Anda di halaman 1dari 10

"Peranan Hakim Ad Hoc Melawan Tindak Pidana Korupsi"

Muhammad Nidhom Mulloh


Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta
Jalan. Ir H. Juanda No.95, Cemp. Putih, Kota Tangerang Selatan 15412
Email : nidhomallah@gmail.com
Abstrak
Penggunaan Hakim Ad Hoc dalam sistem peradilan telah menjadi topik yang semakin relevan
dalam konteks penanganan kasus-kasus khusus. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis isu-
isu yang terkait dengan penggunaan Hakim Ad Hoc dan menjelaskan tantangan serta
keberlanjutan dalam penggunaannya. Dalam analisis ini, kami meneliti tiga rumusan masalah
terkait dengan peran Hakim Ad Hoc, independensi mereka, dan keberlanjutan penggunaannya
dalam sistem peradilan. Pertama, kami membahas peran Hakim Ad Hoc dalam meningkatkan
efisiensi penanganan perkara khusus. Penunjukan Hakim Ad Hoc dapat memberikan keahlian
khusus dalam kasus-kasus yang kompleks, mempercepat proses peradilan, dan mengurangi
beban kerja hakim tetap. Namun, perlu diperhatikan bahwa keseimbangan yang tepat harus
dipertahankan antara penggunaan Hakim Ad Hoc dan perlindungan hak-hak terdakwa. Kedua,
kami memfokuskan pada aspek independensi Hakim Ad Hoc. Independensi hakim adalah
prinsip yang penting dalam sistem peradilan. Kami menyoroti perlunya proses penunjukan
yang transparan, perlindungan dari tekanan eksternal, dan adanya mekanisme pengawasan
dan etika yang kuat untuk menjaga independensi Hakim Ad Hoc. Meskipun demikian,
keberadaan Hakim Ad Hoc yang ditunjuk secara sementara juga menimbulkan keraguan atau
persepsi yang meragukan terhadap independensi mereka. Terakhir, kami membahas faktor-
faktor yang mempengaruhi keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc dalam sistem peradilan.
Keberlanjutan ini terkait dengan peningkatan kapasitas hakim tetap, kejelasan aturan dan
prosedur, pembiayaan yang memadai, kepercayaan publik, dan evaluasi berkala. Dalam
menganalisis faktor-faktor tersebut, kami menekankan pentingnya mengembangkan
mekanisme yang memastikan keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc tanpa mengorbankan
kepastian hukum dan stabilitas sistem peradilan.Melalui pemahaman yang mendalam tentang
peran Hakim Ad Hoc, independensi mereka, dan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberlanjutan penggunaannya, artikel ini memberikan wawasan yang berharga bagi pihak
terkait, termasuk pemerintah, lembaga peradilan, dan masyarakat umum. Dengan menerapkan
saran dan rekomendasi yang disampaikan, diharapkan penggunaan Hakim Ad Hoc dapat
menjadi alat yang efektif dalam sistem peradilan untuk menangani kasus-kasus khusus dengan
tepat, menjaga independensi hakim, dan membangun kepercayaan publik yang diperlukan.
Kata Kunci: Kekuasaan Kehakiman, Hakim dan Peranan
Abstract
The use of ad hoc judges in the judicial system has become an increasingly relevant topic in
the context of handling special cases. This article aims to analyze the issues related to the use
of ad hoc judges and explain the challenges and sustainability in their utilization. In this
analysis, we examine three problem formulations concerning the role of ad hoc judges, their
independence, and the sustainability of their use in the judicial system. Firstly, we discuss the
role of ad hoc judges in enhancing the efficiency of handling special cases. The appointment
of ad hoc judges can provide specialized expertise in complex cases, expedite the judicial
process, and alleviate the workload of permanent judges. However, it is essential to maintain
the proper balance between the use of ad hoc judges and the protection of defendants' rights.
Secondly, we focus on the aspect of ad hoc judges' independence. Judicial independence is a
fundamental principle in the judicial system. We highlight the need for transparent
appointment processes, protection from external pressures, and the presence of robust
oversight mechanisms and ethical standards to safeguard the independence of ad hoc judges.
Nevertheless, the temporary nature of ad hoc judges also raises doubts or questionable
perceptions regarding their independence. Lastly, we discuss the factors influencing the
sustainability of using ad hoc judges in the judicial system. This sustainability is associated
with enhancing the capacity of permanent judges, ensuring clarity in rules and procedures,
adequate funding, public trust, and periodic evaluations. In analyzing these factors, we
emphasize the importance of developing mechanisms that ensure the sustainability of using
ad hoc judges without compromising legal certainty and the stability of the judicial system.
By gaining a profound understanding of the role of ad hoc judges, their independence, and
the factors influencing their sustainability, this article provides valuable insights to
stakeholders, including governments, judicial institutions, and the general public. Through
the implementation of the suggested recommendations, it is expected that the use of ad hoc
judges can become an effective tool in the judicial system to handle special cases
appropriately, maintain judicial independence, and build the necessary public trust.
Keywords: Judicial Power, Judge and Role
A. Pendahuluan
Penggunaan Hakim Ad Hoc dalam sistem peradilan telah menjadi perhatian utama dalam
diskusi hukum di Indonesia. Dalam konteks penanganan kasus-kasus khusus, Hakim Ad Hoc
sering kali ditunjuk untuk memberikan keahlian khusus yang diperlukan. Hakim Ad Hoc adalah
hakim yang ditunjuk secara sementara untuk mengadili kasus-kasus tertentu yang dianggap
memerlukan keahlian khusus atau situasi yang membutuhkan perlakuan yang lebih cepat. Hal ini
mencerminkan upaya untuk meningkatkan efisiensi dan kecepatan dalam penyelesaian perkara,
terutama dalam kasus-kasus yang kompleks dan berdampak signifikan bagi masyarakat.
Namun, penggunaan Hakim Ad Hoc juga menimbulkan beberapa pertanyaan dan
tantangan. Salah satunya adalah kekhawatiran akan independensi Hakim Ad Hoc dalam
mengambil keputusan yang adil dan objektif. Mengingat Hakim Ad Hoc ditunjuk secara
sementara dan dapat berasal dari latar belakang atau afiliasi tertentu, ada kekhawatiran bahwa
mereka mungkin rentan terhadap tekanan eksternal atau memiliki kepentingan yang
mempengaruhi kemandirian mereka. Oleh karena itu, perlindungan independensi Hakim Ad Hoc
menjadi aspek yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam sistem peradilan.
Selain itu, penting juga untuk mengevaluasi keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc
dalam sistem peradilan. Dalam beberapa kasus, penggunaan Hakim Ad Hoc mungkin menjadi
solusi sementara untuk mengatasi kekurangan dalam keahlian atau beban kerja hakim tetap.
Namun, agar penggunaan Hakim Ad Hoc efektif, diperlukan pemikiran jangka panjang tentang
keberlanjutan dan peningkatan kapasitas hakim tetap. Hal ini melibatkan pelatihan yang
berkelanjutan, peningkatan infrastruktur, kejelasan aturan dan prosedur, serta pembiayaan yang
memadai. Keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc juga perlu mempertimbangkan perspektif
publik dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan.
Dalam konteks Indonesia, penggunaan Hakim Ad Hoc telah mencatat beberapa
keberhasilan, terutama dalam penyelesaian kasus-kasus korupsi yang kompleks dan berdampak
luas. Namun, masih banyak tantangan yang perlu diatasi agar penggunaan Hakim Ad Hoc dapat
berjalan dengan baik dan sejalan dengan prinsip-prinsip keadilan. Oleh karena itu, dalam artikel
ini, kami akan membahas secara mendalam peran Hakim Ad Hoc dalam sistem peradilan,
tantangan yang dihadapi, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan
keberlanjutan dan memastikan independensi mereka.
B. Pembahasan
Efektivitas Hakim Ad Hoc
Penggunaan Hakim Ad Hoc dalam sistem peradilan telah menjadi salah satu alternatif
yang umum digunakan dalam penyelesaian kasus-kasus khusus yang memerlukan keahlian
khusus atau situasi darurat. Efektivitas penggunaan Hakim Ad Hoc sangat penting untuk
menjamin keadilan bagi semua pihak yang terlibat dalam kasus-kasus tersebut. Dalam
pembahasan ini, kami akan mengevaluasi efektivitas penggunaan Hakim Ad Hoc dalam
konteks sistem peradilan Indonesia, dengan mengacu pada sumber-sumber berbahasa
Indonesia.1
Efektivitas penggunaan Hakim Ad Hoc dapat dinilai dari beberapa sudut pandang.
Pertama, sejauh mana Hakim Ad Hoc dapat memberikan keputusan yang berkualitas dan tepat
waktu, Dalam sistem peradilan yang efektif, penyelesaian kasus harus dilakukan secara cepat
tanpa mengorbankan kualitas keputusan. Namun, terdapat kekhawatiran bahwa penunjukan
Hakim Ad Hoc yang seringkali bersifat sementara dan tidak terlatih secara khusus dalam
bidang hukum yang bersangkutan dapat mempengaruhi keputusan yang dihasilkan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Asmara, Widayati, dan Kuswanto (2020),
efektivitas penggunaan Hakim Ad Hoc dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya
adalah penyeleksian dan penunjukan Hakim Ad Hoc yang memenuhi persyaratan kualifikasi
dan pengalaman yang relevan dengan kasus yang akan diadili. Proses seleksi yang transparan
dan objektif serta pertimbangan keahlian spesifik dalam penunjukan Hakim Ad Hoc dapat
meningkatkan efektivitas sistem peradilan.2
Selain itu, dukungan infrastruktur dan sumber daya yang memadai juga berperan
penting dalam meningkatkan efektivitas penggunaan Hakim Ad Hoc. Rofiah dan Fahlevi
(2019) menyatakan bahwa tersedianya fasilitas dan sumber daya yang memadai, seperti ruang
sidang yang memadai, akses ke informasi hukum, dan pendukung administratif, dapat
mempermudah Hakim Ad Hoc dalam menyelesaikan tugas mereka dengan efisien.3
Peningkatan efektivitas penggunaan Hakim Ad Hoc juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pelatihan yang tepat bagi Hakim Ad Hoc. Menurut studi oleh Zuhro,
Nurgiyantoro, dan Fikry (2021), pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dapat membantu
meningkatkan pemahaman Hakim Ad Hoc tentang proses peradilan, hukum yang terkait
dengan kasus-kasus khusus, dan standar etika yang harus dijunjung tinggi dalam menjalankan
tugas mereka.4 Pelatihan juga dapat membantu Hakim Ad Hoc dalam mengembangkan
keterampilan analisis dan penilaian kasus yang lebih baik.
Namun, perlu diakui bahwa efektivitas penggunaan Hakim Ad Hoc tidak dapat diukur
secara mutlak. Setiap kasus memiliki kompleksitas dan tantangan tersendiri, yang dapat

1
Asmara, A., Widayati, E., & Kuswanto, H. (2020). Evaluasi pelaksanaan hakim ad hoc pada lingkup
peradilan umum di Indonesia. Jurnal Kebijakan Hukum dan Pembangunan, 4(1), 33-48.
2
Zuhro, I., Nurgiyantoro, N., & Fikry, M. (2021). Penunjukan Hakim Ad Hoc dalam penyelesaian
perkara tindak pidana korupsi: Suatu tinjauan yuridis normatif. Jurnal Keadilan, 5(1), 37-51.
3
Rofiah, R., & Fahlevi, A. (2019). Efektivitas Hakim Ad Hoc pada pengadilan tipikor. Jurnal
Pembaharuan Hukum, 6(2), 243-262.
4
Gunawan, R. (2020). Tinjauan Efektivitas Hakim Ad Hoc dalam Penanganan Kasus Khusus (Studi
Kasus Pengadilan Tipikor Jakarta). Jurnal Ilmu Hukum dan Sosial, 4(1), 1-17.
memengaruhi efektivitas penggunaan Hakim Ad Hoc. Oleh karena itu, evaluasi efektivitas
harus dilakukan secara individual untuk setiap kasus yang melibatkan Hakim Ad Hoc.5
Kesimpulan sementara yang dapat ditarik dari pembahasan ini adalah bahwa efektivitas
penggunaan Hakim Ad Hoc dalam menjamin keadilan masih menjadi perdebatan yang
kompleks. Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan Hakim Ad Hoc, perlu dilakukan
peningkatan dalam proses seleksi dan penunjukan Hakim Ad Hoc, penyediaan infrastruktur
dan sumber daya yang memadai, serta pendidikan dan pelatihan yang berkualitas bagi Hakim
Ad Hoc.6
Namun, penting juga untuk mengakui bahwa penggunaan Hakim Ad Hoc bukanlah
solusi jangka panjang. Perlu ada upaya lebih lanjut untuk memperkuat sistem peradilan
dengan meningkatkan kualitas dan independensi hakim tetap, serta meningkatkan efisiensi
penyelesaian kasus secara umum. Dengan demikian, dapat tercipta sistem peradilan yang adil,
efektif, dan mampu memberikan keadilan bagi semua pihak yang terlibat.
Independensi Hakim Ad Hoc
Independensi hakim adalah prinsip fundamental dalam sistem peradilan yang menjamin
bahwa keputusan-keputusan hakim didasarkan pada hukum dan tidak terpengaruh oleh faktor-
faktor eksternal. Dalam konteks penggunaan Hakim Ad Hoc, perlu dipertimbangkan apakah
independensi hakim dapat dipertahankan dengan baik.7
Pertama-tama, penunjukan Hakim Ad Hoc yang dilakukan secara sementara dan khusus
untuk kasus tertentu dapat menimbulkan kekhawatiran terkait independensi. Ada risiko bahwa
Hakim Ad Hoc dapat dipengaruhi oleh kepentingan politik, tekanan eksternal, atau
pertimbangan lain yang mungkin mempengaruhi keputusan mereka. Oleh karena itu, penting
bagi mekanisme penunjukan Hakim Ad Hoc untuk memastikan independensi hakim secara
efektif.
Dalam praktiknya, keberhasilan mempertahankan independensi Hakim Ad Hoc
tergantung pada beberapa faktor. Pertama, proses penunjukan Hakim Ad Hoc haruslah
transparan, terbuka, dan berdasarkan pada kualifikasi dan keahlian yang relevan dengan kasus
yang akan diadili. Hal ini dapat meminimalkan risiko penunjukan Hakim Ad Hoc yang
terpengaruh oleh pertimbangan politik atau kepentingan pribadi.8
Selanjutnya, penting untuk menjamin perlindungan dan kebebasan Hakim Ad Hoc dari
tekanan eksternal atau campur tangan yang dapat mempengaruhi independensinya. Hakim Ad
Hoc harus memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan berdasarkan hukum, tanpa adanya
intimidasi atau intervensi dari pihak-pihak eksternal.

5
Damarjati, M. A. (2019). Efektivitas Penunjukan Hakim Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Medan dalam
Menangani Perkara Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Yudisial, 13(1), 60-77.
6
Rachmawati, S. (2018). Efektivitas Penggunaan Hakim Ad Hoc dalam Penanganan Tindak Pidana
Korupsi. Jurnal Yustika, 21(1), 1-12.
7
Asmara, A., Widayati, E., & Kuswanto, H. (2020). Evaluasi pelaksanaan hakim ad hoc pada lingkup
peradilan umum di Indonesia. Jurnal Kebijakan Hukum dan Pembangunan, 4(1), 33-48.
8
Rofiah, R., & Fahlevi, A. (2019). Efektivitas Hakim Ad Hoc pada pengadilan tipikor. Jurnal
Pembaharuan Hukum, 6(2), 243-262.
Di samping itu, penting juga untuk mencermati struktur organisasi dan sistem
pengawasan yang ada dalam lingkungan Hakim Ad Hoc. 9 Adanya mekanisme pengawasan
dan etika yang kuat dapat membantu memastikan bahwa Hakim Ad Hoc menjalankan tugas
mereka secara profesional dan independen. Misalnya, adanya kode etik yang jelas dan sanksi
yang tegas terhadap pelanggaran etika dapat menjadi landasan bagi Hakim Ad Hoc dalam
menjaga independensi mereka.
Namun, meskipun upaya yang dilakukan untuk memastikan independensi Hakim Ad
Hoc, tidak dapat dihindari bahwa keberadaan Hakim Ad Hoc yang ditunjuk secara sementara
dapat menimbulkan keraguan atau persepsi yang meragukan terhadap independensi mereka.
Terlepas dari upaya yang dilakukan, aspek subjektivitas atau persepsi tetap bisa menjadi
faktor yang memengaruhi pandangan masyarakat terhadap independensi Hakim Ad Hoc.
Dalam konteks Indonesia, perlu terus dilakukan evaluasi dan perbaikan dalam menjaga
independensi Hakim Ad Hoc. Upaya untuk meningkatkan transparansi, perlindungan, dan
pengawasan Hakim Ad Hoc dapat membantu meminimalkan risiko campur tangan atau
pengaruh eksternal yang dapat mengancam independensi mereka.10
Kesimpulannya, menjaga independensi Hakim Ad Hoc adalah hal yang krusial dalam
penggunaan mereka dalam sistem peradilan. Melalui penunjukan yang transparan,
perlindungan dari tekanan eksternal, pengawasan yang efektif, dan implementasi etika yang
kuat, independensi Hakim Ad Hoc dapat terjaga dengan baik. Namun, perlu diakui bahwa
risiko persepsi yang meragukan tetap ada, dan perlu dilakukan upaya terus-menerus untuk
meningkatkan dan memperbaiki mekanisme yang mengatur independensi Hakim Ad Hoc.
Keberlanjutan Penggunaan Hakim Ad Hoc dalam Sistem Peradilan
Keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc dalam sistem peradilan merupakan isu
penting yang perlu dipertimbangkan. Penggunaan Hakim Ad Hoc yang tidak berkelanjutan
dapat menimbulkan ketidakpastian hukum dan mengganggu stabilitas sistem peradilan.
Dalam pembahasan ini, kami akan mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi
keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc dalam konteks sistem peradilan Indonesia, dengan
mengacu pada sumber-sumber berbahasa Indonesia.11
Pertama, salah satu faktor penting dalam keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc
adalah kebutuhan akan peningkatan kapasitas dan kompetensi hakim tetap. Jika hakim tetap
memiliki keahlian yang memadai dan dapat menangani kasus-kasus khusus dengan baik,
maka kebutuhan akan penggunaan Hakim Ad Hoc dapat dikurangi. Oleh karena itu, investasi
dalam pelatihan dan pengembangan hakim tetap menjadi sangat penting untuk memastikan
keberlanjutan sistem peradilan.
Selain itu, perlu adanya kejelasan dalam aturan dan prosedur penggunaan Hakim Ad
Hoc. Kekurangan pedoman yang jelas dalam penunjukan Hakim Ad Hoc dapat menyebabkan
ketidakpastian dan konflik interpretasi. Pengembangan kerangka kerja yang jelas dan

9
Zuhro, I., Nurgiyantoro, N., & Fikry, M. (2021). Penunjukan Hakim Ad Hoc dalam penyelesaian perkara
tindak pidana korupsi: Suatu tinjauan yuridis normatif. Jurnal Keadilan, 5(1), 37-51.
10
Damarjati, M. A. (2019). Efektivitas Penunjukan Hakim Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Medan dalam
Menangani Perkara Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Yudisial, 13(1), 60-77.
11
Damarjati, M. A. (2019). Efektivitas Penunjukan Hakim Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Medan dalam
Menangani Perkara Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Yudisial, 13(1), 60-77.
transparan dalam penggunaan Hakim Ad Hoc dapat membantu menjaga keberlanjutan dan
konsistensi dalam praktiknya.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah pembiayaan dan sumber daya yang memadai.
Penggunaan Hakim Ad Hoc dapat memerlukan alokasi sumber daya tambahan, seperti biaya
honorarium dan fasilitas pendukung. Jika sumber daya tidak mencukupi, penggunaan Hakim
Ad Hoc mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi
pemerintah atau lembaga yang bertanggung jawab untuk memastikan adanya pembiayaan
yang memadai untuk mendukung penggunaan Hakim Ad Hoc.
Selain itu, aspek kepercayaan publik juga penting dalam menjaga keberlanjutan
penggunaan Hakim Ad Hoc. Jika masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap keberlanjutan
dan objektivitas penggunaan Hakim Ad Hoc, hal ini dapat mengancam keberlangsungan
sistem peradilan secara keseluruhan. Oleh karena itu, transparansi, akuntabilitas, dan
partisipasi publik dalam proses penggunaan Hakim Ad Hoc dapat membantu membangun dan
menjaga kepercayaan publik yang diperlukan untuk keberlanjutan sistem peradilan.
Namun, perlu diingat bahwa penggunaan Hakim Ad Hoc tidak harus selalu
berkelanjutan dalam semua kasus. Terdapat situasi darurat atau kasus-kasus khusus yang
memang memerlukan penunjukan Hakim Ad Hoc. Keputusan penggunaan Hakim Ad Hoc
harus didasarkan pada pertimbangan kebutuhan kasus secara individu dan keadilan yang lebih
luas.
Dalam konteks Indonesia, untuk menjaga keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc,
perlu dilakukan evaluasi berkala terhadap praktiknya. Pengalaman dan pembelajaran dari
kasus-kasus sebelumnya dapat digunakan untuk memperbaiki mekanisme penunjukan,
meningkatkan transparansi, dan memperkuat regulasi terkait penggunaan Hakim Ad Hoc 12.
Kesimpulannya, keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc dalam sistem peradilan perlu
dipertimbangkan dengan hati-hati. Peningkatan kapasitas hakim tetap, kejelasan aturan dan
prosedur, pembiayaan yang memadai, kepercayaan publik, dan evaluasi berkala menjadi
faktor-faktor penting yang harus diperhatikan untuk menjaga keberlanjutan penggunaan
Hakim Ad Hoc dalam sistem peradilan Indonesia.13

12
Krisna Harahap,. Pemberantasan Korupsi di Indonesia Jalan Tiada Ujung. Bandung Grafitri. Bandung,
2009
Gunawan, R. (2020). Tinjauan Efektivitas Hakim Ad Hoc dalam Penanganan Kasus Khusus (Studi
13

Kasus Pengadilan Tipikor Jakarta). Jurnal Ilmu Hukum dan Sosial, 4(1), 1-17.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Dalam artikel jurnal ini, kami telah membahas tiga rumusan masalah terkait penggunaan
Hakim Ad Hoc dalam sistem peradilan. Pertama, kami membahas mengenai peran Hakim Ad
Hoc dalam meningkatkan efisiensi penanganan perkara khusus. Kami menyoroti bahwa
Hakim Ad Hoc dapat memberikan keahlian khusus dalam kasus-kasus tertentu, mempercepat
proses peradilan, dan mengurangi beban kerja hakim tetap. Namun, penting juga untuk
memastikan adanya penyeimbangan yang tepat antara penggunaan Hakim Ad Hoc dan
perlindungan hak-hak terdakwa. Kemudian, kami membahas mengenai independensi Hakim
Ad Hoc dalam praktik. Independensi hakim adalah prinsip penting dalam sistem peradilan,
dan penting untuk memastikan bahwa Hakim Ad Hoc tetap independen dalam mengambil
keputusan. Kami menggarisbawahi perlunya proses penunjukan yang transparan,
perlindungan dari tekanan eksternal, dan adanya mekanisme pengawasan dan etika yang kuat.
Meskipun demikian, perlu diakui bahwa keberadaan Hakim Ad Hoc yang ditunjuk secara
sementara dapat menimbulkan keraguan atau persepsi yang meragukan terhadap independensi
mereka.
Terakhir, kami membahas keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc dalam sistem
peradilan. Keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc membutuhkan peningkatan kapasitas
hakim tetap, kejelasan aturan dan prosedur, pembiayaan yang memadai, kepercayaan publik,
dan evaluasi berkala. Kami menekankan pentingnya mengembangkan mekanisme yang
memastikan keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc tanpa mengorbankan kepastian hukum
dan stabilitas sistem peradilan. Secara keseluruhan, penggunaan Hakim Ad Hoc dalam sistem
peradilan memiliki manfaat dan tantangan yang perlu diperhatikan dengan seksama. Dalam
memanfaatkan Hakim Ad Hoc, perlu mempertimbangkan efisiensi penanganan perkara
khusus, menjaga independensi hakim, dan memastikan keberlanjutan penggunaan yang
sejalan dengan kebutuhan dan prinsip-prinsip keadilan. Dengan memperhatikan aspek-aspek
tersebut, penggunaan Hakim Ad Hoc dapat menjadi alat yang efektif dalam sistem peradilan
untuk menangani kasus-kasus khusus dengan tepat dan efisien.
2. Saran/Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan mengenai penggunaan Hakim Ad Hoc dalam sistem
peradilan, kami ingin memberikan beberapa saran dan rekomendasi kepada pihak terkait.
Pertama, pemerintah dan lembaga yang terlibat dalam penunjukan Hakim Ad Hoc perlu
memperkuat mekanisme penyeleksian dan penunjukan. Diperlukan kriteria yang jelas dan
objektif dalam memilih Hakim Ad Hoc yang memiliki keahlian dan integritas yang tinggi.
Penunjukan Hakim Ad Hoc juga harus melibatkan proses yang transparan, melibatkan pihak-
pihak yang relevan, dan mempertimbangkan masukan dari masyarakat. Dalam hal ini, perlu
dilakukan evaluasi terhadap praktik penggunaan Hakim Ad Hoc secara berkala untuk
memastikan keberlanjutan dan efektivitasnya.
Selain itu, diperlukan investasi dalam pelatihan dan pengembangan hakim tetap.
Peningkatan kapasitas hakim tetap akan membantu mengurangi ketergantungan pada Hakim
Ad Hoc dan memperkuat keberlanjutan sistem peradilan. Pemerintah dan lembaga terkait
harus menyediakan program pelatihan yang berkualitas dan berkelanjutan untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan hakim tetap, terutama dalam penanganan kasus-
kasus khusus. Dalam jangka panjang, upaya ini akan membantu mengurangi kebutuhan
penggunaan Hakim Ad Hoc dan meningkatkan kualitas dan efisiensi penanganan perkara
Selain itu, penting juga bagi pihak terkait untuk terus memperkuat transparansi,
akuntabilitas, dan partisipasi publik dalam praktik penggunaan Hakim Ad Hoc. Informasi
terkait penunjukan, proses kerja, dan keputusan Hakim Ad Hoc harus tersedia secara terbuka
untuk publik. Pihak terkait harus memperhatikan masukan dan kritik dari masyarakat terkait
praktik penggunaan Hakim Ad Hoc. Membangun kepercayaan publik dan menjaga legitimasi
sistem peradilan adalah aspek penting dalam menjaga keberlanjutan penggunaan Hakim Ad
Hoc.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Krisna Harahap,. Pemberantasan Korupsi di Indonesia Jalan Tiada Ujung. Bandung Grafitri.
Bandung, 2009
Lilik Mulyadi. Tindak Pidana Korupsi. Bandung, Citra Aditya Bhakti, 2000
Ahmad Mujahidin,. Peradilan Satu Atap di Indonesia,. PT Refika Aditama. Bandung. 2007
Jurnal
Asmara, A., Widayati, E., & Kuswanto, H. (2020). Evaluasi pelaksanaan hakim ad hoc pada
lingkup peradilan umum di Indonesia. Jurnal Kebijakan Hukum dan Pembangunan, 4(1),
33-48.
Damarjati, M. A. (2019). Efektivitas Penunjukan Hakim Ad Hoc pada Pengadilan Negeri
Medan dalam Menangani Perkara Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Yudisial, 13(1), 60-77.
Gunawan, R. (2020). Tinjauan Efektivitas Hakim Ad Hoc dalam Penanganan Kasus Khusus
(Studi Kasus Pengadilan Tipikor Jakarta). Jurnal Ilmu Hukum dan Sosial, 4(1), 1-17.
Rachmawati, S. (2018). Efektivitas Penggunaan Hakim Ad Hoc dalam Penanganan Tindak
Pidana Korupsi. Jurnal Yustika, 21(1), 1-12.
Rofiah, R., & Fahlevi, A. (2019). Efektivitas Hakim Ad Hoc pada pengadilan tipikor. Jurnal
Pembaharuan Hukum, 6(2), 243-262.
Trijono, R. (2019). Asas Transparansi dalam Peninjauan Ulang Putusan Mahkamah Konstitusi.
Jurnal Konstitusi, 16(1)
Zuhro, I., Nurgiyantoro, N., & Fikry, M. (2021). Penunjukan Hakim Ad Hoc dalam
penyelesaian perkara tindak pidana korupsi: Suatu tinjauan yuridis normatif. Jurnal
Keadilan, 5(1), 37-51.

Anda mungkin juga menyukai