اشهد ان ال إله إال هللا رب العرش استوى و اشهد ان سيدنا محمدا عبده. الحمد هلل الذى امرنا بالجهاد فى سبيل هللا و ترك الهوى
}ورسوله{اما بعد
Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam karyanya Tafsir al-Mishbah menyatakan bahwa
pada hakikatnya perintah untuk berperang sebagai salah satu makna jihad di dalam ayat tersebut,
tidaklah dibutuhkan oleh Allah dan tidak juga oleh Rasul-Nya Muhammad saw, karena
sesungguhnya Allah telah membela dan mendukung umat Islam ketika ia sendiri ataupun berdua.
Namun, jika kita mengetahui betapa banyak sisi kebajikan yang disiapkan oleh Allah bagi
mereka yang berjihad dan taat kepada Allah, tentulah umat Islam akan melaksanakan perintah
tersebut. Jika ditinjau dari aspek duniawi dan ukhrawi sebagaimana yang kita fahami dari bentuk
nakirah atau indifinitif kata khoirun di dalam ayat tersebut.
Dampak positif yang membawa kebaikan dan kebajikan melalui jihad sesungguhnya selaras
dengan dakwah dan jihad para ulama penyebar Islam di tanah nusantara ini. Abdurrahman
Mas’ud menjelaskan, bahwa Islam Indonesia memiliki dua model yang saling mengikat, yakni
model universal dan dan model domestik. Model universal adalah model yang menyatukan dunia
Islam dibawah kepemimpinan dan uswatun hasanah Muhammad Rasulullah saw, sementara
model domestik adalah model yang menjadikan umat Muslim Indonesia menjadi sangat unik
adalah mereka yang bermakmum dari model-model Walisongo. Mereka adalah wali sembilan
yang namanya demikian populer telah berhasil merubah Nusantara Hindu-Budha ke dalam
agama Islam dengan penuh kedamain di abad 15-16. Dengan demikian ungkapan yang
menyatakan bahwa ajaran Islam pada abad ke-18 dan ke-19 berada dibawah bayang-bayang
Walisongo tidaklah berlebih-lebihan. Bahkan selama hampir lima abad setelah periode
Walisongo, pengaruh mereka tetap terlihat dan terasa jelas hingga kini.
Lalu muncul sebuah pertanyaan, apakah model Islam yang menggerakkan jihad sebagai sarana
irhab ataupun terorisme merupakan model jihad di Indonesia? Tentulah tidak. Islam Indonesia di
bangun dengan model toleransi terhadap produk-produk lokal budaya yang ada. Islam Indonesia
tidak memberantas tempat-tempat Ibadah yang berbeda dengan Islam. Bahkan begitu banyak
masjid-masjid di Indonesia yang dibangun dengan model budaya mereka dan jauh dari model
tanah Arab.
Namun saat ini yang terjadi adalah, begitu banyak para pendakwah baru yang seringkali
membajak Islam demi hawa nafsunya untuk menguasai seseorang ataupun sekelompok orang.
Pantas jika Rasulullah saw dulu pernah menasehati para sahabat melalui sabdanya:
} ُم جاهدة العبد َهواه {رواه البيهقي: وما الجهاد األكبر ؟ قال: قالوا. رجعنا من الجهاد األصغر إلى الجهاد األكبر
Artinya : “Kita telah kembali dari jihad kecil menuju jihad yang besar. Para sahabat bertanya ;
apakah itu jihad yang besar ? Rasul menjawab ; seorang hamba berjihad melawan hawa
nafsunya.” [HR. al-Baihaqi]
Kesimpulannya persatuan dan kesatuan akan melahirkan rahmat bagi mereka sementara
perpecahan dan keretakan akan melahirkan bencana yang berupa pertumpahan darah dan perang
saudara.
Akhirnya, melalui ajang musabaqah ini, kami menghimbau kepada seluruh umat Islam, marilah
kita berjihad di jalan Allah dengan menghormati lokal wisdom bangsa ini.
Sebagaimana di dalam bait al-fiyyah
Wafashlu masgulin biharfi jaarin#Au biidhofatin ka washli yazri (2x)
Wahai saudara-saudaraku orang jawa “kito sedoyo sederek”, wahai saudara-saudaraku orang
betawi “kite semuanye besodare”, wahai saudara-saudaraku orang sunda”urang sadaya teh
baraya”marilah kita tingkatkan ukhuwah basyariyah, ukhwah wathoniyah dan ukhuwah
Islamyyah demi mendapatkan rahmat Allah swt, Amin ya Rabbal ‘Alamin……
Shodaqollahul ádzim
Maha Benar Allah dan Maha Agung atas segala firman-Nya.
Wassalamu’alaikum WR WB