Anda di halaman 1dari 62

13.

Kinetika Kimia
Kimia Dasar IIA
Koordinator Kimia Dasar
Pendahuluan
Kinetika kimia adalah studi tentang laju reaksi kimia dan pengendaliannya.
Studi kinetika kimia fokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan mempelajari
bagaimana laju reaksi dapat dikendalikan. Kedua hal ini sangat penting untuk dipelajari,
khususnya di Industri di mana reaksi sintesis harus berlangsung dengan laju yang dapat
dikendalikan.
Pada tingkat yang lebih fundamental, studi laju reaksi akan memberikan petunjuk yang
mengarahkan pada pemahaman tentang bagaimana reaktan berubah menjadi produk di
tingkat molekul. Pemahaman reaksi pada level ini dapat memberikan solusi yang lebih tepat
pada pengendalian laju reaksi dan juga dapat memberi petunjuk untuk mendapatkan produk
lain atau meningkatkan hasil reaksi dengan mencegah reaksi samping yang tidak diinginkan.

2/62
Materi yang dipelajari
1. Pengukuran laju reaksi

2. Efek konsentrasi pada laju reaksi

3. Teori kinetika reaksi

4. Efek temperatur pada laju reaksi

5. Mekanisme reaksi

6. Katalisis

3/62
1. Pengukuran laju reaksi

4/62
Pengukuran laju reaksi
Laju reaksi kimia adalah perubahan konsentrasi reaktan/produk dalam selang waktu tertentu.

Untuk reaksi: H 2 (g) + I2 (g) ⟶ 2 HI(g)

Δ[H ] [H ]t − [H ]t
2 2 2 2 1

laju = − =
Δt t2 − t1

Δ[I ]
2
= −
Δt

1 Δ[HI]
= +
2 Δt

5/62
Laju sesaat
Laju sesaat adalah laju reaksi pada waktu Contoh pengukuran laju sesaat pada = 50 s
tertentu. yang dihitung untuk H 2 dan HI:

Laju sesaat diukur sebagai gradien garis


singgung pada kurva konsentrasi pada waktu Untuk H 2 :

tertentu. r = −
Δ[H ]
2
= −
−0.28 M

Δt 40 s

= 0.0070 M/s

Untuk HI:

1 Δ[HI] 0.56 M
r = + =
2 Δt 40 s

= 0.0070 M/s

Perhatikan nilai keduanya laju reaksi adalah


sama, karena kedua spesi berhubungan
secara stoikiometris.

6/62
De nisi umum laju reaksi
Untuk reaksi umum berikut:

aA + bB ⟶ cC + dD

Laju reaksi dide niskan sebagai:

1 Δ[A] 1 Δ[B] 1 Δ[C] 1 Δ[D]


r = − = − = + = +
a Δt b Δt c Δt d Δt

7/62
Latihan
Berdasarkan kurva di samping, tentukan:

1. Persamaan reaksi setara yang melibatkan


spesi A, B, dan C

2. Tentukan laju reaksi pada t = 2 detik


berdasarkan perubahan konsentrasi spesi
A

8/62
Mengukur laju reaksi secara eksperimen
Metode Spektroskopi:

Spekstroskopi adalah salah satu alat yang dapat mengukur perubahan konsentrasi zat secara
real time sehingga sering digunakan dalam studi kinetika reaksi.

9/62
2. Efek konsentrasi pada laju reaksi

10/62
Hukum laju: Efek konsentrasi pada laju reaksi
Laju reaksi seringkali bergantung pada konsentrasi satu atau lebih reaktan.

Untuk mempelajari efek konsentrasi, reaksi dekomposisi reaktan tunggal A digunakan sebagai
ilustrasi:

A ⟶ Produk

Dengan asumsi reaksi kebalikan (produk kembali menjadi A) sangat lambat, maka hubungan
antara laju dan konsentrasi dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

n
r = k[A]

Dengan k adalah tetapan kesetaraan atau disebut juga tetapan laju dan n adalah orde reaksi.

Persamaan r disebut sebagai hukum laju dekomposisi A menjadi produk.


n
= k[A]

11/62
Arti nilai order reaksi
Perhatikan kembali reaksi dekomposisi A beserta bentuk umum hukum lajunya:

n
A ⟶ Produk r = k[A]

Nilai n menggambarkan bagaimana laju bergantung pada konsentrasi.

Bila n = 0 atau reaksi orde ke-0, laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi.

Bila n = 1 atau reaksi orde ke-1, laju reaksi sebanding dengan konsentrasi A.
Bila n = 2 atau reaksi orde ke-2, laju reaksi sebanding dengan kuadrat konsentrasi A.

12/62
Pro l reaksi dekomposisi A orde ke-0, 1 & 2

13/62
Menentukan orde reaksi
Orde reaksi biasanya diukur dari data laju
awal, yaitu laju sesaat pada t = 0 s dari
konsentrasi awal reaktan yang berbeda.

Berdasarkan gambar di samping, laju awal


adalah gradien garis singgung pada kurva
[konsentrasi] vs t pada t = 0 s.

Pertanyaan: Mengapa orde reaksi lebih


tepat ditentukan dari data laju awal bukan
pada laju sesaat di waktu yang lain?

14/62
Penentuan orde reaksi
Contoh hasil pengukuran laju awal Orde reaksi dapat ditentukan dengan metode
dekomposisi A pada tiga konsentrasi yang perbandingan laju reaksi. Contohnya dari
berbeda. perbandingan laju reaksi ke-2 dan ke-3.

[A] M LAJU AWAL (M/S)


n
laju reaksi 3 k[A]
2
0.10 0.015 =
n
laju reaksi 2 k[A]
1

0.20 0.060 n
0.240 M/s k (0.40 M)
0.40 0.240 =
0.060 M/s n
k (0.20 M)

n
4.0 = 2
Tentukan orde reaksi A dan hukum laju n = 2

dekomposisi A.

15/62
Latihan
Reaksi A ⟶ B secara ekperimen diketahui berlangsung dengan orde kedua. Ketika
konsentrasi A 0.10 M laju awal reaksi adalah 0.010 M/s. Berapakah Laju awal ketika
kosentrasi A 0.5 M? ...

A. 0.0020 M/s

B. 0.0100 M/s

C. 0.0500 M/s

D. 0.2500 M/s

E. 0.5000 M/s
Submit Show Hint Show Answer Clear

16/62
Orde reaksi multi reaktan
Untuk reaksi yang melibatkan lebih dari satu reaktan, misalkan untuk reaksi umum berikut:

aA + bB → cC + dD

bentuk umum hukum lajunya adalah

m n
r = k[A] [B]

dengan m dan n adalah orde reaksi untuk reaktan A dan B. Orde total adalah m + n.

Orde reaksi harus selalu ditentukan secara eksperimen karena belum tentu sama dengan
koe sien reaksi, contoh:

2
2 H (g) + 2 NO(g) ⟶ N (g) + 2 H O(g) r = k[H ][NO]
2 2 2 2

17/62
Contoh penentuan orde reaksi multi reaktan
Untuk reaksi:

CHCl (g) + Cl (g) ⟶ CCl (g) + HCl(g)


3 2 4

diberikan data kinetika berikut:

NO [CHCl ]
3
(M) [Cl ]
2
(M) LAJU AWAL (M,S)

1. 0.020 0.010 0.0069

2. 0.020 0.020 0.0098

3. 0.040 0.040 0.027

(A) Tentukan hukum laju untuk reaksi di atas

(B) Tentukan nilai tetapan lajunya

18/62
Penentuan hukum laju
NO [CHCl ]
3
(M) [Cl ]
2
(M) LAJU AWAL (M,S) Orde reaksi CHCl 3 :
1. 0.020 0.010 0.0069

2. 0.020 0.020 0.0098 r3 k[CHCl ]


m
3
[Cl ]
n
3
3 2
=
m n
3. 0.040 0.040 0.0270 r2 k[CHCl ]
3 2
[Cl ]
2 2

Orde reaksi Cl2 :


1
m
0.0270 k (0.040 M) (0.040 M) 2

=
1
0.0096 m
k (0.020 M) (0.020 M) 2

m n
r2 k[CHCl ] [Cl ] m
1
m
3 2 2 2
2.8 = (2.0 )(2.0 2 ) = (1.4)(2.0 )
=
m n
r1 k[CHCl ] [Cl ] m
3 1 2 1
2 = 2
m n
k (0.020 M) (0.020 M) m = 1
0.0098
=
0.0069 m n
k (0.020 M) (0.010 M)

1.39 = 2.0
n
Hukum laju:
log 1.39 = n log 2.0

log 1.39 1 1

n = = 0.48 ≈ r = k[CHCl ][Cl ] 2


3 2
log 2.0 2

19/62
Penentuan tetapan laju
Reaksi: Penetuan tetapan laju:

CHCl (g) + Cl (g) ⟶ CCl (g) + HCl(g)


3 2 4
Ambil salah satu data, misalkan data
pertama:
Data kinetik:
1

NO [CHCl ]
3
(M) [Cl ]
2
(M) LAJU AWAL (M,S) r = k[CHCl ][Cl ] 2
3 2

1. 0.020 0.010 0.0069 1

(0.0069 M/s) = k(0.02 M)(0.01 M) 2

2. 0.020 0.020 0.0098 (0.0069 M/s)


k =
3. 0.040 0.040 0.0270
3

(0.002 M) 2

Hukum laju: = 3.45 M



1

2
s
−1

r = k[CHCl ][Cl ] 2
3 2

20/62
Soal konsep
Reaksi berikut diketahui memiliki orde pertama terhadap O 2 dan orde kedua terhadap NO:

O (g) + 2 NO(g) ⟶ 2 NO (g)


2 2

Diagram di bawah ini menggambarkan campuran konsentrasi awal dari O 2 dan NO. Campuran
manakah yang akan memiliki laju awal paling besar?

21/62
Hukum laju terintegrasi
Hukum laju diferensial:
d[A] m
r = − = k[A]
dt

menyatakan hubungan laju dan konsentrasi


reaktan.

Pada kasus tertentu juga ingin diketahui


hubungan konsentrasi reaktan terhadap
waktu. Sebagai contoh CFC membutuhkan
waktu yang sangat lama untuk hilang dari
atmosfer, meskipun penggunaannya
dihentikan, tetapi CFC yang ada diatomsofer
hilang dalam waktu yang sangat lama.

22/62
Hukum laju terintegrasi orde ke-nol
Untuk penyederhanaan digunakan reaksi
berikut:

A ⟶ P

Untuk orde ke-nol:

d[A] 0
r = − = k[A] = k
dt

d[A]
− kt
=

[A]t t

d[A] = − kt
∫ ∫
[A]0 0

[A]t = [A]0 − kt

23/62
Hukum laju terintegrasi orde pertama
Untuk penyederhanaan digunakan reaksi
berikut:

A ⟶ P

Untuk orde pertama:

d[A]
r = − = k[A]
dt

d[A]
= −kt
[A]

[A]t t
1
d[A] = − kt
∫ [A] ∫
[A]0 0

ln[A]t = ln[A]0 − kt

24/62
Hukum laju terintegrasi orde kedua
Untuk penyederhanaan digunakan reaksi
berikut:

A ⟶ P

Untuk orde kedua:

d[A] 2
r = − = k[A]
dt

d[A]
= −kt
2
[A]

[A]t t
1
d[A] = − kt
∫ [A]
2 ∫
[A]0 0

1 1
= + kt
[A]t [A]0

25/62
Contoh analisis data kinetika
Dekomposisi SO2 Cl2 berlangsung dengan reaksi berikut:

SO Cl (g) ⟶ SO (g) + Cl (g)


2 2 2 2

Tabel di bawah ini merupakan data [SO2 Cl2 ] sebagai fungsi dari waktu reaksi dekomposisi.

WAKTU (S) [SO Cl ]


2 2
(M) WAKTU (S) [SO Cl ]
2 2
(M)

0 0.100 800 0.0793

100 0.0971 900 0.0770

200 0.0944 1000 0.0748

300 0.0917 1100 0.0727

400 0.0890 1200 0.0706

500 0.0865 1300 0.0686

600 0.0840 1400 0.0666

700 0.0816 1500 0.0647

Berdasarkan data di atas tentukan order reaksi dan tetapan lajunya.

26/62
Hasil analisis data kinetika

27/62
Waktu paruh reaksi
Waktu paruh (
t 1
)
adalah waktu yang diperlukan untuk konsentrasi reaktan menjadi
2

setengah dari konsentrasi awal. Formulasi waktu paruh bergantung pada orde reaksi.

Waktu paruh orde ke nol: Waktu paruh orde pertama:

1 [A]0 [A]t
1
[A]t = [A]0 = [A]0 − k t 1 ⟹ t1 =
1 2
2 2 2 2k ln = −k t 1
2
[A]0 2

[A]0
ln = kt 1
Waktu paruh orde kedua: [A]t
1
2

[A]0
ln = kt 1
1
1 2 1 [A]0 2

= = + kt 1 2

[A]t [A]0 [A]0 2


1
ln 2
2
t1 =
2 k
1
t1 =
2 k[A]0

28/62
Soal konsep
Soal 1: Gambar di bawah ini merupakan reaksi orde pertama A ⟶ B pada berbagai waktu.
Reaktan A diwakili dengan lingkaran hitam, sedangkan produk B diwakili dengan lingkaran
merah. Tentukan waktu paruh dari reaksi A ⟶ B .

Soal 2: Reaksi orde pertama C ⟶ D memiliki waktu paruh 25 menit. Bila konsentrasi awal C
adalah 0.300 M, tanpa menggunakan kalkulator tentukan konsentrasi D setelah reaksi
berlansung selama 50 menit.

29/62
Ringkasan

30/62
3. Teori kinetika reaksi

31/62
Teori tumbukan
Postulat dasar teori tumbukan menyatakan bahwa laju reaksi sebanding dengan jumlah
tumbukan efektif per detik antar molekul reaktan.

Tumbukan efektif adalah tumbukan yang menghasilkan produk. Sehingga faktor apa saja
yang dapat meningkatkan frekuensi tumbukan efektif akan meningkatkan laju reaksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi tumbukan efektif:

1. Orientasi molekul yang bertumbukan

2. Energi kinetik molekul yang bertumbukan

3. Temperatur reaksi

32/62
Faktor orientasi molekul

Hanya molekul dengan orientasi yang tepat yang akan menghasilkan


pembentukan/pemutusan ikatan untuk menghasilkan produk.

33/62
Faktor energi kinetika molekul
Molekul harus memiliki energi kinetika minimum tertentu (Energi pengaktifan, Ea ) untuk
bereaksi.

Energi kinetika akan dikonversi menjadi energi potensial ikatan ketika tumbukan efektif
berlangsung.

Bila energi kinetika lebih rendah dari energi pengaktifan (Ea ), maka molekul yang bertumbukan
akan terpental kembali tidak akan menghasilkan pembentukan ikatan kimia.

34/62
Faktor temperatur
Kenaikan temperatur akan meningkatkan populasi molekul yang memiliki energi kinetika > Ea .

35/62
Ringkasan
Efek ketiga faktor yang terlibat dalam teori tumbukan dapat diringkas menjadi:

laju reaksi (M/s) = N × Forientasi × FEK

N = jumlah tumbukan perdetik per liter campuran

Forientasi = fraksi molekul dengan orientasi yang tepat

FEK = fraksi molekul dengan EK ≥ Ea

36/62
Soal konsep
Reaksi manakah yang akan memiliki fraksi orientasi paling kecil?

A. H(g) + I(g) ⟶ HI(g)

B. H 2 (g) + I2 (g) ⟶ 2 HI(g)

C. HCl(g) + HCl(g) ⟶ H (g) + Cl (g)


2 2

Submit Show Hint Show Answer Clear

37/62
Teori keadaan transisi
Teori keadaan transisi menjelaskan secara rinci kejadian ketika molekul reaktan saling
bertumbukan. Menurut teori keadaan transisi tumbukan yang sukses adalah tumbukan yang
memiliki energi kinetika yang cukup untuk melewati halangan energi pengaktifan.

38/62
Rekasi eksoterm

Reaksi menurunkan energi potensial sistem dan menaikan energi kinetika (hukum
kekekalan energi), sehingga terjadi kenaikan temperatur.

Untuk reaksi eksoterm, ΔHreaksi bukan bagian dari Ea , sehingga besar/kecilnya kalor yang
dilepaskan tidak menggambarkan tinggi rendahnya energi pengaktifan.

39/62
Reaksi endoterm

Reaksi menaikan energi potensial sistem dan menurunkan energi kinetika (hukum
kekekalan energi), sehingga terjadi penurunan temperatur. Dibutuhkan tambahan energi
agar reaksi dapat berlangsung.

Ea ≥ ΔHreaksi karena ΔHreaksi merupakan bagian dari Ea . Jika ΔH besar dan positif, maka
Ea akan lebih tinggi sehingga reaksi akan lambat.

40/62
Keadaan molekul pada keadaan transisi
Menurut teori keadaan transisi konversi reaktan menjadi produk diawali dengan pembentukan
kompleks teraktivasi pada keadaan transisi. Diagram di bawah ini menerangkan tahapan
reaksi konversi metil isonitril (CH3 NC) menjadi asetonitril CH3 CN.

41/62
Soal konsep
Perhatikan diagram reaksi multi tahap di Tentukan:
bawah ini:
1. Tahap penentu laju reaksi

2. Tentukan tahap reaksi yang berlangsung


secara endoterm

3. Tentukan energi total yang diperlukan agar


reaksi berlangsung

4. Tentukan energi total yang diperoleh

42/62
4. Efek temperatur pada laju reaksi

43/62
Efek temperatur pada laju reaksi
Hukum laju: r = k[A]
m
[B]
n
menerangkan bahwa kebergantungan temperatur pada laju
reaksi diemban oleh tetapan laju reaksi, k.

Tahun 1889, Kimiawan Swedia Svante Arrhenius memformulasikan kebergantungan tetapan


laju dengan temperatur, yang dikenal dengan persamaan Arrhenius:

Ea

k = A × e RT

Persamaan ini memiliki dua bagian, yaitu:

Faktor frekuensi = A (s-1 ),


Ea

Faktor eksponen = e dengan Ea = energi pengaktifan (kj/mol), R = tetapan gas



RT

(8.314 J.mol-1 .K-1 ), dan T = temperatur (K)

44/62
Arti sik faktor frekuensi persamaan Arrhenius
Merujuk pada teori tumbukan:

k = N × Forientasi × FEK

maka faktor frekuensi A = N × Forientasi ,


yaitu jumlah tumbukan dengan orientasi
yang benar meskipun belum tentu
menghasilkan reaksi tergantung pada energi
tumbukannya.
Tidak semua tumbukan dengan orientasi
yang benar mampu melewati
(Ea ).

45/62
Arti sik faktor eksponen
Faktor eksponen bernilai antara 0 dan 1 yang mewakili fraksi molekul dengan Ek ≥ Ea . Faktor
eksponen bergantung merupakan faktor yang bergantung pada temperatur:

Ea
Faktor eksponen = exp{− }
RT

46/62
Plot Arrhenius
Faktor frekuensi dan energi pengaktifan
dapat ditentukan secara ekperimen dengan
mengukur tetapan laju pada berbagai
temperatur.

Modi kasi persamaan Arrhenius ke dalam


bentuk logaritma alamiah memudahkan
dalam penentuan kedua besaran ini.

Ea

k = Ae RT

EA
ln k = ln A −
RT

Dengan memplot data ln terhadap 1/


dapat diperoleh garis lurus dengan titik
Ea
potong ln dan gradien R

47/62
Penentuan energi pengaktifan dari dua data
Jika data yang ada terbatas, energi pengaktifan dapat ditentukan dari nilai tetapan laju dari dua
temperatur yang berbeda.

Ea 1
ln k2 = − + ln A
R ( T2 )

Ea 1
ln k1 = − + ln A
R (T )
1

Ea 1 Ea 1
ln k2 − ln k1 = − + ln A − − + ln A
[ R ( T2 ) ] [ R ( T1 ) ]

k2 Ea 1 1
ln = −
k1 R ( T1 T2 )

48/62
Latihan
Membuat telur rebus melibatkan proses denaturasi protein telur (albumin). Waktu yang
diperlukan untuk mendenaturasi protein berbanding terbalik dengan tetapan laju proses
denaturasi. Reaksi denaturasi albumin memiliki energi pengaktifan, Ea = 418 kJ/mol.
Tentukan waktu yang diperlukan untuk merebus telur di daerah pegunungan tinggi yang
memiliki tekanan udara 355 tor, dimana pada keadaan normal (1 atm) hanya diperlukan 3
menit untuk merebus telur.

49/62
5. Mekanisme reaksi

50/62
Mekanisme reaksi
Sebagian besar reaksi tidak berlangsung dalam satu tahap tetapi belangsung dalam
beberapa tahap hanya saja tahapan reaksi jarang ditulis atau hanya dituliskan reaksi
keseluruhan saja.

Mekanisme reaksi adalah tahapan reaksi elementer yang membentuk reaksi keseluruhan.

Reaksi elementer adalah reaksi yang tidak bisa dibagi lagi ke dalam beberapa tahap yang
lebih sederhana.

Contoh untuk reaksi H (g) + 2 ICl(g) ⟶ 2 HCl(g) + I (g)


2 2
Mekanisme reaksi ini
diusulkan terdiri dari dua tahap reaksi elementer, yaitu:

Tahap 1: H + ICl ⟶ HI + HCl


2

Tahap 2: HI + ICl ⟶ HCl + I


2

Mekanisme reaksi dikatakan valid bila jumlah reaksi seluruh tahap sama dengan reaksi total
dan dapat menerangkan hukum laju eksperimen.

51/62
Hukum laju reaksi elementer
Reaksi elementer dikarakterisasi dengan molekularitasnya.

Unimolekul: A ⟶ produk

Bimolekul : 2 A ⟶ produk dan A + B ⟶ AB

Dalam merancang mekanisme reaksi molekularitas hanya dibatasi hingga bimolekul, untuk
termolekul yang melibatkan tumbukan tiga spesi secara simultan jarang digunakan, karena
peluangnya sangat kecil.

Khusus untuk tahap elementer, orde pada hukum lajunya mengikuti koe sien reaksi.
Contoh:

A ⟶ produk r = k[A]

2
A + A ⟶ produk r = k[A]

A + B ⟶ produk r = k[A][B]

52/62
Tahap penentu laju dan hukum laju
Tahap penentu laju merupakan tahap elementer dengan laju yang paling lambat.

Tahap penentu laju menjadi penentu hukum laju reaksi keseluruhan.

Contoh reaksi antara nitrogen dioksida dan kabon monoksida:

2
NO (g) + CO(g) ⟶ NO(g) + CO (g) r = k[NO ]
2 2 2

Mekanisme berikut digunakan untuk menerangkan reaksi keseluruhan dan hukum laju
eksperimen.

2
Tahap 1: NO + NO ⟶ NO + NO r1 = k1 [NO ]
2 2 3 2

Tahap 2: NO + CO ⟶ NO + CO r2 = k2 [NO ][CO]


3 2 2 3

Berdasarkan mekanisme di atas, maka tahap 1 memiliki hukum laju yang sama dengan
hukum laju reaksi keseluruhan, dengan demikian tahap 1 merupakan tahap penentu laju
(tahap yang paling lambat).

53/62
Diagram energi

54/62
Mekanisme dengan tahap pertama cepat
Untuk reaksi: 2 H 2 (g) + 2 NO(g) ⟶ 2 H O(g) + N (g)
2 2
r = k[NO ] [H ]
2
2
2

Ada dua mekanisme yang diusulkan.

Mekanisme I: Mekanisme II:

2 NO + H ⟶ N O + H O (lambat) 2 NO −

↽− N O (cepat)
2 2 2 2 2

N O + H ⟶ N + H O (cepat) N O + H ⟶ N O + H O (lambat)
2 2 2 2 2 2 2 2 2

N O + H ⟶ N + H O (cepat)
2 2 2 2

Pada mekanisme di atas, reaksi elementer


tahap-1 sudah memiliki hukum laju yang Pada mekanisme ini tidak ada reaksi
sama dengan eksperimen, sehingga dipilih elementer yang memiliki hukum laju yang
sebagai tahap penentu laju. Tetapi, sama dengan eksperimen. Mengapa Tahap 2
mengapa mekanisme ini dianggap memiliki dipilih sebagai tahap penentu laju?
probabilitas rendah untuk terjadi?

55/62
Validasi mekanisme reaksi
Untuk reaksi: 2 H 2 (g) + 2 NO(g) ⟶ 2 H O(g) + N (g)
2 2
r = k[NO ] [H ]
2
2
2

Dipilih mekanisme: Cek hukum laju: Tahap 2 yang dianggap


sebagai tahap penentu laju. Hukum laju
tahap-2: r = k2 [N O ][H ].
2 2 2
Spesi
2 NO −

↽− N O
2 2
intermediet N O
2 2
pada hukum laju dapat
N O
2 2
+ H
2
⟶ N O
2
+ H O
2
disubsitusi dengan memanfaatkan
kesetimbangan pada tahap 1.
N O + H ⟶ N + H O
2 2 2 2

2 H (g) + 2 NO(g) ⟶ 2 H O(g) + N (g)


2 2 2
2
kf [NO] = kr [N O ]
2 2

kf
2

Validasi: [N O ] =
2 2
kr
[NO]

Cek reaksi keseluruhan: Mekanisme substitusi ke hukum laju 2:

reaksi di atas memiliki reaksi keseluruhan kf


2

yang sama dengan reaksi total.


r = k2 [NO] [H ]
2
kr

Hukum laju ini = eksperimen, mekanisme


dapat diterima. 56/62
Latihan
Fosgen (Cl2 CO), gas beracun yang digunakan dalam peran dunia I, diperoleh dari reaksi antara
Cl
2
dan CO. Mekanisme reaksi yang diusulkan untuk sintesis fosgen adalah sebagai berikut:

Cl −

↽− 2 Cl (kesetimbangan, cepat)
2

Cl + CO −

↽− ClCO (kesetimbangan, cepat)

ClCO + Cl ⟶ Cl CO + Cl (lambat)
2 2

a. Tentukan reaksi keseluruhan sintesis fosgen berdasarkan mekanisme di atas

b. Tentukan hukum laju yang konsisten dengan mekanisme di atas.

57/62
Soal konsep
Ozone terdekomposisi menjadi oksigen melalui reaksi berikut:

2 O (g) ⟶ 3 O (g)
3 2

Secara eksperimen hukum laju untuk reaksi ini adalah

2 −1
r = k[O ] [O ]
3 2

Diyakini bahwa gas atom oksigen, O(g), terlibat dalam mekanisme reaksi. Usulkan mekanisme
reaksi yang melibatkan gas atom oksigen dan konsisten dengan hukum laju eksperimen.

58/62
6. Katalisis

59/62
Pendahuluan
Telah dipelajari bahwa laju reaksi dapat ditingkatkan dengan cara:
1. Menaikan konsentrasi reaktan

2. Menaikan temperatur

Kedua cara di atas tidak selalu berjalan dengan baik, karena konsentrasi dibatasi dengan
kelarutan dan kenaikan temperatur beresiko menyebabkan dekomposisi reaktan.

Sebagai alternatif untuk mempercepat reaksi digunakan katalis, yaitu suatu zat yang terlibat
dalam mempercepat reaksi tetapi tidak terkonsumsi oleh reaksi tersebut.

Katalis mempercepat reaksi dengan cara menyediakan mekanisme/rute alternatif dimana


tahap penentu lajunya memiliki energi pengaktifan lebih rendah.

Katalis dibagi ke dalam dua tipe:


1. Katalis homogen: fasa katalis dan reaktan sama

2. Katalis heterogen: fasa katalis dan reaktan berbeda

60/62
Contoh kasus katalisis
Kerusakan ozon dapat diakselerasi oleh
kehadiran gas atom klor hasil fotolisis dari
gas kloro uorokarbon (CFC) di lapisan ozon.

Reaksi katalisis dekomposisi ozon:

Cl + O ⟶ ClO + O
3 2

ClO + O ⟶ Cl + O
2

O + O ⟶ 2O
3 2

61/62
Latihan
1. suatu katalis dapat menurunkan energi pengaktivan dari 125 kJ/mol ke 55 kJ/mol. Tentukan
berapa kali laju reaksi akan meningkat pada 25o C, jika diasumsikan faktor frekuensi reaksi
yang dikatalisis dan tidak dikatalisis adalah sama.

2. Energi pengaktifan hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa adalah 108 kJ/mol. Bila
penambahan enzim menyebabkan laju reaksi naik menjadi 1 juta kali lebih cepat, tentukan
besarnya penurunan energi pengaktifan. Diasumsikan faktor frekuensi reaksi yang dikatalisis
dan tidak dikatalisis adalah sama dan temperatur reaksi adalah 25o C.

62/62

Anda mungkin juga menyukai