PENDAHULUAN
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait
kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan , karena IPA
memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan . Dengan mempelajari IPA seseorang dapat belajar bagaimana cara agar dapat
bertahan hidup dengan baik.
Pengetahuan mengenai alam dan seisinya sangatlah penting untuk dijadikan dasar
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memilki bekal pengetahuan alam sejak dini, diharapkan
siswa mampu untuk menerapkannya dalam berbagai persoalan yang dihadapinya. Berbagai
gejala alam dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari melalui pengamatan dan penyelidikan.
Sebagai pendidik dan calon pendidik penting bagi kita untuk memiliki pemahaman
mengenai ilmu pengetahuan alam khususnya di SD . Dimana, pemahaman tersebut akan
membantu dan membimbing para pendidik dalam memberikan proses pembelajaran kepada
siswa yang sesuai sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Untuk itu kita harus mencari referensi sebanyak mungkin untuk menambah
pengetahuan kita tentang ilmu pengetahuan alam. Seringkali kita bingung memilih buku
referensi untuk kita baca dan pahami, terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca
tetapi hasilnya masih belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan,
oleh karena itu penulis membuat CBR Ilmu Pengetahuan Alam.
21
Melakukan Critical Book Review pada suatu buku dengan membandingkan nya dengan
buku lain sangat penting untuk dilakukan, dari kegiatan ini lah kita jadi mendapatkan informasi
yang kompeten dengan cara menggabungkan informasi dari buku yang lain. Hal ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi yang tepat terkhususnya untuk materi
Ilmu Pengetahuan Alam.
1.3.Manfaat CBR
Adapun manfaat dari penulisan CBR ini yaitu :
1. Menambah pengetahuan tentang Ilmu Pengetahuan Alam
2. Manjadi referensi dalam memilih sebuah buku
3. Menambah pengetahuan tentang cara menulis buku yang baik
22
4. Penerbit : Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tahun terbit : 2010
7. ISBN : 978-979-095-131-0
23
BAB II
24
Tumbuhan dapat berkembangbiak dengan cara vegetatif (tanpa perkawinan) dan
generatif (dengan proses perkawinan). Vegetatif terbagi menjadi dua yaitu vegetatif alami dan
vegetatif buatan. Vegetatif alami contohnya umbi batang, umbi lapis, rimpang dan geragih.
Vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara setek, cangkok, tempel (okulasi), sambung
pucuk, enten dan runduk. Perkembang biakan secara generatif dilakukan dengan cara
penyerbukan. Penyerbukan terbagi menjadi peyerbukan sendiri, penyerbukan tetangga,
penyerbukan silang dan penyerbukan bastar.
25
BAB 5 – KONDUKTOR DAN ISOLATOR
Benda-benda yang dapat menghantarakan panas disebut konduktor panas. benda-benda
yang tidak dapat menghantarkan panas disebut isolator. Benda mempunyai kemampuan
menghantarkan panas yang berbeda-beda. Semua logam merupakan penghantar panas.
aluminium merupakan penghantar panas yang baik.
26
c. Kuman dan mikroba. Kuman dan mikroba dapat dengan mudah menempel pada
makanan, buah, dan sayur. Kondisi suhu dan kelembapan yang mendukung akan
mempercepat pertumbuhan kuman dan mikroba.
d. Serangga umumnya membantu pelapukan. Rayap memakan kayu, kertas, dan
sebagainya. Serangga tertentu membawa bibit kuman yang membantu pembusukan.
e. Kadar garam. air garam akan mempercepat perkaratan.
f. Keasaman. Proses perkaratan besi akan berlangsung lebih cepat pada daerah yang
tingkat keasamannya tinggi yang biasanya merupakan daerah dengan tingkat
pencemaran udaranya tinggi.
27
BAB 8 - PENGGUNAAN DAN PERPINDAHAN ENERGI
A. Gaya Berpengaruh Terhadap Gerak
Gaya berkaitan dengan gerak benda. Jika kamu memberikan tarikan pada suatu
benda, benda tersebut pasti akan bergerak. Contohnya, ketapel dengan kaleng.
Terjadinya gerak isi ketapel dang gerak kaleng dipengaruhi oleh tarikan. Pada ketapel
tarikan berasal dari karet yang dipasang pada kayu, sedangkan gerak kaleng
dipengaruhi tarikan karet yang dikaitkan pada kaleng.
28
Seperti energi lain, listrik dapat berubah ke bentuk energi lain. Beberapa bentuk
perubahan energi listrik adalah sebagai berikut.
- Energi listrik berubah menjadi energi cahaya
- Energi listrik berubah menjadi energi gerak
- Energi listrik berubah menjadi energi kalor atau panas
- Energi listrik berubah menjadi energi bunyi
- Energi listrik berubah menjadi energi kimia
30
2.2 RINGKASAN BUKU PEMBANDING
31
Tumbuhan memiliki berbagai cara perkembangbiakkan yaitu vegetative(tanpa
perkawinan) dan generative (dengan perkawinan). Perkembangbiakan secara vegetatif terbagi
menjadi vegetatif alami dan vegetatif buatan. Perkembangbiakan vegetatif alami misalnya
umbi batang, umbi lapis, rimpang, geragih dan tunas. Perkembangbiakan vegetatif buatan
misalnya setek, cangkok, tempel (okulasi), sambung pucuk (enten), runduk.
Perkembangbiakan secara generatif yaitu perkembangbiakkan dengan menggunakan sel
kelamin dengan melalui proses penyerbukan dan pembuahan. Perkembang biakan secara
generative melalui pertemuan serbuk sari dan kepala putik.
32
BAB 4 – PELESTARIAN MAKHLUK HIDUP
Akibat kerusakan hutan dan pencemaran lingkungan beberapa hewan dan tumbuhan
terancam kepunahan. Ada beberapa hewan yang mendekati kepunahan, misalnya gajah,
harimau, komodo, tapir, anoa, orang utan, cendrawasih, dan harimau. Beberapa jenis tumbuhan
yang terancam kepunahan misalnya tanaman alpina, tanaman bunga raflesia dan tanaman
keben. Ada beberapa cara untuk menjaga kelestarian jenis makhluk hidup yang terancam
kepunahan. Antara lain dengan mengadakan konservasi, menyediakan suaka alam seperti
suaka margasatwa dan cagar alam, serta pembiakan buatan.
33
1. Darma menarik gerobak, Rudi mendorong dari belakang. Gerobak bergerak, Darma
dan Rudi mengadakan gaya pada gerobak, sehingga gerobak menjadi bergerak.
2. Gerbong ditarik lokomotif. Lokomotif mengadakan gaya pada gerbong. Gerbong
bergerak karena ditarik lokomotif.
Besar kecilnya gaya dapat diukur dengan alat yang disebut dinamometer. Penerapan
hubungan antara gaya dan perubahan bentuk benda misalnya pada industri genteng, industri
gerabah, dan bengkel kenteng kendaraan atau mobil. Satuan gaya adalah kilogram force (kgf),
newton, dan dyne. Hubungan antara ketiga satuan tersebut adalah 1 kgf = 9,8 newton.
36
BAB III
PEMBAHASAN
37
b. Pembahasan Bab 2 tentang Perkembangbiakkan Makhluk Hidup
Dalam buku utama dijelaskan bahwa setiap makhluk hidup berkembang biak.
Manusia berkembang biak dengan cara melahirkan. Hewan berkembang biak dengan
cara bertelur (ovipar), beranak(vivipar), bertelur dan beranak (ovovivipar). Tumbuhan
dapat berkembangbiak dengan cara vegetatif (tanpa perkawinan) dan generatif (dengan
proses perkawinan). Vegetatif terbagi menjadi dua yaitu vegetatif alami dan vegetatif
buatan. Vegetatif alami contohnya umbi batang, umbi lapis, rimpang dan geragih.
Vegetatif buatan dapat dilakukan dengan cara setek, cangkok, tempel (okulasi),
sambung pucuk, enten dan runduk. Perkembangbiakan secara generatif dilakukan
dengan cara penyerbukan. Penyerbukan terbagi menjadi peyerbukan sendiri,
penyerbukan tetangga, penyerbukan silang dan penyerbukan bastar.
Sedangkan dalam buku pembanding dijelaskan bahwa salah satu ciri khas
makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembangbiak. Manusia berkembang biak dengan
cara melahirkan. Hewan berkembang biak dengan cara membelah diri contohnya
amoeba, bertunas, fragmentasi , bertelur (ovipar), melahirkan (vivipar) dan bertelur
melahirkan (ovovivipar) . Tumbuhan memiliki berbagai cara perkembangbiakkan yaitu
vegetative(tanpa perkawinan) dan generative (dengan perkawinan). Perkembangbiakan
secara vegetatif terbagi menjadi vegetatif alami dan vegetatif buatan.
Perkembangbiakan vegetatif alami misalnya umbi batang, umbi lapis, rimpang, geragih
dan tunas. Perkembangbiakan vegetatif buatan misalnya setek, cangkok, tempel
(okulasi), sambung pucuk (enten), runduk. Perkembangbiakan secara generatif yaitu
perkembangbiakkan dengan menggunakan sel kelamin dengan melalui proses
penyerbukan dan pembuahan. Perkembang biakan secara generative melalui pertemuan
serbuk sari dan kepala putik.
Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa setiap makhluk
hidup berkembang biak. Makhluk hidup memiliki cara berkembangbiak yang berbeda-
beda. Manusia berkembangbiak dengan cara melahirkan. Hewan berkembang biak
dengan cara bertelur (ovipar), melahirkan (vivipar), bertelur dan melahirkan
(ovovivipar). Tumbuhan berkembangbiak secara vegetatif dan generatif. Vegetative
terbagi menjadi vegetative alami dan vegetative buatan. Perkembangbiakan secara
generatif melalui proses penyerbukan.
38
c. Pembahasan Bab 3 tentang Keseimbangan Ekosistem
Didalam pembahasan buku utama mengenai kerusakan lingkungan, diberikan
beberapa contoh kegiatan manusia yang dapat merusak lingkungan seperti timbulnya
polusi akibat kemajuan transporatasi, pengambilan kayu secara besar-besaran,
penggunaan bahan kimia berlebihan, penggunaan pupuk berlebihan, pembakaran
hutan, pembuangan limbah ke sungai, penangkapan ikan dengan bahan peledak, dan
percobaan senjata nuklir.
Didalam pembahasan buku pembanding mengenai kerusakan ekosistem, dapat
diketahui bahwa kegiatan yang merusak ekosistem seperti ulah manusia yang gemar
berburu, penggunaan bahan kimia dan penebangan hutan liar, memupuk dan
menyemprot tanaman menggunakan pestisida, dan penjarahan kayu hutan secara liar.
Berdasarkan paparan kedua buku, dapat diketahui bahwa kerusakan lingkungan
atau ekosistem sangat erat kaitannya dengan ulah manusia, seperti pengambilan dan
penjarahan kayu besar-besaran dan liar, penggunaan pupuk & pestisida berlebihan,
penggunaan bahan kimia, penebangan hutan liar, penggunaan bahan kimia, polusi
akibat kemajuan transportasi, penangkapan ikan dengan bahan peledak, dan percobaan
senjata nuklir.
Di dalam buku utama, dijelaskan bahwa ada beberapa jenis tumbuhan yang
sering dimanfaatkan yang mengarah pada ketidakseimbangan ekosistem seperti kayu
jati, kayu cendana dan gaharu, kayu besi dan kayu hitam, dan kayu ulin. Sedangkan
bagian-bagian hewan yang dimanfaatkan seperti penyu, gajah, cendrawasih, ular dan
buaya, ikan hiu, harimau sumatera, dan paus. Sedangkan di dalam buku pembanding
dijelaskan bahwa ada beberapa hewan yang diambil bagian tubuhnya seperti rusa dan
gajah, ular dan buaya.
Berdasarkan kedua buku, dapat diketahui bahwa hewan-hewan yang terancam
punah akibat diambil dan dimanfaatkan bagian tubuhnya yang paling banyak adalah
gajah, ular, dan buaya.
39
buaya, dan gajah. Sedangkan tumbuhan yang terancam punah seperti pohon eboni dan
bunga raflesia.
Didalam buku pembanding, diberikan contoh hewan-hewan yang mendekati
kepunahan yaitu gajah, harimau, komodo, tapir, anoa, orangutan, dan cendrawasih.
Adapun beberapa jenis tumbuhan yang terancam punah didalam buku pembanding
seperti tanaman alpina, tanaman bunga raflesian, dan tanaman keben.
Berdasarkan kedua materi diatas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa jenis
hewan dan tumbuhan yang terancam punah dan memerlukan perhatian khusus agar
terus dilesatarikan seperti komodo, cendrawasih, orangutan, badak jawa, dan gajah.
Sedangkan tumbuhan yang terancam punah ialah tanaman bunga raflesia, pohon eboni,
tanaman alpina, dan tanaman keben.
Untuk mengatasi kepunahan hewan dan tumbuhan, buku utama menjelaskan
beberapa upaya agar kepunahan hewan dan tumbuhan tidak terjadi seperti membuat
peraturan, membuat wilayah tempat tinggal hewan dan tumbuhan tertentu seperti suaka
margasatwa dan taman laut, menggunakan tiruan bagian hewan dan tumbuhan.
Sedangkan dalam buku pembanding, dijelaskan ada beberapa hal yang harus
dilakukan untuk menjaga kelestarian hewan dan tumbuhan seperti mengadakan
konservasi, menyediakan cagar alam dan suakamargasatwa, dan pembiakan buatan.
Berdasarkan buku utama dan pembanding, dapat disimpulkan bahwa untuk
menjaga kelestarian hewan dan tumbuhan dari kepunahan, ada beberapa cara yang
harus dilakukan yaitu membuat peraturan, membuat wilayah konservasi, menggunakan
tiruan bagian hewan dan tumbuhan, serta pembiakan buatan.
40
panas disebut isolator yang umumnya terbuat dari bahan bukan logam seperti karet,
kayu, plastik, kertas, dan kain.
Berdasarkan buku utama dan buku pembanding, dapat diketahui bahwa ada dua
jenis benda, yaitu benda konduktor dan benda isolator. Benda konduktor adalah benda
yang dapat menghantarkan panas yang umumnya terbuat dari bahan logam seperti
aluminium, seng, tembaga, dan besi. Bahan yang paling baik untuk menghantarkan
panas adalah aluminium. Benda isolator adalah benda yang tidak dapat menghantarkan
panas yang umumnya terbuat dari bahan bukan logam seperti kayu, kain, plastik, dan
kertas.
g. Pembahasan bab 7 tentang pemanfaatan benda serta gaya dan gerak benda
Didalam pembahasan buku utama bahwa sifat-sifat benda itu yaitu: karet,
logam, kayu, dan palstik. Pada buku utama juga ada dijelaskan mengenai pemanfaatan
bahan menurut sifatnya.Didalam pembahasan buku pembanding ada dijelaskan
pengaruh gaya terhadap benda. Salah satunya adalah seseorang yang mendorong
sebuah gerobak maka gerobak tersebut akan bergerak dengan bantuan orang tersebut.
41
Dan pada buku ini juga ada menjelaskan mengenai pengukuran benda. Besar kecilnya
gaya dapat diukur dengan alat yang disebut dinamometer.
42
penghantar. Beda potensial atau tegangan merupakan selisih gaya listrik antara dua titik
sembarang pada suatu rangkaian listrik. Besar tegangan listrik dinyatakan dengan
satuan volt. Alat untuk mengukur tegangan listrik disebut voltmeter.
43
berada di antara orbit Mars dan Yupiter. Yang termasuk planet dalam adalah Merkurius,
Venus, Bumi, dan Mars. Planet luar adalah planet-planet yang lintasannya berada di
sebelah luar lintasan asteroid. Yang termasuk planet luar antara lain Yupiter, Saturnus,
Uranus, dan Neptunus. Dalam susunan tata surya kita, selain planet-planet, ada benda-
benda langit lainnya, yaitu asteroid, komet, meteoroid, dan satelit.
Berdasarkan buku utama dan buku pembanding, Sistem tata surya kita terdiri
atas matahari, planetplanet, dan benda-benda langit lainnya. Matahari merupakan pusat
tata surya, ia adalah bola gas yang bercahaya dan sumber energi utama bagi kita. Di
dalam tata surya terdapat 8 planet yaitu : Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter,
Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Delapan planet itu dikelompokkan menjadi planet
dalam dan planet luar. Planet dalam berada di antara bumi dan batahari. Planet dalam
terdiri dari Merkurius dan Venus. Planet luar adalah planet yang terletak di luar orbit
Bumi. Planet luar terdiri dari Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Dan di
dalam susunan tata surya kita, selain planet-planet, ada benda-benda langit lainnya,
yaitu asteroid, komet, meteoroid, dan satelit.
45
penting ataupun lembar kegiatan dalam sebuah kotak. Peletakkan gambar-
gambar yang menunjang materi pun sudah baik.
3. Dari aspek isi buku, buku yang diriview memiliki kelebihan yaitu :
Materi dalam buku ini dijelasakan secara rinci dan menyeluruh.
Tiap bab dalam buku ini disertai contoh-contoh, dan gambar-gambar yang
mendukung materi yang disajikan sehingga membuat pembaca lebih mudah
memahaminya.
Pada awal bab dalam buku ini selalu disertai dengan tujuan pembelajaran
yang harus dicapai pada bab tersebut. Juga disertai peta konsep yang
memudahkan pembaca untuk mengetahui langsung cakupan materi yang
akan dibahas dalam bab tersebut.
Tiap bab juga disertai dengan prosedur-prosedur kegiatan, tugas rumah,
refleksi, latihan-latihan akhir bab yang berguna bagi pembaca untuk
menguji tingkat kepemahamannya dari materi yang telah ia pelajari di bab
tersebut
Dalam tiap bab juga disertai dengan rangkuman yang memudahkan
pembaca dalam mengetahui inti-inti dari materi yang disajikan.
Dalam buku ini terdapat glosarium yang berguna untuk mempermudah
pembaca dalam memahami istilah-istilah penting yang ditemui dalam buku.
Buku ini juga disertai dengan kunci jawaban.
4. Dari aspek tata bahasa, buku ini menggunakan bahasa yang sederhana sehingga
mudah dipahami untuk anak usia sekolah.
5. Kekurangan yang tampak dalam buku ini yaitu menurut kami terdapat beberapa
ketidaksesuaian antara peta konsep yang disajikan dengan materi yang dibahas
di dalam bab. Contohnya yaitu pada bab 1
46
pinggirnya yang membuat daya tarik bagi pembaca, dengan pewarnaan pada
bagian isi membuat pembaca tidak bosan. Pada tiap judul utama subbab, uji
kompetensi, refleksi, glosarium dan laiinya diberi gambar-gambar menarik
yang menambah daya tarik pada buku tersebut . contohnya yaitu pada halaman
12, tepatnya pada rangkuman dan tugas 1.2. Kekurangan dari tampilan buku ini
yaitu pada cover buku penggunaan warna kurang cerah, perpaduan kurang
tampak.
2. Dilihat dari aspek layout dan tata letak serta tata tulis termasuk penggunaan
font buku yang direview sudah baik, penggunaan ukuran dan jenis font standar
dan mudah dibaca.
3. Dari aspek isi buku, terdapat beberapa kelebihan yaitu :
Materi dijelaskan dan dipaparkan dengan baik serta penjabaran tiap-
tiap materi dalam satu bab yang saling berkaitan dan luas
Tiap bab dalam buku ini disertai contoh-contoh, dan gambar-gambar
yang mendukung materi yang disajikan sehingga membuat pembaca
lebih mudah memahaminya.
Pada awal bab dalam buku ini selalu disertai dengan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai pada bab tersebut. Juga disertai peta
konsep yang memudahkan pembaca untuk mengetahui langsung
cakupan materi yang akan dibahas dalam bab tersebut dan kata kunci
pada tiap bab.
Tiap bab juga disertai dengan prosedur-prosedur kegiatan, tugas
rumah, refleksi, latihan-latihan akhir bab yang berguna bagi pembaca
untuk menguji tingkat kepemahamannya dari materi yang telah ia
pelajari di bab tersebut
Dalam tiap bab juga disertai dengan rangkuman yang memudahkan
pembaca dalam mengetahui inti-inti dari materi yang disajikan.
Selain itu, terdapat kolom cakrawala sebagai penambah pengetahuan
umum anak mengenai materi yang sedang dibahas.
4. Dari aspek tata bahasa, buku ini menggunakan bahasa yang mudah untuk
dipahami oleh pembaca.
47
5. Adapun kekurangan yang tampak dalam buku ini adalah materi yang
dijabarkan didalam buku ini terlalu padat dan banyak disajikan dalam bentuk
paragraf sehingga memungkinkan siswa untuk kurang memaknai dan
memahami materi.
48
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran IPA sangat
berperan dalam proses pendidikan , karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat
manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan . Dengan mempelajari IPA seseorang dapat
belajar bagaimana cara agar dapat bertahan hidup dengan baik.
Kedua buku yang di analisis, secara keseluruhan sudah bagus. Tujuan pembelajaran
yang terpampang jelas berserta peta konsepnya, adanya rangkuman yang memudahkan
pembaca untuk mengetahui isi buku, serta adanya glosarium untuk menambah wawasan
mengenai arti kata-kata. Cakupan materinya mengenai Ilmu Pengetahuan Alam di kelas 6 juga
sangat luas dan menyeluruh hanya saja masih terdapat beberapa kelemahan dalam bukunya
seperti pada aspek cover, dan isi materi
4.2 REKOMENDASI
Berdasarkan kekurangan yang di dapat, saran untuk penulis buku pembanding yaitu
untuk memperbaharui cover buku agar lebih menarik lagi, menggunakan bahasa yang lebih
sederhana agar lebih mudah dipahami serta menyajikan materi dalam bentuk poin-poin apabila
memang diperlukan agar siswa lebih mudah untuk menyerap materi. Saran bagi penulis buku
utama yaitu memberi pewarnaan pada tiap gambar yang disajikan sehingga buku menjadi lebih
baik lagi dan memperhatikan kesesuaian antara peta konsep dengan isi materi.
49
DAFTAR PUSTAKA
Leyn, Pama dan Surono. 2010. Ilmu Pengetahuan Alam 6 : untuk SD/MI kelas 6. Jakarta : Pusat
Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional
Sriyono.2010. Ilmu Pengetahuan Alam 6 untuk SD/MI Kelas VI.Jakarta : Pusat Perbukuan
Kementerian Pendidikan Nasional
50
LAMPIRAN
51
Lampiran 2. Halaman judul buku utama
52
Lampiran 3. Halaman identitas buku utama
53
l
Lampiran 4. Lembar kata sambutan buku utama
54
Lembar 5. Lembar kata pengantar buku utama
55
Lampiran 6. Daftar isi buku utama
56
Lampiran 7. Daftar isi buku utama
57
Lampiran 8. Cover belakang buku utama
58
Lampiran 9. Cover depan buku pembanding
59
Lampiran 10. Halaman judul buku pembanding
60
Lampiran 11. Halaman identitas buku pembanding
61
Lampiran 12. Lembar kata sambutan buku pembanding
62
Lampiran 13. Lembar kata pengantar buku pembanding
63
Lampiran 14. Daftar isi buku pembanding
64
Lampiran 15. Cover belakang buku pembanding
65
3 CRITICAL JOURNAL REVIEW
Journal review adalah tugas mereview secara kritis seluruh komponen dari suatu hasil
penelitian dalam jurnal dengan cara menganalisis temuan utama, keunggulan dan kelemahan
yang ada dalam penelitian tersebut dan membandingkannya dengan satu atau lebih jurnal lain
Dalam penulisan Critical Journal Review ada beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain yaitu :
1. Tentukan atau pilih jurnal berbahasa Indonesia terbit ≥ th 2008 dengan tema atau judul
berkaitan dengan mata kuliah yang diampu.
2. Masing-masing kelompok mereview artikel dengan judul yang berbeda-beda.
3. Artikel dapat diakses dari internet dalam bentuk pdf dan jelas identitas jurnalnya yang
terakreditasi.
4. Laporan CJR diketik dalam Ms-Word , pada kertas A4, font times new roman 12 pt,
spasi 1,5 , margin kiri 4, kanan, atas dan bawah 3
5.
B6. SISTEMATIKA PENULISAN CRITICAL JOURNAL REVIEW
67
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN (jurnal)
Untuk lebih jelas lagi mengenai penulisan CJR, anda dapat melihat contoh CJR pada
halaman berikutnya.
68
EXECUTIVE SUMARRY
ditentukan oleh faktor pendidikan. Guru memiliki peranan yang sangat penting
dalam merain pembelajaran yang efektif dan efisien di dalam sekolah. Pemilihan
model pembelajaran oleh guru haruslah dilakukan dengan tepat agar materi yang
Ada banyak model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa, salah satunya Starter Experiment Approach. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
dalam berpikir dan berbuat, baik secara individual maupun kelompok. Selain hasil
belajar yang lebih baik, ketrampilan proses sains siswa pun jauh meningkat daripada
69
BAB I
PENDAHULUAN
untuk mengkritik, mengulas suatu journal yang sudah ada dan membandingkan
dengan journal lainnya. Dalam membuat Critical Journal Review yang dilakukan
ialah mengulas isi journal, ditinjau dari segi ulasan yang dilakukan didasarkan pada
Tujuan dari review jurnal adalah untuk mempermudah dalam membahas inti
hasil penelitian ataupun jurnal yang telah ada. Disaat kita membutuhkan sebuah
referensi sebagai sumber bacaan kita selain buku kita dapat menggunakan jurnal.
Dimana jurnal merupakan sebuah penelitian orang lain yang telah diuji. Untuk
memilih jurnal sebaiknya kita terlebih dahulu mengkritisi journal tersebut agar kita
kelemahan dari jurnal tersebut. Review jurnal merupakan salah satu strategi untuk
bisa mempermudah memahami inti dari jurnal ataupun dari hasil penelitian yang
telah dilakukan. Oleh sebab itu, setiap mahasiswa khususnya jurusan Pendidikan
menganalisis agar jurnal ataupun hasil penelitian yang dibahas dapat dipahami
1.2.Tujuan Penulisan
70
1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa, dan
jurnal
1.3.Manfaat CJR
journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/2868/1471
71
BAB II
2.1 Pendahuluan
Mata Pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran wajib yang masuk dalam
struktur kurikulum 2013 karena berguna dalam pemecahan masalah. Mata pelajaran
jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi
Hal ini ditunjukkan oleh laporan PISA (Programme for International Student
Assessment) tahun 2015 di mana rerata skor IPA siswa Indonesia sebesar 403,
Singapura (556), Vietnam (525), Thailand (421). Selain itu, TIMSS (Trend in
International Mathematics and Science Study) tahun 2015 menyatakan bahwa rerata
skor IPA siswa kelas 4 Indonesia berada pada urutan nomor enam terbawah dari
antara negara-negara peserta. Rerata raihan siswa Indonesia adalah 397, Jordania
(388), Saudi Arabia (383), Maroko (377), Afrika Selatan (376), Kuwait (353).
Selain hasil belajar, keterampilan proses IPA juga harus mendapat porsi yang
tepat sebab rendahnya hasil belajar diakibatkan oleh rendahnya keterampilan proses
sains (Darmayanti, Sadia, dan Sudiatmika, 2013). Rahmasiwi, Santosari dan Sari
(2015) menyatakan bahwa keterampilan proses sains masih relatif rendah. Hasil
keterampilan proses sains tingkat atas siswa hanya 54,47% (Widayanti, 2015).
Salah satu model pembelajaran yang terbukti meningkatkan hasil belajar IPA
Starter Experiment Approach pada mata pelajaran matematika dan IPA is very
convicing. Para siswa merasa senang menjadi subyek belajar yang aktif. Motivasi
keterampilan proses IPA karena dalam pelaksanaannya sangat tergantung pada guru.
Siswa Pelaksanaan pembelajaran seperti yang diuraikan di atas, terjadi pula saat
Peken Tabanan seperti yang diuraikan di atas dan mengingat belum pernah
Experiment Approach terhadap keterampilan proses dan hasil belajar IPA siswa kelas
VI SD.
SDN 1 Dajan Peken Tabanan. Hasil belajar dan keterampilan proses IPA siswa masih
rendah.
73
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada siswa kelas VI SDN 1 Dajan
Peken Tabanan seperti yang diuraikan di atas dan mengingat belum pernah
Experiment Approach terhadap keterampilan proses dan hasil belajar IPA siswa kelas
VI SD.
kontrol terhadap variabel dan pengujian validitas internal dan eksternal. Rancangan
penelitian ini adalah Post-Test Only Control Group yaitu rancangan penelitian yang
hasil belajar IPA, antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Starter
random sampling.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah rubrik dan tes hasil belajar IPA. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan manova dengan taraf signifikansi 5%. Hasil
yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional; (2) hasil belajar IPA
74
BAB III
Download http://oldpasca.undiksha.ac.id/e-
journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/2868/1471
Halaman
Tahun 2019
2. Giranti Pratiwi
4. Khairun Nisa
5. Pri Hartini
Penelitian keterampilan proses dan hasil belajar IPA, antara siswa yang
Subjek Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 1 Dajan Peken
Penelitian Tabanan dengan jumlah 150 siswa. Sampel ditentukan dengan teknik
75
random sampling dan terpilih kelas VIA dan VID SD N 1 Dajan
siswa. kelas VIB dan VIC SD N 1 Dajan Peken Tabanan sebagai kelas
penelitian.
- Analisis data
- Pengujian Hipotesis 3
- Rekapitulasi data
- Hasil analisis
Pengumpul keterampilan proses dengan skala interval 1 sampai 5 dan tes hasil
76
deskriptif untuk mengetahui rerata, standar deviasi dan varians.
(Terlampir)
pembelajaran.
77
> 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat hasil belajar IPA,
PekenTabananatauH0 diterima.
modelpembelajaran.
78
Peken Tabanan dengan kata lain H0 ditolak. Sebaliknya apabila
lebih kecil dari 0,05. Artinya harga F untuk Pillai’s Trace, Wilks’
melakukan penelitian.
penelitian.
mudah dipahami.
79
4. Populasi penelitian yang banyak dapat memperkuat data
yang dianalisis.
penelitian.
banyaknya.
Tabanan;
Tabanan; dan
seperti berikut:
80
(1) Mempublikasikan hasil penelitian baik secara nasional maupun
internasional;
melalui MGMP;
http://oldpasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ipa/
81
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.p
https://scholar.google.co.id/citations?u
Maret 2018.
Maret 2018.
82
Nyeneng, I.K., Lasmawan, I.W., Dantes, N. 2015. “Pengaruh Model
http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/jurnal_pendas/article/do
Https://www.oecd.org/pisa/pisa-2015- results-in-focus.pdf.
indonesia.org/wpcontent/uploads/2017/01/TIMSS-
83
https://media.neliti.com/media/publicat ions/174936-ID-
7/342.full.pdf+html?sid=d510e840- b02d-4234-a184-
https://media.neliti.com/media/publicat ions/215388-
2018.
84
Biologi dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.
http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ipa/arti
cle/vie w/482.
on/249400205_Motivational_Influence
s_on_Student_Participation_in_Classr
85
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Experiment Approach ini sudah layak untuk dipublish dan dijadikan bahan
artikel ini. Selain abstrak yang ditulis dalam 2 bahasa, abstraknya pun dibuat
artikel seperti tujuan penelitian, jenis penelitian, populasi, teknik analisis data,
Di dalam artikel ini juga memuat beberapa data-data dari hasil penelitian
terdahulu orang lain yang diperlukan sebagai bahan acuan dan memperkuat
penelitian. Tak hanya itu, artikel ini juga menjelaskan secara singkat apa itu
Hasil penelitian dalam artikel ini mengandung nilai positif, yaitu adanya
peningkatan hasil belajar dan ketrampilan proses sains pada siswa kelas
eksperiment.
4.2 Saran
menyebutkan dengan jelas jumlah sampel penelitian agar data yang diberikan
86
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, A., W. Suastra., dan K. Suarni. Pengaruh Model Pembelajaran Starter Experiment
Approach Terhadap Ketrampilan Proses dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD.
87
LAMPIRAN
Cover Jurnal
Halaman Judul
Halaman Penerbit
88
Daftar Isi Jurnal
89
4 MINI RESEARCH
Mini research adalah tugas melakukan proses investigasi secara terbatas dan sederhana
yang dilakukan secara sistematis, yang bertujuan untuk menemukan, mengintepretasikan,
dan merevisi fakta-fakta. Tugas Mini Riset adalah tugas yang diberikan dosen berupa kegiatan
penelitian berbasis Pendidikan dalam bentuk survey.
Dalam melakukan penulisan mini research, perlu memperhatikan beberapa hal yaitu :
90
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
BAB II. LANDASAN TEORI
BAB III.METODE
3.1. Tempat dan Waktu Survey
3.2. Subject Survey
3.3. Teknik Pengambilan Data
3.4. Instrumen Survey (satu atau lebih dari instrumen berikut: format isian, pedoman
wawancara, lembar observasi, qualiy checklist, atau kuesioner jika diperlukan)
3.5. Teknik analisis data
91
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau Sains
yang semula berasal dari bahasa inggris ‘science’ yang artinya ilmu. Kata ‘science’ sendiri
berasal dari kata dalam bahasa latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. ‘Science’ terdiri dari
social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan
alam).(Hanifah.2016)
Pembelajaran IPA disekolah dasar mempunyai karakteristik yang berbeda dengan
karakteristik IPA di Sekolah Menengah. Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan
intelektual anak seusia siswa sekolah dasar maka penyajian konsep dan keterampilan IPA dari
yang nyata (konkrit) ke yang abstrak, dari mudah ke sukar, dari sederhana ke rumit dari dekat
ke jauh. Dengan kata lain mulailah dari apa yang ada di sekitar siswa dan dikenal, diamati serta
diperlukan siswa. Secara psikologis anak usia sekolah dasar berada dalam dunia bermain.
Saat ini, pembelajaran IPA merupakan salah satu materi pembelajaran yang sangat
penting di sekolah. Namun demikian ternyata sebagian siswa SD merasa pembelajaran IPA
sudah menjadi momok bagi siswa. Hal ini terlihat dari guru kurang mampu menyusun sumber
belajar bagi siswa, memilih pendekatan dan metode yang sesuai dengan karakter siswa, serta
memilih media yang tepat sebagai alat bantu dalam pembelajaran IPA pada konsep tertentu
dan di dalam pembelajaran guru kurang memperhatikan karakteristik dari siswanya di dalam
belajar. (Juliani,2016)
Hal ini dibuktikan dari hasil observasi yang dilakukan, di kelas saat pembelajaran
Bahasa Indonesia terlihat bahwa siswa kurang berminat terhadap pembelajaran yang diberikan
ini ditunjukan oleh sikap mereka saat mereka menerima pembelajaran, siswa di kelas
cenderung pasif (saat pelajaran berlangsung) seolah-olah belum siap menerima pelajaran, siswa
92
tidak mau bertanya selama dalam proses pembelajaran, siswa belajar dengan cara yang
monoton. Berdasarkan keadaan diatas akhirnya menyebabkan rendahnya prestasi belajar.
(Juliani,2016)
Kenyataan di atas tentu saja sangat bertentangan dengan bagaimana seharusnya siswa
tersebut belajar. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu akan ada
perubahan prilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi saling
memperbaiki dalam pola hubungan antara dua subjek. (Juliani,2016)
Keberhasilan seseorang dalam belajar ditentukan oleh banyak faktor yang meliputi
faktor internal dan faktor eksternal.Salah satu faktor belajar yang berpengaruh besar dalam
pencapaian tujuan belajar adalah gaya belajar. Namun, saat ini masih banyak guru yang
mengalami kesulitan dalam memahami gaya belajar yang dimiliki dari masing- masiang
siswanya, yang disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, salah satu faktornya adalah
berhubungan dengan waktu, sumber, ruanggan, dan personalia. (Juliani,2016)
Gaya belajar menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dalam pembelajara IPA.
Karena dalam proses pembelajaran IPA, seorang membutuhkan suatu cara yang dianggapnya
cocok atau nyaman dengan apa yang dijalaninya selama proses belajar tersebut. (Juliani,2016).
Kenyamanan dalam belajar tersebut merupakan gaya belajar yang dianggap cocok oleh si
pelajar. Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah,
dan dalam studi- studi antar pribadi. (Juliani,2016)
Gaya belajar ini sangat berkaitan erat dengan pribadi seseorang, yang tentu dipengaruhi
oleh pendidikan dan riwayat perkembangaannya. Setiap siswa pasti memiliki gaya belajar
mereka masing- masing, berbeda secara individual dalam caranya belajar. Guru-guru harus tau
akan adanya tipe-tipe murid yang berbeda-beda. Bagi seorang guru sangat penting untuk
mengetahui atau memahami bagaimana gaya belajar yang dimiliki oleh masing-masing
siswanya, agar didalam pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
(Juliani,2016)
Perbedaan gaya belajar itu menunjukan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu
bisa menyerap seluruh informasi dari luar dirinya. Oleh karena itu, seorang guru bisa
memahami bagaimana perbedaan gaya belajar pada siswanya, dan mencoba menyadarkan
siswanya akan perbedaan tersebut, mungkin akan lebih mudah bagi guru untuk menyampaikan
informasi secara efektif dan efisien. (Juliani,2016). Guru harus memperhatikan gaya belajar
atau “learning style” siswa, yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang
yang diterimanya dalam proses belajar.
93
Mengingat besarnya pengaruh gaya belajar terhadap pencapaian tujuan belajar maka
peneliti melakukan penelitian di SD Negeri 060792 JL. Purwo Kec Medan Timur karena
sekolah tersebut terletak di kota Medan dan juga terjangkau oleh peneliti dalam melakukan
penelitian. Peneliti melakukan penelitian ini karena peneliti ingin menganalisis gaya belajar
siswa kelas V dan VI di SD 060792
94
1.6 Manfaat Penelitian
A. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan ilmu dan wawasan untuk
memperkaya pengetahuan dalam mengetahui gaya-gaya belajar siswa dalam mata
pelajaran IPA pada siswa SD kelas V dan VI.
B. Secara Praktis
1. Bagi peneliti : penelitian ini menjadi pengalaman, sebagai masukan sekaligus
sebagai pengetahuan untuk mengetahui gaya-gaya belajar siswa sehingga
dikemudian hari dapat dengan mudah mengenali siswa berdasarkan gaya
belajarnya.
2. Bagi guru : hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan
bahan referensi untuk mengenali siswa dalam hal gaya belajarnya, sebagai koreksi
sekaligus usaha untuk memperbaiki kualitas diri sebagai guru yang profesional.
3. Bagi pembaca : hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi
untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
95
BAB II
TINJAUAN TEORI
96
pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara pedagogis berakar dari pihak peserta
didik.(Lefudin.2017)
Ada beberapa pengertian lain dari pembelajaran .( Degeng dalam Lefudin 2017).
Pembelajaran (pengajaran) adalah upaya untuk membelajarkan siswa.Pembelajaran adalah
suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. (Lefudin.2017)
97
2.2 Pembelajaran IPA di SD
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau Sains
yang semula berasal dari bahasa inggris ‘science’ yang artinya ilmu. Kata ‘science’ sendiri
berasal dari kata dalam bahasa latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. ‘Science’ terdiri dari
social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan
alam).(Hanifah.2016)
Pada hakekatnya Ilmu Pengetahuan Alam terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap
ilmiah, proses ilmiah dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa Ilmu Pengetahuan Alam tidak
hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta yang dihapal tetapi juga
merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari mengenai
gejala-gejala yang belum dapat direnungkan..(Hanifah.2016)
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam
perut bumi dan diluar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat
diamati dengan indera. IPA atau ilmu kealaman adalah tentang dunia zat, baik makhluk hidup
maupun benda mati yang diamati. Menurut H.W Fowler (dalam Hanifah.2016) mendefinisikan
“IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-
gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi”.
Mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan
yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan
melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP. ( Arinil.2011)
98
Sedangkan ruang lingkup pembelajaran IPA Di SD meliputi aspek-aspek sebagai
berikut:
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan dan tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
b. Benda atau materi sifat-sifat dan kegunaannya meliputi cair, padat, gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi , tata surya dan benda langit lainnya.
(Arinil.2011)
Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan
teknologi serta dapat membantu peserta didik dalam memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, dan mampu menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari dan proses pembelajarannya menekankan pada pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar.
Menurut Deporter dan Hernacki dalam (Syakir, 2014) menyatakan bahwa gaya belajar
adalah kombinasi dari menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Sedangkan menurut
James dan Gardner dalam (Darmadi, 2017) gaya belajar adalah cara yang kompleks dimana
para siswa menganggap dan merasa paling efektif dan efesien dalam memproses, menyimpan
dan memanggil kembali apa yang telah mereka pelajari.
99
Dun dan Dun dalam Sugiharto yang dikutip oleh (Darmadi, 2017) menjelaskan bahwa
gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu pembelajaran
efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain. Berarti gaya belajar
berhubungan dengan cara anak belajar serta cara belajar yang paling disukai.
Menurut Nasution dalam (Darmadi, 2017) gaya belajar adalah cara yang konsisten yang
dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atauinformasi, cara mengingat,
berfikir dan memecahkan masalah. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa gaya belajar adalah karakteristik yang dimiliki seseorang dalam menangkap stimulus
atau informasi, cara mengingat, berfikir dan memecahkan masalah.
a. Cenderung melihat sikap, gerakan dan bibir guru yang sedang mengajar.
b. Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
c. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman
lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak.
100
d. Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat
pasif dalam kegiatan diskusi.
e. Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan.
f. Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
g. Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu.
a. Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas atau materi yang
didiskusikan dalam kelompok kelas.
b. Pendengar ulung : anak mudah menguasai materi iklan/lagu di televisi atau radio
c. Cenderung banyak omong
d. Tidak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang
dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya.
e. Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang / menulis.
f. Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain.
g. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya
anak baru, adanya papan pengumuman dan sebagainya.
101
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik adalah sebagai berikut :
a. Menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya, termasuk saat belajar.
b. Sulit berdiam diri atau duduk duduk manis, selalu ingin bergerak.
c. Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh : saat guru
menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar.
d. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
e. Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambang.
f. Menyukai praktik/percobaan.
g. Menyukai permainan dan aktivitas fisik.
102
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.Lokasi Penelitian
3.6.3 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian ini dilakukan. Penelitian ini
dilakukan di SD Negeri No 060792 Jl.Purwo Kec Medan Timur
3.6.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan september sampai bulan oktober 2019 dengan
alokasi sebagai berikut :
NO Waktu Kegiatan Bulan
September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4
a. Survey
d. Pengajuan Proposal
e. Revisi Proposal
103
f. Pembuatan Instrumen Penelitian
2 Tahap Pelaksanaan
a. Pengumpulan Data
b. Pengolahan Data
3 Penyusunan Laporan
a. Penyusunan Data
b. Pengetikan Data
3.4.1. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pernyataan
tertulis untuk dijawab secara tertulis juga oleh responden yaitu siswa kelas V dan VI SD
Negeri 060950. Angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket tertutup dimana
respoden diberi batasan untuk menjawab. Angket ini dibuat untuk melengkapi data-data
peneliti. Angket diberikan kepada responden yaitu siswa-siswi kelas V dan VI SD 060792
3.4.2. Wawancara
Wawancara merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
bertanya langsung atau dengan cara bertatap muka dengan responden. Wawancara
dilakukan untuk menjawab rumusan masalah mengenai kendala yang dihadapi guru dalam
memberikan pelajaran ipa dengan gaya belajar siswa yang berbeda-beda serta cara
mengatasi kendala tersebut. Sampel dalam wawancara ini yaitu guru SD kelas V dan VI di
SD Negeri No 060792
104
3.4.3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu .Dokumentasi bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental.Dalam hal ini peneliti
menggunakan semacam gambar berupa foto-foto pada waktu pelaksanaan penelitian mulai
dari wawancara dan pemberian angket
3.5.Instrumen Penelitian
1. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk angket tertutup berupa pilihan
ganda dengan rentang nilai 2 pilihan jawaban yang menggunakan skala linkert. Skala
linkert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala social (Sugiyono, 2013).
Kisi-kisi angket
No Aspek Nomor butir Tipe test Jumlah
2. Wawancara
Wawancara merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya
langsung atau dengan cara bertatap muka dengan responden
105
No Skala Pernyataan
1 YA 1
2 TIDAK 0
106
BAB IV
2 Bayu 0 0 1 0 0 1 1 3 0 1 1 0 0 1 1 4 0 1 0 0 0 0 1 2
3 Rizky. S 0 0 1 0 0 1 1 3 1 0 1 0 0 1 0 3 1 0 1 1 0 0 0 3
4 Gadis. S 0 0 1 1 0 1 0 3 1 1 1 0 0 0 0 3 1 1 1 0 0 0 0 3
5 Daffa 1 0 0 0 0 1 1 3 0 1 1 1 0 1 0 4 1 1 1 0 1 0 1 5
6 Fadel Akbar 0 1 1 0 1 1 1 5 1 0 1 1 1 0 1 5 1 0 0 1 1 0 1 4
7 Sigit Dwi H 0 0 1 1 0 1 1 4 1 0 0 0 0 1 0 2 1 1 0 1 1 0 0 4
107
8 Timlen H. 0 0 1 0 1 1 1 4 1 1 1 0 1 1 0 5 0 1 0 0 0 0 1 2
Sgl
9 Ridan 0 0 1 0 0 1 1 3 1 1 1 0 0 1 0 4 0 1 0 1 0 0 0 2
10 Choky 0 0 1 0 0 1 0 2 1 1 1 0 1 1 0 5 1 1 0 0 0 0 0 2
11 Putra 0 0 1 1 0 1 1 4 0 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 0 0 5
12 Adi Satria 0 0 1 1 0 1 1 4 1 1 1 0 1 1 0 5 0 0 1 1 0 0 1 3
13 Riska A 0 0 0 1 1 1 1 4 0 1 1 1 1 0 1 5 1 1 0 1 0 0 1 4
14 Lutfi 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 3 0
15 Cindy Laura 0 0 1 1 0 1 1 4 1 1 1 0 1 0 0 4 0 1 0 0 0 0 0 1
16 Nadia 1 0 1 0 1 1 1 5 0 1 1 0 0 1 0 3 1 1 0 0 0 1 0 3
17 Rizky Al M 0 1 0 1 0 1 0 3 1 0 1 0 1 0 1 4 0 1 0 1 0 1 0 3
18 Ramsen S P 1 0 1 0 0 1 1 4 1 0 1 0 0 1 0 3 1 1 1 1 1 0 1 6
19 Fikri 1 0 1 0 0 1 1 4 0 1 1 0 1 1 0 4 1 0 0 0 0 0 0 1
Berdasarkan tabel diatas dipaparkan hasil sebagai berikut responden pertama pada
pernyataan tentang gaya belajar visual memilih YA sebanyak 3 pernyataan, pada gaya
belajar auditori responden pertama memilih YA sebanyak 4 pernyataan dan pada gaya
belajar kinestetik responden pertama memilih YA sebanyak 1 pernyataan. Responden
kedua pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih YA sebanyak 3 pernyataan,
pada gaya belajar auditori responden kedua memilih YA sebanyak 4 pernyataan dan pada
gaya belajar kinestetik responden kedua memilih YA sebanyak 2 pernyataan.
Responden ketiga pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih YA
sebanyak 3 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden ketiga memilih YA sebanyak
3 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden ketiga memilih YA sebanyak 3
pernyataan. Responden keempat pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih
YA sebanyak 3 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden keempat memilih YA
sebanyak 3 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden keempat memilih YA
sebanyak 3 pernyataan. Responden kelima pada pernyataan tentang gaya belajar visual
108
memilih YA sebanyak 3 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden kelima memilih
YA sebanyak 4 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden kelima memilih
YA sebanyak 5 pernyataan.
Responden keenam pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih YA
sebanyak 5 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden keenam memilih YA
sebanyak 5 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden keenam memilih YA
sebanyak 4 pernyataan. Responden ketujuh pada pernyataan tentang gaya belajar visual
memilih YA sebanyak 4 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden ketujuh memilih
YA sebanyak 2 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden ketujuh memilih
YA sebanyak 4 pernyataan. Responden kedelapan pada pernyataan tentang gaya belajar
visual memilih YA sebanyak 4 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden
kedelapan memilih YA sebanyak 5 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden
kedelapan memilih YA sebanyak 2 pernyataan. Responden kesembilan pada pernyataan
tentang gaya belajar visual memilih YA sebanyak 3 pernyataan, pada gaya belajar auditori
responden kesembilan memilih YA sebanyak 4 pernyataan dan pada gaya belajar
kinestetik responden kesembilan memilih YA sebanyak 2 pernyataan.
Responden kesepuluh pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih YA
sebanyak 2 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden kesepuluh memilih YA
sebanyak 5 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden kesepuluh memilih YA
sebanyak 2 pernyataan. Responden kesebelas pada pernyataan tentang gaya belajar visual
memilih YA sebanyak 4 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden kesebelas
memilih YA sebanyak 6 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden kesebelas
memilih YA sebanyak 5 pernyataan. Responden keduabelas pada pernyataan tentang gaya
belajar visual memilih YA sebanyak 4 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden
kedua belas memilih YA sebanyak 5 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik
responden kedua belas memilih YA sebanyak 3 pernyataan.
Responden ketiga belas pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih YA
sebanyak 4 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden ketiga belas memilih YA
sebanyak 5 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden ketiga belas memilih
YA sebanyak 4 pernyataan. Responden keempat belas pada pernyataan tentang gaya
belajar visual memilih YA sebanyak 1 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden
keempat belas memilih YA sebanyak 3 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik
responden keempat belas memilih YA sebanyak 0 pernyataan. Responden kelima belas
pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih YA sebanyak 4 pernyataan, pada
109
gaya belajar auditori responden kelima belas memilih YA sebanyak 4 pernyataan dan pada
gaya belajar kinestetik responden kelima belas memilih YA sebanyak 1 pernyataan.
Responden keenam belas pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih
YA sebanyak 5 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden keenam belas memilih
YA sebanyak 3 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden keenam belas
memilih YA sebanyak 3 pernyataan. Responden ketujuh belas pada pernyataan tentang
gaya belajar visual memilih YA sebanyak 3 pernyataan, pada gaya belajar auditori
responden ketujuh belas memilih YA sebanyak 4 pernyataan dan pada gaya belajar
kinestetik responden ketujuh belas memilih YA sebanyak 3 pernyataan. Responden
kedelapan belas pada pernyataan tentang gaya belajar visual memilih YA sebanyak 4
pernyataan, pada gaya belajar auditori responden kedelapan belas memilih YA sebanyak
3 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik responden kedelapan belas memilih YA
sebanyak 6 pernyataan. Responden kesembilan belas pada pernyataan tentang gaya
belajar visual memilih YA sebanyak 4 pernyataan, pada gaya belajar auditori responden
kesembilan belas memilih YA sebanyak 4 pernyataan dan pada gaya belajar kinestetik
responden kesembilan belas memilih YA sebanyak 1 pernyataan.
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden pertama dalam gaya belajar
visual sebanyak 5 poin, gaya belajar audio sebanyak 4 poin, dan gaya kinestetik sebanyak
3 poin. Pada responden kedua dalam gaya belajar visual memperoleh 5 poin, gaya audio
memperoleh 4 poin dan gaya kinestetik memperoleh 5 poin. pada responden ketiga dalam
110
gaya belajar visual memperoleh 2 poin, gaya audio memperoleh 3 poin, dan gaya kinestetik
memperoleh 3 poin.
Pada responden keempat memperoleh sebanyak 5 poin untuk gaya belajar visual, 4 poin
untuk gaya belajar audio, dan 2 poin untuk gaya belajar kinestetik. Pada responden kelima
memperoleh 2 poin pada gaya visual, 3 poin pada gaya audio, dan 3 poin pada gaya
kinestetik. Pada responden keenam memperoleh 5 poin pada gaya visual, 4 poin pada gaya
audio, dan 3 poin pada gaya kinestetik.
Pada responden ketujuh, diperoleh 3 poin pada gaya visual, 5 poin pada gaya audio,
dan 3 poin pada gaya kinestetik. Pada responden kedelapan dalam gaya belajar visual
memperoleh poin sebanyak 3 poin, dalam gaya belajar audio memperoleh poin sebanyak
4 poin, dan gaya belajar kinestetik sebanyak 3 poin. pada responden kesembilan
mendapatkan 5 poin untuk gaya belajar visual, 6 poin untuk belajar audio, dan 3 poin untuk
belajar kinestetik.
Pada responden kesepuluh diperoleh 5 poin pada gaya visual, 4 poin pada gaya audio,
dan 3 poin pada gaya kinestetik. Pada responden kesebelas, dalam gaya belajar visual
diperoleh sebanyak 5 poin, pada gaya belajar audio sebanyak 5 poin, dan pada gaya belajar
kinestetik sebanyak 4 poin. Pada responden kedua belas diperoleh 3 poin untuk gaya
belajar visual, 3 poin pada gaya belajar audio, dan 3 poin pada gaya belajar kinestetik.
Pada responden ketiga belas diperoleh 6 poin pada gaya belajar visual, 5 poin pada gaya
belajar audio, dan 4 poin pada gaya belajar kinestetik. Pada responden keempat belas,
diperoleh 3 poin pada gaya belajar visual, 3 poin pada gaya belajar audio, dan 2 poin pada
gaya belajar kinestetik. Pada responden kelima belas diperoleh 4 poin pada gaya belajar
visual, 3 poin pada gaya belajar audio, dan 3 poin pada gaya belajar kinestetik. Pada
responden keenam belas, diperoleh 3 poin pada gaya belajar visual, 5 poin pada gaya
belajar audio, dan 2 poin pada gaya belajar kinestetik. Pada responden ketujuh belas,
diperoleh gaya belajar visual sebanyak 4 poin, gaya belajar audio sebanyak poin, dan gaya
belajar kinestetik sebanyak 5 poin.
Adapun hasil wawancara yang kami lakukan terhadap guru kelas V dan VI SD
Negeri No 060792 Jl.Purwo Kec Medan Timur yaitu:
a. Hasil wawancara guru kelas V
b. Hasil wawancara guru kelas VI
111
Adapun hasil wawancara yang kami lakukan terhadap guru kelas VI SD Negeri No
060792 Jl.Purwo Kec Medan Timur yaitu kepad ibu Ida Hafni Purba adalah sebagai
berikut :
112
yang khas yang ditonjolkan di dalam pembelajaran.”. Sedangkan Ibu Ida Hafni Purba
sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “ketika pembelajaran yang dilakukan itu kita
mengamati siswanya, seperti apa belajar yang ia sukai ”
Berdasarkan kedua jawaban dari narasumber, dapat diketahui bahwa untuk
mengetahui gaya belajar siswa, guru harus mengamati tingkah laku yang khas dari
siswanya dengan baik yang menonjolkan karakteristik tertentu sesuai dengan gaya
belajarnya masing-masing.
4. Gaya belajar apa yang paling dominan yang ada dikelas yang ibu ampu ?
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “gaya belajar
yang dominan di kelas saya itu adalah visual.” Sedangkan menurut Ibu Ida Hafni Purba
sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “mereka lebih suka kalo kita memberikan
pelajaran kita membuat alat peraga seperti gambar gambar, mereka lebih senang
melihat dan cepat menangkap. Mereka itu suka melihat dan mendengarkan”
Berdasarkan kedua jawaban dari narasumber, dapat diketahui bahwa gaya
belajar yang dominan di kelas V adalah gaya belajar visual, sedangkan di kelas VI
adalah gaya belajar visual dan audiotori.
5. Karakteristik apa yang paling menonjol yang dimiliki siswa dengan gaya belajar yang
berbeda beda ?
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “yang paling
menonjol itu seperti mereka senang kalau saya suruh belajar sambil bermain games
yang membuat siswa itu aktif.” Sedangkan menurut Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru
kelas VI menyatakan bahwa “mereka lebih suka bergerak, misalnya bernyanyi sambil
mempraktekkan misalnya seperti lagu lihat kebunku, saya menanyakan mana
bunganya, mereka bergerak seperti bunga, mereka suka sekali seperti itu”
Berdasarkan kedua jawaban dari narasumber, dapat diketahui bahwa
karakteristik yang paling menonjol dari setiap siswa adalah mereka senang melakukan
kegiatan dalam hal bergerak dan melakukan praktik.
6. Adakah strategi yang ibu gunakan untuk memaksimalkan pelajaran yang ibu berikan
agar siswa dengan gaya belajarnya masing-masing dapat menyerap dengan baik ?
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “biasanya saya
selalu memvariasikan pembelajaran supaya anak-anak tidak bosan. Misalnya hari ini
113
saya menggunakan metode ceramah, maka besok saya menggunakan tanya jawab,
kemudian dihari yang lain saya menggunakan metode yang lainnya agar anak-anak
tidak merasa bosan.” Sedangkan menurut ibu Ida Hafni Purba menyatakan bahwa
“saya sering mengajak siswa untuk bermain games terkadang supaya mereka tidak
bosan”.
Berdasarkan kedua jawaban dari narasumber, dapat diketahui bahwa cara yang
paling ampuh untuk memaksimalkan pembelajaran adalah dengan memberikan variasi
pada pembelajaran dan disertai dengan pembelajaran berbasis permainan games agar
sisa tidak bosan.
8. Bagaimana cara ibu untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna pada
pembelajaran yang ibu ampu ?
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “itu harus
sesuai dengan kemampuan gurunya masing-masing, kalau saya ya selalu saya nasihati,
saya beritahu bagaimana hidup ini harus dijalakan” sedangkan Ibu Ida Hafni Purba
sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “yang diberikan itu seperti kita memotivasi
anak-anak, bisa juga memberikan hadiah pada anak-anak yang bisa menjawab
pertanyaan”
114
Berdasarkan kedua jawaban dari narasumber, dapat diketahui bahwa dalam
memberikan pengalaman belajar, guru harus bisa memotivasi siswa untuk mau belajar
dan terus berkembang serta memberikan penghargaan material bagi anak-anak yang
mampu mengerjakan dan menjawab pertanyaan dengan baik.
4.2 Pembahasan
Gaya belajar adalah cara yang kompleks dimana para siswa menganggap dan merasa
paling efektif dan efesien dalam memproses, menyimpan dan memanggil kembali apa yang
115
telah mereka pelajari. Gaya belajar setiap orang berbeda-beda, perbedaan gaya belajar tersebut
menyebabkan guru harus mampu memahami gaya belajar masing-masing siswanya.
Di sekolah ini gaya belajar siswa kelas V cenderung berbeda-beda, dilihat dari hasil
angket, mereka memiliki gaya belajar audio, visual dan kinestetik. Beberapa dari mereka juga
memiliki gaya belajar audiovisual dan juga visual kinestestetik. Mengenai gaya belajar visual
sendiri, siswa kelas V yang memiliki gaya belajar visual yang paling dominan ada satu orang
siswa. Menganai gaya belajar auditori, siswa kelas V yang memiliki gaya belajar auditori yang
dominan memiliki jumlah yang paling banyak diantara gaya belajar lainnya yaitu terdapat 10
orang siswa yang memiliki gaya belajar auditori. Teruntuk gaya belajar kinestetik terdapat dua
orang yang memiliki gaya belajar kinestetik. Sedangkan sisanya memiliki gaya belajar yang
berimbang, dan ada juga yang kombinasi seperti audiovisual terdapat 3 orang siswa.
Gaya belajar yang dimiliki siswa kelas VI berbeda beda, dilihat dari hasil angket yang
disebarkan, mereka memiliki gaya belajar audio, visual dan kinestetik. Beberapa dari mereka
juga memiliki gaya belajar audiovisual dan juga visual kinestestetik. Dari 17 siswa yang ada di
kelas VI, terdapat 6 orang yang memiliki gaya belajar visual. Terdapat 4 orang yang memiliki
gaya belajar audio, dan tidak ada seorang siswapun yang memiliki gaya belajar kinestetik.
Sementara 7 siswa lainnya memiliki gaya belajar yang kombinasi dan berimbang.
Gaya belajar yang paling dominan di kelas VI adalah gaya belajar kombinasi seperti
audio visual, ataupun visual kinestetik. Hal ini menunjukkan bahwa guru harus mampu
mengatur dengan baik seluruh sisi pelajaran agat seluruh siswa dengan gaya belajar yang
berbeda-beda mampu menangkap pembelajaran dengan maksimal. Upaya yang dilakukan guru
dalam pembelajaran dengan siswa yang memiliki gaya belajar yang bervariasi yaitu
menggunakan metode dan cara mengajar yang bervariasi pula. Selain itu, media dan alat peraga
juga digunakan untuk menunjang efektivitas belajar mengajar.
Dalam memahami mengenai gaya belajar, guru kelas VI disekolah ini cenderung belum
mampu memahami gaya belajar dengan baik, guru kelas VI tidak memahami apa itu gaya
116
belajar. Sedangkan guru kelas V sudah cukup baik dalam memahami gaya belajar siswa dengan
melihat ciri perilaku khusus yang ada pada diri siswa itu sendiri yang paling sering ditonjolkan
didalam kelas maupun dalam suasana belajar mengajar. Hambatan yang dialami guru mengenai
gaya belajar yang berbeda-beda ialah kondisi kelas yang cendurung tidak bisa berjalan dengan
kondusif seperti terjadi keributan di dalam kelas dan lainnya.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan guru kelas VI belum memahami apa itu gaya belajar,
sehingga dalam memilih strategi ataupun metode yang digunakan dalam proses pembelajar
tidak sesuai dengan karakteristik belajar siswa yang menyebabkan siswa menjadi bosan dan
kelas tidak dapat kondusif.
117
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gaya belajar merupakan komponen penting yang ada dalam setiap diri siswa yang harus
diperhatikan guru secara maksimal. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri
No 060792, terlihat siswa kelas V dan kelas VI memiliki gaya belajar yang berbeda-beda
disetiap kelasnya. Selain berbeda, beberapa siswa juga memiliki variasi gaya belajar seperti
audio visual, visual kinestetik, dan audio kinestetik.
Kemampuan guru dalam memahami gaya belajar siswa belum cukup baik. Hal ini terlihat
dari hasil jawaban atas wawancara yang dilakukan, yang mana guru tidak cukup mahir dalam
mengenali karakteristik khusus siswa sesuai dengan gaya belajarnya, terutama guru kelas VI.
Hal ini tentu saja akan berdampak pada ketidaksesuaian strategi dan metode yang akan
dijalankan untuk mencapai tujuan pembelajaran berdasarkan situasi gaya belajar siswa yang
berbeda-beda. Banyak hambatan-hambatan yang harus dihadapi guru dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, salah satunya ialah siswa yang terlalu aktif didalam kelas, sering
membuat keributan, dan sarana dan prasarana sekolah yang kurang mendukung untuk
melakukan pembelajaran. Tentu saja hambatan itu dapat diatasi oleh guru dengan selalu
memberikan arahan dan mengkondisikan kelas.
5.2 Saran
Berdasrkan hasil yang didapat, terdapat beberapa saran yang dapat ditulis, yaitu :
118
DAFTAR PUSTAKA
Arinil.2011. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
SD/MI.[online](https://arinil.wordpres.com.cdn.ampproject.org/v/s/arinil.wordpress.co
m/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-alam-
sdmi/amp/?amp diperoleh pada 08 november 2018)
Darmadi, H. 2017. Pengembangan Model
danMetodePembelajarandalamDinamikaBelajarSiswa. Yogyakarta: Depublish
Ginting,Novia Febina.2017. “Analisis Keterampilan Mengajar Guru PPKn Dalam
Mengaktifkan Siswa Kelas XI SMA Negeri 9 Medan Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Skripsi. Medan : Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
Hanifah.2016. Pengaruh Pendekatan Saintifik Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Hasil
Belajar Kognitif Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Berbah. Thesis.Yogyakarta:FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta.
Juliani, Ni Wayan dkk. 2016. “Analisis Gaya Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Pada Siswa Kelas V Sd Gugus Vi Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem
Tahun Pelajaran 2015/2016”. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 hal 1-12
Marsela.2016. “Identifikasi Gaya Belajar Siswa Kelas X Terhadap Mata Pelajaran Biologi
Sma Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016”. Skripsi. Lampung :
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Bandar Lampung
Syakir, Septian El. 2014. Islamic HypnoParenting :MendidikAnakMasaKinialaRasulullah.
Jakarta :KawanPustaka
119
LAMPIRAN
Lampiran 1
Instrumen Angket
Nama :.........................................
Kelas :.........................................
Petunjuk pengisian :
1. Jawablah secara jujur dengan memberi tanda centang (√) pada kolom YA atau
TIDAK sesuai dengan kondisi dirimu
2. Jangan terpengaruh pada jawaban temanmu
3. Jawabanmu tidak akan mempengaruhi nilai
1. Gaya visual
No. Pernyataan Ya Tidak
2. Gaya auditori
No. Pernyataan Ya Tidak
120
1. Saya lebih paham pelajaran apabila mendengarkan
penjelasan guru daripada membaca buku.
2. Saya mampu mengingat dengan baik apabila
mendengarkan penjelasan guru di depan kelas.
3. Saya senang belajar secara berkelompok dan berdiskusi
dengan teman-teman
4. Saya suka mendengarkan kaset atau video saat belajar
3. Gaya kinestetik
No. Pernyataan Ya Tidak
121
Lampiran 2
Lampiran Instrumen Wawancara
Hari / Tanggal :
Narasumber :
Jabatan :
1. Menurut ibu, apakah gaya belajar itu?
2. Seberapa pentingkah gaya belajar siswa bagi ibu?
3. Bagaimana cara ibu mengetahui gaya belajar siswa masing-masing?
4. Gaya belajar apa yang paling dominan yang ada di kelas yang ibu ampu?
5. Karakteristik apa yang paling menonjol yang dimiliki siswa dengan gaya belajar yang
berbeda-beda?
6. Adakah strategi yang ibu gunakan untuk memaksimalkan pelajaran yang ibu berikan
agar siswa dengan gaya belajarnya masing-masing dapat menyerap pelajaran dengan
baik?
7. Media apa yang paling sering ibu gunakan dalam pembelajaran?
8. Bagaimana cara ibu untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna pada
pembelajaran yang ibu ampu?
9. Hambatan-hambatan apa saja yang ibu alami selama mengajar dengan gaya belajar
siswa yang berbeda-beda?
10. Bagaimana cara ibu mengatasi hambatan tersebut?
122
LAMPIRAN REKAPITULASI HASIL ANGKET
Hasil angket kelas V
Responden Nomor Butir Angket
Kelas V
Gaya Visual Gaya Auditori Gaya kinestetik
N
o 1 2 3 4 5 6 7 Jl 1 2 3 4 5 6 7 Jlh 1 2 3 4 5 6 7 jlh
h
1 M. Reza 0 0 1 0 0 1 1 3 1 1 1 0 0 1 0 4 1 0 0 0 0 0 0 1
2 Bayu 0 0 1 0 0 1 1 3 0 1 1 0 0 1 1 4 0 1 0 0 0 0 1 2
3 Rizky. S 0 0 1 0 0 1 1 3 1 0 1 0 0 1 0 3 1 0 1 1 0 0 0 3
4 Gadis. S 0 0 1 1 0 1 0 3 1 1 1 0 0 0 0 3 1 1 1 0 0 0 0 3
5 Daffa 1 0 0 0 0 1 1 3 0 1 1 1 0 1 0 4 1 1 1 0 1 0 1 5
6 Fadel Akbar 0 1 1 0 1 1 1 5 1 0 1 1 1 0 1 5 1 0 0 1 1 0 1 4
7 Sigit Dwi H 0 0 1 1 0 1 1 4 1 0 0 0 0 1 0 2 1 1 0 1 1 0 0 4
8 Timlen H. 0 0 1 0 1 1 1 4 1 1 1 0 1 1 0 5 0 1 0 0 0 0 1 2
Sgl
9 Ridan 0 0 1 0 0 1 1 3 1 1 1 0 0 1 0 4 0 1 0 1 0 0 0 2
10 Choky 0 0 1 0 0 1 0 2 1 1 1 0 1 1 0 5 1 1 0 0 0 0 0 2
11 Putra 0 0 1 1 0 1 1 4 0 1 1 1 1 1 1 6 1 1 1 1 1 0 0 5
12 Adi Satria 0 0 1 1 0 1 1 4 1 1 1 0 1 1 0 5 0 0 1 1 0 0 1 3
13 Riska A 0 0 0 1 1 1 1 4 0 1 1 1 1 0 1 5 1 1 0 1 0 0 1 4
14 Lutfi 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 3 0
15 Cindy Laura 0 0 1 1 0 1 1 4 1 1 1 0 1 0 0 4 0 1 0 0 0 0 0 1
16 Nadia 1 0 1 0 1 1 1 5 0 1 1 0 0 1 0 3 1 1 0 0 0 1 0 3
17 Rizky Al M 0 1 0 1 0 1 0 3 1 0 1 0 1 0 1 4 0 1 0 1 0 1 0 3
123
18 Ramsen S P 1 0 1 0 0 1 1 4 1 0 1 0 0 1 0 3 1 1 1 1 1 0 1 6
19 Fikri 1 0 1 0 0 1 1 4 0 1 1 0 1 1 0 4 1 0 0 0 0 0 0 1
124
Hasil angket kelas VI
Nomor Butir Angket
No Responden Kelas VI Gaya Visual Gaya Audio Gaya Kinestetik
1 2 3 4 5 6 7 Jlh 1 2 3 4 5 6 7 Jlh 1 2 3 4 5 6 7 Jlh
1 Abdul Zaki Hasibuan 1 1 1 0 0 1 1 5 0 1 1 0 1 1 0 4 0 1 0 1 0 0 1 3
2 Abel Gael 1 0 1 1 0 1 1 5 1 1 1 0 0 0 1 4 0 1 1 1 0 1 1 5
3 Aldi 0 0 1 0 0 1 0 2 1 0 1 0 1 0 0 3 1 0 1 0 0 0 1 3
4 Alhamdu Rizki 1 0 1 0 0 1 1 5 1 0 1 0 1 1 0 4 0 1 0 1 0 0 0 2
5 Laila Wulan Sari 0 0 1 0 0 1 0 2 1 0 1 0 1 0 0 3 1 0 0 1 0 0 1 3
6 M. Radid Herman 1 1 1 0 0 1 1 5 0 1 1 0 1 1 0 4 0 0 1 0 1 0 1 3
7 Nabila 1 0 1 0 0 0 1 3 0 1 1 1 1 1 0 5 1 1 0 1 0 0 0 3
8 Nabila Sakif 0 0 1 0 0 1 1 3 1 0 1 0 0 1 1 4 1 1 0 0 0 1 0 3
9 Putra Rahmadan 1 1 1 0 0 1 1 5 1 1 1 0 1 1 1 6 0 1 0 0 1 0 1 3
10 Radith Andika 1 1 1 0 0 1 1 5 0 1 1 0 1 1 0 4 0 1 0 1 0 0 1 3
11 Ratu Elsya 1 0 1 1 0 1 1 5 1 1 0 1 1 0 1 5 1 1 0 0 1 0 1 4
12 Rian 0 0 1 0 0 1 1 3 0 1 1 0 0 1 0 3 1 1 0 0 1 0 0 3
13 Ridho Kurniawan 1 0 1 1 1 1 1 6 1 0 1 1 0 1 1 5 1 0 1 1 0 0 1 4
14 Sakila 0 0 1 0 0 1 1 3 1 0 1 0 0 1 0 3 1 1 0 0 0 0 0 2
15 Suci Khumaira 0 0 1 1 0 1 1 4 0 1 1 0 0 0 1 3 0 1 1 1 0 0 0 3
16 Tiara Aulia 0 0 1 0 0 1 1 3 1 1 1 0 1 1 0 5 1 1 0 0 0 0 0 2
17 Wiratriyadi 1 0 1 0 0 1 1 4 0 1 1 1 1 1 0 5 1 1 0 1 0 1 1 5
125
Lampiran Hasil Wawancara
4) Gaya belajar apa yang paling dominan yang ada dikelas yang ibu ampu ?
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “gaya belajar
yang dominan di kelas saya itu adalah visua”
5) Karakteristik apa yang paling menonjol yang dimiliki siswa dengan gaya belajar yang
berbeda beda ?
126
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “yang paling
menonjol itu seperti mereka senang kalau saya suruh belajar sambil bermain games
yang membuat siswa itu aktif”
6) Adakah strategi yang ibu gunakan untuk memaksimalkan pelajaran yang ibu berikan
agar siswa dengan gaya belajarnya masing-masing dapat menyerap dengan baik ?
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “biasanya saya
selalu memvariasikan pembelajaran supaya anak-anak tidak bosan. Misalnya hari ini
saya menggunakan metode ceramah, maka besok saya menggunakan tanya jawab,
kemudian dihari yang lain saya menggunakan metode yang lainnya agar anak-anak
tidak merasa bosan.”
8) Bagaimana cara ibu untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna pada
pembelajaran yang ibu ampu ?
Menurut ibu Aida Hafni, S.Pd. sebagai guru kelas V mengatakan bahwa “itu harus
sesuai dengan kemampuan gurunya masing-masing, kalau saya ya selalu saya nasihati,
saya beritahu bagaimana hidup ini harus dijalakan” \
128
Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “media yang sering saya
gunakan yaitu alat peraga pada pelajaran matematika, karena mata pelajaran
matematika mempunyai alat peraga tersendiri, kalau pembelajaran IPS itu saya
menggunakan globe, kalau pembelajaran IPA saya menggunakan membuat bel, alat
pernafasan, panca indera. Alat peraga sudah di sediakan dari sekolah”
8. Bagaimana cara ibu untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna pada
pembelajaran yang ibu ampu ?
Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “yang diberikan itu
seperti kita memotivasi anak-anak, bisa juga memberikan hadiah pada anak-anak yang
bisa menjawab pertanyaan”
9. Hambatan-hambatan apa selama mengajar dengan gaya belajar yang berbeda-beda ?
Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “hambatan yang sering
terjadi yaitu anak-anak suka ribut dan bandal , tidak focus pada pembelajarn, tidak
mau mengerjakan tugas”
10. Bagaimana cara ibu mengatasi hambatan tersebut ?
Ibu Ida Hafni Purba sebagai guru kelas VI menyatakan bahwa “memanggil siswa itu
kedapan kelas, kemudian saya memintanya untuk mengingat materi yang telah di
ajarkan, dan menjawabya. Kemudian saya memanggil orang tua siswa sebagai
peringatan kepada siswa”
129
LAMPIRAN DOKUMENTASI
130
Gambar 3. Pengisian angket dikelas V
131
5 REKAYASA IDE
Rekayasa ide adalah tugas berupa penyusunan karya ilmiah atau artikel ilmiah secara
tertulis untuk menawarkan solusi atas isu/permasalahan yang diangkat dari mini research
dengan daya dukung referensi (buku, jurnal, karya ilmiah) yang up to date. Rekayasa ide
merupakan wahana mahasiswa dalam berlatih menuliskan ide kreatif, unik dan bermanfaat
sebagai respons intelektual atas persoalan aktual yang diangkat.
132
BAB II. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN ........................................
A. Permasalahan Umum (harus didukung data)
B. Identifikasi Permasalahan sesuai tema yang dibahas:
1. Permasalahan B1........ (harus didukung data)
2. Permasalahan B2........ (harus didukung data)
3. Permasalahan B3........ (harus didukung data)
4. Dst
Untuk lebih jelas lagi mengenai penulisan rekayasa ide, anda dapat melihat contoh
rekayasa ide pada halaman berikutnya.
133
ABSTRAK
Kata Kunci : Gaya Belajar siswa, Media Berbasis Multimedia Interaktif, Hasil Belajar
ABSTRACT
The problem in mini research research is that at the 060792 elementary school, the
learning styles of fifth grade students tend to be different, judging by the results of the
questionnaire, they have audio, visual and kinesthetic learning styles. Some of them also have
audiovisual learning styles and also visual kinesthetic learning. Regarding the visual learning
style itself, there is one student in class V who has the most dominant visual learning style.
Analyzing auditory learning styles, class V students who have the dominant auditory learning
style have the most number of other learning styles namely there are 10 students who have
auditory learning styles. For the kinesthetic learning style there are two people who have a
kinesthetic learning style. While the rest have a balanced learning style, and there are also
combinations such as audiovisual there are 3 students.
The learning styles possessed by Grade VI students differ, judging by the results of the
questionnaire distributed, they have audio, visual and kinesthetic learning styles. Some of them
also have audiovisual learning styles and also visual kinesthetic learning. From 17 students in
class VI, there are 6 people who have visual learning styles. There are 4 people who have audio
learning styles, and no one has kinesthetic learning styles. While 7 other students have a
combination of learning styles and balanced. The most dominant learning style in class VI is a
combination of learning styles such as audio visual, or visual kinesthetic.
These different learning styles make the teacher must pay attention to student learning
needs in order to support the learning process. One of the things that can be used to support
135
student learning processes is to use learning media. The use of instructional media can help the
process of delivering messages in the teaching and learning process. The use of instructional
media can also increase student activity in the learning process. Student activity can improve
student learning outcomes. Students who are active in the learning process will easily accept
what has been given.
One of the media that can be used to improve student learning outcomes is interactive
multimedia based learning media. Daryanto in (Angraeni, 2017) states that interactive
multimedia is multimedia that is equipped with a controller and can be operated by users, so
users can choose what they want for the next process. This statement shows that one of the
characteristics of interactive multimedia is having a controller. This controller allows the user
to determine the process as he wishes.
Multimedia is one of several types of media in a presentation or independent learning
program. Computers are often used in multimedia presentations that bring together text, audio,
and still or moving images. The setting of text, audio, still and moving images can be completed
the learning needs of students' styles of audio, visual and kinesthetic.
Keywords: Student Learning Style, Media Interactive Multimedia Based, Learning Outcomes
136
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi Permasalahan/Isu
Saat ini, pembelajaran IPA merupakan salah satu materi pembelajaran yang sangat
penting di sekolah. Namun demikian ternyata sebagian siswa SD merasa pembelajaran IPA
sudah menjadi momok bagi siswa. Hal ini terlihat dari guru kurang mampu menyusun sumber
belajar bagi siswa, memilih pendekatan dan metode yang sesuai dengan karakter siswa, serta
memilih media yang tepat sebagai alat bantu dalam pembelajaran IPA pada konsep tertentu
dan di dalam pembelajaran guru kurang memperhatikan karakteristik dari siswanya di dalam
belajar. (Juliani,2016)
Hal ini dibuktikan dari hasil observasi yang dilakukan, di kelas saat pembelajaran IPA
terlihat bahwa siswa kurang berminat terhadap pembelajaran yang diberikan ini ditunjukan
oleh sikap mereka saat mereka menerima pembelajaran, siswa di kelas cenderung pasif (saat
pelajaran berlangsung) seolah-olah belum siap menerima pelajaran, siswa tidak mau bertanya
selama dalam proses pembelajaran, siswa belajar dengan cara yang monoton. Berdasarkan
keadaan diatas akhirnya menyebabkan rendahnya prestasi belajar.(Juliani,2016)
Kenyataan di atas tentu saja sangat bertentangan dengan bagaimana seharusnya siswa
tersebut belajar. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu akan ada
perubahan prilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi saling
memperbaiki dalam pola hubungan antara dua subjek.(Juliani,2016)
Keberhasilan seseorang dalam belajar ditentukan oleh banyak faktor yang meliputi
faktor internal dan faktor eksternal.Salah satu faktor belajar yang berpengaruh besar dalam
pencapaian tujuan belajar adalah gaya belajar. Namun, saat ini masih banyak guru yang
mengalami kesulitan dalam memahami gaya belajar yang dimiliki dari masing- masiang
siswanya, yang disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, salah satu faktornya adalah
berhubungan dengan waktu, sumber, ruanggan, dan personalia. (Juliani,2016)
Gaya belajar menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dalam pembelajara IPA.
Karena dalam proses pembelajaran IPA, seorang membutuhkan suatu cara yang dianggapnya
cocok atau nyaman dengan apa yang dijalaninya selama proses belajar tersebut. (Juliani,2016).
Kenyamanan dalam belajar tersebut merupakan gaya belajar yang dianggap cocok oleh si
137
pelajar. Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah,
dan dalam studi- studi antar pribadi. (Juliani,2016)
Gaya belajar ini sangat berkaitan erat dengan pribadi seseorang, yang tentu dipengaruhi
oleh pendidikan dan riwayat perkembangaannya. Setiap siswa pasti memiliki gaya belajar
mereka masing- masing, berbeda secara individual dalam caranya belajar. Guru-guru harus tau
akan adanya tipe-tipe murid yang berbeda-beda. Bagi seorang guru sangat penting untuk
mengetahui atau memahami bagaimana gaya belajar yang dimiliki oleh masing-masing
siswanya, agar didalam pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
(Juliani,2016)
Perbedaan gaya belajar itu menunjukan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu
bisa menyerap seluruh informasi dari luar dirinya. Oleh karena itu, seorang guru bisa
memahami bagaimana perbedaan gaya belajar pada siswanya, dan mencoba menyadarkan
siswanya akan perbedaan tersebut, mungkin akan lebih mudah bagi guru untuk menyampaikan
informasi secara efektif dan efisien. (Juliani,2016). Guru harus memperhatikan gaya belajar
atau “learning style” siswa, yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang
yang diterimanya dalam proses belajar. Salah satu perangsang yang dapat digunakan guru
dalam pembelajaran ialah dengan menggunakan media pembelajaran.
Akibat adanya perbedaan gaya belajar antara siswa yang ada dikelas dan kurangnya
media dan alat belajar untuk menunjang keberhasilan dalam penguasaan materi pelajaran,
siswa menjadi pasif dalam memperoleh informasi dan cara belajar siswa menjadi tidak sesuai
dengan gaya belajarnya. Siswa menjadi monoton dalam belajar. Inovasi sangat diperlukan
dalam mengatasi permasalahan ini.
Salah satu media yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu
media pembelajaran berbasis multimedia interaktif. Daryanto dalam (Angraeni,2017)
menyatakan bahwa multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat
pengontrol dan dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang
dikehendaki untuk proses selanjutnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa salah satu ciri
multimedia interaktif adalah memiliki alat pengontrol. Alat pengontrol ini memungkinkan
pengguna untuk menentukan proses sesuai keinginannya.
138
1.2. Tujuan
Dari latar belakang diatas dapat diketahui bahwa tujuan penulisan rekayasa ide ini
adalah memberikan argumen atau pendapat sebagai solusi untuk membantu pemecahan
masalah yang diangkat yaitu cara belajar siswa yang pasif dan monoton.
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah untuk lebih memahami dan menambah
wawasan serta sebagai bahan bacaan terkait dengan media pembelajaran berbasis multimedia
interaktif sebagai solusi untuk mengatasi masalah yang dijabarkan.
139
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
2.1 Permasalahan Umum
Permasalahan yang didapatkan peneliti bersumber dari hasil penelitian miniriset di
sekolah SD Negeri 060792 yaitu terdapatnya perbedaan gaya belajar siswa. Gaya belajar siswa
merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam belajar. Setiap siswa tentu memiliki
gaya belajar siswa yang berbeda beda ini dapat membantu para guru dalam menyampaikan
bahan pembelajaran kepada semua siswa sehingga hasil belajar akan lebih efektif. (Darmadi,
2017). Perbedaan gaya belajar tersebut membuat guru harus memperhatikan kebutuhan belajar
siswa agar dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
Saat ini, pembelajaran IPA merupakan salah satu materi pembelajaran yang sangat
penting di sekolah. Namun demikian ternyata sebagian siswa SD merasa pembelajaran IPA
sudah menjadi momok bagi siswa. Hal ini terlihat dari guru kurang mampu menyusun sumber
belajar bagi siswa, memilih pendekatan dan metode yang sesuai dengan karakter siswa, serta
memilih media yang tepat sebagai alat bantu dalam pembelajaran IPA pada konsep tertentu
dan di dalam pembelajaran guru kurang memperhatikan karakteristik dari siswanya di dalam
belajar. (Juliani,2016)
Hal ini dibuktikan dari hasil observasi yang dilakukan, di kelas saat pembelajaran IPA
terlihat bahwa siswa kurang berminat terhadap pembelajaran yang diberikan ini ditunjukan
oleh sikap mereka saat mereka menerima pembelajaran, siswa di kelas cenderung pasif (saat
pelajaran berlangsung) seolah-olah belum siap menerima pelajaran, siswa tidak mau bertanya
selama dalam proses pembelajaran, siswa belajar dengan cara yang monoton. Berdasarkan
keadaan diatas akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar.
Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran dapat terjadi dikarenakan guru kelas belum
memahami apa itu gaya belajar, sehingga dalam memilih strategi ataupun metode yang
digunakan dalam proses pembelajar tidak sesuai dengan karakteristik belajar siswa yang
menyebabkan siswa menjadi bosan dan kelas tidak dapat kondusif.
140
Kemampuan guru dalam memahami gaya belajar siswa belum cukup baik. Hal ini
terlihat dari hasil jawaban atas wawancara yang dilakukan, yang mana guru tidak cukup mahir
dalam mengenali karakteristik khusus siswa sesuai dengan gaya belajarny. Hal ini tentu saja
akan berdampak pada ketidaksesuaian strategi dan metode yang akan dijalankan untuk
mencapai tujuan pembelajaran berdasarkan situasi gaya belajar siswa yang berbeda-beda.
Apabila tujuan pembelajaran itu tidak tercapai, maka hal ini akan berpengaruh pada hasil
belajar siswa.
Proses pembelajaran berlangsung secara monoton dimana tidak adanya variasi antara
metode ataupun media yang digunakan ataupun penggunaan metode dan media yang tidak
tepat dalam pembelajaran. Proses pembelajaran yang monoton ini menjadi salah satu penyebab
menurunnya hasil belajar siswa. Pembelajaran yang monoton membuat siswa menjadi bosan
dan memungkinkan terjadinya kondisi kelas yang tidak kondusif seperti keributan di dalam
kelas
141
BAB III
3.1 Solusi Dan Pembahasan Atas Permasalahan Siswa Cenderung Pasif Saat
Pembelajaran Berlangsung dan Belajar dengan Cara yang Monoton
Minat belajar siswa sangat berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Rendahnya
minat belajar siswa juga dipengaruhi oleh guru dalam menyampaikan pembelajaran yang masih
menggunakan sistem pembelajaran konvensional ceramah. Pembelajaran ceramah selain
menghemat waktu dan ruang dalam pengaplikasiannya, akan membuat siswa pasif dalam
belajar, tidak memusatkan pembelajaran sepenuhnya kepada siswa, namun kepada guru. Selain
itu, dengan penggunaan metode konvensional, sistem pembelajaran akan cenderung menjadi
monoton. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap hasil belajar dan pengetahuan yang dimiliki
siswa. Maka dari itu, diperlukanlah sebuah inovasi dalam pembelajaran, salah satunya ialah
menggunakan media pembelajaran berbasis multimedia interaktif untuk mendongkrak hasil
belajar siswa.
Media pengajaran merupakan alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat
mempermudah guru dalam meyampaikan materi. Media multimedia interaktif merupakan
media hasil perpaduan antara berbagai media yang berupa teks, gambar, grafik, sound, animasi,
video, interaksi yang telak dikemas menjadi file digital yang digunakan untuk menyampaikan
pesan kepada publik (Mureiningsih, Endang Sri. 2014).
142
Dengan penerapan media berbasis multimedia interaktif tentu akan membuat suasana
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa, siswa akan lebih aktif dalam belajar untuk mencari
tau dan menemukan sendiri, serta suasana pembelajaran yang tidak terlalu monoton. Hasil
belajar siswa yang meningkat juga merupakan salah satu pengaruh dari penggunaan media
berbasis multimedia interaktif.
143
kontinuitas utuh, bukan sporadik dan kejadian terpisah-pisah (disconnected events)
(Arsyad dalam Dewi, Tiara Anggia. 2015).
Penerapan pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar dan partisipasi aktif
siswa dengan menggunakan multimedia interaktif sangat relevan. Hal ini dikarenakan,
untuk mengembangkan pembelajaran IPA membutuhkan berbagai sumber belajar.
Penggunaan multimedia pembelajaran dapat memperkaya sumber informasi yang
dibutuhkan dalam pembelajaran IPA. Maka dari itu, guru harus mampu merancang
multimedia interaktif dengan sebaik mungkin agar pembelajaran IPA yang diberikan dapat
lebih dipahami oleh siswa. Adapun beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru untuk
menggunakan multimedia interaktif ini adalah :
1. Membuat design program multimedia interaktif berbasis komputera
2. pembuatan flowchart multimedia interaktif berbasis komputer yang sesuai dengan
jenis-jenis model multimedia interaktif yang diinginkan.
3. Menyesuaikan dengan kurikulum yang harus digunakan dalam pembelajaran IPA
4. memperhatikan kaidah-kaidah serta teori-teori pembelajaran, karena pada dasarnya
tujuan pembuatan bahan ajar adalah untuk membuat siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Media pembelajaran berbasis multimedia interaktif ini terdiri dari 3 komponen utama
yaitu materi, latihan dan game. Ketiga komponen ini dapati digunakan guru sebagai alat
bantu dalam proses pembelajaran dan bisa juga digunakan siswa untuk mempermudah
dalam belajar mandiri dan memahami materi terutama mata pelajaran matematika. Pada
setiap tampilan komponen, siswa sebagai pengguna dapat melakukan interaksi dengan
system pada aplikasi media pembelajaran yang dilengkapi dengan tampilan yang menarik
dan bahasa yang sederhana dalam bentuk gambar dan audio. Ini akan memudahkan siswa
dalam memproses informasi dan memdapatkan suasana yang menyenangkan dalam dari
bermain games. Kondisi tersebut akan menggerakkan motivasi instrinsik dan
memunculkan minat belajar siswa terhadap objek pada media. Ini sejalan dengan pendapat
Lui, Toprac, and Yuen dalam Paseleng, Mila C bahwa faktor yang berkontribusi terhadap
motivasi intrinsic adalah kondisi menyenangkan atau permainan, pemrosesan informasi
144
dan control diri atau tindakan sukarela tanpa paksaan (Frey & Sutton, dalam Paseleng,
Mila C).
Siswa sebagai pengguna memiliki control penuh untuk memilih materi yang akan
diperlajari, memilih waktu untuk mengerjakan tes dan menentukan target skor dalam
bermain game. Dengan demikian kemandirian siswa dalam belajar dan kebebasan untuk
menentukan cara penggunaan media bagi guru maupun siswa dapat terfasilitasi dan hasil
belajar siswa dapat meningkat.
145
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Media pembelaran berbasis multimedia interaktif dapat dikembangkan untuk menunjang
kemampuan belajar agar siswa menjadi lebih aktif dan tidak monoton dalam belajar. Selain itu,
meida pembelajaran berbasis multimedia interaktif akan mencakup penguasaan materi
pelajaran pada siswa yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda di dalam kelas. Dengan
menggunakan media pembelajaran berbasis multimedia interaktif, proses penyampaian materi
akan menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa serta akan mempermudah guru
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
4.2 Saran
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengamplikasian media berbasis
multimedia interaktif ini adalah kemampuan guru dalam mendesain dan merancang media
perlu ditingkatkan, serta penggunaan media. Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
pengaplikasian media berbasis multimedia interaktif ini juga perlu difasilitasi dan disediakan.
146
DAFTAR PUSTAKA
Angraeni, Desi Putri. 2017. “Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif
Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem
Pernafasan”. Skripsi. Bandung : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pasundan
Darmadi, H. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Siswa. Yogyakarta: Depublish
Dewi, Tiara Anggia. 2015. Implementasi Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Ekonomi
di Sekolah. Jurnal Promosi. Vol 3 No. (2).
Juliani, Ni Wayan dkk. 2016. “Analisis Gaya Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Pada Siswa Kelas V Sd Gugus Vi Kecamatan Abang Kabupaten
Karangasem Tahun Pelajaran 2015/2016”. e-Journal PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 hal 1-12.
Mureiningsih, Endang Sri. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Media Pembelajaran
Multimedia Interaktif. Jurnal Madaniyah Edisi VII Agustus 2014
Paseleng, Mila C dan Rizky Afriyani. 2014. Pengimplementasian Media Pembelajaran
Berbasis Multimedia Interaktif Pada Mata Pelajaran Matematika Di Sekolah
Dasar. Tanpa Tahun.
Radityan, Fatwa T. Iwan Kuntadi dan Mumu Komaro. 2014. Pengaruh Multimedia Interaktif
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi Perbaikan Differential. Journal
Of Mechanical Engineering Education. Vol 1 No (2)
Syakir, Septian El. 2014. Islamic HypnoParenting :Mendidik Anak Masa Kini ala Rasulullah.
Jakarta : KawanPustaka.
147
6 PROJECT
Laporan project adalah laporan mengenai usaha sementara yang memiliki sasaran untuk
menciptakan suatu produk atau hasil yang melibatkan ide-ide ataupun penelitian yang
berhubungan untuk mencapai tujuan tertenu.
148