Anda di halaman 1dari 9

FAREWELL

Kisah dimulai dari 2 orang sahabat yang sudah berteman dekat sejak kecil, Farell dan
Wendy. Farell dan Wendy sangat akrab satu sama lain, kemana-mana mereka selalu
berdua, ntah itu berangkat sekolah, makan siang, mengerjakan tugas sekolah, atau
menghabiskan waktu berdua untuk bermain. Bagaikan lem, mereka sangat lengket
dan tidak bisa dipisah satu sama lain. Farell yang humoris dan konyol tingkah lakunya
sangat pas dengan Wendy yang mudah tertawa karena hal-hal kecil yang dilakukan
Farell. Namun, selama mereka berteman beberapa tahun terakhir ini, tanpa Wendy
sadari, Farell secara diam-diam telah menyimpan perasaan terhadap dirinya. Farell
telah melakukan satu kesalahan yang menurutnya sangat fatal di dalam hidupnya, iya,
dia jatuh cinta dengan Wendy, sahabatnya sendiri. Awalnya Farell ingin terus
menyangkal perasaannya yang hanya dia anggap sebagai rasa sayang kepada sahabat,
namun setelah melewati beberapa fase sendirian, Farell akhirnya yakin kalau dia telah
jatuh cinta dengan Wendy.

Awalnya Farell tidak ingin menyimpan rasa sukanya terhadap Wendy, dia telah
mencoba berbagai cara untuk memberikan Wendy sebuah kode tentang perasaannya
terhadap Wendy, seperti dengan cara bercanda kepada teman-teman sekelasnya bahwa
dia adalah pacar Wendy atau dengan bersikap romantis terhadapnya. Namun
sayangnya, Wendy menganggap semua yang dilakukan Farell hanyalah sebagai
ungkapan rasa sayangnya sebagai sahabat yang membuat Farell frustasi karena Wendy
tak kunjung mengerti dengan apa yang dia coba untuk sampaikan kepadanya. Farell
sendiri sangat ingin berteriak tepat di telinga Wendy tentang rasa sayangnya kepada
Wendy sebagai perempuan, bukan sahabat. Namun Farell terlalu gengsi untuk
melakukannya karena sebelumnya dia tidak pernah memiliki perasaan yang serius
terhadap seseorang, dia tidak tahu bagaimana caranya untuk menyampaikan
perasaannya kepada Wendy tanpa membuat sahabatnya merasa bahwa dia sedang
bercanda, pasalnya Wendy tidak pernah menganggap perkataan Farell dengan serius
karena semua kata-kata yang dilontarkan oleh Farell hanyalah lelucon belaka.

Waktu terus berjalan, hari-hari berlalu dengan Farell yang mengagumi Wendy dalam
diam tanpa Wendy sadari. Senyumnya yang indah dan suara tawanya yang membuat
hati Farell terasa hangat, sampai dia berjanji pada dirinya sendiri untuk terus menjaga
senyum dan tawa Wendy, membuatnya ingin melindungi Wendy dari segala sesuatu
yang buruk hanya untuk melihatnya tersenyum dan tertawa bersamanya. Pada satu
waktu, Farell mengekspresikan perasaannya melalui secarik kertas, dia menulis
tentang bagaimana Wendy yang selalu membuat hari-harinya berwarna bagaikan
pelangi yang timbul sehabis hujan lebat, Wendy yang selalu bersedia menemani
sisinya ketika dia sedang terpuruk, tentang indahnya senyum Wendy yang selalu ingin
Farell pandang dan tentang bagaimana dia ingin melindunginya, bahkan dia sampai
bilang bahwa dia rela mati hanya untuk Wendy. Secarik kertas itu dia selipkan di salah
satu buku favorit yang dia dan Wendy telah baca, buku itu dia letakkan kembali di
box khusus barang-barang yang selama ini mereka koleksi sambil berharap penuh
untuk Wendy agar dia membuka buku itu dan menemukan secarik kertas yang telah
dia selipkan di dalamnya.

Besoknya. Bel baru saja berbunyi menandakan waktu pulang tepat pada pukul 16.00.
Semuanya terlihat sama saja seperti biasanya bagi Farell, pemandangan siswa-siswi
yang mulai berhamburan menuju gerbang depan sekolah untuk segera istirahat ke
rumah masing-masing masih terlihat normal di mata Farell hingga tiba-tiba dia
merasakan bahwa hari ini ada yang berubah. Seperti biasa, Farell beranjak dari tempat
duduknya dan mengajak Wendy untuk pulang sekolah bersama sekalian untuk pergi
makan. Tetapi kali ini Wendy menolak ajakan itu dengan alasan ia pulang dengan
Rafa (nama sementara), seorang teman yang belum lama ini baru dia kenal. Farell
kecewa dan kesal setelah Wendy menolak ajakannya untuk pulang bersama, pasalnya
ini adalah kali pertama Wendy menolak ajakan pulang Farell dari sekian lamanya
mereka berteman, apalagi karena Wendy yang lebih memilih orang lain yang baru ia
kenal dibandingkan Farell yang notabenya sahabat Wendy sejak kecil, satu-satunya
hal yang Farell takuti adalah jika Wendy akan melupakan dan meninggalkannya
begitu saja.

Hari demi hari telah berlalu, tingkah laku Wendy semakin berubah, mereka yang
awalnya tidak bisa lepas satu sama lain mulai menjadi jarang berinteraksi, Wendy
nampaknya benar-benar asik dengan teman barunya, Rafa, membuat hati Farell seolah
tercabik dan hancur tidak berbentuk. Farell tidak terima, dia merasa diacuhkan dan
seakan-akan dilupakan oleh Wendy, hati dan kepalanya sempat berkelahi, sangat
ricuh. Hatinya seakan ingin cepat-cepat menyatakan perasaannya kepada Wendy,
sementara kepalanya berteriak untuk menjauhi Wendy. Setelah lama bergelut di dalam
kepalanya, Farell akhirnya memutuskan untuk menjauh dari Wendy dengan
ekspektasi bahwa Wendy akan khawatir dan kembali kepadanya. Namun bukannya
berjalan sesuai ekspektasi, sikap yang ditunjukkan Wendy seolah tidak terjadi apa-apa
diantara mereka. Sedih, marah, kesal, kecewa, semuanya perasaannya campur aduk.
Kepala dan hati Farell kembali berkelahi, memilih antara haruskah ia menyatakan
perasaannya kepada Wendy? Atau sebaiknya dia pendam saja sendirian? Perasaan
Farell ke Wendy sangat besar dan sulit untuk dilupakan, dia ingin mengatakan
semuanya kepada Wendy, namun dia juga sadar bahwa dia tak punya nyali dan
kepercayaan diri yang besar untuk menyatakan perasaannya kepada Wendy. Kepala
Farell rasanya tidak memiliki rasa lelah untuk mencoba mencari jawaban dari
pertanyaannya sendiri, apakah wendy tidak menyadari bahwa dia mempunyai
perasaan lebih kepadanya?, apakah posisinya sudah tergantikan oleh Rafa, temannya
yang baru itu? Banyak sekali pertanyaan yang ia lontarkan di benaknya, namun yang
bisa ia lakukan hanyalah menerka-nerka dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Satu hari, dua hari, tiga hari, bahkan sampai berminggu-minggu kemudian, sikap
Wendy masih sama, bahkan dia sudah tidak lagi menyapa Farell seperti biasanya
setiap kali mereka bertemu. Hari ini juga Wendy telah menolak ajakan Farell untuk ke
kantin bersama yang ke-sekian kalinya. Farell pikir pasti karena Rafa. Dia menunggu
waktu istirahat tiba sambil melihat sekeliling, dan benar saja, setelah bel berbunyi
untuk menunjukkan waktu istirahat, ada seorang laki-laki yang tidak berasal dari
kelasnya, lain tak lain adalah Rafa. Farell hanya bisa mendengus kesal, terutama
ketika dia melihat bagaimana Rafa masuk ke dalam kelasnya dan mengajak Wendy
untuk makan siang bersama. Farell yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa melihat
belakang punggung mereka yang tengah berjalan bersama menuju kantin, tangan
Farell terkepal dengan erat dengan senyum pahit yang muncul di wajahnya untuk
pertama kalinya.

Farell mencoba untuk bersabar dan menunggu Wendy untuk memberikan tanggapan
tentang secarik kertas yang sudah ia selipkan di buku favorit mereka, tapi ternyata
Wendy tak kunjung menyentuh atau bahkan melirik box koleksi mereka yang
membuat Farell merasa resah dan tidak tahu harus apa.

Hari ini Farell hanya menjalani harinya seperti biasa hingga Farell melihat Wendy
yang tiba-tiba menghampirinya, sebuah senyuman tipis muncul di wajah Farell tanpa
ia sadari, membuatnya berpikir jika Wendy akhirnya memutuskan untuk berpaling
kepadanya dari Rafa, berharap bahwa Wendy kembali menjadi Wendy yang ia kenal
seperti sebelumnya. Seakan tidak terjadi apa-apa, tanpa merasa canggung Wendy
langsung berbicara dan mengoceh tidak jelas kepada Farell, tetapi semakin kesini,
topik obrolan Wendy tiba-tiba berubah dan dia mulai bercerita tentang dirinya yang
sedang menyukai seseorang, semakin Wendy bercerita, pada akhirnya Wendy secara
blak-blakan langsung mengatakan bahwa seseorang yang sedang dia sukai itu adalah
Rafa, anak kelas sebelah kelas mereka. Senyum Farell pudar begitu saja dari
wajahnya ketika dia mendengar bagaimana Wendy bercerita tentang Rafa kepada
dirinya. Pupus sudah harapan Farell untuk memperjuangkan Wendy, rasa percaya
dirinya hilang begitu saja, terlebih lagi ketika dia melihat raut wajah Wendy yang
begitu bersemangat menceritakan beberapa hal yang telah ia lakukan bersama Rafa.
Tentu saja Farell hanya bisa memasang senyum palsu di wajahnya sambil sesekali
merespon apa adanya meski hatinya sudah terasa sangat sakit saat dia mendengar
bagaimana Wendy yang terus bercerita tentang Rafa.

Sejak saat itu, hubungan Farell dan Wendy yang telah renggang secara perlahan mulai
menjadi dekat kembali. Bagi Farell, kembali berbincang bersama Wendy rasanya
seperti kembali ke masa lalu saja. Rasa rindu yang Farell rasakan sedikit terobati
karena dia sudah sangat lama ingin menghabiskan waktu berdua bersama Wendy,
tanpa ada yang mengganggu. Tetapi, meski mereka mulai berinteraksi kembali, yang
Wendy lakukan selama bersama Farell hanyalah asik berbicara sendiri, kata-kata yang
dilontarkan Wendy tak lain adalah sanjungan dan perasaan bangganya terhadap Rafa,
dia mengatakannya tepat di hadapan Farell dengan antusias, sementara yang
mendengarkan hanya bisa terdiam dan tersenyum tipis. Farell awalnya tidak bisa
berhenti memikirkan berbagai upaya untuk membuat Wendy sadar bahwa dia telah
menyukainya tanpa harus mengatakannya secara langsung. Namun dari sekian
banyaknya upaya yang Farell pikirkan, tidak ada satupun yang ia coba lakukan.
Pikiran Farell masih terpaku kepada secarik kertas yang dia selipkan di dalam buku
favorit mereka, berpikir apakah Wendy telah membaca apa yang dia coba sampaikan
di dalam kertas itu atau belum. Tapi Farell juga tidak bisa langsung menyuruh Wendy
untuk membuka box koleksi mereka hanya untuk membaca secarik kertas yang ia
selipkan di buku favorit mereka.

Hari ini Farell memberanikan dirinya untuk mengajak Wendy pulang bersama,
rasanya sudah sangat lama sejak terakhir kali Farell mengantarkan Wendy ke
rumahnya, dia hanya ingin mengantarkan Wendy pulang ke rumah dengan selamat.
Jam dinding menunjukkan pukul 04.00 sore hari, tepat saat bel berbunyi yang
menandakan bahwa kegiatan belajar mengajar telah usai. Farell langsung beranjak
dari tempat duduknya dan keluar kelas untuk mencari Wendy, jika jam segini biasanya
Wendy akan berada di sekitaran tempat parkir. Farell membiarkan kakinya melangkah
menuju tempat parkir, tidak membutuhkan waktu lama bagi Farell untuk menuju
tempat parkir. Ketika sampai di tempat tujuan, mata Farell langsung tertuju pada
sosok perempuan yang tengah ia cari. Farell berlari kecil menghampiri Wendy hingga
tiba-tiba langkah kakinya terhenti begitu saja ketika dia melihat Rafa bersama Wendy,
Farell bersembunyi di balik pohon sambil memandangi Wendy dan Rafa dengan was-
was. Keduanya nampak sedang membicarakan sesuatu hingga telinga Farell
menangkap kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Rafa kepada Wendy. Rafa
menyatakan cintanya kepada Wendy. Farell yang mendengar dan menyaksikan
kejadian itu tepat dengan mata kepalanya sendiri langsung terdiam, dia merutuki
dirinya sendiri dalam hati, merasa sangat kalah karena Rafa lebih dulu menyatakan
perasaannya kepada Wendy daripada dirinya sendiri. Farell hanya akan menghampiri
mereka dan keluar dari balik pohon jika Wendy tidak dengan tiba-tiba berkata bahwa
dia juga memiliki perasaan yang sama dengan Rafa.

Deg. Jantung Farell rasanya berhenti berdetak ketika dia mendengar bagaimana Rafa
dan Wendy memutuskan untuk pacaran saat itu juga. Farell, tanpa pikir panjang
berbalik badan dan pergi dari tempat persembunyiannya, dia memutuskan untuk
pulang saat itu juga. Sepanjang jalan pulangnya Farell tidak bisa berhenti
menyalahkan dirinya sendiri yang sangat pengecut karena tidak bisa menyatakan
perasaannya secara langsung kepada Wendy. Hari itu Farell pulang ke rumahnya
dengan perasaan campur aduk.

Malamnya, Farell mengambil secarik kertas dan mulai menulis tentang apa yang ia
rasakan hari itu. Tentang bagaimana hatinya terasa sangat sakit saat menyaksikan
pujaan hatinya yang telah pergi menjalin hubungan dengan orang lain. Sedikit demi
sedikit, air mata Farell menetes membasahi secarik kertas itu, yang menangis
langsung mengusap air matanya dengan kasar, dia buru-buru melipat secarik kertas itu
dan menyelipkannya ke dalam koleksi bukunya dan Wendy.

Besoknya. Farell kini tengah berjalan menuju kelasnya, kakinya melangkah sangat
lambat, rasanya dia sangat lemas dan lesu, terlebih sehabis dia menangis semalaman.
Kelas terlihat masih sepi, tidak banyak yang datang karena masih sangat pagi. Farell
mendudukkan dirinya di kursi biasa dia duduk, tasnya dihempaskan ke meja dengan
kasar. Farell masih merasa agak ngantuk, dia baru saja ingin memposisikan dirinya
untuk tidur hingga dia merasakan ada yang menepuk pundaknya.

Farell menoleh, menemukan Wendy yang sedang tersenyum malu, yang menoleh
langsung tersenyum tipis dan menyapa sementara Wendy langsung bercerita tentang
Rafa, lagi. Farell sudah menduganya dari semalam dan benar saja, Wendy bilang
kepadanya bahwa dia dan Rafa baru mulai berpacaran sejak kemarin sore, Wendy
terlihat sangat senang dan malu ketika menceritakannya kepada Farell, yang
mendengarkan hanya bisa diam, tidak memberikan respon apapun. Wendy terus
mengocehkan segala hal yang terjadi dari Rafa yang mengajaknya pacaran hingga
bagaimana tadi malam dia langsung berkencan bersama Rafa. Farell sudah tidak
tahan, dia langsung berdiri dan mencengkram pundak Wendy dengan erat sambil
mengguncangnya, Farell meneriaki Wendy tentang bagaimana dia lebih memilih Rafa
dibandingkan Farell, sahabatnya, dia mengeluarkan semua yang selama ini dia
pendam di dalam hatinya kepada Wendy hingga Adrian tiba-tiba saja menyadarkan
lamunan Farell dan meneriakinya dengan kesal. Farell langsung tersadar dari
lamunannya, ternyata yang tadinya dia teriaki dan guncang pundaknya bukan Wendy
melainkan Adrian yang membuat Farell seketika terdiam sambil menyengir seakan
tidak merasa bersalah. Mungkin itu hanya efek kurang tidur, pikir Farell, dia langsung
meminta maaf kepada Adrian dan mengusap pundaknya.

Sejak itu, Farell menjalani hari-harinya dengan biasa, kesehariannya hanya


mendengarkan segala celotehan Wendy tentang Rafa, bahkan Farell tahu beberapa
masalah yang sedang di alami kedua sejoli itu karena Wendy yang terus bercerita
kepadanya, dia bahkan sesekali memberikan saran kepada Wendy tentang masalah
yang sedang dihadapinya. Meski begitu, semakin dekat hubungan Wendy dan Rafa,
bukannya Farell merasa tertantang untuk berusaha membuat Wendy berpaling
kepadanya, dia malah semakin pasrah untuk mengejar Wendy.

Hari-hari, bahkan minggu-minggu setelahnya berjalan seperti biasa, setiap harinya


pasti Wendy akan selalu bercerita segala hal bahkan sampai hal kecil tentang Rafa
maupun perlakuan Rafa terhadap dirinya kepada Farell. Sang sahabat sudah terbiasa
dengan itu, terlebih ketika Wendy dan Rafa sedang bertengkar, Farell pasti akan selalu
memberikan beberapa saran dan nasihat kepada Wendy. Bahkan ketika Wendy sedang
mengeluh tentang rasa rindunya terhadap Rafa yang entah sedang sibuk dengan
kegiatan yang dimilikinya, Farell selalu menemani Wendy yang sedang kesepian.
Suatu hari Farell sedang berada di mall, sedari tadi ia berkeliling mencari suatu
barang untuk keperluan tugas sekolahnya hingga tiba-tiba ekor matanya menangkap
sosok yang familiar ketika berpapasan dengannya. Farell langsung berbalik, dia
melihat Rafa yang sedang berjalan sambil bergandengan tangan mesra dengan
seorang perempuan yang ia tahu itu bukan Wendy sama sekali. Matanya memicing
mencoba memastikan yang barusan ia lihat, tepat ketika sosok lelaki yang ia pikir
adalah Rafa itu menoleh ke samping membuat wajahnya nampak jelas bagi Farell,
bisa dipastikan bahwa lelaki itu adalah Rafa, pacar Wendy. Farell sangat ingin
langsung menghampiri Rafa dan menembaknya dengan berbagai macam pertanyaan,
namun jika dipikir-pikir lagi, memangnya Farell siapa untuk ikut campur? Akhirnya
Farell memutuskan untuk menghiraukan yang barusan ia lihat dan melanjutkan
langkahnya untuk mencari barang yang hendak ia cari dari awal dia sampai di mall.

Hari ini adalah akhir minggu, Wendy sedang berada di rumah Farell dan seperti biasa
Wendy bercerita tentang hubungannya dengan Rafa. Namun hari ini Wendy terlihat
sangat resah dan sedih, dia memberitahu Farell tentang bagaimana komunikasinya
dengan Rafa akhir-akhir ini sedang tidak baik, bahkan Rafa yang awalnya sangat
perhatian menjadi biasa saja, padahal hubungan mereka sedang tidak ada masalah
sebelumnya, tetapi Rafa terus-terusan meracau tidak jelas kepada Wendy dari
menuduhnya menyukai Farell dan ingin selingkuh darinya hingga hal kecil yang
Wendy lakukanpun dicurigai oleh Rafa. Dari sini Farell mulai menduga bahwa Rafa
selingkuh dari Wendy setelah mendengar bagaimana perilaku Rafa berubah akhir-
akhir ini, tanpa ragu dia langsung mengatakan apa yang dia lihat beberapa hari lalu di
mall tentang Rafa yang sedang berduaan dengan seorang perempuan yang bahkan
Farell tidak tahu siapa. Ketika Wendy mendengar apa yang Farell katakan kepadanya,
Wendy hanya tertawa, menganggap apa yang telah Farell katakan tentang pacarnya
hanyalah sebuah lelucon. Farell kesal, dia bersikeras menekan perkataannya tentang
Rafa yang ia duga selingkuh, awalnya Wendy hanya heran dan menganggapnya angin
lalu hingga semakin kesini menurutnya sikap Farell menjadi sangat menyebalkan.
Sudah jelas bahwa Wendy tidak percaya dengan perkataan Farell barusan, dia
meminta Farell untuk berhenti mengatakan hal yang tidak-tidak seperti tentang Rafa
yang diduga selingkuh, Wendy terus mengelak apa yang Farell katakan, ia membela
Rafa terus-terusan hingga perdebatan kecil mereka menjadi kacau dan menegangkan.
Wendy sudah tidak tahan, Farell sangat keras kepala dan tidak mau berhenti berbicara.
Akhirnya mereka berdebat hebat hingga Wendy pergi dari rumah Farell begitu saja, ia
sudah muak dengan perilaku Farell barusan.

Farell menghela napas dengan kasar, merasa sangat frustrasi karena Wendy tidak
kunjung percaya dengan perkataannya bahkan sedikitpun. Namun Farell juga
memikirkan perasaan Wendy yang marah terhadap dirinya, ia langsung membuka
ponselnya untuk mengirimi Wendy pesan hanya untuk melihat nomornya yang telah
diblokir oleh Wendy. Tidak hanya itu, Farell juga diblokir Wendy dari seluruh akun
sosial medianya. Lelaki itu hanya bisa pasrah, lagipula dia juga sudah muak dengan
cerita-cerita Wendy tentang Rafa yang setiap hari ia dengar nonstop. Sejak saat itu,
tidak ada interaksi lagi di antara Farell dan Wendy. Jangankan saling sapa, menatap
netra satu sama lain saja tidak pernah. Mereka yang awalnya sangat dekat langsung
bertindak seolah tidak pernah mengenal satu sama lain.

Di lain tempat, Wendy tetap mempertahankan hubungannya dan Rafa, bahkan ia rela
mengalah dan disalahkan demi mempertahankan hubungan mereka yang sudah tidak
terlalu jelas lagi arahnya. Ia sudah tidak peduli lagi dengan sahabatnya, Farell, yang
sekarang ia anggap sebagai orang asing. Seiring berjalannya waktu, hari-hari menuju
ujian kelulusan sudah dekat, Wendy lebih memfokuskan dirinya untuk giat belajar
demi memperjuangkan nilai yang bagus untuk ujian kelulusannya, sesekali
perhatiannya ia alihkan kepada Rafa yang telah jarang menghubunginya. Hari
kelulusan telah tiba, Wendy lulus dengan nilai yang menurutnya cukup memuaskan.
Hari itu merupakan hari terbahagia Wendy, senyuman lebarnya terus terpampang di
paras cantiknya, dia sangat bahagia karena akhirnya ia bisa melanjutkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Wendy serta teman-temannya
memutuskan untuk menghabiskan sisa waktu di hari kelulusan mereka bersama di
mall, awalnya Wendy mengajak Rafa untuk ikut pergi ke mall dengan dirinya namun
Rafa menolak ajakan Wendy dengan alasan sakit. Wendy yang mendengar itu seketika
merasa khawatir, tanpa ragu ia langsung mengirimi pesan kepada Rafa, mengatakan
bahwa ia akan menjenguk pacarnya setelah dari mall nanti yang langsung ditolak oleh
Rafa, ia bersikeras kepada Wendy bahwa ia tidak ingin dijenguk. Wendy lagi-lagi
mengalah dan memutuskan untuk tidak menjenguk Rafa.

Hampir seharian Wendy menghabiskan waktunya dengan teman-temannya di mall,


mereka sudah mulai merasa lelah dan berniat pulang ke rumah masing-masing,
akhirnya mereka berpisah. Di perjalanan menuju tempat parkir, netra Wendy tidak
sengaja menangkap sosok lelaki familiar yang ia lihat tengah bermesraan bersama
seorang perempuan yang ia sendiri tidak kenal sama sekali. Dadanya terasa nyeri,
mata Wendy memanas dan hatinya terbakar oleh api cemburu ketika ia mencoba
memastikan sosok yang ditangkap oleh netra cantiknya, itu adalah Rafa yang tadinya
berkata bahwa ia sedang sakit dan tidak mau dijenguk. Wendy sangat marah, tanpa
pikir panjang ia menghampiri Rafa dan perempuan itu, tangan kanannya ia layangkan
ke arah Rafa yang langsung mendarat dengan mulus di pipi kiri sang lelaki. Wendy
dan Rafa terus berdebat hebat hingga mereka memutuskan untuk mengakhiri
hubungan mereka tepat saat itu juga.

Wendy pulang ke rumahnya dengan penuh penyesalan, bukan menyesal karena


memutuskan hubungannya dan Rafa, namun menyesal karena ia yang tidak
mempercayai omongan Farell beberapa bulan yang lalu tentang Rafa yang selingkuh
darinya. Wendy telah sampai di rumahnya, disambut oleh sang ibu yang
memberikannya sebuah surat yang katanya berasal dari Farell. Wendy awalnya heran,
namun jika diingat-ingat ia telah memutus kontak Farell dari nomor dan berbagai
akun sosial medianya yang membuat Farell tidak bisa menghubungi Wendy melalui
ponselnya. Wendy penasaran dengan isi surat yang diberikan Farell kepadanya, ia
langsung membuka surat itu dan membacanya dengan seksama. Surat itu ternyata
hanya berisi permintaan maaf Farell tentang sikapnya yang membuat Wendy marah
dan ucapan selamat tinggal karena Farell yang akan melanjutkan pendidikannya di
luar negeri dengan tuntutan dari sang ibu, namun ada beberapa kalimat di ujung
bawah surat itu yang membuat rasa penasaran Wendy bergejolak. 'Wen, lo masih inget
buku favorit kita di dalam box koleksi lo, kan? Maaf, gua terlalu pengecut buat bilang
secara langsung sama lo. Tolong dibuka dan baca pelan-pelan.' begitulah kira-kira isi
kalimatnya.

Rasa penasaran Wendy semakin memuncak, ia bergegas pergi ke kamarnya dan


mengobrak-abrik box koleksinya hanya untuk menemukan buku favorit ia dan Farell
dulu. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Wendy untuk menemukan buku itu, ia
langsung mengambilnya dari box dan membolak-balikkan halaman buku itu hingga 2
lembar kertas yang terlipat dengan rapi gugur tergeletak di lantai. Wendy berlutut,
tangannya bergerak menggapai salah satu dari kedua lembar kertas tersebut, tanpa
ragu ia langsung membuka lipatan kertas itu dan membacanya. Matanya menangkap
tulisan tangan Farell yang tersusun dengan rapi berisi tentang pernyataan cintanya
terhadap Wendy, yang membaca hanya bisa terdiam tidak percaya, ia dengan cepat
membaca surat itu satu persatu sambil terus berpikir apakah yang dituangkan Farell
dalam tulisan tangannya itu benar atau apa. Setelah selesai membaca surat-surat itu
Wendy langsung bergegas menghampiri ibunya dan bertanya tentang keberangkatan
Farell, ibunya pun memberitahu Wendy bahwa dia tidak tahu pasti, tapi ia tahu bahwa
Farell akan pergi hari itu juga.

Wendy gelabakan, kakinya melangkah dengan cepat keluar dari rumahnya untuk
berlari menuju rumah Farell yang jaraknya tak seberapa namun juga tak dekat dari
rumahnya. Tepat ketika Wendy datang, rumah Farell terlihat kosong tak berpenghuni,
layaknya rumah yang baru saja ditinggalkan oleh pemiliknya. Pintu depan rumah itu
ia gedor-gedor dengan kuat sambil memanggil Farell yang tak kunjung menyahut
karena jelas bahwa ia telah pergi beberapa saat yang lalu. Wendy merasa sangat
kecewa pada dirinya, ia terduduk di teras depan rumah Farell sambil merutuki dirinya
sendiri, menyadari bahwa ia baru saja kehilangan sahabat baiknya, Farell, yang telah
menemaninya sejak kecil. Bahkan semua kontak yang terhubung ke akun maupun
nomor Farell telah terputus dari Wendy karena Farell sudah tidak menggunakan
ponsel, email dan nomor yang sama seperti sebelumnya.

Sejak saat itu Wendy menjalani hari-harinya tanpa sosok Farell yang dulu sempat ia
anggap adalah belahan jiwanya, Wendy memutuskan untuk fokus kepada
pendidikannya sambil sesekali merenungi dan meratapi rasa rindunya terhadap
sahabatnya, Farell, yang terpendam di dalam dirinya. Jika dulu ia melakukan segala
hal bersama Farell, maka sekarang semuanya ia lakukan sendiri. Wendy telah tak
peduli lagi dengan keberadaan Rafa yang juga telah menghilang dari hidupnya, ia
pikir mantan pacarnya itu terlalu brengsek untuk diingat.

TIME SKIP

Hari ini Wendy tengah menghabiskan setengah harinya di toko buku, akhir-akhir ini ia
sering mengunjungi toko buku untuk sesekali membeli buku atau bahkan
membacanya langsung di tempat. Sedari tadi Wendy terus berkeliling di sekitaran rak
bagian komik untuk mencari vol keluaran terbaru dari komik favoritnya yang
akhirnya setelah berputar beberapa kali ia menemukannya, tangannya ia angkat untuk
meraih komik yang tengah ia incar hingga tiba-tiba seorang lelaki yang berdiri di
sampingnya sembari membaca komik melirik Wendy.

'Suka sama komik xxxxxx juga?' lelaki itu menyeletuk, membuat Wendy menolehkan
kepalanya, suara itu.. Suara yang dulunya sangat akrab di telinga Wendy. Matanya
bergerak menatap wajah sang lelaki di sampingnya, ia terpelongo, terkejut setelah
melihat lelaki itu, komik yang awalnya ia genggam terjatuh begitu saja. Wendy
berseru, 'FARELL!' lelaki yang dipanggil Farell itu tersenyum tipis, sorot matanya
menampakkan suatu kesedihan mendalam sembari ia menatap mantan pujaan hati
sekaligus sahabatnya, Wendy.

End.

Anda mungkin juga menyukai