Anda di halaman 1dari 5

3.

6 TRANSISTOR

Pengertian Transistor
Pengertian Transistor adalah komponen elektronika semikonduktor yang memiliki 3 kaki elektroda,
yaitu Basis (Dasar), Kolektor (Pengumpul) dan Emitor (Pemancar). Komponen ini berfungsi sebagai
penguat, pemutus dan penyambung (switching), stabilitasi tegangan, modulasi sinyal dan masih
banyak lagi fungsi lainnya. Selain itu, transistor juga dapat digunakan sebagai kran listrik sehingga
dapat mengalirkan listrik dengan sangat akurat dan sumber listriknya.
Transistor sebenarnya berasal dari kata “transfer” yang berarti pemindahan dan “resistor” yang berarti
penghambat. Dari kedua kata tersebut dapat kita simpulkan, pengertian transistor adalah pemindahan
atau peralihan bahan setengah penghantar menjadi suhu tertentu. Transistor pertama kali ditemukan
pada tahun 1948 oleh William Shockley, John Barden dan W.H, Brattain. Tetapi, komponen ini mulai
digunakan pada tahun 1958. Jenis Transistor terbagi menjadi 2, yaitu transistor tipe P-N-P dan
transistor N-P-N.

Gambar Tentang Pengertian Transistor

Cara Kerja Transistor hampir sama dengan resistor yang mempunyai tipe dasar modern. Tipe dasar
modern terbagi menjadi 2, yaitu Bipolar Junction Transistor atau biasa di singkat BJT dan Field Effect
Transistor atau FET. BJT dapat bekerja bedasarkan arus inputnya, sedangkan FET bekerja berdasarkan
tegangan inputnya.
Dalam dunia elektronika modern, transistor merupakan komponen yang sangat penting terutama
dalam rangkaian analog karena fungsinya sebagai penguat. Rangkaian analog terdiri dari pengeras
suara, sumber listrik stabil dan penguat sinyal radio. Tidak hanya rangkaian analog, di dalam rangkaian
digital juga terdapat transistor yang digunakan sebagai saklar dengan kecepatan tinggi. Beberapa
transistor juga dapat di rangkai sehingga berfungsi sebagai logic gate.
Jenis-Jenis Transistor juga berbeda-beda, berdasarkan kategorinya dibedakan seperti materi
semikonduktor, kemasan fisik, tipe, polaritas, maximum kapasitas daya, maximum frekuensi kerja,
aplikasi dan masih banyak lagi jenis yang lainnya.

Fungsi Transistor
Fungsi Transistor sangat berpengaruh besar di dalam kinerja rangkaian elektronika. Karena di dalam
sirkuit elektronik, komponen transistor berfungsi sebagai jangkar rangkaian. Transistor adalah
komponen semi konduktor yang memiliki 3 kaki elektroda, yaitu Basis (B), Colector (C) dan Emitor (E).
Dengan adanya 3 kaki elektroda tersebut, tegangan atau arus yang mengalir pada satu kaki akan
mengatur arus yang lebih besar untuk melalui 2 terminal lainnya.

Fungsi Transistor Lainnya :


 Sebagai penguat amplifier.
 Sebagai pemutus dan penyambung (switching).
 Sebagai pengatur stabilitas tegangan.
 Sebagai peratas arus.
 Dapat menahan sebagian arus yang mengalir.
 Menguatkan arus dalam rangkaian.
 Sebagai pembangkit frekuensi rendah ataupun tinggi.
Jika kita lihat dari susuan semi konduktor, Transistor dibedakan lagi menjadi 2 bagian, yaitu Transistor
PNP dan Transistor NPN. Untuk dapat membedakan kedua jenis tersebut, dapat kita lihat dari bentuk
arah panah yang terdapat pada kaki emitornya. Pada transistor PNP arah panah akan mengarah ke
dalam, sedangkan pada transistor NPN arah panahnya akan mengarah ke luar. Saat ini transistor telah
mengalami banyak perkembangan, karena sekarang ini transistor sudah dapat kita gunakan sebagai
memory dan dapat memproses sebuah getaran listrik dalam dunia prosesor komputer.

Dengan berkembangnya fungsi transistor, bentuk dari transistor juga telah banyak mengalami
perubahan. Salah satunya telah berhasil diciptakan transistor dengan ukuran super kecil yang hanya
dalam ukuran nano mikron (transistor yang sudah dikemas di dalam prosesor komputer). Karena
bentuk jelajah tegangan kerja dan frekuensi yang sangat besar dan lebar, tidak heran komponen ini
banyak digunakan didalam rangkaian elektornika. Contohnya adalah transistor pada rangkaian analog
yang digunakan sebagai amplifier, switch, stabilitas tegangan dan lain sebagainya. Tidak hanya di
rangkaian analog, pada rangkaian digital juga terdapat transistor yang berfungsi sebagai saklar karena
memiliki kecepatan tinggi dan dapat memproses data dengan sangat akurat.
Cara Kerja Transistor juga tidak serumit seperti komponen lainnya, karena kemampuan yang dimiliki
dapat berkembang secara berkala dan bentuk fisik yang dapat berubah-ubah membuat transistor
menjadi pilihan utama pada rangkaian elektronik. Bahkan saat ini transistor sudah terintegrasi dan
disatukan dari beberapa janis transistor menjadi satu buah komponen yang lebih kompleks.

Cara Kerja Transistor


Cara Kerja Transistor cukup menarik untuk dibahas, karena macam dan fungsinya yang unik. Secara
harfiah sendiri transistor merupakan gabungan dari dua kata yaitu transfer dan resistor yang dapat
diartikan secara bebas sebagai pengalir arus atau pengatur aliran arus. Triode merupakan istilah yang
memiliki arti tiga elektroda, dan didalam resistor sendiri memang memiliki tiga elektroda tersebut,
yaitu basis atau dasar, emitor atau pemancar dan kolektor atau pengumpul. Transistor dapat
mengalirkan arus listrik atau juga menguatkan tegangan dikarenakan memiliki ketiga elektroda
tersebut. Fungsi lain dari transistor adalah sebagai saklar pemutus dan penyambung aliran listrik
ketika pada dasar atau basis diberikan arus yang sangat besar. untuk cara kerja dari transistor sendiri
tergantung dari transistor jenis apa yang digunakan.

Gambar Cara Kerja Transistor

Pada dasarnya transistor ada dua jenis atau tipe dari transistor. Ada transistor BJT atau bipolar
junction transistor atau juga lebih dikenal dengan istilah transistor bipolar dan transistor FET atau
field effect transistor atau juga lebih dikenal dengan istilah transistor effect. Berikut cara kerja
transistor BJT. Sesuai dengan namanya transistor bipolar ( BJT ) menggunakan dua polaritas yang
membawa muatan untuk membawa arus listrik pada kanal produksinya. Di dalam transistor bipolar
( BJT ) juga terdapat suatu lapisan pembatas yang dinamakan depletion zone, yang pada akhirnya
setiap arus listrik yang akan masuk akan melewati pembatas tersebut dan terbagi karena adanya
depletion zone ini.
Transistor effect ( FET ) Sedikit berbeda dengan cara kerja pada transistor bipolar. Dimana pada
transistor effect ( FET ) ini hanya menggunakan satu jenis polaritar atau pembawa muatan arus listrik.
Hal ini jelas berbeda dengan transistor bipolar yang memiliki dua polaritas pembawa muatan. Untuk
transistor effect ( FET ), arus yang masuk tidak akan terbagi menjadi dua aliran seperti pada transistor
bipolar. Karena posisi letak depletion zone dari resistor effect terdapat di kedua sisi bukan berada di
tengah-tengah. Sebenarnya untuk tipe atau jenis transistor dari BJT dan FET sendiri sama saja
fungsinya, yang membedakan adalah dari cara kerja transistornya saja. semoga pembahasan kali ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Transistor Sebagai Saklar


Transistor Sebagai Saklar, mungkin anda sering mendengar kata itu. Bagi sebagian besar orang kata
transistor bukan merupakan hal aneh, namun tidak semua orang mengerti apa itu sebenarnya
transistor. Sebagai definisi transistor merupakan bahan yang terbuat dari semi konduktor, biasanya
transistor berfungsi untuk menstabilkan fungsi tegangan pada rangkaian elektronik, sebagai penguat,
dan sebagai penyambung serta pemutus tegangan. Apabila transistor sendiri difungsikan untuk
memutus dan menyambungkan tegangan, maka dapat dikatakan bahwa anda mempergunakan
memfungsikan transistor dijadikan sebagai saklar. Karena seperti yang anda tahu bahwa saklar seperti
hal nya saklar lampu berfungsi untuk menyalakan dan mematikan lampu. Mungkin anda juga masih
bingung kenapa lampu bisa menyala dan mati ketika anda menekan tombol saklar.

Gambar Skema Transistor Sebagai Saklar

Saklar dapat dianalogikan sebagai sebuah kran pada air, dimana fungsi kran air tersebut adalah untuk
menghentikan aliran air dari pipa sebagai jalannya air. Ketika kran ditutup seberapa besar pun tekanan
yang air berikan untuk mengalir sudah tentu dapat tertahan oleh kran air yang walaupun secara fisik
memiliki ukuran yang kecil. Dan ketika kran kembali dibuka sudah tentu air akan kembali mengalir.
Begitu juga di dalam sebuah rangkaian elektronik, transistor sebagai saklar juga memiliki fungsi yang
mirip dengan kran air yaitu dapat menghentikan aliran listrik pada komponen, dan juga dapat
mengalirkan listrik.
Saklar dalam dunia elektronik sendiri sebenarnya ada banyak macam dan jenisnya. Tapi tidak ada
salahnya juga bagi anda yang menginginkan menggunakan transistor sebagai saklar. Karena ada
kelebihan apabila menggunakan transistor sebagai alat penyambung dan pemutus aliran listrik.
Beberapa kelebihan apabila menggunakan transistor adalah transistor cenderung aman digunakan
karena tidak akan menimbulkan percikan api ketika digunakan. Bentuknya sangat simpel. Dan juga
sudah tentu harganya lebih murah dibanding saklar lainnya. Namun selain kelebihan yang transistor
berikan apabila digunakan sebagai saklar, ada juga kekurangan nya dari penggunaan transistor untuk
dijadikan saklar. Salah satunya adalah arus yang dapat ditahan oleh transistor cukup kecil, sehingga
tidak bisa digunakan pada arus yang sangat besar.

Jenis-Jenis Transistor
Jenis-Jenis Transistor ada beberapa macam dan bagi orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
elektronika mungkin tidak asing lagi ketika mendengar kata transistor. Tapi bagi orang-orang non-
elektro mungkin akan terasa asing dengan istilah transistor. Transistor dalam pengertian yang sangat
sederhana adalah seperti kran air. Transistor ini adalah sebuah alat semikonduktor yang bisa
digunakan sebagai penguat, sebagai sirkuit penyambung maupun pemutus, menstabilkan tegangan dan
lain sebagainya. Jenis transistor pada umumnya terbagi hanya menjadi dua jenis saja yaitu jenis
transistor bipolar atau dua kutub dan transistor efek medan atau juga dikenal sebagai Field Effect
Transistor (FET). Tiap-tiap dari jenis transistor ini dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil
sebagaimana yang akan dijelaskan pada paragraf berikutnya.
Transistor yang pertama adalah transistor bipolar atau dwi kutub. Transistor bipolar termasuk salah
satu dari jenis-jenis transistor yang paling banyak digunakan dalam suatu rangkaian elektronika.
Sedangkan pengertian dari transistor bipolar itu sendiri adalah transistor yang memiliki dua buah
persambungan kutub. Sedangkan jenis transistor bipolar dibagi lagi menjadi tiga bagian lapisan
material semikonduktor yang kemudian membedakan transistor bipolar kedalam dua jenis yaitu
transistor P-N-P (Positif-Negatif-Positif) dan transistor N-P-N (Negatif-Positif-Negatif). Masing-masing
kaki dari jenis transistor ini mempunyai nama seperti B yang berarti Basis, K yang berarti Kolektor
serta E yang berarti Emiter. Sedangkan untuk fungsi transistor bipolar adalah sebagai regulator arus
listrik.

Contoh Gambar Jenis-Jenis Transistor

Transistor kedua yang paling banyak digunakan dari berbagai jenis-jenis transistor yang ada adalah
transistor efek medan (FET). Transistor jenis ini sama seperti transistor bipolar yang memiliki tiga
kaki. Tiga kaki terminal yang dimiliki oleh transistor efek medan adalah Drain (D), Source (S), dan Gate
(G). Transistor efek medan ini atau dikenal pula dengan istilah transistor unipolar memiliki hanya satu
buah kutub saja. Sedangkan cara kerja dari transistor efek medan ini adalah mengatur dan
mengendalikan aliran elektron dari Source ke Drain melalui tegangan yang diberikan pada Gate. Hal
inilah yang membedakan antara fungsi transistor efek medan dengan fungsi transistor bipolar pada
penjelasan diatas.
Dari sajian kali ini dapat disimpulkan bahwa antara transistor bipolar dengan transistor efek medan
mempunyai perbedaan yang cukup signifikan dalam cara kerja dan fungsinya. Transistor bipolar yang
sebagai regulator arus listrik mengatur besar kecilnya arus listrik yang melalui Emiter yang kemudian
berlanjut kepada Basis untuk menentukan seberapa besar arus yang diberikan kepadanya. Sedangkan
transistor efek medan mengendalikan elektron dari Source ke Drain melalui tegangan yang diberikan
pada Gate. Lalu adakah cara termudah untuk mengetahui dan menentukan jenis-jenis transistor? Cara
termudahnya adalah dengan menggunakan alat ohmmeter jika anda ingin menentukan suatu jenis
transistor. Cukup letakkan kaki negatif dari ohmmeter ke katoda dan kaki positif ke anoda.

Cara Mengukur Transistor


Cara Mengukur Transistor memang cukup awam dan tidak diketahui oleh banyak orang. Akan tetapi
mengetahui cara mengukur sebuah transistor sangatlah penting untuk dilakukan secara rutin. Hal ini
bisa digunakan sebagai sebuah indikasi apakah transistor tersebut masih dalam keadaan yang baik dan
layak untuk digunakan maupun tidak. Dalam mengukur sebuah transistor kita bisa menggunakan dua
macam alat bantu yaitu multimeter analog dan multimeter digital. Cara mengukur transistor dengan
menggunakan bantuan alat ini tergolong gampang dan mudah untuk dilakukan. Hasil yang didapatkan
pun sangatlah akurat dalam menentukan kelayakan sebuah transistor. Oleh karena itu kedua alat ini
menjadi primadona bagi orang-orang yang berkecimpung dalam dunia elektro. Berikut akan dijelaskan
bagaimana cara untuk mengukur transistor dengan menggunakan kedua alat tersebut.
Cara Mengukur Transistor

Cara mengukur transistor yang pertama adalah dengan menggunakan multimeter analog. Di dalam
pengukurang transistor yang menggunakan multimeter analog pun dibedakan menjadi dua macam tipe
yaitu Positif-Negatif-Positif (PNP) dan Negatif-Positif-Negatif (NPN). Untuk tipe PNP, langkah pertama
yang perlu dilakukan adalah atur posisi saklar pada posisi Ohm x1k atau 10k. Kemudian sambungkan
probe merah pada terminal Basis dan probe hitam pada terminal Emitor. Jika jarum bergerak ke kanan
maka transmitor dalam keadaan yang layak pakai. Langkah yang terakhir pindahkan probe hitam ke
terminal Colector dan jika jarum masih tetap bergerak ke kanan berarti transmitor dalam keadaan
baik. Lakukan langkah yang sama untuk tipe NPN. Cukup pindahkan probe hitam ke terminal Basis dan
probe merah ke terminal Emitor serta memasukkan probe merah pada terminal Colector.
Sedangkan dalam cara mengukur transistor menggunakan multimeter digital kurang lebih sama
dengan multimeter analog. Untuk multimeter digital cara pengukurannya dilakukan secara terbalik
dari multimeter analog. Mungkin langkah yang berbeda hanyalah pada langkah awalnya. Jika langkah
awal pada transistor analog adalah memposisikan saklar pada posisi Ohm x1k atau 10k, maka
multimeter digital adalah mengatur posisi saklar pada posisi dioda (Ohm x1k atau x100k). Pada
prinsipnya multimeter digital ini memiliki fungsi untuk mengukur dioda dan resistensi dalam saklar
yang sama. Untuk menentukan apakah transistor tersebut masih baik atau tidak, maka tampilan pada
multimeter digital harus menunjukan nilai Voltage tertentu. Secara garis besar baik multimeter analog
maupun multimeter digital tidak mempunyai perbedaan yang signifikan.

Anda mungkin juga menyukai