Anda di halaman 1dari 28

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Informasi


Menurut Jogiyanto dalam buku Analisis Dan Desain Sistem Informasi:
Pendekatan Terstruktur Teori Dan Praktek Aplikasi Bisnis (2005), bahwa Sistem
Informasi adalah media perantara antara instrument fisik dan non-fisik yang
berkaitan dengan peran teknologi informasi terhadap manusia dalam membantu
proses sarana komunikasi bisnis yang baik dan berperan dalam menghasilkan
kinerja yang lebih produktif dalam sebuah organisasi.

2.2. Technology Acceptance Model (TAM)


Technology Acceptance Model (TAM), yang diperkenalkan oleh Davis
pada tahun 1989 adalah suatu adaptasi dari Theory of Reasoned Action (TRA)
yang dikhususkan untuk memodelkan penerimaan pemakai (user acceptance)
terhadap teknologi. Model ini dikembangkan kembali oleh beberapa peneliti
seperti Szajna (1994), Igbaria et al. (1995) dan Venkatesh dan Davis (2000)
dalam Jogiyanto (2007). Modifikasi model TAM dilakukan oleh Venkantesh
dengan menambahkan variable trust dengan judul Trustenhanced Technology
Acceptance Model, yang meneliti tentang hubungan antar variabel TAM dan
trust. Modifikasi TAM lain yaitu Trust and Risk in Technology Acceptance Model
(TRITAM) dilakukan oleh Lui and Jamieson dalam Jogiyanto (2007)
menggunakan variabel kepercayaan dan resiko bersama variabel TAM.
Beberapa model penelitian telah dilakukan untuk menganalisis dan
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi
komputer, diantaranya yang tercatat dalam berbagai literatur dan referensi
hasil riset di bidang teknologi informasi adalah seperti TRA, Theory of
Planed Behaviour (TPB), dan TAM yang dikembangkan oleh Davis et al
dalam Jogiyanto (2007) merupakan salah satu model penelitian yang paling

7
banyak digunakan dalam penelitian teknologi informasi, karena model
penelitian ini lebih sederhana dan mudah diterapkan.
Model penelitian TAM dikembangkan dari berbagai perspektif teori.
Pada awalnya teori inovasi difusi yang merupakan teori yang paling
mendominasi penerimaan dan berbagai model penerimaan teknologi. Difusi
adalah proses suatu informasi yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu
secara berkesinambungan kepada anggota dalam sebuah sistem sosial .
Sedangkan inovasi adalah ide, praktek, atau obyek yang dipersepsikan sebagai
sesuatu yang baru oleh individu atau unit adopsi yang lain. TAM mempunyai
tujuan menjelaskan dan memprediksikan penerimaan pengguna terhadap suatu
teknologi. TAM merupakan pengembangan TRA dan memprediksi
penerimaan pengguna terhadap teknologi. Menurut Davis dalam Jogiyanto
(2007) TAM adalah sebuah teori yang dirancang untuk menjelaskan
bagaimana pengguna mengerti dan menggunakan sebuah teknologi informasi.
TAM menggunakan TRA dari Fishbein dan Ajzen yang digunakan untuk
melihat bagaimana tingkat adopsi responden dalam menerima teknologi
informasi.
Seiring perkembangan waktu, model TAM telah banyak mengalami
modifikasi. Venkatesh dan Davis 1996 telah menyatakan eliminasi variabel sikap
terhadap penggunaan (attitude toward using) pada bentuk original TAM. Serta
menurut Jogiyanto (2007) konstruk sikap terhadap penggunaan ini tidak
dimasukkan sebab tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap niat perilaku.

Gambar 2.1 Modifikasi TAM oleh Venkatesh dan Davis


Sumber: Oktavianti (2007)

8
Dengan begitu, alur TAM berubah menjadi persepsi kebermanfaatan
(Perceived Usefulness) dan persepsi kemudahan (Perceived Ease Of Use)
langsung mempengaruhi niat perilaku untuk menggunakan (Behavioral Intention
To Use). Pada akhirnya menunjukan penggunaan nyata dari sistem (Actual System
Use). Namun menurut Gahtani dalam Oktavianti (2007) dinyatakan bahwa niat
perilaku untuk menggunakan (Behavioral Intention To Use) dan penggunaan
nyata dari sistem (Actual System Use) dapat digantikan oleh variabel penerimaan
terhadap TI (Acceptance Of IT).
Persepsi manfaat dan persepsi kemudahan memiliki hubungan untuk
memprediksi sikap penerimaan pengguna (Acceptance of IT) terhadap teknologi
informasi (Oktavianti, 2007). Model TAM pada gambar 2.1 telah dipakai dan
diuji oleh Surachman (2008), yang hasil penelitiannya menunjukan bahwa faktor
manfaat dan kemudahaan mampu memprediksi penerimaan pengguna terhadap
Sistem Informasi Perpustakaan. Pada penelitian ini, variabel yang digunakan yaitu
persepsi kebermanfaatan (perceived usefulness), persepsi kemudahan penggunaan
(perceived ease of use) dan Penerimaan Sistem Informasi Pengolahan Data
Statistik Rutin (acceptance of SISR).

2.3. Konstruk Technology Acceptance Model


Terdapat lima konstruk utama yang membentuk TAM, kelima konstruk
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Persepsi Kegunaan/Manfaat (Perceived Usefulness)
Jogiyanto (2007) mendefinisikan Persepsi Kegunaan (perceived usefulness)
sebagai sejauhmana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi
akan meningkatkan kinerja pekerjaannya. Manfaat penggunaan TI dapat
diketahui dari kepercayaan pengguna TI dalam memutuskan penerimaan TI,
dengan satu kepercayaan bahwa penggunaan TI tersebut memberikan
kontribusi positif bagi penggunanya. Pengukuran konstruk kegunaan
(usefulness) menurut Davis dalam Jogiyanto (2007). terdiri dari (1) Menjadikan
pekerjaan lebih cepat (work more quickly), (2) Bermanfaat (useful), (3)
Menambah produktifitas (Increase productivity), (4) Mempertinggi efektifitas

9
(enchance efectiveness) dan (5) Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve
job performance). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konstruk
kegunaan persepsian (perceived usefulness) mempengaruhi secara positif dan
signifikan terhadap penggunaan sistem informasi. Selain itu konstruk kegunaan
persepsian merupakan konstruk paling signifikan dan penting mempengaruhi
sikap (attitude), minat (behavioral intention) dan perilaku (behaviour) di dalam
menggunakan teknologi informasi dibandingkan dengan konstruk yang lain.
b. Persepsi Kemudahan Pengguna (Perceived Ease of Use)
Kemudahan pengguna (ease of use) didefinisikan sebagai sejauhmana
seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha
(Jogiyanto, 2007). Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
kemudahan penggunaan akan mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga)
seseorang didalam mempelajari komputer. Pengguna TI mempercayai bahwa
TI yang lebih fleksibel, mudah dipahami dan mudah pengoperasiannya
(compatible) sebagai karakteristik kemudahan penggunaan. Davis et al dalam
Jogiyanto (2007) memberikan beberapa indikator konstruk kemudahan
penggunaan yaitu; (1) Kemudahan untuk dipelajari (easy to learn), (2)
Controllable (3) Clear & understable, (4) Flexible, (5) Keterampilan menjadi
bertambah (easy to become skillful) (6) Mudah digunakan (easy to use).
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kostruk kemudahan penggunaan
mempengaruhi sikap (attitude), minat (behavioral intention) dan penggunaan
sesungguhnya (actual usage).
c. Sikap terhadap Perilaku (Attitude toward Behaviour)
Sikap terhadap perilaku (attitude toward behaviour) didefinisikan oleh Davis et
al dalam Jogiyanto (2007) sebagai perasaan positif atau negative seseorang jika
harus melakukan perilaku yang akan ditentukan. Beberapa penelitian
menunjukkan sikap (attitude) berpengaruh secara positif terhadap minat
perilaku (behavioral intention). Akan tetapi beberapa penelitian juga
menunjukkan bahwa sikap (attitude) tidak berpengaruh signifikan keminat
perilaku, sehingga sebagian penelitian tidak memasukkan konstruk sikap di
dalam model.

10
d. Minat Perilaku (Behavioral Intention)
Minat perilaku adalah suatu keinginan (minat) seseorang untuk melakukan
suatu perilaku tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku jika
mempunyai keinginan atau minat untuk melakukannya (Jogiyanto, 2007). Hasil
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa minat perilaku merupakan prediksi
terbaik dari penggunaan teknologi oleh pemakai sistem.
e. Perilaku (Behaviour)
Perilaku (behaviour) adalah tindakan yang dilakukan seseorang. Dalam
konteks penggunaan sistem teknologi informasi, perilaku (behaviour) adalah
penggunaan sesungguhnya (actual usage) dari teknologi (Jogiyanto, 2007). Di
dalam berbagai penelitian karena penggunaan sesungguhnya tidak dapat
diobservasi oleh peneliti yang menggunakan daftar pertanyaan, maka
penggunaan sesungguhnya ini banyak diganti dengan nama pemakaian
persepsian (perceived usage). David dalam Jogiyanto (2007) menggunakan
penggunaan yang sesungguhnya, sedangkan Igbariaetal dalam Jogiyanto
(2007) menggunakan pengukuran pemakaian persepsian (perceived usage)
yang diukur sebagai jumlah waktu yang digunakan untuk berinteraksi dengan
suatu teknologi dan frekuensi penggunaannya. menggunakan daftar
pertanyaan, maka penggunaan sesungguhnya ini banyak diganti dengan nama
pemakaian persepsian (perceived usage).

2.4. Modifikasi Model TAM Penelitian Ini


Penelitian Adams et al dalam Jogiyanto (2007) mereplikasi dan
mengembangkan penelitian Davis (1989) dengan hasil menunjukkan bahwa
pengukuran konstruk kegunaan persepsian (perceived usefulness) atau PU dan
kemudahan kegunaan persepsian (perceived ease of use) atau PEOU adalah valid
dan reliabel untuk situasi dan sistem informasi yang berbeda. Demikian juga
Hendrikson et al dalam Jogiyanto (2007) menemukan bahwa pengukuran
instrument-instrumen PU dan PEOU dari TAM valid di analisis test-retest. Pada
skema TAM, manfaat dan kemudahan mempengaruhi penggunaan sistem (actual
system use) melalui sebuah variabel intervening yakni intensitas penggunaan

11
(behavioural intention to use). Namun menurut Gahtani dalam Oktavianti (2007),
dinyatakan bahwa intensitas penggunaan (behavioural intention to use) dan
penggunaan sistem sesungguhnya (actual system use) dapat digantikan oleh
variabel penerimaan terhadap TI (Acceptance of IT).
Terdapat 3 konstruk TAM yang telah dimodifikasi:
1) Persepsi kemanfaatan (perceived usefulness).
Persepsi kemanfaatan (perceived usefulness) didefinisikan sebagai sejauh
mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan
meningkatkan kenerja pekerjaannya (as the extent to which a person
believes that using a technology will enhance her or his performance.).
Dari definisinya, diketahui bahwa kegunaan persepsian (perceived use
fulness) merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang proses
pengambilan keputusan. Dengan demikian jika seseorang merasa percaya
bahwa sistem informasi berguna maka dia akan menggunakannya.
Sebaliknya jika sesorang merasa percaya bahwa sistem informasi kurang
berguna maka dia tidak akan menggunakanya (Jogiyanto, 2007).
2) Persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use)
Persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) didefinisikan
sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu
teknologi akan bebas dari usaha (is the extent to which a person
believes that using a technology will be free of effort.). Konstruk
kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) ini juga
merupakan suatu kepecayaan (belief) tentang proses pengambilan
keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi mudah
digunakan maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang
merasa percaya bahwa sistem informasi tidak mudah digunakan maka dia
tidak akan menggunakannya (Jogiyanto, 2007).
3) Penerimaan penggunaan (Acceptance of IT)
Penerimaan pengguna (Acceptance of IT) terhadap sistem infomasi
dipengaruhi oleh kemudahan dan kemanfaatan yang di hasilkan oleh
sistem informasi tersebut. Sehingga kemudahan dan manfaat ini menjadi

12
faktor penting bagi pengguna sistem informasi untuk menerima dan
menggunakan sistem informasi yang ditawarkan. (Surachman, 2008).

Gambar 2.2 Modifikasi TAM oleh Gahtani


Sumber: Oktavianti (2007)

2.5. Penelitian Terdahulu Yang Menggunakan Metode TAM


TAM banyak digunakan penelitian dalam menganalisis penerimaan sistem
informasi, diantaranya yaitu:
Penelitian yang dilakukan oleh Arif Surachman (2008) membahas tentang
analisis penerimaan sistem informasi perpustakaan (SIPUS) terpadu versi 3
dengan metode TAM pada Universitas Gajah Mada, menjelaskan bahwa tingkat
penerimaan, kebermanfaat, dan kemudahan masih belum sampai kepada tingkat
baik atau diterima. Peneliti juga menemukan bahwa kedua variabel prediktor
yakni kebermanfaatan dan kemudahan mampu memprediksi variabel terhadap
penerimaan SIPUS. Sehingga apabila kedua variabel prediktor tersebut nilainya
meningkat, maka nilai dari penerimaan terhadap SIPUS pun meningkat, dan juga
sebaliknya. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada tabel
berikut :
Tabel 2.1 Hipotesis Surachman
No. Hipotesis
H1 Faktor manfaat berpengaruh positif terhadap penerimaan SIPUS versi 3
di lingkungan UGM.

13
H2 Faktor kemudahan berpengaruh positif terhadap penerimaan SIPUS
versi 3 di lingkungan UGM.
H3 Faktor manfaat dan faktor kemudahan sama-sama berpengaruh positif
terhadap penerimaan SIPUS versi 3 di lingkungan UGM.
Sumber: Surachman (2008)
Penelitian selanjutnya oleh Nurmaini Dalimunthe, dkk (2014) dalam
penelitiannya berjudul Analisis Pengaruh Faktor Kemudahan Dan Manfaat
Terhadap Penerimaan Pengguna Sistem Informasi Data Pokok Pendidikan
Dasar. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yang dimodifikasi, yaitu
Perceived Ease of Use (PEOU) dan Perceived Usefulness (PU) sebagai variabel
independen sedangkan Acceptance of IT sebagai variabel dependen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerimaan pengguna terhadap penerapan Sistem
Informasi Dapodikdas sebesar 33,5 % dipengaruhi oleh faktor kemudahan
(perceived ease of use) dan manfaat (perceived usefulness) dengan hubungannya
tergolong cukup berarti sebesar 59,3% . Hal ini dapat membuktikan bahwa
apabila nilai dari faktor kemudahan dan manfaat meningkat, maka penerimaan
pengguna terhadap teknologi informasi / sistem informasi akan meningkat.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Hipotesis Dalimunthe
No. Hipotesis
H1 Variabel faktor kemudahan (perceived ease of use) berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap penerimaan pengguna Sistem
Informasi Dapodikdas.
H2 Variabel manfaat (perceived usefulness) berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap penerimaan pengguna Sistem Informasi Dapodikdas.
H3 Variabel faktor kemudahan (perceived ease of use) dan variabel manfaat
(perceived usefulness) berpengaruh signifikan secara bersama-sama
terhadap penerimaan pengguna Sistem Informasi Dapodikdas.
Sumber: Dalimunthe (2014)
Selanjutnya penelitian yang dilakukan Tri Handayani, dkk (2013), dalam
penelitiannya yang berjudul Analisis Penerimaan Sistem Informasi Akademik

14
Berbasis Web Mengunakan Technology Acceptance Model (TAM) dan Usability
Studi Kasus Pada STTNAS Yogyakarta. Dari hasil penilaian dan pengujian
dapat disimpulkan bahwa tingkat penerimaan user terhadap penerapan SiAkad
dikatakan baik (setuju). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerimaan
SiAkad untuk variabel TAM yaitu persepsi pengguna terhadap kemudahan
(perceived ease of use) dan persepsi pengguna terhadap kegunaan/manfaat
(perceived usefulness), sedangkan sikap pengguna terhadap penggunaan (attitude
toward using) tidak mempengaruhi tingkat penerimaan SiAkad berdasarkan uji
kesesuaian. Untuk variabel Usability, yang tidak mempengaruhi tingkat
penerimaan SiAkad adalah error sehingga pengguna masih sulit untuk
menemukan informasi dalam suatu situs web. Berdasarkan model yang
dihasilkan, dapat diusulkan beberapa langkah perbaikan ulang terhadap tingkat
penerimaan SiAkad tersebut menggunakan tools online chevker. Hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini terdapat pada tabel berikut :
Tabel 2.3 Hipotesis Handayani
No. Hipotesis
H1 Persepsi pengguna terhadap kemudahan (perceived ease of use)
berpengaruh positif terhadap sikap pengguna terhadap penggunaan
(attitude toward using).
H2 Persepsi pengguna terhadap kegunaan/manfaat (perceived usefulness)
berpengaruh positif terhadap sikap pengguna terhadap penggunaan
(attitude toward using)
H3 Persepsi pengguna terhadap kemudahan (perceived ease of use),
persepsi pengguna terhadap kegunaan/manfaat (perceived usefulness),
dan sikap pengguna terhadap penggunaan (attitude toward using) tidak
mempengaruhi tingkat penerimaan SiAkad.
H4 Variabel Usability tidak mempengaruhi tingkat penerimaan SiAkad
Sumber: Handayani (2013)

15
2.6. Populasi Dan Sampel
Menurut Sugiyono dalam buku Statistika Untuk Penelitian (2015),
bahwa Populasi adalah objek/subyek meliputi seluruh karakteristik/sifat tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Menurut Sugiyono dalam buku Statistika Untuk Penelitian (2015),
bahwa Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar, peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada
pada populasi. Untuk itu sample yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili).
Secara garis besar teknik penarikan sampel dapat dibagi menjadi dua, yaitu
probability Sampling dan Nonprobability Sampling:

2.6.1. Probability Sampling


Menurut Sugiyono dalam buku Statistika Untuk Penelitian (2015),
bahwa Probability Sampling adalah teknik pengambilan sample yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk memilih menjadi
anggota sample.
Menurut Sugiyono ada 4 jenis teknik sampling dari Probability Sampling
antara lain:
1) Simple Random Sampling
Metode pengambilan sampel acak sederhana adalah metode pengambilan
anggota sample dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota
populasi dianggap homogen.
2) Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak
homogen dan berstrata secara proporsional.
3) Disproportionate Stratified Random Sampling

16
Teknik ini digunakan untuk menetukan jumlah sample, bila populasi
berstrata tetapi kurang proporsional. Kemudian sampel diambil secara
acak dari tiap strata tersebut.
4) Cluster Sampling
Metode pengambilan sampel klaster adalah metode yang digunakan untuk
memilih sampel yang berupa kelompok dari beberapa kelompok, dimana
setiap kelompok terdiri atas beberapa unit yang lebih kecil (elements).
Jumlah elemen dari masing-masing kelompok bisa sama maupun berbeda.

2.6.2. Nonprobability Sampling


Menurut Sugiyono dalam buku Statistika Untuk Penelitian (2015),
bahwa Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sample yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sample.
Menurut Sugiyono ada 5 jenis teknik sampling dari Nonprobability
Sampling antara lain:
1) Accidental Sampling
Pada pengambilan sampel dengan cara ini, sampel diambil berdasarkan
ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya. Dengan kata
lain sampel dipilih karena sampel tersebut ada pada tempat dan waktu
yang tepat.
2) Judgment Sampling
Dengan teknik ini sampel diambil berdasarkan kriteria-kriteria berupa
suatu pertimbangan tertentu yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh
peneliti. Misalnya perusahaan-perusahaan yang sudah public. Kriteria lain
misalnya adalah perusahaan-perusahaan yang membangun sendiri sistem
teknologi informasinya, bukan mereka yang membeli atau melakukan
outsourcing.
3) Quota Sampling
Quota Sampling adalah purposive sampling yang mengambil persentasi
yang mengambil persentasi sampelnya sesuai dengan persentase jumlah

17
dipopulasinya. Quota Sampling berdalih bahwa sampel harus mempunyai
karakteristik yang dimiliki oleh populasinya. Misalnya populasi terdiri dari
70% perusahaan kecil dan 30% perusahaan besar maka sampel juga harus
mempunyai kriteria sesuai dengan kriteria tersebut.
4) Snowball Sampling.
Cara mengambil sampel dengan teknik ini dilakukan dengan
mengumpulkan sampel dari responden yang berasal dari referensi suatu
jaringan, misalnya lewat Newgroup di internet.
5) Sampel Jenuh
Sampel jenuh adalah teknik pengambilan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, yaitu semua
populasi dijadikan sampel.

2.7. SPSS
SPSS adalah singkatan dari Statistical Program For Social Science
merupakan paket program aplikasi komputer untuk menganalisis data statistic.
SPSS adalah sebuah software untuk mengolah data satatistik yang penggunaannya
cukup mudah bahkan bagi orang yang tidak mengenal dengan baik teori statistik.
Aplikasi SPSS seringkali digunakan untuk memecahkan problem riset atau bisnis
dalam hal statistik.
Keunggulan dari SPSS diantaranya adalah diwujudkan dalam menu kotak-
kotak dialog antar muka yang cukup memudahkan para user dalam perekaman
data, memberikan perintah dan sub-sub perintah analisis hingga menampilakan
hasilnya. Disamping itu SPSS juga memiliki kehandalan dalam menampilkan
chart atau plot hasil analisis sekaligus penyuntingan bilamana diperlukan.
Terdapat 8 fasilitas yang tersedia dalam SPSS diantaranya:
1) Data editor adalah halaman spreadsheet yang digunakan untuk
memasukkan, mendefenisikan, mengedit, dan menampilkan data.
2) Viewer yaitu tampilan untuk melihat hasil pemrpsesan data.

18
3) Multidimensional pivot tables Setelah selesai mengolah dengan spss, akan
ditampilkan dengan multidi mensional pivot tables. Dengan demikian,
dapat mengeksplorasi tabel dengan mengatur kolom baris dan lapisan.
4) Hight resolution graphicsberupa grafik berupa pie-chart dengan berbagai
pilihan warna, bar-chart, histogram dan grafik 3-D.
5) Database Acces yaitu fasilitas yang dapat digunakan untuk mendapatkan
kembali informasi dari database dengan menggunakan database wizard.
6) Command language yang dapat membantu dalam menyimpan data dan
otomatisi.
7) Electronic distribution yang memungkinkan untuk mengirimkan laporan
dengan mengekspor tabel dan grafik dalam bentuk HTML.
8) Data transformation memudahkan analisis data dan juga mudah
melakukan pengolahan data seperti mengkombinasikan katagori, dan
memisah file.

2.8. Uji Validitas Dan Reliabilitas


Menurut Azwar dalam buku Reliabilitas dan Validitas Edisi III (2009),
bahwa Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalid atau
kesahihan. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat.
Menurut Azwar dalam buku Reliabilitas dan Validitas Edisi III (2009),
bahwa Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukurannya
relatif sama apabila pengukuran tersebut dilakukan beberapa kali dengan
menggunakan alat pengukur yang sama.
Validitas ditentukan sengan cara menghitung korelasi r masing-masing
pertanyaan (X) dengan skor total (Y).
Teknik yang digunakan untuk mengetahui suatu item test dikatan valid
yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut
(Azwar,2009)

19
.......... (2.1)

Keterangan :
r = Koefisien validitas item yang dicari
n = Jumlah responden
x = Skor yang diperoleh subyek dalam setiap item
y = Skor yang diperoleh subyek dalam setiap item
x = Jumlah skor dalam variabel x
y = jumlah skor dalam variabel y
Kriteria dalam pengujian hipotesis validitas dalam penelitian ada 2, yaitu :
1) Kuesioner dikatakan valid apabila r hitung> r table
2) Kuesioner dinyatakan tidak valid apabila r hitung r tabel
Pengujian Reliabilitas merupakan sebuah pengujian tentang kepercayaan
terhadap alat uji instrumen, suatu instrumen dapat memiliki tingkat kepercayaan
yang tinggi jika hasil dari pengujian tersebut menunjukan tetap. Pengujian ini
digunakan untuk menguji keadaan (kekonsistenan) data yang diperoleh. Uji
Reliabilitas dilakukan jika butir-butir pertanyaan kuesioner sudah dinyatakan
valid maka perlu diuji tingkat Reliabilitasnya dengan menggunakan teknik-teknik
pengukuran Reliabilitas.
Uji Reliabilitas dilakukan jika butir-butir pertanyaan kuesioner sudah
dinyatakan valid maka perlu diuji tingakat Reliabilitas dengan menggunakan
teknik. Uji Reliabilitas dilakukan dengan menggunakan reliabilitas analysis yang
terdapat pada software SPSS 16.0 for windows. Menurut Djunaidi, dkk (2006) ada
3 koefisien korelasi yang digunakan sebagai penilaian terhadap reliabilitas
instrument adalah :
Tabel 2.4 Skor Reliabel
No. Skor Keterangan
1. 0,800 1,000 Baik

20
2. 0,600 0,799 Dapat diterima
3. < 0,600 Kurang baik
Sumber: Djunaidi (2006)

2.9. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada
analisis regresi linear berganda. Setidaknya ada empat uji asumsi klasik, yaitu uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
Berikut ini adalah uji asumsi klasik yang harus dipenuhi oleh model regresi.

2.9.1. Uji Normalitas Data


Menurut Ghozali (2006) tujuan dari uji normalitas adalah sebagai berikut:
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas diperlukan karena untuk
melakukan pengujian-pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa
nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan.
Uji statistik yang digunakan untuk uji normalitas data dalam penelitian ini
adalah uji normalitas atau sampel Kolmogorov-Smirnov. Hasil analisis ini
kemudian dibandingkan dengan nilai kritisnya.
a. Menurut Santoso (2002), menjelaskan output test of normality Ada pedoman
pengambilan keputusan: Angka signifikansi (Sig) > = 0,05 maka data
berdistribusi normal. Angka signifikansi (Sig) < = 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal. Adapun cara lain untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik.
b. Menurut Santoso (2002) metode yang digunakan adalah pengujian secara
visual dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Pada
prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik. Menurut Singgi santoso (2002) ada 2 dasar
pengambilan keputusan, yaitu:

21
a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah
garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2.9.2 Uji Multikolinearitas


Menurut Ghozali (2006), bahwa Uji Multikolinearitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model tegresi ditemukan adanya korelasi antara variable
bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantaranya
variable independen. Multikolinieritas dapat diuji melalui nilai toleransi dengan
Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF dapat dihitung dengan formula sebagai
berikut:
1 1
VIF

1 R 2
Toleransi .......... (2.2)

a. Jika VIF > 10, terdapat persoalan multikolinieritas diantara variabel bebas.
b. Jika VIF < 10, tidak terdapat persoalan multikolinieritas diantara variabel
bebas

2.9.3. Uji Autokorelasi


Menurut Ghozali (2006:99), uji autokorelasi bertujuan menguji apakah
dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada priode t
dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi
yang beruntun sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul
karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

22
Pengujian ini dilakukan Durbin-Watson menggunakan (table DW Test),
dasar pengambilan keputusanya adalah :
( )
d=
. (2.3)

Dimana :
et = kesalahan gangguan dari sampel
et-1 = kesalahan gangguan dari sampel satu periode sebelumnya
Ketentuan:
1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi.
2. Angka DW diantara -2 sampai 2 berarti tidak ada autokorelasi.
3. Angka DW diatas 2 berarti ada autokorelasi

2.9.4. Uji Heterokedastisitas


Menurut Santoso (2002) tujuan uji heterokedastitas adalah bertujuan untuk
melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Dalam regresi linier diasumsikan bahwa varians bersyarat
dari E(i2) = Var(i) = 2 (homokedastisitas), apabila varians bersyarat i = i2
untuk setiap 1, ini berarti variansnya homogen atau homokedastisitas.
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi bisa
dilihat dari pola yang terbentuk pada titik-titik yang terdapat pada grafik
scaterplot.Lebih lanjut menurut Santoso (2002) ada 2 dasar pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut:
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk
suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian
menyempit) maka telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

23
2.10. Regresi Linier Berganda
Menurut Syofian dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif tahun 2013,
bahwa Regresi Linier Berganda adalah alat yang dapat digunakan untuk
mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas (independent) terhadap satu
variabel terikat (dependent). Penerapan metode regresi linier berganda jumlah
variabel bebas (independent) yang digunakan lebih dari satu yang mempengaruhi
satu variabel terikat (dependent).
Bentuk umum dari persamaan linear berganda dapat ditulis sebagai
berikut:

= a + b1X1 + b2X2 + .......... (2.4)


e

Keterangan :
= Penerimaan terhadap SISR (variabel terikat)
a = Konstanta
X1 = Kemanfaatan (variabel bebas)
X2 = Kemudahan (variabel bebas)
b1, b2 = Koefisien regresi
e = Variabel error

2.11. Pengajuan Hipotesis


Hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian dan perlu dibuktikan melalui penelitian secara empiris
dan hasil penelitiannya dapat menolak atau menerima hipotesis tersebut
(Silaen,2013).
Ada 3 hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yaitu :
1) Persepsi manfaat (Perceived Usefulness) berpengaruh positif terhadap
penerimaan SISR.
2) Persepsi kemudahan (Perceived Ease of Use) berpengaruh positif terhadap
penerimaan SISR.

24
3) Persepsi manfaat (Perceived Usefulness) dan Persepsi kemudahan
(Perceived Ease of Use) berpengaruh positif terhadap penerimaan SISR.

2.12. Profil BKKBN Provinsi Riau


Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional yang disingkat
BKKBN adalah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (dahulu Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional),
disingkat BKKBN, adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang
bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang keluarga berencana dan
keluarga sejahtera. Kepala BKKBN Provinsi Riau saat ini adalah Drs. H.
Indrawarman M, Msc, MM. BKKBN memiliki slogan dua anak cukup.

2.12.1. Visi
Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan
penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas.

2.12.2. Misi
Ada 5 misi BKKBN, yaitu:
a. Mengarus utamakan pembangunan berwawasan kependudukan.
b. Menyelenggarakan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
c. Memfasilitasi pembangunan keluarga.
d. Membangun dan menerapkan budaya organisasi secara konsisten.
e. Membangun jejaring kemitraan dalam pengelolaan Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).

2.12.3. Fungsi Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional


(BKKBN)
Terdapat 11 fungsi kerja BKKBN adalah sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk dan
penyelenggaraan keluarga berencana.
b. Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.

25
c. Pelaksanaan advokasi dan koordinasi di bidang pengendaliaan
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.
d. Penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang
pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.
e. Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.
f. Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.
g. Penyelenggaraan pelatihan, penelitian, dan pengembangan dibidang
pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana;
h. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi umum di
lingkungan BKKBN;
i. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab BKKBN;
j. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BKKBN; dan
k. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang pengendalian
penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.
Sumber: http://riau.bkkbn.go.id

26
2.12.4. Struktur Organisasi BKKBN Provinsi Riau
Struktur organisasi dalam suatu organisasi merupakan salah satu unsur
penting dalam upaya pembagian tugas dan wewenang mengenai bidang-bidang
yang ada pada suatu organisasi/instansi. Berikut struktur organisasi BKKBN Prov.
Riau:

Gambar 2.3 Struktur Organisasi BKKBN Provinsi Riau


Sumber: Kantor BKKBN Provinsi Riau

27
2.13. Sistem Informasi Pengolahan Data Statistik Rutin
Sistem Informasi Pengolahan Data Statitistik Rutin (SISR) adalah
merupakan sebuah aplikasi berbasis web yang dikembangkan dalam rangka
menyediakan informasi tentang Pencapaian Program Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional sesuai dengan Perka No. 255/PER/G4/2011. Situs
Pengolahan Data Statistik Rutin ini merupakan hasil pencatatan dan pelaporan
pelayanan kontrasepsi dan pengendalian lapangan.
Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi (Pelkon) adalah suatu
kegiatan mencatat dan melaporkan berbagai aspek yang berkaitan dengan
pelayanan kontrasepsi yang dilakukan oleh Klinik KB Pemerintah maupun
Swasta, serta Dokter/Bidan Praktek Swasta sesuai dengan sistem yang telah
ditetapkan.
Pencatatan dan Pelaporan Pengendalian Lapangan (Dalap) adalah suatu
kegiatan mencatat dan melaporkan berbagai aspek tentang kegiatan koordinasi
dan pengendalian pelaksanaan program KKB di lapangan.

2.13.1. Tampilan Sistem Informasi Pengolahan Data Statistik Rutin (SISR)


1. Tampilan Halaman Awal

Gambar 2.4 Tampilan Halaman Awal Sistem

28
2. Tampilan Menu Login

Gambar 2.5 Tampilan Menu Login

3. Tampilan Halaman Depan

Gambar 2.6 Tampilan Halaman Depan Sistem

29
4. Tampilan Menu Yang Ada di DALAP

Gambar 2.7 Tampilan Submenu Laporan Tahunan Dari Menu DALAP

Gambar 2.8 Tampilan Submenu Laporan Bulanan Dari Menu DALAP

30
5. Tampilan Menu Yang Ada di PELKON

Gambar 2.9 Tampilan Submenu Laporan Tahunan Dari Menu PELKON

Gambar 2.10 Tampilan Submenu Laporan Bulanan Dari Menu PELKON

31
6. Tampilan Menu Laporan

Gambar 2.11 Tampilan Menu Laporan

Gambar 2.12 Tampilan Submenu Laporan DALAP

32
Gambar 2.13 Tampilan Submenu Laporan PELKON

7. Tampilan Menu Grafik

Gambar 2.14 Tampilan Menu Grafik

33
8. Tampilan Menu Administrasi

Gambar 2.15 Tampilan Submenu Yang Ada di Menu Administrasi

9. Tampilan Menu Cakupan

Gambar 2.16 Tampilan Menu Cakupan

34

Anda mungkin juga menyukai