“Pembatasan dua periode mengandung nilai moral, filosofis, sosiologis, dan hukum
yang sangat kuat sebagai kehendak bersama rakyat Indonesia melalui para wakilnya
yang merumuskan amendemen pertama UUD NRI Tahun 1945, karena tidak
menghendaki kekuasaan yang terpusat hanya pada satu orang dan memicu
terjadinya penyimpangan, korupsi, kolusi, dan nepotisme,” kata Titi.
Oleh karena itu, gagasan Presiden dapat dipilih lebih dari 2 periode yang diusung
siapa pun dalam masa kepemimpinan Presiden mana pun adalah pengkhianatan
pada amanat rakyat dan reformasi. Gagasan seperti menjadi indikasi kuat
kemunduran Indonesia berdemokrasi. “Sebab akan sangat mudah dan rentan
menjadi pintu masuk pada upaya untuk terus-terusan menambah masa jabatan
presiden
kekuasaan yang terpusat terlalu lama pada satu orang hanya akan membuka peluang
lebih besar pada terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan kekuasaan.
“Korupsi, kolusi, dan nepotisme adalah buah dari masa jabatan yang terpusat dan
terlalu lama,”
Mengenai masa jabatan dua periode, model ini lazin diberlakukan di negara-negara
dunia yang menggunakan sistem presidensial. Dalam konteks Indonesia, dua periode
juga dianggap cukup karena tidak terlalu pendek dan juga tidak terlalu lama.
Dalam UUD 1945 yang ada saat ini, presiden hanya bisa menjabat maksimal dua
periode.
Dia (Mantan Ketua MPR RI, Amien Rais) juga mengatakan tokoh yang terlalu lama
menjabat justru akan semakin berpotensi bertindak koruptif. Hegemoni pun menjadi
sangat besar, sehingga pengawasan semakin sulit dilakukan secara optimal
menurut dia, kekuasaan berkepanjangan hanya akan memiliki dampak buruk seperti
korupsi yang merajalela. Wacana masa jabatan presiden berbahaya bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara.
program kerjanya bisa dilihat dengan jelas. Berbeda yang hanya 1 periode, belum
ada kemajuan, semua sistem diubah oleh presiden yang baru, ngulang lagi.
Perkembangan Negara bisa dilihat dengan jelas dan mungkin signifikan, karena tidak
tersandung-sandung
Demokrasi perwakilan dapat didefinisikan sebagai bentuk pemerintahan di mana rakyat akan
memilih pemimpin mereka yang kemudian harus memerintah dan membuat undang-undang.
dua alasan utama munculnya gagasan untuk kembali ke pemilihan dengan sistem perwakilan, yaitu
pertama, karena pemilihan secara langsung tidak serta merta menghapus politik uang, bahkan
menjadi jauh lebih besar lagi, dan kedua, biaya penyelenggaraan yang tinggi. Atas dasar hal tersebut,
penting untuk dikaji tentang model atau sistem apakah yang sebenarnya lebih tepat untuk
diterapkan di Indonesia?
Demokrasi perwakilan justru paling sesuai dengan masyarakat Indonesia yang sangat
plural, dengan spektrum kondisi sosial dan ekonomi yang sangat bervariasi dan sangat lebar
perbedaannya.
Kedua prasyarat itu lebih terpenuhi dalam demokrasi perwakilan dibanding demokrasi
langsung.
Melalui sistem perwakilan yang amanah, suara dan aspirasi kelompok minoritas dapat
dipertimbangkan.
Dengan sistem pemilihan secara perwakilan, justru sesungguhnya jauh lebih mudah bagi
penegak hukum untuk menegakkan hukum atas pelanggaran peraturan perundang-
undangan kepemiluan dan praktik politik uang karena kemungkinan terjadinya tindak
pidana lebih mudah untuk dilokalisir.
kesimpulan
Sistem pemilihan umum berdasarkan demokrasi perwakilan adalah
model penyelenggaraan pemilihan kepala eksekutif yang lebih sesuai
dengan cita hukum bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila khususnya
sila ke-4 Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijakasanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
2. Ancaman praktik politik uang dalam pemilihan umum khususnya
pemilihan kepala daerah tidak disebabkan oleh sistem perwakilan atau
sistem langsung, tetapi lebih disebabkan oleh tidak tegaknya kaedah
Tim oposisi
Saya tdk setuju dgn oposisi tersebut menurut kami demokrasi secara langsung lebih
baik dibanding demokrasi perwakilan
Dalam demokrasi langsung, semua populasi orang dewasa hadir dalam bentuk majelis,
mengambil bagian dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kekuasaan. Pada
demokrasi langsung, tidak mendelegasikan kekuasaannya kepada orang lain atau
perwakilan.
Kelebihan dari sistem pemilihan langsung adalah legitimasi yang kuat dari konstituen karena semua
setiap orang merasakan ikut menentukan siapa yang paling berhak menjadi pemimpin mereka.
Karenanya, sangat mudah bagi pemimpin eksekutif untuk melaksanakan program kerjanya.
Kelemahannya, sistem pemilihan langsung akan cenderung menghasilkan pemimpin yang populer
tetapi lemah dari segi kualitas baik dari Indeks Prestasi maupun pengalaman yang bersangkutan
dalam organisasi.