Pd
NIP. 19900524 201903 2 001
BAHAN AJAR
TEM A : 2
Persatuan dalam Perbedaan
S UBTEMA 3
Bekerjasama mencapai
tujuan
Pembelajaran 3
Muatan Pelajaran IPA &
KATA PENGANTAR
Halo anak-anak hebat, semoga kalian selalu semangat belajar dan dalam
keadaan sehat. Anak-anak hebat apakah kalian pernah menemukan kalimat
yang sulit untuk difahami ? atau kalian menemukan kalimat yang maknanya
membingungkan sehingga sulit untuk difahami ?
Selain itu kalian tentunya senang sekali membaca berita atau cerita ,
didalam sebuah berita maupun cerita tentunya kalian ingin menemukan
informasi yang ada pada berita maupun cerita tersebut.. Bagaimana cara kita
dapat menemukan informasi penting tersebut? Adakah cara khusu untuk
menemukan informasi penting dalam teks bacaan?
Anak – anak yang hebat, pernahkah kalian menemukan perbedaan
antara binatang, kenapa binatang memiliki bentuk tubuh yang berbeda,
memiliki jenis makanan yang berbeda ? Pertanyaan-pertanyaan di atas dapat
terjawab setelah kamu mempelajari materi pada kegiatan pembelajaran ini.
Simak baik-baik penjelasan guru, lalu tanyakan apabila kamu menemukan
hal-hal yang tidak kamu pahami.
Dalam materi ajar untuk kelas 6 Tema 2 Subtema 2 Pembelajaran 3
membahas tentang kalimat efektif dan memahami informasi penting dalam
teks bacaan dalam teks bacaan dengan menggunakan kata tanya apa, di
mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana. Selain itu kita juga akan
mempelajari cara makhluk hidup menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya. Untuk komposisi materi ajar ini bersumber dari berbagai
literatur
PEMETAAN KOMPETESI DASAR
PENGERTIAN
Kata tanya adalah kata yang dipakai dalam
kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, baik itu
orang/benda, perbuatan/tindakan,
keadaan/situasi, dan lain sebagainya.
RANGKUMAN
1. Kalimat efektif adalah Kalimat efektif
adalah kalimat yang singkat, padat dan
jelas, lengkap dan dapat menyampaikan
informasi secara tepat.
Ambarawa
Pertempuran Ambarawa adalah pertempuran besar pasca kemerdekaan Indonesia yang terjadi
antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pasukan Belanda dan Inggris atau sekutu di
Ambarawa, Jawa Tengah. Peristiwa Ambarawa disebut juga dengan Palagan Ambarawa.
Pertempuran Ambarawa terjadi pada 20 November - 15 Desember 1945. Peristiwa Ambarawa
dipicu oleh kedatangan pasukan Inggris di Semarang pada 20 Oktober 1945.
Pada awalnya, kedatangan pasukan Inggris disambut baik karena dinilai tak memiliki maksud
buruk. Namun ternyata, tentara Inggris menunggu kedatangan Netherlands Indies Civiele
Administration (NICA) untuk membebaskan tawanan perang.
Baca juga:Rangkaian Peristiwa Sejarah di Indonesia Sejak Era Penjajahan
Setelah tawanan perang dibebaskan, Inggris pun mempersenjatai mereka. Tentara sekutu itu
juga melucuti senjata TKR.
TKR dan masyarakat Ambarawa pun marah besar. Situasi yang gaduh pun berujung pada
pertempuran.
Puncak Pertempuran Ambarawa
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bersama rakyat mengibarkan bendera merah putih setelah
berhasil mengalahkan tentara sekutu dalam sosiodrama pertempuran Ambarawa, pada
peringatan HUT Ke-72 RI di Lapangan Pancasila Semarang, Jawa Tengah. (Foto: ANTARA
FOTO/R. Rekotomo)
Letkol M. Sarbini mengerahkan pasukan untuk mengepung sekutu dari segala penjuru. Situasi ini
sempat mereda saat Presiden Soekarno turun tangan menenangkan suasana dan
memerintahkan untuk gencatan senjata.
Namun, sekutu melanggar aturan tersebut. Pasukan sekutu diam-diam bergerak meninggalkan
Magelang menuju Ambarawa.
Letkol Isdiman mengadang pasukan sekutu. Namun sayang, usaha Letkol Isdiman
membebaskan dua desa yang dikuasai sekutu dibayar dengan nyawanya.
Setelah Letkol Isdiman tewas, komando perang diambil alih oleh Kolonel Soedirman.
Kehadiran Soedirman di garis depan perang memberikan semangat bagi para pasukan TKR.
Soedirman menyusun strategi dengan mencari titik lemah sekutu.
Soedirman menggunakan taktik gelar supit urang atau pengepungan rangkap dari kedua sisi
agar musuh tidak dapat melarikan diri. Jalur komunikasi dan logistik pasukan sekutu juga diputus
untuk mengurangi kekuatan militer.
Benteng Willem I di Ambarawa menjadi saksi sejarah pertempuran Ambarawa pasca
kemerdekaan Indonesia. (Foto: CNN Indonesia/Hesti Rika)
Kolonel Soedirman dan pasukannya berhasil mendesak pasukan sekutu yang bersembunyi di
Benteng Willem selama empat hari.
Pertarungan di Benteng Willem pada 15 Desember 1945 menjadi tanda kemenangan Indonesia
atas pasukan sekutu. Sisa pasukan sekutu yang kalah mundur ke Semarang.
Keberhasilan para pejuang mempertahankan Ambarawa dari sekutu diperingati menjadi Hari
Juang Kartika.
Pertempuran Ambarawa
Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di
Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang.
Kedatangan Sekutu ini diboncengi oleh Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Namun,
ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan
para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut justru dipersenjatai sehingga menimbulkan
kemarahan pihak Indonesia.
Pada tanggal 26 Oktober 1945 di kota Magelang terjadi pertempuran antara pasukan Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) dengan pasukan gabungan Inggris dan NICA. Insiden tersebut terhenti
setelah Soekarno dan Brigadir Bethell melakukan perundingan dan memperoleh kata sepakat.
Namun, ternyata pihak Sekutu mengingkari janji. Pada tanggal 12 Desember 1945, pertempuran
berkobar di Ambarawa.
Kolonel Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang,
atau pengepungan rangkap dari kedua sisi, sehingga musuh benar-benar terkurung.
Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir. Indonesia
berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur.
Kemenangan ini diperoleh berkat kerja sama dari seluruh rakyat di Ambarawa. Kemenangan
pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya “Monumen Palagan Ambarawa” dan
diperingati sebagai hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.
Berikut kunci jawaban peta pikiran dari teks bacaan pertempuran ambarawa:
Apa
Jawaban: pertempuran yang melibatkan NICA, pasukan gabungan Inggris dan TKR.
Mengapa
Jawaban: karena, sekutu mengingkari janjinya. Yaitu, tidak hanya membebaskan pasukan Belanda
tetapi juga mempersenjatai.
Siapa
Bagaimana
Jawaban: menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi,
sehingga musuh benar-benar terkurung.
Kapan
Di mana
Nah, itulah jawabannya. Jawaban ini bisa menjadi pemandu bagi orang tua dalam mendampingi
anak selama belajar di rumah
Pertempuran Ambarawa: Latar Belakang, Tokoh, Akibat, dan Akhir Kompas.com - 22/05/2021, 16:17 WIB BAGIKAN:
Komentar3 Lihat Foto Soedirman dan Soeharto dalam Pertempuran Ambawara(Wikipedia) Penulis Verelladevanka
Adryamarthanino | Editor Nibras Nada Nailufar KOMPAS.com - Pertempuran Ambarawa adalah pertempuran yang terjadi
antara Tentara Indonesia dengan Tentara Inggris. Peristiwa ini terjadi antara 20 Oktober sampai 15 Desember 1945 di
Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Pertempuran Ambarawa dimulai saat pasukan Sekutu dan NICA atau
Pemerintahan Sipil Hindia Belanda mulai mempersenjatai tawanan perang Belanda di Ambarawa dan Magelang. Hal ini
kemudian memicu kemarahan pada penduduk setempat. Hubungan pun semakin runyam saat Sekutu mulai melucuti
senjata anggota Angkatan Darat Indonesia. Baca juga: Mengapa Golongan Pemuda Menolak Proklamasi lewat PPKI?
Latar Belakang Peristiwa Pertempuran Ambarawa dimulai saat terjadi insiden di Magelang. Pada 20 Oktober 1945,
Brigade Artileri dari Divisi India ke-23 atau militer Inggris mendarat di Semarang yang dipimpin oleh Brigadir
Bethell. Oleh pihak Republik Indonesia, Bethell diperkenankan untuk mengurus pelucutan pasukan Jepang. Ia juga
diperbolehkan untuk melakukan evakuasi 19.000 interniran Sekutu (APW) yang berada di Kamp Banyu Biru Ambarawa
dan Magelang. Tetapi, ternyata mereka diboncengi oleh orang-orang NICA (Netherland Indies Civil Administration) atau
Pemerintahan Sipil Hindia Belanda. Mereka kemudian mempersenjatai para tawanan Jepang. Pada 26 Oktober 1945,
insiden ini pecah di Magelang. Pertempuran pun berlanjut antara Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan tentara
Inggris. Pertempuran sempat berhenti setelah kedatangan Presiden Soekarno dan Brigadir Bethell di Magelang pada 2
November 1945. Mereka pun mengadakan perundingan untuk melakukan gencatan senjata. Melalui perundingan tersebut
tercapai sebuah kesepakatan, antara lain: Pihak Inggris akan tetap menempatkan pasukannya di Magelang untuk
melakukan kewajibannya melindungi dan mengurus evakuasi APW. Jalan raya Magelang-Ambarawa terbuka bagi lalu
lintas Indonesia dan Inggris. Inggris tidak akan mengakui aktivitas NICA dalam badan-badan yang berada di bawah
kekuasaannya. Sayangnya, pihak Inggris mengingkari perjanjian tersebut. Kesempatan dan kelemahan yang ada dalam
pasal tersebut dipergunakan Inggris untuk menambah jumlah pasukannya yang berada di Magelang. Baca juga: Raden
Dewi Sartika: Kehidupan, Gagasan, dan Kiprahnya Puncak Pertempuran Pada 20 November 1945, di Ambarawa pecah
pertempuran antara TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto dan pasukan Inggris. Pada 21 November 1945, pasukan
Inggris yang berada di Magelang ditarik ke Ambarawa dan dilindungi oleh pesawat-pesawat udara. Pertempuran mulai
berkobar pada 22 November 1945, saat pasukan Inggris melakukan pengeboman terhadap kampung-kampung di sekitar
Ambarawa. Pasukan TKR bersama pasukan pemuda lain yang berasal dari Boyolali, Salatiga, dan Kartasura membentuk
garis pertahanan sepanjang rel kereta api dan membelah Kota Ambarawa. Dari arah Magelang, pasukan TKR dari Divisi
V/Purwokerto di bawah pimpinan Imam Adrongi melakukan serangan fajar. Serangan ini bertujuan untuk memukul
pasukan Inggris yang berkedudukan di Desa Pingit. Pasukan Imam pun berhasil menduduki Pingit. Sementara itu,
kekuatan di Ambarawa semakin bertambah dengan datangnya tiga batalion yang berasal dari Yogyakarta. Mereka adalah
Batalio 10 Divisi X di bawah pimpinan Mayor Soeharto, Batalion 8 di bawah pimpinan Mayor Sardjono, dan Batalion
Sugeng. Meskipun tentara Inggris sudah dikepung, mereka tetap mencoba menghancurkan kepungan tersebut. Kota
Ambarawa dihujani dengan tembakan meriam. Untuk mencegah jatuhnya korban, TKR diperintahkan untuk mundur ke
Bedono oleh masing-masing komandannya. Bala bantuan dari Resimen 2 dipimpin M. Sarbini dan Batalion Polisi
Istimewa dipimpin Onie Sastoatmodjo serta Batalion dari Yogyakarta berhasil menahan gerakan musuh di Desa Jambu. Di
Desa Jambu terjadi rapat koordinasi dipimpin oleh Kolonel Holand Iskandar. Rapat ini menghasilkan terbentuknya suatu
komando yang disebut Markas Pimpinan Pertempuran bertempat di Magelang. Pada 26 November 1945, salah satu
pimpinan pasukan harus gugur. Ia adalah Letnan Kolonel Isdiman, pemimpin pasukan asal Purwokerto. Posisinya pun
digantikan oleh Kolonel Soedirman. Sejak saat itu, situasi pertempuran berubah semakin menguntungkan pihak
TKR. Pada 5 Desember 1945, musuh berhasil terusir dari Desa Banyubiru. Baca juga: Ario Soerjo: Kehidupan, Kiprah,
dan Tragedi Pembunuhan Akhir Pertempuran Pada 11 Desember 1945, Kolonel Soedirman mengadakan perundingan
dengan mengumpulkan para komandan sektor. Berdasarkan dari laporan para komandan sektor, Kolonel Soedirman
menyimpulkan bahwa posisi musuh sudah terjepit. Maka perlu segera dilancarkan serangan terakhir, yaitu: Serangan
pendadakan dilakukan serentak dari semua sektor. Tiap-tiap komandan sektor memimpin serangan. Para pasukan badan-
badan perjuangan (laskar) disiapkan sebagai tenaga cadangan. Serangan akan dimulai pada 12 Desember pukul 04.30.
Pada 12 Desember 1945, pasukan TKR bergerak menuju target masing-masing. Dalam kurun waktu 1,5 jam, mereka
sudah berhasil mengepung kedudukan musuh dalam kota. Kota Ambarawa dikepung selama empat hari empat malam.
Pasukan Inggris yang sudah merasa terdesak berusaha untuk memutus pertempuran. Pada 15 Desember 1945, pasukan
Inggris meninggalkan Kota Ambarawa dan mundur ke Semarang. Tokoh yang Gugur Tokoh atau pejuang yang gugur
dalam Pertempuran Ambarawa pada 20 November 1945 sebagai upaya untuk mempertahankan kemerdekaan adalah Letkol
Isdiman. Letnan Kolonel Isdiman adalah perwira Tentara Keamanan Rakyat yang gugur dalam Pertempuran Ambarawa.
Isdiman lahir di Pontianak pada 12 Juli 1913. Letkol Isdiman merupakan orang kepercayaan dari Kolonel Soedirman
untuk mengatur siasat pertempuran di Ambarawa. Letkol Isdiman menjadi pemimpin pasukan yang berasal dari
Purwokerto. Semasa perjuangannya, Isdiman sudah berusaha menunjukkan keberanian dan kemampuannya sebagai
seorang pemimpin. Namun, sewaktu menjalankan tugas, Isdiman harus gugur. Ia diberondong tembakan pesawat tempur
RAF pada 26 November 1945. Ia pun dibawa ke Magelang. Namun, Letkol Isdiman gugur dalam perjalanan menuju ke
Magelang. Referensi:
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pertempuran Ambarawa: Latar Belakang, Tokoh, Akibat, dan
Akhir", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/22/161749679/pertempuran-ambarawa-latar-
belakang-tokoh-akibat-dan-akhir?page=all.
Penulis : Verelladevanka Adryamarthanino
Editor : Nibras Nada Nailufar
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L