Anda di halaman 1dari 29

Pengaruh Computer Anxiety, Technology Acceptance

terhadap Computer Self-Efficacy


Full paper

Dr. Y. Sunyoto, MSi, Ak, CA Ismun, SE, MSi


STIE AKA STIE DHARMAPUTRA
j.sunyoto@yahoo.co.id Ismun70@gmail.com

This research aims to know the influence of computer anxiety against computer self-help
efficiacy, the influence of the technological level of acceptance towards computer self-help
efficiacy, and also test whether the locus of control to moderate the influence of computer
anxiety against computer self-efficacy, and also whether the locus of control to moderate
the influence of technology acceptance towards computer self-efficacy.

Results of the study of Computer anxiety effect negatively and significantly to computer
self-efficacy, and technology acceptance take effect positively against the computer self
efficacy, Locus of control did not moderate the influence of computer anxiety against
computer self efficacy and Locus of control to moderate the influence of technology
acceptance towards computer self efficacy.

Keywords: computer anxiety, computer self-efficiacy, locus of control

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 1


1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Komputer saat ini sudah merupakan suatu kebutuhan di segala bidang dan
kalangan. Komputer hadir sebagai alat bantu bagi manusia untuk mempermudah dan
mempercepat pekerjaannya. Komputerisasi membuat pekerjaan-pekerjaan yang harusnya
dikerjakan dengan banyak tahapan-tahap cukup hanya dikerjakan dalam satu atau dua
tahap saja. Seorang akuntan yang mengerjakan proses transaksi ke dalam siklus
akuntansi secara manual akan mengerjakannya urut sesuai dengan siklus akuntansi yang
diterima umum, yaitu mulai dari mengumpulkan dokuman, mengklasifikasi,
menganalisis, meringkas dan melaporkan dalam bentuk laporanan keuangan (Rudianto,
2012).
Komputer sebagai teknologi dalam berbagai bentuk dan tipe merupakan
komponen penting dari sistem informasi. Tanpa adanya teknologi yang mendukung,
maka sistem informasi tidak akan dapat menghasilkan informasi tepat waktu. Komponen
teknologi mempercepat sistem informasi dalam pengolahan data. Oleh karena itu,
teknologi dapat memberikan nilai tambah untuk organisasi (Tjandra, 2007). Komputer
sebagai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan sekumpulan perangkat
dan sumber daya teknologi yang digunakan untuk berkomunikasi, penciptaan,
penyebaran, penyimpanan dan pengolahan informasi atau teknologi yang dapat
mereduksi batasan ruang dan waktu untuk mengambil, memindahkan, menganalisa,
menyajikan, penyimpan dan menyampaikan informasi data menjadi sebuah informasi.
Kehadiran komputer sebagai Teknologi Informasi (TI) sangat membantu manusia
dalam melaksanakan aktivitasnya. Pekerjaan manusia menjadi lebih cepat, mudah dan
efisien. Banyak organisasi berusaha untuk meningkatkan kinerjanya dengan memakai
dukungan sistem teknologi informasi yang handal. Keandalan dan kecepatan sistem
informasi dijadikan keunggulan bersaing untuk memuaskan kebutuhan pengguna sistem.
Pengguna sistem adalah manusia yang secara psikologi memiliki suatu perilaku
(behavior) tertentu yang melekat pada dirinya, sehingga keperilakuan dalam konteks
manusia sebagai pengguna (brainware) tehnologi informasi menjadi penting sebagai
faktor penentu pada setiap orang yang menjalankan teknologi informasi. Persepsi para
personil (orang-orang) yang terlibat dalam implementasi sistem akan berpengaruh pada
akhir suatu sistem, apakah sistem itu berhasil atau tidak, dapat diterima atau tidak,
bermanfaat atau tidak jika diterapkan (Nasution dalam Hendrian, 2007).

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 2


Perkembangan teknologi informasi di bidang akuntansi menyebakan dunia
pendidikan baik menengah maupun pendidikan tinggi sebagai tempat belajar dan berlatih
para calon akuntan (novice accountan) saat ini sudah banyak yang memasukkan
pelajaran/mata kuliah akuntansi dari akuntansi dasar sampai dengan akuntansi lanjutan
yang dilengkapi dengan mata kuliah komputer akuntansi ke dalam struktur kurikulumnya.
Hal ini sebagai salah satu wujud kepekaan dunia pendidikan terhdap perkembangan dunia
tehnologi informasi.
Wijaya (2010) mengatakan bahwa perubahan TI mengakibatkan organisasi perlu
mempersiapkan sumber daya manusia yang mengoperasikan teknologi tersebut. Hal ini
berkaitan dengan perilaku yang ada pada individu dalam organisasi yang bersangkutan.
Tehnologi informasi yang selalu berkembang harus bisa diantisipasi dan diikuti, apabila
tidak mampu mengikutinya maka akan tertinggal jauh dan semakin jauh dalam menguasai
tehnologi. Oleh karena itu, dituntut kesiapan dari sumber daya manusia untuk
menanggapi perubahan TI berupa keahlian menggunakan komputer sebagai salah satu
alat tehnologi informasi. Pemakaian komputer dalam bidang akuntansi memberikan
manfaat yang besar, baik dalam ketelitian maupun volume pekerjaan yang dapat
ditangani. Penggunaan program aplikasi komputer akuntansi menuntut keahlian novice
accountant dalam hal operasi dan aplikasi program akuntansi, dengan keahlian tersebut
diharapkan novice accountant dapat eksis dan siap dalam dunia kerja terutama yang
berhubungan dengan akuntansi keuangan.
Novice accountant dipersiapkan untuk menjadi akuntan yang mempunyai
kompetensi antara lain dalam bidang teknologi informasi yang memadai dan merupakan
core dimension dari pendidikan akuntansi dasar sehingga dapat mendukung tugas-
tugasnya sebagai seorang calon akuntan. Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai salah
satu stakeholder mahasiswa lulusan akuntansi mengharapkan lulusan akuntansi
mempunyai pengetahuan yang baik tentang sistem akuntansi dan mempunyai keahlian
khusus dalam mengorganisasi teknologi informasi. Pengalaman dengan software aplikasi
dan penggunaan teknologi tersebut dipandang sebagai suatu bentuk nilai plus (Stone et al
dalam Wijaya 2010). Aspek sikap dari pemakai komputer merupakan faktor penting yang
memberi kontribusi terhadap keahlian pemakai komputer.
Setiap individu yang mengalami kegelisahan terhadap komputer (computer
anxiety) akan merasakan manfaat komputer lebih sedikit dibandingkan yang tidak
mengalami kegelisahan terhadap kehadiran komputer (Indriantoro dalam Wijaya, 2010).
Perbedaan perilaku individu merupakan faktor yang menentukan perilaku kerja.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 3


Keinginan individu dipengaruhi oleh keyakinan akan akibat masa yang akan datang.
Ketidaksukaan seseorang terhadap komputer dapat disebabkan oleh ketakutan dan
kekhawatiran yang bersangkutan terhadap penggunaan TI atau disebut dengan computer
anxiety (Indriantoro, 2000 dalam Wijaya 2010). Ketakutan dan kekhawatiran individu
muncul akibat konsep cara pandang individu terhadap keadaan saat ini.
Kunci awal dari keberhasilan penerapan software komputer akuntansi adalah
kemauan pengguna (user) dalam hal ini adalah novice accountant untuk menerima
teknologi komputer tersebut. Salah satu faktor yang menjelaskan tentang model
pendekatan penerimaan teknologi adalah Technology Acceptance Model (TAM). Tujuan
utama TAM adalah memberikan penjelasan tentang penentuan penerimaan teknologi
komputer secara umum dan memberikan penjelasan tentang perilaku/sikap pengguna
(Davis, dkk., 1989). Penelitian Davis , dkk. (1989) memberikan dasar bagi para peneliti
yang sekarang melakukan penelitian atas variabel-variabel yang memprediksi tingkat
penerimaan user terhadap teknologi. Hasil penelitian ini menunjukkan perceived
usefulness (PU) dan perceived ease of use (PEOU) adalah penentu dasar keinginan untuk
menggunakan komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived ease of use
mempunyai hubungan kausal dengan perceived usefulness. TAM dapat digunakan
sebagai dasar untuk menentukan upaya-upaya yang diperlukan guna mendorong
kemauan menggunakan teknologi (Wijaya, 2005).
Menurut Bralove dalam Wijaya (2005), apabila internal locus of control berperan
dalam diri individu, kecemasan yang dialami dapat diminimalisasi namun apabila yang
berperan adalah eksternal locus of control maka kecemasan akan meningkat. Jadi variabel
locus of control dapat dijadikan variabel moderasi dalam menentukan pengaruh sikap
individu terhadap keahlian individu. Berbeda dengan penelitian Ganesha (2013), hasil
penelitian meyatakan bahwa Locus of Control tidak memoderasi pengaruh computer
anxiety terhadap Computer Self Efficacy.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dan mengingat pentingnya teknologi
komputer untuk mahasiswa akuntansi dalam kaitannya persaingan dunia kerja di masa
yang akan datang, maka penulis tertarik untuk melakukan pengembangan penelitian
dengan judul “Pengaruh Computer Anxiety dan Technology Acceptance terhadap
Computer Self-Efficacy, dengan Locus of Control sebagai Variabel Moderasi”
1.2.Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang terdapat dalam penelitian, maka penelitian ini
dilakukan dengan tujuan:

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 4


1. Untuk menguji pengaruh computer anxiety terhadap computer self-efficiacy
2. Untuk menguji pengaruh tingkat penerimaan tehnologi terhadap computer self-
efficiacy
3. Untuk menguji apakah locus of control memoderasi pengaruh computer anxiety
terhadap computer self-efficacy.
4. Untuk menguji apakah locus of control memoderasi pengaruh technology acceptance
terhadap computer self-efficacy.
2. Telaah Pustaka
2.1.Technology Acceptance Model (TAM)
Model Penerimaan Teknologi atau TAM (Technology Acceptance Model)
diperkenalkan oleh Fred D. Davis tahun 1989, model ini merupakan adaptasi dari
Teori Tindakan Beralasan atau Theory Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan
oleh Fishbein dan Ajzen . TAM memiliki tujuan untuk memberikan penjelasan secara
parsinomi atas faktor penentu adopsi dari perilaku pengguna teknologi informasi
terhadap penerimaan penggunaan teknologi informasi itu sendiri (Davis et al. 1989).
Tingkat Penerimaan Pengguna Teknologi Informasi (Information Technology
Acceptance) ditentukan oleh 6 konstruk yaitu Variabel dari Luar (External Variables),
Persepsi Pengguna terhadap Kemudahan dalam Menggunakan TABK (Perceived
Ease of Use), Persepsi Pengguna terhadap Kegunaan TABK (Perceived Usefulness),
Sikap Pengguna terhadap Penggunaan TABK (Attitude Toward Using),
Kecenderungan Tingkah Laku (Behavioral Intention) dan Pemakaian Aktual (Actual
Usage).
Suseno (2009) menggunakan konstruk asli TAM yang dibuat oleh Davis,
yaitu persepsi kegunaan (perceived usefulness), persepsi kemudahan penggunaan
(perceived ease of use), sikap (attitude), minat perilaku (behavioral intention),
penggunaan senyatanya (actual use dan ditambahkan beberapa konstruk seksternal
yaitu, pengalaman (experience) kerumitan (complexeity). Tangke (2004) melakukan
penelitian pada Badan Pemeriksa Keuangan dengan TAM yang telah disederhanakan
sesuai dengan yang dipakai oleh Said-Al Gahtani pada penelitiannya di Inggris,
dengan konstruk Perceived Ease of use (PEOU), Perceived Usefulness (PU), Attitude
Toward Using, (ATU) dan Acceptance of TABK (ACC).

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 5


Gambar 1.
TAM di modifikasi oleh Tangke (2004)

2.2.Perceived Ease of Use


Dalam Davis (1989), perceived ease of use sebuah teknologi didefinisikan
sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah
dipahami dan digunakan. Davis et al. (1989) dan Shun Wang et al. (2003)
mendefinisikan persepsi kemudahan penggunaan sebagai ukuran dimana pengguna di
masa yang akan datang mengganggap suatu sistem adalah bebas hambatan. Davis
(1989) menyebutkan indikator yang digunakan untuk mengukur perceived ease of use
yaitu mudah dipelajari, fleksibel, dapat mengontrol pekerjaan, serta mudah
digunakan. Menurut Rigopoulos dan Askounis, Gefen et al., serta Yahyapour dalam
Ratnaningrum (2013) bahwa perceived ease of use juga dapat diukur melalui
indikator jelas dan mudah dimengerti, serta mudah dikuasai.
2.3.Perceived Usefulness
Perceived usefulness didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana penggunaan
suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang
menggunakannya (Davis, 1989). Persepsi terhadap kemanfaatan sebagai kemampuan
subjektif pengguna di masa yang akan datang di mana dengan menggunakan sistem
aplikasi yang spesifik akan meningkatkan kinerja dalam konteks organisasi. Hal
serupa juga diungkapkan Shun Wang et al. (2003) bahwa persepsi kemanfaatan
merupakan definisi dimana seseorang percaya dengan menggunakan suatu sistem
dapat meningkatkan kinerja mereka. Perceived usefulness diukur melalui indikator
seperti meningkatkan kinerja pekerjaan, menjadikan pekerjaan lebih mudah serta
secara keseluruhan teknologi yang digunakan dirasakan bermanfaat. Gefen et al. dan
Yahyapour dalam Ratnaningrum (2013) bahwa perceived usefulness dapat diukur

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 6


dengan indikator meningkatkan produktivitas, menjadikan kerja lebih efektif, dan
pekerjaan menjadi lebih cepat.

2.4.Theory of Reasoned Action (TRA)


Theory of Reasoned Action (TRA) menyatakan bahwa individu akan
menggunakan komputer jika mereka mengetahui adanya keuntungan atau hasil positif
dalam penggunaan komputer tersebut. Individu akan menggunakan TIK jika
mempunyai alasan yang tepat dan menguntungkan, contohnya pekerjaan dapat
diselesaikan lebih cepat dengan hasil yang lebih baik sehingga kinerja individu
tersebut dapat dikatakan meningkat.
2.5.Computer anxiety.
Computer anxiety adalah suatu kecenderungan seseorang menjadi susah,
khawatir, atau ketakutan mengenai penggunaan teknologi informasi (komputer) pada
masa sekarang atau pada masa yang akan datang. Peneliti yang lain, yaitu Rifa dan
Gudono (1999) mendefinisikan computer anxiety adalah suatu tipe stress tertentu
yang berasosiasi dengan kepercayaan yang negatif mengenai komputer, masalah-
masalah dalam menggunakan komputer, dan penolakan terhadap mesin. Linda V.
Orr dalam Sudaryono dan Astuti (2006) mendefinisikan computer anxiety
merupakan salah satu technophobia. Technophobia sendiri digolongkan menjadi tiga
tingkatan, yaitu: a) anxious technophobe, b) cognitive technophobe, dan c)
uncomfortable user.
2.6.Locus of Control
Locus of control merupakan keyakinan individu bahwa individu bisa
mempengaruhi kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kehidupannya. Locus of
control terdiri dari dua bagian yaitu internal locus of control dan external locus of
control. Internal locus of control adalah individu yang meyakini bahwa apa yang
terjadi selalu berada dalam kontrolnya, dan selalu mengambil peran serta tanggung
jawab dalam setiap pengambilan keputusan. Mereka mengendalikan apa yang terjadi
pada diri mereka. Kaum internal lebih aktif mencari informasi sebelum mengambil
keputusan, dan lebih termotivasi untuk berprestasi, serta melakukan upaya yang lebih
besar untuk mengendalikan lingkungan mereka. External locus of control adalah
individu yang meyakini bahwa kejadian dalam hidupnya berada di luar kontrolnya,
yang melihat bahwa apa yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan
luar, seperti misalnya kemujuran dan peluang.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 7


Bralove dalam Wijaya (2005) menjelaskan gejala yang muncul pada computer
anxiety disebabkan oleh persepsi individu yang kurang baik. Dasar dari persepsi yang
terganggu disebabkan oleh perubahan status, berkeras tidak ingin belajar hal baru, ada
paksaan untuk berubah, kerja yang berlebihan dan ketidaknyamanan. Persepsi
individu yang terganggu tersebut akan membentuk individu untuk melakukan
pertahanan yang berlebihan sehinggga termanifestasi dalam perilaku computer
anxiety. Pembentukan persepsi individu didasari cara pandang individu terhadap suatu
keadaan yang disebut locus of control. Apabila internal locus of control berperan
dalam diri individu, kecemasan yang dialami dapat diminimalisasi namun apabila
yang berperan adalah eksternal locus of control maka kecemasan akan meningkat.
2.7.Computer Self Efficacy.
Computer self efficacy oleh Indriantoro (2000:21) didefinisikan sebagai
keahlian pemakai komputer (user) dalam hal aplikasi komputer, sistem operasi
komputer, penanganan file dan perangkat keras, penyimpanan data dan penggunaan
tombol keyboard. Pemakai komputer yang dimaksud adalah novice accountant
assistant, yaitu mahasiswa yang berperan sebagai calon asisten akuntan. Keahlian
menggunakan komputer sebagai judgement kapabilitas seseorang untuk menggunakan
komputer/ sistem informasi/teknologi informasi. Ada tiga dimensi CSE, yaitu: 1)
magnitude, 2) strength dan 3) generalibility. Dimensi magnitude mengacu pada
tingkat kapabilitas yang diharapkan dalam penggunaan komputer. Individu yang
mempunyai magnitude CSE yang tinggi diharapkan mampu menyelesaikan tugas-
tugas komputasi yang lebih kompleks dibandingkan dengan individu yang
mempunyai level magnitude CSE yang rendah karena kurangnya dukungan maupun
bantuan. Dimensi ini juga menjelaskan bahwa tingginya magnitude CSE seseorang
dikaitkan dengan
2.8.Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dapat digambarkan seperti tabel berikut:

Tabel 1.
Penelitian Terdahulu

No Peneliti Alat
Judul Variabel Hasil
. (Tahun) Analisis
1 Ronowat Computer anxiety 1. Regressi CA 1. CA berpengaruh
i Tjandra dari perspektif on KPK secara negatif
(2007) gender dan Analysis GENDE signifikan terhadap
Pengaruhnya 2. T-Test R variabel KPK

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 8


No Peneliti Alat
Judul Variabel Hasil
. (Tahun) Analisis
Terhadap LoC 2. terdapat perbedaan
keahlian pemakai CA pemakai
Komputer dengan komputer pria dan
variabel moderasi wanita
Locus of control 3. LoC berhasil
memoderasi
pengaruh CA
terhadap KPK
2 Meganan Pengaruh regresi - CA 1. Computer anxiety
da Computer berganda - Tingka berpengaruh negatif
(2010) Anxiety t terhadap computer
dan tingkat Peneri self-efficacy
penerimaan maan 2. Tingkat penerimaan
teknologi TI teknologi
terhadap - CSE berpengaruh positif
Keahlian - LoC terhadap computer
Novice - Gen self-efficacy
accountant : der 3. Gender dan locus of
Gender control memoderasi
Dan pengaruh computer
Locus of control anxiety terhadap
Sebagai variabel computer self-
moderasi efficacy

3 Parasara Pengaruh Uji-T CA computer anxiety


(2014) Computer Anxiety CSE berpengaruh negatif
Pada pada
Computer self computer self efficacy
Efficacy
4 Sudaryon Pengaruh Regresi compuer terdapat pengaruh
o dan computer anxiety linier anxiety, negatif computer
Astuti terhdap kahlian sederhana keahlian anxiety terhadap
(2005) karyawan bagian Menggu keahlian dalam
akuntansi dalam nakan mengguna kan
menggunakan kompute komputer
komputer r
5 Ganesha Faktor-Faktor Smart-PLS CA CA berpengaruh
(2013) Yang CSE signifikan terhadap
Mempengaruhi LoC PU
Perceived PEU CA berpengaruh
Enjoyment Dalam PE negatif signifikan
Proses E- terhadap CSE
Learning LoC tidak
memoderasi pengaruh
CA terhadap CSE
CSE berpengruh
positif signifikan
terhadap PEU

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 9


2.9.Kerangka Konsep dan Model Penelitian

Perkembangan Teknologi Informasi saat sangat cepat, baik perkembangan


Teknologi Informasi itu bisa dari segi hardware maupun softwarenya. Dalam satu sisi
perkembangan itu sangat membantu bagi novice accountan (usernya), sementara di sisi
lain ada sebagian user yang merasa cemas (anxiety), takut (affried) dan tidak mampu
untuk mengikuti perkembangan tersebut atau bahkan menolak perkembangan tersebut.
Penelitian tentang Computer Anxiety telah dilakukan baik oleh peneliti dalam
negeri, misal Wijaya dan Johan (2005); Indriantoro (2000); Rifa dan Gudono (1999)
maupun oleh peneliti luar negeri, misal Igbaria dan Livari (1995); menemukan computer
anxiety berpengaruh secara negatif terhadap keahlian seseorang dalam menggunakan
komputer. Hal ini berarti apabila individu memiliki computer anxiety yang rendah, maka
individu tersebut cenderung akan memiliki keahlian yang tinggi. Begitu sebaliknya
apabila individu memiliki computer anxiety yang tinggi, maka individu tersebut
cenderung memiliki keahlian yang rendah. (Todd dan Benbasat dalam Tjandra; 2007)
menemukan bahwa kecemasan dan ketakutan seseorang terhadap kehadiran teknologi
baru umumnya akan mendorong sikap negatif untuk menolakteknologi tersebut.
Hasil penelitian Schillewaert et al (2000) dan Tangke, (2004) ditemukan bukti
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan (Acceptance) dalam suatu
penerapan teknologi adalah Perceived Usefulness dan dipengaruhi secara tidak langsung
oleh Perceived Ease of Use. Bralove (1983) dalam Wijaya (2005) menjelaskan apabila
internal locus of control berperan dalam diri individu, kecemasan yang dialami dapat
diminimalisasi namun apabila yang berperan adalah eksternal locus of control maka
kecemasan akan meningkat. Menurut Bandura (1997) kecemasan terbentuk dari respon
individu terhadap suatu masalah atau penguasaan individu terhadap masalah yang
dihadapi. Jadi variabel locus of control dapat dijadikan variabel moderasi dalam
menentukan pengaruh sikap individu terhadap keahlian individu dalam keahlian
penggunaan komputer (Computer Self Efficacy).
Berdasarkan urian diatas maka secara ringkas dapat digambarkan kerangka
penelitian sebagai berikut:

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 10


Gambar 2.
Model Penelitian

Computer
Anxiety
H1
X1

H3
Computer Self-
Efficacy
Locus Of Control
Y
H4

H4

Technology
Acceptance H2
X2

2.10. Perumusan Hipotesis


2.10.1. Pengaruh Computer Anxiety terhadap Computer Self Efficacy.
Beberapa penelitian mengenai pengaruh computer anxiety terhadap keahlian
menggunakan komputer antara lain telah dilakukan oleh Heinssen et al. (1987), Igbaria
dan Parasuraman (1989), Rifa dan Gudono (1999), Indriantoro (2000), Sudaryono dan
Astuti (2006), Tjandra (2007), Handayani (2010), serta Setyomurni dan Wijaya (2009).
Heinssen et al. (1987) melakukan penelitian terhadap mahasiswa-mahasiswa perguruan
tinggi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mahasiswa-mahasiswa dengan
computer anxiety yang lebih tinggi mempunyai kepercayaan terhadap kemampuan diri
dan hasil kinerja yang lebih rendah daripada mahasiswa yang mempunyai computer
anxiety lebih rendah. Apabila semua tugas dilaksanakan, subyek dengan tingkat
computer anxiety yang lebih tinggi memerlukan waktu lebih lama untuk
menyelesaikan tugas.
Igbaria dan Parasuraman (1989) dalam penelitiannya menemukan bahwa
kecenderungan seseorang menjadi susah, khawatir, atau ketakutan terhadap komputer
(computer anxiety) di masa sekarang dan di masa yang akan datang mempunyai
pengaruh terhadap sikap pemakai mengenai TI. Oleh karena itu sikap negatif pemakai
mengakibatkan rendahnya tingkat keahlian dalam penggunaan komputer. Tingginya
computer anxiety mempunyai pengaruh negatif terhadap keahlian individu yang
bersangkutan dalam menggunakan komputer.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 11


Tjandra (2007) menyatakan penelitiannya senada dengan peneliti-peneliti
sebelumnya, yaitu terdapat pengaruh negatif signifikan computer anxiety terhadap
keahlian pemakai komputer.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis satu yang dapat diturunkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Computer anxiety berpengaruh secara negatif terhadap computer self-efficacy.
2.10.2. Pengaruh Technology Acceptance terhadap Computer Self Efficacy.
Penelitian mengenai pengaruh tingkat penerimaan teknologi antara lain
dilakukan oleh Rifa dan Gudono (1999), Syam (1999), serta Wijaya (2005). Rifa dan
Gudono (1999) dalam penelitiannya mengenai pengaruh faktor demografi dan
personality terhadap keahlian dalam End User Computing menyatakan bahwa
karyawan yang lebih tua mempunyai lebih sedikit pengetahuan dan pelatihan komputer
dibanding dengan karyawan yang lebih muda. Oleh karena itu mereka mempunyai
sikap yang kurang baik terhadap mikro komputer. Syam (1999) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa aspek perilaku dan kemampuan pengaplikasian TI menjadi faktor
penentu bagi kompleksitas TI tersebut. Semakin konstruktif perilaku dan semakin
tinggi keahlian pengguna TI akan menyebabkan kompleksitas TI berdampak positif
bagi strategi dan kelangsungan bisnis perusahaan.
Selanjutnya Wijaya (2005) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
teknologi dapat diterima dengan baik oleh penggunanya karena dirasakan memberikan
kemudahan dan kegunaan dalam membantu penggunanya dalam mencari informasi
yang dibutuhkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dua yang dapat diturunkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H2: Tingkat technology acceptance berpengaruh secara positif terhadap computer
self-efficacy.

2.10.3. Locus of control.


Locus of control merupakan keyakinan individu bahwa individu bisa
mempengaruhi kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kehidupannya. Menurut Rotter
(1966) locus of control terdiri dari dua bagian, yaitu internal locus of control dan
external locus of control. Internal locus of control adalah individu yang meyakini
bahwa apa yang terjadi selalu berada dalam kontrolnya dan selalu mengambil peran

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 12


serta tanggung jawab dalam setiap pengambilan keputusan. Mereka mengendalikan apa
yang terjadi pada diri mereka.
Bruno (2014) melakukan penelitian hubungan antara test anxiety, locus of
control and students’ academic achievement dengan uji Mahasiswa Test Anxiety Scale
(CSTAS) and College Students’ Locus of Control Scale (CSLCS) menghasilkan
koefisien keandalan diperoleh melalui metode tes-tes ulang dan Pearson korelasi
product moment, ditemukan bahwa ada hubungan positif lemah tapi signifikan antara
locus of control internal dan akademik mahasiswa prestasi. Selain itu, orang dengan
locus of control internal percaya bahwa kerja keras dan Fokus akan menghasilkan
proses akademik sukses. Mereka mengambil nasib mereka di tangan mereka sendiri.
Individu yang memiliki locus of control eksternal yang rentan terhadap pengaruh
eksternal dan dengan demikian memiliki tingkat stres yang lebih tinggi.
Locus of control merupakan bagian dari sikap individu dalam merespon
sesuatu. Menurut Bandura (1986) dalam Setyomurni dan Wijaya (2009) kecemasan
terbentuk dari respon individu terhadap suatu penugasan individu terhadap masalah
yang dihadapi. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis tiga yang dapat diturunkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H3: Locus of control memoderasi secara positif pengaruh computer anxiety
terhadap computer self-efficacy.
Sedangkan hipotesis keempat adalah sebagai berikut:
H4: Locus of control memoderasi secara positif pengaruh technologi acceptance
terhadap computer self-efficacy.
3. MetodologiPenelitian
3.1.Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal
atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian
seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand :
2006). Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Akuntansi perguruan tinggi di
kota Semarang yang telah mengikuti mata kuliah Pengantar Akuntantsi/Akuntansi
Keuangan dan komputer/Komputerisasi Akuntansi sebagai setting novice accountant
assistant, dengan alasan bahwa novice accountant assistant perguruan tinggi tersebut
dituntut memiliki keahlian menggunakan komputer sebagai sarana alat bantu mereka di
dunia kerja.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 13


Pemilihan penelitian di Kota Semarang karena perguruan tinggi yang dipilih
adalah perguruan tinggi yang mahasiswanya cukup besar yang ada di Kota Semarang
dimana mahasiswanya berasal dari berbagai daerah diluar Kota Semarang, baik itu
perguruan tinggi negeri maupun swasta sehingga diharapkan karakteristik sampel bisa
mewakili dari berbagai daerah, dan lapisan masyarakat.
Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Mahasiswa akuntansi yang berada pada PTN dan PTS di Kota Semarang
b. Mahasiswa tersebut minimal telah menempuh tiga semester.
c. Mahasiswa tersebut telah mengikuti mata kuliah Pengantar Akuntansi/akuntansi
keuangan
d. Mahasiswa tersebut telah mengikuti mata kulliah komputer/komputer akuntansi.
Sampel dari penelitian ini adalah sebagian Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan
Tinggi Swasta di Kota Semarang yaitu Politeknik Negeri Semarang (Polines),
Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Dian Nuswantoro Semarang
(Udinus), Universitas Semarang (USM), dan Universitas PGRI Semarang (UPGRIS),
dari masing-masing perguruan tinggi tersebut peneliti menyebarkan 40 quesioner,
sehingga terkumpul 200 quesioner.
3.2.Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data tersebut
dikumpulkan dengan survei langsung melalui kuesioner yang didesain untuk
memperoleh data tentang computer anxiety, technolgy acceptance, locus of control, dan
computer self efficacy.
3.3. Definisi Operasional Variabel
a. Computer Anxiety
Computer anxiety adalah kecenderungan seseorang menjadi susah, khawatir, cemas,
atau ketakutan mengenai penggunaan komputer di masa sekarang dan di masa
mendatang (Igbaria dan Parasuraman, 1989). Pengukuran Computer anxiety
menggunakan CARS (Computer Anxiety Rating Scale) yang dikembangkan oleh
Heinssen (1987) yang terdiri dari 4 butir pernyataan.
b. Technology Acceptance
Technology acceptance diukur dengan menggunakan Technology Acceptance Model
yang dibangun oleh Davis (1989) untuk menjelaskan perilaku penggunaan komputer
(Hu, et al, 1999). TAM (Davis, 1989; Davis, et al, 1989) diadaptasi dari Theory of

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 14


Reasoned Action (TRA) yang dibangun oleh Ajzen & Fishbein (1980) dan Fishbein
& Ajzen (1975). TAM mendapat perhatian yang tinggi dalam literatur keberterimaan
teknologi informasi dan komunikasi (TI) (Nasrie dan Charfeddine, 2012).
Dalam penelitian ini TAM dibatasi pada dua konstruk yang merupakan penentu
utama dari perilaku terhadap penggunaan teknologi baru, yakni:
1) Kebermanfaatan (perceived usefulness/PU)
Kebermanfaatan (perceived usefulness/PU) merupakan tingkat dimana pengguna
yakin bahwa penggunaan teknologi tersebut bermanfaat baginya dan akan
meningkatkan kinerjanya, dengan menggunakan 4 butir pertanyaan.
2) Kemudahan enggunaan (perceived ease of use/PEU)
Kemudahan penggunaan (perceived ease of use/PEU) dimaknai sebagai tingkat
dimana seseorang yakin bahwa dengan menggunakan sistem secara khusus akan
meringankan usahanya (Davis, 1989; Davis, et al, 1989; Nasrie dan Charfeddine,
2012).
Perceived Ease of Use diukur dengan menggunakan 4 butir pertanyaan.
c. Computer Self-Efficacy
Computer Self-Efficacy didefinisikan sebagai keahlian pemakai (user) dalam hal
aplikasi komputer, sistem operasi komputer, penanganan file dan perangkat keras,
penyimpanan data dan penggunaan tombol keyboard (Indriantoro, 2000). Pemakai
komputer yang dimaksud adalah novice accountant assistant, yaitu mahasiswa yang
berperan sebagai calon asisten akuntan. Novice accountant assistant yang diteliti
merupakan mahasiswa di perguruan tinggi di kota Semarang. CSE (Computer Self-
Efficacy Scale) yang dikembangkan oleh Compeau dan Higgins (1991) dalam
Mas’ud (2004) yang terdiri dari 10 butir pernyataan.
d. Locus of Control
Locus of control adalah ukuran keyakinan individu atas kejadian yang menimpa
dirinya (Indriantoro, 2000). Locus of control terdiri dari dua bagian yaitu internal
locus of control dan external locus of control. Internal locus of control adalah
individu yang meyakini bahwa apa yang terjadi selalu berada dalam kontrolnya, dan
selalu mengambil peran serta tanggung jawab dalam setiap pengambilan keputusan.
Internal locus of control berpandangan bahwa peristiwa-peristiwa yang akan terjadi
diakibatkan oleh keputusan-keputusan yang imilikinya. Sedangkan external locus of
control adalah individu yang meyakini bahwa kejadian dalam hidupnya berada di
luar kontrolnya (Rotter, 1966). Locus of control ekternal menyebabkan individu

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 15


merasa tidak mampu menguasai keadaan sehingga timbul kecemasan (anxiety) yang
akan menurunkan keahlian/kinerja individu. Pertanyaan tentang locus of control
diukur dengan Skala Rotter yang dikembangkan oleh Spector (1988) dalam Donnelly
et al (2003) yang terdiri dari 16 butir pernyataan.
Untuk mengindikasikan tingkat CA, PU, PEU, locus of control dan CSE adalah
5 poin skala Likert, yaitu:
a. Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS)
b. Skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS)
c. Skor 3 untuk jawaban ragu-ragu (R)
d. Skor 4 untuk jawaban setuju (S)
e. Skor 5 untuk jawaban sangat setuju (SS)
3.4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dan
alat analisa yang digunakan dalam metode ini adalah Software Partial Least Square
(PLS). PLS adalah sebuah alat analisa yang memungkinkan peneliti untuk mendapatkan
nilai variabel laten untuk tujuan prediksi. Orientasi analisis PLS bergeser dari menguji
model kausalitas/teori ke component based predictive model. Variabel laten didefinisikan
sebagai jumlah dari indikatornya. Algoritma PLS ingin mendapatkan the best weight
estimate untuk setiap blok indikator dari setiap variabel laten. Hasil komponen score
untuk setiap variabel laten didasarkan pada estimated indicator weight yang
memaksimumkan variance explained untuk variabel dependen (laten, observe, atau
keduanya).
Selain itu, PLS mempunyai kelebihan yaitu mampu mengestimasi model yang
besar dan komplek dengan ratusan variabel laten dan ribuan indikator. Untuk tujuan
prediksi, pendekatan PLS lebih cocok. Apabila sebuah penelitian berada dalam situasi
kompleksitas yang tinggi dan memiliki dukungan teori yang rendah, maka analisa SEM
dengan menggunakan PLS lebih sesuai diterapkan (Ghozali, 2014). Analisis SEM
mengasumsikan seluruh indikator adalah reflektif, sedangkan PLS mampu lebih fleksibel
karena bisa reflektif dan formatif.
Dalam penelitian ini menggunakan analisis PLS membatasi dengan
menginterprestasikan pada:
a. Menguji validitas konvergen

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 16


Uji validitas konvergen dimaksud untuk menguji apakah indikator-indikator dari
suatu konstruk cukup valid untuk mengukur konstruk tersebut, dengan kriteria
pengujian:
1. Loading faktor > 0,7
2. P value < 0,05
b. Menguji validitas diskriminan
Uji validitas diskriminan dimaksud untuk menguji apakah variaabel konstruk yang
diukur melalui indikator-indikator tersebut cukup valid dalam memberikan
konstribusi terhadap nilai R2.
Kriteria yang digunakan adalah:
Nilai akar AVE > korelasi antar korelasi antar konstruk pada kolom yang sama (pada
tabel laten variabel correlation)
c. Menguji reliabilitas konstruk
Uji reliabilitas konstruk dimaksud untuk menguji tingkat konsistensi dari
instrumen/indikator yang mengukur suatu konstruk.
Kriteria yang digunakan adalah:
1. Nilai compostie reliabelity > 0,7
2. Nilai cronbach’ s alpha > 0,7
d. Menguji model Goodness of Fit
Penilaian kriteria goodness of fit pada PLS didasarkan pada penilaian atas
outer model dan inner model. Outer model menguji kelayakan konstruk yang
dibentuk (hubungan antar variabel laten dengan indikatornya) dengan menggunakan
discriminant validity, convergent validity, dan composite reliability. Kelayakan inner
model diukur menggunakan Q-Square predictive dengan rumus :
Q2 = 1 – ( 1 – R12) ( 1 – R22 ) ... ( 1- Rp2 )
Dimana :
R12 , R22 ... Rp2 = R-square variabel endogen dalam model Interpretasi, Q2 sama dg
koefisien determinasi total pada analisis jalur (mirip dengan R2 pada regresi).
e. Menguji hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan cara melihat nilai t statistik dari
inner model yang telah dibentuk. Apabila nilai t tabel > 1,96 maka hubungan antar
variabel laten dapat dikatakan signifikan pada α = 5%.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 17


4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penyebaran Kuesioner
Kuesioner yang peneliti distribuskan ke 5 Perguruan Tinggi di Semarang yaitu
Universitas PGRI, Universitas Dian Nuswantoro, Universitas Negeri Semarang,
Universitas Semarang dan ke Politeknik Negeri Semarang sebanyak 200 yang masing-
masing 40 kuesioner. Dari jumlah tersebut kuesioner yang kembali sebanyak 192
(response rate 96%), dari jumlah tersebut sebanyak 182 (91%) memenuhi syarat dan
bisa dianalisa, sedangkan sisanya sebanyak 10 (5%) tidak bisa dianalisa karena data
yang tidak komplit. Untuk lebih ringkas dan jelasnya bisa dilihat pada tabel 2.
Tabel 2.
Hasil Penyebaran Kuesioner

Keterangan Jumlah Prosentase


Kuesioner yang disebarkan 200 100%
Kuesioner yang kembali 192 96%
Kuesioner yang tidak kembali 8 4%
Kuesioner yang tidak lengkap dan tidak memenuhi syarat 10 5%
Kuesioner yang lengkap dan memenuhi syarat 182 91%
Sumber : Lampiran 1, data diolah

Gambar 3.
Grafik Penyebaran Kuesioner

Series1; Series1;
Tidak Tidak
Kembali; Lengkap;
8; 4% 10; 5%
Tidak Kembali
Tidak Lengkap
Lengkap

Series1;
Lengkap;
182; 91%

Sumber : Lampiran 1, data diolah

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 18


4.2. Analisis Deskriptif
Analisis deksriptif dilakukan untuk mendapatkan gambaran jawaban secara
keseluruhan dari responden. Analisis dilakukan terhadap empat konstruk yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Computer Anxiety, Technology Acceptance,
Computer Self Efficacy, dan Locus of Control.
4.2.1. Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Computer Anxiety
Computer anxiety adalah suatu kecenderungan seseorang menjadi susah,
khawatir, atau ketakutan mengenai penggunaan teknologi informasi (komputer) pada
masa sekarang atau pada masa yang akan datang. Pengukuran konstruk computer
anxiety terdiri dari empat pertanyaan indikator dengan skala pengukuran satu sampai
lima.
Berdasarkan hasil statistik dapat dilihat bahwa rata – rata jawaban yang
diberikan responden atas indikator konstruk computer anxiety adalah sebesar 1,86. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak merasa susah, khawatir, atau
ketakutan mengenai penggunaan teknologi informasi (komputer).

4.2.2. Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Technology Acceptance


Technologi acceptance yaitu dalam penelitian ini TAM dibatasi pada dua konstruk
yang merupakan penentu utama dari perilaku terhadap penggunaan teknologi baru,
yakni:
a. Kebermanfaatan (perceived usefulness/PU)
Kebermanfaatan (perceived usefulness/PU) merupakan tingkat dimana pengguna
yakin bahwa penggunaan teknologi tersebut bermanfaat baginya dan akan
meningkatkan kinerjanya. menunjukkan hasil respon dari novice accountant
terhadap persepsi kemanfaatan.

Berdasarkan hasil statistik menunjukkan bahwa rata-rata jawaban novice


accountant sebesar 3,95. Hal tersebut berarti bahwa respoden sangat yakin
tehnologi informasi mempunyai kebermanfaatan yang besar bagi dirinya dan akan
meningkatkan kinerja.
b. Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use/PEU)
Kemudahan penggunaan (perceived ease of use/PEU) dimaknai sebagai tingkat
dimana seseorang yakin bahwa dengan menggunakan sistem secara khusus akan

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 19


meringankan usahanya. Tabel 5 menunjukkan hasil respon dari novice accountant
terhadap kemudahan penggunaan (Purceived Ease of Use).
Berdasarkan hasl statistik diketahui bahwa rata-rata jawaban pada indikator
kemudahan penggunaan (perceived ease of use/PEU) novice accountant sebesar
3,89. Hal tersebut berarti bahwa respoden rata-rata merasa yakin bahwa tehnologi
informasi mudah untuk digunakan. Hal ini dimungkinkan karena novice accountan
sebagai mahasiswa di era digital ini sudah terbiasa dan familier terhadap
penggunaan tehnologi informasi.
4.2.3. Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Computer Self Efficacy
Computer self efficacy oleh Indriantoro (2000) didefinisikan sebagai keahlian pemakai
komputer (user) dalam hal aplikasi komputer, sistem operasi komputer, penanganan file
dan perangkat keras, penyimpanan data dan penggunaan tombol keyboard. Tabel 6
menggambarkan deskriptif jawaban Konstruk computer self efficacy.
Berdasarkan hasil statistik menunjukkan bahwa rata-rata jawaban pada indikator
computer self-efficacy, novice accountant sebesar 3.90. Hal tersebut berarti bahwa
respoden rata-rata mampu untuk menangani aplikasi komputer, sistem operasi
komputer, penanganan file dan perangkat keras, penyimpanan data dan penggunaan
tombol keyboard.
4.2.4. Deskripsi Jawaban Responden pada Variabel Locus Of Control
Locus of control merupakan keyakinan individu bahwa individu bisa mempengaruhi
kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kehidupannya.
Berdasarkan hasil statistik menunjukkan bahwa rata-rata jawaban pada konstruk locus
of control sebesar 3.79. Hal tersebut berarti bahwa respoden rata-rata memiliki
kepercayaan diri yang baik dan memiliki keyakinan bahwa kejadian-kejadian yang
menimpanya dapat dikendalikan.

4.3. Analisis Statistik


4.3.1. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Convergen Validity
Convergen validity dilihat dari Combined loadings and cross-loadings. Dari data
tabel combined loadings and cross-loadings di bawah ini dapat dilihat tingkat
konvergensi validitas semua indikator nilainya diatas 0,6 sehingga semua pertanyaan
dalam penelitian ini memenuhi syarat.
b. Discriminan Validity

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 20


Model memiliki discriminant validity yang cukup jika nilai akar AVE untuk
setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi antar konstruk. (Ghozali, 2014).
Berikut adalah hasil perbandingan antara nilai akar AVE dengan nilai korelasi antar
variabel laten :
Berdarkan hasil statistik menunjukkant bahwa nilai akar AVE lebih besar
dari pada nilai korelasi antar konstruk, sehingga memenuhi syarat uji discriminant
validity.
c. Menguji reliabilitas konstruk
Uji reliabilitas konstruk dimaksud untuk menguji tingkat konsistensi dari
instrumen/indikator yang mengukur suatu konstruk. Kriteria yang digunakan adalah:
1) Nilai compostie reliabelity > 0,7
Jika nilai output composite reliability lebih besar dari 0,7 (α > 0,7) maka konstruk
dinyatakan reliabel (Ghozali, 2008). Bila penelitian yang dilakukan adalah ekploratori
maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai dengan alasan-
alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi (Ferdinand : 2002). Berikut adalah
hasil output dari composite reliability :
Berdasarkan hasil statistik menunjukkan bahwa semua konstruk dinyatakan
reliabel/handal karena memiliki nilai Composite reliability > 0,7.
2) Nilai cronbach’ s alpha > 0,7
Reliabilitas kontruk juga diukur dengan melihat nilai cronbach’ s alpha. Jika nilai
output cronbach’ s alpha lebih besar dari 0,7 (α > 0,7) maka konstruk dinyatakan reliabel
(Ghozali, 2014). Bila penelitian yang dilakukan adalah ekploratori maka nilai di bawah
0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan empirik yang
terlihat dalam proses eksplorasi (Ferdinand : 2002). Berikut adalah hasil output dari
cronbach’ s alpha. Berdasarkan hasil statistik menunjukkan bahwa semua konstruk
dinyatakan reliabel/handal karena memiliki nilai Cronbach's Alpha > 0,7.

4.3.2. Uji Inner Model


Uji kelayakan inner model dinilai dengan menggunakan Q-Square predictive dengan
rumus:
Q2 = 1 – ( 1 – R12) ( 1 – R22 ) ... ( 1- Rp2 )
Dimana :

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 21


R12 , R22 ... Rp2 = R-square variabel endogen dalam model Interpretasi, Q2 sama dg
koefisien determinasi total pada analisis jalur. nilai r square didapat dari output tabel r
square berikut:
Tabel 3.
Nilai R-Squared Variabel

Variabel R-Squared
CA
TA
LoC
CSE 0.402
LoC*CA
LoC*TA
Sumber: Lampiran 1, data diolah

Angka 40,2% persen menunjukkan bahwa model struktural yang dibentuk cukup baik
digunakan untuk menjelaskan sebesar 40,2% dari niatan adopsi (AI) sebagai variabel
endogen akhir. Sedangkan sisanya sebesar 59,8 persen dijelaskan oleh variabel lain
diluar model struktural.
4.3.3. Uji Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan cara melihat nilai t statistik
dari inner model yang telah dibentuk. Apabila nilai p value < 0,05 (5%) maka
hubungan antar variabel laten dapat dikatakan signifikan. Terdapat empat hipotesis
yang akan dijawab di dalam penelitian ini, dan hasil dari pengujian hipotesis adalah
sebagai berikut :
Gambar 4.
CA
Gambar Model Persamaan Penelitian
(R)4i
(R)41

β =0.14 β =-0.17
P=0.12 P=0.04

LoC CSE
(R)16i (R)10i
(R)41 (R)41
β =0.36 R2=0.40
β =-0.19 P<0.01
P=0.04

TA
(R)8i
(R)41
Sumber: Lampiran 1, data diolah

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 22


a) Uji Hipotesis 1
Berdasarkan Gambar 4 yang menguji Pengaruh CA terhadap CSE
menunjukkan p value 0,04 < 0,05 dengan koefision sebesar 0,17sehingga
hipotesis 1 (H1) diterima
b) Uji Hipotesis 2
Dari gambar 4 diatas yang menguji pengaruh TA terhadap CSE menunjukkan p
value 0,01 < 0,05 dengan koefisian sebesar 0,36 sehingga hipostesis 2 diterima.
c) Uji Hipotesis 3
Hipotesis 3 yang menguji LoC memoderasi secara positif pengaruh TA terhadap
CSE, menunjukkan p value sebesar 0,12 > 0,05 dengan koefisien sebesar 0,14
sehingga hipotesis 3 ditolak.
d) Uji Hipotesis 4
Hipotesa 4 yang menguji LoC memoderasi secara posifit pengaruh TA terhadap
CSE dengan p value sebesar 0,04<0,05 dengan koefisien sebesar -0,19 sehingga H4
ditolak.
4.4. Pembahasan
a) Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan CA
terhadap CSE. Kecenderungan seseorang menjadi susah, khawatir, atau ketakutan
terhadap penggunaan komputer (computer anxiety) di masa sekarang dan di masa
yang akan datang mempunyai pengaruh terhadap sikap pemakai komputer. Oleh
karena itu sikap negatif pemakai mengakibatkan rendahnya tingkat keahlian dalam
penggunaan komputer. Tingginya computer anxiety mempunyai pengaruh negatif
terhadap keahlian individu yang bersangkutan dalam menggunakan komputer. Orang
akan semakin ahli dan mahir dalam menggunakan komputer apabila dapat
meminimalisir bahkan menghilangkan rasa khawatir, takut atau cemas untuk
menghadapi dan mengelola komputer. Orang yang sudah khawatir, taku atau cemas
akan tidak berani untuk bekerja dan mengurangi kreatifitas dalam bekerja.
Hasil penelitian sesuai dengan riset yang dilakukan oleh Tjandra (2007)
bahwa CA (Computer Aniety) berpengaruh secara negatif signifikan terhadap
variabel KPK (Keahlian Pemakaian Komputer), dan Penelitian Megananta (2010)
yang menyatakan bahwa Computer anxiety berpengaruh negatif terhadap computer
self-efficacy serta Penelitian Parasara (2014) computer anxiety berpengaruh negatif
pada computer self efficacy.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 23


b) Variabel Technology Acceptance terdiri dari 2 (dua) indikator yaitu PU dan PEU.
Pada indikaot PU menunjukkan jawaban responden rata-rata 3,94 yang berarti bahwa
responden sangat yakin bahwa komputer mempunyai kebermanfaatan yang sangat
besar bagi dirinya dirinya dan akan meningkatkan kinerjanya. Sedangkan pada
indikator PEU menunjukkan rata-rata jawaban responden 3,89 yang berarti responden
yakin bahwa komputer mudah digunakan.
Hasil penelitian menemukan bukti empiris bahwa tingkat Technology
Acceptance berpengaruh secara positif terhadap computer self efficacy. Hal ini bisa
dilihat dari p value sebesar 0,04<0,05 dengan koefisien sebesar 0,19.
Kesiapan pengguna komputer terhadap berkembangnya tehnologi
informasi akan mempermudah dalam mengoperasikan komputer. Kesiapan ini
berupa pemikiran phsikis yang ditanamkan pada diri seseorang bahwa tehnology
diciptakan dan dikembangkan karena akan menambah manfaat dan semakin
dipermudah cara pengoperasiannya.
Sebuah teknologi dapat diterima dengan baik oleh penggunanya karena
dirasakan memberikan kemudahan dan kegunaan dalam membantu penggunanya
dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Penerimaan yang baik ini tidak hanya
terbatas pada penggunaan sekali atau dua kali saja, namun telah menjadi sebuah
kebiasaan (habit) pada para penggunanya untuk selalu menggunakan teknologi ini
sebagai salah satu gaya hidupnya. Semakin tinggi tingkat penerimaan teknologi
seorang individu maka kemampuan menggunakan komputernya cenderung lebih
tinggi dibandingkan individu yang tingkat penerimaan teknologinya lebih rendah.
Keberhasilan penggunaan teknologi informasi sangat tergantung pada
manusia dan bukan pada teknologi informasi tersebut. Kondisi teknologi informasi
dapat atau tidak dapat diterima oleh seorang individu merupakan tahapan yang
kritis bagi implementasi teknologi informasi tersebut. Sikap positif seseorang untuk
menerima kehadiran teknologi komputer karena dilandasi oleh keyakinan bahwa
komputer dapat membantu pekerjaannya sehingga timbul rasa suka pada komputer.
Ketidaksukaan seseorang terhadap komputer dapat disebabkan oleh ketakutan dan
kekhawatiran yang bersangkutan terhadap teknologi komputer.
Hasil penelitian sejalan dengan riset yang dilakukan Megananda (2010)
yang menyatakan bahwa tingkat penerimaan teknologi berpengaruh positif
terhadap computer self-efficacy.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 24


c) Berdasarkan jawaban responden pada variabel LoC yang rata-ratanya sebesar 3,79 ini
menunjukkan bahwa responden secara umum memiliki kerpercayaan diri yang baik.
Begitu juga untuk variabel CSE rata-rata jawaban responden sebesar 3,90 yang artinya
responden mampu menangani aplikasi komputer, system operasi komputer, dan
pengangan file.
Namun dalam penelitian ini Locus of Control tidak memoderasi pengaruh
Computer Anxiety terhadap Computer Self Efficacy. Hal ini ditunjukan pada p value
sebesar 0,12 >0,5 pada koefisien 0,14 sehingga hipotesa ini ditolak.
Hal ini sejalan dengan penelitian Ganesha (2013) yang menghasilkan
bahwa LoC tidak memoderasi pengaruh CA terhadap CSE, tetapi bertentangan
dengan hasil penelitian Setyomurni dan Wijaya (2009) yang menyatakan bahwa
Locus of control memoderasi pengaruh computer anxiety terhadap keahlian novice
accountant dalam menggunakan komputer, serta bertentangan dengan penelitian
Tjandra (2007) yang menyatakan bahwa LoC berhasil memoderasi pengaruh CA
terhadap KPK.

d) Hasil penelitian menunjukkan bahwa locus of control memoderasi pengaruh


technologi acceptance terhadap computer self efficacy, dengan p value sebesar
0,04<0,05 dengan koefisien sebesar -0,19, ini artinya bahwa Locus of Control
memoderasi pengaruh Technology Acceptance terhadap Computer Self Efficacy
secara negatif sebesar koefisiennya yaitu -0,19, sehingga H4 ditolak. Walaupun
rata-rata dari jawaban responden untuk variabel Technologi Acceptance pada
indikator perceived usefullnes sebesar 3,95 dan indikator Perceived Ease to Use
sebesar 3,89 kemudian variabel Locus of Cotrol juga sangat tinggi yaitu sebesar
3,79 dan Computer Self Efficacy responden juga sangat tinggi dengan rata-rata 3,90
tetapi variabel Locus of control ternyata memoderasi pengaruh Tehnology
Acceptance secara negatif dan signifikan sebesar -0,19 terhadap Computer Selft
Effecacy.
Responden dengan Technology Acceptance yang tinggi menyadai bahwa
tehnologi diciptakan memang untuk memberikan manfaat bagi individu dan seiring
dengn perkembangan tehnologi itu pula maka penggunaan tehnologi akan lebih
dipermudah. Kalau beberapa waktu yang lalu kita harus mengetik dengan tuts pada
keyboard maka saat ini cukup dengan mengucapkan kata-kata atau kalimat maka
otomatis akan terketik pada media pengetikan di komputer. Dengan demikian maka

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 25


locus of control tidak lagi memoderasi secara positif pengaruh penggunaan
komputer, tetapi secara empiris locus of contorl memoderasi secara negatif dan
signifikan terhadap computer selft effecacy.
5.PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Computer anxiety berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap computer
self-efficacy dengan p value sebesar 0,04<0,05. Dengan demikian Hipotesis 1 yang
menyatakan bahwa computer anxiety berpengaruh secara negatif dan signifikan
terhadap computer sel-fefficacy diterima.
2. Tingkat technology acceptance berpengaruh secara positif terhadap computer self
efficacy dengan p value sebesar 0,01<0,05. Dengan demikian Hipotesis 2 (H2) yang
menyatakan bahwa tingkat technology acceptance berpengaruh secara positif
terhadap computer self efficacy diterima.
3. Locus of control tidak memoderasi pengaruh computer anxiety terhadap computer
self efficacy dengan p value sebesar 0,12>0,05. Dengan demikian Hipotesis 3 (H3)
yang menyatakan bahwa locus of control memoderasi pengaruh computer anxiety
terhadap computer self efficacy ditolak.
4. Locus of control memoderasi pengaruh technology acceptance terhadap computer
self efficacy dengan p value sebesar 0,04<0,05, dengan koefisien sebesar -0,19,
maka Hipotesis 4 (H4) yang menyatakan bahwa locus of control memoderasi secara
posifit pengaruh technology acceptance terhadap computer self efficacy ditolak.
5.2. Keterbatasan dan Saran
5.2.1. Keterbatasan
Penelitian menyadari sepenuhnya bahwa dalam penelitian ini terdapat beberapa
keterbatasan yang kemungkinan penafsiran yang kurang sempurna.
Keterbatasan dalam penelitian ini berupa:
1. Penelitian ini dilakukan di beberapa perguruan tinggi tapi hanya yang ada di Kota
Semarang, sehingga sampel penelitian kurang luas cakupannya
2. Penelitian ini hanya dilakukan dengan survei melalui kuesioner, tidak dilengkapi
dengan
metode pengumpulan data yang lain, misal: observasi dan wawancara yang
memungkinkan dapat memperkaya data penelitian.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 26


3. Pengisian kuesioner hanya berdasarkan pada persepsi responden sehingga
kemungkinan tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya dan dapat menyebabkan
bias.
4. Peneliti belum dapat mengemukakan pendapat peneliti terdahulu tentang Locus of
Control memoderasi pengaruh Technology Acceptance terhadap Computer Self
Efficacy, sehingga pendukung penemuan peneliti kurang kuat.
5.2.2. Saran
Beberapa saran yang dapat direkomendasikan berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan adalah :
1. Peneliti yang akan datang dapat mempergunakan sampel yang lebih luas lagi
dengan menambah sampel dari perguruan tinggi lain untuk lebih mendapatkan
gambaran empirik tentang permasalahan penelitian.
2. Bagi pihak Perguruan Tinggis agar dapat lebih mengembangkan metode atau materi
pengajaran program-program komputer sehingga masyarakat terbiasa dengan
program-program akuntansi dan pemahaman manfaat computer sehingga
mengurangi kecemasan yang berdampak pada kesadaran akan manfaat penggunaan
komputer dalam membantu pemecahan masalah bidang akuntansi.

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen I (1985). From Intention to Actions: a Theory of Planned Behavior. Dalam : Khuhl J,
Beckmann J (eds). Action-Control from Cognition to Behavior. Spinger-Verdlag
Berlin Heidelberg,h.14.
Megananda, Aldila.2010.Pengaruh Computer Anxiety Dan Tingkat Penerimaan Teknologi
Terhadap Keahlian Novice Accountant: Gender Dan Locus Of Control Sebagai
Variabel Moderating.Skripsi.UMY. (tidak dipublikasikan)
Bandura, A. (1986), Social foundation of thought andaction, Prentice Hall, Englewood
Clift,NJ.
Bruno, U. O.DR.214.Relationships Among Test Anxiety,Locus Of Control And Academic
Achievement Among College Students. European Scientific Journal May Edition
Vol.10, No.13
Compeau, Deborah R. and C.A. Higgins.1995. “Computer Self Efficacy: Development of
Measure and Initial Test”, MIS Quartely, Vol.19, No.12.
Davis.F, Bacozzi, R., dan Warsaw, P.1989.User Acceptance of Computer Technology: A
Comparason of two theoretical models.Management Science.25(8).982-1003
Davis, Fred D. 1989.Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of
Information Technology. Management Information Systems Research Center,
University of Minnesota collaborating with JSTOR. MIS Quarterly, Vol. 13, No. 3
Donnelly, et al ,2003, Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior: An Explanatory
Model Using Auditors’ Personal Characteristics. Behavioral Research in Accounting,
Vol 15.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 27


Ganesha, Firdaus Candra.2013.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perceived Enjoyment
Dalam Proses E-Learning Studi Empiris: Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.Tesis. UNS. (tidak dipublikasikan)
Ghozali, I. 2014. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least
Square (PLS) Semarang: Badan Penerbit UNDIP
Handayani, Rini.2010.Analisis Pengaruh Computer Anxiety dan Self Efficacy Terhdap
Kahlian Pengguna Internet pada Mahasiswa.Riset Manajemen dan Akuntansi Volume
1 Nomor 2 Edisi November.STIE Atma Bhakti Surakarta.
Hendrian dan Nalurita Nuhoni.2007.Analisis Komparasi Antara Pengguna Sistem Registrasi
Webbased dan Nonweb-Based Dalam Penerimaan Inovasi Teknologi. Jurnal
Organisasi dan Manajemen, Volume 3, Nomor 1, Maret, 27-44
Heinssen, R. K., Jr., Glass, C. R., & Knight, L. A.1987.Assessing computer anxiety:
Development andvalidation of the computer anxiety rating scale.Computers in Human
Behavior, 3, 49-59.
Hu, P. J., Chau, P. Y. K., Sheng, O. R. L., and Tam, K. Y. 1999.“Examining the Technology
Acceptance Model Using Physician Acceptance of Telemedicine Technology,” Journal
of Management Information Systems (16:2), pp. 91-112.
Indriantoro, Nur, 1996, Sistem Informasi Strategik: Dampak Teknologi Informasi Terhadap
Organisasi dan Keunggulan Kompetitif, Jurnal KOMPAK, No. 9, Februari.
Indriantoro.2000. “Pengaruh Komputer Anxiety terhadap keahlian dosen dalam penggunaan
komputer ”. Jurnal Akuntansi dan Auditing (JAAI), Volume 4 no 2 Desember,
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta.
Indriantoro dan Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis, Untuk Akuntansi dan
Manajemen, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, BPFE:Yogyakarta
Igbaria, M., Gumairaes, T. and Davos, G.B. 1995. “Testing The Determinants of
Microkomputer Usage Via a Structural Equation Model.” Journal of Management
Information Sistem, Vol.11, No.4, pp.87-114.
Igbaria, M and Parasuraman, S., 1989. “A Path Analytic Study of Individual Characteristics,
Computer Anxiety, and Attitudes Toward Microcomputer”, Jurnal of Management,
Vol. 15, No. 3.
Mas’ud Fuad, 2004. Survai Diagnosis Organisasional: Konsep dan Aplikasi. Edisi Pertama,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Megananda, A.2010.Pengaruh Computer Anxiety Dan Tingkat Penerimaan Teknologi
Terhadap Keahlian Novice Accountant, Gender, Dan Locus Of Control Sebagai
Variabel Mediasi.Skripsi.Fakultas Ekonomi.UMY.Yogyakarta (tidak dipublikasikan)
Nasrie, Wadie & Lanouar Charfeddine. 2012. An Exploration of Facebook.Com Adoption in
Tunisia Using Technology Acceptance Model (TAM) and Theory of Reasoned Action
(TRA). Interdisciplinary Journal of Contemporary Research In Business. 4 (5): 948-
968.
Ratnaningrum.2013. Aplikasi Model Tam Terhadap Pengguna Layanan Internet Banking Di
Kota Denpasar.Tesis.Universitas Udayana Denpasar. (tidak dipublikasikan)
Rifa, Dandes dan Gudono.M.1999.Pengaruh fakotr demografi da personality terhadap
keahlian dalam End User Cumpputing.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.Vol. 2 No. 1
Januari.
Rotter, J.B., 1966, “Generalized Expectancies for Internal versus External Control of
Reiforcement”,Psychological Monographs, 80 (1, Whole N0. 609).
Rudianto.2012.Pengantar Akuntansi Konsep dan Teknik Penyusunan Laporanan
Keuangan.Jakarta.Erlangga

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 28


Syam, H. K., Othman, A. E. A., & Nordin, Z. S.2005. Computer Self-Efficacy, Computer
Anxiety, and Attitudes toward the Internet: A Study among Undergraduates in
Unimas. Educational Technology & Society, 8 (4), 205-219.
Schillewaert, Niels, Michael Ahearne, Rund Frambach, and Rudy K. Moenaert. 2000. “The
Acceptance of Information Technology In The Sales Force” Journal of Marketing,
December 11, Institute for The Study of Business Markets (ISBM), Pennsylvania.
http://www.ebusiness.xerox.com
Setyomurti, R dan Wijaya, R.2009.Pengaruh Computer Anxiety Terhadap Keahlian Novice
Accountant Dalam Menggunakan Komputer: Gender Dan Locus Of Control Sebagai
Faktor Mediasi. Jurnal Akuntansi Manajemen. Vol 20 No. 1 April.
Shun Wang, Yi., Yu-Min Wang., Hsin-Hui Lin., dan Tzung-I Tang. 2003. Determinants of
User Acceptance of Internet Banking: An Empirical Study, International Journal of
Service Industry Management, Vol. 14, No. 5, pp. 501-519
Sudaryono, E A Drs dan Astuti,I D.2005.Pengaruh Computer Anxiety Terhdap Keahlian
Karyawan Bagian Akunansi Dalam Menggunakan Komputer.SNA VIII Solo.15-16
September.
Suseno, Bontos Himawan.2009.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan
Oleh Karyawan PT.KAI (persero) Terhadap Sistem E-ticket di Semarang : Dengan
Menggunakan Pendekatan Technology Acceptance Model (TAM). Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Tangke, Natalia.2004. Analisa Penerimaan Penerapan Teknik Audit Berbantuan Komputer
(Tabk) Dengan Menggunakan Technology Acceptance Model (Tam) Pada Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) RI. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 6, No. 1,
Mei.Jurusan Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi - Universitas Kristen Petra
Tjandra, R.2007.Computer Anxiety Dari Perspektif Gender Dan Pengaruhnya Terhadap
Keahlian Pamakai Komputer Dengan Variabel Moderasi Locus Of
Control.Tesis.Magister Sains, UNDIP.Semarang (tidak dipublikasikan)
Todd, Peter dan Benbasat, Izak, 1992, The Use of Information in Decision Making: An
ExperimentalInvestigation of the Impact of Computer-Based decision Aids, MIS
Quarterly, September.
Widjana, MA 2010.Determinan Faktor Penerimaan Terhadap Internet Banking Pada Nasabah
Bank Di Surabaya.Tesis.STIE Perbanas.Surabaya (tidak dipublikasikan)
Wijaya T. dan Johan, Maret 2005, Pengaruh Computer Anxiety Terhadap Keahlian
Penggunaan Komputer, Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol. 6, No. 1.

Simposium Nasional Akuntansi XX, Jember, 2017 29

Anda mungkin juga menyukai