Disusun Oleh :
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Tantangan dan peluang dalam memajukan
serta meningkatkan keadilan sistem hukum di Indonesuia”, tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Minggu Saragih, S.H., M.H.
selaku dosen pengampu mata kuliah Klinis Hukum yang merupakan mata kuliah yang
diselenggarakan di Progam Studi Ilmu Hukum, Universitas Prima Indonesia.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita dalam program studi Ilmu Hukum. Mengingat berbagai
kendala dan kesulitan penulis saat menyelesaikan makalah ini, penulis menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………….…………………………………………. i
KATA PENGANTAR…….……………………………..……………………………....ii
DAFTAR ISI…..……………………………...………………………....…………...…iii
BAB II PENDAHULUAN..……………………………………………………….
………….....1
A. Latar Belakang…………………………………………………………...….1
B. Rumusan Masalah………...…………………………………………………1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………….……1
D. Metode penilitian……………………………………………………………2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...
………………2
A. MENJAGA KEADILAN SISTEM PERADILAN INDONESIA …………..2
B. MENINGKATKAN KEADILAN SISTEM HUKUM INDONESIA…….....3
BAB III PENUTUP…………………………………………………………….……….6
A. Kesimpulan…………………………………………………....................….6
DAFTAR PUSTAKA………………………...….………………………………………7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengatasi tantangan dalam menjaga keadilan sistem peradilan
Indonesia?
2. Bagaimana cara memanfaatkan peluang untuk meningkatkan keadilan dalam
sistem hukum Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cara mengatasi tantangan dalam menjaga keadilan dalam
sistem peradilan Indonesia
2. Untuk mengetahui cara memanfaatkan peluang untuk meningkatkan keadilan
dalam sistem hukum Indonesia
D. Metode Penelitian
1
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
normatif, yang merupakan pendekatan penelitian hukum yang mengkaji dan
menganalisis bahan pustaka atau data sekunder. Penelitian hukum normatif juga dikenal
sebagai penelitian doktrinal. Peter Mahmud Marzuki menyatakanpenelitian hukum
normatif adalah suatu proses yang bertujuan untuk menemukan aturan hukum, prinsip-
prinsip hukum, dan doktrin-doktrin hukum yang bisa memberikan jawaban terhadap
isu-isu hukum yang dihadapi. Dalam penelitian hukum ini, seringkali hukum
dikonseptualisasikan sebagai apa yang terbisa dalam peraturan perundang-undangan
atau sebagai kaidah atau norma yang menjadi acuan dalam perilaku manusia yang
dianggap tepat. Dalam penelitian hukum normatif, pengaruh yang signifikan berasal
dari doktrin hukum murni dan positivisme. Pandangan Soerjono Soekanto tentang
penelitian hukum normatif didasarkan pada cakupan disiplin hukum sebagai suatu
sistem pengajaran tentang realitas, yang meliputi disiplin analitis dan disiplin perspektif.
Dalam konteks ini, disiplin hukum secara umum mencakup disiplin perspektif, yang
terfokus pada aspek normatifnya saja.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Adapun beberapa faktor yang menjadi hambatan atau tantangan dalam sistem
peradilan Indonesia antara lain :
Ada beberapa cara dalam menanggulangi atau mengatasi tantangan dalam sistem
peradilan di Indonesia, yaitu :
Ada beberapa cara juga yang dapat dilakukan oleh masyarakat yaitu :
3
5. membantu orang lain yang diperlakukan tidak adil di hdapann hukum
Secara internal, lembaga peradilan harus di dukung oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Pengadilan harus bersih dari segala bentuk KKN, untuk itu di upayakan hal-hal
seperti :
- Membangun pribadi hakim yang berintergritas
- Sistem kontrol yang baik
- Fasilitas yang cukup
- Intelektualitas hakim yang handal
4
Sscara eksternal, harus didukung juga hal-hal sebagai berikut:
- budaya yang baik dari masyarakat, yakni masyarakat harus patuh dan hormat
pada hukum, tidak berbuat dengan segala cara untuk memenangkan perkara, dan
masyarakat harus terbebas dari budaya suap menyuap
- keberadaan lembaga peradilan harus mendapat dukungan politik yang memadai
seperti ketersediaan anggaran yang cukup, dan
- dukungan sosial yang cukup untuk turut serta memecahkan masalah bukan
sekedar membicarakan masalah atau sekedar memajukan tuntutan
2. Lembaga peradilan, utamanya majelis hakim harus bebas dari segala bentuk
campur tangan dari suatu kekuasaan atau kekuatan sosial atau kekutan politik
yang menggiring suatu majelis hakim pada arah tertentu.
3. Penjatuhan sanksi juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas
kerja dan kinerja warga peradilan karena penjatuhan sanksi secara tegas dan
tidak pandang bulu yang diberikan olah Mahkamah Agung kepada yang terbukti
melakukan pelanggaran dan penjatuhan sanksi diumumkan kepada publik secara
transparan sehingga publik tahu tentang hal itu
4. Membangun sikap hormat dan patuh pada pengadilan dan putusan majelis hakim
sebagai suatu bentuk keikutsertaan membangun pengadilan yang berwibawa.
5. Sistem manajemen yang menjamin efisiensi, efektifitas, produktivitas, putusan-
putusan yang bermutu atau memberi kepuasan kepada yang berperkara atau
publik pada umumnya. Hal ini dapat dicapai dengan membangun sumber daya
yang bermutu, sistem manajemen yang baik, dukungan dana yang cukup, dan
berbagai prasarana dan sarana yang memadai
6. Meenyiapkan sarana keperluan pengaduan masyarakat, dalam arti meja
pengaduan publik yang ada pada setiap Pengadilan harus dilaksanakan secara
optimal dan mendapat perhatian yang serius, penanganan laporan kinerja hakim
dan pengaduan masyarakat yang disampaikan kesatuan harus sungguh-sungguh
ditindaklanjuti, Mahkamah Agung melalui badan pengawasan dibawah
koordinasi Ketua Muda Pengawasan harus mampu memahami simpul- simpul
yang memungkinkan terjadinya pelanggaran (mafia peradilan ) baik di tingkat
pencatatan administrasi perkara, distribusi perkara, waktu yang wajar untuk
menyidangkan perkara, dan putusan yang wajar dari perkara tersebut
5
Atas hal tersebut hakim merupakan bagian terpenting dalam penegakan
hukum dan mencerminkan wajah peradilan secara keseluruhan, walaupun ada
rekayasa di Kepolisian, Kejaksaan ataupun tempat lain hakim dapat memahami dan
mengetahui itu semuanya sehingga kemudian dapat mengeluarkan produk berupa
putusan yang bermartabat dan kemudian dapat merebut kembali kepercayaan publik
terhadap dunia peradilan.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Berdasarkan semua hal yang telah diuraikan di atas, maka bisa disimpulkan
bahwa penyimpangan masih begitu banyak terjadi, dalam penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman baik dalam konteks dimensi substansi maupun prosedural yang tidak
memungkinkan terjadinya kebebasan dan kemandirian kekuasaan kehakiman. Jaminan
dan kepastian akan hakekat kebebasan dan kemandirian kekuasaan kehakiman sangat
tergantung dengan penerapan dan pelaksanaan sistem politik.
6
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Ali. 2002. Keterpurukan Hukum di Indonesia. PT. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Amran Suadi, 2014, Sistem Pengawasan Badan Peradilan di Indonesia, Rajawali Press,
Jakarta.
Aziz Abdul Hakim, Aziz, 2011, Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia, Pustaka
Belajar, Yogyakarta.