Anda di halaman 1dari 11

1.

Agregat Kasar

Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil


sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu
pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan
butirannya berukuran antara 4,76 mm — 150 mm..

Ketentuan agregat kasar antara lain:

 Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak
berpori. Aggregat kasar yang butirannya pipih hanya dapat
dipakai jika jumlah butir-butir pipihnya tidak melampaui 20%
berat agregat seluruhnya.
 Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
dalam berat keringnya. Bila melampaui harus dicuci.
 Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak
beton, seperti zat yang relatif alkali.
 Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batu
pecah.
 Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji
Rudeloff dengan beban uji 20 ton.
 Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang
tembaga maksimum 5%.
 Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Aggregate
antara 6–7,5.
Jenis agregat kasar yang umum adalah:

1. Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah
alami yang digali.
2. Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari
pengikisan tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang
mengalir.
3. Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale yang
biasa digunakan untuk beton berbobot ringan.
4. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat: Agregat
kasar yang diklasifikasi disini misalnya baja pecah, barit,
magnatit dan limonit.

2. Agregat Halus

Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan
yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Agregat ini berukuran
0,063 mm — 4,76 mm yang meliputi pasir kasar (Coarse Sand)
dan pasir halus (Fine Sand). Untuk beton penahan radiasi, serbuk
baja halus dan serbuk besi pecah digunakan sebagai agregat halus.

Menurut PBI, agregat halus memenuhi syarat:

 Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras,


dan bersifat kekal artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca
dan temperatur, seperti terik matahari hujan, dan lain-lain.
 Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %
berat kering, apabila kadar lumpur lebih besar dari 5%, maka
agregat halus harus dicuci bila ingin dipakai untuk campuran
beton atau bisa juga digunakan langsung tetapi kekuatan beton
berkurang 5 %.
 Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organik (zat
hidup) terlalu banyak dan harus dibuktikan dengan percobaan
warna dari ABRAMS-HARDER dengan larutan NaOH 3%.
 Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Fine Sand antara
2,2–3,2.
 Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Sand
antara 3,2–4,5.
 Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam
besarnya.

Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan tersebut juga


dapat dipakai, asal saja kekuatan tekan adukan agregat pada umur
7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat
yang sama, tetapi dicuci terlebih dahulu dalam larutan NaOH 3%
yang kemudian dicuci bersih dengan air pada umur yang sama.

Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam dan


apabila diayak dengan ayakan susunan harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:

 Sisa diatas ayakan 4 mm minimum beratnya 2%


 Sisa diatas ayakan 1mm minimum beratnya 10%
 Sisa diatas ayakan 0,025 beratnya berkisar antara 80% sampai
95%.

https://medium.com/@hizrian/pengertian-agregat-dan-klasifikasinya-342a92049a98
17/12/2019 pukul 21:22
Agregat adalah material yang dominan dalam konstruksi kongkrit. Hampir 70% - 80
% lebih berat konstruksi kongkrit adalah agregat. Agregat terdiri atas agregat kasar
(kerikil/batu baur) dan agregat halus (pasir), dan jika diperlukan menggunakan bahan
pengisi atau filler. Pasir untuk ukuran nominal agregat yang kurang dari 5mm dan batu
kerikil adalah agregat yang mempunyai ukuran nominal yang lebih dari 5mm. Klasifikasi
agregat menjadi kasar, halus dan filler adalah berdasarkan ukurannya yang ditentukan
menggunakan saringan. Mutu agregat mempengaruhi kekuatan dan ketahanlasakan
konkrit.
Agregat diklasifikasikan menjadi 3 bagian berdasarkna ukuran partikelnya yaitu:

1. Agregat kasar, yaitu agregat dengan ukuran > 4.75 mm menurut ASTM atau >2 mm menurut
AASHTO.
2. Agregat halus, yaitu agregat dengan ukuran <4.75 mm menurut ASTM atau < 2 mm menurut
AASHTO.
3. Abu batu / mineral filler, yaitu agregat halus yang umumnya lolos saringan no. 200.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gradasi dapat dikatakan sebagai distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat yang
diperoleh dari hasil analisa saringan untuk menentukan persentase berat butir agregat yang lolos
satu set saringan kemudian angka-angka tersebut digambarkan pada gafik pembagian butir untuk
menentukan ukuran kehalusan atau kekasaran agregat sebagai distribusi agregat pada rancangan
agregat lapis aspal beton dengan menggunakan satu set saringan, dengan meletakan saringan
berukuran besar pada bagian atas ayakan, satu set saringan dimulai dari pan dan diakhiri dengan
tutup. Jika gradasi agregat telah sesuai dengan spesifikasi maka kualitas aspal yang dihasilkan akan
baik, karena gradasi agregat ini berpengaruh pada kuat tekan aspal tersebut.

o Modulus halus untuk agregat halus = 1,5 – 3,8

o Modulus halus untuk agregat kasar = 5 - 8.

Spesifikasi agregat untuk lapis Aspal Beton (LASTON):

Berdasarkan SNI 03-1737-1989.


No. Campuran I II III IV V VI VII . VIII XI X XI

Gradasi/Tekstur
Tebal Padat (mm) Kasar
20-40 Kasar
25-50 Rapat
20-40 Rapat
25-50 Rapat
40-65 Rapat
50-75 Rapat
40-50 Rapat
20-40 Rapat
40-65 Rapat
40-65 Rapat
40-50

Ukuran Saingan
% berat yang lolos saringan

11/2 - „ „ .. 100 „ „ „
38,1mm

1" 25,4 - - - - • 100 " 90-100 - - 100 !• 100 -


1/4" 19,1 - 100 - 100 80-100 82-100 100 - 85-100 85-100 100

1/2" 100 75-100 100 80-100 - 72-90 80-100 100 - - -

3/8" 9,52 75-100 60-85 80-100 70-90 60-80 - - - 65-85 56-78 74-92
mm

No.4 4,76 35-55 35-55 55-75 50-70 48-65 52-70 54-72 62-80 45-65 38-60 48-70

No.8 2,38 20-35 20-35 35-50 35-50 35-50 40-56 42-58 44-60 34-54 27-47 33-53

No.30 0,59 10-22 10-22 18-29 18-29 19-30 24-36 26-38 28-40 20-35 13-28 15-30

No. 50 0,279 6-16 6-16 13-23 13-23 13-23 16-26 18-28 20-30 16-26 9-20 10-20
mm

No.100 4-12 1-12 8-16 8-16 7-15 10-18 12-20 12-20 10-18 - -

No. 200 0.74 2-8 2-8 4-10 4-10 '" 1-8 6-12 6-12 6-12 5-10 4-8 4-9
mm

https://www.scribd.com/doc/302394021/Job-1-Analisa-Saringan-Agregat 17/12/2019 pukul 21:45


Analisa saringan adalah pengelompokan besar butir analisa agregat kasar dan agregat halus
menjadi komposisi gabungan yang ditinjau berdasarkan saringan.
Adapun tujuan dari analisa saringan yaitu :
a. Untuk mendapatkan beton yang mudah dikerjakan ( diaduk, dialirkan, dan didapatkan) yang
mempunyai tingkat workability yang tinggi.
b. Untuk mendapatkan harga beton yang ekonomis, kekuatan tinggi.
c. Untuk mendapatkan baton yang betul – betul padat.
d. Untuk mendapatkan batas gradasi dari agregat.
e. Untuk mendapatkan komposisi campuran ( gabungan ) analisa agregat kasar dan agregat
halus dalam bentuk ideal.

Ukuran merupakan pengelompoka besar butir agregat yang dianalisa.

Berdasarkan besar saringan tersebut yang dipakai untuk campuran adalah :

 Saringan 37
 Saringan 19,5
 Saringan 9,5
 Saringan 4,75
 Saringan 2,36
 Saringan 1,18
 Saringan 0,6
 Saringan 0,3
 Saringan 0,15
 Saringan 0,075
 Pan

Dan saringan yang digunakan untuk agregat halus adalah :

 Saringan 4,75
 Saringan 2,36
 Saringan 1,18
 Saringan 0,6
 Saringan 0,3
 Saringan 0,15
 Saringan 0,075
 Pan

Bentuk – bentuk gradasi agregat :

 Well gradet ( bergradasi baik ).


 Gap gradet ( bergradasi terputus ).
 Uniform gradet ( bergradasi beragam ).

Gradasi agregat halus sangat penting peranannya dalam suatu konstruksi yang berkualitas karena
gradasi ini berpengaruh terhadap sifat beton.

Adapun sifat beton itu adalah :

a. Terhadap beton keras.


Bila beton segar sukar untuk didapatkan, maka akan terjadi gradasi sehingga menghasilkan
beton kropos dan tidak kedap terhadap air, banyak rongga yang menyebabkan kekuatan dan
ketahanan beton berkurang.
b. Terhadap beton segar.
 Mempengaruhi sifat kohesif.
 Sebagai kontrol terhadap agregat.
 Mempengaruhi jumlah air pencampur dan jumlah PC untuk suatu campuran beton.
 Mempengaruhi kelecakan.
 Mempengaruhi keadaan permukaan.

Ukuran maksimal agregat ada 3, yaitu 40, 30, dan 10 mm. Tujuan mendapatkan ukuran maksimal
agregat adalah untuk mengetahui batas gradasi.

a. Batas gradasi maksimum 10 mm.


NO # BATAS GRADASI
1 9,6 100
2 4,8 30 – 75
3 2,4 20 – 60
4 1,2 15 – 46
5 0,6 12 – 34
6 0,3 3 – 20
7 0,15 1–6
b. Batas gradasi maksimal 20 mm.
NO # BATAS GRADASI
1 19,5 100
2 9,6 45 – 75
3 4,8 29 – 49
4 2,4 23 – 42
5 1,2 15 – 42
6 0,6 9 – 20
7 0,3 2 – 13
8 0,15 1–3
c. Batas gradasi maksimal 40 mm.
NO # BATAS GRADASI
1 38 100
2 19,5 50 – 75
3 9,6 35 – 60
4 4,8 23 – 47
5 2,4 18 – 37
6 1,2 12 – 30
7 0,6 7 – 23
8 0,3 3 – 15

https://www.academia.edu/7604244/ANALISA_SARINGAN_AGREGAT_KASAR_DAN_HALUS

17/12/2019/2019 pukul 22:01

Sifat Agregat
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan memikul
beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Yang menentukan kualitas agregat sebagai
material perkerasan jalan adalah:

 gradasi
 kebersihan
 kekerasan
 ketahanan agregat
 bentuk butir
 tekstur permukaan
 porositas
 kemampuan untuk menyerap air
 berat jenis, da
 daya kelekatan terhadap aspal.

Sifat agregat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis batuannya.

Karakteristik bagian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaan memegang
peranan penting terhadap sifat beton segar dan yang sudah mengeras. Menurut BS 812 : Part
1: 1975, bentuk partikel agregat dapat dibedakan atas:
 Rounded
 Irregular
 Flaky
 Angular
 Elonggated
 Flakyy & Elonggated
http://tukangbata.blogspot.com/2013/02/pengertian-agregat-dan-klasifikasinya.html 17/12/2019 pukul
22:10

MODULUS HALUS BUTIR AGREGAT HALUS DENGAN ANALISA

SARINGAN
Modulus kehalusan butir (angka kehalusan) adalah jumlah persen tertinggal komulatif
pada tiap-tiap ayakan dari suatu seri ayakan yang ukuran lubangnya berbanding dua kali lipat,
dimulai dari ayakan berukuran lubang 0,15 mm, dibagi 100. Makin besar nilai Modulus Halus
Butir (MHB) suatu agregat berarti semakin besar butiran agregatnya (semakin kasar). MHB pasir
berkisar antara 1,50-3,8, kerikil sebesar 5,0-8,0. Sedangkan MHB dari campuran agregat halus
dan kasar sebesar 5,0-6,0.
Modulus halus butir (finnes modulus) atau biasa disingkat dengan MHB ialah suatu indek
yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat (Abrams, 1918).
MHB didefinisikan sebagi jumlah persen kumulatif dari butir agregat yang tertinggal di atas satu
set ayakan (38,19, 9, 6, 4.8, 2.4, 1.2, 0.6, 0.3, dan 0.15 mm), kemudian nilai tersebut dibagi
dengan seratus (Ilsley, 1942:232).
Makin besar nilai MHB suatu agregat berarti semakin besar butiran agregatnya.
Umumnya agregat halus mempunyai MHB sekitar 1,50-3,8 dan kerikil mempunyai nilai MHB 5-
8. Nilai ini juga dapat dipakai sebagai dasar untuk mencari perbandingan dari campuran
agregat. Untuk agregat campuran nilai MHB yang biasa dipakai sekitar 5,0-6,0.
Menurut British Standard (BS) yang juga dipakai di Indonesia sekarang ini (dalam SK-
SNI-T-15-1990-03), kekasaran pasir dapat dibagi menjadi 4 gradasi (zona), yaitu :
Pasir yang halus, agak halus, agak kasar, dan kasar. Keempat gradasi tersebut biasanya
disebut daerah I (zona 1), daerah II (zona 2), daerah III (zona 3), dan daerah IV (zona 4). Pasir
zona 1: pasir kasar, zona 2: pasir agak kasar, zona 3: pasir agak halus, zona 4: pasir halus.
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat, baik agregat kasar maupun
halus. Agregat yang mempunyai ukuran seragam (sama) akan menghasilkan volume pori antar
butiran menjadi besar. Sebaliknya agregat yg mempunyai ukuran bervariasi mempunyai volume
pori kecil, dimana butiran kecil mengisi pori diantara butiran besar sehingga pori-porinya
menjadi sedikit (kemampatannya tinggi). Pada beton, dibutuhkan agregat yg mempunyai
kemampatan tinggi sehingga volume porinya kecil, maka dibutuhkan bahan ikat sedikit ( bahan
ikat mengisi pori diantara butiran agregat). Gradasi agregat akan mempengaruhi sifat-sifat beton,
baik beton segar maupun beton kaku, yaitu:
a. Pada beton segar, gradasi agregat akan mempengaruhi kelecakan (workability), jumlah air
pencampur, sifat kohesif, jumlah semen yang diperlukan, segregasi dan bleeding.
b. Pada beton kaku (beton keras), akan mempengaruhi kekuatan beton dan keawetannya
(durabilitas). Untuk mengetahui gradasi agregat dilakukan dengan cara menggunakan hasil
analisis pemeriksaan dengan menggunakan satu set ayakan. Ayakan dengan ukuran bukaan
paling besar diletakkan paling atas dan yang paling halus diletakkan paling bawah sebelum pan.
Bahan-bahan yang merugikan agregat adalah bahan-bahan yang mengganggu proses
pengikatan dan pengerasan beton, mengurangi kekuatan serta berat isi beton, menyebabkan
terkelupasnya beton dan mempengaruhi ketahanan beton terhadap karat. Bahan tersebut seperti
lempung, lumpur dan abu. Bahan-bahan ini apabila terdapat dalam agregat dalam jumlah banyak,
maka akan ada kecenderungan penggunaan air yang banyak dalam campuran beton, sehingga
mutu beton menjadi jelek. Selain itu, bahan-bahan ini juga akan menghalangi pengikatan antara
semen dan agregat.

http://databelajar88.blogspot.com/2009/09/modulus-halus-butir-agregat-halus.html 17/12/2019 pukul


22:20

Anda mungkin juga menyukai