Anda di halaman 1dari 9

Pembinaan Tahsinul Qira’ah pada Anak Remaja dalam

Meningkatkan Kualitas Bacaan Al Quran di Desa Alakaya


Kecamatan Palangga

Muhammad Riza1, Zainuddin2


Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Tadris Matematika
1

2
Dosen Pembimbing Lapangan Kuliah Kerja Nyata Desa Alakaya
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Qaimuddin Kendari
Email: muhammadriza170702@gmail.com zainuddin.fisika11@gmail.com

Abstrak
Desa Alakaya merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Palangga, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Kuliah
Kerja Nyata (KKN) merupakan sebuah bentuk penerapan kegiatan pengabdian
dan pendampingan kepada masyarakat sebagai perwujudan Tri Dharma
Perguruan tinggi. Dalam kegiatan KKN ini mahasiswa bertindak sebagai
fasilisator dan pendamping bagi masyarakat yang bertujuan dapat memberikan
dampak secara langsung kepada masyarakat sekitar. Metode pengabdian ini
menggunakan metode pembinaan. Mahasiswa melakukan pembinaan dan
pengajaran kepada anak-anak TPQ dalam rangka untuk meningkatkan kualitas
bacaan Al-Qur’an. Observasi awal dilakukan dengan melakukan wawancara
bersama tokoh agama dan beberapa masyarakat serta melakukan uji awal
(pretest) terhadap bacaan Qur’an anak remaja di Desa Alakaya untuk melihat
bagaimana tingkat kefasihan bacaan Quran anak di Desa Alakaya. Berdasarkan
hasil observasi awal yang dilakukan melalui wawancara dengan beberapa
tokoh masyarakat maka diperoleh bahwa di Desa Alakaya ini kekurangan
tenaga pendidik yang bersedia untuk membina bacaan Quran anak-anak. Maka
dari itu pembinaan yang dilakukan mahasiswa ini bertujuan untuk membina
bacaan quran ana-anak (tahsinul qiraah/perbaikan bacaan) melalui metode
talaqqi. Hasilnya mereka telah mampu perlahan lahan untuk membaca Quran
dengan baik dengan memperhatikan tajwid dan makharijul hurufnya.
Diharapkan dengan metode talaqqi atau peniruan bacaan guru oleh murid
dapat terus dikembangkan oleh para tenaga pendidik Quran.
Kata Kunci: Pembinaan, Metode Talaqqi, Tahsinul Qiraah

1. PENDAHULUAN
Membaca Al Quran merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam.
Oleh karena itu membaca dan juga mempelajari Al Quran hukumnya wajib
bagi setiap muslim. Tidak hanya cukup dengan membacanya saja, kitab
suci Al Quran tentu harus dipelajari. Setiap muslim diwajibkan untuk
mempelajari dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam
kitab suci Al Quran. dalam mempelajari Al Quran pun tidak bisa
sembarangan. Ada ilmu-ilmu yang harus dipelajari dalam proses belajar Al
Quran, di antaranya yaitu tahsin Quran.1
Kemampuan BTQ adalah tahap awal yang wajib ditempuh agar siswa
siswi mampu memperdalam agama Islam. Mengingat bahwa mempelajari Al-
Quran adalah hal yang utama dan sangat penting, maka pembelajaran
membaca dan menulis Al-Quran memang sudah seharusnya dipelajari oleh
siswa siswi muslim di semua jenjang pendidikan. 2 Berdasarkan hasil observasi
yang kami lakukan di Desa Alakaya, kami mendapati anak-anak yang
bersemangat untuk datang ke masjid guna belajar membaca quran. Mereka
memiliki kemauan yang tinggi untuk belajar Quran. Setengah jam sebelum
azan maghrib berkumandang, mereka telah bersiap-siap ke masjid. Akan tetapi
setelah kami menanyakan terkait Taman Pengajian Quran (TPQ) di Desa
Alakaya tersebut, anak-anak mengatakan bahwa dulunya terdapat ustadz atau
ibu-ibu yang sering mengajar mereka tiap ba’da maghrib di masjid. Sehingga
mereka sudah terbiasa untuk datang ke masjid setiap maghribnya. Selain itu,
pada saat kami menanyakan mereka ‘sudah baca quran besar atau masih iqro?’,
mereka pun serentak menjawab bahwa mereka sudah di ‘quran besar’. Kami
pun melakukan pretest untuk melihat sejauh mana kefasihan dan kelancaran
mereka dalam membaca quran. Setelah kami melakukan pretest atau uji awal
terhadap bacaan anak-anak, kami mendapati bahwa mereka telah mengetahui
semua huruf-huruf hijaiyah namun masih banyak kekeliruan dalam memahami
panjang pendek (mad) dan tajwid dari suatu ayat semisal ghunnah, ikhfa, izhar
dan lain sebagainya.
Kurangnya tenaga pendidik menjadi salah satu faktor terbesar yang
menyebabkan bacaan quran mereka masih perlu diperbaiki. Mereka belajar
quran tanpa adanya ustadz atau tenaga pendidik yang menuntun mereka
dalam melafalkan ayat demi ayat yang mereka baca. Disamping itu juga faktor
motivasi siswa dan dukungan orang tua mereka yang masih rendah untuk
mendorong anaknya untuk mengikuti pembelajaran di lembaga pendidikan
Qur’an semisal Taman Pengajian Quran (TPQ), sehingga pembinaan
kemampuan baca dan tulis al Quran yang hanya diperoleh dari pembelajaran
PAI di SD yang sangat terbatas waktunya alias mereka hanya dapatkan pada
saat waktu pembelajaran PAI. Sehingga tatkala mereka pulang ke rumah, maka
amanah pembinaan quran atau pengajaran dikembalikan kepada orang tua
masing-masing siswa.maka dari itu diperlukan kerja sama yang baik antara
pihak sekolah dan orang tua. Selain itu juga, yang menjadi tantangan mereka
untuk datang belajar quran ba’da maghrib adalah karena kurangnya fasilitas
lampu jalan yang menerangi jalan dari rumah anak ke masjid, sehingga hal ini
menimbulkan ketakutan bagi anak ketika mereka ingin pulang sehabis belajar
di masjid.

1
(Jannah, dkk, “Pembinaan Tahsin Al-Qur’an Pada Anak Remaja Di Desa Labuan Toposo Kecamatan
Labuan Kabupaten Donggala,” Menara Kearifan: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1.1 (2022), 62–72)
2
Dede Supendi, “Pendampingan Program Btq Siswa-Siswi Mdta Hidayatussibyan,” 2.1 (2023),
16–25.
Melihat beberapa permasalahan tersebut, maka kami selaku
mahasiswa yang diamanahkan untuk melakukan pengabdian di Desa Alakaya
berfokus untuk melakukan berupa pengabdian pembinaan tentang perbaikan
bacaan Qur’an anak-anak atau biasa disebut dengan tahsinul qira’ah demi
meningkatkan kualitas bacaan. Pembinaan ini kami lakukan dengan mengajak
anak-anak melakukan pembelajaran bacaaan Al-Qur’an di masjid setiap selesai
sholat magrib. Mereka akan kami dudukkan dalam satu majelis, kemudian,
kami akan melafalkan suatu huruf atau ayat, kemudian mereka pun menirukan
pelafalan yang kami contohkan atau biasa disebut dengan metode talaqqi. Hal
ini dilakukan karena setiap selesai sholat magrib, banyak anak-anak yang
hanya bermain di masjid. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan situasi
tersebut, dilakukan kegiatan pembinaan bacaan Al-Qur’an pada anak-anak.
Kami melihat potensi dan semangat anak-anak di Desa Alakaya yang
sangat besar. Maka dari itu, kami sangat berharap agar kedepannya pembinaan
Quran semisal tahsinul qira’ah dapat terus dijalankan dan dikembangkan oleh
pihak aparat desa untuk menciptakan generasi muslim dan muslimah yang
dapat menjadi aset berharga bagi masyarakat, agama, dan bangsa. Aparatur
desa dapat membuat pengorganisasian TPQ yang lebih terstruktuur dengan
menyajikan beberapa kegiatan agar TPQ berjalan lebih baik dan teratur, semisal
membuat beberapa kegiatan atau lomba yang dapat menarik dan
meningkatkan motivasi anak dalam belajar Qu’an.

2. METODE PENGABDIAN
Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Alakaya
menggunakan metode pembinaan. Mahasiswa akan melakukan pembinaan
terhadap bacaan quran anak-anak TPQ dalam rangka memperbaiki dan
meningkatkan kualitas bacaan Al-Quran. Dalam melakukan pembinaan
tahsinul qira’ah di desa ini, kami menggunakan metode talaqqi. Talaqqi secara
bahasa mempunyai arti saling bertemu atau berhadapan. Metode talaqqi
merupakan metode belajar Al-Qur’an yang dilakukan secara face to face atau
langsung antara guru dengan siswa. Metode ini sangat cocok untuk digunakan
dalam pembelajaran tahsinul qur’an. Pembelajaran metode talaqqi pada
prakteknya merupakan seorang murid berhadapan langsung dengan pengajar
baik sendiri maupun beberapa murid, sehingga saat seseorang melakukan
kekeliruan pada pembelajaran qur’an, pengajar langsung sanggup
membenarkan dan memperbaiki kesalahannya.3 Pelaksanaan kegiatan
pembinaan Qur’an ini adalah dilakukan setiap ba’da Magrib pukul 18.30 WITA
di dua tempat yaitu Musholla Dusun 1 dan Masjid Nurul Amal (dusun 2).
Peserta pembinaan Quran ini adalah anak-anak Desa Alakaya yang kurang
lebih berjumlah 20 anak yang terbagi 9 anak di Musholla Dusun 1 dan 11 anak
di Masjid Nurul Amal. Untuk pengajar, karena di Desa Alakaya memiliki 2
TPQ, maka kami membagi kelompok, ada yang mengajar di Mushollah dan ada
yang di Masjid. Kegiatan ini berlangsung sejak tanggal 8 Juli – 19 Agustus 2023.

3
M Zainuddin Alanshari et al., “Implementasi Metode Talaqqi Dalam Pembelajaran Tahfidzul
Qur’an,” Jurnal Agama Sosisal dan Budaya, 5.3 (2022), 2599–2473.
Prasarana yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini adalah Al-Quran
yang telah disediakan oleh pihak DKM Masjid dan juga beberapa anak yang
membawa Al-Qur’an mereka masing-masing.
Metode pembinaan yang dilakukan terdiri dari tiga tahapan yaitu
1) Pelafalan bacaan quran
Sebelum memulai tahapan ini, kami terlebih dahulu akan memerintahkan
kepada anak-anak untuk membuka satu surah dalam Al-Qur’an. Setelah
mereka mendapatkan surah yang dimaksud, maka pada tahapan awal ini,
kami (mahasiswa) melakukan pelafalan pada ayat pertama dalam surah
tersebut. Kami akan melakukan pelafalan satu per satu ayat dalam Al-
Quran dengan memberikann penjelasan kepada anak-anak jika terdapat
beberapa makharijul huruf yang diperkirakan sulit untuk dilafalkan.
2) Istami’ (Anak menyimak dan mendengarkan lafal yang dicontohkan).
Setelah seorang pengajar melafalkan satu ayat dalam Al-Qur’an, maka
anak-anak akan mendengarkan dan menyimak penjelasan pengajar dimana
tempat untuk dibaca panjang, pendek, dengung, dan lain sebagainya.
3) Itba’ (Anak mengikuti penyebutan lafal baik dari makharijul huruf atau
tajwid yang sebelumnhya telah dicontohkan oleh pengajar)
Setelah anak menyimak dan mendengarkan pelafalan yang dicontohkan
oleh seorang pengajar, maka mahasiswa akan mempersilahkan anak-anak
untuk melafalkan ayat yang telah dibacakan dan didengarkan sebelumnya
satu persatu sampai ayat dalam surah tersebut selesai. Jika terdapat
kesalahan dalam pelafalan huruf atau tajwid, maka mahasiswa akan
memperbaiki dan mencontohkannya kembali. Hal itu dilakukan satu per
satu ayat dalam surah tersebut, sehingga anak-anak akan melafalkan satu
demi satu ayat sesuai yang dibacakan oleh guru.

3. DESKRIPSI UMUM LOKUS PENGABDIAN KKN


Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang berlangsung selama 45 hari ini,
yang dimulai tanggal 7 Juli – 20 Agustus 2023 berlokasikan di Desa
Alakaya. Desa Alakaya merupakan salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Palangga, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi
Tenggara. Desa Alakaya memiliki luas wilayah seluas 450 m 2 yang terdiri
dari tiga dusun. Jumlah populasi Desa Alakaya keseluruhan berkisar
berjumlah 90 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk 250 jiwa.
Desa Alakaya adalah sebuah desa yang dapat dibilang jauh dari
jalan Poros Konawe Selatan-Kendari. Desa yang hampir atau bahkan
menurut Sekretaris Desa 99% Orang Bugis, dengan beragam macam etnis
bugis, dari Bugis Sinjai, Bugis Bone, Bugis Bulukumba sampai dengan
perpaduan dengan beberapa etnik suku seperti Bugis-Jawa, Bugis Tolaki,
dan Bugis-Sunda. Maka tak heran, adat istiadat dan tradisi masih kental
dilestarikan mulai dari ciri khas rumah warga, pesta adat, sampai bahasa
keseharian yang didengarkan pun menggunakan bahasa bugis atau paling
tidak dialek bugis. Adapun jika dilihat dari keyakinan agama yang dianut
oleh masyarakat setempat adalah mayoritas Muslim bahkan dapat
dikatakan 99% Muslim. Hal itu dapat dilihat ketika kami berkunjung ke
sekolah tepatnya di SDN 13 Palangga, lantas kami pun menanyakan agama
pada masing-masing kelas dan semua nya adalah muslim juga didukung
oleh pernyataan yang diberikan oleh guru dan masyarakat setempat.
Apabila dilihat dari mata pencaharian, maka mayoritas masyarakat Desa
Alakaya adalah petani sebagaimana potensi alam yang terkandung di desa
ini adalah pertanian dan perkebunan dan sebagian kecilnya saja yang guru
PNS atau honor.
Seperti yang disebutkan pada paragraf sebelumnya bahwa potensi
atau aset yang terdapat di Desa Alakaya adalah berupa pertanian,
perkebunan dan peternakan. Hampir semua warga desa memiliki sawah
yang minimal tidak kurang dari 2 hektar. Selain itu, hampir di setiap
rumah, memiliki dua ekor sapi yang jika suatu ketika ekonomi warga
terjepit, maka aset-aset inilah yang dapat membantu ekonomi warga.
Disamping potensi sumber daya alam, Desa Alakaya juga memiliki potensi
non fisik lainnya diantaranya adalah rasa persaudaraan, persatuan, dan
rasa kekeluargaan yang ada pada setiap kalangan masyarakat. Sikap
ramah, saling membantu, bekerja sama, dan saling menjaga satu sama lain
menjadi ciri khas desa ini.

4. HASIL
Kegiatan pembinaan tahsinul qira’ah ini dilaksanakan di dua tempat
TPQ yakni di Musholla Dusun 1 yang sebagian besar pesertanya adalah
anak-anak dusun 1 Desa Alakaya dan di Masjid Jami’ Nurul Amal dengan
pesertanya adalah anak-anak dusun 2 dan 3 yang dilaksanakan setiap hari
ba’da maghrib (setelah sholat maghrib) pukul 18.30. Sebelum melakukan
kegiatan pembinaan Qur’an, dilakukan tinjauan awal terkait bacaan Al-
Qur’an untuk mengetahui permasalahan yang ada. Tinjauan awal ini
dilakukan dengan melakukan pretest bacaan anak-anak satu per satu agar
dapat mengetahui dibagian mana permasalahan yang perlu diperbaiki dari
bacaan mereka. Berdasarkan hasil tinjauan awal atau pretest bacaan anak-
anak diperoleh bahwa anak-anak masih belum memahami panjang pendek
(mad) dan dengung (ghunnah) dari suatu bacaan. Hal inilah yang perlu
diperbaiki dari bacaan dari bacaan mereka.

Gambar 1
Kegiatan pembinaan Tahsinul Qira’an di Masjid Nurul Amal
Kegiatan Tahsin Al-Qur’an setelah waktu magrib dianggap
penulis sangat efektif di era milenial sekarang ini karena dapat menangkal
pengaruh tayangan negatif dari siaran TV dan mengurangi intensitas
waktu anak dalam menggunakan gadget. Yang mana di zaman ini anak-
anak sangat tidak bisa berjauhan dengan Handphone (Gadget). Melalui
kegiatan Tahsin Al-Qur’an diharapkan dapat menjaga nilai-nilai religius
seperti hal nya mengaji di masjid sehabis magrib. Para orang tua yang
melihat bahwa pembelajaran agama utamanya bagaimana bisa mengaji
dengan baik tentunya akan memilih mengikut sertakan anaknya dalam
Kegiatan Tahsin Al-Qur’an. Gerakan tersebut bukan hanya untuk
meningkatkan kemampuan anak dalam membaca Al-Qur’an, akan tetapi
juga untuk meningkatkan pemahaman dalam memahami esensi isi dari Al-
Qur’an. Esensi dari Al quran inilah yang harapannya bisa mewujudkan
perilaku anak yang Qur’ani. Namun tentu perlu keterlibatan banyak pihak
dan yang paling penting adalah adalah keterlibatan orang tua itu sendiri di
dalam rumah.
Adanya kegiatan tahsin ini berimplikasi pada semakin
bersemangatnya peserta didik untuk mendatangi masjid karena ingin
belajar mengaji yang mana di kegiatan Tahsin Al-Qur’an ini bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai Makhrajul huruf
dan kemampuan membaca Al-Qur’an anak-anak. Anak-anak sangat di
harapkan dapat menyebutkan huruf hijaiyah dengan sempurna sesuai
dengan makhrajul huruf yang baik dan benar beserta dengan tajwid yang
benar. Adapun hambatan yang mahasiswa hadapi selama melaksanakan
kegiatan Tahsin Al-Qur’an di Masjid Nurul Amal yakni kurangnya fasilitas
lampu jalan sehingga sepanjang jalan dari rumah ke masjid, hanya terdapat
sedikit saja lampu jalan. Akan tetapi, penulis dapat mengatasi hambatan
yang terjadi selama kegiatan Tahsin Al-Qur’an berlangsung.
Walaupun penulis melaksanakan kegiatan Tahsin Al-Qur’an
hanya dalam waktu yang sangat singkat yakni 45 hari mahasiswa dapat
dikatakan sukses di karenakan selama sebulan lebih, anak-anak telah dapat
membaca Al-Qur’an sesuai dengan Makrajul Huruf dan tajwid yang baik
dan benar atau telah membaca Al-Quran yang lebih baik dari sebelumnya.
Sementara alasan penulis memilih dan menggunakan pembinaan tahsinul
qiraah dengan metode talaqqi adalah metode ini memiliki beberapa
kelebihan dibanding dengan metode lain, diantara kelebihan-kelebihannya4
yaitu pertama, hubungan antara guru dan siswa menjadi lebih dekat. Kedua,
pengawasan yang optimal dapat dilakukan guru secara langsung pada
setiap siswa, baik dari segi bacaan maupun hafalan Al-Qur’an. Ketiga, siswa
akan merasa lebih didengarkan karena guru secara langsung
mendengarkan dan menirukan bacaan bersamasama sehingga hal tersebut
akan memunculkan proses tanya jawab dari siswa akan suatu hal yang
belum ia pahami. Pada saat itulah, guru dapat menjawab secara langsung
apa yang menjadi kesulitan siswa tersebut terkait bacaannya. Dan yang
4
Ahmad Fuad, “Implementasi metode talaqqi dalam menghafal Al-Qur’an di SDIT Al-Uswah
Magetan.”, dalam Skripsi, (Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 2020), h. 12-31
keempat, Guru mengetahui dengan jelas kemampuan setiap siswanya dan
target yang telah dicapai.
Adapun dari beberapa kelebihan tersebut terdapat juga sedikit
kekurangan metode ini yaitu pertama, Metode ini kurang efisien jika
dilakukan dengan siswa yang berjumlah banyak. Kedua, metode ini sedikit
membuat siswa sedikit bosan karena siswa dituntut untuk sabar dalam
membaca qur’an, rajin, taat, dan disiplin.
Adanya kegiatan Tahsin Al-Qur’an ini berimplikasi pada
peningkatan pemahaman mengenai tajwid dan kemampuan membaca Al-
Qur’an pada anak-anak dan remaja. Mereka dapat menyebutkan hukum
bacaan pada suatu ayat dan sudah dapat membedakan penyebutan dari
masing-masing huruf hijaiyyah yang hurufnya hampir sama, contoh Dza ( ‫)ذ‬
mereka sudah dapat membedakannya dengan penyebutan Za ( ‫)ز‬. Selain
itu, anak-anak juga telah dapat melihat kapan huruf dibaca panjang, kapan
dibaca pendek, kapan di baca dengung (ghunah), kapan di baca jelas
(izhar).

5. PEMBAHASAN
Usaha untuk mencari solusi guna mengatasi kesulitan dalam
membaca Alquran saat ini sangat penting bagi umat islam, terutama
generasi muda, orang tua dan masyarakat pada umumnya. Karena
membaca Al-quran merupakan ibadah yang besar nilai ibadahnya, terlebih
lagi Allah SWT, memberikan penghargaan yang sangat tinggi bagi orang
yang membaca Al-quran belajar dan mengajarkannya kepada orng lain
dianggap sebagai umat yang terbaik. Namun yang terjadi sekarang ini
masih banyak yang mengabaikan akan penghargaan yang diberikan Oleh
Allah SWT, pada hal ini dinilai dari segi pahalanya sangatlah tinggi
disisiNya. Hal ini tentunya menjadi perhatian kita bersama yaitu: Orang
tua, guru dan pemerintah dalam upaya meningkatkan iman dan taqwa
kepada Allah SWT melalui membaca Al-quran dan memahami dengan
menguasai ilmu tajwid dan tahsin tilawah Al-quran.5
Maka dari itu mahasiswa KKN Reguler hadir dan ikut serta dalam
mengajarkan dan memberikan ilmu yang telah di dapatkan selama
pendidikannya untuk disebarkan dan dibagikan kepada anak-anak dan
remaja di Desa Alakaya Kecamatan Palangga Kabupaten Konawe Selatan
khususnya dalam mempelajari Al-Qur’an melalui metode Tahsin yang
insya Allah akan bisa bermanfaat bagi kita semua. Kegiatan tahsin
dilakukan selama satu pekan selaman KKN Berlangsung. Dari kegiatan ini
dapat terlihat bahwa kurangnya kemampuan anak-anak dan remaja di
Desa Alakaya dalam membaca Al-Qur’an yang baik dan benar, seperti
bacaan yang seharusnya dibaca panjang akan tetapi dibaca pendek, begitu
pun sebaliknya, adapula ayat yang mengandung hukum bacaan izhar
dibaca menjadi ikhfa, makhraj huruf yang tidak sesuai dengan tempat

5
(Jannah, dkk, “Pembinaan Tahsin Al-Qur’an Pada Anak Remaja Di Desa Labuan Toposo Kecamatan
Labuan Kabupaten Donggala,” Menara Kearifan: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1.1 (2022), 62–72)
keluarnya. Kurangnya kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar ini setidaknya disebabkan oleh dua faktor, antara lain anak-anak dan
remaja belum mengenal ilmu tajwid dan kurangnya fasilitas untuk
mempelajari (dalam hal membaca) Al Qur’an sesuai dengan ilmu tajwid.
Menanggulangi hal tersebut, mahasiswa mengadakan salah satu
program kerja KKN yang bernama “Tahsinul Qiraah (Perbaikan bacaan Al-
Quran)”dengan bentuk kegiatan yaitu memberikan materi tajwid kepada
anak-anak dan praktik membaca Al-Qur’an dengan benar. Materi tajwid
diberikan pada saat mereka membaca, kemudian diberikan contoh
membaca sesuai dengan makhrajul huruf yang benar dari penulis dan
selanjutnya dipraktikan oleh anak-anak dan remaja. Selain itu, mahasiswa
juga menggunakan metode talaqqi sehingga mahasiswa akan
mencontohkan terlebih dahulu bacaan yang benar kemudian ditirukan oleh
anak-anak.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan kepada pemerintah,
aparatur desa, tokoh masyarakat serta para orang tua untuk dapat
bersinergi, bekerja sama dalam mendukung dan melanjutkan setiap
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pendidikan,
khususnya pendidikan agama terlebih lagi pada bacaan Al-Quran anak.
Dikarenakan mereka yang akan melanjutkan estafet pendidikan di negara
ini dan diharapkan dapat menjadi generasi Islam yang unggul, cerdas dan
berakhlak sesuai akhlaq Al-Qur’an dan Rasulullah. Dengan melihat akan
pentingnya pembinaan bacaan Qur’an ini, maka pemerintah sudah
seharusnya untuk memberikan perhatian dan dukungan berupa sarana dan
prasarana yang layak sehingga dapat menunjang proses pengajaran Quran
yang lebih baik lagi terutama untuk kemajuan Desa Alakaya.

6. KESIMPULAN
Hasil pratinjau awal yang dilakukan mahasiswa menunjukkan
telah adanya kegiatan Taman Pengajian Qur’an (TPQ) di Desa Alakaya.
Akan tetapi, kegiatan pembinaan Al-Quran terutama pembinaan bacaan
Qur’an telah lama tidak berjalan dikarenakan kurangnya pengajar atau
ustadz yang bersedia untuk mengajar menjadi faktor utama sehingga anak-
anak belajar Al-Quran tanpa adanya dukungan dari tenaga pengajar
padahal anak-anak memiliki semangat yang tinggi untuk datang ke masjid.
Hal inilah yang membuat mereka seusai menunaikan solat maghrib hanya
bermain saja sekitar masjid. Maka dengan melihat potensi dan semangat
anak-anak untuk belajar membaca Al-Quran, kami selaku mahasiswa KKN
yang ditugaskan untuk melakukan pengabdian di desa tersebut membuat
salah satu program kerja yakni “Tahsinul Qira’ah (Perbaikan Bacaan Al-
Qur’an)” demi meningkatkan kualitas bacaan Quran mereka.
Dengan bermodalkan Qur’an yang telah disiapkan oleh pihak
DKM masjid, maka kami melaksanakan kegiatan pembinaan tahsinul
qira’ah di Desa Alakaya setiap seusai maghrib pada pukul 18.30 dengan
menggunakan metode talaqqi yakni metode face to face. Kami akan
melakukan atau mencontohkan bacaan suatu ayat, kemudian anak akan
mendengarkan dan menyimaknya dan dilanjutkan dengan menirukan
bunyi bacaan yang kami lafalkan sesuai dengan panjang pendek,
makharijul huruf dan juga tajwidnya. Tak lupa, kami juga terkadang
memberikan sedikitt penjelasan terkait isi atau kandungan ayat Al-Qur’an
yang anak-anak baca. Diharapkan dengan adanya kegiatan dapat
bermanfaat dan meningkatkan kualitas bacaan Qur’an anak dan juga agar
aparat pemerintah membangun kembali TPQ dengan membuat beberapa
kegiatan yang dapat menarik motivasi dan semangat anak-anak untuk
belajar Qur’an
Program kerja yang kami buat pastinya tidak terlepas dari yang
namanya keterbatasan dalam pelaksanaannya. Diantara kendala yang kami
dapati yakni kurangnya fasilitas lampu penerang jalan sehingga anak-anak
khawatir tatkala mereka hendak pulang ke rumah seusai dari masjid. Selain
itu, fasilitas seperti papan tulis, Quran. Iqro yang masih terbatas jika
mengingat jumlah anak-anak yang terus bertambah. Oleh karena itu,
dibutuhkan perhatian khusus dari aparat pemerintah dan tokoh
masyarakat serta orang tua untuk dapat membantu memajukan pendidikan
agama terutama kualitas bacaan Qur’an anak-anak.

DAFTAR PUSTAKA
Alanshari, M Zainuddin, Hepi Ikmal, Moch Faizin Muflich, dan Siti Uswatun
Khasanah, “Implementasi Metode Talaqqi Dalam Pembelajaran
Tahfidzul Qur’an,” Jurnal Agama Sosisal dan Budaya, 5.3 (2022), 2599–
2473 <http://e-journal.ikhac.ac.id/index.php/almada/index>
Jannah, Miftahul, Nuraini Kartika, dan Nurhikmah A Aman, “Pembinaan
Tahsin Al-Qur’an Pada Anak Remaja Di Desa Labuan Toposo
Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala,” Menara Kearifan: Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 1.1 (2022), 62–72
Supendi, Dede, “PENDAMPINGAN PROGRAM BTQ SISWA-SISWI MDTA
HIDAYATUSSIBYAN,” 2.1 (2023), 16–25

Anda mungkin juga menyukai