Anda di halaman 1dari 3

Cerpen : Persahabatan Beda Agama

Hana seorang anak  usia remaja yang baik hati, cerdas, cantik, setia kawan, dan
selalu berbakti  pada orangtuanya.  Firda seorang anak usia remaja yang mandiri,
pemarah, dan egois. Mereka berdua telah lama bersahabat. Mereka tinggal di
sebuah Desa yang asri serta nyaman jauh dari kebisingan kota yang hingar bingar.
  
Rumah mereka pun berdekatan  , serta sekolah yang sama, dan kelas yang sama,
membuat  keduanya  bisa  sering bersama. Dimana ada Hana di situ juga pasti ada
Firda. Sampai-sampai mereka berirkrarkan  bersahabat slamanya. Tidak boleh
berhianat. Harus saling membantu. Walaupun mereka berbeda agama, Hana
beragama Islam sedangkan Firda beragama Kristen. Tetapi hal ini tidak jadi masalah
untuk mereka. Mereka tetap bersatu dalam menjalin hubungan persahabatan.
Mereka tidak peduli dengan perbedaanya.
         
Suatu hari yang cerah, mentari baru menampakan dirinya dari ufuk timur diiringi
kicauan burung bersahutan, Firda mengajak Hana untuk pergi. “ Han, temani aku
ke toko Pak Dulah, dong. Aku perlu buku dan pulpen nih. Nanti kamu aku belikan
coklat. Kamu suka kan?” Ajak Firda .
         
Hana ragu-ragu. Ia sedang mengerjakan tugas rutinnya. Menyapu lantai,
membersihkan debu, menyapu halaman, mencuci baju, mencuci piring, dan ia harus
memandikan adiknya, karena  ibunya sedang pergi.
“Aku lagi sibuk Fir, aku minta maaf, kali ini kamu pergi sendiri saja ya. Tidak terlalu
jauh kan?” Kata Hana kemudian.
“Huuuh … Cuma begini aja kamu tidak mau bantu. Kamu ini tidak setia kawan! “
Gerutu Firda kesal  . Ia mengayuh sepedanya cepat-cepat.
Hana jadi tak enak hati. Tapi harus bagaimana lagi. Dia harus membantu ibunya
karena ayahnya sudah tidak ada. Hanya Hana yang selalu membantu ibunya.
         
Sejenak Hana melamun, ingat  sejak ia berkorban untuk persahabatan mereka ,dulu
berkali-kali  ia terpaksa  lembur mengesum baju sampai larut. Karena, di siang hari
waktunya banyak tersita menemani Firda. Kadang, ibu sampai marah karena jadwal
jahitan pelanggan banyak yang tertunda. Hana terpaksa berbohong sedang
mengerjakan tugas kelompok. Sebetulnya Hana merasa bersalah telah berbohong
pada ibunya. Semua itu demi Firda. Hana merasa kasihan pada Firda yang hanya
tinggal dengan neneknya. Orang tuanya telah lama berpisah dan semua tinggal di
luar kota. Hana melanjutkan pekerjaannya lagi.
         
Keesokan  harinya Hana pergi ke sekolah sendirian karena Firda sudah berangkat
lebih dulu dan meninggalkan Hana. Sesampai di sekolah Hana masuk ke kelas saat
itu juga, Hana dan Firda bertemu.  Mereka hanya saling menatap ,tidak ada sapa
dan tegur diantara mereka. Lima menit lagi bel tanda istirahat akan berdering.
Anak-anak yang sudah selesai mengerjakan soal, diizinkan keluar  kelas oleh bu
Riska. Dengan gembira, hampir  setengah murid kelas 7B bergegas keluar,
termasuk Hana . “Han, ayo ke kantin bareng aku, “ ajak Susi  sambil gandeng Hana.
         
Hana  masih celingak celinguk mencari Firda sahabatnya. Keduanya tak sebangku
lagi , sejak bu Riska menukar letak duduk para siswa. Itu dilakukan supaya siswa-
siswa lebih saling kenal. Dan tidak berkelompok-kelompok. Bagi Hana , berteman
dengan  siapapapun itu mudah sekali. Tapi tidak begitu bagi Firda.  “Aku sedang
menunggu Firda. Ternyata dia belum selesai” kata Hana.  “Wah Firda masih lama.
Tadi, waktu aku mau mengumpulkan jawabanku, dia baru mengerjakan soal nomor
delapan,”kata Susi.’’ “Kalau begitu , kamu duluan aja Sus, Aku  harus menunggu
Firda. Dia bisa marah nanti,” kata Hana kemudian . “ Aaaah …, kita semua kan
teman. Ayolah, sekali ini saja ke kantin bersama kami. Lagi pula kami ada rencana
penting untuk Firda.Ayo … dong,” desak Susi . Akhirnya Hana nurut juga. Mereka
membeli teh dan donat. Lalu menuju ke bangku di bawah pohon yang rindang. Di
sana beberapa temanya telah menanti.
 
Ketika mereka sedang asyik membahas sesuatu, tiba-tiba datanglah Firda.
Wajahnya merah karena marah. Nafasnya tak beraturan menahan tangisan. ”Hana
tega sekali kamu. Mengapa kamu tega meninggalkan ku? Aku masih bisa maafkan
kalau kemarin kamu tidak bisa menemani aku ke toko. Tapi sekarang kamu malah
main sama anak lain. Kamu tidak setia kawan. Aku benci padamu!” Semua terdiam.
Selang beberapa lama kemudian Hana berkata,”ini tidak seperti yang kau
bayangkan, jangan salah paham Fir!” “Alahh kamu bohong, nyatanya kamu pergi
ninggalin aku begitu saja.” “Tapiiiiiii Fir…,” “Aahhhh sudah lah,aku tidak ingin lagi
mendengarkan perkataan mu , kamu itu penghianat.”
         
Firda berlari sambil menangis. Dan sepanjang hari itu Firda tak mau bicara lagi
kepada Hana sampai-sampai pulang pun tidak mau bersama Hana. Hana sedih
jadinya.
         
Sesampainya di rumah Hana mengadu kepada ibunya. “Ibu apa yang harus aku
lakukan?” Tanya Hana pada ibunya, setelah ia menceritakan semua yang telah
terjadi. Ibu menghela nafas dalam dalam. ”Sayang …, sahabat sejati itu bukanlah
harus selalu lengket seperti perangko,” ujar ibu.    “Tapi kami telah berjanji tidak
akan berhianat, janji kan harus di tepati Bu,” kata Hana. “Berhianat itu kalau kamu
membuka rahasia atau menjelekkan sahabat mu pada orang lain .Bersahabat untuk
selamanya itu baik. Tapi lebih baik lagi bila kamu punya sahabat, kita selalu
membutuhkan orang lain dalam hidup ini kita tidak bisa hidup tanpa orang lain,”
ujar ibu. “Jadi, sahabat yang baik itu yang bagaimana , bu?” Tanya Hana. “Sahabat
yang baik selalu ada dalam suka maupun duka, dalam susah maupun senang, dalam
tangis maupun tawa dan selalu mendukung jika sahabat nya berbuat baik. Dan
mengingatkan, jika ia melakukan kesalahan. Tak ada rasa iri. Hanya perasaan tulus
memberi,” jelas ibu. “Jadi apa yang harus aku lakukan pada Firda?” Tanya Hana
lagi.   “Tetaplah bersikap ramah padanya, supaya dia tau kamu tetap ingin menjalin
persahabatan dengannya, “ kata ibu lagi.
         
Hana mengangguk sambil tersenyum lega. “ Terima kasih ibu.” Kata Hana, sambil
pergi meninggalkan ibunya, untuk mengerjakan tugas sekolah. Sambil mengerjakan
tugasnya Hana berfikir sejenak dalam hati, Hana yakin, Firda tak akan lagi marah
padaku. Karena sebenarnya siang tadi , aku, Susi, dan teman yang lain sedang
menyusun rencana rahasia. Dua hari lagi Firda akan berulang tahun. Mereka akan
berpatungan untuk memberi  Firda kejutan di kelas.

Hari yang telah direncanakan pun tiba.  Hana dan teman sekelasnya  memberi
kejutan kepada Firda. Dengan mengguyurkan air ditambah telur dan tepung kepada
tubuh Firda saat bel pulang sekolah berbunyi. “Byuur…,” Firda merasa kesal dan
sangat kaget, Firda sejenak marah kepada temanya, karena belum menyadari
sebenarnya apa yang terjadi. ”Apa-apaan ini…?” Rungut Firda.  Dan teman-temanya
segera mengasihkan kue ulang tahun, yang di iringi lagu HAPPY  BIRTHDAY.
“Selamat ulang tahun, sahabatku”kata Hana. Serentak diikuti oleh teman yang
lainya. ”Hari ini hari bahagia kamu Fir,”kata Susi, sambil memeluk Firda. ”Terima
kasih teman-teman, maafkan aku telah salah sangka atas kejadian kemarin,”kata
Firda kemudian. Walaupun sederhana tapi semua itu berarti bagi Firda, Hana dan
teman yang lain. Saat itu juga Hana dan Firda menjalin persahabatan lagi yang
sempat retak. Firda ulang tahun  bersamaan dengan  HARI NATAL.
         
Firda merayakan ulang tahunnya bersama nenek di rumahnya, walaupun dalam hati
Firda merindukan sesosok orang tua hadir di sampingnya. Tetapi keinginan Firda
belum tercapai. Saat di Gereja  Firda  berdoa meminta keajaiban akan datang saat
ini juga, sosok  kedua orang tuanya. Tapi… entahlah semua kehendak tuhan
manusia hanya berencana. 

Anda mungkin juga menyukai