Anda di halaman 1dari 128

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Rasionalisasi Pentingnya CBR

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai


alam semesta beserta isinya, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi didalamnya yang
dikembangkan oleh para ahli melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan secara teliti
dan hati-hati (Sujana,2014). IPA diberikan pada semua tingkatan sekolah mulai dari sekolah
dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT).

IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait
kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan , karena IPA
memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan . Dengan mempelajari IPA seseorang dapat belajar bagaimana cara agar dapat
bertahan hidup dengan baik.

Pengetahuan mengenai alam dan seisinya sangatlah penting untuk dijadikan dasar
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memilki bekal pengetahuan alam sejak dini, diharapkan
siswa mampu untuk menerapkannya dalam berbagai persoalan yang dihadapinya. Berbagai
gejala alam dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari melalui pengamatan dan penyelidikan.

Sebagai pendidik dan calon pendidik penting bagi kita untuk memiliki pemahaman
mengenai ilmu pengetahuan alam khususnya di SD . Dimana, pemahaman tersebut akan
membantu dan membimbing para pendidik dalam memberikan proses pembelajaran kepada
siswa yang sesuai sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Untuk itu kita harus mencari referensi sebanyak mungkin untuk menambah
pengetahuan kita tentang ilmu pengetahuan alam. Seringkali kita bingung memilih buku
referensi untuk kita baca dan pahami, terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca
tetapi hasilnya masih belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan,
oleh karena itu penulis membuat CBR Ilmu Pengetahuan Alam.

21
Melakukan Critical Book Review pada suatu buku dengan membandingkan nya dengan
buku lain sangat penting untuk dilakukan, dari kegiatan ini lah kita jadi mendapatkan informasi
yang kompeten dengan cara menggabungkan informasi dari buku yang lain. Hal ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi yang tepat terkhususnya untuk materi
Ilmu Pengetahuan Alam.

1.2.Tujuan Penulisan CBR


Adapun tujuan dari penulisan CBR ini yaitu :
1. Mengulas isi sebuah buku.
2. Mencari dan mengetahui informasi mengenai ilmu pengetahuan alam yang ada dalam
buku.
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap
bab dari tiap buku
4. Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari sebuah buku

1.3.Manfaat CBR
Adapun manfaat dari penulisan CBR ini yaitu :
1. Menambah pengetahuan tentang Ilmu Pengetahuan Alam
2. Manjadi referensi dalam memilih sebuah buku
3. Menambah pengetahuan tentang cara menulis buku yang baik

1.4.Identitas buku yang diriview :


1.4.1 Identitas buku utama
1. Judul : Ilmu Pengetahuan Alam 6 untuk SD/MI kelas 6
2. Edisi : Jil 6
3. Pengarang : Pama Leyn dan Surono
4. Penerbit : Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tahun terbit : 2010
7. ISBN : 978-979-095-432-8
1.4.2 Identitas buku pembanding
1. Judul : Ilmu Pengetahuan Alam 6 untuk SD/MI kelas VI
2. Edisi : Jil 6b
3. Pengarang : Sriyono

22
4. Penerbit : Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tahun terbit : 2010
7. ISBN : 978-979-095-131-0

23
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU


2.1 RINGKASAN BUKU UTAMA

BAB 1- CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP


Makhluk hidup mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan jenis lain. Mereka
memiliki bentuk penyesuaian diri yang merupakan cara untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Hewan dan tumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus untuk beradaptasi dengan
lingkungan.Kelalawar memiliki ciri khusus yaitu memiliki selaput tipis sayap mudah robek,
Kelelawar pemakan serangga mencari mangsa dengan sistem radar (ekolokasi). Cicak
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan cara mempunyai kaki berselaput, lidah
berperekat, dan memutuskan ekornya jika dalam keadaan bahaya.
Bebek mempunyai paruh pipih dan kaki berselaput tipis.Unta memiliki punuk yang
berisi lemak yang digunakan sebagai sumber tenaga, unta memiliki rambut tebal di punggung
untuk menjaga panas tubuhnya. Beruang kutub melakukan hibernasi. Hibernasi adalah
beristirahat atau tidur dalam keadaan dingin. Tumbuhan gurun yaitu kaktus memiliki daun
berbentuk duri, batang berlapis lilin,dan batang berdaging untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan air.Tumbuhan pemakan serangga mempunyai alat penjebak serangga, bisa berupa
piala atau daun berengsel. Tumbuhan air memiliki daun tipis dan lebar, batang berongga untuk
mengurangi penguapan.

BAB 2- PERKEMBANG BIAKAN MAKHLUK HIDUP


Setiap makhluk hidup berkembang biak. Dalam berkembang biak itu mereka memiliki
ciri khas tertentu. Makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu
tahapan dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia adalah masa pubertas. Masa pubertas
pada manusia terjadi pada usia 12 - 14 tahun.Alat kelamin pria adalah penis, sepasang testis,
dan sepasang saluran sperma. Alat kelamin wanita adalah vagina, rahim, sepasang ovarium,
dan sepasang saluran sel telur. Manusia, hewan dan tumbuhan memiliki cara tersendiri
untuk berkembang biak. Manusia berkembang biak dengan cara melahirkan. Hewan
berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar), beranak(vivipar), bertelur dan beranak
(ovovivipar).

24
Tumbuhan dapat berkembangbiak dengan cara vegetatif (tanpa perkawinan) dan
generatif (dengan proses perkawinan). Vegetatif terbagi menjadi dua yaitu vegetatif alami dan
vegetatif buatan. Vegetatif alami contohnya umbi batang, umbi lapis, rimpang dan geragih.
Vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara setek, cangkok, tempel (okulasi), sambung
pucuk, enten dan runduk. Perkembang biakan secara generatif dilakukan dengan cara
penyerbukan. Penyerbukan terbagi menjadi peyerbukan sendiri, penyerbukan tetangga,
penyerbukan silang dan penyerbukan bastar.

BAB 3 – MANUSIA DAN KESEIMBANGAN LINGKUNGAN


Kehidupan manusia berubah seiring dengan perkembangan dan peradaban manusia.
kemajuan manusia memengaruhi keseimbangan lingkungan. Berbagai kegitatan manusia yang
seringkali merusak lingkungan misalnya dengan adanya kemajuan di bidang transportasi, akan
timbul polusi, pengambilan kayu besar-besaran mempengaruhi dan merusak lingkungan.
Selain lingkungan, pemanfaatan hewan dan tumbuhan juga dapat menyebabkan kepunahan.
Kegiatan manusia yang ikut mempercepat kepunahan selain merusak lingkungan adalah
pengambilan bagian-bagian hewan tertentu yang langka dan dimanfaatkan sebagai makanan,
obat, koleksi, dan barang pajangan.

BAB 4 – PELESTARIAN MAKHLUK HIDUP


Pemanfaatan dan penggunaan bagian tubuh tumbuhan dan hewan mengancam
kelestarian hewan dan tumbuhan tersebut. beberapa hewan langka yang harus dilindungi antara
lain komodo yang merupakan reptil tertua, burung cendrawasih yang merupakan hewan khas
papua, badak jawa, orang utan, elang bondol yang merupakan jenis burung laut, jalak bali,
buaya, gajah. Sedangkan tumbuhan yang harus dilindungi untuk terus dijaga kelestariannya
adalah bunga raflesia dan pohon eboni.
Untuk mencegah kepunahan hewan dan tumbuhan, ada beberapa cara yang dapat
diterapkan untuk menjaga kelestarian alam seperti membuat peraturan tegas yang melarang
pemburuan hewan-hewan dan tumbuhan langka, pembudidayaan satwa dan tumbuhan langka
juga dilakukan pemerintah indonesia untuk melindungi dari kepunahan. Selain itu, membuat
wilayah sebagai tempat hidup hewan dan tumbuhan tertentu seperti suaka margasatwa dan
membangun taman laut, menggunakan tiruan bagian tubuh tumbuhan atau hewan.

25
BAB 5 – KONDUKTOR DAN ISOLATOR
Benda-benda yang dapat menghantarakan panas disebut konduktor panas. benda-benda
yang tidak dapat menghantarkan panas disebut isolator. Benda mempunyai kemampuan
menghantarkan panas yang berbeda-beda. Semua logam merupakan penghantar panas.
aluminium merupakan penghantar panas yang baik.

BAB 6 – PERUBAHAN BENDA


1. Pelapukan Kayu
Pelapukan kayu terjadi karena adanya pergantian suhu yang berlangsung terus
menerus. Suhu panas dan dingin menyebabkan permukaan kayu tidak licin, kayu menjadi
empuk, dan keropos. Kayu yang terkena air akan mempunyai kelembapan tinggi. Kayu itu
menjadi cepat lapuk karena kayu itu juga akan menjadi tempat hidup jamur. Pelapukan kayu
juga disebabkan oleh rayap atau serangga bubuk kayu. Hewan-hewan tersebut memakan
batang kayu sampai akhirnya keropos dan lapuk.
2. Perkaratan Logam
Besi pada bagian tertentu yang terdapat bercak-bercak kuning kecoklatan atau
kehitaman dan mungkin juga telah aus atau berlubang, itulah disebut karat. Oksigen banyak
terdapat di dalam air. Oleh karena itu, reaksi oksidasi banyak terjadi di udara lembap yang
banyak mengandung air. Selain di permukaan, karat juga dapat terjadi pada bagian dalam
karena oksigen dari udara dapat menembus lapisan dalam logam. Akibatnya besi akan menjadi
berkarat dan keropos. Perkaratan pada besi dapat dicegah dengan cara menutupi permukaan
besi dengan cat atau dengan pelumas. Lapisan cat akan menghalangi sentuhan langsung antara
besi pagar dengan oksigen di udara.
3. Pembusukan Makanan
Basi artinya berbau tidak sedap atau berasa masam. Basi merupakan salah satu tahap
awal dalam proses pembusukan. Buah-buahan yang berair, berdaging, dan berkulit tipis lebih
cepat membusuk. Kulitnya yang tipis dan kondisinya yang berair menjadikan bakteri mudah
berkembang biak di sana.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Benda


a. Suhu yang selalu berubah terus- menerus setiap saat.
b. Kelembapan menyebabkan benda mengalami perubahan setiap saat. Di daerah berair
umumnya tingkat kelembapan lebih tinggi.

26
c. Kuman dan mikroba. Kuman dan mikroba dapat dengan mudah menempel pada
makanan, buah, dan sayur. Kondisi suhu dan kelembapan yang mendukung akan
mempercepat pertumbuhan kuman dan mikroba.
d. Serangga umumnya membantu pelapukan. Rayap memakan kayu, kertas, dan
sebagainya. Serangga tertentu membawa bibit kuman yang membantu pembusukan.
e. Kadar garam. air garam akan mempercepat perkaratan.
f. Keasaman. Proses perkaratan besi akan berlangsung lebih cepat pada daerah yang
tingkat keasamannya tinggi yang biasanya merupakan daerah dengan tingkat
pencemaran udaranya tinggi.

BAB 7 –PEMANFAATAN BENDA


Sifat-sifat Benda
1. Karet. Ada dua jenis karet, yaitu karet alami dan karet sintetis. Karet alami dibuat
dari lateks yaitu getah yang diambil dari pohon karet. Karet merupakan tumbuhan
asli Amerika Tengah dan Selatan, namun banyak tumbuh di daerah khatulistiwa.
Getah pohon karet diambil dengan cara disadap.
2. Logam adalah bahan hasil tambang. Logam dibagi menjadi dua jenis, yaitu logam
murni dan logam campuran. - Logam murni berbentuk padat pada suhu ruangan,
kecuali raksa. Beberapa contoh logam murni adalah tembaga, platina, perak, dan
emas. - Logam campuran adalah campuran dari beberapa logam murni. Contohnya
adalah perunggu (campuran timah dan tembaga), serta kuningan (campuran tembaga
dan seng). Sifat-sifat umum yang dimiliki logam antara lain keras dan mengkilap;
mudah dibentuk melalui proses peleburan; dapat dibengkokkan tanpa patah; dapat
dibuat menjadi kabel; penghantar listrik dan panas yang baik; serta dapat ditarik oleh
magnet (beberapa jenis logam).
3. Kayu memiliki beberapa sifat yaitu kuat, mudah dipotong dan dibentuk; serta
penghantar panas yang buruk. Namun, kayu memiliki kelemahan. Kayu yang tidak
diawetkan mudah dimakan rayap sehingga menjadi lapuk. Coba ingat kembali
terjadinya pelapukan!
4. Plastik, Beberapa keunggulan dan sifat khusus yang dimiliki plastik adalah lebih
ringan dan mudah dibentuk; tidak tembus air; harganya relatif lebih murah; dan tidak
menghantarkan listrik (isolator).

27
BAB 8 - PENGGUNAAN DAN PERPINDAHAN ENERGI
A. Gaya Berpengaruh Terhadap Gerak
Gaya berkaitan dengan gerak benda. Jika kamu memberikan tarikan pada suatu
benda, benda tersebut pasti akan bergerak. Contohnya, ketapel dengan kaleng.
Terjadinya gerak isi ketapel dang gerak kaleng dipengaruhi oleh tarikan. Pada ketapel
tarikan berasal dari karet yang dipasang pada kayu, sedangkan gerak kaleng
dipengaruhi tarikan karet yang dikaitkan pada kaleng.

B. Perpindahan dan Perubahan Energi Listrik


Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Ada berbagai macam bentuk
energi yaitu:
- Energi gerak
- Energi potensial
- Energi panas
- Energi cahaya
- Energi kimia
Listrik merupakan salah satu kebutuhan paling utama. Arus listrik dapat
menghasilkan energi yang dinamakan energi listrik.
Sumber timbulnya gejala kelistrikan dinamakan sumber energi listrik. Ada
beberapa sumber energi listrik yaitu :
- Matahari
- Angin
- Air
- Bahan kimia
Rangkaian listrik dapat menghidupkan lampu dan peralatan lain. Dengan membuat
variasi rangkaian dapat dinyalakan beberapa buah lampu. Variasi rangkaian adalah
rangkaian seri, rangkaian paralel atau campuran antara rangkaian seri dan paralel.
- Rangkaian seri merupakan rangkaian listrik yang disusun secara berderet
- Rangkaian paralel merupakan rangkaian listrik yang disusun secara sejajar.
Benda yang dapat menghantarkan arus listrik disebut konduktor listrik.
Benda yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut isolator listrik.

28
Seperti energi lain, listrik dapat berubah ke bentuk energi lain. Beberapa bentuk
perubahan energi listrik adalah sebagai berikut.
- Energi listrik berubah menjadi energi cahaya
- Energi listrik berubah menjadi energi gerak
- Energi listrik berubah menjadi energi kalor atau panas
- Energi listrik berubah menjadi energi bunyi
- Energi listrik berubah menjadi energi kimia

BAB 9 - ENERGI DAN PENGHEMATANNYA


A. Penghematan Energi
Sebagai tindakan sederhana, kamu dapat mulai menghemat energi listrik
dilingkungan, misalnya :
- Menggunakan peralatan listrik yang memerlukan energi sangat kecil
- Memadamkan lampu dan berbagai peralatan lsitrik
Penghematan energi, tidak hanya pada energi listrik saja. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk menghemat, antara lain sebagai berikut.
- Makan makanan secukupnya
- Menggunakan air secukupnya
- Menggunakan kendaraan seefektif mungkin untuk mengurangi bahan bakar
- Bila memasak dengan kompor, pakailah gas sesuai kebutuhan saja.
B. Prakarya dengan Energi Listrik
- Prakarya dengan bel listrik
- Prakarya model lampu lalu lintas

BAB 10 – TATA SURYA


Planet adalah benda langit yang tidak memiliki cahaya. Ada 8 buah planet.
 Planet dalam: Merkurius dan Venus
 Planet luar: Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

Urutan planet dari yang terdekat dengan matahari:


 Merkurius adalah planet terdekat dengan Matahari.
 Venus adalah planet terdekat dengan Bumi dijuluki Bintang Kejora.
 Bumi dijuluki planet kehidupan
29
 Mars dijuluki planet merah
 Jupiter adalah planet terbesar dalam tata surya
 Saturnus adalah planet terindah karena memiliki cincin besar
 Uranus sering disebut kembaran Saturnus
 Neptunus adalah planet terjauh
Makin jauh planet dari matahari waktu revolusinya makin panjang. Revolusi tercepat
dilakukan oleh Merkurius (88 hari) dan yang terlama adalah Neptunus (164,79 tahun). Sistem
tata surya adalah susunan benda-benda langit terdiri dari matahari, delapan planet dan berbagai
benda langit yang mengelilinginya. Matahari adalah pusatnya. Benda langit lain dalam tata
surya: satelit, asteroida, meteorid, dan komet.

BAB 11 – GERAK BUMI, BULAN DAN MATAHARI


Gerakan bumi adalah rotasi (berputar pada porosnya) dan revolusi (berputar mengelilingi
matahari). Gerakan bulan adalah rotasi, revolusi mengelilingi bumi, dan revolusi bersama-sama
Bumi mengelilingi matahari. Akibat rotasi bumi:
 terjadinya siang dan malam
 matahari terbit dari timur ke barat
 terjadi perbedaan waktu
 terjadi pergerakan angin

Akibat revolusi bumi dan bulan:


 terjadinya gerhana bulan dan matahari
 terjadinya perubahan musim
 terjadinya gerak semu matahari tahunan
Tahun masehi: dihitung menurut perputaran bumi mengelilingi matahari (revolusi). Satu
tahun terdiri dari 365,25 hari terbagi dalam 12 bulan. Tahun hijriah: dihitung berdasarkan
peredaran bulan mengelilingi Bumi. Satu tahun hijriah terdiri dari 354 hari terbagi dalam 12
bulan.

30
2.2 RINGKASAN BUKU PEMBANDING

BAB 1 – CIRI KHUSUS MAKHLUK HIDUP


Tiap-tiap makhluk hidup memiliki ciri yang berbeda-beda. Beberapa jenis makhluk
hidup memiliki ciri khusus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mencari makan,
melindungi diri dari musuh, dan bertahan terhadap perubahan suhu. Ciri khusus kelalawar yaitu
pada saat terbang memancarkan bunyi yan berfrekuensi tinggi melalui mulut dan hidungnya.
Bunyi itu akan memantulkan gema yang akan digunakan untuk mendeteksi makanan. Ciri
khusus anjing laut dan penguin yaitu memiliki bulu yang tebal dan memiliki lemak yang tebal
di bawah kulit. Ciri khusus itik yaitu memiliki selaput di kakinya. Bunglon dapat merubah
warna tubuhnya sesuai dengan lingkungannya (mimikri).
Cicak memiliki cekungan di telapak kaki yang dapat melekat, cicak juga memutuskan
ekornya untuk melindungi diri dari musuh (autotomi). Cumi-cumi memuncratkan tinta hitam
dari tubuhnya untuk melindunginya dari musuh. Kalajengking, lebah, ular dan laba-laba
mengeluarkan racun untuk melindungi dirinya. Beberapa pohon menggugurkan daunnya pada
saat musim kemarau untuk berataptasi dengan lingkungan dan bertahan hidup. Kantong semar
memiliki kantong yang berisi cairan untuk mencerna mangsanya. Kaktus memiliki duri pada
batangnya, berbatang tebal dan berdaging untuk menyimpan air. Bagian batang berguna untuk
menyimpan air. Tumbuhan lain yang melindungi dirinya dengan duri yaitu mawar, bougenviel,
durian dan nanas.

BAB 2– PERKEMBANGBIAKAN MAKHLUK HIDUP


Salah satu ciri khas makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembangbiak. Semua
makhluk hidup mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan pada manusia mengakibatkan
perubahan tinggi dan berat badan. Pada usia tertentu terjadi pertumbuhan khas pada tubuh
manusia, misalnya tumbuh kumis dan janggut pada pria dan membesarnya payudara pada
wanita. Cara perkembangbiakkan makhluk hidup berbeda-beda. Manusia berkembang melalui
proses perkawinan yang diawali dengan terjadinya pembuahan antara sel telur dengan sel
sperma. Manusia berkembang biak dengan cara melahirkan. Hewan berkembang biak dengan
cara membelah diri contohnya amoeba, bertunas contohnya hydra, fragmentasi contohnya
cacing pita dan cacing planaria , bertelur (ovipar) contohnya yaitu golongan unggas, serangga,
katak dan reptil, melahirkan (vivipar) contohnya hewan mamalia dan bertelur melahirkan
(ovovivipar) contonya ular, kadal dan buaya.

31
Tumbuhan memiliki berbagai cara perkembangbiakkan yaitu vegetative(tanpa
perkawinan) dan generative (dengan perkawinan). Perkembangbiakan secara vegetatif terbagi
menjadi vegetatif alami dan vegetatif buatan. Perkembangbiakan vegetatif alami misalnya
umbi batang, umbi lapis, rimpang, geragih dan tunas. Perkembangbiakan vegetatif buatan
misalnya setek, cangkok, tempel (okulasi), sambung pucuk (enten), runduk.
Perkembangbiakan secara generatif yaitu perkembangbiakkan dengan menggunakan sel
kelamin dengan melalui proses penyerbukan dan pembuahan. Perkembang biakan secara
generative melalui pertemuan serbuk sari dan kepala putik.

BAB 3 – KESEIMBANGAN EKOSISTEM


Makluk hidup itu hidup di suatu tempat yang disebut habitat. Makhluk hidup yang
sejenis yang hiudp di suatu tempat disebut populasi. Individu merupakan bagian dari populasi.
Hal-hal yang mempengaruhi perubahan populasi antara lain ruang gerak atau tempat hidup,
ketersediaan makanan, keberadaan musuh, peristiwa alam, dan cara berkembang biak.
Populasi-populasi itu hidup berinteraksi dalam sebuah habitat membentuk komunitas.
Komunitas adalah kumpulan beberapa populasi yang hidup berinteraksi dalam suatu habitat.
Satu kesatuan yang terdiri dari komunitas makluk hidup dan benda-benda tak hidup serta terjadi
peristiwa saling ketergantungan satu sama lain disebut ekosistem.
Kerusakan ekosistem berakibat terganggunya kehidupan makhluk hidup dan bahkan
dapat mengakibatkan punahnya suatu jenis makluk hidup. Akibat ulah manusia yang gemar
berburu burung maka jumlah burung menurun, sehingga jumlah hama meningkat. Penggunaan
bahan kimia dan penebangan hutan secara liat juga dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem. Menyemprot tanaman menggunakan pestisida yang merupakan bahan kimia untuk
membasmi hama tanaman.
Selain terjadi akibat curah hujan tinggi, banjir juga terjadi akibat kerusakan hutan.
Penjarahan kayu di hutan dan penebangan secara liar mengakibatkan hutan rusak, pohon-pohon
di hutan semakin berkurang dan bahkan tidak ada lagi sehingga tanah menjadi gundul.Untuk
menjaga ekosistem, misalnya dengan cara menjaga kelestarian hutan dan tidak menggunakan
bahan kimia untuk keperluan bercocok tanam, membuat barang tiruan, membuat undang-
undang perlindungan dan pelestarian alam, dan pengaturan penebangan.

32
BAB 4 – PELESTARIAN MAKHLUK HIDUP
Akibat kerusakan hutan dan pencemaran lingkungan beberapa hewan dan tumbuhan
terancam kepunahan. Ada beberapa hewan yang mendekati kepunahan, misalnya gajah,
harimau, komodo, tapir, anoa, orang utan, cendrawasih, dan harimau. Beberapa jenis tumbuhan
yang terancam kepunahan misalnya tanaman alpina, tanaman bunga raflesia dan tanaman
keben. Ada beberapa cara untuk menjaga kelestarian jenis makhluk hidup yang terancam
kepunahan. Antara lain dengan mengadakan konservasi, menyediakan suaka alam seperti
suaka margasatwa dan cagar alam, serta pembiakan buatan.

BAB 5 – KONDUKTOR DAN ISOLATOR


Benda yang dapat menghantarkan panas disebut konduktor, dan benda yang tidak dapat
menghantarkan panas disebut isolator. Benda konduktor umumnya terbuat dari bahan logam
seperti aluminium, besi, tembaga, dan seng. Benda isolator umumnya terbuat dari bahan bukan
logam seperti karet, kayu, plastik, kertas, dan kain.

BAB 6 – PERUBAHAN BENDA


1. Pembusukan. Kompos merupakan pupuk alami yang dapat menggemburkan tanah dan
menyuburkan tanaman. Kompos berasal dari tumbuhan. Daun-daun tumbuhan
membusuk menjadi kompos. Pembusukan daun-daun tumbuhan itu disebabkan karena
adanya makhluk hidup sangat kecil yang disebut bakteri. Bakteri itu menguraikan daun-
daun tumbuhan itu sehingga membusuk. Pembusukan terjadi pada bahan-bahan
organik, seperti bahan-bahan makanan dan daun-daunan.
2. Pelapukan. Menjaga agar benda dari bahan kayu tidak cepat lapuk antara lain dengan
cara mengecat. Dengan cat itu membuat kayu tidak terkena air dan udara secara
langsung. Kayu yang terkena air dan udara secara langsung lebih cepat mengalami
pelapukan.
3. Perkaratan. Perkaratan terjadi pada benda logam, seperti besi, tembaga, dan kuningan.
Akibat perkaratan, benda-benda logam yang semula kukuh dan kuat menjadi rapuh.
Cara menjaga agar benda logam tidak cepat berkarat antara lain dengan cara mengecat.

BAB 7 – GAYA DAN GERAK BENDA


Pengaruh Gaya Terhadap Gerak

33
1. Darma menarik gerobak, Rudi mendorong dari belakang. Gerobak bergerak, Darma
dan Rudi mengadakan gaya pada gerobak, sehingga gerobak menjadi bergerak.
2. Gerbong ditarik lokomotif. Lokomotif mengadakan gaya pada gerbong. Gerbong
bergerak karena ditarik lokomotif.
Besar kecilnya gaya dapat diukur dengan alat yang disebut dinamometer. Penerapan
hubungan antara gaya dan perubahan bentuk benda misalnya pada industri genteng, industri
gerabah, dan bengkel kenteng kendaraan atau mobil. Satuan gaya adalah kilogram force (kgf),
newton, dan dyne. Hubungan antara ketiga satuan tersebut adalah 1 kgf = 9,8 newton.

BAB 8 - ENERGI LISTRIK


A. Arus Listrik
Arus listrik adalah muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar. Aliran
listrik dapat terjadi karena adanya beda potensial atau tegangan antara kedua ujung
suatu penghantar. Beda potensial atau tegangan merupakan selisih gaya listrik antara
dua titik sembarang pada suatu rangkaian listrik. Besar tegangan listrik dinyatakan
dengan satuan volt. Alat untuk mengukur tegangan listrik disebut voltmeter.
Arus listrik mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah. Besar arus listrik
dinyatakan dengan ampere. Pada rangkaian listrik terbuka, tidak terjadi aliran listrik.
B. Arus listrik dapat Mengalir Melalui Benda Benda Tertutup
Pada alat-alat listrik, kabel berfungsi sebagai penghantar arus listrik. Dengan
adanya kabel, arus dari sumber listrik dapat mengalir sehingga peralatan listrik dapat
berfungsi atau bekerja. Arus listrik yang mengalir melalui penghantar akan mengalami
hambatan. Hambatan suatu penghantar bergantung pada jenis penghantar, luas
penampang penghantar dan panjang penghantar. Hambatan arus listrik dapat diukur
dengan alat ohm-meter. Satuan hambatan adalah ohm.
C. Perubahan Energi Listrik dan Manfaatnya
Salah satu bentuk energi adalah energi listrik. Energi listrik banyak dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan. Contohnya adalah kipas angin yang semula diam menjadi
berputar. Hal ini terjadi karena pada kipas angin, energi listrik diubah menjadi energi
gerak. Alat penggerak pada kipas angin berupa motor listrik. Arus listrik yang mengalir
melalui motor listrik akan menggerakkan motor tersebut. Jika motor listrik
dihubungkan dengan baling baling, misalnya pada kipas angin, baling baling akan
berputar. Untuk memudahkan dalam memutus dan mengalirkan arus listrik pada alat
34
listrik dipasang sakelar. Sakelar berguna untuk menyambung dan memutuskan arus
listrik.
D. Penghematan Energi Listrik
Sejalan dengan perkembangan teknologi, dalam kehidupannya manusia sangat
bergantung pada energi minyak bumi dan energi listrik. Sumber-sumber energi listrik
terbatas jumlahnya, sedangkan kebutuhan akan energi listrik terus meningkat. Jika hal
ini terjadi secara terus menerus, maka kebutuhan akan energi listrik tidak seimbang
dengan pengadaannya. Maka suatu ketika akan terjadi krisis (kelangkaan) akan energi
listrik. Untuk itulah penggunaan energi (minyak bumi) harus berdasarkan asas manfaat,
serta tidak boleh boros.

BAB 9 - MEMBUAT KARYA (MODEL) PENERAPAN ENERGI LISTRIK


1. Sirine
Sirine merupakan peralatan listrik yang dapat menimbulkan suara khas dan
memberikan kesan tersendiri bagi orang yang mendengarkannya. Pada umumnya raungan
suara sirine mengingatkan kita pada suatu keadaan darurat dan memerlukan perhatian khusus.
Sirine dapat digunakan sebagai peringatan dan tanda bahaya.
2. Bel Listrik
Bel listrik dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Dirumah, bel listrik dapat
membantu tamu yang datang. Disekolah bel listrik digunakan sebagai tanda masuk sekolah,
istirahat dan pulang.
3. Alarm Penanda Banjir
Bahaya banjir biasanya terjadi secara mendadak atau tiba-tiba setelah terjadi hujan
deras dalam waktu yang lama. Untuk menghindarkan kerugian yang lebih besar akibat bahaya
atau bencana banjir dapat diatasi dengan pemasangan alarm penanda banjir. Dalam alarm
penanda banjir dapat diketahui terlebih dahulu akan datangnya banjir, sehingga dapat
dilakukan usaha-usaha penyelamatan.

BAB 10 – SISTEM TATA SURYA


Susunan yang terdiri dari matahari dan benda-benda langit yang bergerak mengelilingi
matahari disebut tata surya. Planet yang mengelilingi matahari ada delapan, yaitu Merkurius,
Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Selain planet, ada benda-benda
langit lainnya yang juga mengelilingi matahari, yaitu Asteorid, Komet, Meteoroid, dan Satelit.
35
Bintang adalah benda langit yang memancarkan cahaya sendiri. Matahari termasuk bintang.
Permukaan matahari disebut fotosfer. Planet tidak memancarkan cahayanya sendiri, tetapi
hanya memantulkan cahaya yang diterima dari bintang. Matahari merupakan bola gas yang
sangat besar dan berpijar.
Matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan. Merkurius merupakan
planet terkecil dalam tata surya kita. Venus adalah planet yang paling dekat dengan bumi.
Venus disebut juga planet putih. Bumi merupakan satu-satunya planet yang dihuni manusia.
Mars disebut juga planet merah. Yupiter merupakan planet terbesar dalam tata surya kita.
Saturnus merupakan planet yang paling indah, karena memiliki cincincincin yang
melingkarinya. Uranus berbentuk seperti cakram dan berwarna hijau laut. Neptunus dan
Uranus dikenal sebagai planet kembar karena bentuk dan ukuran keduanya yang mirip.
Asteroid adalah benda-benda langit kecil menyerupai planet yang bergerak mengelilingi
matahari. Lintasan asteroid terletak di antara Mars dan Yupiter.

BAB 11 – ROTASI DAN REVOLUSI BUMI


Bumi melakukan dua gerakan sekaligus, yaitu rotasi dan revolusi. Rotasi yaitu rotasi
bumi (akibanya : Terjadinya siang dan malam, Terjadinya perbedaan waktu, Terjadinya gerak
semu matahari) sedangkan revolusi terbagi menjadi dua yaitu revolusi bumi (akibatnya : Dasar
perhitungan pembuatan kalender Masehi (Syamsiah), Terjadinya pergantian musim) dan
revolusi bulan (akibatnya : Dasar perhitungan pembuatan kalender Komariah, Terjadinya
pasang surut air laut). Dan terjadi gerhana yang dibagi dua yaitu : gerhana bulan dan gerhana
matahari.
Jadi berdasarkan analisis dari kedua buku, gerakkan di tata surya terbagi menjadi :
1. Gerakan bumi yang terdiri dari : rotasi bumi dan revolusi bumi (akibatnya telah
dijelaskan diatas)
2. Gerakan bulan yang terdiri dari : revolusi bulan
Gerhana juga terbagi menjadi dua yaitu gerhana bulan dan gerhana matahari. Tahun
masehi dihitung menurut perputaran bumi mengelilingi Matahari (revolusi). Tahun hijriah
disebut juga Tahun Bulan. Mengapa? Karena, dasar perhitungannya adalah lama bulan
mengitari Bumi.

36
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PEMBAHASAN ISI BUKU


a. Pembahasan Bab 1 tentang Ciri Khusus Makhluk Hidup
Dalam buku utama dijelaskan bahwa hewan dan tumbuhan mempunyai ciri-ciri
khusus untuk beradaptasi dengan lingkungan.Kelalawar memiliki ciri khusus yaitu
memiliki selaput tipis sayap mudah robek, Kelelawar pemakan serangga mencari
mangsa dengan sistem radar (ekolokasi). Cicak menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dengan cara mempunyai kaki berselaput, lidah berperekat, dan
memutuskan ekornya jika dalam keadaan bahaya. Bebek mempunyai paruh pipih dan
kaki berselaput tipis. Kaktus memiliki daun berbentuk duri, batang berlapis lilin,dan
batang berdaging untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan air.
Sedangkan dalam buku pembanding dijelaskan bahwa makhluk hidup memiliki
ciri khusus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mencari makan,
melindungi diri dari musuh, dan bertahan terhadap perubahan suhu. Ciri khusus
kelalawar yaitu pada saat terbang memancarkan bunyi yan berfrekuensi tinggi melalui
mulut dan hidungnya. Bunyi itu akan memantulkan gema yang akan digunakan untuk
mendeteksi makanan. Ciri khusus itik yaitu memiliki selaput di kakinya. Cicak
memiliki cekungan di telapak kaki yang dapat melekat, cicak juga memutuskan ekornya
untuk melindungi diri dari musuh (autotomi). Kaktus memiliki duri pada batangnya,
berbatang tebal dan berdaging untuk menyimpan air.

Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa makhluk hidup


memiliki ciri khusus yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Ciri khusus
tersebut membantu mereka untuk berdaptasi dengan lingkungannya , mencari makanan
dan melindungi dirinya. Ciri khusus kelalawar yaitu kelalawar memiliki
pendeteksi(system radar) untuk mencari makanan dan melidungi diri. Cicak memiliki
perekat dibagian kakinya dan cicak akan memutuskan ekor ketika merasa ada ancaman.
Itik memiliki ciri khusus yaitu memiliki selaput pada kakinya yang memudahkannya
untuk berenang dan mencari makan. Kaktus memiliki duri pada bagian tubuhnya dan
memiliki daging pada batangnya untuk menyimpan air.

37
b. Pembahasan Bab 2 tentang Perkembangbiakkan Makhluk Hidup
Dalam buku utama dijelaskan bahwa setiap makhluk hidup berkembang biak.
Manusia berkembang biak dengan cara melahirkan. Hewan berkembang biak dengan
cara bertelur (ovipar), beranak(vivipar), bertelur dan beranak (ovovivipar). Tumbuhan
dapat berkembangbiak dengan cara vegetatif (tanpa perkawinan) dan generatif (dengan
proses perkawinan). Vegetatif terbagi menjadi dua yaitu vegetatif alami dan vegetatif
buatan. Vegetatif alami contohnya umbi batang, umbi lapis, rimpang dan geragih.
Vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara setek, cangkok, tempel (okulasi),
sambung pucuk, enten dan runduk. Perkembangbiakan secara generatif dilakukan
dengan cara penyerbukan. Penyerbukan terbagi menjadi peyerbukan sendiri,
penyerbukan tetangga, penyerbukan silang dan penyerbukan bastar.
Sedangkan dalam buku pembanding dijelaskan bahwa salah satu ciri khas
makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembangbiak. Manusia berkembang biak dengan
cara melahirkan. Hewan berkembang biak dengan cara membelah diri contohnya
amoeba, bertunas, fragmentasi , bertelur (ovipar), melahirkan (vivipar) dan bertelur
melahirkan (ovovivipar) . Tumbuhan memiliki berbagai cara perkembangbiakkan yaitu
vegetative(tanpa perkawinan) dan generative (dengan perkawinan). Perkembangbiakan
secara vegetatif terbagi menjadi vegetatif alami dan vegetatif buatan.
Perkembangbiakan vegetatif alami misalnya umbi batang, umbi lapis, rimpang, geragih
dan tunas. Perkembangbiakan vegetatif buatan misalnya setek, cangkok, tempel
(okulasi), sambung pucuk (enten), runduk. Perkembangbiakan secara generatif yaitu
perkembangbiakkan dengan menggunakan sel kelamin dengan melalui proses
penyerbukan dan pembuahan. Perkembang biakan secara generative melalui pertemuan
serbuk sari dan kepala putik.
Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa setiap makhluk
hidup berkembang biak. Makhluk hidup memiliki cara berkembangbiak yang berbeda-
beda. Manusia berkembangbiak dengan cara melahirkan. Hewan berkembang biak
dengan cara bertelur (ovipar), melahirkan (vivipar), bertelur dan melahirkan
(ovovivipar). Tumbuhan berkembangbiak secara vegetatif dan generatif. Vegetative
terbagi menjadi vegetative alami dan vegetative buatan. Perkembangbiakan secara
generatif melalui proses penyerbukan.

38
c. Pembahasan Bab 3 tentang Keseimbangan Ekosistem
Didalam pembahasan buku utama mengenai kerusakan lingkungan, diberikan
beberapa contoh kegiatan manusia yang dapat merusak lingkungan seperti timbulnya
polusi akibat kemajuan transporatasi, pengambilan kayu secara besar-besaran,
penggunaan bahan kimia berlebihan, penggunaan pupuk berlebihan, pembakaran
hutan, pembuangan limbah ke sungai, penangkapan ikan dengan bahan peledak, dan
percobaan senjata nuklir.
Didalam pembahasan buku pembanding mengenai kerusakan ekosistem, dapat
diketahui bahwa kegiatan yang merusak ekosistem seperti ulah manusia yang gemar
berburu, penggunaan bahan kimia dan penebangan hutan liar, memupuk dan
menyemprot tanaman menggunakan pestisida, dan penjarahan kayu hutan secara liar.
Berdasarkan paparan kedua buku, dapat diketahui bahwa kerusakan lingkungan
atau ekosistem sangat erat kaitannya dengan ulah manusia, seperti pengambilan dan
penjarahan kayu besar-besaran dan liar, penggunaan pupuk & pestisida berlebihan,
penggunaan bahan kimia, penebangan hutan liar, penggunaan bahan kimia, polusi
akibat kemajuan transportasi, penangkapan ikan dengan bahan peledak, dan percobaan
senjata nuklir.
Di dalam buku utama, dijelaskan bahwa ada beberapa jenis tumbuhan yang
sering dimanfaatkan yang mengarah pada ketidakseimbangan ekosistem seperti kayu
jati, kayu cendana dan gaharu, kayu besi dan kayu hitam, dan kayu ulin. Sedangkan
bagian-bagian hewan yang dimanfaatkan seperti penyu, gajah, cendrawasih, ular dan
buaya, ikan hiu, harimau sumatera, dan paus. Sedangkan di dalam buku pembanding
dijelaskan bahwa ada beberapa hewan yang diambil bagian tubuhnya seperti rusa dan
gajah, ular dan buaya.
Berdasarkan kedua buku, dapat diketahui bahwa hewan-hewan yang terancam
punah akibat diambil dan dimanfaatkan bagian tubuhnya yang paling banyak adalah
gajah, ular, dan buaya.

d. Pembahasan Bab 4 tentang pelestarian makhluk hidup


Didalam buku utama, memperlihatkan beberapa jenis hewan yang terancam
punah seperti komodo, cendrawasih, badak jawa, orang utan, elang bondol, jalak bali,

39
buaya, dan gajah. Sedangkan tumbuhan yang terancam punah seperti pohon eboni dan
bunga raflesia.
Didalam buku pembanding, diberikan contoh hewan-hewan yang mendekati
kepunahan yaitu gajah, harimau, komodo, tapir, anoa, orangutan, dan cendrawasih.
Adapun beberapa jenis tumbuhan yang terancam punah didalam buku pembanding
seperti tanaman alpina, tanaman bunga raflesian, dan tanaman keben.
Berdasarkan kedua materi diatas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa jenis
hewan dan tumbuhan yang terancam punah dan memerlukan perhatian khusus agar
terus dilesatarikan seperti komodo, cendrawasih, orangutan, badak jawa, dan gajah.
Sedangkan tumbuhan yang terancam punah ialah tanaman bunga raflesia, pohon eboni,
tanaman alpina, dan tanaman keben.
Untuk mengatasi kepunahan hewan dan tumbuhan, buku utama menjelaskan
beberapa upaya agar kepunahan hewan dan tumbuhan tidak terjadi seperti membuat
peraturan, membuat wilayah tempat tinggal hewan dan tumbuhan tertentu seperti suaka
margasatwa dan taman laut, menggunakan tiruan bagian hewan dan tumbuhan.
Sedangkan dalam buku pembanding, dijelaskan ada beberapa hal yang harus
dilakukan untuk menjaga kelestarian hewan dan tumbuhan seperti mengadakan
konservasi, menyediakan cagar alam dan suakamargasatwa, dan pembiakan buatan.
Berdasarkan buku utama dan pembanding, dapat disimpulkan bahwa untuk
menjaga kelestarian hewan dan tumbuhan dari kepunahan, ada beberapa cara yang
harus dilakukan yaitu membuat peraturan, membuat wilayah konservasi, menggunakan
tiruan bagian hewan dan tumbuhan, serta pembiakan buatan.

e. Pembahasan Bab 5 tentang konduktor dan isolator


Didalam buku utama, dijelaskan bahwa Benda-benda yang dapat
menghantarakan panas disebut konduktor panas. Semua logam merupakan penghantar
panas, dan aluminium merupakan penghantar panas yang baik. Sedangkan benda-benda
yang tidak dapat menghantarkan panas disebut isolator. Benda mempunyai kemampuan
menghantarkan panas yang berbeda-beda.
Sedangkan didalam buku pembanding dijelaskan bahwa Benda yang dapat
menghantarkan panas disebut konduktor yang umumnya terbuat dari bahan logam
seperti aluminium, besi, tembaga, dan seng. Benda yang tidak dapat menghantarkan

40
panas disebut isolator yang umumnya terbuat dari bahan bukan logam seperti karet,
kayu, plastik, kertas, dan kain.
Berdasarkan buku utama dan buku pembanding, dapat diketahui bahwa ada dua
jenis benda, yaitu benda konduktor dan benda isolator. Benda konduktor adalah benda
yang dapat menghantarkan panas yang umumnya terbuat dari bahan logam seperti
aluminium, seng, tembaga, dan besi. Bahan yang paling baik untuk menghantarkan
panas adalah aluminium. Benda isolator adalah benda yang tidak dapat menghantarkan
panas yang umumnya terbuat dari bahan bukan logam seperti kayu, kain, plastik, dan
kertas.

f. Pembahasan bab 6 tentang perubahan benda


Didalam pembahasan buku utama bahwa perubahan benda itu terjadinya karena
adanya pelapukan kayu, perkaatan logam, dan pembusukan makanan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan benda yaitu antara lain: suhu, kelembapan, kuman dan
mikroba, serangga, kadar garam, dan keasaman.
Didalam pembahasan buku pembanding bahwa perubahan benda itu juga
karena adanya pembusukan, pelapukan, dan perkaratan. Pada buku pembanding tidak
ada dibahas mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan pada benda.
Berdasarkan buku utama dan buku pembanding, dapat disimpulkan bahwa
perubahan benda itu disebabkan oleh pelapukan, pembusukan, dan perkaratan.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan benda yaitu suhu,
kelembapanm kuman dan mikroba, serangga, kadar garam, dan keasaman. Dan dapat
disimpulkan bahwa beberapa benda tidak dapat berubah kewujud semula dan ada yang
tidak dapat berubah wujud.

g. Pembahasan bab 7 tentang pemanfaatan benda serta gaya dan gerak benda
Didalam pembahasan buku utama bahwa sifat-sifat benda itu yaitu: karet,
logam, kayu, dan palstik. Pada buku utama juga ada dijelaskan mengenai pemanfaatan
bahan menurut sifatnya.Didalam pembahasan buku pembanding ada dijelaskan
pengaruh gaya terhadap benda. Salah satunya adalah seseorang yang mendorong
sebuah gerobak maka gerobak tersebut akan bergerak dengan bantuan orang tersebut.

41
Dan pada buku ini juga ada menjelaskan mengenai pengukuran benda. Besar kecilnya
gaya dapat diukur dengan alat yang disebut dinamometer.

h. Pembahasan Bab 8 tentang energy listrik


Didalam pembahasan buku utama membahas tentang penggunaan dan
perpindahan energi. Yang didalamnya mencakup gaya yang berpengaruh terhadap
gerak dan perpindahan, berbagai macam bentuk energi diantaranya : energi gerak,
potensial, cahaya, panas dan kimia. Listrik yang merupakan salah satu kebutuhan paling
utama. Berikut merupakan sumber energi listrik, antara lain : matahari, air, angin dan
bahan kimia. Terdapat dua rangkaian listrik yaitu rangkaian seri dan rangkaian paralel.
Benda yang dapat menghantarkan listrik disebut dengan konduktor, sedangkan yang
tidak dapat menghantarkan listrik dengan baik disebut isolator. Dan yang terakhir
menyangkut tentang beberapa bentuk perubahan pada energi listrik yaitu: energi listrik
menjadi energi cahaya, energi gerak, energi kalor atau panas, energi bunyi dan energi
kimia.
Didalam buku pembanding dijelaskan mengenai arus listrik yang mengalir dari
potensial tinggi ke potensial yang rendah. Selanjutnya mengenai penghantar aliran arus
listrik yaitu kabel. Perubahan energi listrik dan manfaatnya salah satu contoh
diantaranya adalah kipas angin yang berasal dari energi listrik berubah menjadi energi
gerak untuk menggerakkan baling-baling pada kipas angin tersebut.

i. Pembahasan Bab 9 tentang prakarya dengan energy listrik


Didalam pembahasan buku utama mambahas tentang energi dan
penghematannya. Bagaimana cara menghemat energi listrik agar tidak punah
diantaranya yaitu : 1. Menggunakan alat” listrik dengan daya rendah 2. Memakai energi
listrik sehemat mungkin, digunakan sesuai kebutuhan saja. Serta yang terakhir
menyangkut model prakarya dengan energi listrik yaitu, bel listrik dan model lampu
lalu lintas. Sedangkan didalam buku pembanding membahas tentang model penerapan
energi listrik, yaitu : 1. Sirine 2. Alarm penanda bencana 3. Bel listrik
Berdasarkan buku utama dan buku pembanding dapat diketahui bahwa Arus
listrik adalah muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar. Aliran listrik
dapat terjadi karena adanya beda potensial atau tegangan antara kedua ujung suatu

42
penghantar. Beda potensial atau tegangan merupakan selisih gaya listrik antara dua titik
sembarang pada suatu rangkaian listrik. Besar tegangan listrik dinyatakan dengan
satuan volt. Alat untuk mengukur tegangan listrik disebut voltmeter.

j. Pembahasan Bab 10 tentang tata surya


Menurut buku utama, Matahari merupakan bintang yang terdekat dengan bumi.
Jarak antara matahari dengan bumi kirakira 150 juta km. Matahari merupakan bola gas
yang bercahaya. Suhu di permukaannya sekitar 6.000O C dan suhu intinya mencapai
15 juta derajat C. Diameter matahari kira-kira 109 kali diameter bumi. Sampai saat ini,
dalam tata surya dikenal 8 buah planet yaitu: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter,
Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Delapan planet itu dikelompokkan menjadi planet
dalam dan planet luar. Planet dalam berada di antara bumi dan batahari. Planet dalam
terdiri dari Merkurius dan Venus. Planet luar adalah planet yang terletak di luar orbit
Bumi. Planet luar terdiri dari Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Tiap
planet memiliki garis edar atau jalur edar saat mengelilingi matahari yang disebut orbit.
Bidang yang dilalui planet saat beredar disebut bidang edar. Selain 8 planet, berbagai
benda langit anggota tata surya adalah satelit, asteroida, meteorit, dan komet.
Sedangkan menurut buku pembanding, Matahari merupakan pusat tata surya.
Matahari merupakan sumber energi utama bagi kita. Tanpa adanya matahari tak
mungkin ada kehidupan di bumi ini. Permukaan matahari memancarkan cahaya yang
sangat terang sehingga kita tidak mampu melihat isi matahari. Permukaan matahari
disebut fotosfer (foto: cahaya, sfera: bola). Fotosfer diselimuti oleh atmosfer matahari.
Atmosfer matahari terdiri atas dua lapisan. Lapisan pertama dinamakan kromosfer dan
lapisan kedua disebut korona. Kromosfer menyelubungi fotosfer dengan tebalan kira-
kira 130.000 km. Kromosfer berwarna merah sedangkan korona berwarna keabu-
abuan. Ada delapan planet yang telah diketahui hingga kini. Kedelapan planet tersebut
bergerak teratur mengelilingi matahari (berevolusi) pada lintasan masing-masing.
Lintasan planet ketika mengelilingi matahari disebut orbit.
Selain berevolusi, planet-planet juga berputar pada sumbunya (berotasi).
Berdasarkan kedudukannya terhadap asteroid, planetplanet dikelompokkan menjadi
dua, yaitu planet dalam dan planet luar. Planet dalam adalah planet-planet yang
lintasannya berada di sebelah dalam asteroid. Asteroid adalah planet - planet kecil yang

43
berada di antara orbit Mars dan Yupiter. Yang termasuk planet dalam adalah Merkurius,
Venus, Bumi, dan Mars. Planet luar adalah planet-planet yang lintasannya berada di
sebelah luar lintasan asteroid. Yang termasuk planet luar antara lain Yupiter, Saturnus,
Uranus, dan Neptunus. Dalam susunan tata surya kita, selain planet-planet, ada benda-
benda langit lainnya, yaitu asteroid, komet, meteoroid, dan satelit.
Berdasarkan buku utama dan buku pembanding, Sistem tata surya kita terdiri
atas matahari, planetplanet, dan benda-benda langit lainnya. Matahari merupakan pusat
tata surya, ia adalah bola gas yang bercahaya dan sumber energi utama bagi kita. Di
dalam tata surya terdapat 8 planet yaitu : Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter,
Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Delapan planet itu dikelompokkan menjadi planet
dalam dan planet luar. Planet dalam berada di antara bumi dan batahari. Planet dalam
terdiri dari Merkurius dan Venus. Planet luar adalah planet yang terletak di luar orbit
Bumi. Planet luar terdiri dari Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Dan di
dalam susunan tata surya kita, selain planet-planet, ada benda-benda langit lainnya,
yaitu asteroid, komet, meteoroid, dan satelit.

k. Pembahasan Bab 11 tentang rotasi dan revolusi bumi


Menurut buku utama gerakan benda langit ada dua yaitu gerakan bumi dan
gerakan bulan. Gerakan bumi juga terbagi menjadi dua yaitu :
1. Rotasi bumi (berputar pada poros nya)
Akibat dari rotasi ini adalah :
- Bumi mengalami pergantian siang dan malam
- Matahari seolah-olah terbit dari timur dan terbenam di Barat
- Terjadi perbedaan dan pembagian waktu
- Terjadinya gerakan udara (angin)
2. Revolusi bumi (Bumi juga mengelilingi Matahari)
Akibat dari revolusi ini adalah :
- Terjadinya perubahan musim
- Terjadi gerak semu tahunan matahari
Gerakan bulan terdiri dari revolusi bulan dan gerhana terbagi menjadi dua yaitu
gerhana bulan dan gerhana matahari. Tahun masehi dihitung menurut perputaran bumi
mengelilingi Matahari (revolusi). Tahun hijriah disebut juga Tahun Bulan. Mengapa?
Karena, dasar perhitungannya adalah lama bulan mengitari Bumi.
44
Sedangkan menurut buku pembanding, Bumi melakukan dua gerakan sekaligus,
yaitu rotasi dan revolusi. Rotasi yaitu rotasi bumi (akibanya : Terjadinya siang dan
malam, Terjadinya perbedaan waktu, Terjadinya gerak semu matahari) sedangkan
revolusi terbagi menjadi dua yaitu revolusi bumi (akibatnya : Dasar perhitungan
pembuatan kalender Masehi (Syamsiah), Terjadinya pergantian musim) dan revolusi
bulan (akibatnya : Dasar perhitungan pembuatan kalender Komariah, Terjadinya
pasang surut air laut). Dan terjadi gerhana yang dibagi dua yaitu : gerhana bulan dan
gerhana matahari.
Berdasarkan kedua buku, gerakkan di tata surya terbagi menjadi :
1. Gerakan bumi yang terdiri dari : rotasi bumi dan revolusi bumi (akibatnya telah
dijelaskan diatas)
2. Gerakan bulan yang terdiri dari : revolusi bulan
Gerhana juga terbagi menjadi dua yaitu gerhana bulan dan gerhana matahari. Tahun
masehi dihitung menurut perputaran bumi mengelilingi Matahari (revolusi). Tahun
hijriah disebut juga Tahun Bulan. Mengapa? Karena, dasar perhitungannya adalah lama
bulan mengitari Bumi

1.2 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU


3.2.1 Kelebihan dan kekurangan buku utama
1. Dilihat dari aspek tampilan buku, buku yang direview memiliki kelebihan yaitu
cover buku memiliki paduan warna yang baik, perpaduan warna yang terlihat
cerah ditambah dengan adanya penambahan gambar kumpulan anak anak yang
sedang melihat angkasa luar menambah kemenarikan dari buku ini . Gambar
yang disajikan dalam cover buku sangat baik dikarenakan gambar bersangkut
paut dengan materi pelajaran yang ada dibuku ini. Dalam cover buku juga
tertera judul buku, nama penulis, dan penerbit buku. Kekurangan buku ini dari
segi tampilan yaitu pada isi buku tampilannya terkesan begitu polos
dikarenakan kurangnya pewarnaan pada gambar-gambar yang disajikan di
dalam isi buku yang membuat buku kurang menarik.
2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis termasuk penggunaan font
dalam buku yang direview sudah baik. Penggunaan font standard dan mudah
dibaca. Tata letak sudah baik dapat dilihat dari peletakkan setiap info info

45
penting ataupun lembar kegiatan dalam sebuah kotak. Peletakkan gambar-
gambar yang menunjang materi pun sudah baik.
3. Dari aspek isi buku, buku yang diriview memiliki kelebihan yaitu :
 Materi dalam buku ini dijelasakan secara rinci dan menyeluruh.
 Tiap bab dalam buku ini disertai contoh-contoh, dan gambar-gambar yang
mendukung materi yang disajikan sehingga membuat pembaca lebih mudah
memahaminya.
 Pada awal bab dalam buku ini selalu disertai dengan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai pada bab tersebut. Juga disertai peta konsep yang
memudahkan pembaca untuk mengetahui langsung cakupan materi yang
akan dibahas dalam bab tersebut.
 Tiap bab juga disertai dengan prosedur-prosedur kegiatan, tugas rumah,
refleksi, latihan-latihan akhir bab yang berguna bagi pembaca untuk
menguji tingkat kepemahamannya dari materi yang telah ia pelajari di bab
tersebut
 Dalam tiap bab juga disertai dengan rangkuman yang memudahkan
pembaca dalam mengetahui inti-inti dari materi yang disajikan.
 Dalam buku ini terdapat glosarium yang berguna untuk mempermudah
pembaca dalam memahami istilah-istilah penting yang ditemui dalam buku.
 Buku ini juga disertai dengan kunci jawaban.
4. Dari aspek tata bahasa, buku ini menggunakan bahasa yang sederhana sehingga
mudah dipahami untuk anak usia sekolah.
5. Kekurangan yang tampak dalam buku ini yaitu menurut kami terdapat beberapa
ketidaksesuaian antara peta konsep yang disajikan dengan materi yang dibahas
di dalam bab. Contohnya yaitu pada bab 1

3.2.2 Kelebihan dan kekurangan buku pembanding


1. Dilihar dari aspek tampilan buku, buku yang diriview memiliki Cover yang
menarik, dengan gambar anak-anak yang sedang bermain magnet yang
melambangkan isi dari buku tersebut serta dalam cover juga dilengkapi judul
buku, nama penulis, penerbit dan isbn. Tampilan dari buku ini juga sudah baik,
dikarenakan lembar bagian isi diberi pewarnaan hijau dan putih pada bagain

46
pinggirnya yang membuat daya tarik bagi pembaca, dengan pewarnaan pada
bagian isi membuat pembaca tidak bosan. Pada tiap judul utama subbab, uji
kompetensi, refleksi, glosarium dan laiinya diberi gambar-gambar menarik
yang menambah daya tarik pada buku tersebut . contohnya yaitu pada halaman
12, tepatnya pada rangkuman dan tugas 1.2. Kekurangan dari tampilan buku ini
yaitu pada cover buku penggunaan warna kurang cerah, perpaduan kurang
tampak.
2. Dilihat dari aspek layout dan tata letak serta tata tulis termasuk penggunaan
font buku yang direview sudah baik, penggunaan ukuran dan jenis font standar
dan mudah dibaca.
3. Dari aspek isi buku, terdapat beberapa kelebihan yaitu :
 Materi dijelaskan dan dipaparkan dengan baik serta penjabaran tiap-
tiap materi dalam satu bab yang saling berkaitan dan luas
 Tiap bab dalam buku ini disertai contoh-contoh, dan gambar-gambar
yang mendukung materi yang disajikan sehingga membuat pembaca
lebih mudah memahaminya.
 Pada awal bab dalam buku ini selalu disertai dengan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai pada bab tersebut. Juga disertai peta
konsep yang memudahkan pembaca untuk mengetahui langsung
cakupan materi yang akan dibahas dalam bab tersebut dan kata kunci
pada tiap bab.
 Tiap bab juga disertai dengan prosedur-prosedur kegiatan, tugas
rumah, refleksi, latihan-latihan akhir bab yang berguna bagi pembaca
untuk menguji tingkat kepemahamannya dari materi yang telah ia
pelajari di bab tersebut
 Dalam tiap bab juga disertai dengan rangkuman yang memudahkan
pembaca dalam mengetahui inti-inti dari materi yang disajikan.
 Selain itu, terdapat kolom cakrawala sebagai penambah pengetahuan
umum anak mengenai materi yang sedang dibahas.
4. Dari aspek tata bahasa, buku ini menggunakan bahasa yang mudah untuk
dipahami oleh pembaca.

47
5. Adapun kekurangan yang tampak dalam buku ini adalah materi yang
dijabarkan didalam buku ini terlalu padat dan banyak disajikan dalam bentuk
paragraf sehingga memungkinkan siswa untuk kurang memaknai dan
memahami materi.

48
BAB IV

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran IPA sangat
berperan dalam proses pendidikan , karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat
manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan . Dengan mempelajari IPA seseorang dapat
belajar bagaimana cara agar dapat bertahan hidup dengan baik.

Kedua buku yang di analisis, secara keseluruhan sudah bagus. Tujuan pembelajaran
yang terpampang jelas berserta peta konsepnya, adanya rangkuman yang memudahkan
pembaca untuk mengetahui isi buku, serta adanya glosarium untuk menambah wawasan
mengenai arti kata-kata. Cakupan materinya mengenai Ilmu Pengetahuan Alam di kelas 6 juga
sangat luas dan menyeluruh hanya saja masih terdapat beberapa kelemahan dalam bukunya
seperti pada aspek cover, dan isi materi

4.2 REKOMENDASI
Berdasarkan kekurangan yang di dapat, saran untuk penulis buku pembanding yaitu
untuk memperbaharui cover buku agar lebih menarik lagi, menggunakan bahasa yang lebih
sederhana agar lebih mudah dipahami serta menyajikan materi dalam bentuk poin-poin apabila
memang diperlukan agar siswa lebih mudah untuk menyerap materi. Saran bagi penulis buku
utama yaitu memberi pewarnaan pada tiap gambar yang disajikan sehingga buku menjadi lebih
baik lagi dan memperhatikan kesesuaian antara peta konsep dengan isi materi.

49
DAFTAR PUSTAKA

Leyn, Pama dan Surono. 2010. Ilmu Pengetahuan Alam 6 : untuk SD/MI kelas 6. Jakarta : Pusat
Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional

Sriyono.2010. Ilmu Pengetahuan Alam 6 untuk SD/MI Kelas VI.Jakarta : Pusat Perbukuan
Kementerian Pendidikan Nasional

Sujana,A.2014.Dasar-Dasar IPA : Konsep dan Aplikasinya. Bandung : UPI Press

50
LAMPIRAN

Lampiran 1. Cover depan buku utama

51
Lampiran 2. Halaman judul buku utama

52
Lampiran 3. Halaman identitas buku utama

53
l
Lampiran 4. Lembar kata sambutan buku utama
54
Lembar 5. Lembar kata pengantar buku utama

55
Lampiran 6. Daftar isi buku utama

56
Lampiran 7. Daftar isi buku utama

57
Lampiran 8. Cover belakang buku utama

58
Lampiran 9. Cover depan buku pembanding

59
Lampiran 10. Halaman judul buku pembanding

60
Lampiran 11. Halaman identitas buku pembanding

61
Lampiran 12. Lembar kata sambutan buku pembanding

62
Lampiran 13. Lembar kata pengantar buku pembanding

63
Lampiran 14. Daftar isi buku pembanding

64
Lampiran 15. Cover belakang buku pembanding

65
3 CRITICAL JOURNAL REVIEW

Journal review adalah tugas mereview secara kritis seluruh komponen dari suatu hasil
penelitian dalam jurnal dengan cara menganalisis temuan utama, keunggulan dan kelemahan
yang ada dalam penelitian tersebut dan membandingkannya dengan satu atau lebih jurnal lain

A PETUNJUK UMUM PENULISAN CRITICAL JOURNAL REVIEW

Dalam penulisan Critical Journal Review ada beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain yaitu :

1. Tentukan atau pilih jurnal berbahasa Indonesia terbit ≥ th 2008 dengan tema atau judul
berkaitan dengan mata kuliah yang diampu.
2. Masing-masing kelompok mereview artikel dengan judul yang berbeda-beda.
3. Artikel dapat diakses dari internet dalam bentuk pdf dan jelas identitas jurnalnya yang
terakreditasi.
4. Laporan CJR diketik dalam Ms-Word , pada kertas A4, font times new roman 12 pt,
spasi 1,5 , margin kiri 4, kanan, atas dan bawah 3

5.
B6. SISTEMATIKA PENULISAN CRITICAL JOURNAL REVIEW

Adapun sistematika penulisan CJR ialah sebagai berikut :

Sampul dan halaman judul (sesuai contoh)


Excecutive Summary ( 1 – 2 halaman)
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang penulisan CJR
B. Tujuan penulisan CJR
C. Manfaat CJR
66
D. Identitas artikel dan jurnal yang direview
1. Judul artikel :
2. Nama Jurnal :
3. Penulis artikel :
4. Volume dan halaman :
5. Tahun terbit :
6. Nomor ISSN :
7. Alamat situs :
BAB II. RINGKASAN ISI ARTIKEL
A. Pendahuluan (ringkasan 2-4 halaman)
B. Deskripsi isi
BAB III. PEMBAHASAN/ ANALISIS
Judul jurnal (Hasil review)
Situs (Hasil review)
Volume dan halaman (Hasil review)
Tahun (Hasil review)
Reviewer (Hasil review)
Tanggal review (Hasil review)
Penulis (Hasil review)
Tujuan penelitian (Hasil review)
Subjek penelitian (Hasil review)
Assasment data (Hasil review)
Metode penelitian (Hasil review)
Langkah penelitian (Hasil review)
Tehnik penelitian (Hasil review)
Hasil/ analisa penelitian (Hasil review)
Kelebihan isi penelitian Dari aspek ruang lingkup isi artikel dan tata bahasa ( hasil
review)
Kelemahan isi penelitian Dari aspek ruang lingkup isi artikel dan tata bahasa
kesimpulan (Hasil review)
saran (Hasil review)
referensi (Hasil review)

67
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (jurnal)

Untuk lebih jelas lagi mengenai penulisan CJR, anda dapat melihat contoh CJR pada
halaman berikutnya.

68
EXECUTIVE SUMARRY

IPA merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

fenomena-fenomena alam, sehingga IPA juga diajarkan untuk siswa SD untuk

meningkatkan kualitas pendidikan bangsa. Kualitas kehidupan bangsa sangat

ditentukan oleh faktor pendidikan. Guru memiliki peranan yang sangat penting

dalam merain pembelajaran yang efektif dan efisien di dalam sekolah. Pemilihan

model pembelajaran oleh guru haruslah dilakukan dengan tepat agar materi yang

disampaikan lebih mudah dipahami.

Ada banyak model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA

siswa, salah satunya Starter Experiment Approach. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

A.Agustini Dkk, menunjukkan bahwa model pembelajaran Starter Experiment

Approach terbukti lebih baik untuk diterapkan daripada pembelajaran model

konvensional. Model pembelajaran Starter Experiment Approach memberikan siswa

kesempatan seluas-luasnya untuk dapat mengembangkan diri dan kemampuannya

dalam berpikir dan berbuat, baik secara individual maupun kelompok. Selain hasil

belajar yang lebih baik, ketrampilan proses sains siswa pun jauh meningkat daripada

menggunakan model pembelajaran konvensional.

69
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Rasionalisasi Pentingnya CJR

Critical Journal Review merupakan suatu tugas dimana mahasiswa dituntut

untuk mengkritik, mengulas suatu journal yang sudah ada dan membandingkan

dengan journal lainnya. Dalam membuat Critical Journal Review yang dilakukan

ialah mengulas isi journal, ditinjau dari segi ulasan yang dilakukan didasarkan pada

argumentasi dan bukti yang dapat dipertanggung jawabkan.

Tujuan dari review jurnal adalah untuk mempermudah dalam membahas inti

hasil penelitian ataupun jurnal yang telah ada. Disaat kita membutuhkan sebuah

referensi sebagai sumber bacaan kita selain buku kita dapat menggunakan jurnal.

Dimana jurnal merupakan sebuah penelitian orang lain yang telah diuji. Untuk

memilih jurnal sebaiknya kita terlebih dahulu mengkritisi journal tersebut agar kita

mengetahui apakah jurnal ini relevan untuk dijadikan sumber bacaan.

Review jurnal dilakukan untuk mengetahui isi, mengetahui kelebihan dan

kelemahan dari jurnal tersebut. Review jurnal merupakan salah satu strategi untuk

bisa mempermudah memahami inti dari jurnal ataupun dari hasil penelitian yang

telah dilakukan. Oleh sebab itu, setiap mahasiswa khususnya jurusan Pendidikan

Guru Sekolah Dasar harus memiliki kompetensi untuk membaca serta

menganalisis agar jurnal ataupun hasil penelitian yang dibahas dapat dipahami

sepenuhnya oleh mahasiswa.

1.2.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan Critical Jurnal Review ini adalah :

70
1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa, dan

membandingkan serta memberi kritik pada jurnal

2. Menumbuhkan pola fikir kreatif dalam menganalis kelebihan dan kelemahan

jurnal

1.3.Manfaat CJR

Adapun manfaat dari penulisan Critical Journal Review ini adalah :

1. Mengetahui kelebihan dan kelemahan jurnal

2. Sebagai rujukan tentang bagaimana cara menyempurnakan sebuah jounal dan

mencari sumber bacaan yang relevan

3. Menambah pengetahuan tentang cara menulis penelitian yang baik

1.4.Identitas Artikel dan Jurnal yang diriview

1. Judul Artikel : Pengaruh Model Pembelajaran Starter Experiment

Approach Terhadap Keterampilan Proses Dan Hasil

Belajar Ipa Siswa Kelas Vi Sd

2. Nama Journal : PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia

3. Edisi Terbit : Vol.3 No 2, tahun 2019

4. Pengarang Artikel : A.Agustini , W. Suastra , K. Suarni

5. Penerbit : Universitas Pendidikan Ganesha

6. Kota Terbit : Denpasar, Bali

7. Nomor ISSN : 2613-9553

8. Alamat Situs : http://oldpasca.undiksha.ac.id/e-

journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/2868/1471

71
BAB II

RINGKASAN ISI ARTIKEL

2.1 Pendahuluan

Mata Pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran wajib yang masuk dalam

struktur kurikulum 2013 karena berguna dalam pemecahan masalah. Mata pelajaran

IPA memiliki tujuan khusus yaitu membekali siswa dengan pengetahuan,

pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki

jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi

(Depdiknas, 2013). Namun, sayangnya hasil pembelajaran IPA di Indonesia belum

sesuai dengan harapan.

Hal ini ditunjukkan oleh laporan PISA (Programme for International Student

Assessment) tahun 2015 di mana rerata skor IPA siswa Indonesia sebesar 403,

Singapura (556), Vietnam (525), Thailand (421). Selain itu, TIMSS (Trend in

International Mathematics and Science Study) tahun 2015 menyatakan bahwa rerata

skor IPA siswa kelas 4 Indonesia berada pada urutan nomor enam terbawah dari

antara negara-negara peserta. Rerata raihan siswa Indonesia adalah 397, Jordania

(388), Saudi Arabia (383), Maroko (377), Afrika Selatan (376), Kuwait (353).

Selain hasil belajar, keterampilan proses IPA juga harus mendapat porsi yang

tepat sebab rendahnya hasil belajar diakibatkan oleh rendahnya keterampilan proses

sains (Darmayanti, Sadia, dan Sudiatmika, 2013). Rahmasiwi, Santosari dan Sari

(2015) menyatakan bahwa keterampilan proses sains masih relatif rendah. Hasil

penelitian lain juga menunjukkan bahwa rata-rata prosentase tingkat penguasaan

keterampilan proses sains tingkat atas siswa hanya 54,47% (Widayanti, 2015).

Salah satu model pembelajaran yang terbukti meningkatkan hasil belajar IPA

adalah Starter Experiment Approach (Karlina, 2017; Suwama, 2012). Starter

Experiment Approach merupakan strategi pembelajaran yang mempraktikkan

prinsip-prinsip metode ilmiah meliputi pengamatan, dugaan, desain percobaan,


72
eksperimen dan laporan hasil penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Syla dan

Hodolli (2017) menyatakan bahwa reaksi siswa-siswa yang mengikuti pembelajaran

Starter Experiment Approach pada mata pelajaran matematika dan IPA is very

convicing. Para siswa merasa senang menjadi subyek belajar yang aktif. Motivasi

mengalami peningkatan dan menghasil perubahan long lasting of attitude bagi

sebagian besar siswa.

Model pembelajaran Starter Experiment Approach telah terbukti

keunggulannya namun guru lebih memilih menerapkan pembelajaran konvensional

karena mudah diterapkan. Pembelajaran konvensional kurang mengembangkan

keterampilan proses IPA karena dalam pelaksanaannya sangat tergantung pada guru.

Siswa Pelaksanaan pembelajaran seperti yang diuraikan di atas, terjadi pula saat

pembelajaran IPA di Kelas VI SDN 1 Dajan Peken Tabanan. Berdasarkan hasil

observasi, guru cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil

belajar dan keterampilan proses IPA siswa masih rendah.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada siswa kelas VI SDN 1 Dajan

Peken Tabanan seperti yang diuraikan di atas dan mengingat belum pernah

dilakukan penelitian yang mengkaji pengaruah model pembelajaran Starter

Experiment Approach terhadap keterampilan proses dan hasil belajar IPA siswa kelas

VI SD.

2.2 Deskripsi Isi

Penelitian ini dilatarbelakangi berdasarkan hasil observasi, guru cenderung

menggunakan model pembelajaran konvensional saat pembelajaran IPA di Kelas VI

SDN 1 Dajan Peken Tabanan. Hasil belajar dan keterampilan proses IPA siswa masih

rendah.

73
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada siswa kelas VI SDN 1 Dajan

Peken Tabanan seperti yang diuraikan di atas dan mengingat belum pernah

dilakukan penelitian yang mengkaji pengaruah model pembelajaran Starter

Experiment Approach terhadap keterampilan proses dan hasil belajar IPA siswa kelas

VI SD.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dimana peneliti melakukan

kontrol terhadap variabel dan pengujian validitas internal dan eksternal. Rancangan

penelitian ini adalah Post-Test Only Control Group yaitu rancangan penelitian yang

memperhitungkan skor post-test saja yang dilakukan pada akhir penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan keterampilan proses dan

hasil belajar IPA, antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Starter

Experiment Approach dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran

konvensional. Penelitian ini menggunakan rancangan The Posttest-Only Control

Group Design dengan populasi penelitian siswa kelas VI SD N 1 Dajan Peken

Tabanan. Sampel penelitian sebanyak 150 siswa diambil menggunakan teknik

random sampling.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah rubrik dan tes hasil belajar IPA. Data

yang diperoleh dianalisis menggunakan manova dengan taraf signifikansi 5%. Hasil

penelitian menunjukkan; (1) keterampilan proses siswa yang mengikuti

pembelajaran model Starter Experiment Approach lebih baik dibandingkan dengan

yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional; (2) hasil belajar IPA

yang mengikuti pembelajaran model Starter Experiment Approach lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional; dan

(3) terdapat pengaruh implementasi model pembelajaran kontekstual terhadap

keterampilan proses dan hasil belajar siswa secara bersama-sama.

74
BAB III

PEMBAHASAN DAN ANALISIS


Judul PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STARTER EXPERIMENT

APPROACH TERHADAP KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL

BELAJAR IPA SISWA KELAS VI SD

Jurnal PENDASI: Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia

Download http://oldpasca.undiksha.ac.id/e-

journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/2868/1471

Volume dan Vol.3 No 2, hal 62-73

Halaman

Tahun 2019

Penulis A.Agustini , W. Suastra , K. Suarni

Reviewer 1. Andre Skana Purba

2. Giranti Pratiwi

3. Indah Charisma Manurung

4. Khairun Nisa

5. Pri Hartini

Tanggal 08 September 2019

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan

Penelitian keterampilan proses dan hasil belajar IPA, antara siswa yang

mengikuti model pembelajaran Starter Experiment Approach

dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

Subjek Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 1 Dajan Peken

Penelitian Tabanan dengan jumlah 150 siswa. Sampel ditentukan dengan teknik

75
random sampling dan terpilih kelas VIA dan VID SD N 1 Dajan

Peken Tabanan sebagai kelas eksperimen dengan total sebanyak 73

siswa. kelas VIB dan VIC SD N 1 Dajan Peken Tabanan sebagai kelas

kontrol dengan jumlah 77 siswa.

Assesment Data yang diperoleh dianalisis menggunakan manova dengan taraf

Data signifikansi 5%.

Metode Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dimana peneliti

Penelitian melakukan kontrol terhadap variabel dan pengujian validitas

internal dan eksternal. Rancangan penelitian ini adalah Post-Test

Only Control Group yaitu rancangan penelitian yang

memperhitungkan skor post-test saja yang dilakukan pada akhir

penelitian.

Langkah - Pengambilan data

Penelitian - Pengujian hipotesis 1 & 2

- Analisis data

- Merekapitulasikan data – data

- Pengujian Hipotesis 3

- Rekapitulasi data

- Hasil analisis

Tehnik Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah rubric

Pengumpul keterampilan proses dengan skala interval 1 sampai 5 dan tes hasil

an Data belajar IPA dengan skala nominal 0 dan 1.

Hasil Untuk menguji hipotesis penelitian maka data yang

Penelitian dikumpulkan dalam penelitian ini adalah keterampilan proses dan

hasil belajar IPA dari kelompok eksperimen maupun kelompok

kontrol. Kemudian data tersebut dianalisis menggunakan statistik

76
deskriptif untuk mengetahui rerata, standar deviasi dan varians.

Ringkasan statistik deskriptif disajikan pada tabel berikut ini

(Terlampir)

Tabel terlampir menunjukkan bahwa hubungan antara model

pembelajaran dengan keterampilan proses memberikan harga F

sebesar 128,119 dengan signifikansi <0,001. Dengan demikian

hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat perbedaan

keterampilan proses yang diakibatkan oleh perbedaan model

pembelajaran ditolak. Hal Ini berarti bahwa terdapat perbedaan

keterampilan proses yang diakibatkan oleh perbedaan model

pembelajaran.

Berdasarkan Table 04 [terlampir] diketahui bahwa rerata

kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran Starter

Experiment Approach adalah sebesar 63, 42 sedangkan rerata

keterampilan proses dari kelompok siswa yang dikenai model

pembelajaran konvensional adalah sebesar 53,57. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa model Starter Experiment Approach lebih

baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam

mempengaruhi keterampilan proses siswa.

Untuk menguji hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah

dengan melihat hasil perhitungan Manova pada bagian Test of

Between-Subjects Effects. Kriteria pengujiannya adalah apabila

signifikansi Fhitung ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat

perbedaan hasil belajar IPA, antara kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran Starter Experiment Approach dengan kelompok siswa

yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas VI SDN 1 Dajan

Peken Tabanan atau H0 ditolak. Sebaliknya jika signifikansi Fhitung

77
> 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat hasil belajar IPA,

antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran Starter

Experiment Approach dengan kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional di kelas VI SDN 1 Dajan

PekenTabananatauH0 diterima.

Hasil perhitungan Test of Between Subjects Effects seperti

yang ditunjukkan Tabel 05 menunjukkan, hubungan antara model

pembelajaran dengan hasil belajar IPA memberikan harga F sebesar

99,096 dengan signifikansi <0,001. Dengan demikian hipotesis nol

yang menyatakan tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang

diakibatkan model pembelajaran ditolak. Hal ini berarti terdapat

perbedaan hasil belajar IPA yang diakibatkan oleh

modelpembelajaran.

Berdasarkan Tabel 04 [terlampir] diketahui bahwa rerata hasil

belajar IPA dari kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran

Starter Experiment Approach adalah sebesar 31,18 sedangkan rerata

hasil belajar IPA dari kelompok siswa yang dikenai model

pembelajaran konvensional adalah sebesar 23,31. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa model Starter Experiment Approach lebih

baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam

mempengaruhi hasil belajar IPA siswa

Dalam pengujian hipotesis ketiga, kriteria pengujiannya adalah

apabila signifikansinya ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan keterampilan proses IPA dan hasil belajar IPA

secara bersama-sama, antara kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran Starter Experiment Approach dengan kelompok siswa

yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas VI SDN 1 Dajan

78
Peken Tabanan dengan kata lain H0 ditolak. Sebaliknya apabila

signifikansinya > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan keterampilan proses IPA dan hasil belajar IPA secara

bersama-sama, antara kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran Starter Experiment Approach dengan kelompok siswa

yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas VI SDN 1 Dajan

Peken Tabanan dengankatalain H0 diterima. Hasil analisis

menunjukkan bahwa harga F untuk Pillai’s Trace, Wilks’ Lambda,

Hotteling’s Trace, Roy’s Largest Root memiliki signifikansi yang

lebih kecil dari 0,05. Artinya harga F untuk Pillai’s Trace, Wilks’

Lambda, Hotteling’s Trace, Roy’s Largest Root semuanya signifikan.

Jadi terdapat perbedaan keterampilan proses dan hasil belajar IPA

secara bersama-sama antara siswa yang mengikuti Starter

Experiment Approach dengan siswa yang mengikuti model

pembelajaran konvensional. Hal ini berarti implementasi Starter

Experiment Approach berpengaruh terhadap keterampilan proses

dan hasil belajar IPA siswa.

Kekuatan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, terdapat beberapa

Penelitian kekuatan penelitian dalam jurnal ini, antara lain :

1. Teori-teori yang digunakan sudah mencukupi untuk

melakukan penelitian.

2. Terdapat beberapa hasil penelitian yang serupa yang

dicantumkan didalam artikel sebagai bahan acuan untuk

penelitian.

3. Pemaparan data dan analisis dari uji hipotesis dapat dengan

mudah dipahami.

79
4. Populasi penelitian yang banyak dapat memperkuat data

yang dianalisis.

5. Penggunaan random sampling dalam pemilihan sampel

penelitian.

Kelemahan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, terdapat beberapa

Penelitian kelemahan dalam penelitian antara lain :

1. Jumlah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama

banyaknya.

Kesimpulan Dalam penelitian ini diperoleh tiga simpulan sebagai berikut:

(1) Terdapat perbedaan keterampilan proses IPA, antara kelompok

siswa yang mengikuti pembelajaran Starter Experiment

Approach dengan kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional di kelas VI SDN 1 Dajan Peken

Tabanan;

(2) Terdapat perbedaan perbedaan hasil belajar IPA, antara

kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran Starter

Experiment Approach dengan kelompok siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional di kelas VI SDN 1 Dajan Peken

Tabanan; dan

(3) Terdapat perbedaan keterampilan proses IPA dan hasil belajar

IPA secara bersama-sama, antara kelompok siswa yang

mengikuti pembelajaran Starter Experiment Approach dengan

kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di

kelas VI SDN 1 Dajan Peken Tabanan

Saran Terkait dengan hasil penelitian, beberapa saran yang diajukan

seperti berikut:

80
(1) Mempublikasikan hasil penelitian baik secara nasional maupun

internasional;

(2) Memperkenalkan model pembelajaran Starter Experiment

Approach di lingkungan sekolah khususnya dalam upaya

meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar IPA

melalui MGMP;

(3) Mendorong penelitian lanjutan yang melibatkan populasi dan

sampel yang lebih luas.

Referensi Aydogdu, B. 2015. “The Investigation of Science Process Skills of

Science Teachers in Terms of Some Variables.” Educational

Research and Reviews, v10 n5 p582-594 Mar 2015. Diakses dari

https://eric.ed.gov/?id=EJ1063033 tanggal 22 Mei 2019.

Darmayanti, N.W.S., Sadia, W., dan Sudiatmika, A.A.I.A.R. 2013.

”Pengaruh Model Collaborative Teamwork Learning

Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Pemahaman Konsep

Ditinjau Dari Gaya Kognitif.” Jurnal Pendidikan dan IPA

Indonesia Vol 3, No 1 (2013). Diakses dari

http://oldpasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ipa/

article/vie w/553 tanggal 22 Mei 2019.

Departemen Pendidikan Nasional, 2013. Definisi Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA). Jakarta: Depdiknas. Dewi, N.L.P.Y.,

Suniasih, N.W., dan Negara, I.G.A.O. 2014. “Pengaruh

Pendekatan Starter Eksperimen (Pse) Berbasis Reinforcement

Terhadap Hasil Belajar Ipa Kelas V Sekolah Dasar Gugus Letda

Kajeng Kecamatan Denpasar Utara”. EJournal Mimbar PGSD

Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1

Tahun 2014). Diakses dari

81
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.p

hp/JJPGSD/article/view/1928 tanggal 16 Mei 2019.

Dwijono, H., Sunarno, W., dan Sugiyarto,S. 2013. ” Pembelajaran

biologi dengan pendekatan starter eksperimen (PSE) melalui

inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi ditinjau

dari keterampilan proses sains dan kreativitas siswa.” Jurnal

Pendidikan IPA 2 (02). Diakses dari

https://scholar.google.co.id/citations?u

ser=waezo5IAAAAJ&hl=id tanggal 22 Mei 2019.

Karlina, A.P. 2017. “Pengaruh Starter Experiment Approach

terhadap Hasil Belajar Fisika di SMA/SMK Kelas X”. Prosiding

Seminar Nasional (eJournal) SNF 2017, Volume VI Oktober

2017. https://doi.org/10.21009/03.SNF2017 diunduh pada

tanggal 10 Maret 2018.

Li, Y.W. 2016. “Transforming Conventional Teaching Classroom to

LearnerCentered Teaching Classroom Using Multimedia-

Mediated Learning Module”. International Journal of

Information and Education Technology, Vol. 6, No. 2, February

2016. http://ijiet.org/vol6/667- K00013.pdf. Diunduh tanggal 27

Maret 2018.

Monica, K.M.M. 2005. “Development and Validation of a Test of

Integrated Science Process Skills for the Further Education and

Training Learners.” South Africa: University of Pretoria.

Diunduh dari https://repository.up.ac.za/bitstream/h

andle/2263/24239/dissertation.pdf;seq uence=1. Tanggal 15

Maret 2018.

82
Nyeneng, I.K., Lasmawan, I.W., Dantes, N. 2015. “Pengaruh Model

Pendekatan Starter Eksperimen (PSE) Terhadap Keterampilan

Proses Sains dan Hasil Belajar Sains Siswa Sd Gugus VIII

Kecamatan Abang.” e-Journal Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan

Dasar (Volume 5 Tahun 2015).

http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/jurnal_pendas/article/do

wnloa d/1495/1166 diunduh 30 Maret 2018.

OECD. 2015. “Programme for International Student Assessment

(PISA) Result from PISA 2015”.

Https://www.oecd.org/pisa/pisa-2015- results-in-focus.pdf.

Diunduh pada tanggal 14 Maret 2018.

Purwanto, J., Hasanah, D., dan Syafaat, F.Y. 2017. “Efektivitas

Starter Experiment Approach (SEA) Terhadap Kemampuan

Berpikir Tingkat Tinggi Peserta Didik pada Pelajaran Fisika

Kelas XI.” Jurnal Pembelajaran Fisika Vol. 8 No. 2 – September

2017. http://journal.upgris.ac.id/index.php/JP 2F. Diunduh

pada tanggal 10 Maret 2018.

Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan.

2015. “TIMSS Infographic”. Http://www.acdp-

indonesia.org/wpcontent/uploads/2017/01/TIMSS-

infographic.pdf. Diunduh pada tanggal 14 Maret 2018.

Rahmasiwi, A., Santosari, S., dan Sari, D.P. 2015. “Peningkatan

Keterampilan Proses Sains SIswa dalam Pembelajaran Biologi

Melalui Penerapan Model Inkuiri di Kelas XI MIA 9 (ICT) SMA

Negeri 1 Karanganyar Tahun 2014/ 2015. file

83
https://media.neliti.com/media/publicat ions/174936-ID-

none.pdf. Diakses tanggal 6 Januari 2018.

Reagh, Z.M. dan Yassa M.A. 2014. “Repetition Strengthens Target

Recognition but Impairs Similar Lure Discrimination: Evidence

for Trace Competition.” Journal Learning Memory 21:342–346;

Published by Cold Spring Harbor Laboratory Press ISSN 1549-

5485/14 diunduh dari http://learnmem.cshlp.org/content/21/

7/342.full.pdf+html?sid=d510e840- b02d-4234-a184-

a3ec38d68a35 tanggal 18 Mei 2019.

Schonherr, J., Berg, E.V. dan Campus 1996. “The Starter

Experiment Approach (SEA) to Teaching Chemistry and

Physics in the Phillipines and Indonesia and the Rest of the

World.” Science Education International, Vol. 7, No 4

December 1996. https://newsroom.nvon.nl/files/default/

A02_artikel-Schonherr-Van-denBerg.pdf.. Diunduh tanggal 9

Maret 2018. Siphiwelas, H.,

Sugiyono, dan Kartono. 2013. “Peningkatan Keterlibatan Siswa

Secara Aktif dalam Pembelajaran IPA Menggunakan

Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas IV.” Pontianak:

Universitas Tanjungpura. Diunduh dari

https://media.neliti.com/media/publicat ions/215388-

peningkatanketerlibatan-siswa-secara-ak.pdf tanggal 18 Mei

2018.

Suastra, I. W. 2017. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha. Suwama, I. N. 2012.

“Pengaruh Pembelajaran dengan Starter Experiment

Approach dan Advance Organizer terhadap Hasil Belajar

84
Biologi dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.

http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ipa/arti

cle/vie w/482.

Sylla, N. dan Hodolli, G. 2017. “The Teaching Method Named

“StarterExperiment Approach”. Journal Chemistry Research

Gate, December 2017. https://www.researchgate.net/publicati

on/321869431. Diunduh tanggal 8 Maret 2018.

Turner, J. C., dan Patrick, H. 2004. “Motivational Influences on

Student Participation in Classroom Learning Activities.”

Diunduh dari https://www.researchgate.net/publicati

on/249400205_Motivational_Influence

s_on_Student_Participation_in_Classr

oom_Learning_Activities tanggal 18 Mei 2019.

Wardana, I.N. 2010. “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw Berbasis Asesmen Proyek dan Motivasi Berprestasi

Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X Semester

II SMK Pariwisata Dalung Tahun Pelajaran 2009/2010.” Tesis.

Tidak Dipublikasikan. Singaraja: Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Ganesha.

Widayanti, E.Y. 2015. “Penguasaan Keterampilan Proses Sains

Dasar Siswa Madrasah Ibtidaiyah (Studi Pada Madrasah Mitra

Stain Ponorogo). Kodifikasia, Volume 9 Nomor 1 Tahun 2015.

https://www.researchgate.net/publicati on/304574776. Diakses

tanggal 6 Januari 2018.

85
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Artikel yang meneliti tentang pengaruh model pembelajaran Starter

Experiment Approach ini sudah layak untuk dipublish dan dijadikan bahan

referensi mengingat banyaknya kelebihan penelitian yang ditemukan dalam

artikel ini. Selain abstrak yang ditulis dalam 2 bahasa, abstraknya pun dibuat

dengan seringkas mungkin tanpa menghilangkan bagian-bagian penting isi

artikel seperti tujuan penelitian, jenis penelitian, populasi, teknik analisis data,

dan hasil penelitian.

Di dalam artikel ini juga memuat beberapa data-data dari hasil penelitian

terdahulu orang lain yang diperlukan sebagai bahan acuan dan memperkuat

penelitian. Tak hanya itu, artikel ini juga menjelaskan secara singkat apa itu

model pembelajaran Starter Experiment Approach dan bagaimana sintaknya.

Hasil penelitian dalam artikel ini mengandung nilai positif, yaitu adanya

peningkatan hasil belajar dan ketrampilan proses sains pada siswa kelas

eksperiment.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, hendaknya peneliti

menyebutkan dengan jelas jumlah sampel penelitian agar data yang diberikan

memiliki acuan yang kuat.

86
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, A., W. Suastra., dan K. Suarni. Pengaruh Model Pembelajaran Starter Experiment

Approach Terhadap Ketrampilan Proses dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD.

Pendasi : Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia. Vol 3 No. (2).

87
LAMPIRAN
Cover Jurnal

Halaman Judul

Halaman Penerbit

88
Daftar Isi Jurnal

Isi Artikel (terlampir pada halaman berikutnya)

89
4 MINI RESEARCH
Mini research adalah tugas melakukan proses investigasi secara terbatas dan sederhana
yang dilakukan secara sistematis, yang bertujuan untuk menemukan, mengintepretasikan,
dan merevisi fakta-fakta. Tugas Mini Riset adalah tugas yang diberikan dosen berupa kegiatan
penelitian berbasis Pendidikan dalam bentuk survey.

A PETUNJUK UMUM PENULISAN MINI RESEARCH

Dalam melakukan penulisan mini research, perlu memperhatikan beberapa hal yaitu :

1. Mini research dilakukan sesuai dengan mata kuliah yang diampu.


2. Sifat tugas berkelompok.
3. Survery mini research dilakukan pada satu lembaga/instansi terkait.
4. Laporan mini research menunjukkan adanya identifikasi dan rumusan masalah
pendidikan, dan menampilkan solusi dan rekomendasi ilmiah dari hasil surey
lapangan
5. Laporan mini research diketik dengan Ms-Word pada kertas A4, font 12pt Times
New Roman, spasi 1.5, margin kiri 4, kanan, bawah dan atas 3.

A SISTEMATIKA PENULISAN MINI RESEARCH

Dalam penulisan miniriset ada beberapa sistematika penulisannya yaitu :

Sampul dan halaman judul (sesuai contoh)


Excecutive Summary (1-2 halaman, spasi 1 )
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah

90
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
BAB II. LANDASAN TEORI
BAB III.METODE
3.1. Tempat dan Waktu Survey
3.2. Subject Survey
3.3. Teknik Pengambilan Data
3.4. Instrumen Survey (satu atau lebih dari instrumen berikut: format isian, pedoman
wawancara, lembar observasi, qualiy checklist, atau kuesioner jika diperlukan)
3.5. Teknik analisis data

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian
4.2. Pembahasan
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
(Daftar pustaka hanya buku/jurnal yang dirujuk dalam naskah MR, di urut sesuai abjad,
cara penulisannya lihat pedoman penulisan skripsi masing-masing fakultas)
LAMPIRAN:
1. Instrumen Penelitian yang belum diisi oleh responden
2. Instrumen Penelitian yang sudah diisi oleh responden
3. Dokumentasi Penelitian
Untuk lebih jelasnya lagi, anda dapat melihat contoh laporan minririset pada halaman
berikutnya.

91
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Surakhmad (2001) dalam (Ginting,Novia Febina: 2017) Proses pembelajaran


merupakan proses yang terpenting karena dari sinilah terjadi interaksi langsung antara pendidik
dan peserta didik. Di sini pula campur tangan langsung antara pendidik dan peserta didik
berlangsung sehingga dapat dipastikan bahwa hasil pendidikan sangat tergantung dari perilaku
pendidik dan perilaku peserta didik. Dengan demikian dapat diyakini bahwa perubahan hanya
akan terjadi jika terjadi perubahan perilaku pendidik dan peserta didik.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau Sains
yang semula berasal dari bahasa inggris ‘science’ yang artinya ilmu. Kata ‘science’ sendiri
berasal dari kata dalam bahasa latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. ‘Science’ terdiri dari
social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan
alam).(Hanifah.2016)
Pembelajaran IPA disekolah dasar mempunyai karakteristik yang berbeda dengan
karakteristik IPA di Sekolah Menengah. Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan
intelektual anak seusia siswa sekolah dasar maka penyajian konsep dan keterampilan IPA dari
yang nyata (konkrit) ke yang abstrak, dari mudah ke sukar, dari sederhana ke rumit dari dekat
ke jauh. Dengan kata lain mulailah dari apa yang ada di sekitar siswa dan dikenal, diamati serta
diperlukan siswa. Secara psikologis anak usia sekolah dasar berada dalam dunia bermain.

Saat ini, pembelajaran IPA merupakan salah satu materi pembelajaran yang sangat
penting di sekolah. Namun demikian ternyata sebagian siswa SD merasa pembelajaran IPA
sudah menjadi momok bagi siswa. Hal ini terlihat dari guru kurang mampu menyusun sumber
belajar bagi siswa, memilih pendekatan dan metode yang sesuai dengan karakter siswa, serta
memilih media yang tepat sebagai alat bantu dalam pembelajaran IPA pada konsep tertentu
dan di dalam pembelajaran guru kurang memperhatikan karakteristik dari siswanya di dalam
belajar. (Juliani,2016)
Hal ini dibuktikan dari hasil observasi yang dilakukan, di kelas saat pembelajaran
Bahasa Indonesia terlihat bahwa siswa kurang berminat terhadap pembelajaran yang diberikan
ini ditunjukan oleh sikap mereka saat mereka menerima pembelajaran, siswa di kelas
cenderung pasif (saat pelajaran berlangsung) seolah-olah belum siap menerima pelajaran, siswa
92
tidak mau bertanya selama dalam proses pembelajaran, siswa belajar dengan cara yang
monoton. Berdasarkan keadaan diatas akhirnya menyebabkan rendahnya prestasi belajar.
(Juliani,2016)
Kenyataan di atas tentu saja sangat bertentangan dengan bagaimana seharusnya siswa
tersebut belajar. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu akan ada
perubahan prilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi saling
memperbaiki dalam pola hubungan antara dua subjek. (Juliani,2016)
Keberhasilan seseorang dalam belajar ditentukan oleh banyak faktor yang meliputi
faktor internal dan faktor eksternal.Salah satu faktor belajar yang berpengaruh besar dalam
pencapaian tujuan belajar adalah gaya belajar. Namun, saat ini masih banyak guru yang
mengalami kesulitan dalam memahami gaya belajar yang dimiliki dari masing- masiang
siswanya, yang disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, salah satu faktornya adalah
berhubungan dengan waktu, sumber, ruanggan, dan personalia. (Juliani,2016)
Gaya belajar menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dalam pembelajara IPA.
Karena dalam proses pembelajaran IPA, seorang membutuhkan suatu cara yang dianggapnya
cocok atau nyaman dengan apa yang dijalaninya selama proses belajar tersebut. (Juliani,2016).
Kenyamanan dalam belajar tersebut merupakan gaya belajar yang dianggap cocok oleh si
pelajar. Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah,
dan dalam studi- studi antar pribadi. (Juliani,2016)
Gaya belajar ini sangat berkaitan erat dengan pribadi seseorang, yang tentu dipengaruhi
oleh pendidikan dan riwayat perkembangaannya. Setiap siswa pasti memiliki gaya belajar
mereka masing- masing, berbeda secara individual dalam caranya belajar. Guru-guru harus tau
akan adanya tipe-tipe murid yang berbeda-beda. Bagi seorang guru sangat penting untuk
mengetahui atau memahami bagaimana gaya belajar yang dimiliki oleh masing-masing
siswanya, agar didalam pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
(Juliani,2016)
Perbedaan gaya belajar itu menunjukan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu
bisa menyerap seluruh informasi dari luar dirinya. Oleh karena itu, seorang guru bisa
memahami bagaimana perbedaan gaya belajar pada siswanya, dan mencoba menyadarkan
siswanya akan perbedaan tersebut, mungkin akan lebih mudah bagi guru untuk menyampaikan
informasi secara efektif dan efisien. (Juliani,2016). Guru harus memperhatikan gaya belajar
atau “learning style” siswa, yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang
yang diterimanya dalam proses belajar.
93
Mengingat besarnya pengaruh gaya belajar terhadap pencapaian tujuan belajar maka
peneliti melakukan penelitian di SD Negeri 060792 JL. Purwo Kec Medan Timur karena
sekolah tersebut terletak di kota Medan dan juga terjangkau oleh peneliti dalam melakukan
penelitian. Peneliti melakukan penelitian ini karena peneliti ingin menganalisis gaya belajar
siswa kelas V dan VI di SD 060792

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan
penelitian yang penulis ajukan adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya perhatian guru terhadap gaya belajar siswa.


2. Guru belum mengetahui gaya kecenderungan dan gaya belajar siswa yang dominan
pada mata pelajaran IPA .
3. Hambatan-hambatan yang dihadapi guru dan cara mengatasinya dalam memberikan
pelajaran IPA di kelas V dan VI berdasarkan gaya belajar siswa yang berbeda-beda.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang yang dijabarkan, adapun rumusan
masalah dalam riset mini ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja gaya belajar yang dimiliki siswa SD kelas V dan VI pada mata pelajaran IPA?
2. Hambatan apa saja yang dialami guru dalam memberikan pelajaran IPA dengan gaya
belajar siswa yang berbeda-beda dan bagaimana cara mengatasinya ?

1.4 Batasan Masalah


Agar penelitian ini dapat lebih fokus, maka penulis membatasi permasalahan yang akan
diteliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana gaya belajar siswa
SD kelas V dan VI dalam pembelajaran IPA”.

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan, maka penelitian in bertujuan untuk :
1. Mengetahui dan mendeskripsikan gaya belajar yang dimiliki siswa SD kelas V dan VI
pada mata pelajaran IPA.
2. Mendeskripsikan hambatan-hambatan yang dialami guru dan cara mengatasinya dalam
memberikan pembelajaran IPA berdasarkan gaya belajar siswa yang berbeda-beda.

94
1.6 Manfaat Penelitian

A. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan ilmu dan wawasan untuk
memperkaya pengetahuan dalam mengetahui gaya-gaya belajar siswa dalam mata
pelajaran IPA pada siswa SD kelas V dan VI.
B. Secara Praktis
1. Bagi peneliti : penelitian ini menjadi pengalaman, sebagai masukan sekaligus
sebagai pengetahuan untuk mengetahui gaya-gaya belajar siswa sehingga
dikemudian hari dapat dengan mudah mengenali siswa berdasarkan gaya
belajarnya.
2. Bagi guru : hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan
bahan referensi untuk mengenali siswa dalam hal gaya belajarnya, sebagai koreksi
sekaligus usaha untuk memperbaiki kualitas diri sebagai guru yang profesional.
3. Bagi pembaca : hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi
untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

95
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Pembelajaran

2.1.1 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menurut Hamalik merupakan suatu kombinasi yang tersusun antara


unsur manusiawi, material fasilitas ,dan rencana yang saling mempengaruhi untuk
mencapai suatu tujuan.Adapun Gagne dan Bripda (1979) dalam (Lefudin.2017) bahwa
Instruction atau pembelajaran adalah suatu 96ystem yang bertujuan untuk membantu
proses belajar siswa yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian
rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat
internal.(Lefudin.2017)

Menurut Dimyati dan Mudjiono pembelajaran adalah kegiatan guru secara


terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar.UUSPN No 20 tahun 2003 menyatakan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar . Pembelajaran sebagai proses yang dibangun oleh guru
untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai
upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran.(Lefudin.2017)

Pengertian pembelajaran dalam UUSPN No 20 tahun 2003 sesuai dengan yang


disampaikan oleh Knirk dan Gustafson bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang
sistematis melalui tahap perancangan pelaksanaan dan evaluasi dalam hal ini pembelajaran
tidak terjadi seketika melainkan sudah melalui tahap perancangan pembelajaran.Proses
pembelajaran aktivitas yang dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana
interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan artinya interaksi yang telah
direncanakan untuk suatu tujuan tertentu setidaknya adalah pencapaian tujuan instruksional
atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran. Kegiatan
pembelajaran yang diprogramkan guru merupakan kegiatan integralistik antara pendidikan
dengan peserta didik. Kegiatan pembelajaran secara metodologis berakar dari pihak

96
pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara pedagogis berakar dari pihak peserta
didik.(Lefudin.2017)

Ada beberapa pengertian lain dari pembelajaran .( Degeng dalam Lefudin 2017).
Pembelajaran (pengajaran) adalah upaya untuk membelajarkan siswa.Pembelajaran adalah
suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. (Lefudin.2017)

Dari beberapa pengertian pembelajaran di atas. Dapat disimpulkan bahwa,


pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang
mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis
melalui tahap perencanaan pelaksanaan dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar
mengajar.

2.1.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran


Adapun beberapa prinsip-prinsip pembelajaran yaitu :
a. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku
Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran adalah
perubahan perilaku dalam individu. Artinya seseorang yang telah mengalami
pembelajaran akan berubah perilakunya sebagai hasil pembelajaran.
b. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan
Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran
meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu aspek atau dua aspek saja.
Perubahan perilaku itu meliputi aspek-aspek kognitif ,afektif,konatif dan motorik.
c. Pembelajaran merupakan suatu proses
Prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu
aktifitas yang berkesinambungan. Didalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan-
tahapan aktivitas yang sistematis dan searah.
d. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada sesuatu
tujuan yang hendak dicapai
e. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman(Lefudin.2017)

97
2.2 Pembelajaran IPA di SD
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau Sains
yang semula berasal dari bahasa inggris ‘science’ yang artinya ilmu. Kata ‘science’ sendiri
berasal dari kata dalam bahasa latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. ‘Science’ terdiri dari
social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan
alam).(Hanifah.2016)
Pada hakekatnya Ilmu Pengetahuan Alam terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap
ilmiah, proses ilmiah dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa Ilmu Pengetahuan Alam tidak
hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihapal tetapi juga
merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari mengenai
gejala-gejala yang belum dapat direnungkan..(Hanifah.2016)
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam
perut bumi dan diluar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat
diamati dengan indera. IPA atau ilmu kealaman adalah tentang dunia zat, baik makhluk hidup
maupun benda mati yang diamati. Menurut H.W Fowler (dalam Hanifah.2016) mendefinisikan
“IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-
gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi”.
Mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan
yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan
melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP. ( Arinil.2011)

98
Sedangkan ruang lingkup pembelajaran IPA Di SD meliputi aspek-aspek sebagai
berikut:
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan dan tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
b. Benda atau materi sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat, gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi , tata surya dan benda langit lainnya.
(Arinil.2011)

Pembelajaran IPA disekolah dasar mempunyai karakteristik yang berbeda dengan


karakteristik IPA di Sekolah Menengah. Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan
intelektual anak seusia siswa sekolah dasar maka penyajian konsep dan keterampilan IPA dari
yang nyata (konkrit) ke yang abstrak, dari mudah ke sukar, dari sederhana ke rumit dari dekat
ke jauh. Dengan kata lain mulailah dari apa yang ada di sekitar siswa dan dikenal, diamati serta
diperlukan siswa. Secara psikologis anak usia sekolah dasar berada dalam dunia bermain.

Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan
teknologi serta dapat membantu peserta didik dalam memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, dan mampu menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari dan proses pembelajarannya menekankan pada pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar.

2.3 Gaya Belajar


Gaya belajar siswa merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam belajar. Setiap
siswa tentu memiliki gaya belajar siswa yang berbeda beda ini dapat membantu para guru
dalam menyampaikan bahan pembelajaran kepada semua siswa sehingga hasil belajar akan
lebih efektif. (Darmadi, 2017)

Menurut Deporter dan Hernacki dalam (Syakir, 2014) menyatakan bahwa gaya belajar
adalah kombinasi dari menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Sedangkan menurut
James dan Gardner dalam (Darmadi, 2017) gaya belajar adalah cara yang kompleks dimana
para siswa menganggap dan merasa paling efektif dan efesien dalam memproses, menyimpan
dan memanggil kembali apa yang telah mereka pelajari.

99
Dun dan Dun dalam Sugiharto yang dikutip oleh (Darmadi, 2017) menjelaskan bahwa
gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu pembelajaran
efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain. Berarti gaya belajar
berhubungan dengan cara anak belajar serta cara belajar yang paling disukai.

Menurut Nasution dalam (Darmadi, 2017) gaya belajar adalah cara yang konsisten yang
dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atauinformasi, cara mengingat,
berfikir dan memecahkan masalah. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa gaya belajar adalah karakteristik yang dimiliki seseorang dalam menangkap stimulus
atau informasi, cara mengingat, berfikir dan memecahkan masalah.

2.4 Jenis-Jenis Gaya Belajar


Menurut Deporter dan Hernacki dalam () menyatakan bahwa gaya belajar adalah
kombinasi dari menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Terdapat 3 gaya belajar
berdasarkan modal yang digunakan individu dalam memproses informasi yaitu :

1. Visual (Visual Learners)


Gaya belajar visual menitikberatkan pada ketajaman pengelihatan. Artinya, bukti-bukti
konkrit harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham. Gaya belajar seperti ini
mengandalkan pengelihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya.
Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini.
a. Kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahui atau
memahaminya.
b. Memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna.
c. Memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistic.
d. Memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung
e. Terlalu reaktif terhadap suara.
f. Sulit mengikuti anjuran secara lisan.
g. Sering kali salah menginterprestasikan kata atau ucapan.

Ciri-ciri gaya belajar visual sebagai berikut :

a. Cenderung melihat sikap, gerakan dan bibir guru yang sedang mengajar.
b. Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
c. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman
lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak.

100
d. Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat
pasif dalam kegiatan diskusi.
e. Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan.
f. Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
g. Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu.

2. Auditori (Auditory Learners)


Gaya belajar auditori mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami dan
mengingatnya. Karakteristik gaya belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran
sebagai alat utama untuk menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar
lalu bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter orang yang memiliki gaya belajar
ini adalah :
a. Semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran.
b. Memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung.
c. Memiliki kesulitan menulis atau membaca

Ciri-ciri gaya belajar auditori sebagai berikut :

a. Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas atau materi yang
didiskusikan dalam kelompok kelas.
b. Pendengar ulung : anak mudah menguasai materi iklan/lagu di televisi atau radio
c. Cenderung banyak omong
d. Tidak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang
dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya.
e. Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang / menulis.
f. Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain.
g. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya
anak baru, adanya papan pengumuman dan sebagainya.

3. Kinestetik (Kinestetik Learners)


Gaya belajar kinestetik mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu
yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa
karakteristik model belajar seperti ini. Menepatkan tangan sebagai alat penerima informasi
utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang
memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasnya.

101
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik adalah sebagai berikut :
a. Menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, termasuk saat belajar.
b. Sulit berdiam diri atau duduk duduk manis, selalu ingin bergerak.
c. Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh : saat guru
menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar.
d. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
e. Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambang.
f. Menyukai praktik/percobaan.
g. Menyukai permainan dan aktivitas fisik.

102
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode ini digunakan
untuk menggambarkan keadaan serta objek penelitian berdasarkan fakta yang ada di lapangan
secara apa adanya sesuai dengan hasil pengamatan si peneliti. Peneliti menggunakan metode
ini agar peneliti bisa mengetahui informasi dan dapat mendeskripsikan dan menganalisis data
dengan jelas. Peneliti berperan sebagai pengamat mengamati bagaimana proses jalannya
kegiatan belajar mengajar yang ada di SD Negeri No 060792 Jl.Purwo Kec Medan Timur.

3.2.Lokasi Penelitian
3.6.3 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian ini dilakukan. Penelitian ini
dilakukan di SD Negeri No 060792 Jl.Purwo Kec Medan Timur
3.6.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan september sampai bulan oktober 2019 dengan
alokasi sebagai berikut :
NO Waktu Kegiatan Bulan

September Oktober

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Tahap Pra Pelaksanaan Penelitian

a. Survey

b. Menentukan Judul dan Topik


Penelitian
c. Pembuatan Proposal

d. Pengajuan Proposal

e. Revisi Proposal

103
f. Pembuatan Instrumen Penelitian

2 Tahap Pelaksanaan

a. Pengumpulan Data
b. Pengolahan Data
3 Penyusunan Laporan

a. Penyusunan Data

b. Pengetikan Data

3.3.Populasi dan Sample Penelitian


Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa dan seluruh guru di SD Negeri No 060792.
Sedangkan sampel penelitian ini adalah siswa kelas V dan VI untuk menjawab rumusan
masalah mengenai gaya belajar siswa dan guru kelas V dan VI dijadikan sampel penelitian
untuk menjawab rumusan masalah mengenai hambatan guru dalam memberikan pelajaran IPA
dengan gaya belajar siswa yang berbeda-beda serta cara mengatasinya.

3.4.Tehnik Pengumpulan Data

3.4.1. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pernyataan
tertulis untuk dijawab secara tertulis juga oleh responden yaitu siswa kelas V dan VI SD
Negeri 060950. Angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket tertutup dimana
respoden diberi batasan untuk menjawab. Angket ini dibuat untuk melengkapi data-data
peneliti. Angket diberikan kepada responden yaitu siswa-siswi kelas V dan VI SD 060792

3.4.2. Wawancara
Wawancara merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
bertanya langsung atau dengan cara bertatap muka dengan responden. Wawancara
dilakukan untuk menjawab rumusan masalah mengenai kendala yang dihadapi guru dalam
memberikan pelajaran ipa dengan gaya belajar siswa yang berbeda-beda serta cara
mengatasi kendala tersebut. Sampel dalam wawancara ini yaitu guru SD kelas V dan VI di
SD Negeri No 060792

104
3.4.3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu .Dokumentasi bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental.Dalam hal ini peneliti
menggunakan semacam gambar berupa foto-foto pada waktu pelaksanaan penelitian mulai
dari wawancara dan pemberian angket
3.5.Instrumen Penelitian
1. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk angket tertutup berupa pilihan
ganda dengan rentang nilai 2 pilihan jawaban yang menggunakan skala linkert. Skala
linkert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala social (Sugiyono, 2013).
Kisi-kisi angket
No Aspek Nomor butir Tipe test Jumlah

1 Gaya belajar visual 1,2,3,4,5,6,7 Tertutup 7

2 Gaya belajar 1,2,3,4,5,6,7 Tertutup 7


auditori
3 Gaya belajar 1,2,3,4,5,6,7 Tertutup 7
kinestetik
Jumlah 21 21

2. Wawancara
Wawancara merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya
langsung atau dengan cara bertatap muka dengan responden

3.6 .Tehnik Analisis Data


Adapun tehnik analis data ini dilakukan dengan menggunakan tehnik analisis skala
Linkert kemudian melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
3.6.1 Analisis skala linkert
Skala linkert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dalam penelitian ini skala linkert
digunakan untuk mengukur pendapat dan persepsi siswa tentang gaya belajar.
(Sugiyono,2013)
Instrument skala Linkert :

105
No Skala Pernyataan

1 YA 1

2 TIDAK 0

Berdasarkan jawaban responden berikutnya akan diperoleh satu kecenderungan


atas jawaban responden tersebut.
3.6.2 Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu tehnik analisis data kualitatif. Reduksi data
adalah bentuk analisis yang menajamkan,menggolongkan,mengarahkan, membuang yang
tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat
diambil.
3.6.3 Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu tehnik analisis data kualitatif. Penyajian data
adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga member kemungkinan
akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif
(berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik,jaringan dan bagan.
3.6.4 Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu tehnik analisis data
kualitatif.Penarikan kesimpulan adalah hasil yang dapat digunakan untuk mengambil
tindakan.

106
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif data yang
di peroleh dari subjek penelitian kemudian dianalisis sesuai dengan metode deskriptif kualitatif
yaitu mendeskripsikan data atau informasi yang diperoleh dari hasil observasi dan penyebaran
angket dan wawancara.

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Hasil angket
Hasil penyebaran angket pada siswa kelas V dan VI yang merupakan sumber data
utama pada penelitian ini. Hasil tanggapan responden akan diuraikan melalui tabel
frekuensi dan persentase. Melalui tabel frekuensi akan terlihat tingkat persetujuan
responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan dalam angket dan melalui
presentase tanggapan responden akan dapat dilihat klasifikasi tanggapan responden
sebagai refresentasi seluruh responden
4.1.1.1 Hasil angket kelas V
Responden Nomor Butir Angket
Kelas V
Gaya Visual Gaya Auditori Gaya kinestetik
N
o 1 2 3 4 5 6 7 Jl 1 2 3 4 5 6 7 Jlh 1 2 3 4 5 6 7 jlh
h
1 M. Reza 0 0 1 0 0 1 1 3 1 1 1 0 0 1 0 4 1 0 0 0 0 0 0 1

2 Bayu 0 0 1 0 0 1 1 3 0 1 1 0 0 1 1 4 0 1 0 0 0 0 1 2

3 Rizky. S 0 0 1 0 0 1 1 3 1 0 1 0 0 1 0 3 1 0 1 1 0 0 0 3

4 Gadis. S 0 0 1 1 0 1 0 3 1 1 1 0 0 0 0 3 1 1 1 0 0 0 0 3

5 Daffa 1 0 0 0 0 1 1 3 0 1 1 1 0 1 0 4 1 1 1 0 1 0 1 5

6 Fadel Akbar 0 1 1 0 1 1 1 5 1 0 1 1 1 0 1 5 1 0 0 1 1 0 1 4

7 Sigit Dwi H 0 0 1 1 0 1 1 4 1 0 0 0 0 1 0 2 1 1 0 1 1 0 0 4

107
8 Timlen H. 0 0 1 0 1 1 1 4 1 1 1 0 1 1 0 5 0 1 0 0 0 0 1 2
Sgl
9 Ridan 0 0 1 0 0 1 1 3 1 1 1 0 0 1 0 4 0 1 0 1 0 0 0 2

10 Choky 0 0 1 0 0 1 0 2 1 1 1 0 1 1 0 5 1 1 0 0 0 0 0 2

11 Putra 0 0 1 1 0 1 1 4 0 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 0 0 5

12 Adi Satria 0 0 1 1 0 1 1 4 1 1 1 0 1 1 0 5 0 0 1 1 0 0 1 3

13 Riska A 0 0 0 1 1 1 1 4 0 1 1 1 1 0 1 5 1 1 0 1 0 0 1 4

14 Lutfi 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 3 0

15 Cindy Laura 0 0 1 1 0 1 1 4 1 1 1 0 1 0 0 4 0 1 0 0 0 0 0 1

16 Nadia 1 0 1 0 1 1 1 5 0 1 1 0 0 1 0 3 1 1 0 0 0 1 0 3

17 Rizky Al M 0 1 0 1 0 1 0 3 1 0 1 0 1 0 1 4 0 1 0 1 0 1 0 3

18 Ramsen S P 1 0 1 0 0 1 1 4 1 0 1 0 0 1 0 3 1 1 1 1 1 0 1 6

19 Fikri 1 0 1 0 0 1 1 4 0 1 1 0 1 1 0 4 1 0 0 0 0 0 0 1

Berdasarkan tabel diatas dipaparkan hasil sebagai berikut responden pertama pada
pernyataan tentang gaya belajar visual memilih YA sebanyak 3 pernyataan, pada gaya
belajar auditori responden pertama memilih YA sebanyak 4 pernyataan dan pada gaya
belajar kinestetik responden pertama memilih YA sebanyak 1 pernyataan. Responden
kedua pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih YA sebanyak 3 pernyataan,
pada gaya belajar auditori responden kedua memilih YA sebanyak 4 pernyataan dan pada
gaya belajar kinestetik responden kedua memilih YA sebanyak 2 pernyataan.
Responden ketiga pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih YA
sebanyak 3 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden ketiga memilih YA sebanyak
3 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden ketiga memilih YA sebanyak 3
pernyataan. Responden keempat pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih
YA sebanyak 3 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden keempat memilih YA
sebanyak 3 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden keempat memilih YA
sebanyak 3 pernyataan. Responden kelima pada pernyataan tentang gaya belajar visual

108
memilih YA sebanyak 3 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden kelima memilih
YA sebanyak 4 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden kelima memilih
YA sebanyak 5 pernyataan.
Responden keenam pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih YA
sebanyak 5 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden keenam memilih YA
sebanyak 5 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden keenam memilih YA
sebanyak 4 pernyataan. Responden ketujuh pada pernyataan tentang gaya belajar visual
memilih YA sebanyak 4 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden ketujuh memilih
YA sebanyak 2 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden ketujuh memilih
YA sebanyak 4 pernyataan. Responden kedelapan pada pernyataan tentang gaya belajar
visual memilih YA sebanyak 4 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden
kedelapan memilih YA sebanyak 5 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden
kedelapan memilih YA sebanyak 2 pernyataan. Responden kesembilan pada pernyataan
tentang gaya belajar visual memilih YA sebanyak 3 pernyataan, pada gaya belajar auditori
responden kesembilan memilih YA sebanyak 4 pernyataan dan pada gaya belajar
kinestetik responden kesembilan memilih YA sebanyak 2 pernyataan.
Responden kesepuluh pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih YA
sebanyak 2 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden kesepuluh memilih YA
sebanyak 5 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden kesepuluh memilih YA
sebanyak 2 pernyataan. Responden kesebelas pada pernyataan tentang gaya belajar visual
memilih YA sebanyak 4 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden kesebelas
memilih YA sebanyak 6 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden kesebelas
memilih YA sebanyak 5 pernyataan. Responden keduabelas pada pernyataan tentang gaya
belajar visual memilih YA sebanyak 4 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden
kedua belas memilih YA sebanyak 5 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik
responden kedua belas memilih YA sebanyak 3 pernyataan.
Responden ketiga belas pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih YA
sebanyak 4 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden ketiga belas memilih YA
sebanyak 5 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden ketiga belas memilih
YA sebanyak 4 pernyataan. Responden keempat belas pada pernyataan tentang gaya
belajar visual memilih YA sebanyak 1 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden
keempat belas memilih YA sebanyak 3 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik
responden keempat belas memilih YA sebanyak 0 pernyataan. Responden kelima belas
pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih YA sebanyak 4 pernyataan, pada
109
gaya belajar auditori responden kelima belas memilih YA sebanyak 4 pernyataan dan pada
gaya belajar kinestetik responden kelima belas memilih YA sebanyak 1 pernyataan.
Responden keenam belas pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih
YA sebanyak 5 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden keenam belas memilih
YA sebanyak 3 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden keenam belas
memilih YA sebanyak 3 pernyataan. Responden ketujuh belas pada pernyataan tentang
gaya belajar visual memilih YA sebanyak 3 pernyataan, pada gaya belajar auditori
responden ketujuh belas memilih YA sebanyak 4 pernyataan dan pada gaya belajar
kinestetik responden ketujuh belas memilih YA sebanyak 3 pernyataan. Responden
kedelapan belas pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih YA sebanyak 4
pernyataan, pada gaya belajar auditori responden kedelapan belas memilih YA sebanyak
3 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden kedelapan belas memilih YA
sebanyak 6 pernyataan. Responden kesembilan belas pada pernyataan tentang gaya
belajar visual memilih YA sebanyak 4 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden
kesembilan belas memilih YA sebanyak 4 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik
responden kesembilan belas memilih YA sebanyak 1 pernyataan.

4.1.1.2 Hasil angket kelas VI


Nomor Butir Angket
No Responden Kelas VI Gaya Visual Gaya Audio Gaya Kinestetik
1 2 3 4 5 6 7 Jlh 1 2 3 4 5 6 7 Jlh 1 2 3 4 5 6 7 Jlh
1 Abdul Zaki Hasibuan 1 1 1 0 0 1 1 5 0 1 1 0 1 1 0 4 0 1 0 1 0 0 1 3
2 Abel Gael 1 0 1 1 0 1 1 5 1 1 1 0 0 0 1 4 0 1 1 1 0 1 1 5
3 Aldi 0 0 1 0 0 1 0 2 1 0 1 0 1 0 0 3 1 0 1 0 0 0 1 3
4 Alhamdu Rizki 1 0 1 0 0 1 1 5 1 0 1 0 1 1 0 4 0 1 0 1 0 0 0 2
5 Laila Wulan Sari 0 0 1 0 0 1 0 2 1 0 1 0 1 0 0 3 1 0 0 1 0 0 1 3
6 M. Radid Herman 1 1 1 0 0 1 1 5 0 1 1 0 1 1 0 4 0 0 1 0 1 0 1 3
7 Nabila 1 0 1 0 0 0 1 3 0 1 1 1 1 1 0 5 1 1 0 1 0 0 0 3
8 Nabila Sakif 0 0 1 0 0 1 1 3 1 0 1 0 0 1 1 4 1 1 0 0 0 1 0 3
9 Putra Rahmadan 1 1 1 0 0 1 1 5 1 1 1 0 1 1 1 6 0 1 0 0 1 0 1 3
10 Radith Andika 1 1 1 0 0 1 1 5 0 1 1 0 1 1 0 4 0 1 0 1 0 0 1 3
11 Ratu Elsya 1 0 1 1 0 1 1 5 1 1 0 1 1 0 1 5 1 1 0 0 1 0 1 4
12 Rian 0 0 1 0 0 1 1 3 0 1 1 0 0 1 0 3 1 1 0 0 1 0 0 3
13 Ridho Kurniawan 1 0 1 1 1 1 1 6 1 0 1 1 0 1 1 5 1 0 1 1 0 0 1 4
14 Sakila 0 0 1 0 0 1 1 3 1 0 1 0 0 1 0 3 1 1 0 0 0 0 0 2
15 Suci Khumaira 0 0 1 1 0 1 1 4 0 1 1 0 0 0 1 3 0 1 1 1 0 0 0 3
16 Tiara Aulia 0 0 1 0 0 1 1 3 1 1 1 0 1 1 0 5 1 1 0 0 0 0 0 2
17 Wiratriyadi 1 0 1 0 0 1 1 4 0 1 1 1 1 1 0 5 1 1 0 1 0 1 1 5

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden pertama dalam gaya belajar
visual sebanyak 5 poin, gaya belajar audio sebanyak 4 poin, dan gaya kinestetik sebanyak
3 poin. Pada responden kedua dalam gaya belajar visual memperoleh 5 poin, gaya audio
memperoleh 4 poin dan gaya kinestetik memperoleh 5 poin. pada responden ketiga dalam

110
gaya belajar visual memperoleh 2 poin, gaya audio memperoleh 3 poin, dan gaya kinestetik
memperoleh 3 poin.
Pada responden keempat memperoleh sebanyak 5 poin untuk gaya belajar visual, 4 poin
untuk gaya belajar audio, dan 2 poin untuk gaya belajar kinestetik. Pada responden kelima
memperoleh 2 poin pada gaya visual, 3 poin pada gaya audio, dan 3 poin pada gaya
kinestetik. Pada responden keenam memperoleh 5 poin pada gaya visual, 4 poin pada gaya
audio, dan 3 poin pada gaya kinestetik.
Pada responden ketujuh, diperoleh 3 poin pada gaya visual, 5 poin pada gaya audio,
dan 3 poin pada gaya kinestetik. Pada responden kedelapan dalam gaya belajar visual
memperoleh poin sebanyak 3 poin, dalam gaya belajar audio memperoleh poin sebanyak
4 poin, dan gaya belajar kinestetik sebanyak 3 poin. pada responden kesembilan
mendapatkan 5 poin untuk gaya belajar visual, 6 poin untuk belajar audio, dan 3 poin untuk
belajar kinestetik.
Pada responden kesepuluh diperoleh 5 poin pada gaya visual, 4 poin pada gaya audio,
dan 3 poin pada gaya kinestetik. Pada responden kesebelas, dalam gaya belajar visual
diperoleh sebanyak 5 poin, pada gaya belajar audio sebanyak 5 poin, dan pada gaya belajar
kinestetik sebanyak 4 poin. Pada responden kedua belas diperoleh 3 poin untuk gaya
belajar visual, 3 poin pada gaya belajar audio, dan 3 poin pada gaya belajar kinestetik.
Pada responden ketiga belas diperoleh 6 poin pada gaya belajar visual, 5 poin pada gaya
belajar audio, dan 4 poin pada gaya belajar kinestetik. Pada responden keempat belas,
diperoleh 3 poin pada gaya belajar visual, 3 poin pada gaya belajar audio, dan 2 poin pada
gaya belajar kinestetik. Pada responden kelima belas diperoleh 4 poin pada gaya belajar
visual, 3 poin pada gaya belajar audio, dan 3 poin pada gaya belajar kinestetik. Pada
responden keenam belas, diperoleh 3 poin pada gaya belajar visual, 5 poin pada gaya
belajar audio, dan 2 poin pada gaya belajar kinestetik. Pada responden ketujuh belas,
diperoleh gaya belajar visual sebanyak 4 poin, gaya belajar audio sebanyak poin, dan gaya
belajar kinestetik sebanyak 5 poin.

4.1.2 Hasil wawancara

Adapun hasil wawancara yang kami lakukan terhadap guru kelas V dan VI SD
Negeri No 060792 Jl.Purwo Kec Medan Timur yaitu:
a. Hasil wawancara guru kelas V
b. Hasil wawancara guru kelas VI

111
Adapun hasil wawancara yang kami lakukan terhadap guru kelas VI SD Negeri No
060792 Jl.Purwo Kec Medan Timur yaitu kepad ibu Ida Hafni Purba adalah sebagai
berikut :

1. Menurut ibu, apakah gaya belajar itu ?


Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “gaya belajar
itu adalah cara anak-anak dalam belajar. Istilahnya seperti bagaimana anak-anak itu
belajar.” Sedangkan menurut Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan
bahwa “gaya belajar itu adalah cara mengajarkan kepada anak, cara memberikan
ilmu kepada anak anak dan memberikan berbagai banyak contoh dan alat-alat peraga
agar anak itu cepat menangkap gaya belajar yang diberikan”.
Berdasarkan kedua jawaban dari narasumber, dapat diketahui bahwa gaya
belajar adalah cara siswa dalam belajar untuk memperoleh ilmu dari apa yang
disampaikan dan dijelaskan guru.

2. Seberapa pentingkah gaya belajar siswa bagi ibu ?


Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “sangat
penting sekali, karena gaya belajar itu merupakan bagian dari diri anak-anak yang
akan membuat anak-anak memahami cara dia belajar yang bagaimana agar dia
mampu menyerap materi pelajaran.” Sedangkan menurut Ibu Ida Hafni Purba sebagai
guru kelas VI menyatakan bahwa “gaya belajar penting sekali, karena dengan gaya
belajar itu anak-anak mudah dalam belajar”
Berdasarkan kedua jawaban dari narasumber, dapat diketahui bahwa gaya
belajar merupakan komponen yang sangat penting dalam diri siswa untuk menunjang
keberhasilan belajar siswa itu sendiri dan agar lebih mudah dalam belajar.

3. Bagaimana cara ibu mengetahui gaya belajar siswa masing-masing ?


Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “biasanya
mereka akan menonjolkan tingkah laku tertentu yang khas sesuai dengan belajarnya,
misalnya kalau kinestetik, berarti mereka senang bergerak dan aktif kesana-kesini dan
tidak bisa duduk diam dengan tenang. Kalau untuk gaya belajar yang audiotori
biasanya anak-anak senang kalau mendengarkan saya ceramah. Nah, kalau yang
visual mereka biasanya lebih suka membaca dan memperhatikan dengan mata apa
yang saya ucapkan. Jadi untuk mengetahui itu, saya selalu memperhatikan tingkah laku

112
yang khas yang ditonjolkan di dalam pembelajaran.”. Sedangkan Ibu Ida Hafni Purba
sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “ketika pembelajaran yang dilakukan itu kita
mengamati siswanya, seperti apa belajar yang ia sukai ”
Berdasarkan kedua jawaban dari narasumber, dapat diketahui bahwa untuk
mengetahui gaya belajar siswa, guru harus mengamati tingkah laku yang khas dari
siswanya dengan baik yang menonjolkan karakteristik tertentu sesuai dengan gaya
belajarnya masing-masing.

4. Gaya belajar apa yang paling dominan yang ada dikelas yang ibu ampu ?
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “gaya belajar
yang dominan di kelas saya itu adalah visual.” Sedangkan menurut Ibu Ida Hafni Purba
sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “mereka lebih suka kalo kita memberikan
pelajaran kita membuat alat peraga seperti gambar gambar, mereka lebih senang
melihat dan cepat menangkap. Mereka itu suka melihat dan mendengarkan”
Berdasarkan kedua jawaban dari narasumber, dapat diketahui bahwa gaya
belajar yang dominan di kelas V adalah gaya belajar visual, sedangkan di kelas VI
adalah gaya belajar visual dan audiotori.

5. Karakteristik apa yang paling menonjol yang dimiliki siswa dengan gaya belajar yang
berbeda beda ?
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “yang paling
menonjol itu seperti mereka senang kalau saya suruh belajar sambil bermain games
yang membuat siswa itu aktif.” Sedangkan menurut Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru
kelas VI menyatakan bahwa “mereka lebih suka bergerak, misalnya bernyanyi sambil
mempraktekkan misalnya seperti lagu lihat kebunku, saya menanyakan mana
bunganya, mereka bergerak seperti bunga, mereka suka sekali seperti itu”
Berdasarkan kedua jawaban dari narasumber, dapat diketahui bahwa
karakteristik yang paling menonjol dari setiap siswa adalah mereka senang melakukan
kegiatan dalam hal bergerak dan melakukan praktik.

6. Adakah strategi yang ibu gunakan untuk memaksimalkan pelajaran yang ibu berikan
agar siswa dengan gaya belajarnya masing-masing dapat menyerap dengan baik ?
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “biasanya saya
selalu memvariasikan pembelajaran supaya anak-anak tidak bosan. Misalnya hari ini
113
saya menggunakan metode ceramah, maka besok saya menggunakan tanya jawab,
kemudian dihari yang lain saya menggunakan metode yang lainnya agar anak-anak
tidak merasa bosan.” Sedangkan menurut ibu Ida Hafni Purba menyatakan bahwa
“saya sering mengajak siswa untuk bermain games terkadang supaya mereka tidak
bosan”.
Berdasarkan kedua jawaban dari narasumber, dapat diketahui bahwa cara yang
paling ampuh untuk memaksimalkan pembelajaran adalah dengan memberikan variasi
pada pembelajaran dan disertai dengan pembelajaran berbasis permainan games agar
sisa tidak bosan.

7. Media apa yang paling sering ibu gunakan ?


Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “yang paling
sering digunakan biasanya buku, globe, peraga panca indra, karena media dan
fasilitas di sekolah ini kurang memadai. Selain itu saya juga meminta anak-anak untuk
membawa barang-barang yang mudah didapat dirumah untuk diamati bersama.”
Sedangkan menurut Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa
“media yang sering saya gunakan yaitu alat peraga pada pelajaran matematika,
karena mata pelajaran matematika mempunyai alat peraga tersendiri, kalau
pembelajaran IPS itu saya menggunakan globe, kalau pembelajaran IPA saya
menggunakan membuat bel, alat pernafasan, panca indera. Alat peraga sudah di
sediakan dari sekolah”
Berdasarkan kedua jawaban dari narasumber, dapat diketahui bahwa media
yang paling sering digunakan dalam pembelajaran adalah media yang berkaitan dengan
pembelajaran itu sendiri, seperti globe dan peraga panca indra.

8. Bagaimana cara ibu untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna pada
pembelajaran yang ibu ampu ?
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “itu harus
sesuai dengan kemampuan gurunya masing-masing, kalau saya ya selalu saya nasihati,
saya beritahu bagaimana hidup ini harus dijalakan” sedangkan Ibu Ida Hafni Purba
sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “yang diberikan itu seperti kita memotivasi
anak-anak, bisa juga memberikan hadiah pada anak-anak yang bisa menjawab
pertanyaan”

114
Berdasarkan kedua jawaban dari narasumber, dapat diketahui bahwa dalam
memberikan pengalaman belajar, guru harus bisa memotivasi siswa untuk mau belajar
dan terus berkembang serta memberikan penghargaan material bagi anak-anak yang
mampu mengerjakan dan menjawab pertanyaan dengan baik.

9. Hambatan-hambatan apa selama mengajar dengan gaya belajar yang berbeda-beda ?


Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “sarana dan
prasarana disini yang kurang memadai untuk mendukung guru dalam mengajar,
misalnya saya butuh infokus, tapi tidak ada, ataupun ada tapi infokusnya rusak.”
Sedangkan Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “hambatan
yang sering terjadi yaitu anak-anak suka ribut dan bandal , tidak focus pada
pembelajarn, tidak mau mengerjakan tugas”
Berdasarkan kedua jawaban dari narasumber, dapat diketahui bahwa hambatan
yang sering terjadi adalah kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang mendukung
kegiatan belajar mengajar, dan hambatan dari dalam kelas itu sendiri, seperti siswa yang
tidak fokus dan anak-anak yang melakukan keributan didalam kelas.

10. Bagaimana cara ibu mengatasi hambatan tersebut ?


Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “biasa saya
siasati dengan memanfaatkan fasilitas yang ada, atau membuat games dalam pelajaran
agar siswa merasa senang” Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan
bahwa “memanggil siswa itu kedapan kelas, kemudian saya memintanya untuk
mengingat materi yang telah di ajarkan, dan menjawabya. Kemudian saya memanggil
orang tua siswa sebagai peringatan kepada siswa”
Berdasarkan kedua jawaban dari narasumber, dapat diketahui bahwa untuk
mengatasi hambatan tersebut, yaitu dengan memberikan pengajaran yang berbasis
games dengan memanfaatkan fasilitas sekolah seadanya, dan bagi siswa yang membuat
keributan, diselesaikan dengan cara siswa tersebut untuk mengingat materi yang
diajarkan.

4.2 Pembahasan
Gaya belajar adalah cara yang kompleks dimana para siswa menganggap dan merasa
paling efektif dan efesien dalam memproses, menyimpan dan memanggil kembali apa yang

115
telah mereka pelajari. Gaya belajar setiap orang berbeda-beda, perbedaan gaya belajar tersebut
menyebabkan guru harus mampu memahami gaya belajar masing-masing siswanya.

Di sekolah ini gaya belajar siswa kelas V cenderung berbeda-beda, dilihat dari hasil
angket, mereka memiliki gaya belajar audio, visual dan kinestetik. Beberapa dari mereka juga
memiliki gaya belajar audiovisual dan juga visual kinestestetik. Mengenai gaya belajar visual
sendiri, siswa kelas V yang memiliki gaya belajar visual yang paling dominan ada satu orang
siswa. Menganai gaya belajar auditori, siswa kelas V yang memiliki gaya belajar auditori yang
dominan memiliki jumlah yang paling banyak diantara gaya belajar lainnya yaitu terdapat 10
orang siswa yang memiliki gaya belajar auditori. Teruntuk gaya belajar kinestetik terdapat dua
orang yang memiliki gaya belajar kinestetik. Sedangkan sisanya memiliki gaya belajar yang
berimbang, dan ada juga yang kombinasi seperti audiovisual terdapat 3 orang siswa.

Keadaan tersebut memberikan pandangan bahwa siswa kelas V di SD di sekolah ini


cenderung lebih suka belajar dengan cara mendengar, lalu melihat hal tersebut juga
disampaikan pada hasil wawancara bahwasannya para siswa senang jika melihat lalu
mendengarkan penjelasan guru jika mereka belajar dengan menggunakan alat peraga.
Penggunaan alat peraga yang sering digunakan oleh guru ialah alat peraga yang sudah tersedia
di perpustakaan.

Gaya belajar yang dimiliki siswa kelas VI berbeda beda, dilihat dari hasil angket yang
disebarkan, mereka memiliki gaya belajar audio, visual dan kinestetik. Beberapa dari mereka
juga memiliki gaya belajar audiovisual dan juga visual kinestestetik. Dari 17 siswa yang ada di
kelas VI, terdapat 6 orang yang memiliki gaya belajar visual. Terdapat 4 orang yang memiliki
gaya belajar audio, dan tidak ada seorang siswapun yang memiliki gaya belajar kinestetik.
Sementara 7 siswa lainnya memiliki gaya belajar yang kombinasi dan berimbang.

Gaya belajar yang paling dominan di kelas VI adalah gaya belajar kombinasi seperti
audio visual, ataupun visual kinestetik. Hal ini menunjukkan bahwa guru harus mampu
mengatur dengan baik seluruh sisi pelajaran agat seluruh siswa dengan gaya belajar yang
berbeda-beda mampu menangkap pembelajaran dengan maksimal. Upaya yang dilakukan guru
dalam pembelajaran dengan siswa yang memiliki gaya belajar yang bervariasi yaitu
menggunakan metode dan cara mengajar yang bervariasi pula. Selain itu, media dan alat peraga
juga digunakan untuk menunjang efektivitas belajar mengajar.

Dalam memahami mengenai gaya belajar, guru kelas VI disekolah ini cenderung belum
mampu memahami gaya belajar dengan baik, guru kelas VI tidak memahami apa itu gaya

116
belajar. Sedangkan guru kelas V sudah cukup baik dalam memahami gaya belajar siswa dengan
melihat ciri perilaku khusus yang ada pada diri siswa itu sendiri yang paling sering ditonjolkan
didalam kelas maupun dalam suasana belajar mengajar. Hambatan yang dialami guru mengenai
gaya belajar yang berbeda-beda ialah kondisi kelas yang cendurung tidak bisa berjalan dengan
kondusif seperti terjadi keributan di dalam kelas dan lainnya.

Hal ini dapat terjadi dikarenakan guru kelas VI belum memahami apa itu gaya belajar,
sehingga dalam memilih strategi ataupun metode yang digunakan dalam proses pembelajar
tidak sesuai dengan karakteristik belajar siswa yang menyebabkan siswa menjadi bosan dan
kelas tidak dapat kondusif.

117
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gaya belajar merupakan komponen penting yang ada dalam setiap diri siswa yang harus
diperhatikan guru secara maksimal. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri
No 060792, terlihat siswa kelas V dan kelas VI memiliki gaya belajar yang berbeda-beda
disetiap kelasnya. Selain berbeda, beberapa siswa juga memiliki variasi gaya belajar seperti
audio visual, visual kinestetik, dan audio kinestetik.

Kemampuan guru dalam memahami gaya belajar siswa belum cukup baik. Hal ini terlihat
dari hasil jawaban atas wawancara yang dilakukan, yang mana guru tidak cukup mahir dalam
mengenali karakteristik khusus siswa sesuai dengan gaya belajarnya, terutama guru kelas VI.
Hal ini tentu saja akan berdampak pada ketidaksesuaian strategi dan metode yang akan
dijalankan untuk mencapai tujuan pembelajaran berdasarkan situasi gaya belajar siswa yang
berbeda-beda. Banyak hambatan-hambatan yang harus dihadapi guru dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, salah satunya ialah siswa yang terlalu aktif didalam kelas, sering
membuat keributan, dan sarana dan prasarana sekolah yang kurang mendukung untuk
melakukan pembelajaran. Tentu saja hambatan itu dapat diatasi oleh guru dengan selalu
memberikan arahan dan mengkondisikan kelas.

5.2 Saran
Berdasrkan hasil yang didapat, terdapat beberapa saran yang dapat ditulis, yaitu :

1. Hendaknya guru mampu memahami karakteristik-karakteristik dan ciri khusus dari


siswa yang memiliki gaya belajar audio, visual, dan kinestetik.
2. Selain itu, hendaknya guru mampu menciptakan variasi pembelajaran agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik berdasarkan gaya belajar siswa yang berbeda-
beda.

Bagi sekolah, hendaknya mampu memfasilitasi guru untuk dapat menciptakan


pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa serta memfasilitasi guru untuk dapat belajar
kembali memahami karakteristik siswa sesuai dengan gaya belajar yang berbeda-beda.

118
DAFTAR PUSTAKA

Arinil.2011. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
SD/MI.[online](https://arinil.wordpres.com.cdn.ampproject.org/v/s/arinil.wordpress.co
m/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-alam-
sdmi/amp/?amp diperoleh pada 08 november 2018)
Darmadi, H. 2017. Pengembangan Model
danMetodePembelajarandalamDinamikaBelajarSiswa. Yogyakarta: Depublish
Ginting,Novia Febina.2017. “Analisis Keterampilan Mengajar Guru PPKn Dalam
Mengaktifkan Siswa Kelas XI SMA Negeri 9 Medan Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Skripsi. Medan : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

Hanifah.2016. Pengaruh Pendekatan Saintifik Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Hasil
Belajar Kognitif Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Berbah. Thesis.Yogyakarta:FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta.

Juliani, Ni Wayan dkk. 2016. “Analisis Gaya Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Pada Siswa Kelas V Sd Gugus Vi Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem
Tahun Pelajaran 2015/2016”. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 hal 1-12

Lefudin.2017.Belajar dan Pembelajaran dilengkapi Dengan Model Pembelajaran,Strategi


Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran dan Metode Pembelajaran.Yogyakarta :
deepublish

Marsela.2016. “Identifikasi Gaya Belajar Siswa Kelas X Terhadap Mata Pelajaran Biologi
Sma Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016”. Skripsi. Lampung :
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Bandar Lampung
Syakir, Septian El. 2014. Islamic HypnoParenting :MendidikAnakMasaKinialaRasulullah.
Jakarta :KawanPustaka

119
LAMPIRAN
Lampiran 1
Instrumen Angket
Nama :.........................................
Kelas :.........................................
Petunjuk pengisian :
1. Jawablah secara jujur dengan memberi tanda centang (√) pada kolom YA atau
TIDAK sesuai dengan kondisi dirimu
2. Jangan terpengaruh pada jawaban temanmu
3. Jawabanmu tidak akan mempengaruhi nilai

1. Gaya visual
No. Pernyataan Ya Tidak

1. Saya lebih paham pelajaran apabila membaca buku


daripada mendengarkan penjelasan guru
2. Saya lebih suka mengamati gambar daripada
mendengarkan penjelasan guru
3. Saya lebih mengerti pelajaran apabila guru menuliskan
di papan tulis
4. Saya lebih suka belajar sendiri daripada belajar
berkelompok
5. Saya mampu belajar dalam suasana yang ribut dan
berisik
6. Saya sangat hobi membaca

7. Saya menyukai buku-buku yang memiliki gambar


gambar yang menarik

2. Gaya auditori
No. Pernyataan Ya Tidak

120
1. Saya lebih paham pelajaran apabila mendengarkan
penjelasan guru daripada membaca buku.
2. Saya mampu mengingat dengan baik apabila
mendengarkan penjelasan guru di depan kelas.
3. Saya senang belajar secara berkelompok dan berdiskusi
dengan teman-teman
4. Saya suka mendengarkan kaset atau video saat belajar

5. Saya mudah terganggu dalam belajar apabila di kelas


terjadi keributan
6. Saya sangat senang menjelaskan pelajaran kepada
teman-teman
7. Saya suka dan membaca dengan suara yang keras

3. Gaya kinestetik
No. Pernyataan Ya Tidak

1. Saya menunjuk apa saja yang saya baca dengan jari

2. Saya senang apabila guru membuat praktikum di kelas


dan diluar kelas
3. Saya lebih mudah menghafal apabila sambil berjalan
dan bergerak
4. Saya sangat suka apabila guru menjelask an pelajaran
sambil melakukan permainan di dalam kelas.
5. Saya mudah bosan apabila mendengarkan penjelasan
guru dan membaca buku.
6. Saya tidak mampu duduk diam apabila mendengarkan
penjelasan guru.
7. Saya lebih senang belajar sambil menggerakkan anggota
tubuh

121
Lampiran 2
Lampiran Instrumen Wawancara
Hari / Tanggal :
Narasumber :
Jabatan :
1. Menurut ibu, apakah gaya belajar itu?
2. Seberapa pentingkah gaya belajar siswa bagi ibu?
3. Bagaimana cara ibu mengetahui gaya belajar siswa masing-masing?
4. Gaya belajar apa yang paling dominan yang ada di kelas yang ibu ampu?
5. Karakteristik apa yang paling menonjol yang dimiliki siswa dengan gaya belajar yang
berbeda-beda?
6. Adakah strategi yang ibu gunakan untuk memaksimalkan pelajaran yang ibu berikan
agar siswa dengan gaya belajarnya masing-masing dapat menyerap pelajaran dengan
baik?
7. Media apa yang paling sering ibu gunakan dalam pembelajaran?
8. Bagaimana cara ibu untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna pada
pembelajaran yang ibu ampu?
9. Hambatan-hambatan apa saja yang ibu alami selama mengajar dengan gaya belajar
siswa yang berbeda-beda?
10. Bagaimana cara ibu mengatasi hambatan tersebut?

122
LAMPIRAN REKAPITULASI HASIL ANGKET
Hasil angket kelas V
Responden Nomor Butir Angket
Kelas V
Gaya Visual Gaya Auditori Gaya kinestetik
N
o 1 2 3 4 5 6 7 Jl 1 2 3 4 5 6 7 Jlh 1 2 3 4 5 6 7 jlh
h
1 M. Reza 0 0 1 0 0 1 1 3 1 1 1 0 0 1 0 4 1 0 0 0 0 0 0 1

2 Bayu 0 0 1 0 0 1 1 3 0 1 1 0 0 1 1 4 0 1 0 0 0 0 1 2

3 Rizky. S 0 0 1 0 0 1 1 3 1 0 1 0 0 1 0 3 1 0 1 1 0 0 0 3

4 Gadis. S 0 0 1 1 0 1 0 3 1 1 1 0 0 0 0 3 1 1 1 0 0 0 0 3

5 Daffa 1 0 0 0 0 1 1 3 0 1 1 1 0 1 0 4 1 1 1 0 1 0 1 5

6 Fadel Akbar 0 1 1 0 1 1 1 5 1 0 1 1 1 0 1 5 1 0 0 1 1 0 1 4

7 Sigit Dwi H 0 0 1 1 0 1 1 4 1 0 0 0 0 1 0 2 1 1 0 1 1 0 0 4

8 Timlen H. 0 0 1 0 1 1 1 4 1 1 1 0 1 1 0 5 0 1 0 0 0 0 1 2
Sgl
9 Ridan 0 0 1 0 0 1 1 3 1 1 1 0 0 1 0 4 0 1 0 1 0 0 0 2

10 Choky 0 0 1 0 0 1 0 2 1 1 1 0 1 1 0 5 1 1 0 0 0 0 0 2

11 Putra 0 0 1 1 0 1 1 4 0 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 0 0 5

12 Adi Satria 0 0 1 1 0 1 1 4 1 1 1 0 1 1 0 5 0 0 1 1 0 0 1 3

13 Riska A 0 0 0 1 1 1 1 4 0 1 1 1 1 0 1 5 1 1 0 1 0 0 1 4

14 Lutfi 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 3 0

15 Cindy Laura 0 0 1 1 0 1 1 4 1 1 1 0 1 0 0 4 0 1 0 0 0 0 0 1

16 Nadia 1 0 1 0 1 1 1 5 0 1 1 0 0 1 0 3 1 1 0 0 0 1 0 3

17 Rizky Al M 0 1 0 1 0 1 0 3 1 0 1 0 1 0 1 4 0 1 0 1 0 1 0 3

123
18 Ramsen S P 1 0 1 0 0 1 1 4 1 0 1 0 0 1 0 3 1 1 1 1 1 0 1 6

19 Fikri 1 0 1 0 0 1 1 4 0 1 1 0 1 1 0 4 1 0 0 0 0 0 0 1

124
Hasil angket kelas VI
Nomor Butir Angket
No Responden Kelas VI Gaya Visual Gaya Audio Gaya Kinestetik
1 2 3 4 5 6 7 Jlh 1 2 3 4 5 6 7 Jlh 1 2 3 4 5 6 7 Jlh
1 Abdul Zaki Hasibuan 1 1 1 0 0 1 1 5 0 1 1 0 1 1 0 4 0 1 0 1 0 0 1 3
2 Abel Gael 1 0 1 1 0 1 1 5 1 1 1 0 0 0 1 4 0 1 1 1 0 1 1 5
3 Aldi 0 0 1 0 0 1 0 2 1 0 1 0 1 0 0 3 1 0 1 0 0 0 1 3
4 Alhamdu Rizki 1 0 1 0 0 1 1 5 1 0 1 0 1 1 0 4 0 1 0 1 0 0 0 2
5 Laila Wulan Sari 0 0 1 0 0 1 0 2 1 0 1 0 1 0 0 3 1 0 0 1 0 0 1 3
6 M. Radid Herman 1 1 1 0 0 1 1 5 0 1 1 0 1 1 0 4 0 0 1 0 1 0 1 3
7 Nabila 1 0 1 0 0 0 1 3 0 1 1 1 1 1 0 5 1 1 0 1 0 0 0 3
8 Nabila Sakif 0 0 1 0 0 1 1 3 1 0 1 0 0 1 1 4 1 1 0 0 0 1 0 3
9 Putra Rahmadan 1 1 1 0 0 1 1 5 1 1 1 0 1 1 1 6 0 1 0 0 1 0 1 3
10 Radith Andika 1 1 1 0 0 1 1 5 0 1 1 0 1 1 0 4 0 1 0 1 0 0 1 3
11 Ratu Elsya 1 0 1 1 0 1 1 5 1 1 0 1 1 0 1 5 1 1 0 0 1 0 1 4
12 Rian 0 0 1 0 0 1 1 3 0 1 1 0 0 1 0 3 1 1 0 0 1 0 0 3
13 Ridho Kurniawan 1 0 1 1 1 1 1 6 1 0 1 1 0 1 1 5 1 0 1 1 0 0 1 4
14 Sakila 0 0 1 0 0 1 1 3 1 0 1 0 0 1 0 3 1 1 0 0 0 0 0 2
15 Suci Khumaira 0 0 1 1 0 1 1 4 0 1 1 0 0 0 1 3 0 1 1 1 0 0 0 3
16 Tiara Aulia 0 0 1 0 0 1 1 3 1 1 1 0 1 1 0 5 1 1 0 0 0 0 0 2
17 Wiratriyadi 1 0 1 0 0 1 1 4 0 1 1 1 1 1 0 5 1 1 0 1 0 1 1 5

125
Lampiran Hasil Wawancara

Hari / Tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019


Narasumber : Aida Hafni Lubis, S.Pd.
Jabatan : Guru Kelas V
1) Menurut ibu, apakah gaya belajar itu ?
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “gaya belajar
itu adalah cara anak-anak dalam belajar. Istilahnya seperti bagaimana anak-anak itu
belajar.”
.

2) Seberapa pentingkah gaya belajar siswa bagi ibu ?


Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “sangat
penting sekali, karena gaya belajar itu merupakan bagian dari diri anak-anak yang
akan membuat anak-anak memahami cara dia belajar yang bagaimana agar dia
mampu menyerap materi pelajaran.”

3) Bagaimana cara ibu mengetahui gaya belajar siswa masing-masing ?


Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “biasanya
mereka akan menonjolkan tingkah laku tertentu yang khas sesuai dengan belajarnya,
misalnya kalau kinestetik, berarti mereka senang bergerak dan aktif kesana-kesini dan
tidak bisa duduk diam dengan tenang. Kalau untuk gaya belajar yang audiotori
biasanya anak-anak senang kalau mendengarkan saya ceramah. Nah, kalau yang
visual mereka biasanya lebih suka membaca dan memperhatikan dengan mata apa
yang saya ucapkan. Jadi untuk mengetahui itu, saya selalu memperhatikan tingkah laku
yang khas yang ditonjolkan di dalam pembelajaran.”.

4) Gaya belajar apa yang paling dominan yang ada dikelas yang ibu ampu ?
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “gaya belajar
yang dominan di kelas saya itu adalah visua”

5) Karakteristik apa yang paling menonjol yang dimiliki siswa dengan gaya belajar yang
berbeda beda ?

126
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “yang paling
menonjol itu seperti mereka senang kalau saya suruh belajar sambil bermain games
yang membuat siswa itu aktif”

6) Adakah strategi yang ibu gunakan untuk memaksimalkan pelajaran yang ibu berikan
agar siswa dengan gaya belajarnya masing-masing dapat menyerap dengan baik ?
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “biasanya saya
selalu memvariasikan pembelajaran supaya anak-anak tidak bosan. Misalnya hari ini
saya menggunakan metode ceramah, maka besok saya menggunakan tanya jawab,
kemudian dihari yang lain saya menggunakan metode yang lainnya agar anak-anak
tidak merasa bosan.”

7) Media apa yang paling sering ibu gunakan ?


Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “yang paling
sering digunakan biasanya buku, globe, peraga panca indra, karena media dan
fasilitas di sekolah ini kurang memadai. Selain itu saya juga meminta anak-anak untuk
membawa barang-barang yang mudah didapat dirumah untuk diamati bersama.”

8) Bagaimana cara ibu untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna pada
pembelajaran yang ibu ampu ?
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “itu harus
sesuai dengan kemampuan gurunya masing-masing, kalau saya ya selalu saya nasihati,
saya beritahu bagaimana hidup ini harus dijalakan” \

9) Hambatan-hambatan apa selama mengajar dengan gaya belajar yang berbeda-beda ?


Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “sarana dan
prasarana disini yang kurang memadai untuk mendukung guru dalam mengajar,
misalnya saya butuh infokus, tapi tidak ada, ataupun ada tapi infokusnya rusak.”
i.

10) Bagaimana cara ibu mengatasi hambatan tersebut ?


Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “biasa saya
siasati dengan memanfaatkan fasilitas yang ada, atau membuat games dalam pelajaran
agar siswa merasa senang”
127
Hasil wawancara guru kelas VI
Hari / Tanggal : Kamis, 17 Oktober 2019
Narasumber : Ida Hafni Purba, S.Pd
Jabatan : Guru Kelas VI
1. Menurut ibu apakah gaya belajar itu ?
Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “gaya belajar itu adalah
cara mengajarkan kepada anak, cara memberikan ilmu kepada anak anak dan
memberikan berbagai banyak contoh dan alat-alat peraga agar anak itu cepat
menangkap gaya belajar yang diberikan”.
2. Seberapa pentingkah gaya belajar siswa bagi ibu ?
Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “gaya belajar penting
sekali, karena dengan gaya belajar itu anak-anak mudah dalam belajar”
3. Bagaimana cara ibu mengetahui gaya belajar siswa masing-masing ?
Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “ketika pembelajaran
yang dilakukan itu kita mengamati siswanya, seperti apa belajar yang ia sukai ”
4. Gaya belajar apa yang paling dominan yang ada dikelas yang ibu ampu ?
Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “mereka lebih suka kalo
kita memberikan pelajaran kita membuat alat peraga seperti gambar gambar, mereka
lebih senang melihat dan cepat menangkap. Mereka itu suka melihat dan
mendengarkan”
5. Karakteristik apa yang paling menonjol yang dimiliki siswa dengan gaya belajar yang
berbeda beda ?
Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “mereka lebih suka
bergerak, misalnya bernyanyi sambil mempraktekkan misalnya seperti lagu lihat
kebunku, saya menanyakan mana bunganya, mereka bergerak seperti bunga, mereka
suka sekali seperti itu”
6. Adakah strategi yang ibu gunakan untuk memaksimalkan pelajaran yang ibu berikan
agar siswa dengan gaya belajarnya masing-masing dapat menyerap dengan baik ?
Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “strategi itu ya seperti
kita itu menggunakan alat-alat peraga, metode metode pembelajaran yang cocok yang
membuat siswa aktif”
7. Media apa yang paling sering ibu gunakan ?

128
Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “media yang sering saya
gunakan yaitu alat peraga pada pelajaran matematika, karena mata pelajaran
matematika mempunyai alat peraga tersendiri, kalau pembelajaran IPS itu saya
menggunakan globe, kalau pembelajaran IPA saya menggunakan membuat bel, alat
pernafasan, panca indera. Alat peraga sudah di sediakan dari sekolah”
8. Bagaimana cara ibu untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna pada
pembelajaran yang ibu ampu ?
Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “yang diberikan itu
seperti kita memotivasi anak-anak, bisa juga memberikan hadiah pada anak-anak yang
bisa menjawab pertanyaan”
9. Hambatan-hambatan apa selama mengajar dengan gaya belajar yang berbeda-beda ?
Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “hambatan yang sering
terjadi yaitu anak-anak suka ribut dan bandal , tidak focus pada pembelajarn, tidak
mau mengerjakan tugas”
10. Bagaimana cara ibu mengatasi hambatan tersebut ?
Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “memanggil siswa itu
kedapan kelas, kemudian saya memintanya untuk mengingat materi yang telah di
ajarkan, dan menjawabya. Kemudian saya memanggil orang tua siswa sebagai
peringatan kepada siswa”

129
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 1. Melakukan perkenalan dengan para siswa

Gambar 2. Pengisian angket dikelas VI

130
Gambar 3. Pengisian angket dikelas V

Gambar 4. Wawancara guru kelas VI

131
5 REKAYASA IDE
Rekayasa ide adalah tugas berupa penyusunan karya ilmiah atau artikel ilmiah secara
tertulis untuk menawarkan solusi atas isu/permasalahan yang diangkat dari mini research
dengan daya dukung referensi (buku, jurnal, karya ilmiah) yang up to date. Rekayasa ide
merupakan wahana mahasiswa dalam berlatih menuliskan ide kreatif, unik dan bermanfaat
sebagai respons intelektual atas persoalan aktual yang diangkat.

A PETUNJUK UMUM PENULISAN REKAYASA IDE

Dalam penulisan rekayasa ide, perlu memperhatikan beberapa hal yaitu :


1. Penentuan tema berkaitan dengan mata kuliah ataupun berdasarkan
isu/permasalahan yang diangkat dari mini research
2. Laporan rekayasa ide memperlihatkan adanya permasalahan pendidikan yang
berbasis data, dan solusi berdasarkan teori ilmiah sesuai rujukan
3. Rujukan dalam rekayasa ide minimal terdiri dari 5 buku atau jurnal
4. Laporan CJR diketik dalam Ms-Word , pada kertas A4, font times new roman 12
pt, spasi 1,5 , margin kiri 4, kanan, atas dan bawah 3

B SISTEMATIKA PENULISAN REKAYASA IDE

Adapun sistematika penulisan rekayasa ide ialah sebagai berikut :

Sampul dan halaman judul (sesuai contoh)


Abstrak (maksimum 200 kata berbahasa Indonesia dan Inggris)
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi permasalahan/isu yang di bahas dalam RI
B. Tujuan RI
C. Manfaat RI

132
BAB II. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN ........................................
A. Permasalahan Umum (harus didukung data)
B. Identifikasi Permasalahan sesuai tema yang dibahas:
1. Permasalahan B1........ (harus didukung data)
2. Permasalahan B2........ (harus didukung data)
3. Permasalahan B3........ (harus didukung data)
4. Dst

BAB III. SOLUSI DAN PEMBAHASAN (analisis)


A. Solusi dan Pembahasan Permasalahan B1 (teori)
(Sekurang-kurangnya berisi tentang: (1) definisi, (2) ruang lingkup solusi, (3)
cara/stategi, dan (4) prosedur/langkah-langkah masing-masing solusi)
B. Solusi dan Pembahasan Permasalahan B2 (teori)
C. Solusi dan Pembahasan Permasalahan B3 (teori)
D. Dst
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
(harus sesuai dengan rujukan yang ada dalam naskah TRI dengan tahun terbit di atas tahun
2008, bersumber dari journal, laporan penelitian, BPS, lembaga resmi dan buku teks, alamat
situs internet. Diurut sesuai abjad, cara penulisannya lihat pedoman penulisan skripsi
masing-masing fakultas)

Untuk lebih jelas lagi mengenai penulisan rekayasa ide, anda dapat melihat contoh
rekayasa ide pada halaman berikutnya.

133
ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian miniriset adalah di sekolah SD Negeri 060792 gaya


belajar siswa kelas V cenderung berbeda-beda, dilihat dari hasil angket, mereka memiliki gaya
belajar audio, visual dan kinestetik. Beberapa dari mereka juga memiliki gaya belajar
audiovisual dan juga visual kinestestetik. Mengenai gaya belajar visual sendiri, siswa kelas V
yang memiliki gaya belajar visual yang paling dominan ada satu orang siswa. Menganai gaya
belajar auditori, siswa kelas V yang memiliki gaya belajar auditori yang dominan memiliki
jumlah yang paling banyak diantara gaya belajar lainnya yaitu terdapat 10 orang siswa yang
memiliki gaya belajar auditori. Teruntuk gaya belajar kinestetik terdapat dua orang yang
memiliki gaya belajar kinestetik. Sedangkan sisanya memiliki gaya belajar yang berimbang,
dan ada juga yang kombinasi seperti audiovisual terdapat 3 orang siswa.
Gaya belajar yang dimiliki siswa kelas VI berbeda beda, dilihat dari hasil angket yang
disebarkan, mereka memiliki gaya belajar audio, visual dan kinestetik. Beberapa dari mereka
juga memiliki gaya belajar audiovisual dan juga visual kinestestetik. Dari 17 siswa yang ada di
kelas VI, terdapat 6 orang yang memiliki gaya belajar visual. Terdapat 4 orang yang memiliki
gaya belajar audio, dan tidak ada seorang siswapun yang memiliki gaya belajar kinestetik.
Sementara 7 siswa lainnya memiliki gaya belajar yang kombinasi dan berimbang. Gaya belajar
yang paling dominan di kelas VI adalah gaya belajar kombinasi seperti audio visual, ataupun
visual kinestetik.
Perbedaan gaya belajar tersebut membuat guru harus memperhatikan kebutuhan belajar
siswa agar dapat menunjang proses pembelajaran. Salah satu hal yang dapat digunakan untuk
menunjang proses pembelajaran siswa yaitu dengan penggunaan media pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran dapat membantu proses penyampaian pesan dalam proses
belajar mengajar. Penggunaan media pembelajaran juga dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa
yang aktif dalam proses belajar mengajar akan mudah memahami apa yang telah diberikan.
Salah satu media yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu
media pembelajaran berbasis multimedia interaktif. Daryanto dalam (Angraeni,2017)
menyatakan bahwa multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat
pengontrol dan dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang
dikehendaki untuk proses selanjutnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa salah satu ciri
134
multimedia interaktif adalah memiliki alat pengontrol. Alat pengontrol ini memungkinkan
pengguna untuk menentukan proses sesuai keinginannya.
Multimedia adalah serangkaian dari beberapa macam media dalam sebuah presentasi
atau program belajar mandiri. Komputer sering digunakan dalam presentasi multimedia yang
menyatukan teks, audio, dan gambar diam atau bergerak. Penyetuan teks,audio, gambar diam
dan bergerak dapat mencakup kebutuhan seluruh gaya belajar siswa baik audio, visual maupun
kinestetik.

Kata Kunci : Gaya Belajar siswa, Media Berbasis Multimedia Interaktif, Hasil Belajar

ABSTRACT

The problem in mini research research is that at the 060792 elementary school, the
learning styles of fifth grade students tend to be different, judging by the results of the
questionnaire, they have audio, visual and kinesthetic learning styles. Some of them also have
audiovisual learning styles and also visual kinesthetic learning. Regarding the visual learning
style itself, there is one student in class V who has the most dominant visual learning style.
Analyzing auditory learning styles, class V students who have the dominant auditory learning
style have the most number of other learning styles namely there are 10 students who have
auditory learning styles. For the kinesthetic learning style there are two people who have a
kinesthetic learning style. While the rest have a balanced learning style, and there are also
combinations such as audiovisual there are 3 students.
The learning styles possessed by Grade VI students differ, judging by the results of the
questionnaire distributed, they have audio, visual and kinesthetic learning styles. Some of them
also have audiovisual learning styles and also visual kinesthetic learning. From 17 students in
class VI, there are 6 people who have visual learning styles. There are 4 people who have audio
learning styles, and no one has kinesthetic learning styles. While 7 other students have a
combination of learning styles and balanced. The most dominant learning style in class VI is a
combination of learning styles such as audio visual, or visual kinesthetic.
These different learning styles make the teacher must pay attention to student learning
needs in order to support the learning process. One of the things that can be used to support
135
student learning processes is to use learning media. The use of instructional media can help the
process of delivering messages in the teaching and learning process. The use of instructional
media can also increase student activity in the learning process. Student activity can improve
student learning outcomes. Students who are active in the learning process will easily accept
what has been given.
One of the media that can be used to improve student learning outcomes is interactive
multimedia based learning media. Daryanto in (Angraeni, 2017) states that interactive
multimedia is multimedia that is equipped with a controller and can be operated by users, so
users can choose what they want for the next process. This statement shows that one of the
characteristics of interactive multimedia is having a controller. This controller allows the user
to determine the process as he wishes.
Multimedia is one of several types of media in a presentation or independent learning
program. Computers are often used in multimedia presentations that bring together text, audio,
and still or moving images. The setting of text, audio, still and moving images can be completed
the learning needs of students' styles of audio, visual and kinesthetic.

Keywords: Student Learning Style, Media Interactive Multimedia Based, Learning Outcomes

136
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi Permasalahan/Isu
Saat ini, pembelajaran IPA merupakan salah satu materi pembelajaran yang sangat
penting di sekolah. Namun demikian ternyata sebagian siswa SD merasa pembelajaran IPA
sudah menjadi momok bagi siswa. Hal ini terlihat dari guru kurang mampu menyusun sumber
belajar bagi siswa, memilih pendekatan dan metode yang sesuai dengan karakter siswa, serta
memilih media yang tepat sebagai alat bantu dalam pembelajaran IPA pada konsep tertentu
dan di dalam pembelajaran guru kurang memperhatikan karakteristik dari siswanya di dalam
belajar. (Juliani,2016)
Hal ini dibuktikan dari hasil observasi yang dilakukan, di kelas saat pembelajaran IPA
terlihat bahwa siswa kurang berminat terhadap pembelajaran yang diberikan ini ditunjukan
oleh sikap mereka saat mereka menerima pembelajaran, siswa di kelas cenderung pasif (saat
pelajaran berlangsung) seolah-olah belum siap menerima pelajaran, siswa tidak mau bertanya
selama dalam proses pembelajaran, siswa belajar dengan cara yang monoton. Berdasarkan
keadaan diatas akhirnya menyebabkan rendahnya prestasi belajar.(Juliani,2016)
Kenyataan di atas tentu saja sangat bertentangan dengan bagaimana seharusnya siswa
tersebut belajar. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu akan ada
perubahan prilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi saling
memperbaiki dalam pola hubungan antara dua subjek.(Juliani,2016)
Keberhasilan seseorang dalam belajar ditentukan oleh banyak faktor yang meliputi
faktor internal dan faktor eksternal.Salah satu faktor belajar yang berpengaruh besar dalam
pencapaian tujuan belajar adalah gaya belajar. Namun, saat ini masih banyak guru yang
mengalami kesulitan dalam memahami gaya belajar yang dimiliki dari masing- masiang
siswanya, yang disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, salah satu faktornya adalah
berhubungan dengan waktu, sumber, ruanggan, dan personalia. (Juliani,2016)
Gaya belajar menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dalam pembelajara IPA.
Karena dalam proses pembelajaran IPA, seorang membutuhkan suatu cara yang dianggapnya
cocok atau nyaman dengan apa yang dijalaninya selama proses belajar tersebut. (Juliani,2016).
Kenyamanan dalam belajar tersebut merupakan gaya belajar yang dianggap cocok oleh si

137
pelajar. Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah,
dan dalam studi- studi antar pribadi. (Juliani,2016)
Gaya belajar ini sangat berkaitan erat dengan pribadi seseorang, yang tentu dipengaruhi
oleh pendidikan dan riwayat perkembangaannya. Setiap siswa pasti memiliki gaya belajar
mereka masing- masing, berbeda secara individual dalam caranya belajar. Guru-guru harus tau
akan adanya tipe-tipe murid yang berbeda-beda. Bagi seorang guru sangat penting untuk
mengetahui atau memahami bagaimana gaya belajar yang dimiliki oleh masing-masing
siswanya, agar didalam pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
(Juliani,2016)
Perbedaan gaya belajar itu menunjukan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu
bisa menyerap seluruh informasi dari luar dirinya. Oleh karena itu, seorang guru bisa
memahami bagaimana perbedaan gaya belajar pada siswanya, dan mencoba menyadarkan
siswanya akan perbedaan tersebut, mungkin akan lebih mudah bagi guru untuk menyampaikan
informasi secara efektif dan efisien. (Juliani,2016). Guru harus memperhatikan gaya belajar
atau “learning style” siswa, yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang
yang diterimanya dalam proses belajar. Salah satu perangsang yang dapat digunakan guru
dalam pembelajaran ialah dengan menggunakan media pembelajaran.
Akibat adanya perbedaan gaya belajar antara siswa yang ada dikelas dan kurangnya
media dan alat belajar untuk menunjang keberhasilan dalam penguasaan materi pelajaran,
siswa menjadi pasif dalam memperoleh informasi dan cara belajar siswa menjadi tidak sesuai
dengan gaya belajarnya. Siswa menjadi monoton dalam belajar. Inovasi sangat diperlukan
dalam mengatasi permasalahan ini.
Salah satu media yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu
media pembelajaran berbasis multimedia interaktif. Daryanto dalam (Angraeni,2017)
menyatakan bahwa multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat
pengontrol dan dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang
dikehendaki untuk proses selanjutnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa salah satu ciri
multimedia interaktif adalah memiliki alat pengontrol. Alat pengontrol ini memungkinkan
pengguna untuk menentukan proses sesuai keinginannya.

138
1.2. Tujuan
Dari latar belakang diatas dapat diketahui bahwa tujuan penulisan rekayasa ide ini
adalah memberikan argumen atau pendapat sebagai solusi untuk membantu pemecahan
masalah yang diangkat yaitu cara belajar siswa yang pasif dan monoton.

1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah untuk lebih memahami dan menambah
wawasan serta sebagai bahan bacaan terkait dengan media pembelajaran berbasis multimedia
interaktif sebagai solusi untuk mengatasi masalah yang dijabarkan.

139
BAB II

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
2.1 Permasalahan Umum
Permasalahan yang didapatkan peneliti bersumber dari hasil penelitian miniriset di
sekolah SD Negeri 060792 yaitu terdapatnya perbedaan gaya belajar siswa. Gaya belajar siswa
merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam belajar. Setiap siswa tentu memiliki
gaya belajar siswa yang berbeda beda ini dapat membantu para guru dalam menyampaikan
bahan pembelajaran kepada semua siswa sehingga hasil belajar akan lebih efektif. (Darmadi,
2017). Perbedaan gaya belajar tersebut membuat guru harus memperhatikan kebutuhan belajar
siswa agar dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

Saat ini, pembelajaran IPA merupakan salah satu materi pembelajaran yang sangat
penting di sekolah. Namun demikian ternyata sebagian siswa SD merasa pembelajaran IPA
sudah menjadi momok bagi siswa. Hal ini terlihat dari guru kurang mampu menyusun sumber
belajar bagi siswa, memilih pendekatan dan metode yang sesuai dengan karakter siswa, serta
memilih media yang tepat sebagai alat bantu dalam pembelajaran IPA pada konsep tertentu
dan di dalam pembelajaran guru kurang memperhatikan karakteristik dari siswanya di dalam
belajar. (Juliani,2016)
Hal ini dibuktikan dari hasil observasi yang dilakukan, di kelas saat pembelajaran IPA
terlihat bahwa siswa kurang berminat terhadap pembelajaran yang diberikan ini ditunjukan
oleh sikap mereka saat mereka menerima pembelajaran, siswa di kelas cenderung pasif (saat
pelajaran berlangsung) seolah-olah belum siap menerima pelajaran, siswa tidak mau bertanya
selama dalam proses pembelajaran, siswa belajar dengan cara yang monoton. Berdasarkan
keadaan diatas akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar.

2.2 Identifikasi Permasalahan Susuai Tema Yang Dibahas


2.2.1 Siswa Cenderung Pasif Saat Pembelajaran Berlangsung

Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran dapat terjadi dikarenakan guru kelas belum
memahami apa itu gaya belajar, sehingga dalam memilih strategi ataupun metode yang
digunakan dalam proses pembelajar tidak sesuai dengan karakteristik belajar siswa yang
menyebabkan siswa menjadi bosan dan kelas tidak dapat kondusif.

140
Kemampuan guru dalam memahami gaya belajar siswa belum cukup baik. Hal ini
terlihat dari hasil jawaban atas wawancara yang dilakukan, yang mana guru tidak cukup mahir
dalam mengenali karakteristik khusus siswa sesuai dengan gaya belajarny. Hal ini tentu saja
akan berdampak pada ketidaksesuaian strategi dan metode yang akan dijalankan untuk
mencapai tujuan pembelajaran berdasarkan situasi gaya belajar siswa yang berbeda-beda.
Apabila tujuan pembelajaran itu tidak tercapai, maka hal ini akan berpengaruh pada hasil
belajar siswa.

2.2.2 Siswa belajar dengan cara yang monoton

Proses pembelajaran berlangsung secara monoton dimana tidak adanya variasi antara
metode ataupun media yang digunakan ataupun penggunaan metode dan media yang tidak
tepat dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang monoton ini menjadi salah satu penyebab
menurunnya hasil belajar siswa. Pembelajaran yang monoton membuat siswa menjadi bosan
dan memungkinkan terjadinya kondisi kelas yang tidak kondusif seperti keributan di dalam
kelas

141
BAB III

SOLUSI DAN PEMBAHASAN

3.1 Solusi Dan Pembahasan Atas Permasalahan Siswa Cenderung Pasif Saat
Pembelajaran Berlangsung dan Belajar dengan Cara yang Monoton
Minat belajar siswa sangat berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Rendahnya
minat belajar siswa juga dipengaruhi oleh guru dalam menyampaikan pembelajaran yang masih
menggunakan sistem pembelajaran konvensional ceramah. Pembelajaran ceramah selain
menghemat waktu dan ruang dalam pengaplikasiannya, akan membuat siswa pasif dalam
belajar, tidak memusatkan pembelajaran sepenuhnya kepada siswa, namun kepada guru. Selain
itu, dengan penggunaan metode konvensional, sistem pembelajaran akan cenderung menjadi
monoton. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar dan pengetahuan yang dimiliki
siswa. Maka dari itu, diperlukanlah sebuah inovasi dalam pembelajaran, salah satunya ialah
menggunakan media pembelajaran berbasis multimedia interaktif untuk mendongkrak hasil
belajar siswa.

Media pembelajaran berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran serta


memperjelas penyajian pesan, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu dan memungkinkan
interaksi belajar megnajar yang lebih bervariasi dan bergairah. Pemanfaatan media
pembelajaran tersebut diharapkan akan membawa pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa
agar tercapai tujuan pembelajaran (Arsyad dalam Radityan, T. Fatwa. 2014).

Media pengajaran merupakan alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat
mempermudah guru dalam meyampaikan materi. Media multimedia interaktif merupakan
media hasil perpaduan antara berbagai media yang berupa teks, gambar, grafik, sound, animasi,
video, interaksi yang telak dikemas menjadi file digital yang digunakan untuk menyampaikan
pesan kepada publik (Mureiningsih, Endang Sri. 2014).

Penerapan multimedia interaktif terhadap proses pembelajaran mempunyai kelebihan


dalam memperjelas penyajian pesan pembelajaran, selain itu lebih efektif dan efisien dalam
penggunaannya terhadap kompetensi perbaikan differential (Musfiqon dalam Raditya, T.
Fatwa. 2014). Materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan lebih kongkrit, realistik karena
menggunakan animasi. Penggunaan multimedia interaktif juga dapat menghemat waktu dan
biaiya dalam proses pembelajaran.

142
Dengan penerapan media berbasis multimedia interaktif tentu akan membuat suasana
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa, siswa akan lebih aktif dalam belajar untuk mencari
tau dan menemukan sendiri, serta suasana pembelajaran yang tidak terlalu monoton. Hasil
belajar siswa yang meningkat juga merupakan salah satu pengaruh dari penggunaan media
berbasis multimedia interaktif.

Multimedia bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan,


menarik, jelas, dan mudah dimengerti. Secara umum terdapat beberapa kriteria bahan ajar
multimedia yang baik :
1. Tampilan multimedia pembelajaran harus menarik baik dari bentuk gambar maupun
kombinasi warna yang digunakan. Aspek daya tarik sangat penting karena akan
mempengaruhi sasaran menggunakan bahan ajar.
2. Narasi atau bahasa yang digunakan mudah dipahami oleh peserta didik. Penggunaan
istilah perlu disesuaikan dengan pengguna bahan ajar agar pembelajaran dapat
berlangsung efektif.
3. Materi disajikan secara interaktif artinya memungkinkan partisipasi dari peserta didik.
Bahan ajar tidak semata menyajikan informasi akan tetapi mampu menggugah hati
peserta didik untuk terlibat aktif melalui masalah-masalah maupun pertanyaan-
pertanyaan yang dirancang dalam bahan ajar.
4. Kebutuhan untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar yang berbeda. Bahan ajar
multimedia mampu memfasilitasi peserta didik yang memiliki gaya belajar visual,
auditori, maupun kinestetik sehingga semua peserta didik dapat menikmati proses
belajarnya.
5. Bahan ajar sesuai dengan karakteristik peserta didik, karakteristik materi, dan tujuan
yang ingin dicapai. Kesesuaian ini akan memengaruhi efektivitas dan efisiensi bahan
ajar dalam implementasinya.
6. Dimungkinkan untuk digunakan sebagai salah satu media pembelajaran, dalam arti
sesuai dengan sarana pendukung yang tersedia. Bahan ajar multimedia mampu
menyajikan materi secara konkret. Fitur multimedia seperti video maupun animasi
dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan materi secara nyata.
7. Memungkinkan ditampilkan suatu virtual learning environment (lingkungan belajar
virtual) seperti web-based application. Kedelapan, proses pembelajaran adalah suatu

143
kontinuitas utuh, bukan sporadik dan kejadian terpisah-pisah (disconnected events)
(Arsyad dalam Dewi, Tiara Anggia. 2015).

Penerapan pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar dan partisipasi aktif
siswa dengan menggunakan multimedia interaktif sangat relevan. Hal ini dikarenakan,
untuk mengembangkan pembelajaran IPA membutuhkan berbagai sumber belajar.
Penggunaan multimedia pembelajaran dapat memperkaya sumber informasi yang
dibutuhkan dalam pembelajaran IPA. Maka dari itu, guru harus mampu merancang
multimedia interaktif dengan sebaik mungkin agar pembelajaran IPA yang diberikan dapat
lebih dipahami oleh siswa. Adapun beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru untuk
menggunakan multimedia interaktif ini adalah :
1. Membuat design program multimedia interaktif berbasis komputera
2. pembuatan flowchart multimedia interaktif berbasis komputer yang sesuai dengan
jenis-jenis model multimedia interaktif yang diinginkan.
3. Menyesuaikan dengan kurikulum yang harus digunakan dalam pembelajaran IPA
4. memperhatikan kaidah-kaidah serta teori-teori pembelajaran, karena pada dasarnya
tujuan pembuatan bahan ajar adalah untuk membuat siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.

Media pembelajaran berbasis multimedia interaktif ini terdiri dari 3 komponen utama
yaitu materi, latihan dan game. Ketiga komponen ini dapati digunakan guru sebagai alat
bantu dalam proses pembelajaran dan bisa juga digunakan siswa untuk mempermudah
dalam belajar mandiri dan memahami materi terutama mata pelajaran matematika. Pada
setiap tampilan komponen, siswa sebagai pengguna dapat melakukan interaksi dengan
system pada aplikasi media pembelajaran yang dilengkapi dengan tampilan yang menarik
dan bahasa yang sederhana dalam bentuk gambar dan audio. Ini akan memudahkan siswa
dalam memproses informasi dan memdapatkan suasana yang menyenangkan dalam dari
bermain games. Kondisi tersebut akan menggerakkan motivasi instrinsik dan
memunculkan minat belajar siswa terhadap objek pada media. Ini sejalan dengan pendapat
Lui, Toprac, and Yuen dalam Paseleng, Mila C bahwa faktor yang berkontribusi terhadap
motivasi intrinsic adalah kondisi menyenangkan atau permainan, pemrosesan informasi

144
dan control diri atau tindakan sukarela tanpa paksaan (Frey & Sutton, dalam Paseleng,
Mila C).
Siswa sebagai pengguna memiliki control penuh untuk memilih materi yang akan
diperlajari, memilih waktu untuk mengerjakan tes dan menentukan target skor dalam
bermain game. Dengan demikian kemandirian siswa dalam belajar dan kebebasan untuk
menentukan cara penggunaan media bagi guru maupun siswa dapat terfasilitasi dan hasil
belajar siswa dapat meningkat.

145
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Media pembelaran berbasis multimedia interaktif dapat dikembangkan untuk menunjang
kemampuan belajar agar siswa menjadi lebih aktif dan tidak monoton dalam belajar. Selain itu,
meida pembelajaran berbasis multimedia interaktif akan mencakup penguasaan materi
pelajaran pada siswa yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda di dalam kelas. Dengan
menggunakan media pembelajaran berbasis multimedia interaktif, proses penyampaian materi
akan menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa serta akan mempermudah guru
dalam mencapai tujuan pembelajaran.

4.2 Saran
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengamplikasian media berbasis
multimedia interaktif ini adalah kemampuan guru dalam mendesain dan merancang media
perlu ditingkatkan, serta penggunaan media. Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
pengaplikasian media berbasis multimedia interaktif ini juga perlu difasilitasi dan disediakan.

146
DAFTAR PUSTAKA

Angraeni, Desi Putri. 2017. “Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif
Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem
Pernafasan”. Skripsi. Bandung : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pasundan
Darmadi, H. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Siswa. Yogyakarta: Depublish
Dewi, Tiara Anggia. 2015. Implementasi Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Ekonomi
di Sekolah. Jurnal Promosi. Vol 3 No. (2).
Juliani, Ni Wayan dkk. 2016. “Analisis Gaya Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Pada Siswa Kelas V Sd Gugus Vi Kecamatan Abang Kabupaten
Karangasem Tahun Pelajaran 2015/2016”. e-Journal PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 hal 1-12.
Mureiningsih, Endang Sri. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Media Pembelajaran
Multimedia Interaktif. Jurnal Madaniyah Edisi VII Agustus 2014
Paseleng, Mila C dan Rizky Afriyani. 2014. Pengimplementasian Media Pembelajaran
Berbasis Multimedia Interaktif Pada Mata Pelajaran Matematika Di Sekolah
Dasar. Tanpa Tahun.
Radityan, Fatwa T. Iwan Kuntadi dan Mumu Komaro. 2014. Pengaruh Multimedia Interaktif
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Perbaikan Differential. Journal
Of Mechanical Engineering Education. Vol 1 No (2)
Syakir, Septian El. 2014. Islamic HypnoParenting :Mendidik Anak Masa Kini ala Rasulullah.
Jakarta : KawanPustaka.

147
6 PROJECT
Laporan project adalah laporan mengenai usaha sementara yang memiliki sasaran untuk
menciptakan suatu produk atau hasil yang melibatkan ide-ide ataupun penelitian yang
berhubungan untuk mencapai tujuan tertenu.

A PETUNJUK UMUM PENULISAN PROJECT

Dalam penulisan rekayasa ide, perlu memperhatikan beberapa hal yaitu :


1. Penentuan tema berkaitan dengan mata kuliah ataupun berdasarkan
isu/permasalahan.
2. Laporan project memperlihatkan adanya identifikasi dan rumusan permasalahan
pendidikan menampilkan solusi dan rekomendasi ilmiah dari hasil survey lapangan
3. Laporan CJR diketik dalam Ms-Word , pada kertas A4, font times new roman 12
pt, spasi 1,5 , margin kiri 4, kanan, atas dan bawah 3

B SISTEMATIKA PENULISAN PROJECT

Adapun sistematika penulisan rekayasa ide ialah sebagai berikut :

a. Sampul Berisi Topik Proyek


b. Pendahuluan
c. Tujuan
d. Alat dan bahan yang digunakan
e. Kajian Putaka, Dukungan Data dan Informasi Awal
f. Prosedur/cara kerja (langkah-langkah kegiatan)
g. Hasil kegiatan
h. Simpulan dan rekomendasi
i. Daftar Pustaka
j. Lampiran

148

Anda mungkin juga menyukai