1
Asmara, A., Widayati, E., & Kuswanto, H. (2020). Evaluasi pelaksanaan hakim ad hoc pada lingkup
peradilan umum di Indonesia. Jurnal Kebijakan Hukum dan Pembangunan, 4(1), 33-48.
2
Zuhro, I., Nurgiyantoro, N., & Fikry, M. (2021). Penunjukan Hakim Ad Hoc dalam penyelesaian
perkara tindak pidana korupsi: Suatu tinjauan yuridis normatif. Jurnal Keadilan, 5(1), 37-51.
3
Rofiah, R., & Fahlevi, A. (2019). Efektivitas Hakim Ad Hoc pada pengadilan tipikor. Jurnal
Pembaharuan Hukum, 6(2), 243-262.
4
Gunawan, R. (2020). Tinjauan Efektivitas Hakim Ad Hoc dalam Penanganan Kasus Khusus (Studi
Kasus Pengadilan Tipikor Jakarta). Jurnal Ilmu Hukum dan Sosial, 4(1), 1-17.
memengaruhi efektivitas penggunaan Hakim Ad Hoc. Oleh karena itu, evaluasi efektivitas
harus dilakukan secara individual untuk setiap kasus yang melibatkan Hakim Ad Hoc.5
Kesimpulan sementara yang dapat ditarik dari pembahasan ini adalah bahwa efektivitas
penggunaan Hakim Ad Hoc dalam menjamin keadilan masih menjadi perdebatan yang
kompleks. Untuk meningkatkan efektivitas penggunaan Hakim Ad Hoc, perlu dilakukan
peningkatan dalam proses seleksi dan penunjukan Hakim Ad Hoc, penyediaan infrastruktur
dan sumber daya yang memadai, serta pendidikan dan pelatihan yang berkualitas bagi Hakim
Ad Hoc.6
Namun, penting juga untuk mengakui bahwa penggunaan Hakim Ad Hoc bukanlah
solusi jangka panjang. Perlu ada upaya lebih lanjut untuk memperkuat sistem peradilan
dengan meningkatkan kualitas dan independensi hakim tetap, serta meningkatkan efisiensi
penyelesaian kasus secara umum. Dengan demikian, dapat tercipta sistem peradilan yang adil,
efektif, dan mampu memberikan keadilan bagi semua pihak yang terlibat.
Independensi Hakim Ad Hoc
Independensi hakim adalah prinsip fundamental dalam sistem peradilan yang menjamin
bahwa keputusan-keputusan hakim didasarkan pada hukum dan tidak terpengaruh oleh faktor-
faktor eksternal. Dalam konteks penggunaan Hakim Ad Hoc, perlu dipertimbangkan apakah
independensi hakim dapat dipertahankan dengan baik.7
Pertama-tama, penunjukan Hakim Ad Hoc yang dilakukan secara sementara dan khusus
untuk kasus tertentu dapat menimbulkan kekhawatiran terkait independensi. Ada risiko bahwa
Hakim Ad Hoc dapat dipengaruhi oleh kepentingan politik, tekanan eksternal, atau
pertimbangan lain yang mungkin mempengaruhi keputusan mereka. Oleh karena itu, penting
bagi mekanisme penunjukan Hakim Ad Hoc untuk memastikan independensi hakim secara
efektif.
Dalam praktiknya, keberhasilan mempertahankan independensi Hakim Ad Hoc
tergantung pada beberapa faktor. Pertama, proses penunjukan Hakim Ad Hoc haruslah
transparan, terbuka, dan berdasarkan pada kualifikasi dan keahlian yang relevan dengan kasus
yang akan diadili. Hal ini dapat meminimalkan risiko penunjukan Hakim Ad Hoc yang
terpengaruh oleh pertimbangan politik atau kepentingan pribadi.8
Selanjutnya, penting untuk menjamin perlindungan dan kebebasan Hakim Ad Hoc dari
tekanan eksternal atau campur tangan yang dapat mempengaruhi independensinya. Hakim Ad
Hoc harus memiliki kebebasan untuk mengambil keputusan berdasarkan hukum, tanpa adanya
intimidasi atau intervensi dari pihak-pihak eksternal.
5
Damarjati, M. A. (2019). Efektivitas Penunjukan Hakim Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Medan dalam
Menangani Perkara Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Yudisial, 13(1), 60-77.
6
Rachmawati, S. (2018). Efektivitas Penggunaan Hakim Ad Hoc dalam Penanganan Tindak Pidana
Korupsi. Jurnal Yustika, 21(1), 1-12.
7
Asmara, A., Widayati, E., & Kuswanto, H. (2020). Evaluasi pelaksanaan hakim ad hoc pada lingkup
peradilan umum di Indonesia. Jurnal Kebijakan Hukum dan Pembangunan, 4(1), 33-48.
8
Rofiah, R., & Fahlevi, A. (2019). Efektivitas Hakim Ad Hoc pada pengadilan tipikor. Jurnal
Pembaharuan Hukum, 6(2), 243-262.
Di samping itu, penting juga untuk mencermati struktur organisasi dan sistem
pengawasan yang ada dalam lingkungan Hakim Ad Hoc. 9 Adanya mekanisme pengawasan
dan etika yang kuat dapat membantu memastikan bahwa Hakim Ad Hoc menjalankan tugas
mereka secara profesional dan independen. Misalnya, adanya kode etik yang jelas dan sanksi
yang tegas terhadap pelanggaran etika dapat menjadi landasan bagi Hakim Ad Hoc dalam
menjaga independensi mereka.
Namun, meskipun upaya yang dilakukan untuk memastikan independensi Hakim Ad
Hoc, tidak dapat dihindari bahwa keberadaan Hakim Ad Hoc yang ditunjuk secara sementara
dapat menimbulkan keraguan atau persepsi yang meragukan terhadap independensi mereka.
Terlepas dari upaya yang dilakukan, aspek subjektivitas atau persepsi tetap bisa menjadi
faktor yang memengaruhi pandangan masyarakat terhadap independensi Hakim Ad Hoc.
Dalam konteks Indonesia, perlu terus dilakukan evaluasi dan perbaikan dalam menjaga
independensi Hakim Ad Hoc. Upaya untuk meningkatkan transparansi, perlindungan, dan
pengawasan Hakim Ad Hoc dapat membantu meminimalkan risiko campur tangan atau
pengaruh eksternal yang dapat mengancam independensi mereka.10
Kesimpulannya, menjaga independensi Hakim Ad Hoc adalah hal yang krusial dalam
penggunaan mereka dalam sistem peradilan. Melalui penunjukan yang transparan,
perlindungan dari tekanan eksternal, pengawasan yang efektif, dan implementasi etika yang
kuat, independensi Hakim Ad Hoc dapat terjaga dengan baik. Namun, perlu diakui bahwa
risiko persepsi yang meragukan tetap ada, dan perlu dilakukan upaya terus-menerus untuk
meningkatkan dan memperbaiki mekanisme yang mengatur independensi Hakim Ad Hoc.
Keberlanjutan Penggunaan Hakim Ad Hoc dalam Sistem Peradilan
Keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc dalam sistem peradilan merupakan isu
penting yang perlu dipertimbangkan. Penggunaan Hakim Ad Hoc yang tidak berkelanjutan
dapat menimbulkan ketidakpastian hukum dan mengganggu stabilitas sistem peradilan.
Dalam pembahasan ini, kami akan mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi
keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc dalam konteks sistem peradilan Indonesia, dengan
mengacu pada sumber-sumber berbahasa Indonesia.11
Pertama, salah satu faktor penting dalam keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc
adalah kebutuhan akan peningkatan kapasitas dan kompetensi hakim tetap. Jika hakim tetap
memiliki keahlian yang memadai dan dapat menangani kasus-kasus khusus dengan baik,
maka kebutuhan akan penggunaan Hakim Ad Hoc dapat dikurangi. Oleh karena itu, investasi
dalam pelatihan dan pengembangan hakim tetap menjadi sangat penting untuk memastikan
keberlanjutan sistem peradilan.
Selain itu, perlu adanya kejelasan dalam aturan dan prosedur penggunaan Hakim Ad
Hoc. Kekurangan pedoman yang jelas dalam penunjukan Hakim Ad Hoc dapat menyebabkan
ketidakpastian dan konflik interpretasi. Pengembangan kerangka kerja yang jelas dan
9
Zuhro, I., Nurgiyantoro, N., & Fikry, M. (2021). Penunjukan Hakim Ad Hoc dalam penyelesaian perkara
tindak pidana korupsi: Suatu tinjauan yuridis normatif. Jurnal Keadilan, 5(1), 37-51.
10
Damarjati, M. A. (2019). Efektivitas Penunjukan Hakim Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Medan dalam
Menangani Perkara Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Yudisial, 13(1), 60-77.
11
Damarjati, M. A. (2019). Efektivitas Penunjukan Hakim Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Medan dalam
Menangani Perkara Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Yudisial, 13(1), 60-77.
transparan dalam penggunaan Hakim Ad Hoc dapat membantu menjaga keberlanjutan dan
konsistensi dalam praktiknya.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah pembiayaan dan sumber daya yang memadai.
Penggunaan Hakim Ad Hoc dapat memerlukan alokasi sumber daya tambahan, seperti biaya
honorarium dan fasilitas pendukung. Jika sumber daya tidak mencukupi, penggunaan Hakim
Ad Hoc mungkin tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi
pemerintah atau lembaga yang bertanggung jawab untuk memastikan adanya pembiayaan
yang memadai untuk mendukung penggunaan Hakim Ad Hoc.
Selain itu, aspek kepercayaan publik juga penting dalam menjaga keberlanjutan
penggunaan Hakim Ad Hoc. Jika masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap keberlanjutan
dan objektivitas penggunaan Hakim Ad Hoc, hal ini dapat mengancam keberlangsungan
sistem peradilan secara keseluruhan. Oleh karena itu, transparansi, akuntabilitas, dan
partisipasi publik dalam proses penggunaan Hakim Ad Hoc dapat membantu membangun dan
menjaga kepercayaan publik yang diperlukan untuk keberlanjutan sistem peradilan.
Namun, perlu diingat bahwa penggunaan Hakim Ad Hoc tidak harus selalu
berkelanjutan dalam semua kasus. Terdapat situasi darurat atau kasus-kasus khusus yang
memang memerlukan penunjukan Hakim Ad Hoc. Keputusan penggunaan Hakim Ad Hoc
harus didasarkan pada pertimbangan kebutuhan kasus secara individu dan keadilan yang lebih
luas.
Dalam konteks Indonesia, untuk menjaga keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc,
perlu dilakukan evaluasi berkala terhadap praktiknya. Pengalaman dan pembelajaran dari
kasus-kasus sebelumnya dapat digunakan untuk memperbaiki mekanisme penunjukan,
meningkatkan transparansi, dan memperkuat regulasi terkait penggunaan Hakim Ad Hoc 12.
Kesimpulannya, keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc dalam sistem peradilan perlu
dipertimbangkan dengan hati-hati. Peningkatan kapasitas hakim tetap, kejelasan aturan dan
prosedur, pembiayaan yang memadai, kepercayaan publik, dan evaluasi berkala menjadi
faktor-faktor penting yang harus diperhatikan untuk menjaga keberlanjutan penggunaan
Hakim Ad Hoc dalam sistem peradilan Indonesia.13
12
Krisna Harahap,. Pemberantasan Korupsi di Indonesia Jalan Tiada Ujung. Bandung Grafitri. Bandung,
2009
Gunawan, R. (2020). Tinjauan Efektivitas Hakim Ad Hoc dalam Penanganan Kasus Khusus (Studi
13
Kasus Pengadilan Tipikor Jakarta). Jurnal Ilmu Hukum dan Sosial, 4(1), 1-17.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Dalam artikel jurnal ini, kami telah membahas tiga rumusan masalah terkait penggunaan
Hakim Ad Hoc dalam sistem peradilan. Pertama, kami membahas mengenai peran Hakim Ad
Hoc dalam meningkatkan efisiensi penanganan perkara khusus. Kami menyoroti bahwa
Hakim Ad Hoc dapat memberikan keahlian khusus dalam kasus-kasus tertentu, mempercepat
proses peradilan, dan mengurangi beban kerja hakim tetap. Namun, penting juga untuk
memastikan adanya penyeimbangan yang tepat antara penggunaan Hakim Ad Hoc dan
perlindungan hak-hak terdakwa. Kemudian, kami membahas mengenai independensi Hakim
Ad Hoc dalam praktik. Independensi hakim adalah prinsip penting dalam sistem peradilan,
dan penting untuk memastikan bahwa Hakim Ad Hoc tetap independen dalam mengambil
keputusan. Kami menggarisbawahi perlunya proses penunjukan yang transparan,
perlindungan dari tekanan eksternal, dan adanya mekanisme pengawasan dan etika yang kuat.
Meskipun demikian, perlu diakui bahwa keberadaan Hakim Ad Hoc yang ditunjuk secara
sementara dapat menimbulkan keraguan atau persepsi yang meragukan terhadap independensi
mereka.
Terakhir, kami membahas keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc dalam sistem
peradilan. Keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc membutuhkan peningkatan kapasitas
hakim tetap, kejelasan aturan dan prosedur, pembiayaan yang memadai, kepercayaan publik,
dan evaluasi berkala. Kami menekankan pentingnya mengembangkan mekanisme yang
memastikan keberlanjutan penggunaan Hakim Ad Hoc tanpa mengorbankan kepastian hukum
dan stabilitas sistem peradilan. Secara keseluruhan, penggunaan Hakim Ad Hoc dalam sistem
peradilan memiliki manfaat dan tantangan yang perlu diperhatikan dengan seksama. Dalam
memanfaatkan Hakim Ad Hoc, perlu mempertimbangkan efisiensi penanganan perkara
khusus, menjaga independensi hakim, dan memastikan keberlanjutan penggunaan yang
sejalan dengan kebutuhan dan prinsip-prinsip keadilan. Dengan memperhatikan aspek-aspek
tersebut, penggunaan Hakim Ad Hoc dapat menjadi alat yang efektif dalam sistem peradilan
untuk menangani kasus-kasus khusus dengan tepat dan efisien.
2. Saran/Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan mengenai penggunaan Hakim Ad Hoc dalam sistem
peradilan, kami ingin memberikan beberapa saran dan rekomendasi kepada pihak terkait.
Pertama, pemerintah dan lembaga yang terlibat dalam penunjukan Hakim Ad Hoc perlu
memperkuat mekanisme penyeleksian dan penunjukan. Diperlukan kriteria yang jelas dan
objektif dalam memilih Hakim Ad Hoc yang memiliki keahlian dan integritas yang tinggi.
Penunjukan Hakim Ad Hoc juga harus melibatkan proses yang transparan, melibatkan pihak-
pihak yang relevan, dan mempertimbangkan masukan dari masyarakat. Dalam hal ini, perlu
dilakukan evaluasi terhadap praktik penggunaan Hakim Ad Hoc secara berkala untuk
memastikan keberlanjutan dan efektivitasnya.
Selain itu, diperlukan investasi dalam pelatihan dan pengembangan hakim tetap.
Peningkatan kapasitas hakim tetap akan membantu mengurangi ketergantungan pada Hakim
Ad Hoc dan memperkuat keberlanjutan sistem peradilan. Pemerintah dan lembaga terkait
harus menyediakan program pelatihan yang berkualitas dan berkelanjutan untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan hakim tetap, terutama dalam penanganan kasus-
kasus khusus. Dalam jangka panjang, upaya ini akan membantu mengurangi kebutuhan
penggunaan Hakim Ad Hoc dan meningkatkan kualitas dan efisiensi penanganan perkara
Selain itu, penting juga bagi pihak terkait untuk terus memperkuat transparansi,
akuntabilitas, dan partisipasi publik dalam praktik penggunaan Hakim Ad Hoc. Informasi
terkait penunjukan, proses kerja, dan keputusan Hakim Ad Hoc harus tersedia secara terbuka
untuk publik. Pihak terkait harus memperhatikan masukan dan kritik dari masyarakat terkait
praktik penggunaan Hakim Ad Hoc. Membangun kepercayaan publik dan menjaga legitimasi
sistem peradilan adalah aspek penting dalam menjaga keberlanjutan penggunaan Hakim Ad
Hoc.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Krisna Harahap,. Pemberantasan Korupsi di Indonesia Jalan Tiada Ujung. Bandung Grafitri.
Bandung, 2009
Lilik Mulyadi. Tindak Pidana Korupsi. Bandung, Citra Aditya Bhakti, 2000
Ahmad Mujahidin,. Peradilan Satu Atap di Indonesia,. PT Refika Aditama. Bandung. 2007
Jurnal
Asmara, A., Widayati, E., & Kuswanto, H. (2020). Evaluasi pelaksanaan hakim ad hoc pada
lingkup peradilan umum di Indonesia. Jurnal Kebijakan Hukum dan Pembangunan, 4(1),
33-48.
Damarjati, M. A. (2019). Efektivitas Penunjukan Hakim Ad Hoc pada Pengadilan Negeri
Medan dalam Menangani Perkara Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Yudisial, 13(1), 60-77.
Gunawan, R. (2020). Tinjauan Efektivitas Hakim Ad Hoc dalam Penanganan Kasus Khusus
(Studi Kasus Pengadilan Tipikor Jakarta). Jurnal Ilmu Hukum dan Sosial, 4(1), 1-17.
Rachmawati, S. (2018). Efektivitas Penggunaan Hakim Ad Hoc dalam Penanganan Tindak
Pidana Korupsi. Jurnal Yustika, 21(1), 1-12.
Rofiah, R., & Fahlevi, A. (2019). Efektivitas Hakim Ad Hoc pada pengadilan tipikor. Jurnal
Pembaharuan Hukum, 6(2), 243-262.
Trijono, R. (2019). Asas Transparansi dalam Peninjauan Ulang Putusan Mahkamah Konstitusi.
Jurnal Konstitusi, 16(1)
Zuhro, I., Nurgiyantoro, N., & Fikry, M. (2021). Penunjukan Hakim Ad Hoc dalam
penyelesaian perkara tindak pidana korupsi: Suatu tinjauan yuridis normatif. Jurnal
Keadilan, 5(1), 37-51.