Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Beton

Beton merupakan bahan bangunan yang terdiri dari agregat kasar dan halus yang
dicampur dengan air dan semen sebagai pengikat dan pengisi antara agregat kasar dan
halus dan kadang-kadang ditambahkan zat additive atau admixture bila diperlukan (Aman
Subakti dkk, 2012).

Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain,
agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa
yang padat (SNI 03-2834-1993).

Semen portland dan air membentuk pasta pengikat butiran-butiran agregat menjadi
massa yang padat dan tidak latur dalam air. Pada umumnya beton mengandung pasta
semen (semen dan air) 25% sampai dengan 40%, agregat (agregat halus dan kasar) 60%
sampai dengan 75% dan udara 1% sampai dengan 3 % (Kusdiyono, 2012).

2.1.1 Kelebihan dan kekurangan beton

Dibawah ini adalah kelebihan beton sebagai berikut:

1. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.


2. Mampu memikul beban yang berat.
3. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
4. Memiliki energi yang efisien.
5. Tahan terhadap api.
6. Biaya pemeliharaan rendah.

Dibawah ini adalah kekurangan beton sebagai berikut:

1. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah jika sudah mengeras.


2. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
3. Memiliki berat sendiri yang berat.
4. Memiliki daya pantul suara yang besar.

5
6

5. Mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu
diberi baja tulangan.
6. Memiliki volume yang tidak stabil.

2.1.2 Komponen Beton

Material yang digunakan pada campuran beton terdiri dari semen, agregat halus,
agregat kasar, air dan bahan tambah bila diperlukan. Dalam pembuatan campuran beton,
material yang digunakan harus mempunyai kualitas yang baik dan memenuhi syarat yang
telah ditentukan sehingga menghasilkan beton yang mempunyai kuat tekan yang tinggi.
Material-material yang akan digunakan antara lain:

2.1.2.1 Semen

Semen berfungsi sebagai bahan pengikat adukan beton segar dan juga sebagai bahan
pengisi. Semen merupakan bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan
dengan cara menghasilkan klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium
yang bersifat hidrolis) dengan gips sebagai bahan tambah. Ada dua macam semen, yaitu:

a. Semen hidraulis adalah semen yang akan mengeras jika bereaksi dengan air, tahan
terhadap air (water resistence) dan stabil didalam air setelah mengeras.
b. Semen non-hidraulis adalah semen yang dapat mengeras tetapi tidak stabil di dalam
air, akan tetapi mengeras diudara.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengikatan semen antar lain:


a. Kehalusan semen, semakin halus butiran semen maka semakin cepat waktu
pengikatannya.
b. Jumlah air, waktu pengikatan akan semakin cepat dengan semakin sedikitnya air.

Sesuai dengan tujuan penggunaannya, semen portland dibagi menjadi beberapa type,
yaitu:
a. Semen Portland Type I (Ordinary Portland Cement)
Merupakan semen portland yang digunakan dalam penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus yang disyaratkan pada jenis lain. Contoh
pemakaian: gedung, jalan raya, dan jembatan.
7

b. Semen Portland Type II (Moderate Sulphate Resisstance Cement)


Merupakan semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang.
c. Semen Portland Type III (High Early Strenght Cement)
Merupakan semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal
tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. Contoh pemakaian: jalan
layang dan landasan lapangan udara.
d. Semen Portland Type IV (Low Heat Hydration)
Merupakan semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap panas hidrasi rendah. Contoh pemakaian: bendungan, bangunan dengan
massa besar.
e. Semen Portland Type V (High Sulphate Resisstance Cement)
Merupakan semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
tinggi terhadap sulfat. Contoh pemakaian: dermaga, bangunan dipinggir pantai,
bangunan diatas tanah berawa.

2.1.2.2 Air

Air merupakan material yang sangat penting dalam campuran beton dan harganya
paling murah. Dalam pembuatan beton, air yang digunakan harus bersih dan bebas dari
campuran bahan yang berbahaya seperti minyak, tumbuhan, dan kandungan lain. Air
mempunyai pengaruh penting terhadap kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan beton
karena kelebihan air dapat menurunkan kekuatan beton dan dapat mengakibatkan beton
menjadi bleeding, yang mana air bersama semen akan bergerak keatas permukaan adukan
beton segar yang baru saja dituangkan.

Perbandingan antara jumlah air dengan semen harus dipertahankan karena kekuatan
beton dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor air semen dan kepadatan.

2.1.2.3 Agregat halus

Agregat sebagai bahan pengisi yang memberikan sifat kaku dan stabilitas dimensi
dari beton. Agregat halus sebaiknya berbentuk bulat dan halus dikarenakan untuk
mengurangi kebutuhan air. Agregat halus yang pipih akan membutuhkan air yang lebih
banyak dikarenakan luas permukaan agregat (surface area) akan lebih besar.
8

Gradasi agregat halus sebaiknya sesuai dengan spesifikasi, yaitu:

a. Mempunyai butiran yang halus.


b. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%.
c. Tidak mengandung zat organik lebih dari 0,5%. Untuk beton mutu tinggi dianjurkan
dengan modulus kehalusan 3,0 atau lebih.
d. Gradasi yang baik dan teratur (diambil dari sumber yang sama).

Tabel 2.1 Batas gradasi agregat halus

Persen Berat Butiran yang Lewat Ayakan


Lubang
Zona I Zona II Zona III Zona IV
ayakan
(Pasir (Pasir Agak (Pasir Agak (Pasir
(mm)
Kasar) Kasar) Halus) Halus)
10 100 100 100 100
4.8 90-100 90-100 90-100 90-100
2.4 60-95 75-100 85-100 95-100
1.2 30-70 55-90 75-100 90-100
0.6 15-34 35-95 60-79 80-100
0.3 5-20 8-30 12-40 5-50
0.15 0-10 0-10 0-10 0-15
(Sumber: SNI 30-2834-1993)

Berikut adalah grafik batas gradasi agregat halus tiap zona sesuai dengan ketentuan
SNI 30-2824-1993.
9

BATAS GRADASI PASIR DAERAH 1


120
Presentase Yang Lewat Ayakan ( % )

100 100 100


95
90
80
70
60 60 batas maksimum
batas minimum
40
34
30
20 20
15
7 10
5 5
0 0 0 0
0,00 0,075 0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6

Gambar 2.1 Batas gradasi agregat halus Zona II


(Sumber: SNI 30-2834-1993)

BATAS GRADASI PASIR DAERAH 2


120
Presentase Yang Lewat Ayakan ( % )

100 100 100 100


90 90
80
75

60 59 batas maksimal
55
batas minimal
40
35
30
20
15
5 8
2 4
0 0 0
0,000 0,075 0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6

Gambar 2.2 Batas gradasi agregat halus Zona II


(Sumber: SNI 30-2834-1993)
10

BATAS GRADASI PASIR DAERAH 3


120
Presentase Yang Lewat Ayakan ( % )

100 100 100 100 100


90
85
80 79
75

60 60 batas maksimal
batas minimal
40 40

20
10 12
30 5
0 0 0
0,000 0,075 0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6

Gambar 2.3 Batas gradasi agregat halus Zona III


(Sumber: SNI 30-2834-1993)

BATAS GRADASI PASIR DAERAH 4


120
Presentase Yang Lewat Ayakan ( % )

100 100 100 100 100 100


95 95
90
80 80

60 batas maksimal
50 batas minimal
40

20
15 15
10
0 3
0 0 0
0,000 0,075 0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6

Gambar 2.4 Batas gradasi agregat halus Zona IV


(Sumber: SNI 30-2834-1993)

2.1.2.4 Agregat Kasar


Langkah awal untuk mempersiapkan agregat kasar berupa batu pecah adalah dengan
memisahkan butiran agregat berdasarkan ukuran butiran, dilakukan dengan pengayakan
11

dengan menggunakan saringan. Setelah pemisahan butiran agregat kasar selesai, batu
pecah dicuci untuk membuang kotoran yang melekat pada agregat agar dapat
meningkatkan kualitas agregat.

Adapun kualitas agregat kasar yang dapat menghasilkan beton mutu tinggi adalah:

a. Agregat kasar harus merupakan butiran keras dan tidak berpori. Agregat kasar tidak
boleh hancur karena adanya pengaruh cuaca. Sifat keras diperlukan agar diperoleh
beton yang keras pula, sifat tidak berpori untuk menghasilkan beton yang tidak
mudah tembus oleh air.
b. Agregat kasar harus bersih dari unsur organik.
c. Agregat tidak mengandung lumpur lebih dari 10% berat kering. Lumpur yang
dimaksud adalah agregat yang melalui ayakan diameter 0,063 mm, bila melebihi 1%
berat kering maka kerikil harus dicuci terlebih dahulu.
d. Agregat mempunyai bentuk yang tajam. Dengan bentuk yang tajam maka timbul
gesekan yang lebih besar pula yang menyebabkan ikatan yang lebih baik, selain itu
dengan bentuk tajam akan memerlukan pasta semen sehingga akan mengikat dengan
lebih baik.

Tabel 2.2 Batas gradasi agregat kasar

Lubang ayakan Persen Berat Butiran yang Lewat Ayakan


(mm) 4.8-38 4.8-19 4.8-9.6
38 95-100 100 100
19 35-70 95-100 100
9.6 10-40 30-60 50-85
4.8 0-5 0-10 0-10
(Sumber: SNI 30-2834-1993)

2.2 Pengertian Beton FS45

Jenis beton yang sering digunakan salah satunya adalah jenis beton FS45. FS adalah
singkatan dari Flextural Strength yaitu berarti kuat lentur. Sehingga dapat didefinisikan
beton FS45 adalah beton yang memiliki kuat lentur 45 kg/cm2. Komposisi dan kuat tekan
pada beton FS45 ini setara dengan beton mutu K400.
12

2.3 Pengertian Job Mix Design

Job Mix Design dapat didefinisikan sebagai proses merancang dan memilih bahan
yang cocok dan menentukan proporsi relatif dengan tujuan memproduksi beton dengan
kekuatan tertentu, daya tahan tertentu dan seekonomis mungkin.
Rancangan campuran beton bukanlah tugas sederhana karena sifat yang sangat
beragam dari material penyusunnya, kondisi yang ada di tempat kerja, khususnya kondisi
eksposur, dan kondisi yang dituntut untuk pekerjaan tertentu.
Desain campuran beton membutuhkan pengetahuan lengkap dari berbagai properti
bahan bahan penyusunnya, ini membuat tugas perencanaan campuran yang lebih
kompleks dan sulit. Desain campuran beton tidak hanya membutuhkan pengetahuan
tentang sifat material dan sifat beton dalam kondisi plastik tetapi juga membutuhkan
pengetahuan yang lebih luas dan pengalaman dari perkerasan. Bahkan proporsi bahan
beton di laboratorium memerlukan penyesuaian modifikasi dan kembali disesuaikan
dengan kondisi lapangan.

2.3.1 Standar Deviasi

Atas adanya variasi kekuatan tekan beton tersebut maka diperlukan adanya
pengendalian terhadap mutu (quality control) untuk memperoleh kekuatan tekan yang
hampir seragam. Deviasi standar merupakan rata-rata ukuran besar kecilnya penyebaran
yang menjadi ukuran dari mutu pelaksanaannya. Semakin besar penyebaran maka semakin
buruk mutu pelaksanaan tersebut.

Berikut ini adalah rumus deviasi standar:

Dimana:

S = deviasi standar (kg/cm2)

δ’b = kuat tekan beton dari masing-masing benda uji (kg/cm2)

δ’bm = kuat tekan beton rata-rata (kg/cm2)


13

menurut rumus:

N = jumlah benda uji

2.3.2 Nilai tambah (Margin)

Nilai tambah dihitung menurut rumus:


M = 1,64 x sr

Dimana:
M adalah nilai tambah
1,64 adalah tetapan statistic yang nilainya tergantung pada persentase kegagalan hasil
uji sebesar maksimum 5 %
S r adalah deviasi standar rencana

2.3.3 Kuat tekan rata-rata (fcr)

Kuat tekan rata-rata dihitung berdasarkan rumus berikut:


,
fcr = f c + M
,
fcr = f c + 1,64 sr

2.3.4 Faktor air semen

Untuk memperoleh faktor air semen dari masing-masing variasi kuat tekan rata-rata
harus dikonversi terlebih dahulu ke fc’. Berikut adalah hasil konversinya.
14

Tabel 2.3 Hasil konversi kuat tekan rata-rata


Kuat Tekan rata-rata Kuat Tekan rata-rata
No Variasi Mutu Konversi
(kg/cm2) (MPa)
(a) (b) (a*b)
1 FS 45 475,44 0,083 39,461
Sumber: Penelitian, 2018
15

Gambar 2.5 Hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen
(benda uji berbentuk beam ukuran 15 cm x 15 cm x 60 cm)
(Sumber: SNI 03-2834-2000)
16

Untuk lingkungan khusus, faktor air semen maksimum harus memenuhi SNI 03-
1915-1992 tentang spesifikasi beton tahan sulfat dan SNI 03-2914-1994 tentang spesifikasi
beton bertulang kedap air. Berikut penjelasannya pada Tabel 2.4, 2.5, dan 2.6.

Tabel 2.4 Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum untuk
berbagi macam pembetonan dalam lingkungan
khusus

(Sumber: SNI 03-2834-2000)


17

Tabel 2.5 Ketentuan untuk beton yang berhubungan dengan


air tanah yang mengandung sulfat

(Sumber: SNI 03-2834-2000)


18

Tabel 2.6 Ketentuan minimum untuk beton bertulang kedap air

(Sumber: SNI 03-2834-2000)

2.3.5 Slump

Slump ditetapkan sesuai dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan agar diperoleh beton
yang mudah dituangkan, didapatkan dan diratakan.

2.3.6 Besar butir maksimum

Besar butir agregat maksimum tidak boleh melebihi:

1. Seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan;


2. Sepertiga dari tebal pelat;
3. Tiga perempat dari jarak bersih minimum di antara batang-batang atau berkas-berkas
tulangan.
19

2.3.7 Kadar air bebas

Kadar air bebas ditentukan sebagai berikut:


Agregat campuran (tak dipecah dan dipecah), dihitung menurut rumus berikut:

Dimana :
Wh = perkiraan jumlah air untuk agregat halus.
Wk = perkiraan jumlah air untuk agregat kasar.

3
Tabel 2.7 Perkiraan kadar air bebas (Kg/m ) yang dibutuhkan untuk beberapa tingkat
kemudahan pengerjaan adukan beton

(Sumber: SNI 03-2834-2000)


20

2.3.8 Berat jenis relatif agregat

Berat jenis relatif agregat diperoleh dari data hasil uji atau bila tidak tersedia dapat
dipakai nilai dibawah ini:
1. Agregat tak dipecah : 2,5
2. Agregat dipecah : 2,6 atau 2,7
Berat jenis agregat gabungan dihitung sebagai berikut:
Berat jenis agregat gabungan = persentase agregat halus x berat jenis agregat halus +
persentase agregat kasar x berat jenis agregat kasar.

2.3.9 Proporsi campuran beton

Proporsi campuran beton (semen, air, agregat halus dan agregat kasar) harus dihitung
3
dalam kg per m adukan.

2.3.10 Koreksi proporsi campuran

Apabila agregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan proporsi campuran
halus dikoreksi terhadap kandungan air dalam agregat. Koreksi proporsi campuran harus
dilakukan terhadap kadar air dalam agregat paling sedikit satu kali dalam sehari dan
dihitung menurut rumus sebagai berikut:
Air = B – (Ck-Ca) x C/100 – (Dk –Da) x D/100

Agregat halus = C + (Ck-Ca) x C/100

Agregat kasar = D + (Dk-Da) x D/100

Dimana:
B adalah jumlah air
C adalah jumlah agregat halus
D adalah jumlah agregat kasar
Ca adalah absorpsi air pada agregat halus (%)

Da adalah absorpsi agregat kasar (%)

Ck adalah kandungan air dalam agregat halus (%)

Dk adalah kandungan air dalam agregat kasar (%)


21

2.4 Pengujian Mutu

Kuat lentur adalah nilai tegangan tarik yang dihasilkan dari momen lentur dibagi dengan
momen penahan penampang balok uji. Balok uji adalah balok beton berpenampang bujur
sangkar dengan panjang total balok empat kali lebar penampangnya. Beban terpusat tunggal
adalah beban maksimum yang menyebabkan keruntuhan balok uji.

Berikut adalah rumus perhitungan kuat lentur pada beton:

Dimana:

flt = Kuat lentur (MPa)


P = Beban maksimum yang mengakibatkan keruntuhan balok (N)
L = Panjang bentang di antara kedua blok tumpuan (m)
b = Lebar balok rata-rata pada penampang runtuh (mm)
d = Tinggi balok rata-rata pada penampang runtuh (mm)

Gambar 2.6 Benda uji beam


22

Beton adalah suatu bahan konstruksi yang mempunyai sifat kekuatan tekan yang
khas, yaitu kecenderungan untuk bervariasi (tidak seragam) dan nilainya akan menyebar
pada suatu nilai rata-rata tertentu. Penyebaran dari hasil pemeriksaan akan kecil atau besar
tergantung pada tingkat kesempurnaan dari proses pelaksanaannya. Tingkat kesempurnaan
dari pelaksanaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti variasi mutu bahan,
pengadukan, pemadatan, stabilitas pekerja dan faktor lainnya.

Anda mungkin juga menyukai