Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Konsep Unified Theory of Acceptance and Use of Technology

(UTAUT)

Konsep Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

berasal dari beberapa model penerimaan teknologi yang ada seperti Theory

Reasoned Action (TRA), Technology Acceptance Model (TAM), Motivational

Model (MM), Theory of Planned Behavior (TPB), Combined TAM and TPB,

Model of PC Utilization (MPCU), Innovation Diffusion Theory (IDT) dan Social

Cognitive Theory (SCT) yang dikembangkan oleh Vankatesh, dkk. Kelebihan

Konsep UTAUT adalah dapat menjelaskan variabel behavior intention hingga

70% dari penelitian yang ada. Kemampuan menjelaskan variabel behavior

intention hingga 70% karena kemampuan konsep yang lebih mudah dalam

berbagai bahasa dan dapat digunakan di lintas budaya. Secara umum, konsep

UTAUT terbagi menjadi 4 indikator yaitu performance expectancy, effort

expectancy, social influence dan facilitating conditions.

Vankatesh, dkk dalam mengembangkan teori-teori yang dikembangkan

sebelumnya membangun 7 konstruk. 7 konstruk ini kemudian lebih

disederhanakan menjadi 4 konstruk utama yang akhirnya menjadi konstruk

konsep UTAUT. Konstruk sisanya bukan menjadi factor-faktor yang menjelaskan

secara langsung pengguna. Di sisi lain, ada 4 moderator di antara 4 konstruk


utama terhadap User Acceptance yaitu: jenis kelamin, umur, factor sukarela, dan

pengalaman.

Berikut adalah gambaran sumber Konsep UTAUT yang diturunkan dari beberapa

konsep model penerimaan teknologi yang dikembangkan oleh Vankatesh, dkk:

Konsep UTAUT Akar Konsepsi Model sumber

Kegunaan yang dirasakan TAM

Motivasi ekstrinsik MM

Performance eksectancy Kesesuaian pekerjaan MPCU

Keuntungan relative IDC

Ekspektasi hasil SCT

Kemudahan penggunaan
TAM
yang dirasakan
Effort ekspectancy
Kompleksitas MPCU

Kemudahan penggunaan IDT

TRA, TPB, C-TAM-


Norma subjektif
TPB-
Social influence
Factor sosial MPCU

Image IDT

Facilitating Condition kontrol perilaku yang


TPB, C-TAM-TPB
dirasakan

Kondisi yang
MPCU
memfasilitasi

Kompatibilitas IDT
2.1.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep UTAUT

a. Performance expectancy

Performance expectancy adalah suatu tingkat keyakinan seseorang dalam

menggunakan sistem di mana sistem itu dapat membantunya dalam kinerja

pekerjaannya. Menurut Mustaqim, Kusyanti, dan Aryadita (2018) performance

expectancy mengacu pada harapan kinerja seseorang akan suatu sistem di mana

sistem itu dapat membantu pekerjaannya.

Putri dan Jumhur (2019) menyatakan bahwa performance expectancy

menunjukkan bahwa tingkat penggunaan teknologi informasi memberikan

manfaat bagi pengguna untuk melakukan aktivitas tertentu. Dengan demikian,

performance expectancy adalah tingkat kemampuan seseorang dalam

menggunakan teknologi informasi bertujuan untuk membantu meningkatkan

kinerjanya.

Performance expectancy dapat diartikan sebagai harapan kinerja dari

sistem atau seberapa tinggi seseorang percaya bahwa menggunakan suatu sistem

akan membantu dia untuk mendapatkan keuntungan kinerja dari pekerjaannya

(Mustakim, 2019).

Venkatesh, et al. (2003) mendefinisikan Ekspektasi Kinerja (performance

expectancy) sebagai tingkat dimana seseorang mempercayai dengan menggunakan


sistem tersebut akan membantu orang tersebut untuk memperoleh keuntungan-

keuntungan kinerja pada pekerjaan.

Indikator performance expectancy antara lain:

1) Persepsi terhadap kegunaan (Perceived Usefulness)

Menurut Venkatesh, et al. (2003), persepsi terhadap kegunaan (perceived

usefulness) didefinisikan sebagai seberapa jauh seseorang percaya bahwa

menggunakan suatu sistem tertentu akan meningkatkan kinerjanaya.

2) Kesesuaian pekerjaan (Job fit).

Menurut Venkatesh, et al. (2003), kesesuaian pekerjaan (job fit) didefinisikan

bagaimana kemampuan-kemampuan dari suatu sistem meningkatkan kinerja

pekerjaan individual.

3) Motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation)

Menurut Venkatesh, et al. (2003), motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation)

didefinisikan sebagai persepsi yang diinginkan pemakai untuk melakukan suatu

aktivitas karena dianggap sebagai alat dalam mencapai hasil-hasil bernilai yang

berbeda dari aktivitas itu sendiri, semacam kinerja pekerjaan, pembayaran, dan

promosi-promosi.
4) Keuntungan relatif (Relative advantage).

Menurut Venkatesh, et al. (2003), keuntungan relatif (relative advantage)

didefinisikan sebagai seberapa jauh menggunakan sesuatu inovasi yang

dipersepsikan akan lebih baik dibandingkan menggunakan pendahulunya.

5) Outcome expectation.

Menurut Venkatesh, et al. (2003), ekspektasi-ekspektasi hasil (outcome

expectations) berhubungan dengan konsekuensi-konsekuensi dari perilaku.

Berdasarkan pada bukti empiris, mereka dipisahkan ke dalam ekspektasi-

ekspektasi kinerja (performance expectations) dan ekspektasi-ekspektasi personal

(personal expectations).

b. Effort Expectancy

Menurut Bendi dan Andayani (2013) effort expectation berkaitan dengan

tingkat kemudahan seseorang dalam menggunakan teknologi. Mustaqim,

Kusyanti, dan Aryadita (2018) adalah tingkat kemudahan seseorang dalam

menggunakan teknologi informasi agar lebih efisien.

Putri dan Jumhur (2019) menyatakan bahwa effort expectation mengacu

pada penilaian seseorang dalam pemanfaatan teknologi dilakukan secara mudah.

Dengan demikian, effort expectation adalah tingkat kemudahan seseorang dalam

menggunakan teknologi informasi.


Effort expectancy dapat diartikan sebagai harapan usaha yang dikeluarkan

untuk mengoperasikan sistem atau tingkat kemudahan yang dirasakan pengguna

sistem dapat mengurangi upaya (tenaga dan waktu) (Mustakim,2018).

Effort ekspectancy merupakan tingkat kemudahan terkait dengan

penggunaan teknologi oleh pengguna dan penerima (Venkatesh,2016)

Indikator effort expectation antara lain:

1) Kemudahan penggunaan yang dirasakan (Perceived Ease of Use).

(Venkatesh, et al. 2003). Mengidentifikasikan bahwa kemudahan pemakaian

mempunyai pengaruh terhadap penggunaan teknologi informasi. Venkatesh dan

Davis (2000) mengatakan bahwa Kemudahan penggunaan teknologi informasi

akan menimbulkan perasaan dalam diri seseorang bahwa sistem itu mempunyai

kegunaan dan karenanya menimbulkan rasa yang nyaman bila bekerja dengan

menggunakannya.

2) Kompleksitas (Complexity )

Kompleksitas yang dapat membentuk konstruk ekspektasi usaha didefinisikan

oleh Rogers dan Shoemaker dalam Venkatesh, et al. (2003) adalah tingkat dimana

inovasi dipersepsikan sebagai sesuatu yang relatif sulit untuk diartikan dan

digunakan oleh individu. Thompson, et al. (1991) menemukan adanya hubungan

yang negatif antara kompleksitas dan pemanfaatan teknologi informasi.


3) Kemudahan penggunaan (Ease of Use).

Davis (1989) memberikan beberapa indikator kemudahan penggunaan

teknologi informasi, yaitu: TI sangat mudah dipahami, TI mengerjakan dengan

mudah apa yang diinginkan oleh penggunanya, keterampilan pengguna akan

bertambah dengan menggunakan TI, dan TI tersebut sangat mudah untuk

dioperasikan.

Dari beberapa penjelasan yang telah disampaikan di atas, pengguna teknologi

informasi mempercayai bahwa teknologi informasi yang lebih fleksibel, mudah

dipahami dan mudah dalam hal pengoperasiannya akan menimbulkan minat

dalam menggunakan teknologi informasi tersebut dan seterusnya akan

menggunakan teknologi informasi tersebut.

c. Social Influence Social

Influence adalah tekanan sosial dari lingkungan sekitar yang ada di sekitar

dalam memanfaatkan teknologi dan memengaruhi persepsi dan perilaku mereka.

Mustaqim, Kusyanti, dan Aryadita (2018) melihat sebagai tingkat kepercayaan

seseorang pada orang lain yang mempengaruhi seseorang dalam menggunakan

teknologi informasi.

Sosial Influence dapat diartikan sebagai tingkat kepercayaan seseorang

bahwa orang lain dapat mempengaruhi perilaku untuk menggunakan teknologi

informasi yang baru (Mustakim,2018). Kesimpulan yang diperoleh adalah social

influence adalah tingkat kepercayaan seseorang atas pengaruh orang lain dalam

menggunakan teknologi informasi.


Social influence didefinisikan sebagai sejauh mana seorang pengguna dan

penerima teknologi mempersepsikan bahwa orang lain yang berada dilingkungan

sama dapat mempengaruhi kinerjanya secara langsung untuk menggunakan

teknologi (Venkatesh,2016).

Indikator social influence antara lain:

1) Norma subjektif (Subjective Norm).

2) Factor sosial (Social Factors).

3) Status (Image).

Menurut Venkatesh dan Davis (2000), pengaruh sosial mempunyai dampak

pada perilaku individual melalui tiga mekanisme yaitu ketaatan (compliance),

internalisasi (internalization), dan identifikasi (identification). Dengan demikian

bahwa semakin banyak pengaruh yang diberikan sebuah lingkungan terhadap

calon pengguna teknologi informasi untuk menggunakan suatu teknologi

informasi yang baru maka semakin besar minat yang timbul dari personal calon

pengguna tersebut dalam menggunakan teknologi informasi tersebut karena

pengaruh yang kuat dari lingkungan sekitarnya.

d. Facilitating Conditions

Facilitating condition dapat diartikan sebagai sejauh mana seseorang

percaya bahwa infratruktur organisasional dan teknikal tersedia untuk mendukung

operasioal sistem (Mustakim,2018). Facilitating conditions adalah melihat tingkat

keyakinan seseorang akan fasilitas dan infrastruktur dari teknologi informasi


tersedia dengan baik. Infrastruktur yang baik menjamin teknologi informasi yang

ada akan baik di sisi penggunaannya. Misalnya ketersediaan hardware untuk

penyimpanan data, software yang memfasilitasi kebutuhan entitas, sumber daya

manusia yang memiliki kemampuan membuat dan memelihara teknologi

informasi tersebut.

Facilitating condition didefinisikan sebagai acuan pada persepsi pengguna

dan penerima teknologi terhadap sumber daya dan dukungan yang tersedia dalam

penggunaan teknologi (Venkatesh,2016)

Indikator facilitating conditions antara lain:

1) Kontrol perilaku persepsian (Perceived Behavior Control).

2) Kondisi-kondisi yang memfasilitasi (Facilitating conditions).

3) Kompatibilitas (Compability).

Disamping faktor-faktor diatas model UTAUT memiliki empat faktor lain :

gender (jenis kelamin), age (umur), voluntariness of use (kesukarelaan) dan

experience (pengalaman) yang berfungsi sebagai moderator yang memperkuat

pengaruh keempat faktor utama terhadap perilaku penerimaan teknologi.

2.1.2 Kinerja Karyawan

Kinerja berasal dari kata performance. Sementara performance itu sendiri

diartikan sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja merupakan implementasi

dari perancanaan yang telah disusun tersebut. Implementasi kinerja dilakukan oleh
sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi dan

kepentingan” (Wibowo, 2007: 4).

Kinerja merupakan sebuah ukuran capaian individu atau kelompok dalam

menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut George P. Huber (1991),

Dharma (2003: 355) mengatakan, “Hampir semua cara pengukuran kinerja

mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut”: Kuantitas, yaitu jumlah yang harus

diselesaikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran

dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan

(baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran

”tingkat kepuasan”, yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Ketepatan waktu, yaitu

sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.

Mangkunegara (2009: 22) mengatakan bahwa dalam rangka peningkatan

kinerja pegawai, terdapat enam langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja,

2. Mengenal kekurangan dan tingkat keseriusan,

3. Mengidentifikasikan hal-hal yang mungkin menjadi penyebab

kekurangan, baik yang berhubungan dengan sistem maupun yang

berhubungan dengan pegawai itu sendiri,

4. Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab

kekurangan tersebut,

5. Melakukan rencana tindakan tersebut,


6. Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau

belum, mulai dari awal, apabila perlu.

Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh

seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

yang diberikan kepadanya (Lidia dan Hotlan 2017).

Penilaian kinerja menurut Suwondo dan Sutanto (2015) diukur dengan :

1. Ketepatan dalam menyelesaikan pekerjaan,

Yaitu ketelitian dalam menyelesaikan pekerjaan, perhatian pada kualitas dalam

penyelesaian pekerjaan, kemampuan memenuhi target perusahaan dan

kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.

2. Tingkat inisiatif dalam bekerja,

Antara lain kemampuan mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi dan

kemampuan untuk membuat solusi alternatif bagi masalah tersebut.

3. Kecekatan mental,

Kecekatan mental diukur melalui kemampuan karyawan dalam memahami

arahan yang diberikan oleh pemimpin dan kemampuan karyawan untuk

bekerjasama dengan rekan kerja lain.

4. Kedisiplinan waktu dan absensi,

Merupakan tingkat ketepatan waktu dan tingkat kehadiran karyawan di tempat

kerja.
2.1.3 Usia

Usia dianggap sebagai salah satu faktor demografis utama yang

memengaruhi konstruk dari model UTAUT. Venkatesh (2003) menyatakan bahwa

usia merupakan faktor penting untuk menentukan korelasi disetiap konstruk

model UTAUT karena usia menciptakan perbedaan kritis antara pilihan

kemampuan, kinerja, upaya, lingkungan dan respon terhadap fasilitas. Meskipun

usia dianggap sebagai salah satu faktor paling signifikan dari adopsi

penggunaan model teori UTAUT, tidak banyak studi dan artikel ilmiah yang

berfokus membahas hal tersebut. (khaleed,dkk (2019), mustaqim,dkk (2018))

2.2 Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan penulis dalam melakukan

penelitian. Dengan tujuan untuk menghindari anggapan dalam meniru atau

mengikuti peneliti lain. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa jurnal

yang masih relevan terkait dengan penelitan yang dilakukan oleh penulis.

No Peneliti/Tahun Judul Persamaan Perbedaan Hasil

1. Rizki Nanda Analisis - Penggunaan - Niat faktor yang

Mustaqim , Ari Faktor- model penggunaan berpengaruh

Kusyanti , Faktor UTAUT E- terhadap

Himawat yang Commerce niat

Aryadita Memengar XYZ pengguna

(2018) uhi Niat adalah


Penggunaa social

n E- influence

Commerce dan

XYZ facilitating

Mengguna condition.

kan Model

UTAUT

(Unified

Theory

Acceptance

and Use Of

Technolog

y)Organisa

si

2. Monalisa Analisis - Penggunaan - Penerimaan faktor yang

Fatmawati Penerimaan model aplikasi berpengaruh

Sarifah , Ema Aplikasi UTAUT Gablind terhadap

Utami , Asro Gablind pengguna

Nasiri (2019) Mengguna aplikasi

kan Gablind

Metode adalah

Unified Effort

Theory Of Ekspectancy
Acceptance , social

And Use influence

Of dan

Technolog facilitating

y Terhadap condition.

Perilaku

Pengguna

3. Cindy Pengaruh - Performance - Behavioral Variabel

Flawrencia Performanc Ekspectancy Intention Performanc

Gunawan e - Social - Aplikasi e

(2019) Expectancy Influence hijabenka Ekspectancy

Dan Social dan Social

Influence Influence

Terhadap berpengaruh

Behavioral signifikan

Intention positif

Di Aplikasi terhadap

Hijabenka Behavioral

Intention

Aplikasi

hijabenka

4. Jalal Towards - Penggunaan - Subjek Variabel

Sarabadani, Understand model penelitian Performanc


Hamed ing The UTAUT - Niat e

Jafarzadeh, Determinan karyawan Ekspectancy

Mahdi ts Of , effort

Shamizanjani, Employees ekspectancy

(2017) ’ E - , facilitating

Learning condition

Adoption dan Social

In Influence

Workplace: berpengaruh

A Unified signifikan

Theory Of positif

Acceptance terhadap

And Use Niat

Of perilaku

Technolog karyawan

y Aplikasi

(UTAUT) hijabenka

View

5. Feby Anisa, Pengaruh - Performance - Subjek pada

Febryandhie Performanc ekspectancy Penelitian penelitian

Ananda (2019) e ini yaitu

Expectancy performanc

Terhadap e
Minat expectancy

Implement berpengaruh

asi Sistem positif

Pengelolaa terhadap

n minat

Keuangan implementa

Daerah si SIPKD di

(SIPKD) Pemkot

Di Pemkot Padang

Padang (Ha).

6. Zoel Hutabarat, Effect Of - Performance - Continou Performanc

Ian Nurpatria Performanc Ekspectancy intention e

Suryawan, e - Social - Subjek Ekspectancy

Richard Expectancy Influence penelitian Social

Andrew, And Social Influence

Februarga Influence berpengaruh

Padua Akwila On terhadap

(2021) Continuanc continou

e Intention intention.

In OVO

7. Sari Hartini , Unified - Penggunaan - Subjek Variabel

Karnita Theory Of Model Penelitan kemanfaata

Afnisari (2013) Acceptance n,


And Use UTAUT - Aplikasi kemudahan,

Of - Kinerja yang kecepatan,

Technolog Karyawan Digunakan kondisi

y yang

(UTAUT) memfasilita

Pada si yang

Penggunaa terdapat

n Aplikasi pada

Akuntansi Performanc

Terhadap e

Kinerja Expectancy

Karyawan (PE), Effort

Expectancy

(EE),

Facilitating

Contioning

(FC)

dengan

menggunak

an Aplikasi

akuntansi

berpengaruh

terhadap
variabel

sikap

seseorang

dalam

menggunak

an (AT) dan

juga minat

penggunaan

(IB).

8. Eko Moh. Peran - Performance - Subjek Performanc

Romi Ekspektasi Ekspectancy Penelitian e

Kurniawan, Kinerja - Effort - Social Ekspectancy

Irene Hanna H. Dan Ekspectancy Influence dan Effort

Sihombing, Ekspektasi - Kinerja - Facilitatng Ekspectancy

Nyoman Gde Usaha Karyawan Condtion berpengaruh

Dewa Rucika Penggunaa - WFH terhadap

(2021) n kinerja

Teknologi karyawan.

Dalam

Memediasi

Pengaruh

Work From

Home
Terhadap

Kinerja

Karyawan

Archipelag

Internation

al Bali

9. Trie Analisis - Penerapan - Subjek Diketahui

Handayani, Penerapan model Penelitian bahwa

Sudiana (2015) Model UTAUT - Perilaku variabel

Utaut - Kinerja Pengguna Performanc

(Unified Karyawan Sistem e

Theory Of Informasi Expectancy

Acceptance (PE), Social

And Use Influence

Of (SI) dan

Technolog Facilitating

y) Condition

Terhadap (FC)

Perilaku berpengaruh

Pengguna secara

Sistem signifikan

Informasi terhadap
(Studi Behavioral

Kasus: Intention,

Sistem sedangkan

Informasi variabel

Akademik Effort

Pada Sttnas Expectancy

Yogyakarta (EE)

) memberikan

hasil yang

tidak

signifikan.

2.3 KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka pemikiran merupakan landasan utama dari seluruh penelitian.

Menurut Monang (2016) menuliskan bahwa :

“The theoretical framework in the foundation on which the entire

researchproject is based…”

Dapat disimpulkan bahwa setiap penyusunan penelitian harus dilandaskan

berdasarkan penelitian.

Kerangka penelitan ini mengacu dari model teori UTAUT oleh Venkatesh,

dkk pada tahun 2003. Model UTAUT ini merupakan penggabungan dari delapan

model penerimaan teknologi yang digunakan terdahulu meliputi Theory Reasoned


Action (TRA), Technology Acceptance Model (TAM), Motivational Model (MM),

Theory of Planned Behavior (TPB), Combined TAM and TPB, Model of PC

Utilization (MPCU), Innovation Diffusion Theory (IDT) dan Social Cognitive

Theory (SCT).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Performance

Ekspectancy (X1), Effort Ekspectancy (X2), Sosial Influence (X3), Facilitating

condition (X4), Kinerja pegawai (Y), dan Usia (Z) variabel ini mengacu dari

penelitian Venkatesh,dkk pada tahun 2003 yaitu Unified of Theory Acceptance

and Use of Thecnology (UTAUT).

Venkatesh, et al. (2016) mendefinisikan Ekspektasi Kinerja (performance

expectancy) sebagai tingkat dimana seseorang mempercayai dengan menggunakan

sistem tersebut akan membantu orang tersebut untuk memperoleh keuntungan-

keuntungan kinerja pada pekerjaan. Pada penelitian ini performance ekspectancy

menjelaskan keyakinan pengguna aplikasi Smart Kelurahan Tasikmalaya dimana

jika aplikasi Smart Kelurahan Tasikmalaya digunakan maka akan membantu

pengguna menyelesaikan pekerjaannya dan memberikan kemudahan. Penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Fadhilah Novita Sari (2020) menyatakan bahwa

performance ekspectancy memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap

kinerja.

H1 : Pengaruh Performance Ekspectancy terhadap kinerja staff.

Effort ekspectancy merupakan tingkat kemudahan terkait dengan

penggunaan teknologi oleh pengguna dan penerima (Venkatesh,2016). Pada


penelitian ini effort ekspectancy menjelaskan bahwa pengguna aplikasi Smart

Kelurahan Tasikmalaya dengan mudah mengoperasikan aplikasi Smart Kelurahan

Tasikmalaya atau tidak mndapatkan kesulitan ketika pengoperasian. Menurut

Sarifah, Utami dan Nasiri (2019) dalam penelitiannya menyatakan bahwa effort

ekspectancy berpengaruh positif dan signifikan.

H2 : Pengaruh Effort Ekspectancy terhadap kinerja staff.

Social influence didefinisikan sebagai sejauh mana seorang pengguna dan

penerima teknologi mempersepsikan bahwa orang lain yang berada dilingkungan

sama dapat mempengaruhi kinerjanya secara langsung untuk menggunakan

teknologi (Venkatesh,2016). Pada penelitian ini social influence menjelaskan

bahwa pengguna aplikasi Smart Kelurahan Tasikmalaya dipengaruhi oleh orang

lain disekitar yang berada dilingkungan yang sama. Handayani (2015) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa social influence berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja.

H3 : Pengaruh Social Influence terhadap kinerja staff.

Facilitating condition didefinisikan sebagai acuan pada persepsi pengguna

dan penerima teknologi terhadap sumber daya dan dukungan yang tersedia dalam

penggunaan teknologi (Venkatesh,2016). ). Pada penelitian ini Facilitating

condition menjelaskan mengenai faktor-faktor seperti koneksi internet, device

yang digunakan, penyedia aplikasi Smart Kelurahan Tasikmalaya, serta petunjuk

penggunaan yang dapat membantu menggunakan aplikasi Smart Kelurahan

Tasikmalaya.
H4 : Pengaruh Facilitating Condition terhadap kinerja staff.

Venkatesh (2003) menyatakan bahwa usia merupakan faktor penting untuk

menentukan korelasi disetiap konstruk model UTAUT karena usia menciptakan

perbedaan kritis antara pilihan kemampuan, kinerja, upaya, lingkungan dan respon

terhadap fasilitas. Pada penelitian ini usia menjelaskan mengenai faktor-faktor

yang dapat membandingkan pengguna dalam menggunakan dan menerima

aplikasi Smart Kelurhan Tasikmalaya. Menurut Venkatesh (2003) mengatakan

bahwa usia/umur menjadi faktor lain yang mempengaruhi terhadap penggunaan

teknologi dan dapat dijadikan sebagai variabel moderator.

H5 : Usia memoderasi hubungan antara Performance Ekspectancy, Effort

Ekspectancy, Social Influence dan Facilitating Condition dengan kinerja staff.

Sebuah fenomena yang terjadi di Tasikmalaya saat ini terutama di dinas dan

instansi pemerintahan setempat yaitu menerapkan system elektronik dan teknologi

atau proses digitalisasi terhadap pekerjaannya. Salah satu instansi yang sudah

melakukan penerapan aplikasi yaitu Kelurahan, terdapat 69 Kelurahan dar 10

Kecamatan di wilayah Kota Tasikmalaya.

Adapun tujuan akhir dari penelitan ini adalah memperoleh informasi untuk

mengetahui dan menjelaskan kinerja dari pengguna aplikasi Smart Kelurahan

Tasikmalaya. Sehingga berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka kerangka

pemikiran yang diuat seperti gambar di bawah ini:

Performance
Usia
Ekspectancy

Effort
Ekspectancy
Kinerja
Pegawai
Sosial Influence
Gambar diatas merupakan kerangka pemikiran penelitian, dimana garis panah

tersambung merupakan arah setiap hipotesis secara parsial. Sedangkan garis

panah putus merupakan arah hipotesis secara simultan. Performance Ekspectancy,

Effort Ekspectancy, Sosial Influence, dan Facilitating condition merupakan

variabel independen yang secara konsep UTAUT dapat mempengaruhi kinerja

pegawai. Usia merupakan variabel moderasi secara konsep UTAUT usia dapat

mempengaruhi terhadap individu pengguna dan penerima. Penelitian ini fokus

kepada konsep UTAUT terhadap kinerja pegawai Kelurahan di wilayah Kota

Tasikmalaya.

2.4 HIPOTESIS

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang selanjutnya diuji kebenarannya

sesuai dengan model dan analisis yang cocok. Menurut Sugiyono (2011:100)
mengatakan bahwa pada sebuah rumusan penelitian, hipotesis adalah jawaban

sementara. Dikatakan sementara dikarenakan jawaban yang diberikan berasal dari

analisis teori-teori para ahli sebelumnya dan belum berdasarkan fakta-fakta dari

pengumpulan data.

Mengadopsi konsep model UTAUT dimaksudkan agar instansi kelurahan

dapat menilai seberapa besar pengaruh usia dalam memoderasi terhadap kualitas

kinerja pegawai dalam menerima dan menggunakan teknologi. Untuk mencapai

tujuan ini, penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Performance Ekspectancy berpengaruh terhadap kinerja Staff

H2 : Effort Ekspectancy berpengaruh terhadap kinerja Staff

H3 : Sosial Influence berpengaruh terhadap kinerja Staff

H4 : Facilitating condition berpengaruh terhadap kinerja Staff

H5 : Usia memoderasi hubungan antara Performance Ekspectancy, Effort

Ekspectancy, Sosial Influence, dan Facilitating condition dengan kinerja

staff.

Anda mungkin juga menyukai