Anda di halaman 1dari 9

PENYATUAN ZONA WAKTU DAN PENGARUHNYA

TERHADAP PENETAPAN AWAL WAKTU SHALAT

Oleh: Nailur Rahmi*

Abstract: 7KH SUREOHP RI WKLV UHVHDUFK ZDV WKDW WKH VRFLHW\·V FRQIXVLRQ DERXW XQLWLQJ RI three time
zones (WIB, WIT, and WITA) to become one time (WITA), especially moslem
people in Indonesia. Due to this phenomena, it made them got confusion in determining
the correct time of doing cumpolsory prayers. Realizing this problem the research was
done to study about the uniting of those times that were lied on WITA.Actually, there
were two formulas that could be used to solve that problem, namely: first, by using
ordinary formula in which time zone of WIB was added one hour and by delaying one
hour for time zone of WITA, and second, by calculating the time by using the prior
time prayer and correcting the formula refers to several formulas in time zone of WITA.
Therefore, by uniting of those three time zones did not give negative effects on
determining time prayers.

Kata kunci: Zona waktu, awal waktu shalat

PENDAHULUAN daerah yang membentang sepanjang


/RQJLWXGH Ì ° bujur timur
A khir-akhir ini ada satu wacana
yang sedang bergulir di antara (Aceh) ~ 140° bujur timur (Per-
batasan Papua), diberlakukanlah 3
para pakar Indonesia dan kemudian
menjadi pro kontra yang cukup (tiga) zona waktu, yakni:
ramai, yakni tentang akan diseder- 1- Waktu Indonesia Barat (WIB),
hanakannya Tiga Zona Waktu yakni waktu GMT + 7
Indonesia menjadi hanya Satu Zona 2- Waktu Indonesia Tengah (WITA),
Waktu, yakni GMT + 8, yang artinya yakni waktu GMT + 8
sama dengan WITA/Waktu 3- Waktu Indonesia Timur (WIT),
Indonesia Bagian Tengah. Wacana yakni waktu GMT + 9
ini memunculkan pula kebingungan Pengaturan zona waktu dunia
masyarakat awam tentang alasan memang telah mengalami pergeser-
dan manfaat apa yang dapat di- an, dari yang dulu berada dalam
peroleh dengan penyatuan Zona ranah astronomis menjadi ranah
Waktu Indonesia tersebut serta politis-ekonomis di masa kini.
adakah sisi negatifnya terhadap pe- Secara astronomis rumus dAshar
nentuan awal waktu shalat. Seka- pengaturan zona waktu dunia cukup
rang ini dikarenakan luasnya wi- sederhana. Bumi berputar pada
layah Indonesia yang meliputi sumbunya sehingga setiap titik di

* Penulis adalah Lektor dalam Mata Kuliah Ilmu Falak STAIN Batusangkar
75
76 JURIS Volume 13, Nomor 1 (Juni 2014)

permukaan Bumi (kecuali kutub PEMBAHASAN


utara dan selatan) pada hakikatnya
akan berputar tepat 360 derajat Waktu-waktu Shalat Menurut Fikih
terhadap sumbu rotasi bumi. Periode dan Sains
rotasi bumi rata-rata adalah 24 jam. Di antara syarat sahnya shalat
Dalam astronomi, selisih periode adalah masuknya waktu shalat.
rotasi bumi dengan nilai rata-rata Waktu-shalat sudah dijelaskan da-
dinamakan perata waktu atau lam beberapa ayat Al-4XU·DQ GDQ
equation of time atau ta'diluzzaman, Hadis-hadis nabi Muhammad SAW.
yang amat penting peranannya da- Ketentuan waktu-waktu shalat yang
lam penentuan awal waktu shalat. terdapat dalam al-4XU·DQ GDQ +DGLV
Perselisihan internasional (khusus- tersebut telah dikaji oleh para ahli
nya antara Inggris, Perancis, dan AS) astronomis, sehingga melahirkan be-
sempat timbul tatkala muncul prob- berapa ketentuan utuk menentukan
lem dimana garis bujur acuan (alias masuknya waktu-waktu shalat
Garis Bujur Utama atau Prime Dalam penentuan jadwal
Meridian atau Garis Mawar/Rose shalat, data astronomi terpenting
Line) harus diletakkan. adalah posisi matahari dalam koor-
Sebab berbeda dengan garis- dinat horizon, terutama ketinggian
garis lintang, tak ada cara obyektif atau jarak zenit. Fenomena yang
guna menentukan posisi tiap garis dicari kaitannya dengan posisi mata-
bujur sehingga hanya bisa didAshar- hari adalah fajar (morning twilight),
kan pada kesepakatan manusia. Dan terbit, melintasi meridian, terbenam,
ini membuka peluang negara-negara dan senja (evening twilight). Dalam
yang berkepentingan untuk saling hal ini astronomi berperan menafsir-
bersaing. kan fenomena yang disebutkan da-
Persaingan dimenangi Inggris lam dalil agama (al-Qur'an dan hadis
lewat Konferensi Meridian Inter- Nabi) menjadi posisi matahari.
nasional 1884 Washington dengan Sebenarnya penafsiran itu belum
konsekuensinya muncul GMT seragam, tetapi karena masyarakat
(Greenwich Mean Time) sebagai telah sepakat menerima data astro-
patokan waktu dunia. Membidik nomi sebagai acuan, kriterianya
issu-issu di atas, bagaimana peng- relatif mudah disatukan. (T.
aruhnya terhadap penetapan awal Djamaluddin, makalah: 15
waktu shalat? karena dalam rumus November 2009)
penetapan awal waktu shalat di-
a. Di dalam hadis disebutkan bahwa
pengaruhi oleh zona waktu yang ada
waktu Subuh adalah sejak terbit
sekarang yaitu WIB, WITA, dan
fajar shadiq (sebenarnya) sampai
WIT. Untuk itu makalah yang
terbitnya matahari,
sederhana ini akan mencoba mene-
lusuri persoalan tersebut dari sudut C ¢÷ ´èó¦ ¸ ô× ú÷ ¶¦Ðó¦¨ Ï ªë Â
pandang Ilmu Falak tentang pe-
nentuan awal waktu shalat. ÆøÌó¦ ÞôØ«
Nailur Rahmi, Penyatuan Zona Waktu dan Pengaruhnya terhadap Penetapan« 77

Waktu subuh mulai terbit fajar WD XÄ×mÉ XT ©#ÙkŠ © _•[Î rQ ¯ ¥‡Õ-…‘ ° SÅ Á ¯ QQSQ ƒ¡ ª2° U
selama matahari belum terbit (HR
Muslim dari Abdullah bin Amr) §°±¨ ;jSÆMÕ–W% |E [ -mÕH[ÝÙ WD XÄ×mÉ ‰D¯ -mÕH[ÝÙ

Di dalam al-4XU·DQ VHFDUD Dirikanlah shalat dari sesudah


tak langsung disebutkan sejak matahari tergelincir sampai gelap
meredupnya bintang-bintang. malam dan (dirikanlah pula shalat).
§-²¨ °4SÁHr= Wm›W Øj¯ XT ÈOÔU¯O _•VÙ ©#ÙkŠ ]C°%XT
Sesungguhnya shalat Subuh itu
disaksikan (oleh malaikat)
Dan bertasbihlah kepada-Nya pada
beberapa saat di malam hari dan di Sementara dalam hadis di-
waktu terbenam bintang-bintang (di nyatakan:
waktu fajar) (Q.S Thur/ 52: 49). òÛ À¢ï  ÆøÌó¦ ®ó ¦± ±¦  Üó¦ ªëÂ
Maka secara astronomi fajar
shadiq difahami sebagai awal
ÂÐàó¦ ÂÔy C ¢÷ þó ôØïò³Âó¦
astronomical twilight (fajar astro- Waktu Zuhur apabila matahari
nomi), mulai munculnya cahaya tergelincir sampai bayang-bayang
di ufuk timur menjelang terbit seseorang sama dengan tingginya,
matahari pada saat matahari yaitu selama belum datang waktu
berada pada kira-kira 18 derajat di Ashar (Ibid)
bawah horizon (jarak zenit z = c. Dalam penentuan waktu Ashar,
108o). Saaduddin Djambek meng- tidak ada kesepakatan karena
ambil pendapat bahwa fajar shadiq fenomena yang dijadikan dAshar
bila z = 110o, yang juga digunakan pun tidak jelas. DAshar yang
oleh Badan Hisab dan Rukyat disebutkan di dalam hadis, Nabi
Departemen Agama RI. Fajar Saw diajak shalat Ashar oleh
shadiq itu disebabkan oleh ham- malaikat Jibril ketika panjang
buran cahaya matahari di atmos- bayangan sama dengan tinggi
fer atas. Ini berbeda dengan apa benda sebenarnya dan pada
yang disebut fajar kidzib (semu) - keesokan harinya Nabi diajak
dalam istilah astronomi disebut pada saat panjang bayangan dua
cahaya zodiak- yang disebabkan kali tinggi benda sebenarnya.
oleh hamburan cahaya matahari Walaupun dari dalil itu dapat
oleh debu-debu antar planet. disimpulkan bahwa awal waktu
6D·DGXGGLQ 'MDPEHN 34) Ashar adalah sejak bayangan
b. Waktu Zuhur adalah sejak sama dengan tinggi benda sebe-
matahari meninggalkan meridian, narnya (pendapat Jumhur Ulama),
biasanya diambil sekitar 2 menit ini menimbulkan beberapa pe-
setelah tengah hari. Untuk ke- nafsiran karena fenomena seperti
perluan praktis, waktu tengah itu tidak bisa digeneralilasi sebab
hari cukup diambil waktu tengah pada musim dingin hal itu bisa
antara matahari terbit dan dicapai pada waktu Zuhur, bah-
terbenam. BerdAsharkan firman kan mungkin tidak pernah terjadi
Allah surat Al-,VUD· karena bayangan selalu lebih
panjang daripada tongkatnya.
Ada yang berpendapat tanda
78 JURIS Volume 13, Nomor 1 (Juni 2014)

masuk waktu Ashar bila bayang- terbit matahari dan sebelum


bayang tongkat panjangnya sama terbenam(nya) QS. Qaf/50: 39
dengan panjang bayangan waktu Sementara dalam hadis Nabi SAW
tengah hari ditambah satu kali dijelaskan:
panjang tongkat sebenarnya dan
pendapat lain menyatakan harus ÆøÌó¦ ÂèЫ C ¢÷ ÂÐàó¦ ªë Â
ditambah dua kali panjang tong- Waktu Ashar selama matahari belum
kat sebenarnya. Pendapat yang menguning (Ibid)
memperhitungkan panjang ba- d. Waktu Maghrib berarti saat ter-
yangan pada waktu Zuhur atau benamnya matahari. Matahari
mengambil dAshar tambahannya terbit atau berbenam didefinisikan
dua kali panjang tongkat (di secara astronomi bila jarak zenith
beberapa negara Eropa) dimak- z = 90°50' (the Astronomical
sudkan untuk mengatasi masalah almanac) atau z = 91o bila me-
panjang bayangan pada musim masukkan koreksi kerendahan
dingin. Badan Hisab dan Rukyat ufuk akibat ketinggian pengamat
Departemen Agama RI meng- 30 meter dari permukaan tanah.
gunakan rumusan: panjang ba- Untuk penentuan waktu shalat
yangan waktu Ashar = bayangan Maghrib, saat matahari terbenam
waktu Zuhur + tinggi bendanya; biasanya ditambah 2 menit karena
tan (za) = tan (zd) + 1. makna ada larangan melakukan shalat
hadis itu dapat dipahami sebagai tepat saat matahari terbit, ter-
waktu pertengahan antara Zuhur benam, atau kulminasi atas.
dan Maghrib, tanpa perlu mem- /DQGDVDQ SHQV\DUL·DWDQ shalat
perhitungkan jarak zenit mata- Maghrib, antara lain firman Allah:
hari. Hal ini diperkuat dengan
ungkapan 'shalat pertengahan' °0›X=_•SVÙ ‰D¯ ©#ÙjŠ ]C°K% <ÝV ÄwXT ®q SM‰@ ¨rQÛWmV» QQSQ ƒ¡ ª2° U XT
dalam Q.S. al-Baqarah/ 2: 238
§ªª-¨ |ÚÏ-m° šŠ ° sWmÙ °l \ ° šVl °1 W‹®Jj‚• WÛØÙ°FÖkÄc
yang ditafsirkan oleh banyak
mufasir sebagai shalat Ashar. Dan dirikanlah sembahyang itu pada
Kalau pendapat ini yang diguna- kedua tepi siang (pagi dan petang)
kan, waktu shalat Ashar akan dan pada bahagian permulaan
lebih cepat sekitar 10 menit dari daripada malam. Sesungguhnya
jadwal shalat yang dibuat Depar- perbuatan-perbuatan yang baik itu
temen Agama. Adapun akhir menghapuskan (dosa) perbuatan-
perbuatan yang buruk. Itulah
waktu Ashar dengan masuknya
peringatan bagi orang-orang yang
waktu Maghrib. 6D·DGXGGLQ
ingat (Q.S Hud/11: 114)
Djambek, 1979: 37)
Di dalam hadis dijelaskan
Allah berfirman:
lagi:
•#× V \ ¯P Xq °iÕ-SV ÕZ¯O \yXT |ESÅ SÁ Wc W% rQ"WÃ Ønª Õ™ VÙ
êèÌó¦ § Âä C ¢÷ § Âäm¦ ¨ Ï ªë Â
§¬²¨ ª!TÄmÅÓÙ •#× V XT ¥‡Õ-…‘ §ÍSÉ É»
Waktu Maghrib selama mega merah
Maka bersabarlah kamu terhadap apa belum hilang(Ibid)
yang mereka katakan dan bertasbihlah
sambil memuji Tuhanmu sebelum
Nailur Rahmi, Penyatuan Zona Waktu dan Pengaruhnya terhadap Penetapan« 79

e. Waktu Isya ditandai dengan bujur 118:28 derajat Bujur Barat.


mulai memudarnya cahaya merah Maka B = minus (118 + 28/60) = -
di ufuk barat, yaitu tanda masuk- 118,4667 derajat.
nya gelap malam (al-Qur'an al- c. Zona waktu tempat tersebut (Z).
Israa/17: 78). Dalam astronomi itu Daerah yang terletak di sebelah
dikenal sebagai akhir senja astro- timur Greenwich memiliki Z
nomi (astronomical twilight) bila positif. Misalnya zona waktu
jarak zenit matahari z = 108o). Jakarta adalah UT +7 (seringkali
(Susiknan Azhari: 2000: 45) disebut GMT +7), maka Z = 7.
Sedangkan di sebelah barat
ÖÇ Â ¦ ò¦ôó¦ æÐû D¦ ¢Ìàó¦ Ï ªë Greenwich memiliki Z negatif.
Waktu Isya sampai tengah malam. Misalnya, Los Angeles memiliki Z
(Ibid) = -8.
d. Ketinggian lokasi dari permukaan
Metode Penentuan Awal Waktu- laut (H). Ketinggian lokasi dari
Waktu Shalat permukaan laut (H) menentukan
Untuk menentukan waktu lima waktu kapan terbit dan terbenam-
shalat wajib untuk suatu tempat dan nya matahari. Tempat yang ber-
tanggal tertentu, ada beberapa ada tinggi di atas permukaan laut
parameter yang mesti diketahui: akan lebih awal menyaksikan
(Susiknan Azhari: 2000, 56) matahari terbit serta lebih akhir
a. Koordinat lintang tempat tersebut melihat matahari terbenam, di-
(L). Daerah yang terletak di se- bandingkan dengan tempat yang
belah utara garis khatulistiwa lebih rendah. Satuan H adalah
(ekuator) memiliki lintang positif. meter.
Yang di sebelah selatan, lintang- e. Tanggal (D), Bulan (M) dan Tahun
nya negatif. Misalnya Fukuoka (Y) kalender Gregorian. Tanggal
(Japan) memiliki lintang 33:35 (D), bulan (M) dan tahun (Y) tentu
derajat lintang utara (LU). Maka L saja menjadi parameter, karena
= 33 + 35/60 = 33,5833 derajat. kita ingin menentukan waktu
Jakarta memiliki koordinat lintang shalat pada tanggal tersebut. Dari
6:10:0 derajat LS (6 derajat 10 tanggal, bulan dan tahun tersebut
menit busur lintang selatan). selanjutnya dihitung nilai Julian
Maka L = minus (6 + 10/60) = - Day (JD).
6,1667 derajat. f. Sudut Deklinasi matahari (Delta).
b. Koordinat bujur tempat tersebut Dari sudut tanggal T di atas,
(B). Daerah yang terletak di deklinasi matahari (Delta) untuk
sebelah timur Greenwich memi- satu tanggal tertentu dapat di-
liki bujur positif. Misalnya Jakarta hitung dengan menggunakan
memiliki koordinat bujur 106:51:0 rumus.
derajat Bujur Timur. Maka B = 106 g. Equation of Time (ET). Equation of
+ 51/60 = 106,85 derajat. Sedang- Time untuk satu tanggal tertentu
kan disebelah barat Greenwich dapat dihitung.
memiliki bujur negatif. Misalnya h. Altitude matahari waktu Shubuh
Los Angeles memiliki koordinat dan Isya. Shubuh saat fajar
80 JURIS Volume 13, Nomor 1 (Juni 2014)

menyingsing pagi disebut dawn 2) Rumus awal waktu shalat


astronomical twilight yaitu ketika Maghrib: cos tm = sin hm: cosÞ:
langit tidak lagi gelap dimana cos d- tg Þ× tg d
atmosfer bumi mampu membias- Maghrib = tm:15+12-en+KWB+i
kan cahaya matahari dari bawah 3) Rumus awal waktu shalat Isya:
XIXN 6HPHQWDUD ,V\D· GLVHEXW dusk cos ti = sin hi: cosÞ: cos d- tg Þ×
astronomical twilight ketika langit tg d
tampak gelap karena cahaya Isya = tm:15+12-en+KWB+i
matahari di bawah ufuk tidak 4) Rumus awal waktu shalat Ashar:
dapat lagi dibiaskan oleh cos ta = sin ha: cosÞ : cos d- tg Þ×
atmosfer. Dalam referensi standar tg d
astronomi, sudut altitude untuk Ashar = tm:15+12-en+KWB+i
astronomical twilight adalah 18 5) Rumus awal waktu shalat Subuh:
derajat di bawah ufuk, atau sama cos ta = sin ha: cosÞ: cos d- tg Þ×
dengan minus 18 derajat. Ada dua tg d.
jenis twilight yang lain, yaitu civil Subuh = tm:15+12-en+KWB+i
twilight dan nautical twilight
j. Ikhtiyat
masing-masing sebesar 6 dan 12
derajat di bawah ufuk. Dalam perhitungan awal waktu
Namun demikian ada beberapa shalat, dikenal adanya waktu
pendapat mengenai sudut altitude Ihtiyath. Ihtiyat adalah angka
matahari di bawah ufuk saat pengaman yang ditambahkan pada
6KXEXK GDQ ,V\D· 'L antaranya hasil hisab waktu shalat. Dengan
berkisar antara 15 hingga 20 de- maksud agar seluruh penduduk
rajat. Dengan demikian, perbeda- suatu kota, baik yang tinggal di
an sudut yang digunakan akan ujung Timur dan Barat kota, dalam
menyebabkan perbedaan kapan mengerjakan shalat sudah benar-
datangnya waktu Shubuh dan benar masuk waktu. (M. Muslih,
,V\D· 1997, 43)
i. Tetapan panjang bayangan Ashar, Dalam pemberian waktu
disini ada dua pendapat. Pen- ihtiyath, terdapat perbedaan di
GDSDW PDG]KDE 6\DIL·L PHQ\DWD- kalangan ahli Falak sebagai berikut:
kan panjang bayangan benda saat 1. Kalangan pesantren tertentu tidak
Ashar = tinggi benda + panjang mencantumkan waktu ihtiyath
bayangan saat Zuhur. Sementara dalam jadwal shalat yang di-
pendapat madzhab Hanafi me- buatnya. Pelaksanaan azan se-
nyatakan panjang bayangan ben- bagai pertanda masuknya awal
da saat Ashar = dua kali tinggi waktu shalat dilaksanakan sesuai
benda + panjang bayangan saat dengan waktu yang sebenarnya.
Zuhur. Jadwal yang dibuatnya ini hanya
bersifat internal; hanya diber-
Adapun untuk menghisab awal lakukan di pondok pesantren
waktu shalat digunakan rumus- yang bersangkutan.
rumus yaitu: 2. Noor Ahmad SS menggunakan
1) Rumus awal waktu shalat Zuhur: ihtiyath 3 menit untuk setiap
ÌV ² ÌQ ² e + i) perhitungan awal waktu shalat.
Nailur Rahmi, Penyatuan Zona Waktu dan Pengaruhnya terhadap Penetapan« 81

Kecuali untuk awal waktu Zuhur, dengan melakukan perubahan


ia menggunakan ihtiyath 4 menit. sederhana, yakni dengan formula
3. Muhyidin Khazin menyatakan seperti dibawah ini:
bahwa Ihtiyath dalam penentuan JB untuk zona WIB = ( JL + 1 jam)
awal waktu shalat sebesar 1 JB untuk zona WIT= ( JL ² 1 jam)
sampai 2 menit. (Muhyiddin Contoh: jadwal waktu shalat
Khazin, 2003, 52). Ikhtiyat diguna- Maghrib Batusangkar tanggal 11
kan dengan tujuan sebagai Desember 2013 adalah jam 18.17
berikut: WIB, ditambah 1 jam hasilnya:
a. Agar hasil perhitungan dapat
18.17 +1.00 = 19.17 WIB
mencakup daerah-daerah se- b. Menghitung awal waktu shalat
kitarnya, terutama yang berada dengan melakukan beberapa
di sebelah baratnya @ menit = ± konversi yaitu:
27,5 km
-Untuk zona waktu WIB
b. Menjadikan pembulatan pada
satuan yang terkecil dalam 1) Menggunakan deklinasi matahari
menit waktu, sehingga peng- pada jam 10 GMT yang sebelum-
gunaannya lebih mudah nya deklinasi pada jam 11 GMT
c. Untuk memberikan koreksi atas 2) Menggunakan equation of time
kesalahan dalam perhitungan, pada jam 10 GMT yang sebelum-
agar menambah keyakinan nya juga equation of time pada jam
bahwa waktu shalat benar- 11 GMT
benar sudah masuk, sehingga 3) Menggunakan bujur standar zona
ibadah shalat benar-benar waktu Indonesia tengah yaitu 120
dilaksanakan dalam waktunya derajat untuk menghitung KWB
(Koreksi Waktu Bujur) yang
Pengaruh Zona Waktu terhadap sebelumnya 105 derajat
Penetapan Awal Waktu Shalat -Untuk zona waktu WIT
Perubahan zona waktu tentu 1) Menggunakan deklinasi mata-
saja menimbulkan tanda tanya besar hari pada jam 10 GMT yang
bagi sebagian besar masyarakat sebelumnya deklinasi pada jam
kaum muslimin, apakah perubahan 9 GMT
tersebut tidak menyulitkan penentu- 2) Menggunakan equation of time
an waktu sholat. Jika dikaitkan pada jam 8 GMT yang
wacana tersebut dengan penentuan sebelumnya juga equation of
awal waktu shalat yang ada se- time pada jam 9 GMT
karang sebenarnya tidaklah menyu- 3) Menggunakan bujur standar
litkan dalam penentuan awal waktu zona waktu Indonesia tengah
sholat. yaitu 120 derjat untuk meng-
Dalam hal ini ada 2 cara yang hitung KWB (Koreksi Waktu
dapat dilakukan dalam penetapan Bujur) yang sebelumnya 135
awal waktu shalat, yaitu: derajat.
a. Jadwal waktu sholat yang sudah Contoh: Jadwal waktu shalat
dihisab dengan menggunakan Maghrib di Batusangkar
rumus di atas bisa digunakan tanggal 11 Desember 2013
82 JURIS Volume 13, Nomor 1 (Juni 2014)

cos tm = sin hm: cosÞ: cos d- waktu akan merasa canggung


tg Þ× tg d dengan pola jadwal waktu shalat
sin -1º : cos -0º 27´ : cos -23º 1´ 20" ² berdAsharkan 1 zona waktu.
tg -0º 27´ x tg -23º 1´ 20 "
=-0,
PENUTUP
01745:0,99997:0,92035-(-0,00785x-
0,424931) Dalam penetapan awal waktu
=-0,01896-0,00334 shalat berdAsharkan 1 zona waktu
= -0,0223 dapat ditetapkan dengan 2 metode:
= 91,27780 1. Jadwal waktu sholat yang sudah
Maghrib= 91,27780:15+12-0º 6´ 41" + dihisab dengan menggunakan ru-
1,29555+ 0º 1´ 0 " mus di atas bisa digunakan de-
= 19 º17´ 9,65" ngan melakukan perubahan
= 19.17 sederhana, yakni dengan formula
seperti dibawah ini:
Dari penjelasan di atas dapat
JB untuk zona WIB= ( JL + 1 jam)
dipahami bahwa penyatuan zona
JB untuk zona WIT= ( JL ² 1jam)
waktu ternyata tidak begitu me-
Contoh: jadwal waktu shalat
nyulitkan dalam penetapan awal
Maghrib Batusangkar
waktu shalat. Karena pada dasarnya
tanggal 11 Desember 2013
penetapan awal waktu shalat tetap
adalah jam 18.17 WIB,
berdasarkan ketentuan yang ter-
ditambah 1 jam hasilnya:
dapat dalam Al-4XU·DQ GDQ $O-
18.17 +1.00 = 19.17
Sunnah yang sudah dirumuskan
2. Menghisab awal waktu shalat
dalam rumus-rumus awal waktu
dengan melakukan beberapa kon-
shalat dalam Ilmu Falak. Cuma bagi
versi terhadap deklinasi matahari,
masyarakat yang sudah terbiasa
equation of time, dan bujur
menggunakan pola jadwal waktu
standar
shalat yang berdAsharkan 3 zona

DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Susiknan, 2001. Ilmu Falak 'MDPEHN 6D·DGRHGGLQ Shalat


Teori dan Praktek, Yogyakarta: dan Puasa di Daerah Kutub,
Lazuari, Cet.ke-1 Jakarta: Bulan Bintang
_____, 2007. Hisab dan Rukyat Wacana _____, 1974 a, Pedoman Waktu Shalat
untuk Membangun Kebersamaan Sepanjang Masa, Jakarta: Bulan
di Tengah Perbedaan, Yogya- Bintang
karta: Pustaka Pelajar, Cet. Ke-1
Ibn Rusyd, Bidâyah al-Mujtahid wa
_____, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Nihâyah al-Muqtashid, Juz I,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Beirut: Dâr al-Fikr, T.Th.
Cet.ke-2, 2008
Izzuddin, Ahmad, Ilmu Falak Praktis
_____, Pedoman Penentuan Jadwal (Metode Hisab Rukyat Praktis dan
Waktu Shalat Sepanjang Masa, Solusi Permasalahannya),
Jakarta: Depag RI, 1994/1995
Nailur Rahmi, Penyatuan Zona Waktu dan Pengaruhnya terhadap Penetapan« 83

Semarang: Komala Grafika, Rachim, Abdur, Ilmu Falak,


2006. Yogyakarta: Liberty, Cet.ke-1,
Hambali, Slamet, Proses Menentukan 1983.
Awal-Awal Waktu Shalat, T Djamaluddin, Posisi Matahari Dan
makalah dipresentasikan pada Penentuan Jadwal Shalat,
tanggal 5 Oktober 2009, di PPS http://t-
IAIN Walisongo Semarang. djamaluddin.spaces.live.com
diakses 15 November 2009.
Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak dalam
Teori dan Praktek, Yogyakarta:
Buana Pustaka, Cet.ke-3, 2008.

Anda mungkin juga menyukai