Anda di halaman 1dari 24

UNIVERSITAS DIPONEGORO

ANALISIS BANJIR RENCANA DENGAN HEC-HMS DAS GINTUNG

TUGAS MATA KULIAH

ANALISA DAN PEMODELAN HIDRO-METEOROLOGI

Hendri Wijaya

NIM 21010123413030

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

SEMARANG
FEBRUARI 2024

i
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... iv
BAB I............................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3 Maksud dan Tujuan Laporan .......................................................................................... 2
1.4 Pembatasan Masalah ....................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................. 3
2.1 Distribusi Hujan Jam-Jaman ........................................................................................... 3
2.2 Pemodelan Menggunakan HMS (Hydrologic Engineering Center - Hydrologic
Modeling System) ....................................................................................................................... 7
2.3 Komponen Model HEC-HMS ........................................................................................ 8
BAB III ............................................................................................................................................ 9
3.1 Basin Model ..................................................................................................................... 9
3.2 Meteorologic model ...................................................................................................... 11
3.3 Tahap Pengumpulan Data ............................................................................................. 12
3.4 Tahap Pembentukan dan Simulasi Model.................................................................... 12
3.5 Pemodelan HEC-HMS .................................................................................................. 12
3.6 Kehilangan Air Menggunakan CN Number ................................................................ 13
3.7 Transform (Hidrograph) menggunakan SCS .............................................................. 14
3.8 Baseflow untuk Recession dengan Thereshold Ratio ................................................. 14
3.9 Input Data Hujan Rancangan ........................................................................................ 14
3.10 Hasil Pemodelan Dengan HEC-HMS ...................................................................... 16
BAB I............................................................................................................................................. 19
4.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 19
4.2 Saran ............................................................................................................................... 19

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Distribusi Hujan 12 Jam ........................................................................................... 4


Gambar 2. 2 Distribusi Hujan Dengan Durasi 12 Jam Dalam Bentuk Genta ............................. 5
Gambar 2. 3 Struktur Transformasi Hujan Aliran pada Model HEC-HMS ............................... 7
Gambar 3. 1 Skema Pemodelan DAS menggunakan HEC-HMS 10
Gambar 3. 2 Pemodelan DAS Gintung Lokasi Bendungan ....................................................... 13
Gambar 3. 3 Hyetograf sebagai Input Model .............................................................................. 15
Gambar 3. 4 Grafik Hidrograph Banjir DAS Gintung dengan Pemodelan Hec-HMS Berbagai
Kala Ulang .................................................................................................................................... 18

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan Antara Durasi dan Kedalaman Curah Hujan Maksimum Boleh Jadi
(CMB/PMP) .................................................................................................................................... 3
Tabel 2.2 Distribusi Hujan Untuk Durasi 24 Jam......................................................................... 3
Tabel 2.3 Distribusi Hujan Untuk Durasi 12 Jam......................................................................... 3
Tabel 2.4 Intensitas Hujan dalam % yang disarankan PSA 007 .................................................. 5
Tabel 2.5 Total Curah Hujan Maksimum Boleh Jadi Dalam % .................................................. 5
Tabel 2.6 Distribusi Hujan Metode PSA 007 Durasi 24 Jam DAS Gintung .............................. 6
Tabel 3.1 CN Number DAS Gintung .......................................................................................... 13
Tabel 3.2 Rekapitulasi Debit Banjir Rencana dengan Pemodelan Hec-HMS .......................... 17

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bendungan merupakan salah satu bangunan penangkap air yang menyimpan air pada
saat musim hujan, saat debit sungai mengalir pada jumlah yang besar. Pembangunan
bendungan baru masih menjadi prioritas sebagai salah satu upaya penyedian air baku, irigasi,
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), dan pengendalian banjir pada saat musim penghujan.
Rencana pembangunan Bendungan Gintung masih dalam tahap Detail Engineering Design
(DED), sebelum pelaksanaan konstruksi perlu adanya kajian terkait perencanaan Bendungan
Gintung sehingga dapat dijadikan sebagai referensi terhadap pelaksanaan konstruksi.
Rencana Bendungan Gintung mempunyai fungsi untuk air baku dan irigasi. Salah satu yang
dianalisis dalam perencanaan bendungan adalah rencana menghitung debit banjir rencana,
debit banjir digunakan dalam penyediaan air dengan risiko kegagalan yang diperhitungkan.
Salah satu cara untuk menghitung/mensimulasikan debit banjir adalah dengan menggunakan
software HEC-HMS. HEC-HMS adalah model matematika numeris yang dikemas dalam
paket program komputer, yang terdiri dari sejumlah metode untuk mensimulasikan
watershed, saluran dan perilaku bangunan air (water control structure). Model ini
dikembangkan oleh USACE-HEC dengan tujuan untuk memprediksi keluaran dari suatu
sistem DAS. Perhitungan debir banjir nantinya digunakan sebagai referensi perhitungan yang
nantinya digunakan untuk perencanaan pembangunan Bendungan Gintung, analisis debit
banjir menggunakan software HEC-HMS ini juga sebagai tugas mata kuliah Analisa Dan
Pemodelan Hidro-Meteorologi. Diharapkan dengan tugas ini mampu memahami tata cara
perhitungan debit banjir dengan menggunakan software HEC-HMS.

1.2 Perumusan Masalah


Bedasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil simulasi/pemodelan debit banjir menggunakan software HEC-HMS
pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Gintung?
2. Berapa debit puncak yang diperoleh pada masing-masing kala ulang?

1
1.3 Maksud dan Tujuan Laporan
Maksud dan tujuan kegiatan laporan ini adalah untuk memahami tata cara perhitungan
debit banjir dengan menggunakan software HEC-HMS, sebagai rekomendasi perhitungan
debit banjir untuk perencanaan Bendungan Gintung, dan sebagai salah satu tugas mata kuliah
“Analisa Dan Pemodelan Hidro-Meteorologi”.
Tujuan laporan ini adalah?
1. Menganalisis debit banjir pada DAS Gintung menggunakan software HEC-HMS.
2. Menganalisis debit banjir pada tiap-tiap kala ulang.

1.4 Pembatasan Masalah


Adapun batasan dalam laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Lokasi yang dibuat sebagai bahan laporan adalah DAS Gintung.
2. Perhitungan debit banjir hanya menggunakan software HEC-HMS.
3. Data curah hujan yang digunakan pada Tahun 2000-2019.
4. Kajian pustaka berupa pengumpulan data dan informasi yang bersumber dari buku,
laporan penelitian, studi terdahulu dan dokumen lainnya.
5. Data yang digunakan adalah data yang diberikan atas seijin BBWS Serayu Opak.
6. Perhitungan dilakukan sampai dengan debit banjir.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Distribusi Hujan Jam-Jaman


Distribusi hujan jam-jaman ditetapkan dengan cara pengamatan langsung terhadap data
pencatatan hujan jam-jaman pada stasiun yang paling berpengaruh pada DAS. Bila tidak ada
maka bisa menirukan perilaku hujan jam-jaman yang mirip dengan daerah setempat pada
garis lintang yang sama. Distribusi tersebut diperoleh dengan pengelompokan tinggi hujan ke
dalam range dengan tinggi tertentu. Dari data yang telah disusun dalam range tinggi hujan
tersebut dipilih distribusi tinggi hujan rancangan berdasarkan hasil analisis frekunsi dan
frekuensi kemunculan tertinggi pada distribusi hujan jam-jaman tertentu. Selanjutnya
prosentase hujan tiap jam terhadap tinggi hujan total pada distribusi hujan ditetapkan. Pada
laporan ini distribusi curah hujan akan dianalisa menggunakan metode PSA 007.
1. Metode PSA 007
Hubungan antara tinggi-durasi hujan untuk durasi 1 hingga 24 jam pada curah hujan
CMB/PMP disajikan pada Tabel 1 Sedangkan distribusi hujan untuk durasi 1 hingga 12 jam
dan 1 hingga 24 jam ditabelkan pada PSA-007. Kutipan kedua tabel tersebut ditunjukkan
pada Tabel 2.1 sampai dengan Tabel 2.3. Di Inggris, agihan hujannya merupakan pola agihan
yang lebih rata dan kurang ekstrim di bagian awal hujannya. Secara normal profil hujan yang
digunakan di Inggris adalah profil yang simetris “berbentuk genta (bell shaped)”.

Tabel 2.1 Hubungan Antara Durasi dan Kedalaman Curah Hujan Maksimum Boleh
Jadi (CMB/PMP)
Durasi hujan (jam) 1 2 3 4 5 6 8 12 16 20 24
Persentase curah hujan (%) 34 45 52 60 65 68 75 88 92 96 100
Sumber : PSA 007, Kementerian Pekerjaan Umum

Tabel 2.2 Distribusi Hujan Untuk Durasi 24 Jam


Durasi hujan (jam) 1 2 3 4 5 6 8 12 16 20 24
Durasi hujan (%) 4 8 13 17 21 25 33 50 67 83 100
Persentase curah hujan (%) 32 44 52 60 65 68 75 87 92 96 100

Sumber : PSA 007, Kementerian Pekerjaan Umum

Tabel 2.3 Distribusi Hujan Untuk Durasi 12 Jam


Durasi hujan(jam) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Durasi hujan (%) 8 16 25 33 41 50 58 66 75 83 91 100
Persentase curah hujan (%) 44 60 68 75 82 88 90 92 94 96 98 100

Sumber : PSA 007, Kementerian Pekerjaan Umum

3
2. Agihan PSA-007 (Intensitas tertinggi di awal)
Profil curah hujan menurut PSA-007 ditunjukkan pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel
3. Untuk memformulasikan agihan menurut PSA-007 untuk curah hujan 12 jam dengan
interval waktu satu jam, maka setiap jam akan setara dengan 8,33% durasi hujannya. Dengan
menggunakan tabel hubungan (Tabel 5.4.) maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
Setelah satu jam (8,33% durasi), jumlah curah hujan 44% dari totalnya jadi selama
jam ke 1 curah hujan yang terdistribusi adalah 44%. Setelah dua jam (16,67% durasi), jumlah
curah hujan 60% dari totalnya, jadi selama jam ke 2 curah hujan yang terdistribusi adalah
16%. Setelah tiga jam (25% durasi), jumlah curah hujan 68% dari totalnya jadi pada jam ke 3
curah hujan yang terdistribusi adalah 8% dan seterusnya seperti yang disajikan pada Tabel 4.
Profil curah hujan ini ditunjukkan pada Gambar 1. Pemilihan durasi hujan kritis (Critical
Storm Duration), pada prinsipnya tergantung pada luas DPS dan pengaruh-pengaruh lain
seperti luas genangan waduk dan konfigurasi bangunan pelimpah, sehingga untuk setiap
bendungan walaupun memiliki luas DPS yang sama belum pasti durasi hujan kritisnya sama.
Pemilihan durasi hujan dengan pola distribusinya sangat berpengaruh pada hasil banjir desain
yang diperhitungkan. Curah hujan yang sama yang terdistribusi dengan dengan curah hujan
yang panjang akan menghasilkan puncak banjir yang lebih rendah dibanding dengan yang
terdistribusi dengan durasi yang pendek.
Bila data hidrograf banjir dari pos duga air otomatis dan data distribusi hujan jam-
jaman dari stasiun hujan otomatis tidak tersedia, pola distribusi hujan dapat ditetapkan
dengan mengacu pada Gambar 2.1 dan Tabel 2.4 yang diambil dari PSA 007.

Gambar 2. 1 Distribusi Hujan 12 Jam


Sumber : PSA 007, Kementerian Pekerjaan Umum

4
Tabel 2.4 Intensitas Hujan dalam % yang disarankan PSA 007
Kala Ulang Durasi Hujan
Tahun ½ jam ¾ jam 1 jam 2 jam 3 jam 6 jam 12 jam 24 jam
5 32 41 48 59 66 78 88 100
10 30 38 45 57 64 76 88 100
25 28 36 43 55 63 75 88 100
50 27 35 42 53 61 73 88 100
100 26 34 41 52 60 72 88 100
1000 25 32 39 49 57 69 88 100
CMB 20 27 34 45 52 64 88 100
Sumber : PSA 007, Kementerian Pekerjaan Umum

Untuk mendapatkan curah hujan kritis selanjutnya sesuai dengan PSA 007, distribusi
hujan disusun dalam bentuk genta, dimana hujan tertinggi ditempatkan di tengah, tertinggi
kedua di sebelah kiri, tertinggi ketiga di sebelah kanan dan seterusnya. Distribusi Hujan
Dengan Durasi 12 Jam Dalam Bentuk Genta dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan Tabel 2.5.
sebagai berikut:

Gambar 2. 2 Distribusi Hujan Dengan Durasi 12 Jam Dalam Bentuk Genta


Sumber : PSA 007, Kementerian Pekerjaan Umum

Tabel 2.5 Total Curah Hujan Maksimum Boleh Jadi Dalam %


Untuk Durasi 24, 48 dan 72 Jam
Durasi hujan (jam) 24 48 72
Curah hujan % 100 150 175
Sumber: PSA 007, Kementerian Pekerjaan Umum

Dikarenakan karena data yang diperoleh adalah curah hujan selama 24 jam, maka atas
pertimbangan tersebut digunakan durasi hujan 24 jam untuk dipakai dalam perhitungan debit
banjir rencana. Distribusi Hujan Metode PSA 007 Durasi 24 Jam DAS Gintung dapat dilihat
pada Tabel 2.6 sebagai berikut:

5
Tabel 2.6 Distribusi Hujan Metode PSA 007 Durasi 24 Jam DAS Gintung

Kala Ulang R24 Distribusi hujan (mm)


Jam ke-
(tahun) (mm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1.25 77.46 0.77 0.77 0.77 0.77 0.77 1.08 1.08 1.08 3.10 3.10 7.90 39.03 5.42 3.10 1.08 1.08 1.08 0.77 0.77 0.77 0.77 0.77 0.77 0.77
2 120.77 1.21 1.21 1.21 1.21 1.21 1.77 1.77 1.77 4.83 4.83 12.56 60.15 8.45 4.83 1.77 1.77 1.77 1.21 1.21 1.21 1.21 1.21 1.21 1.21
5 138.34 1.38 1.38 1.38 1.38 1.38 2.31 2.31 2.31 5.53 5.53 15.22 66.40 9.68 5.53 2.31 2.31 2.31 1.38 1.38 1.38 1.38 1.38 1.38 1.38
10 147.76 1.48 1.48 1.48 1.48 1.48 2.96 2.96 2.96 5.91 5.91 17.73 66.49 10.34 5.91 2.96 2.96 2.96 1.48 1.48 1.48 1.48 1.48 1.48 1.48
25 154.47 1.54 1.54 1.54 1.54 1.54 3.35 3.35 3.35 6.18 6.18 18.54 66.42 12.36 6.18 3.35 3.35 3.35 1.54 1.54 1.54 1.54 1.54 1.54 1.54
50 157.94 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 3.95 3.95 3.95 6.32 6.32 17.37 66.34 12.64 6.32 3.95 3.95 3.95 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58 1.58
100 164.58 1.65 1.65 1.65 1.65 1.65 4.39 4.39 4.39 6.58 6.58 18.10 67.48 13.17 6.58 4.39 4.39 4.39 1.65 1.65 1.65 1.65 1.65 1.65 1.65
200 170.53 1.71 1.71 1.71 1.71 1.71 4.64 4.64 4.64 6.82 6.82 18.57 69.54 13.64 6.82 4.64 4.64 4.64 1.71 1.71 1.71 1.71 1.71 1.71 1.71
1000 207.60 2.08 2.08 2.08 2.08 2.08 6.57 6.57 6.57 8.30 8.30 20.76 80.96 16.61 8.30 6.57 6.57 6.57 2.08 2.08 2.08 2.08 2.08 2.08 2.08
PMP 523.37 5.23 5.23 5.23 5.23 5.23 15.70 17.01 17.01 18.32 36.64 57.57 177.95 41.87 26.17 18.32 17.01 17.01 5.23 5.23 5.23 5.23 5.23 5.23 5.23

Sumber: Hasil Perhitungan

6
2.2 Pemodelan Menggunakan HMS (Hydrologic Engineering Center - Hydrologic
Modeling System)
HEC-HMS adalah model matematika numeris yang dikemas dalam paket program
komputer, yang terdiri dari sejumlah metode untuk mensimulasikan watershed, saluran dan
perilaku bangunan air (water control structure). Model ini dikembangkan oleh USACE-HEC
dengan tujuan untuk memprediksi keluaran dari suatu sistem DAS. Struktur pembangun
model HEC-HMS terdiri dari enam komponen, antara lain model hujan, model volume
limpasan, model limpasan langsung, model aliran dasar dan model penelusuran aliran dan
model water-control measure yang meliputi diversions dan storage fasilities. Masing masing
komponen model tersebut didukung oleh beberapa metode perhitungan yang dapat dipilih
dan ditentukan oleh user berdasarkan ketersediaan data simulasi pada suatu DAS. Struktur
konsep dasar proses transformasi hujanaliran untuk yang digunakan pada model HECHMS
dapat dilihat pada Gambar dibawah ini (setelah Ward, 1975 dalam USACE, 2001).
Pada model HEC-HMS hampir semua parameter fisik DAS telah diakomodasi dalam
sub-sub model. Menurut USACE (2001), tingkat akurasi hasil simulasi model tergantung
pada ketersediaan data dan metode yang dipilih oleh user. Beberapa metode pada model ini
mengakomodasi hampir semua parameter dan beberapa metode yang lain menggunakan
pendekatan yang lain. Hal ini memberikan keluwesan pada user dalam menentukan metode
yang digunakan. Struktur Transformasi Hujan Aliran pada Model HEC-HMS dapat dilihat
pada Gambar 2.3.

Gambar 2. 3 Struktur Transformasi Hujan Aliran pada Model HEC-HMS

7
2.3 Komponen Model HEC-HMS
Komponen utama dalam model HEC-HMS adalah sebagai berikut:

1. Basin model – berisi elemen-elemen yang terdapat pada suatu DAS seperti sub-DAS,
titik control DAS, penggal/ruas sungai, waduk.
2. Meteorologic model – berisi data hujan dan penguapan
3. Control Specifications – berisi waktu mulai dan berakhirnya hitungan atau simulasi.
Selain tiga komponen diatas masih terdapat komponen lain yaitu:

1. Time series data – berisi masukan data seperti runtun waktu data hujan, debit
2. Paired data – berisi pasangan data seperti hidrograf satuan
Simulasi hujan-aliran dalam setiap sub-DAS memerlukan beberapa komponen model
yaitu:

1. Hujan (precipitation) model – merupakan masukan pada sistem DAS


2. Loss models – untuk menghitung kehilangan air (hujan efektif)
3. Transform model – untuk mentransformasikan hujan efektif yang merupakan selisih
antara besarnya hujan dengan kehilangan menjadi aliran/limpasan permukaan
4. Baseflow model – untuk mengitung besarnya aliran dasar

8
BAB III
PEMBAHASAN DAN HASIL

3.1 Basin Model


Basin model merupakan salah satu tools untuk menggambarkan kondisi DAS di
lapangan. Berikut beberapa elemen yang dapat digunakan pada Basin Model:

- Subbasins – berisi data tentang sub-basins seperti kehilangan/losses (misal metode SCS
Curve Number), transform model (misal metode hidrograf satuan), baseflow (misal
metode resesi). Data tersebut ini digunakan untuk transformasi hujan menjadi aliran.
- Reaches – menghubungkan elemen-element yang ada (sub-DAS, junction) dan berisi
data penelusuran sungai. Digunakan untuk membawa/menelusur aliran dari hulu ke
hilir.
- Junctions – titik hubung antar elemen-elemen yang ada atau titik kontro pada setiap
sub-DAS. Digunakan untuk menggabungkan aliran dari sub-DAS maupun reaches
(ruas-ruas sungai).
- Reservoirs – sebagai tampungan dan melepaskan aliran sesuai laju yang telah
ditentukan (hubungan antara tampungan-debit).
- Diversions – digunakan untuk memodelkan alian dari sungai utama berdasarkan rating
curve yang ada (digunakan untuk kolam tampungan retensi atau overflows).
- Sources – mempunyai outflow tetapi tidak ada inflow; digunakan untuk memodelkan
alran masuk ke basin model
- Sinks – mempunyai inflow tetapi tidak ada outflow. Digunakan untuk
merepresentasikan outlet dari DAS

Jika digambarkan, akan tampak seperti skema pada Gambar 3.1 sebagai berikut ini:

9
Gambar 3. 1 Skema Pemodelan DAS menggunakan HEC-HMS

Setelah skema DAS yang diinginkan telah jadi, tahap selanjutnya adalah pengisian
parameter subbasinnya. Berikut macam metode yang digunakan untuk parameter
subbasinnya.
No Model Metode
User hyetograph, User gage weighting, Inverse-distance
1 Hujan gage weights, Gridded precipitation, Frequency storm,
dan Standard project storm
Initial and constant-rate, SCS curve number, Gridded SCS
Volume
2 curve number, Green and Ampt, Deficit and constant
runoff
rate, Soil moisture accounting, dan Gridded SMA
Direct User-specified unit hydrograph (UH), Clark’s UH, Snyder’s
3
runoff UH, SCS UH, Modclark, dan Kinematic wave
Constant monthly, Exponential recession, dan Linear
4 Baseflow
reservoir
Kinematic wave, Lag, Modified
5 Routing Puls, Muskingum, Muskingum-Cunge Standard Section
dan Muskingum-Cunge 8- point section

10
3.2 Meteorologic model
Pada komponen ini, berisi besaran hujan yang akan digunakan serta bobot hujan untuk
masing-masing pos hujan. Berikut panel Meteorological Model yang sudah di input datanya.

1. Control Specifications
Komponen ini berisi tanggal dan waktu kejadian yang akan di simulasi.
2. Time series data
Komponen ini berisi data yang akan digunakan untuk simulasi. Misal data hujan yang
menyebabkan banjir, dan data debit aliran (biasanya digunakan sebagai kalibrasi).

11
3.3 Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap ini data yang akan dikumpulkan untuk studi ini adalah data sekunder berupa
peta topografi, data curah hujan tahun 2000 – 2019, data vegetasi dan data jenis tanah
permukaan DAS Gintung.

3.4 Tahap Pembentukan dan Simulasi Model


a. Penyusunan Model dengan menggunakan HEC-GeoHMS. HEC-GeoHMS merupakan
salah satu ekstensi pada ArcView GIS yang digunakan untuk menyusun dan
mendefinisikan parameter DAS dan selanjutnya model DAS ini dapat diimport pada
HEC-HMS dengan format geo file.
b. Kalibrasi parameter model HEC-HMS dengan cara memperkirakan parameter awal
berdasarkan karakteristik DAS. Optimasi dilakukan dengan membandingkan debit hasil
simulasi dengan debit observasi. Apabila hidrograf debit simulasi memiliki kemiripan
dengan hidrograf debit observasi, dalam arti bahwa function value relatif kecil atau
mendekati nol, maka proses kalibrasi dianggap selesai. Hal ini berarti bahwa model
telah memperlihatkan unjuk verja yang baik. Apabila kondisi ini belum tercapai, maka
trial parameter selanjutnya dilakukan berulangulang sampai kemiripan kurva terpenuhi.
c. Selanjutnya apabila proses kalibrasi telah dilakukan maka model diaplikasikan untuk
menghitung hidrograf banjir untuk beberapa kala ulang. Tahap ini dilakukan dengan
memberikan input presifitasi berdasarkan hasil perhitungan hyetograf untuk masing-
masing hujan rancangan.

3.5 Pemodelan HEC-HMS


Lokasi Bendungan memiliki l uas kurang lebih 88.3 km2. DAS dengan bentuk cenderung
bulat/oval memiliki faktor bentuk (shape factor) 1.5. Hal ini berarti bahwa apabila distribusi
hujan diangap merata di seluruh DAS, maka limpasan air permukaan (surface run-off) relatif
lebih cepat sampai di titik outlet. Hal ini juga dapat dibandingkan dengan sifat karakteristik
DAS yang lain, yaitu waktu konsentrasi (tc). Pemodelan DAS Gintung Lokasi Bendungan
dapat dilihat pada Gambar 3.2 sebagai berikut:

12
Gambar 3. 2 Pemodelan DAS Gintung Lokasi Bendungan

3.6 Kehilangan Air Menggunakan CN Number


Karakteristik DAS Gintung yang lain yang dapat dinyatakan secara kuantitatif adalah
vegetasi penutup permukaan (vegetal cover) dan jenis tanah. Berdasarkan Tabel SCS TR-55
yang dikeluarkan oleh SCS US (Skaggs and Khaleel, 1982 dalam USACE, 2000), vegetasi
penutup permukaan yang didominasi hutan dan tegalan, dan jenis tanah yang didominasi silt,
clay, dan pasir dapat dinyatakan dengan CN Number seperti pada Tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 1.1 CN Number DAS Gintung
Luasan
Tutupan Lahan Sub DAS CN Rerata
km2
Pertanian Lahan Kering 1 10.059
82.609
Hutan Tanaman Industri 1 11.165
21.224

Pertanian Lahan Kering 2 11.630


80.069
Hutan Tanaman Industri 2 5.488
17.118

Pertanian Lahan Kering 3 7.887


Hutan Tanaman Industri 3 23.133 73.324
Semak Belukar 3 0.005
31.026

Pertanian Lahan Kering 4 0.203


77.307
Hutan Tanaman Industri 4 5.960
6.163

Hutan Tanaman Industri 5 12.805 66.486


12.805

13
3.7 Transform (Hidrograph) menggunakan SCS
Simulasi optimasi yang dilakukan untuk mengkalibrasi parameter model dilakukan
dengan memberikan input parameter. Optimasi dilakukan dengan trial beberapa kali untuk
mendapatkan parameter model yang optimum. Hal ini disebabkan setiap parameter memiliki
tingkat sensitivitas yang berbeda-beda. Parameter model optimum dapat diketahui dengan
membandingkan kurva hidrograf terukur dengan kurva hidrograf simulasi, dengan nilai
Function Value sekecil-kecilnya. Function Value menyatakan tingkat kesalahan (error)
hidrograf simulasi terhadap hidrograf terukur. Semakin kecil nilai Function Value maka
tingkat kesalahan yang terjadi juga semakin kecil.

3.8 Baseflow untuk Recession dengan Thereshold Ratio


Metode aliran dasar resesi dirancang untuk mendekati perilaku tipikal yang diamati di
daerah aliran sungai ketika aliran saluran surut secara eksponensial setelah suatu peristiwa.
Metode ini ditujukan terutama untuk simulasi. Namun, ia memiliki kemampuan untuk secara
otomatis me-reset setelah setiap peristiwa besar dan akibatnya dapat digunakan untuk
simulasi terus menerus. Itu tidak melindungi subdas di dalamnya.

3.9 Input Data Hujan Rancangan


Hujan rancangan yang mejadi input merupakan hujan dengan durasi 24 jam yang
didapatkan dari analisa frekuensi yang disusun dalam bentuk genta. Perhitungan rasio
dilakukan dengan melakukan overlay antara peta sub DAS dengan grid sehingga dapat
dihitung rasionya untuk tiap tiap sub DAS. Setelah rasio masing masing luas diketahui tahap

14
selajutnya dilakukan input data hujan dari masing masing grid yang masuk di dalam sub
DAS. Peta overlay grid dan sub DAS Gintung serta input data hujan rancangan dapat dilihat
di bawah ini:

Gambar 3. 3 Hyetograf sebagai Input Model


(berdasarkan hasil distribusi 24 jam)

15
3.10 Hasil Pemodelan Dengan HEC-HMS
Simulasi model dilakukan untuk memprediksi hidrograf banjir kala ulang Q 1,01, Q2, Q10,
Q25, Q50, Q 100, Q1000, dan Q PMF. Penetapan kala ulang ini pada dasarnya hanyalah semata-
mata untuk nilai pembanding. Input presifitasi model dinyatakan dalam bentuk hyetograf
seperti ditunjukkan pada Gambar 9, merupakan hujan rancangan yang ditransformasi menjadi
hujan jam-jaman dengan prinsip ABM (Alternating Block Methods). Prinsip metode ABM
adalah menganggap bahwa distribusi hujan jam jaman mengikuti pola intensitas-durasi hujan
yang dapat dihitung untuk masing-masing jam selama waktu turun hujan. Untuk maksud
tersebut diperlukan masukan berupa kurva IDF (intensity duration frequency) yang dapat
ditetapkan berdasarkan nilai curah hujan harian maksimum untuk berbagai kala ulang.
Hasil simulasi model HEC-HMS untuk perkiraan hidrograf banjir rancangan
ditunjukkan pada Gambar 5.8. Debit puncak untuk masing-masing kala ulang diperoleh
Q1.01th = 144,70 m3/det, Q2th = 321,80 m3/det, Q5th = 393,20 m3/de, Q10th = 422,60
m3/det, Q25th = 444,30 m3/det, Q50th = 448,00 m3 /det, Q100th = 469,10 m3/det, Q200th =
491,80 m3/det, Q1000th = 624,20 m3/det, QPMF = 1829,10 m3/det.
Rekapitulasi debit banjir rencana dan grafik hidrograf banjir DAS Gintugn dengan
Pemodelan Hec-HMS dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan Gambar 3.4 sebagai berikut :

16
Tabel 2.2 Rekapitulasi Debit Banjir Rencana dengan Pemodelan Hec-HMS
t Debit banjir rancangan untuk tiap kala ulang (m3/dt)
No jam 1.01 th 2 th 5 th 10 th 25 th 50 th 100 th 200 th 1000 th PMF

1 - 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10
2 1.00 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10
3 2.00 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10
4 3.00 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.30
5 4.00 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 3.40
6 5.00 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 7.00
7 6.00 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.20 2.20 2.40 21.40
8 7.00 2.10 2.10 2.10 2.20 2.20 2.30 2.40 2.60 4.30 60.30
9 8.00 2.10 2.10 2.20 2.40 2.70 3.20 3.90 4.40 10.50 122.00
10 9.00 2.10 2.30 2.80 3.90 4.90 6.40 8.20 9.60 23.40 188.90
11 10.00 2.20 3.50 5.60 8.60 10.90 14.20 17.60 20.20 42.60 281.40
12 11.00 3.10 10.70 18.50 27.00 32.30 36.50 42.70 47.20 79.90 466.00
13 12.00 35.70 96.90 128.70 149.10 159.30 163.00 175.70 186.90 255.90 1,004.80
14 13.00 104.50 251.10 314.60 344.80 361.70 365.10 385.00 405.20 524.40 1,672.50
15 14.00 144.70 321.80 393.20 422.60 444.30 448.00 469.10 491.80 624.20 1,829.10
16 15.00 123.50 261.80 316.60 339.10 359.90 364.80 381.80 399.70 506.00 1,456.20
17 16.00 78.80 161.20 195.50 212.70 228.80 235.90 248.70 260.60 335.20 979.80
18 17.00 48.00 95.80 118.20 133.30 145.30 154.80 165.80 174.40 232.40 683.50
19 18.00 31.70 61.80 77.80 91.30 100.80 110.90 120.60 127.30 175.10 506.30
20 19.00 23.40 44.30 55.90 66.30 73.20 81.30 88.60 93.60 129.30 365.80
21 20.00 18.90 34.80 43.00 49.90 54.30 59.40 64.30 67.70 91.50 253.80
22 21.00 16.50 29.70 35.80 40.30 43.20 46.10 49.30 51.70 67.70 184.20
23 22.00 15.40 27.30 32.40 35.80 38.00 39.80 42.20 44.10 56.30 151.20
24 23.00 15.00 26.40 31.00 34.00 35.80 37.10 39.20 40.90 51.50 137.10
25 24.00 14.90 26.10 30.70 33.40 35.00 36.20 38.10 39.70 49.70 131.60
26 25.00 13.80 23.90 27.90 30.30 31.80 32.70 34.40 35.80 44.60 117.20
27 26.00 10.70 18.00 20.90 22.50 23.60 24.30 25.40 26.40 32.70 84.50
28 27.00 6.90 11.00 12.60 13.50 14.10 14.50 15.10 15.70 19.10 47.80
29 28.00 4.30 6.20 6.90 7.30 7.60 7.80 8.00 8.30 9.90 22.90
30 29.00 3.10 3.90 4.20 4.40 4.50 4.60 4.70 4.80 5.50 11.20
31 30.00 2.50 2.90 3.00 3.10 3.20 3.20 3.20 3.30 3.60 6.00
32 31.00 2.30 2.50 2.50 2.60 2.60 2.60 2.60 2.60 2.80 3.80
33 32.00 2.20 2.30 2.30 2.30 2.30 2.30 2.30 2.30 2.40 2.80
34 33.00 2.20 2.20 2.20 2.20 2.20 2.20 2.20 2.20 2.20 2.40
35 34.00 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.20 2.20 2.20 2.20
36 35.00 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10
37 36.00 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10 2.10
Debit maksimum 144.70 321.80 393.20 422.60 444.30 448.00 469.10 491.80 624.20 1,829.10

Sumber: Hasil Analisa

17
Gambar 3. 4 Grafik Hidrograph Banjir DAS Gintung dengan Pemodelan Hec-HMS
Berbagai Kala Ulang

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis pemodelan debit banjir DAS Gintung menggunakan software HEC-
HMS yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut:
1. Dari hasil pemodelan debit banjir rancangan DAS Gintung diperoleh debit banjir pada
masing-masing kala ulang (1,01 th, 2 th, 5 th, 10 th, 25 th, 50 th, 100 th, 200 th, 1.000
th, dan PMF).
2. Hasil simulasi model HEC-HMS untuk perkiraan hidrograf banjir rancangan diperoleh
debit puncak untuk masing-masing kala ulang diperoleh Q1.01th = 144,70 m3/det,
Q2th = 321,80 m3/det, Q5th = 393,20 m3/de, Q10th = 422,60 m3/det, Q25th = 444,30
m3/det, Q50th = 448,00 m3/det, Q100th = 469,10 m3/det, Q200th = 491,80 m3/det,
Q1000th = 624,20 m3/det, QPMF = 1829,10 m3/det.

4.2 Saran
Untuk menunjang perhitungan pada DAS Gintung, maka perlu dilakukan updating data
yaitu data hujan, data klimatologi, data tata guna lahan, dan data DAS untuk memperoleh
hasil analisis yang sesuai dengan kondisi saat.

19
DAFTAR PUSTAKA

BBWS Serayu Opak. 2019. Data Hujan. Yogyakarta.


USACE. 2001. Hydrology Modelling System HEC-HMS, User Manual, Version 2.1.

SACE. 2000. HEC-HMS Technical Reference Manual. USACE-HEC., Davis, CA.


diakses pada 17/04/2017 dari http://www.hec.usace.army.mil/software/hechms/
documentation/HEC-HMS_Technical%20Reference%20Manual_(CPD-74B).pdf

20

Anda mungkin juga menyukai