejajar. Dengan posisi sejajar akan
membuat nyaman lawan bicara, sama-sama duduk atau sama-sama
berdiri. Serta tidak menyilangkan tangan di dada (sedakep). Contoh posisi
komunikasi sebagai berikut:

Gambar 3. Posisi sama-sama duduk Gambar 4. Posisi sama-sama berdiri

4. Kesamaan tujuan
Sebelum komunikasi berlangsung, komunikator dan komunikan harus
sama-sama meyakinkan diri bahwa komunikasi tersebut dikehendaki dan
harus berlangsung dengan baik. Sehingga perlu untuk menjalin hubungan
dan menyamakan persepsi untuk mencapai tujuan yang sama.

Menurut Endar Sugiarto (2002) ada delapan (8) teknik komunikasi efektif,
meliputi:
1. Pusatkan perhatian pada lawan bicara
2. Manfaatkan waktu secara efisien

20
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

3. Menghargai lawan bicara


4. Bina hubungan baik dan harmonis
5. Beri penjelasan dan informasi sebaik mungkin
6. Mengetahui keinginan lawan bicara
7. Jelaskan tujuan komunikasi yang akan dilakukan
8. Merujuk kepada yang lebih kompeten bila terjadi keterbatasan/hambatan
dalam proses komunikasi.

Materi Pokok 3: Komunikasi Efektif dalam Peran sebagai Koordinator


Perkesmas

A. Peran dan Tugas Koordinator Perkesmas


Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) adalah suatu bidang dalam
keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif yang
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat melalui proses keperawatan untuk meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya
kesehatan.

Pelayanan Perkesmas merupakan tanggung jawab Kepala Puskesmas


dibantu oleh penanggung jawab UKM Esensial dan Perkesmas dengan
berkoordinasi bersama penanggung jawab program lainnya. Dalam
pelaksanaannya, Kepala Puskesmas menunjuk Perawat Koordinator
Perkesmas dengan memperhatikan usulan penanggung jawab UKM dan
Perkesmas. Koordinator Perkesmas yang ditunjuk wajib memenuhi
persyaratan kualifikasi yaitu Perawat profesi dan telah berpengalaman
sebagai penanggung jawab daerah binaan (Darbin). Tugas koordinator
Perkesmas meliputi:
1. Melakukan pengelolaan pelayanan Perkesmas tingkat Puskesmas
2. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan di
Puskesmas dan wilayah kerjanya

21
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

3. Bertugas sebagai pelaksana Perkesmas


4. Melakukan pembinaan teknis pelayanan Perkesmas
5. Menyusun register pelayanan Perkesmas
6. Menyusun dan menyampaikan laporan bulanan Keperawatan Kesehatan
Masyarakat maupun laporan lainnya kepada penanggung jawab UKM
esensial dan Perkesmas
7. Melakukan evaluasi (penilaian kinerja Perkesmas) dan menyusun laporan
evaluasi hasil kegiatan pelayanan Perkesmas di Puskesmas.

B. Teknik Komunikasi yang Dapat Mempengaruhi dan Meyakinkan Orang


Lain

Komunikasi efektif bila diterapkan dengan tepat, akan dapat mempengaruhi


dan meyakinkan orang lain. Menurut Bruce Berger (2011) komunikasi yang
dapat mempengaruhi orang lain bertujuan untuk mengubah atau
mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga
bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.

Sikap individu atau kelompok yang hendak dipengaruhi terdiri dari tiga
komponen meliputi:
1. Kognitif, dimana individu atau kelompok mencapai tingkat “tahu” pada
objek yang disampaikan atau diperkenalkan.
2. Afektif, perilaku dimana individu atau kelompok mempunyai
kecenderungan untuk suka pada objek yang disampaikan.
3. Konatif, perilaku dimana individu atau kelompok melakukan sesuatu
tindakan terhadap objek yang disampaikan.

Kepercayaan atau pengetahuan seseorang tentang sesuatu yang dipercaya


akan dapat mempengaruhi sikap dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku
dan tindakannya. Kemampuan koordinator Perkesmas dalam mengubah
pengetahuan seseorang akan sesuatu yang dipercaya, dapat mengubah
perilaku komunikan.

22
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam komunikasi yang dapat


mempengaruhi orang lain, meliputi:
1. Sumber pesan (komunikator) yang mempunyai kredibilitas yang tinggi;
seorang koordinator Perkesmas yang mempunyai pengetahuan tentang
apa yang akan disampaikan.
2. Isi pesan; masuk akal dan logis
3. Pengaruh lingkungan
4. Kesinambungan suatu pesan; pesan tersebut terus berlanjut dan diulang-
ulang

Menurut Prof. Ricard L. Johannesesn (2007) etika dalam berkomunikasi yang


bersifat untuk mempengaruhi orang lain meliputi:
1. Memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu isu
2. Memiliki pemahaman lebih dari isu tersebut dibandingkan orang lain
3. Mampu mengadaptasi ide-ide baru
4. Mempengaruhi orang lain agar dapat melakukan suatu tindakan yang
disampaikan

Prinsip komunikasi yang dapat mempengaruhi orang lain, dapat digunakan


sebagai landasan untuk keberhasilan dalam mengubah sikap, kepercayaan,
dan mengajak komunikan untuk berbuat sesuatu. Prinsip-prinsip tersebut
meliputi:
1. Pemaparan selektif
Prinsip pemaparan selektif menerangkan bahwa: 1) pendengar akan secara
aktif mencari informasi yang mendukung opini, nilai, kepuasan, perilaku,
dan motivasi, 2) pendengar akan secara aktif menghindari informasi yang
bertentangan dengan opini, nilai, keputusan, perilaku, dan motivasi. Ketika
saat proses komunikasi seorang Koordinator Perkesmas dapat
meyakinkan individu atau kelompok sasaran, maka pemaparan selektif
akan terjadi dan berlangsung secara berkesinambungan.
2. Partisipasi khalayak
Khalayak yang dimaksud adalah sasaran (individu atau kelompok).
Komunikasi efektif akan dapat mempengaruhi orang lain apabila khalayak
turut berpartisipasi dalam proses komunikasi. Komunikasi akan menjadi

23
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

efektif dan bersifat transaksional, dimana Koordinator dan individu/


kelompok saling terlibat. Komunikasi dikatakan berhasil apabila khalayak
berpartisipasi secara aktif.
3. Inokulasi
Prinsip inokulasi berbicara tentang menghadapi sasaran komunikasi yang
terinokulasi. Sasaran (komunikan) telah mengetahui posisi komunikator dan
telah menyiapkan senjata berupa argument untuk menentang komunikator.
Sehingga komunikator perlu mempersiapkan argument dalam komunikasi
yang akan dilakukan. Pada kondisi demikian seorang Koordinator
Perkesmas perlu membekalan pengetahuan dan pengalaman yang
memadai.
4. Besaran perubahan
Prinsip besaran perubahan menyatakan bahwa semakin besar dan semakin
penting perubahan yang ingin disampaikan, maka semakin besar tantangan
dan tugas untuk mencapai tujuan perubahan. Sehingga seorang
Koordinator Perkesmas mengarahkan untuk melakukan perubahan kecil
atau sedikit demi sedikit terlebih dahulu dan diperlukan periode waktu yang
cukup lama.

Gambar 5. Skema Teknik komunikasi yang dapat mempengaruhi dan


meyakinkan orang lain

24
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Keberhasilan dalam berkomunikasi tidak hanya didasarkan pada kemampuan


dalam menyampaikan informasi dengan benar dan baik saja. Tetapi
kemampuan untuk menjadi pendengar yang baikpun menjadi salah satu kunci
kesuksesan dalam berkomunikasi agar dapat mempengaruhi orang lain.

Kemampuan dalam mendengarkan yang baik harus dimiliki oleh Koordinator


Perkesmas. Menjadi pendengar yang baik bukanlah hal yang mudah, karena
Koordinator harus mampu menunjukan sikap objektif dan dapat memahami
respon dari pelaksana perawatan atau orang yang diajak bicara. Mendengar
membutuhkan konsentrasi, pengalaman dan keterampilan.

Manfaat menjadi pendengar yang baik meliputi:


1. Lawan berbicara akan lebih mudah dalam menyampaikan informasi
2. Hubungan kerja akan semakin baik
3. Mendorong pembicara untuk tetap berkomunikasi
4. Informasi dalam bentuk instruksi, umpan balik dan lainya akan lebih jelas
diterima

Prinsip dasar yang dapat dijadikan sebagai panduan pada saat


mendengarkan orang lain berbicara, meliputi:
1. Tidak dapat mendengarkan dan berbicara secara bersamaan
Seseorang cenderung menambahkan/menyampaikan ide pada saat
orang sedang berbicara, hal ini akan berdampak tidak baik apabila lawan
bicara belum selesai bicara, sehingga akan merasa terganggu. Pihak
pendengar lainnyapun akan kehilangan konsentrasi.
2. Memahami pokok pikiran atau ide utama pembicara
Seorang pendengar yang baik akan selalu mencoba untuk memahami
intisari dari suatu pembicaraan. Oleh karena itu, ketika berkomunikasi
uasahakan mencari atau pahami inti dari pembicaraan tersebut.
3. Hindari gangguan dari lingkungan sekitar
Pendengar yang baik akan selalu memfokuskan diri pada pembicara. Hal
ini penting sekali untuk memperhatikan lingkungan sekitar, usahakan
tenang dan kondusif.

25
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

4. Mengendalikan emosi
Pendengar yang baik akan mencoba untuk tidak mengutamakan
perasaan atau emosinya. Sehingga dapat menerima pesan dari
pembicara dengan baik.
5. Membuat catatan jelas dan singat
Catatlah hal-hal yang penting, tanpa mengurangi konsentrasi pada saat
sedang mendengarkan.
6. Bersikap empati
Pendengar yang baik akan berusaha untuk menghargai pembicara. Apa
yang disampaikan pembicara didengarkan dengan penuh. Berilah sikap
empati dengan fokus mendengarkan, perhatian, dan memberikan
senyuman baik kepada lawan bicara saat berkomunikasi.
7. Memahami prinsip-prinsip komunikasi non verbal
Komunikasi mudah diterima dan dipahami dengan cara memperhatikan
gerakan tubuh dan raut muka pembicara.Tataplah lawan bicara dengan
penuh empati dan perhatikan bahasa tubuhnya. Sebagai pendengar yang
baik, sama halnya juga perlu memperhatikan bahasa tubuh saat
mendengarkan, seperti posisi duduk, raut muka, anggukkan kepala,
senyuman dan lain sebagainya.
8. Mendengarkan yang selektif
Sering kali dalam suatu proses komunikasi, pembicara menyampaikan
secara gamblang (to the point) pesan atau informasi yang sangat penting.
Namun adakalanya pesan atau informasi tersebut tersembunyi di dalam
konteks pembicaraan. Sebagai pendengar yang baik, harus dapat
memilah-milah pesan ataupun informasi sesuai dengan kebutuhan.
9. Bertanya pada tempatnya
Saat mengajukan pertanyaan usahakan menunggu sampai pembicara
telah selesai bicara. Usahakan pertanyaan yang disampaikan hal yang
penting dan dapat mendorong pembicara untuk memperjelas kembali apa
yang belum dipahami lawan bicaranya.
10. Memberikan umpan balik
Memberikan umpan balik kepada pembicara, dapat menggambarkan
sejauh mana informasi atau pesan telah dapat ditangkap atau dipahami,
untuk dapat ditindaklanjuti.

26
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Gambar 6. Pendengar yang baik

27
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

8 RANGKUMAN
Komunikasi efektif adalah pertukaran informasi, ide, perasaan yang menghasilkan
perubahan sikap sehingga terjalin hubungan baik antara pemberi pesan
(komunikator) dan penerima pesan (komunikan). Pengukuran efektifnya dari suatu
proses komunikasi dapat dilihat dari tercapainya tujuan komunikator, yaitu
terbinanya kepercayaan, keterbukaan, kejujuran, saling menghargai serta
memahami kebutuhan dan harapan masing-masing.

Proses komunikasi efektif akan terjadi bila dapat memahami dengan baik prinsip-
prinsip komunikasi efektif, yaitu: keterbukaan, respek dan pedulu, empati, perhatian
(care), sikap positif (positiveness), sikap mendukung (supportiveness), dan rendah
hati. Dapat menerapkan dengan tepat teknik komuniaksi efektif: mampu
menciptakan lingkungan yang kondusif, menghargai penampilan dan harga diri
lawan bicara, memposisikan sejajar saat komunikasi, dan memiliki kesamaan
tujuan. Serta mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam
komunikasi efektif.

Koordinator Perkesmas diharapkan mampu berkomunikasi hingga dapat


mempengaruhi pelaksanan perawatan atau lawan bicaranya. Sehingga terjadi
perubahan sikap dan perilakunya yang dilakukan secara terus menerus sesuai
tujuan yang diharapkan.

28
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

9 REFERENSI
1. Berger Bruce, 2011. Persuasive Communication. Pharmacist a Jobson, U.S
2. Johannesen Richar,. et all (2007) Ethics in Human Comminication, 6th.
3. Hardjana. A.M, 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, Kanisius.
Jakarta
4. Suranto AW (2011), Komunikasi Interpersonal, Graha Ilmu, Yogyakarta,
2011, hal: 82
5. Sugiyono (2005), Komunikasi Antarpribadi, UNNES Press, Semarang, hal: 5
6. Sugiarto Endar (2002), Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa< Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
7. Jalaluddin Rahmad (2005), Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya,
Bandung, hal: 134

29
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

10 LAMPIRAN

PANDUAN BERMAIN PERAN

Tujuan:
Setelah melakukan latihan ini, peserta mampu melakukan komunikasi efektif
dalam peran perawat sebagai Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Bahan dan Alat:


1. Atribut role play
2. Lembar checklist evaluasi
3. Alat tulis (ATK)

Langkah-langkah:
1. Pengantar awal (waktu 15 menit)
a. Fasilitator membagi peserta menjadi lima (5) kelompok, @ 6 orang
perkelompok.
b. Fasilitator meminta peserta bermain peran sesuai dengan skenario kasus
yang ditetapkan.
c. Setiap kelompok bermain peran sesuai dengan kasus masing-masing,
yang terkait dengan tugas Koordinator Perkesmas di Puskesmas.
d. Fasilitator membagikan kasusnya kepada masing-masing kelompok
e. Setiap kelompok memilih peran masing – masing saat bermain peran:
• 1 orang berperan sebagai narator
• 1 orang pemeran utama sebagai Koordinator Perkesmas di
Puskesmas
• 3 orang lainnya berperan sesuai kasus yang ditetapkan
f. Setiap kelompok diberikan alokasi waktu selama 15 menit dalam bermain
peran.
g. Setiap pergantian kelompok diberikan jeda waktu 3 menit untuk persiapan
tampil kelompok berikutnya.
2. Persiapan peserta membagi kelompok (waktu 5 menit)

30
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

3. Kelompok mendiskusikan kasus yang akan diperankan dan mempersiapkan


peralatan yang akan digunakan, selama 15 menit
4. Peserta dapat mengembangkan narasi dari kasus tersebut yang bertujuan untuk
mengimplementasikan komunikasi efektif
5. Setiap akhir bermain peran, peserta kelompok lain diberikan kesempatan untuk
bertanya, memberikan pendapat dan saran perbaikan selama 5 menit
6. Fasilitator memberikan umpan balik kepada seluruh kelompok selama 20 menit
di akhir sesi bermain peran.
7. Fasilitator mengakhiri proses pembelajaran dan memberikan apresiasi kepada
peserta

Waktu: 4 jp (180 menit)

31
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Checklist Evaluasi untuk Fasilitator

Fokus penilaian kepada Pemeran Utama (Koordinator Perkesmas) dalam


melakukan setiap unsur yang ada pada teknik komunikasi efektif.
Berilah tanda (√) pada kolom nilai

No Teknik Demonstrasi 2 1 0
Komunikasi
Efektif
1 Pembuka Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menyampaikan tujuan
2 Penyampaian Verbal
pesan Menyampaikan isi pesan dengan
efektif, fokus pada topik pembicaraan
Non verbal
Bahasa tubuh (body language)
Volume dan intonasi suara
3 Pengakuan Memberikan perhatian terhadap suatu
(recognition) hal yang telah dikerjakan terkait topik
pembicaraan atau bisa berupa pujian
4 Penawaran diri Memberikan penawaran untuk dapat
bersama-sama dalam mengatasi
masalah yang sedang dihadapi
5 Pendengar aktif Menggunakan isyarat non verbal dan
verbal saat mendengarkan lawan
bicara
6 Klarifikasi Melakukan klarifikasi kepada lawan
bicara ketika ada hal yang tidak
dimengerti oleh Koordinator
7 Persepsi Memberikan kesempatan lawan
bicara untuk menyatakan persepsi nya
8 Penyampaian Memberikan kesempatan kepada
pengalaman dan lawan bicara untuk menyampaikan
perbandingan pengalamannya, untuk
membandingkan antara masalah
sebelumnya dan yang dihadapi saat
ini
9 Fokus Melakukan pembatasan kepada lawan
bicara agar fokus terhadap topik
pembicaraan
10 Konfrontasi Melakukan sanggahan secara asertif
kepada lawan bicara terhadap suatu
pernyataan yang tidak sesuai dalam
pemecahan masalah
11 Harapan dan Memberikan harapan dan melakukan
humor humor kepada lawan bicara dalam
pembicaraan

32
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

No Teknik Demonstrasi 2 1 0
Komunikasi
Efektif
12 Ringkasan Meringkas atau mengulang kembali
poin penting dalam pembicaraan
kepada lawan bicara
13 Refleksi Memberikan dorongan kepada lawan
bicara untuk mengemukakan
ide/pendapatnya dan membuat
keputusan
Total Nilai

Penilaiaan :
Total skor x 100 = ………..
26

….., …………..2021

Observer

(… ......................... )

Keterangan:
2 : dilakukan dengan tepat
1 : dilakukan tetapi tidak tepat
0 : tidak dilakukan

33
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

SKENARIO BERMAIN PERAN

Kasus 1.
Tn. B berusia 64 tahun datang ke Puskesmas sebagai peserta vaksin I sesuai
dengan jadwal yang telah didapatkannya melalui pesan singkat pada 7 hari yang
lalu. Pada saat skrining didapatkan hasil tekanan darahnya 185/100 mmHg. Tn. B
mengaku menderita tekanan darah tinggi dan pernah di rawat di RS karena tekanan
darahnya mencapai 200/110 mmHg. Tn. B juga mengatakan bahwa dirinya sejak 1
tahun yang lalu tidak pernah lagi datang ke Faskes untuk mendapatkan obat
karena dirinya merasa jenuh dan khawatir obat tersebut akan menganggu ginjal
nya seperti berita – berita yang dia dapat dari berbagai sumber media. Tn. B
kemudian di suruh beristirahat selama 30 menit sebelum dilakukan pemeriksaan
kembali. Setelah 30 menit kemudian, Tn. B kembali diperiksa dan tekanan
darahnya belum menunjukkan hasil yang sesuai dengan kriteria untuk diberikan
vaksin. Tn. B diberitahu bahwa diri nya tidak bisa dilakukan vaksin saat ini dan
harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu ke Faskes terdekat terkait masalah
hipertensi nya. Tn. B menolak dan mengatakan bahwa dirinya lebih baik tidak
usah di vaksin daripada harus menemui dokter untuk mendapatkan obat. Tn. B
merasa bahwa selama tidak mengkonsumsi obat hipertensi sejak 1 tahun yang
lalu tidak ada masalah kesehatan apa pun. Tn. B yakin bahwa tekanan darahnya
tinggi saat pemeriksaan hari ini karena dirinya cemas akan efek samping dari vaksin
seperti yang banyak diberitakan di media dan berbagai pesan singkat yang dia
terima. Perawat F sebagai Koordinator Perkesmas yang bertugas sebagai tim
vaksinator saat itu melakukan pendekatan dengan komunikasi efektif kepada Tn.B
untuk meyakinkan Tn. B agar mau memeriksakan diri ke Faskes terdekat dan
kembali minum obat hipertensi secara teratur serta meyakinkan Tn. B untuk tetap
mau diberikan vaksin setelah kondisinya sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.

Tugas Kelompok 1
Role play kan kasus 1, tugas Koordinator Perkesmas bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan di Puskesmas. Kasus dapat dikembangkan dan
disesuaikan.

34
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Kasus 2.
Puskesmas X di Kecamatan Y, Tangerang Selatan adalah Puskesmas non DTP
dan merupakan UPT dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Puskesmas X memiliki
wilayah binaan sebanyak dua (2) Kelurahan, yaitu Kelurahan Melati dan Kelurahan
Anggrek. Puskesmas X memiliki 1 Pustu. Memiliki 12 orang Perawat: 3 perawat
lulusan Ners, dan 9 perawat lulusan D3 dengan masa kerja lebih dari 5 tahun.
Program Perkesmas di Puskesmas X telah berjalan dan Koordinatornya adalah
seorang Ners dengan pengalaman bekerja 7 tahun.
Kegiatan Perkesmas yang dilakukan meliputi dalam dan luar gedung.
Jam kerja dalam gedung pukul 07.30 – 12.00, dan jam kerja luar gedung pukul
13.00 – 16.00, namun ketentuan ini fleksibel sesuai dengan kondisi.

Catatan:
Kasus dapat dikembangkan serta disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang
mendekati riil.

Tugas Kelompok 2:
Role play kan kasus 2, tugas Koordinator Perkesmas sebagai pelaksana
Perkesmas

Tugas Kelompok 3:
Role play kan kasus 2, tugas Koordinator Perkesmas dalam, melakukan pembinaan
teknis pelayanan Perkesmas.

Tugas Kelompok 4:
Role play kan kasus 2, tugas Koordinator Perkesmas dalam, menyusun dan
menyampaikan laporan bulanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat maupun
laporan lainnya kepada kepala penanggung jawab UKM esensial dan Perkesmas.

35
Mata Pelatihan Inti 7 Komunikasi Efektif
Pelatihan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) bagi Koordinator Perkesmas di Puskesmas

Tugas Kelompok 5:
Role play kan kasus 2, tugas Koordinator Perkesmas dalam melakukan evaluasi
(penilaian kinerja Perkesmas) dan menyusun laporan evaluasi hasil kegiatan
pelayanan Perkesmas di Puskesmas.

36

Anda mungkin juga menyukai