`
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. H. Abdul Manan, SH, S.IP, M.Hum
Disusun Oleh :
Kelompok 5 Kelas Minggu F
Patrina Soesilo
2012010461104
Pidari Sinaga
2012010461105
Putra Hutomo
2012010461106
Putri Sari
2012010461107
Putut Surarso
2012010461108
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkatNya sehingga kami dapat mengerjakan dan menyelesaikan penulisan
makalah ini dengan baik dengan judul : PENEMUAN HUKUM OLEH
HAKIM DALAM PERSPEKTIF HUKUM PROGRESIF DEWASA INI DI
INDONESIA. Pada kesempatan ini, perkenanlah kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada yang membantu kami untuk menyelesaikan
penulisan makalah ini :
1.
Bapak Prof. Dr. H. Abdul Manan, SH, S.IP, M.Hum selaku dosen
pembimbing kami pada mata kuliah Metode Penemuan Hukum. Kami
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan beliau yang
telah mengajarkan materi tentang Teori Hukum yang sangat berbobot dan
menggali pemikiran kami untuk berpikir lebih kritis serta memberikan
kami kesempatan untuk membuat penulisan ini yang akan di diskusikan
dan disempurnakan oleh teman-teman kelas Minggu F yang tentunya
sangat bermanfaat bagi kami untuk penyempurnaan penulisan ini.
2.
3.
4.
Teman-teman kelas Minggu F yang tidak bisa di tuliskan satu persatu pada
makalah ini, semoga kita kompak, sehat, sukses dan menjaga hubungan
persahabatan dan kekerabatan ini sampai nanti kita menyelesaikan kuliah
Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Jayabaya.
Kami menyadari bahwa penulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Akhirnya kami berharap agar penulisan ini dapat memberikan manfaat kepada
seluruh pembaca pada umumnya.
ii
Kelompok 5
Kelas Minggu (F)
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Metode Penelitian
13
10
11
12
13
13
19
28
B. Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dapat
diadili
secara
serta
merta karena melanggar ketentuan hukum . Dalam mengadili suatu perkara yang
lebih bersifat konkret dengan berbagai konteksnya sangat berbeda jauh
ketentuan
dengan
tidak
semuanya
diatur dalam
ketentuan
hukum
tetapi
hukum
penemuan
hukum.
Penafsiran hukum
merupakan proses mencari dasar hukum yang tepat untuk mengadili suatu
perkara yang belum jelas ketentuan hukum yang mengaturnya.
Hukum Kenyataannya seja Indonesia merdeka hingga sampai saat ini
penegakan selalu menjadi masalah utama yang dikeluhkan
masyarakat.
kurang
akhir
penegak
dan pola pikir para penegak hukum yang masih terkungkung dalam pikiran
legalistic- positivistik.1 Kondisi hukum yang semakin terpuruk ini pada
akhirnya tidak mendapat tempat di hati masyarakat karena sama sekali tidak
memberikan jawaban atas kebutuhan hukum yang berkeadilan. Sebagai
konstelasi
pemikiran
mengemukakan
bidang
hukum
selama
ini,
Satjipto
hasil
Rahardjo
progresif
menekankan
penafsiran
hukum
memang
sangat sesuai
progresif
juga
menawarkan
satu cara
pandang baru dalam berhukum yaitu dengan melibatkan hati nurani. Kasus
Prita Mulyasari
merupakan
contoh
kasus
mengedepankan rasa keadilan yang ada secara khusus pada perlindungan hak
konsumen. Keadilan
menjadi
sebuah
saat
penafsiran
kepentingan masyarakat
berada
dalam
hukum progresif
daripada
kepastian
hukum
permasalahan hukum.
lebih
menekankan
hukum, hal
khususnya
tersebut
asas legalitas.
Kepastian hukum dan keadilan merupakan dua tujuan utama yang harus
diakomodasi
hukum
pidana
asas
kepastian
jelas
menimbulkan permasalahan
tersendiri
dalam
hukum.
penting
diterapkan
hukum
progresif
dan
hukum
dalam
terhadap
hal
dapat
hukum progresif.
judul
PENEMUAN
HUKUM
OLEH
HAKIM
DALAM
1
2
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, Andi Offset, Yogyakarta, 2000, hlm. 4.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta 1986, hlm. 6.
sebagai
hukum
positif
dengan
peraturan
pelaksanaannya.
2. Spesifikasi Penelitian.
Spesifikasi Penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitis
yaitu untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh dan sistematis
tentang tokoh-tokoh yang mengemukakan pendapat tentang teori
Hukum Progresif dan mengetahui implementasi teori Hukum
Progresif di Indonesia.
Menurut Bambang Sunggono, deskripsi analitis yaitu memaparkan,
menggambarkan atau mengungkapkan hal yang terkait dengan
obyek penelitian untuk kemudian dibahas atau dianalisis menurut
ilmu dan teori-teori atau pendapat peneliti sendiri, dan terakhir
menyimpulkannya.3
3. Tehnik Pengumpulan Data.
Data yang dikumpulkan dalam makalah ini berasal dari buku-buku
mengenai teori hukum Progresif.
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum.
Data yang telah dikumpulkan diproses melalui langkah-langkah yang
bersifat umum, yaitu difokuskan pada hal-hal yang penting dan
mengambil kesimpulan untuk kemudian diverifikasi. Data yang telah
terkumpul akan direduksi untuk kemudian dicari maknanya, mencari
3
disimpulkan.4
Teknik
tersebut
digunakan
BAB II
4
untuk
PEMBAHASAN
A.
tahun 2002 lewat sebuah artikel yang ditulis di Harian Kompas dengan judul
Indonesia Butuhkan Penegakan Hukum Progresif5. Dalam artikel ini
mengisyaratkan kritik dan kerisauan beliau terhadap perjalanan penegakan hukum
di Indonesia yang berjalan lambat. Selain itu gagasan hukum Progresif ini juga
dipengaruhi terutama sejak bergulirnya era reformasi yang ditandai oleh
ambruknya kekuasaan Orde Baru yang otoriter selama puluhan tahun.
Namun itu bukan satu-satunya alasan, menurut Prof. Dr. Satjipto Rahardjo,
hukum progresif tidak hanya dikaitkan pada keadaan sesaat, namun hukum
progresif melampaui pikiran sesaat dan memiliki nilai ilmiah tersendiri. hukum
progresif dapat diproyeksikan dan dibicarakan dalam konteks keilmuan secara
universal, oleh karena itu hukum Progresif dihadapkan pada dua medan sekaligus,
yaitu Indonesia dan dunia. Ini didasarkan pada argument bahwa ilmu hukum tidak
dapat bersifat steril dan mengisolasi diri dari perubahan yang terjadi didunia. Ilmu
pada dasarnya harus selalu mampu memberi pencerahan terhadap komunitas yang
dilayani. Untuk memenuhi peran itu, maka ilmu hukum dituntut menjadi
Progresif. Ilmu hukum normative yang berbasis Negara dan pikiran abad ke -19
misalnya, tidak akan berhasil mencerahkan masyarakat abad ke-20 dengan
sekalian perubahan dan perkembangannya. 6
Berbeda dengan hukum yang berbasis pada teori positivis, yang sangat
mengandalkan paradigma peraturan (rule), hukum Progresif lebih mengutamakan
5
Abu Rokhmad, Hukum Progresif Pemikiran Satjipto Rahardjo dalam Perspektif Teori
Maslahah, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2012, hlm 6.
6
Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif sebagai Dasar Pembangunan Ilmu Hukum Indonesia, dalam
buku : Menggagas Hukum Progresif Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm.2-3.
Kegagalan
pengadilan
membawa
koruptor
asumsi bahwa hukum bertumpu pada manusia itu sendiri, membawa konsekuensi
pentingnya sebuah kreativitas. Kreativitas dalam konteks disini adalah konteks
penegakan hukum selain mengatasi ketertinggalan dan ketimpangan hukum, juga
untuk membuat terobosan hukum dan kalau perlu melakukan rule breaking.9
Menurut beliau, ada tiga cara untuk melakukan rule breaking, yaitu :
1.
2.
Pencarian
makna
lebih
dalam
hendaknya
10
Dari pengertian diatas, dapat di tarik kesimpulan bahwa hukum itu untuk
manusia, bukan manusia untuk hukum, karena kehidupan manusia penuh dengan
dinamika dan berubah dari waktu ke waktu, dengan kata lain, hukum dapat saja
tidak dipertimbangkan jika keadilan menuntut hal demikian.11
11
11
yang lahir tanpa sebab dan bukanlah sesuatu yang jatuh dari langit. Hukum
Progresif adalah bagian dari proses pencarian kebenaran yang tidak pernah
berhenti. Hukum Progresif dapat dipandang sedang konsep yang sedang mencari
jati diri bertolak dari realitas empiris tentang bekerjanya hukum di masyarakat,
berupa ketidakpuasan dan keprihatinan terhadap kinerja dan kualitas penegakan
hukum dalam setting Indonesia akhir abad ke -20. 15
Hukum dengan watak progresif ini diasumsikan bahwa hukum adalah
untuk manusia, bukan sebaliknya manusia untuk hukum. Kehadiran hukum bukan
14
Ibid.
SatjiptoRahardjo, Hukum Progresif : Hukum yang membebaskan, Jurnal Hukum Progresif,
Vol 1, No. 1/April 2005, Program Doktor Ilmu Hukum Undip Semarang, hlm 3.
15
12
untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu yang lebih luas dan besar. Jika
terjadi permasahan didalam hukum, maka hukumlah yang harus diperbaiki, bukan
manusia yang dipaksa untuk dimasukkan kedalam skema hukum. Hukum juga
bukan institusi yang mutlak serta final, karena hukum selalu berada dalam proses
untuk terus-menerus menjadi (law as process, law in the making).
B.
Ketentuan
hukum
yang
selalu
hakim
untuk
(la
bouche
de
la
loi)
kebebasan untuk
memahami
dan
mengkaitkan
hukum sesuai
perkembangan masyarakat.
Pemahaman akan korelasi hermenetika dan
hukum
metode
penemuan
syarat-syarat
hukum
16
Ahmad Rifai, 2010, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum P
rogresif, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 19.
17
13
tersebut
yaitu
strictissim
kata-kata
cukup
tersebut,
undang-undang
yang
halnya jika
dibuat
oleh
ternyata
pembuat
interpretatie
penafsiran
itu
sebagai
menjelaskan
hakekat
dari
penafsiran
pada
menjamin
penerapan
atau penegakan hukum dapat dilakukan secara tepat, benar, dan adil, dan
(4) mempertemukan antara kaidah hukum dengan perubahan-perubahan
sosial
agar
kaidah
hukum
tetap
aturan
undang-undang dalam
18
19
yang
tidak
membuat
rumusan
undang-undang hanyalah
20
Ibid.
Bagir Manan, Beberapa Catatan tentang Penafsiran, Varia Peradilan, Tahun
XXIV, No. 285 Agustus, 2009, hlm. 5.
21
14
segi
pergaulan
sosial
dengan
masyarakat.
Tidak pernah ada satu peristiwa hukum yang tepat serupa dengan lukisan
Untuk
ini
Tuntutan keadilan;
4)
hukum,
5)
6)
Secara sosiologis, bahasa atau kata atau kata-kata bisa berbeda makna;
7)
8)
Transformasi
atau
resepsi konsep
hukum
asing
yang
hukum,
seperti
Pengaruh berbagai
teori
baru
sociological jurisprudence,
dan
feminist
10) Ketentuan
kata
atau kata-kata
bahasa,atau
di bidang
legal theory
dalam
undang-
undang tidak jelas, bermakna ganda, tidak konsistenunreasonable. Berdasarkan 10 (sepuluh) alasan di atas hakim dalam
melaksanakan
15
tidak hanya
menggali
nilai-nilai
hukum
yang
secara
ada
progresif.
dan berlaku di
masyarakat melainkan mengikuti perkembangan penghayatan nilai-nilai tersebut di masyarakat. Di sinilah titik temu antara
dengan
hukum progresif
yang
memberikan
penemuan
hukum
kemudahan serta
perannya
sebagai
hukum yang ada untuk mendapatkan aturan hukum sebagai dasar mengadili.
Hakim diberikan keleluasaan untuk melakukan
terdapat
jaman.
kataan
penafsiran
apabila
undang-undang
tersebut
memboleh- kannya,
dengan
dapat
diterapkan
undang-undang.24
Dengan
adanya kebebasan
hukum di dalam
bahwa menjalankan
16
secara
implisit
dengan
dalamnya.
hukum
doktrin
masyarakat
berlakulah
Algra menjelaskan
pengertian
harus
ibi
diberikan suatu
penyelesaian
yuridis
yuridis.26 Hukum
di
yang
hidup
dan
masyarakat.
Roscoe
Pound
membedakan
dua
making
lebih
merupakan
berarti
pengertian hukum
di
dalam
penemuan
hukum
tetap
tidak
didasarkan
peraturan perundang-undangan.
Suatu penafsiran agar dapat disebut sebagai
hukum
harus melalui
beberapa
prosedur
usaha
penemuan
penemuan hukum.
Mertokusumo 28
dapat
26
17
hukum
akan
dibandingkan dengan
bahan
aturan
undang-
pertimbangan
awal.
seleksi terhadap
undang-undang
yang
18
Peter
ini
Machmud
sebagai
menegaskan
arti
penting pemahaman
isu
hukum
hukum, baik secara dogmatik hukum, teori hukum ataupun filsafat hukum 29.
Isi hukum di dalam dogmatik hukum lebih memberatkan pada
praksis dengan ditemukannya
aspek
mengenai
konsep
hukum yang dilakukan. Kedua hal ini benar-benar harus dipahami dan
dikuasai oleh hakim sebagai seorang
ahli
hukum
dalam
menangani
digagasnya
konsep
berbagai pemikiran
untuk
progresif
yang
dikemukakan
oleh
penemuan
Hakim
dalam
hukum progresif
Perspektif Hukum
memiliki
(tiga)
permasalahan hukum
ke
2.
depan
tersebut
untuk
kepentingan jangka
panjang
terobosan (rulebreaking)
dengan
melihat
29
19
3.
dan
kesejahteraan
dalam
menangani membawa
bangsa
dan
ahli
Negara
hukum
keluar dari
di
atas
lebih merupakan
syarat bagi
mampu
didasarkan
melihat
atas dinamika
masyarakat
sehingga
membawa
dalam putusan
(RxF=D)34
melainkan
sebagai
pertimbangan
perkara berdasarkan
nilai-nilai
hukum
pendapat
menyebabkan
Smelser
menjelaskan
6 (enam)
faktor
yang
precipitating
factors
figur
(faktor
yang
tuntutan
publik
atas
dapat
31
pada
hakim dalam
20
mempertimbangkan
sebuah
memperhatikan nilai-nilai
hukum
terbentuk
tuntutan massa
oleh
karena
peradilan massa
dihalalkan
di
padahal
kehakiman yang
secara
mana
itu
lebih.
justru
intervensi
akan
pada
sangat berbahaya
mandiri. A.M.
Mujahidin
melahirkan
proses peradilan
bagi
kekuasaan
berdampak
pada
penegakan
hukum
yang irasional dan emosional.32 Selain itu peradilan oleh massa (trial by
mass) melanggar prinsip presumption of innocence sebagai prinsip dasar
proses hukum pidana yang
menempatkan
seseorang
tidak
Penilaian
bersalah
ada
progresif
putusannya.
Ahmad
atau
hukum
sebagai penemuan
hukum
atas
yang
memang
progresif
ketentuan
dapat
karena
hukum
ditetapkan.
konsep
21
dari
pembuatan
ketentuan
hukum yang dimaksud agar jangan sampai terlepas dari tujuan asal
sebuah undang-undang dibuat. Kondisi
tersebut
seolah
harus selalu
menjamin
memberikan
dan
perlindungan
hukum
bagi
keadilan.
Perlu
diingat
bahwa
tujuan
dari kekuasaan
kehakiman
sendiri
tahap
keadilan
persidangan.
penulis masuk
dalam
harus
benar-benar
dijamin termasuk
kategori
putusan
Bandung
menyatakan
terdakwa bersalah
melakukan
tindakan
pasif
dalam
berkedudukan
sebagai
asusila
bahkan
orang
lain
penyebaran
tersebut.
pembantu
pasif
perbuatan
tersebut
meresahkan masyarakat
nilai-nilai
ke-susilaan.
telah
22
tersebut
dan
mengingat
merusak
Namun
demikian,
hal
tersebut menimbulkan
sebuah
menerapkan
ketentuan
mengarahkan pandangannnya
pada
Hakim tetap
tugas
yudisial
UUD
1945.
Berdasarkan
jelas
serta
kepastian
Hakim
hukum
diwajibkan
dan
tugas
keadilan
untuk
pada
setiap
sebagai
ukuran
obyektifitas dan
bagaimana
seseorang
harus
berbuat
atau
jika
sebagai
tidak
harus
dibandingkan
yang
tidak
bergantung
pada
23
aturan
norma
memacu
hakim
untuk
dengan pemberlakuan
asas
sebuah
konsekuensiadanya ketentuan
dan
diberlakukan
asas
norma
hukum yang
oleh masyarakat
jelas
tegas
sebagai
ketentuan hukum
yang
sudah
sebelumnya
memberikan
sebuah
dasar
kuat bagi
di
Perbuatan
berlaku
yang
secara
riil
depan
tersebut
dan diakui
masyarakat.
Terkait dengan penggunaan penafsiran hukum sebagai upaya penemuan
hukum secara
nilai-nilai
progresif,
yang
hakim dituntut
untuk
menggali
bagi
seorang
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Medi
a, Jakarta, hlm. 44-45
24
Secara yuridis
berupa nilai-
nilai
tersebut lebih
yang berlaku
di
masyarakat.
Harapan
Dalam hal
hakim bunyi
kata
dan
atau kata-kata
susunan
kaidah
hal-hal
yang
dapat
undang, kecuali
maksud
maksud
dan
tujuan
Penafsiran
keadilan.
Kepentingan
bertentangan
4.
hanya
Penafsiran
dengan
hanya
dilakukan
demi memberi
masyarakat
kepentingan
dilakukan
kepuasan
kepada
25
hukum
dan
6.
ajaran
tersebut
relevan
dengan
persoalan hukum
yang
akan
harus bersifat
ke
hukum
dengan keadaan
yang
hidup
Bagir
Manan
tidak
berpijak
dan
http://hukum.kompasiana.com/2011/01/07/praktik-mafia-hukum-dan-hukum-progresif/
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penemuan
hukum
secara progresif
tidak
terlepas
keadilan
dengan
adalah bagian dari proses pencarian kebenaran (searching for the truth) yang
tidak pernah berhenti.Paradigma
39
sempit
yang
menempatkan
http://www.lemhannas.go.id/portal/in/daftar-artikel/1715
27
hakim
menegakkan
hukum
dengan
menabrak
harus
Pemahaman
tersebut
tentunya sangat sinergi dengan konsep asas legalitas secara materiil yang
membuka
diri
pada keterlibatan
nilai-nilai
hukum
dasar
dalam
progresif
secara
jelas
yaitu
asas legalitas
dalam arti materiil yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila yang luhur.
B. Saran
Saran kami setelah menyelesaikan penulisan ini adalah kesadaran tiap
masyarakat sangat diperlukan untuk membantu merubah serta memperbaiki
kondisi hukum yang ada saat ini agar tidak telalu jauh berada diluar sistem
atau arah yang ditetapkan pada awalnya. Hal ini sangat merugikan apabila
nantinya hukum benar-benar tidak berubah dan tidak bisa mewakili
kepentingan masyarakat pada umumnya. Selain kesadaran yang diperlukan
juga diperlukan adanya turut serta untuk mewujudkan hal itu, tidak hanya
cita-cita tapi harus diwujudkan, jangan hanya menjadi topik pembicaraan
28
semata tanpa adanya fakta yang menunjukkan bahwa hukum sudah tidak
keluar dari tujuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Buku/Makalah :
Abu
29
Internet :
http://hukum.kompasiana.com/2011/01/07/praktik-mafia-hukum-dan
-progresif/
http://www.lemhannas.go.id/portal/in/daftar-artikel/1715
30
hukum