Anda di halaman 1dari 21

TRANSISTOR SEBAGAI SAKELAR

KELOMPOK 9

- Arbi Seto Rafika (231010100245)

-Daufit Syahputra (231010100366)

-Halim Akbar Alfadi (231010100192)

-Muhamad Nuryasin (231010100200)

TEKNIK ELEKTRO S 1

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN………………………………….………………………………4

A. Latar Belakang……………………………………………………………...…...4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….5
C. Tujuan…………………………………………………………………………...5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………...6

A. Transistor Sebagai Sakelar………………………………………………………6


B. Mode Pengoperasian…………………………………………………………….6
C. Transistor NPN Sebagai Sakelar………………………………………………...9
D. Contoh Rangkaian Dan Perhitungan ……………………………………………10
E. Cara Kerja Transistor Sebagai Sakelar…………………………………………..11
F. Prinsip Kerja Transistor Sebagai Sakelar………………………………………..16
G. Penerapan Transistor Sebagai Sakelar…………………………………………..18
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………20

Kesimpulan…………………………………………………………………………..20

DAFTAR PUSTAKA

2
UNIVERSITAS PAMULANG

Jl. Raya Puspitek, Buaran, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15365

Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas tentang “Pancasila
sebagai dasar nilai pengembangan ilmu”.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga tugas tentang “Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu”.ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

PENYUSUN

KELOMPOK 9

3
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Transistor adalah komponen semikonduktor yang berfungsi sebagai saklar atau
penguat sinyal dalam rangkaian elektronika. Ditemukan pada tahun 1947, transistor
menggantikan tabung vakum yang lebih besar dan kurang efisien. Fungsi saklar transistor
bergantung pada dua jenis utama: bipolar junction transistor (BJT) dan field-effect transistor
(FET).

1. BJT (Bipolar Junction Transistor): Terdiri dari dua tipe utama, PNP dan NPN. BJT bekerja
dengan mengontrol arus yang mengalir antara dua lapisan semikonduktor yang berbeda, yaitu
basis dan emitor, dengan menggunakan arus pada lapisan basis.

2.FET(Field-Effect Transistor): Jenisnya melibatkan MOSFET (Metal-Oxide-Semiconductor


FET) dan JFET (Junction FET). FET beroperasi dengan mengendalikan aliran arus antara
saluran dan gerbang. MOSFET, yang umum digunakan, menggunakan medan listrik untuk
mengendalikan konduktivitas saluran.

Pada dasarnya, ketika sinyal diberikan ke terminal kontrol (basis pada BJT atau gerbang pada
FET), transistor berperan sebagai saklar dengan mengontrol arus yang mengalir melalui
terminal keluaran (kolektor pada BJT atau saluran pada FET). Ini memungkinkan transistor
digunakan untuk membuka atau menutup jalur sirkuit, menjadikannya dasar dari berbagai
perangkat elektronik, seperti komputer, radio, dan peralatan listrik lainnya.

transistor sebagai saklar terutama muncul sebagai hasil evolusi dari teknologi elektronika.
Sebelum ditemukannya transistor, tabung vakum merupakan komponen utama dalam
perangkat elektronik, tetapi tabung vakum memiliki beberapa kelemahan seperti ukuran
besar, konsumsi daya tinggi, dan umur pakai yang terbatas.

Dengan penemuan transistor pada tahun 1947 oleh John Bardeen, Walter Brattain, dan
William Shockley di Bell Laboratories, muncul alternatif yang lebih kecil, lebih efisien, dan

4
lebih andal. Kemampuan transistor untuk bertindak sebagai saklar, diatur oleh sinyal pada
terminal kontrolnya, memungkinkan kontrol yang lebih baik terhadap aliran arus dalam suatu
rangkaian.

Keunggulan transistor sebagai saklar meliputi:

1. Ukuran Kecil: Transistor jauh lebih kecil daripada tabung vakum, memungkinkan desain
perangkat yang lebih ringkas.

2. Efisiensi Energi: Transistor mengonsumsi daya yang lebih sedikit dibandingkan tabung
vakum, membuatnya lebih efisien secara energi.

3. Keandalan: Kehidupan operasional transistor jauh lebih lama daripada tabung vakum dan
lebih tahan terhadap guncangan dan getaran.

4. Kontrol Presisi: Kemampuan transistor untuk merespons dengan cepat terhadap sinyal
kontrol memungkinkan pengendalian presisi terhadap aliran arus dalam rangkaian.

Seiring perkembangan teknologi semikonduktor, transistor telah menjadi komponen pokok


dalam perangkat elektronik modern dan telah mendukung kemajuan besar dalam berbagai
bidang, termasuk komputer, komunikasi, dan teknologi informasi.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah tentang transistor sebagai sakelar dapat melibatkan beberapa aspek, seperti
efisiensi penggunaan daya, kecepatan beralih, dan stabilitas sinyal. Contohnya:

"Bagaimana meningkatkan efisiensi penggunaan daya dalam penggunaan transistor sebagai


sakelar untuk aplikasi elektronik, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kecepatan
beralih dan stabilitas sinyal?"

Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Transistor Sebagai Saklar
2. Memahami Kondisi Operasi Transistor
3. Mengetahui Fungsi Transistor Sebagai Saklar
4. Mengetahui Kelebihan Dan Kelemahan Transistor Sebagai Saklar
5. Mengetahui Tantangan Dalam Membangun Integrasi Nasional

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Transistor Sebagai Sakelar (Switch)


Transistor merupakan komponen semikonduktor yang paling banyak dipakai di
rangkaian-rangkaian elektronika. Salah satu kegunaan Transistor yang paling umum dalam
rangkaian elektronika adalah sebagai sakelar atau switch yang dapat menghidupkan (ON)
atau mematikan (OFF) sebuah perangkat DC yang bertegangan rendah.

Transistor yang dibahas di artikel ini adalah Transistor jenis Bipolar atau BJT (Bipolar
Junction Transistor) yang terdiri dari 3 lapisan, 3 kaki terminal dan 2 persimpangan
semikonduktor. Dikatakan Bipolar karena melibatkan dua jenis pembawa muatan
yaitu Electron yang merupakan pembawa muatan negatif dan Hole yang berperan sebagai
pembawa muatan positif. Transistor Bipolar ini memiliki 3 wilayah yaitu Basis, Emitor dan
Kolektor. Terdapat dua jenis Transistor Bipolar yaitu NPN dan PNP.

Sebuah Transistor Bipolar terdiri dari 3 daerah atau region yaitu Basis, Emitor dan Kolektor.
Emitor adalah kawasan atau region yang di doping berat yang memancarkan elektron ke
region Basis. Sedangkan Basis yang di doping ringan akan meneruskan elektron dari
kawasan Emitor ke Kolektor. Kawasan Kolektor yang di doping sedang ini berperan untuk
mengumpulkan Elektor dari kawasan Basis. Kolektor yang memiliki kawasan yang lebih
besar ini akan memiliki panas yan lebih dari kedua kawasan lainnya.

BJT terdiri dari dua jenis NPN dan PNP, keduanya berfungsi sama tetapi berbeda dalam hal
biasing dan polaritas catu daya. Dalam transistor PNP, antara dua bahan tipe-P bahan tipe-
N diapit sedangkan dalam kasus transistor NPN bahan tipe-P diapit antara dua bahan tipe-
N. Kedua transistor ini dapat dikonfigurasikan ke dalam berbagai tipe seperti common
emitor, common collector, dan konfigurasi basis umum.

B. Mode Pengoperasian Transistor

Bergantung pada kondisi bias seperti maju (Forward) atau mundur (Reverse), transistor
memiliki tiga mode operasi utama yaitu mode aktif, cut-off dan saturasi. Sebelum kita
masuk ke pembahasan lebih lanjut mengenai fungsi Transistor sebagai Sakelar ini,
sebaiknya kita memahami tentang 3 mode operasi Transistor ini.

Mode Aktif
Dalam mode aktif transistor umumnya dipakai sebagai penguat arus. Saat transistor berada
dalam kondisi aktif dua persimpangan berbeda bias. Yang artinya persimpangan basis emitor
maju bias, sementara persimpangan kolektor-basis bias terbalik. Pada mode ini arus mengalir
antara emitor, kolektor, dan jumlah aliran arus sebanding dengan arus basis.

6
Mode Cut-off
Pada mode ini persimpangan basis kolektor dan persimpangan basis emitor dibiaskan
terbalik. Sehingga tidak memungkinkan arus mengalir dari kolektor ke emitor saat tegangan
basis-emitor rendah. Pada mode cut-off perangkat sepenuhnya dimatikan lantaran arus yang
mengalir lewat perangkat adalah nol. Sedangkan tegangan maksimum berada di kaki kolektor
(Vce). Kondisi tersebut akan membuat arus tidak dapat memasuki komponen. Itulah mengapa
transistor akan berada dalam kondisi full-off atau tidak aktif secara penuh. Di samping itu
dapat diartikan pula bahwa kondisi di atas merupakan kondisi saat transistor sebagai saklar
berada dalam mode atau area kerja cut-off.

Gambar 2

Keterangan:
1. Input basis dan basis dibuat ground atau V = 0 volt
2. Tegangan basis ke emitor ( Vce < 0.7 volt)
3. Arus yang lewat kolektor = 0 (IC=0 volt)
4. Tegangan keluaran (Vout) = Vce = Vcc = 1
Gambar di atas adalah skema rangkaian kerja transistor yang difungsikan sebagai saklar.
Arus masuk dari kaki basis (lb) pada transistor adalah nol. Demikian juga dengan arus
keluaran pada kaki kolektor (lc) yang juga nol.

Mode Saturasi
Pada mode ini basis emitor maupun persimpangan basis kolektor maju bias dialiri arus. Arus
mengalir bebas dari kolektor menuju emitor saat tegangan basis-emitor tinggi. Sehingga
perangkat sepenuhnya aktif atau On.

7
Dalam kondisi tersebut arus yang ada di kaki basis akan dibuat maksimum, sehingga dapat
menghasilkan arus maksimum pada kaki kolektor, serta membuat tegangan di kaki emitor
menjadi semakin kecil atau minimum. Dengan begitu transistor dapat dialiri arus secara
maksimal.

Gambar 2.1

Keterangan:
1. Input dan basis dihubungkan ke Vcc
2. Tegangan basis ke emitor Vbe > 0.7 volt
3. Transistor dalam kondisi full-on
4. Arus maksimal mengalir melewati kaki kolektor (Ic = Vcc / Rl)
5. Tegangan yang lewat kaki emitor (Vce) = 0
6. Transistor beroperasi dalam kondisi saklar tertutup atau closed switch
Dapat diartikan bahwa area jenuh atau saturasi adalah kondisi saat transistor dalam mode on.
Yakni saat transistor bipolar sebagai saklar dua persimpangan mengalami bias maju, di mana
Vb > 0.7 volt dan arus dari kolektor lc = maksimum.
Penjelasan di atas juga dapat disebut kondisi kerja transistor single-pole single-throw (SPST)
saklar solid state. Prinsip kerjanya yaitu dengan sinyal yang masuk ke kaki basis adalah nol,,
lalu transistor menjadi Off. Sehingga bertindak seperti saklar terbuka dengan arus yang
mengalir menuju kolektor sebesar nol.
Sementara saat sinyal yang dimasukkan ke kaki basis adalah positif maka hal itu akan
membuat transistor menjadi On dan bertindak seperti saklar tertutup. Dengan begitu ada arus
maksimum yang melewati transistor.
Untuk beberapa aplikasi transistor sebagai sakelar diperlukan jenis transistor yang
berbeda. Misalnya untuk tegangan tinggi yang digunakan adalah transistor jenis darlington.

8
C. Transistor NPN Sebagai Sakelar

Sebuah Transistor dapat beroperasi sebagai Sakelar apabila terdapat tegangan pada
terminal Basis. Ketika tegangan yang cukup (Vin > 0,7 V) diberikan diantara terminal basis
dan emitor dengan tegangan kolektor ke emitor kira-kira sama dengan 0V. Oleh karena itu,
Transistor bertindak sebagai penghubung (sirkuit tertutup atau hubungan pendek). Arus
kolektor Vcc / Rc akan mengalir melalui Transistor.

Demikian pula, ketika tidak ada tegangan atau tegangan nol diterapkan pada input, Transistor
beroperasi di daerah cut-off dan bertindak sebagai sirkuit terbuka. Dalam jenis koneksi
switching, beban (dalam contoh ini adalah lampu LED) terhubung ke output switching
dengan titik referensi. Jadi, ketika transistor dinyalakan, arus akan mengalir dari sumber
(source) ke tanah (ground) melalui beban seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.2

9
D. Contoh Rangkaian dan Perhitungan Transistor NPN sebagai Sakelar
Seperti contoh pada rangkaian di bawah ini, Resistansi pada RB = 50 kΩ dan Resistansi pada
terminal Kolektor RC = 0,7 kΩ, sedangkan tegangan Vcc adalah 5V dengan nilai beta 125.
Pada input Basis, sinyal yang bervariasi antara 0 dan 5V diberikan sehingga kita akan melihat
output pada kolektor dengan memvariasikan Vi di dua kondisi yaitu pada saat kondisi 0V dan
kondisi 5V seperti yang ditunjukkan pada gambar.

Gambar 2.3
Arus Kolektor
Ic = Vcc/Rc ketika VCE = 0
Ic = 5V/0.7 kΩ
Ic = 7.1 mA
Arus Basis
Ib = Ic / β
Ib = 7.1 mA/125
Ib = 56.8 µA
Dari perhitungan di atas, nilai maksimum atau nilai puncak (peak value) arus kolektor dalam
rangkaian adalah 7.1mA ketika Vce sama dengan nol. Dan arus Basis yang sesuai dengan

10
arus kolektor adalah 56.8 μA. Jadi, jelas bahwa ketika arus basis meningkat melebihi 56,8µA
maka transistor akan masuk ke mode saturasi.

Ketika tegangan 0V diterapkan pada input (atau tidak diberikan tegangan). Maka akan
menyebabkan arus Basis menjadi nol (0V) dan karena Emitor di-ground-kan, persimpangan
Basis-Emitor tidak bias maju. Oleh karena itu, transistor dalam kondisi OFF dan tegangan
keluaran kolektor sama dengan 5V.

Ketika

Vi = 0V, Ib = 0 and Ic =0,


Vc = Vcc – (IcRc)
Vc = 5V – 0
Vc = 5V

Namun apabila tegangan input yang diberikan ke terminal Basis adalah 5 volt, maka arus
Basis dapat ditentukan dengan menerapkan hukum tegangan Kirchhoff.

Ketika

Vi = 5V
Ib = (Vi – Vbe) / Rb

Untuk Transistor Silicon Vbe = 0.7 V

Maka

Ib = (5V – 0.7V) / 50K ohm


Ib = 86 µA, lebih besar daripada 56.8 µA

Karena arus basis lebih besar dari 56,8 µA, Transistor akan didorong ke saturasi yang ON
sepenuhnya ketika 5V diberikan pada input. Dengan demikian Output di Kolektor menjadi
sekitar Nol.

E. Cara Kerja Transistor Sebagai Sakelar


cara kerja transistor sebagai saklar. Sebelum kita membahas topik ini, anda harus tahu
terlebih dahulu bagian-bagian dari transistor pada gambar di bawah.

11
Gambar 2.4

Bagian-bagian Transistor NPN dan PNP

Pada rangkaian elektronika, transistor mempunyai kegunaan yang mana salah satunya adalah
transistor sebagai saklar elektronik. Syarat agar transistor bekerja sebagai saklar adalah
daerah kerja transistor harus berada pada daerah tersumbat (cut off) dan juga saturasi (on).
Apakah daerah cut off tersebut?

Agar transistor bekerja sebagai saklar, transistor tersebut harus memiliki dua kondisi yang
bergantian yaitu pada kondisi tertutup yaitu pada saat saturasi dan kondisi kedua adalah
“terbuka“ yaitu pada saat cut off (seperti saklar terbuka).

Sebuah switch atau saklar yang ideal harus memiliki karakteristik pada keadaan “off” atau
dengan kata lain ia tidak dapat dilalui arus sama sekali dan dalam keadaan “on” ia tidak
mempunyai tegangan drop.
Untai transistor yang bekerja sebagai saklar dan garis beban DC transistor terlihat pada
Gambar

12
Gambar 2.5 Untai transistor sebagai saklar

Transistor sebagai saklar yang bekerja dalam dua keadaan yaitu keadaan kerja penuh
(saturasi) dan keadaan tidak bekerja sama sekali (cut off). Atau dengan kata lain transitor
bekerja sebagai saklar mempunyai dua keadaan kerja, yakni On dan Off.

Keadaan On pada transistor terjadi saat tegangan V CE (colector-emitor) mendekati nol. Hal ini
karena pada saat keadaan On (saturasi) tegangan V CE sangat rendah dan arus colector (IC)
sangat tinggi, sehingga menyebabkan transitor tersebut seperti sebuah saklar tertutup yang
menghubungkan kolektor ke emitor.

Sedangkan keadaan OFF (cut off) tercapai pada saat tegangan colector-emitor (V CE)
mendekati tegangan colector (VCC). Hal ini tejadi karena pada saat keadaan OFF (cut off)
tegangan colector-emitor (VCE) sangat besar sedangkan arus yang mengalir pada colector
(IC) sangat kecil, yang menyebabkan transitor seperti sebuah saklar terbuka (OFF).

1.Transistor Dalam Keadaan OFF/Terbuka

Ketika transistor dalam keadaan cut off, tidak ada arus yang mengalir melalui beban yang
terpasang pada colector (Rc) kecuali arus bocor yang mengalir namun sangat kecil (Iceo),
sehingga besarnya tegangan antara colector – emitor (Vce) adalah :
Vce = Vcc – (Iceo x Rc)
Karena besar arus colector-emitor (Ice) sangat kecil (Iceo = 0) maka tegangan Vce menjadi :
Vce = Vcc – (0 x Rc)
Sehingga:

Vce = Vcc
Sedangkan tegangan jatuh pada Rc sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

2.Transistor Dalam Keadaan Tertutup


Jika sebuah transistor mendapat tegangan positif pada basisnya, maka transistor akan menjadi
saturasi sehingga arus basis (Ib) mengalir dan menyebabkan arus mengalir dari kolektor (Ic)
ke emitor (Ie) melewati tahanan beban colector (Rc) menyebabkan besar tegangan antara
kolektor dan emitor menjadi nol (Vce = 0) dan tegangan jatuh pada beban Rc adalah :
Vce = Ic x Rc
Jadi besar arus basis (Ib) pada saat transistor dalam keadaan saturasi adalah :
Ib = (Vbb-Vbe) / Rb
Berdasarkan hukum Kirchoff besar arus yang mengalir di emitor (Ie) adalah :
Ie = Ib + Ic
Transistor sebagai saklar tertutup
Arus yang mengalir pada kolektor (Ic) saat transistor saturasi
adalah :
Ic = Vcc/Rc
Keterangan:
Vbe adalah tegangan pada basis emitor
Vce adalah tegangan pada colector emitor
Vcc adalah Sumber tegangan pada colector

13
Ib adalah Arus yang melewati basis
Ic adalah Arus yang melalui colector
Rb adalah hambatan yang terpasang pada basis
Rc adalah hambatan yang terpasang pada colector
Gambar 3 berikut adalah grafik atau kurva dari transistor sebagai saklar.

Gambar 2.6 Kurva transistor sebagai saklar

Kalau beban yang terpasang berupa induktor yang bersifat induktif, maka dibutuhkan dioda.
Dioda tersebut berguna sebagai dioda freewhelling yang menghubung singkat beban induktif
tersebut sehingga menghilangkan tegangan induksi (arus yang tersimpan pada beban induktif)
yang biasanya muncul disaat saklar dalam keadaan off. Hal ini dapat menghindarkan
kerusakan pada transistor.
Demikianlah cara kerja transistor sebagai saklar. Anda bisa juga mengunjungi halaman kami
yang membahas tentang cara kerja sakelar, yang merupakan salah satu jenis transistor yang
digunakan pada rangkaian elektronika daya.

Cara Kerja Transistor Sebagai Saklar – Sebelumnya sudah kami bahas apa itu transistor,
berikut fungsi, macam, hingga cara kerjanya. Jika Anda perhatikan salah satu fungsi
transistor adalah sebagai saklar. Transistor sebagai saklar mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan komponen elektronika sejenis lainnya.
Lalu sebenarnya bagaimana cara kerja dari transistor yang digunakan sebagai saklar? Berikut
kami jelaskan lebih jauh mengenai transistor saklar ini. Sehingga Anda dapat mengetahui
bagaimana komponen ini bekerja.

14
Gambar 2.7

Agar lebih paham Anda perlu mengetahui apa itu transistor. Komponen transistor adalah
sebuah komponen semikonduktor yang paling banyak dipakai pada rangkaian-rangkaian
elektronika. Komponen ini mempunyai fungsi yang sangat beragam. Yang paling umum
adalah sebagai saklar atau switch untuk menghidupkan ataupun mematikan suatu perangkat
DC bertegangan rendah.
Sifat saturasi dan cut off pada transistor membuat komponen ini mempunyai karakteristik
sebagai switch electric. Saat transistor berada dalam kondisi saturasi maka tegangan dari
collector akan dilewatkan ke bagian emitor. Akan tetapi saat transistor dalam kondisi cut off
maka tegangan dari collector tidak akan dilewatkan ke emitter. Pemicu kondisi transistor ada
pada kondisi saturasi atau cut off ditentukan oleh trigger yang ada di kaki basis transistor.

15
Gambar 2.8

F. Prinsip Kerja Transistor Sebagai Saklar

Pada dasarnya prinsip kerja trasistor sebagai saklar adalah memanfaatkan kondisi jenuh dan
cut-off suatu transistor, dimana kedua kondisi ini bisa diperoleh dengan pengaturan besarnya
arus yang melalui basis transistor. Kondisi jenuh atau saturasi akan diperoleh jika basis
transistor diberi arus cukup besar sehingga transistor mengalami jenuh dan berfungsi seperti
saklar yang tertutup. Sedangkan kondisi cut-off diperoleh jika arus basis dilalui oleh arus
yang sangat kecil atau mendekati nol ampere, sehingga transistor bekerja seperti saklar yang
terbuka.
Sebenarnya seri dan jenis transistor memiliki spesifikasi yang berbeda-beda mengenai arus
yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi jenuh atau cut-off. Tetapi biasanya tidak terlalu
jauh berbeda kecuali terbuat dari bahan semikonduktor yang berbeda (silikon atau
germanium). Fungsi transistor sebagai saklar berbeda dengan fungsi Transistor
sebenarnya sebagai pengguat. Sebagai penguat transistor akan bekerja pada titik
Q atau kondisi kerja transistor. Secara sederhana titik Q ini berada antara
kondisi jenuh dan cut-off, jadi pada kondisi ini transistor akan bekerja sebagai
penguat.

16
Coba gambar di bawah, saya akan memberi penjelasan dana analisa
singkat mengenai cara kerja transistor sebagai sebuah saklar terbuka dan
tertutup.

Gambar 2.9

Prinsip kerja suatu transistor sebagai saklar


Pada rangkaian transistor sederhana di atas, terdapat satu buah lampu yang kita ibaratkan
sebagai sebuah beban. Satu buah transistor NPN yang nantinya akan menggantikan fungsi
kerja suatu saklar. Satu buah potensio meter digunakan supaya anda bisa melakukan analisa
pada kondisi arus basis yang berbeda-beda dengan melakukan variasi kondisi dari potensio
tersebut.

Pada saat potensio meter kita putar pada kondisi dimana arus basis akan menjadi besar, maka
kolektor dan emitor transistor tersebut akan bekerja seperti kawat yang terhubung. Sehingga
pada kondisi ini lampu akan menyala. Sesuai pengalaman yang pasti pada transistor bahan
silikon, tegangan Vbe (tegangan basis emitor) tidak kurang dari 0,7 volt. Tapi salah satu hal

17
penting yang harus anda ketahui adalah jangan terlalu besar memberikan arus pada basis,
karena akan berakibat kerusakan pada transistor. Gunakan tahanan basis (resistor yang
dipasang pada basis) sebagai pencegah arus berlebih pada saat potensio resistasinya nol ohm.
Karena jika potensio kita putar hingga pada kondisi resistansinya nol ohm, maka sama saja
kita menghubungkan basis transistor dengan supply 9 volt langsung. Kondisi ini pasti akan
mengakibatkan kerusakan pada transistor.
Jika potensio meter tersebut di atas kita putar pada kondisi resistansi sangat besar (misal :
maks 100 Kohm), maka arus yang akan melalui basis akan sangat kecil atau dengan kata lain
tegangan yang akan jatuh pada basis dan emitor akan sangat kecil (dibawah 0,7 volt bahkan
mendekati 0 volt), pada kondisi ini transistor akan berada pada kondisi cut-off, kondisi
dimana kolektor dan emitor bagai saklar yang terbuka. Jadi pada kondisi ini beban lampu
tidak akan mendapatkan supply listrik sehingga tidak akan menyala.
Lihat pada gambar di atas, saya berikan contoh dua saklar yang berada sejajar dengan
transistor. Saklar SW1(kondisi terbuka) itu sama halnya jika transistor mengalami cut-off.
Sedangkan saklar SW2 (tertutup) sama halnya dengan transistor pada kondisi jenuh.

Memang secara perhitungan sebenarnya tidak sesederhana itu, karena ada rumus tertentu
untuk menghitung arus atau tegangan pada setiap titik transistor (basis, kolektor dan emitor).
Tapi kira-kira secara sederhana ya seperti itu. Jika anda sudah terbiasa membuat rangkaian
elektronika, maka anda akan tahu berapa nilai resistor yang pas untuk mengkondisikan
transistor sebagai sebuah saklar. Karena jika selalu menggunakan perhitungan terlebih
dahulu, maka anda akan kesulitan mengembangkan rangkaian yang lebih komplek.

Apa kekurangan dan kelebihan transistor sebagai saklar ? Sesuai pengalaman pribadi
adapun kekurangan dari saklar transistor ini yaitu kecilnya arus beban yang mampu
disaklarkan, jadi beban yang cocok harus dipilah-pilah terlebih dahulu. Jika tidak anda akan
menghabiskan banyak transistor sebab selalu rusak akibat dispasi daya yang belebihan.
Adapun kelebihan dari pensaklaran transistor ini yaitu bisa untuk pensaklaran yang sangat
cepat, tidak terjadi bouncing (seperti halnya pada pensaklaran mekanik dengan relay ).
Karena tidak menggunakan peralatan mekanik seperti saklar-saklar umumnya, maka
transistor ini cocok untuk mensaklarkan rangkaian digital yang memerlukan kecepatan,
keakuratan serta hanya supply tegangan yang kecil

G. Penerapan Transistor Sebagai Sakelar


Transistor yang dimanfaatkan sebagai saklar bisa dipakai untuk beberapa keperluan. Berikut
ini ada beberapa contoh penerapan transistor sebagai saklar yang bisa Anda pelajari.
Transistor Sebagai Saklar LED
Transistor saklar dapat dimanfaatkan dalam rangkaian LED. Sebab dalam beberapa kondisi
LED harus dipasang secara paralel dengan desain tertentu. Contohnya adalah saat ingin
membuat running text LED yang membutuhkan LED dalam jumlah banyak.

Dengan demikian saat menyalakan LED langsung dari kaki Arduino atau controller lainnya
maka LED tidak akan menyala. Maka dari itu kita harus membuat rangkaian transistor yang
digunakan sebagai saklar atau penguat tegangan dan arus.
Saat terdapat tegangan dari Arduino atau microcontroller lain (logika high) maka LED akan
menyala. Sedangkan jika dari pin Arduino memiliki logika low atau tidak ada tegangan

18
(GND) maka LED tidak akan menyala. Dari prinsip ini dapat diketahui bahwa transistor juga
dapat dipakai sebagai saklar LED.
Beban LED pada rangkaian transistor LED dapat diganti menjadi beban lain. Contohnya
kipas, motor DC, ataupun beban DC lainnya.
Transistor Sebagai Saklar AC (Dengan Relay)
Agar dapat mengendalikan beban AC dan dikontrol lewat Raspberry, Arduino, ataupun
mikrokontroler lain secara otomatis maka diperlukan sebuah rangkaian transistor dengan
relay. Transistor yang mempunyai sifat on-off akan dipakai untuk mengaktifkan relay
maupun menonaktifkan relay tersebut.
Relay ini pada dasarnya terdiri dari lilitan dan contactor. Saat lilitan dialiri listrik lilitan akan
berubah menjadi magnet. Saat berubah menjadi magnet selanjutnya komponen tersebut akan
menarik kontaktor agar kontaktor dapat terhubung. Demikian juga sebaliknya.

Contoh di atas hanyalah sebagian kecil dari pengaplikasian transistor sebagai saklar.
Transistor juga bisa diaplikasikan untuk keperluan lain. Misalnya sebagai pengendali motor
stepper, motor DC, dan beban-beban DC lainnya.
Akan tetapi pemilihan transistor juga sangat penting dalam penentu beban transistornya.
Contohnya untuk motor dengan beban 15A maka diperlukan transistor dengan kekuatan
collector current yang lebih besar dari 15A. Atau juga bisa dibuat secara paralel sehingga
transistor lebih tahan dan kuat. Ingat, jika ingin menggunakan transistor sebagai saklar maka
harus diatur sampai transistor full off maupun full on. Arus kecil pada basis mengontrol
hambatan atau beban yang lebih besar dari kolektor saat itu. Sedangkan saat ingin mengatur
arus dan tegangan yang besar, maka yang dipakai adalah transistor darlington.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penggunaan transistor sebagai sakelar adalah bahwa transistor dapat
mengontrol arus listrik yang mengalir antara dua titik dalam rangkaian elektronik. Dalam
mode sakelar, transistor dapat berfungsi sebagai pembuka atau penutup aliran listrik,
memungkinkan pengendalian sinyal atau daya dengan menggunakan sinyal kecil pada pintu
(gate) transistor. Hal ini menjadikan transistor sangat penting dalam desain dan operasi
berbagai perangkat elektronik seperti komputer, radio, dan peralatan elektronik lainnya.

Dalam mode sakelar, transistor dapat beroperasi sebagai pembuka atau penutup jalur
listrik, memungkinkan kontrol efektif terhadap aliran listrik dalam rangkaian elektronik.
Kemampuan ini membuat transistor menjadi komponen kunci dalam berbagai aplikasi
elektronik modern, memungkinkan fungsi seperti penguat sinyal, logika digital, dan elemen
kendali dalam perangkat elektronik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Cara kerja transistor sebagai sakelar


https://www.birolistrik.com/2625/cara-kerja-transistor-sebagai-saklar/

Cara perhitungan transistor sebagai sakelar

https://teknikelektronika.com/transistor-sebagai-sakelar-switch-cara-kerja-perhitungannya/

Transistor sebagai sakelar

https://www.s-gala.com/blog-post/transistor-sebagai-saklar

Prinsip kerja transistor

https://r-dy-techno.blogspot.com/2012/12/prinsip-kerja-transistor-sebagai-saklar.html

21

Anda mungkin juga menyukai