Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PUTUSAN NOMOR 507/PID.SUS/2023/PN.

MKS DAN PUTUSAN


NOMOR 77/PID.SUS/2023/PN.LBP TENTANG TINDAK PIDANA NARKOTIKA

Tindak pidana adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang melanggar
hukum pidana, baik secara sengaja maupun tidak, dimana tindakan tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penulisan analisis terhadap
putusan ini berfokus pada putusan tentang tindak pidana narkotika. Bahwa tindak pidana
narkotika adalah bentuk penyalahgunaan narkotika tanpa hak atau melawan hukum selain yang
ditentukan dalam undang-undang. Dalam hal ini seorang yang melakukan tindak pidana
narkotika tidak memiliki izin oleh pihak yang berwajib atas kepemilikannya terhadap narkotika
yang telah di larang dalam ketentuan hukum. Berikut merupakan analisis yang dapat penulis
lakukan terhadap Putusan Hakim Nomor 507/Pid.Sus/2023/PN.Mks dan Putusan Hakim Nomor
77/Pid.Sus/2023/PN.Lbp, antara lain:

1) Unsur Subjektif dan Objektif tindak pidana dalam Putusan Hakim Nomor
507/Pid.Sus/2023/PN.Mks dan Putusan Hakim Nomor 77/Pid.Sus/2023/PN.Lbp
Unsur tindak pidana adalah suatu bentuk elemen yang harus ada dalam sebuah perbuatan
yang dianggap sebagai tindakan pidana. Secara garis besar unsur tindak pidana antara lain
adanya subjek hukum yang melakukan suatu tindakan, adanya unsur kesalahan, perbuatan
melawan hukum, tindakan tersebut telah dilarang oleh ketentuan undang-undang dan atas
tindakan tersebut terdapat ancaman hukuman pidana baik denda maupun penjara, serta adanya
unsur waktu, tempat dan suatu keadaan tertentu. Bahwa unsur-unsur secara garis besar tersebut
dapat di bagi menjadi unsur subjektif dan unsur objektif suatu tindak pidana. Berikut merupakan
penjabaran dari unsur subjektif dari Putusan Hakim Nomor 507/Pid.Sus/2023/PN.Mks dan
Putusan Hakim Nomor 77/Pid.Sus/2023/PN.Lbp:
1. Unsur Subjektif
Unsur subjektif dalam tindak pidana adalah suatu unsur yang menunjukkan adanya
kesalahan pemahaman atau niat dalam tindak pidana. Unsur-unsur ini menunjukkan keadaan
mental atau pikiran pelaku saat melakukan perbuatan yang dianggap sebagai pelanggaran hukum
(lebih fokus ke keadaan batin pelaku kejahatan dalam melakukan kejahatan). Unsur subjektif
memiliki beberapa kategori, yaitu adanya kesalahan pemahaman dengan sengaja (Intentional)
yang menyatakan bahwa dalam melakukan tindak pidana pelaku melakukan tindakan tersebut
dengan sengaja atau secara sadar melakukannya dengan tujuan ingin mencapai hasil atau dampak
dari perbuatan yang terdakwa lakukan. Yang kedua adalah kategori kelalaian (negligence) yaitu
ketika pelaku tidak menyadari atau tidak memperhatikan bahaya atau risiko yang mungkin
muncul sebagai akibat dari perbuatannya. Meskipun pelaku mungkin tidak memiliki niat jahat, ia
tetap bersalah karena tidak melakukan kehati-hatian yang diharapkan dalam situasi tertentu. Dan
kategori yang terakhir adalah kesalahan pemahaman dengan sengaja (recklessness) merupakan
unsur subjektif di mana pelaku menyadari risiko dan bahaya dari tindakannya, tetapi tetap
melakukannya tanpa peduli, meskipun dia mungkin tidak memiliki niat jahat untuk mencapai
hasil tertentu. Selain itu unsur subjektif suatu tindak pidana juga dapat terpenuhi apabila terdapat
kesengajaan (dolus) atau ketidaksengajaan (culpa), adanya maksud atau kehendak untuk
melakukan kejahatan (voornemen) pada suatu percobaan, adanya macam-macam maksud atau
oogmerk, merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad, dan perasaan takut atau vrees.
Berikut merupakan rumusan unsur subjektif dari putusan hakim:
a. Putusan Hakim Nomor 507/Pid.Sus/2023/PN.Mks.
Dalam putusan ini menerangkan bahwa terdapat unsur subjektif yang menerangkan
bahwa terdakwa yaitu Rais, secara sengaja melakukan tindak pidana tanpa hak atau
melawan hukum memiliki menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika golongan I
bukan tanaman. Hal tersebut ia lakukan dengan memberikan, menyediakan atau
menyalurkan narkotika jenis sabu kepada saksi Rizal Syarif yang oleh saksi Rizal Syarif di
simpan dalam kotak jam tangan warna putih tulang yang berisi 6 (enam) sachet plastic klip
kecil berisikan kristal bening, 1 (satu) kaca pireks, 1 (satu) korek gas yang disimpan di
dalam kamar kos. Bahwa yang di bagi menjadi 6 plastic tersebut berisikan Kristal bening
dengan berat awal 3,9241 gram dan berat akhir 3,7735 gram adalah mengandung
metamfetamina dan terdaftar dalam golongan I sebagaimana telah diatur dan di larang oleh
ketentuan hukum. Bahwa tindakan yang dilakukan oleh terdakwa termasuk telah
memenuhui unsur subjektif tindak pidana berupa adanya kesengajaan (dolus) yang
dilakukan dengan kesengjaan secara intentional. Hal tersebut dikarenakan bahwa terdakwa
dengan sengaja memiliki, menyimpan dan menyediakan narkotika jenis sabu tanpa seizin
pihak yang berwajib. Unsur kesengajaan juga dapat dilihat dari terdakwa yang menguasai
atapun menyediakan narkotika tanpa hak dan juga melawan hukum. Tanpa hak karena
terdakwa menguasasi narkotika tanpa seizin oleh pihak yang berwajib dan melawan hukum
karena atas tindakan yang dilakukan terdakwa tersebut dilarang dan tidak boleh dilakukan
karena bertentangan dengan suatu aturan atau norma yang semestinya berlaku.
Selain itu kesengajaan juga dilakukan oleh terdakwa dengan tujuan intentional bahwa
terdakwa melakukan penjualan atau menjadi perantara jual beli shabu hanya karna ingin
mendapat keuntungan berupa memakai narkotika jenis shabu secara geratis dari transaksi.
Terdakwa tidak mendapatlan uang atas tindakan perantara tersebut. Namun terdakwa telah
mencapai hasil atau dampak dari perbuatan yang terdakwa lakukan yaitu keuntungan
berupa memakai narkotika secara geratis.
Selanjutnya terdakwa juga telah memenuhi unsur subjektif atas kehendak atau
macam-macam maksud atau dapat disebut dengan oogmerk. Oogmerk dapat diartikan
sebagai maksud atau kehendak seseorang dalam melakukan suatu tindak pidana. Bahwa
sebagaimana telah disebutkan diatas, terdakwa melakukan tindak pidana menguasai,
memiliki, ataupun menjadi perantara jual beli narkotika dengan maksud agar dapat
menggunakan narkotika jenis shabu secara geratis atas transaksi yang ia peroleh tersebut.
Terdakwa juga telah melakukan rencana terlebih dahulu dalam melakukan tindak
pidana tersebut atau dapat disebut sebagai voorbedachte raad dan juga merupakan bentuk
unsur subjektif tindak pidana. Bahwa rencana tersebut dibuktikan dalam pembuktian,
dimana terdakwa akan mencarikan narkotika terlebih dahuku kepada saksi Rizal Syarif.
Yang kemudian setelah adanya barang, maka tindak pidana tersebut terlerlaksana dengan
Saksi Rizal sebagai pembeli melakukan pembelian narkotika dengan jumlah uang Rp.
6.500.000 dengan jumlah 5 gram kepada mirna melalui perantara terdakwa. Unsur
voorbedachte raad pada rumusan delik yang di dakwakan memang tidak tercantum secara
jelas, namun unsur ini sangat penting untuk mengetahui apakah terdakwa melakukannya
memang dengan kondisi yang sengaja maupun kondisi culpa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdakwa telah memenuhi unsur subjektif dari
tindak pidana sebagaimana telah di jabarkan diatas. Bahwa terdakwa merupakan seorang
subjek hukum yang memiliki kewajiban untuk mempertanggungjawabkan tindakannya
serta tindakan tersebut meruoakan bentuk kesengajaan (dolus), memenuhi unsur oogmerk
atau kehendak dalam melakukan tindak pidana yang bertentangan dengan hukum serta
melakukan perencanaan terlebih dahulu dalam melakukan tindak pidana.
b. Putusan Hakim Nomor 77/Pid.Sus/2023/PN.Lbp
Dalam putusan ini menerangkan bahwa terdapat unsur subjektif yang menerangkan
bahwa terdakwa yaitu Ismail alias Mail, secara sengaja telah melakukan tindak pidana
tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan
Narkotika Golongan I bukan tanaman, yang terdakwa lakukan dengan cara adanya laporan
oleh Masyarakat sekitar yang dilakukan pada tanggal 07 Desember 2022 pukul 11.30,
bahwa terdakwa memiliki narkotika jenis shabu di rumah terdakwa di Dusun II Desa
Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Polisi melakukan
terhadap terdakwa di rumah terdakwa dan menemukan 1 (satu) paket kecil narkotika jenis
shabu dengan berat bruto 0,16 (nol koma enam belas) gram, 1 (satu) paket sedang
narkotika jenis shabu dengan berat bruto 0,46 (nol koma empat puluh enam) gram dibawah
tempat tidur terdakwa. Terdakwa memperoleh narkotika tersebut dari Jerry. Terdakwa
sebelumnya membeli narkotika jenis shabu kepada Jerry dengan harga Rp. 100.000 untuk
diserahkan kepada orang lain, kemudian Jerry memberikan upah untuk terdakwa sebesar
Rp. 10.000. Bahwa berdasarkan cek urine atas nama Ismail alias Mail menyatakan
terdakwa positif narkotika sehingga terbukti terdakwa telah menggunakan narkotika.
Bahwa terdakwa sebelumnya pernah di hukum dengan kasus yang sama, maka hal tersebut
membuktikan bahwa terdakwa memang berniat memiliki, menguasai atapun menyediakan
narkotika dan niat tersebut di dasarkan atas kesengajaan bukan kealpaan sehingga atas
kesengajaan yang dilakukan terdakwa tersebut telah memenuhi unsur subjektif tindak
pidana, serta terdakwa dapat melakukan tanggung jawab atas perbuatannya.
Selain itu kesengajaan juga dilakukan oleh terdakwa dengan tujuan intentional bahwa
terdakwa melakukan penjualan atau menjadi perantara (dalam hal ini membeli narkotika
untuk keperluan pihak lain), Namun tujuan yang dari terdakwa untuk melakukan tindak
pidana diketahui karena terdakwa juga mengkonsumsi narkotika pun dari transaksi yang
dilakukan oleh terdakwa dan Jerry, terdakwa hanya mendapat uang sebesar Rp. 10.000 dari
penjualan narkotika dengan harga Rp. 100.000 dan dapat dikatakan bahwa terdakwa atas
penjualan tersebut mendapatkan komisis sebesar 10%.
Selanjutnya terdakwa juga telah memenuhi unsur subjektif atas kehendak atau
macam-macam maksud atau dapat disebut dengan oogmerk. Bahwa oogmerk adalah
maksud atau kehendak ataupun niat batin dari seseorang dalam menjalankan tindak pidana.
Oogmerk yang ada pada diri terdakwa adalah niat untuk memiliki, menyediakan,
mengkonsumsi narkotika. Selain itu terdakwa juga menyediakan atau melakukan
penyaluran narkotika kepada pihak lain.
Tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa juga termasuk unsur subjektif dalam
bentuk voorbedachte raad atau merencanakan terlebih dahulu. Walaupun dalam unsur-
unsur delik yang di dakwakan tidak ada kata/maksud lain “merencanakan” namun dalam
pembuktian terdakwa telah melakukan rencana telebih dahulu sebelum melakukan tindak
pidana. Rencana tersebut dilakukan terdakwa dengan menanyakan narkotika terlebih
dahulu sebelum membelinya dan menyalurkan kembali narkotika tersebut kepada pihak
lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdakwa telah memenuhi unsur subjektif dari
tindak pidana sebagaimana telah di jabarkan diatas. Bahwa terdakwa merupakan seorang
subjek hukum dengan kata lain adalah “setiap orang” dalam rumusan pasal yang di
dakwakan dan oleh karena itu, terdakw memiliki kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan tindakannya yang merupakan tindakan kesengajaan (dolus).
Selain itu, terdakwa juga telah memenuhi unsur oogmerk atau kehendak dalam melakukan
tindak pidana yang bertentangan dengan hukum serta melakukan perencanaan terlebih
dahulu dalam melakukan tindak pidana sebagaimana telah di jelaskan diatas.

Atas analisis terhadap kedua putusan tersebut membuahkan suatu pemikiran bahwa kedua
putusan yang mana memiliki kesamaan pasal/delik yang di dakwakan pun memiliki kesamaan
unsur subjektif yang terpenuhi oleh terdakwa saat melakukan tindak pidana,

2. Unsur Objektif Putusan


Unsur objektif tindak pidana adalah suatu unsur atau tindakan konkret yang harus ada atau
dilakukan oleh pelaku untuk suatu perbuatan yang dianggap sebagai pelanggaran hukum atau
tindak pidana. Unsur-unsur ini mencakup apa yang benar-benar terjadi atau yang dapat
dibuktikan secara fisik dalam suatu kasus hukum. Bentuk unsur objektif tindak pidana adalah
adanya sifat melawan hukum atau waderrechtelijkbeid, unsur perbuatan (acturs reus), unsur
tempat dan waktu serta unsur hubungan kausalitas. Unsur objektif tindak pidana memiliki fungsi
sebagai dasar untuk menentukan apakah suatu tindakan merupakan pelanggaran hukum dalam
yurisdiksi tertentu. Berikut merupakan penjabaran dari unsur objektif yang termuat dalam
putusan hakim:
a. Putusan Hakim Nomor 507/Pid.Sus/2023/PN.Mks
Unsur objektif dari putusan ini yang pertama adalah adanya sifat melawan hukum
dari terdakwa. Bahwa terdakwa melakukan tindakan tanpa hak atau melawan hukum
memiliki menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika golongan I bukan tanaman.
Sebagaimana atas tindakan tersebut telah melanggar ketentuan pasal 112 Ayat (1) UU RI
No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dengan unsur delik yaitu setiap orang (subjek
hukum dalam kasus ini adalah terdakwa), Tanpa hak atau melawan hukum, memiliki,
menyimpan, menguasai atau atau menyediakan (terdakwa memiiki, menyimpan, menguasai
ataupun menyediakan narkotika tanpa izin dari pihak yang berwajib), dan Unsur Nrkotika
Golongan 1 Bukan Tanaman (Berdasarkan hasil lab 6 sachet kristal bening dengan berat
3,9241 gram terbukti tersebut positif mengandung Metamfetamina (Narkotika Golongan I).
Sehingga unsur delik dalam kasus ini telah terpenuhi, maka terdakwa terbukti melakukan
sifat melawan hukum sebagaimana unsur objektif dari tindak pidana.
Bahwa unsur objektif tindak pidana yang termuat dalam unsur perbuatan (actus reus)
pada kasus ini adalah sub unsur menguasai dari delik yang di dakwakan. Bahwa delik yang
di dakwakan memiliki sub unsur antara lain “memiliki, menyimpan, menguasai dan
menyediakan”. Berdasarkan penilaian hakim, terdakwa masuk dalam sub unsur menguasai.
Sehingga unsur perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa sebagaimana dilarang oleh
ketentuan hukum adalah menguasai narkotika. Selain itu, terdakwa dalam melakukan
perbuatan (actus reus) yang di dakwakan adalah termasuk pihak yang turut melakukan
tindak pidana. Bahwa hal tersebut telah temuat dalam Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab
UndangUndang Hukum Pidana (KUHP). Berdasarkan pertimbangan hakim, terdakwa
adalah pihak/orang yang turut melakukan tindak pidana (medepleger). Pertimbangan hakim
berdasarkan pembuktian dan fakta persidangan menyatakan bahwa terdakwa Rais telah
melakukan perbuatan pelaksanaan atau anasir atau elemen dari peristiwa pidana
sebagaimana.
Unsur objektif dari tindak pidana untuk selanjutnya adalah adanya unsur tempat dan
waktu. Tempat terjadinya delik atau tindakan pidana adalah di Jalan Bunga Ejaya No. 71
Kel. Bunga Eja Beru Kec. Bontoala Kota Makassar atau setidak-tidaknya pada tempat –
tempat lain dalam daerah Hukum Pengadilan Negeri Makassar. Serta waktu terdakwa
melakukan tindak pidana adalah pada hari Kamis tanggal 29 Desember 2022 sekitar pukul
18.30 wita atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam tahun 2022.
Atas terbuktinya unsur-unsur tindak pidana, maka terciptalah hubungan kausalitas
(sebab-akibat). Bahwa sebab dalam putusan ini adalah terdakwa telah melakukan turut
serta melakukan tindak pidana (medepleger) dengan tindakan tanpa hak atau melawan
hukum memiliki menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika golongan I bukan
tanaman. Atas sebab tersebut maka berakibat terdakwa di putus bersalah dan terjerat Pasal
112 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Jo Pasal 55 ayat
(1) Ke-1 KUHP dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
dengan hukuman pidana penjara selama 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan dan denda sejumlah
Rp 800.000.000,-(delapan ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak
dibayar diganti dengan pidana penjara selama 2 (dua) bulan.
b. Putusan Hakim Nomor 77/Pid.Sus/2023/PN.Lbp
Unsur objektif dari putusan ini yang pertama adalah adanya sifat melawan hukum
dari terdakwa. Bahwa terdakwa melakukan tindak pidana Tanpa hak atau melawan hukum
memiliki, menyimpan Narkotika Golongan I bukan tanaman. Sebagaimana tindakan
tersebut telah melanggar ketentuan Pasal 112 ayat (1) UU R.I No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika. Bahwa unsur delik yang di dakwakan dalam putusan ini adalah unsur barang
siapa (Ismail alias Mail yang terbukti melakukan tindak pidana), Unsur Tanpa hak atau
melawan hukum memiliki, menyimpan (terdakwa memiliki, menyimpan narkotika jenis
sabu tanpa izin dari pihak yang berwenang sehingga unsur tanpa hak telah terpenuhi),
Unsur Narkotika Golongan I bukan tanaman (Berdasarkan hasil lan menyatakan bahwa
bukti yang di temukan telah mengandung Metamfetamina dan terdaftar dalam Golongan I
nomor urut 61 dalam Lampiran UU Narkotika). Atas terpenuhinya unsur delik yang
dilakukan oleh terdakwa, maka terdakwa telah memenuhi unsur objektif yaitu sifat
melawan hukum.
Unsur objektif yang kedua adalah adanya actus reus (unsur perbuatan) bahwa
perbuatan yang dilakukan terdakwa hingga dapat memnuhi unsur objektif tindak pidana
adalah memiliki, menyimpan Narkotika Golongan I bukan tanaman. Unsur Objektif yang
selanjutnya adalah unsur tempat dan waktu terjadinya tindak pidana. Bahwa dalam putusan
ini, tindak pidana terjadi di Dusun II Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu
Kabupaten Deli Serdang tepatnya dirumah terdakwa atau pada tempat lain dalam daerah
hukum Pengadilan Negeri Lubuk Pakam. Terjadi pada Rabu tanggal 07 Desember 2022
sekira pukul 11.30 Wib.
Atas unsur-unsur tindak pidana, maka terciptalah hubungan kausalitas atau sebab-
akibat. Bahwa sebab dalam hal ini adalah terdakwa telah melakukan tindak pidana tanpa
hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman sebagaimana telah dilarang oleh ketentuan Pasal 112 ayat (1)
UU R.I No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Maka atas sebab tersebut berakibat
terdakwa terjerat hukuman pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun dan denda sejumlah Rp
800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak
dibayar maka diganti dengan pidana penjara selama 3 (tiga) bulan.
2) Alasan Pembenar dan Pemaaf dari Putusan Hakim Nomor 507/Pid.Sus/2023/PN.Mks
dan Putusan Hakim Nomor 77/Pid.Sus/2023/PN.Lbp
Bahwa dalam Putusan Hakim Nomor 507/Pid.Sus/2023/PN.Mks terdakwa melakukan
tindak pidana dengan keadaan sadar tanpa tekanan dari pihak manapun, tidak ada bukti yang
menunjukan tindak pidan dilakukan dengan daya paksa (overmacht), serta tidak ada bukti adanya
pembelaan terpaksa maka tidak ada alasan pembenar yang dapat menghilangkan sifat melawan
hukum bagi terdakwa dalam melakukan tindak pidana.
Selain itu, dalam pembuktian saat persidangan majelis hakim tidak menemukan adanya
alasan pemaaf sebagaimana bentuk ketidakmampuan betanggung jawab, daya paksa, pembelaan
terpaksa melampaui batas ataupun melakukan tindak pidana atas perintah jabatan. Semua
tindakan yang dilakukan oleh terdakwa dalam putusan ini sungguh sesuai dengan keadaan
terdakwa. Oleh karena itu, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan
pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka
Terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Terdakwa hanya memperoleh keadaan yang memberatkan maupun meringankan
sebagaimana penilaian majelis hakim. Bahwa Keadaan yang memberatkan bagi terdakwa adalah
Perbuatan terdakwa bertentangan dengan program pemerintah yang sedang giat-giatnya
melakukan pemberatasan tindak pidana Narkotika dan Barang bukti dalam perkara beratnya
hampir 5 (lima) gram. Sementara keadaan yang meringankan bagi terdakwa adalah terdakwa
mengakui dan menyesali perbuatannya serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi dan
terdakwa sopan dipersidangan.
Pun dengan Putusan Hakim Nomor 77/Pid.Sus/2023/PN.Lbp. bahwa majelis hakim telah
mempertimbangkan tidak adanya alasan-alasan yang dapat menghapus pertanggungjawaban
pidana dari terdakwa, baik sebagai alasan pembenar maupun alasan pemaaf. Hal tersebut
dikarenakan tidak adanya unsur-unsur yang masuk dalam alasan pembenar maupun alasan
pemaaf dalam persidangan seperti adanya daya paksa, pembelaan terpaksa yang melampaui
batas, maupun melakukan tindak pidana dengan perintah jabatan. Semua yang dilakukan oleh
terdakwa atas tindak pidana yang dilakukannya adalah sungguh berasal dari niat batin terdakwa.
Terdakwa dalam proses perisdangan juga merupakan seorang yang di nilai mampu
mempertanggungjawabkan perbuatannya karna terdakwa merupakan orang yang cakap hukum,
tidak dalam pengampuan, dan tidak dungu. Oleh karena itu, maka terdakwa wajib melakukan
pertanggungjawaban atas tindak pidana yang dia lakukan.
Terdakwa hanya memperoleh pernyataan yang menyatakan bahwa terdakwa mendapatkan
keadaan meringankan dan memberatkan. Keadaan yang memberatkan bagi terdakwa adalah
Terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam memberantas Tindak Pidana Narkotika.
Dan Terdakwa sudah pernah dihukum. Sementara keadaan meringankan terdakwa adalah
Terdakwa bersikap baik dipersidangan sehingga mempermudahkan jalanya persidangan dan
Terdakwa mengakui dan menyesali perbuatanya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa atas kedua putusan dengan rumusan delik atau pasal
yang didakwakan sama pun memiliki persamaan bahwa keduanya tidak memiliki alasan
pembenar maupun alasan pemaaf.
3) Pendapat Ahli yang temuat dalam Putusan Hakim Nomor 507/Pid.Sus/2023/PN.Mks dan
Putusan Hakim Nomor 77/Pid.Sus/2023/PN.Lbp.
Pendapat ahli pada proses persidangan adalah pendapat yang disampaikan oleh orang yang
memiliki pengetahuan atau keahlian khusus dalam bidang tertentu yang berkaitan dengan kasus
hukum yang sedang disidangkan. Pendapat ahli ini dapat memberikan perspektif atau analisis
teknis tentang masalah yang sedang diperdebatkan dalam persidangan, dan pendapat mereka
sering dianggap sebagai bukti yang signifikan untuk mendukung atau menentang argumen dalam
kasus tersebut.
Bahwa fakta yang ada dalam Putusan Hakim Nomor 507/Pid.Sus/2023/PN.Mks dan
Putusan Hakim Nomor 77/Pid.Sus/2023/PN.Lbp adalah kedua terdakwanya tidak mengajukan
ahli untuk menerangkan ataupun meringankan posisinya sebagai terdakwa. Pun dengan penuntut
umum, tidak mengajukan saksi ahli untuk menguatkan dakwaan yang ia berikan kepada
terdakwa. Yang ada dalam putusan ini adalah bukti surat hasil laboratorium dari ahli yang
menyatakan bahwa dalam Putusan Hakim Nomor 507/Pid.Sus/2023/PN.Mks mengajukan bukti
dari ahlis dengan Nomor LAB. 0031/NNF/I/2023 tanggal 10 Januari 2023 yang dibuat dan
ditandatangani oleh Surya Pranowo S.Si,M.Si, dkk selaku pemeriksa dari Pusat
LABORATORIUM FORENSIK POLDA SULSEL menyimpulkan 6 (enam) sachet kristal
bening dengan berat netto seluruhnya 3,9241 gram diberi nomor barang bukti 0062/2023/NNF
yang ditemukan pada saksi Rizal dan barang bukti tersebut diperoleh saksi Rizal dari terdakwa
telah dilakukan pemeriksaan dengan hasil pemeriksaan barang bukti tersebut positif mengandung
Metamfetamina (Narkotika Golongan I).
Sementara bukti surat dari ahli pada putusan Hakim Nomor 77/Pid.Sus/2023/PN.Lbp
adalah emeriksaan Pusat Laboratorium Narkotika BNN RI Register sampel
DS43DL/XII/2022/Laboratorium Daerah Deli Serdang-Medan yang ditanda tangani oleh Kepala
Pusat Laboratorium Narkotika dengan jenis sampel A : kristal, sampel B : Kristal, sampel C :
urine, jumlah sampel A : 1 sampel, sampel B : 1, sampel C : 1 sampel, berat netto awal total
sampel A : 0,0715 gram, sampel B : 0,1591 gram, sampel C : 25 ML, dengan ciri-ciri sampel A :
1 (satu) bungkus plastik bening berisikan A : kristal warna putih, b. 1 (satu) bungkus sedang
plastik bening berisikan B : kristal warna putih, C : 1 (satu) buah pot plastik bening berisikan C :
urine an. Ismail Alias Mail, pemilik atas nama Ismail Alias Mail dengan kesimpulan Positif
Narkotika adalah benar mengandung Metamfetamina dan terdaftar dalam Golongan I.
4) Disparitas Penahanan dalam Putusan Hakim Nomor 507/Pid.Sus/2023/PN.Mks dan
Putusan Hakim Nomor 77/Pid.Sus/2023/PN.Lbp
Disparitas adalah suatu kebebasan Hakim yang di berikan undang-undang untuk memutus
perkara sesuai dengan ketentuan, meskipun keputusan tersebut dapat berbeda antara kasus.
Dalam kasus Narkotika terdapat disparitas yang menyatakan bahwa hakim dapat memilih apakah
memberikan perintah rehabilitasi kepada terdakwa atau korban narkoba atau tidak. Dalam kasus
tertentu, terdakwa dapat diminta untuk direhabilitasi, tetapi dalam kasus lain tidak.
Bahwa dalam Putusan Hakim Nomor 507/Pid.Sus/2023/PN.Mks dan Putusan Hakim
Nomor 77/Pid.Sus/2023/PN.Lbp, Terdakwa memiliki dakwaan yang sama namun bentuk
putusan yang berbeda-beda. Kedua kasus diatas memiliki delik dakwaan yang sama yaitu Pasal
112 ayat (1) UU R.I No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Namun hukuman pidana yang di
terima terdakwa berbeda-beda. Yang sama atas putusan kedua kasus diatas adalah bahwa kedua
kasus dalam putusan tersebut tidak memerintahkan dan menambahkan kewajiban terdakwa untuk
melakukan rehabilitasi atas kecanduan narkotika yang terdakwa alami.
5) Rincian Kasus yang terjadi dalam Putusan Hakim Nomor 507/Pid.Sus/2023/PN.Mks
dan Putusan Hakim Nomor 77/Pid.Sus/2023/PN.Lbp

Rincian kasus yang terjadi dalam Nomor 507/Pid.Sus/2023/PN.Mks antara lain adalah :

- bahwa Saksi Aswar, Saksi Hasbullah beserta tim mendatangi salah satu kamar kos yang
ditunjuk oleh informan tersebut, dimana kos tersebut ditempati oleh Saksi Rizal Syarif.
Lalu Saksi Aswar dan Saksi Hasbullah melakukan penggeledahan badan terhadap Saksi
Rizal Syarif namun tidak menemukan apa-apa sehingga dilakukan penggeledahan kamar
dan timresnarkoba menemukan 1 (satu) buah kotak jam tangan warna putih tulang yang
berisi 6 (enam) sachet plastic klip kecil berisikan kristal bening, 1 (satu) kaca pireks, 1
(satu) korek gas yang disimpan di dalam kamar kos dan Saksi Rizal Syarif mengakui
barang tersebut adalah miliknya yang didapatkan dari Terdakwa sehingga berdasarkan
informasi tersebut, timresnarkoba melakukan pengejaran terhadap Terdakwa dan pada
pukul 18.30 wita bertempat di jalan Bunga Ejaya No. 71 Kel. Bunga Eja Beru Kec.
Bontoala Kota Makassar timresnarkoba melakukan penangkapan terhadap Terdakwa.
Selanjutnya Terdakwa dibawa ke Polrestabes Makassar guna proses hukum lebih lanjut.
Selanjutnya Terdakwa dibawa ke Polrestabes Makassar guna proses hukum lebih lanjut.
- Bahwa Saksi Rizal Syarif memperoleh narkotika dari terdakwa dengan cara Terdakwa
melalui aplikasi whatsapp dan meminta Terdakwa untuk mencarikan narkotika jenis sabu
kemudian Terdakwa menyuruh Saksi Rizal Syarif untuk menunggu. Selanjutnya Terdakwa
menghubungi Mirna (DPO) dan menyampaikan mau membeli narkotika jenis sabu dan
Mirna (DPO) menyampaikan harganya Rp. 1.300.000.- (satu juta tiga ratus ribu rupiah).
- Bahwa sekitar pukul 18.30 wita, Terdakwa menelpon Saksi Rizal Syarif dan menanyakan
“berapa gram kau mau” dan dijawab oleh Saksi Rizal Syarif “3 gram” kemudian Terdakwa
menjawab “oke, Rp. 1.300.000.- per gram harganya” dan Saksi Rizal Syarif mengatakan
“kasih cukup mi 5 gram kalau begitu harganya” lalu Terdakwa menyetujuinya. Selanjutnya
Terdakwa kembali menghubungi Mirna (DPO) dan menyampaikan mau membeli narkotika
jenis shabu sebanyak 5 (lima) gram, kemudian sekitar pukul 19.00 wita Mirna (DPO)
mendatangi kos Terdakwa dan menyerahkan 2 (dua) sachet plastic berisikan kristal bening
kepada Terdakwa. Setelah itu Terdakwa menghubungi Saksi Rizal Syarif dan menyuruh
Saksi Rizal Syarif untuk ke kosnya karena narkotika jenis sabu yang dipesan sebelumnya
sudah ada.

Sementara rincian kasus yang terjadi dalam Putusan Hakim Nomor 77/Pid.Sus/2023/PN.Lbp
antara lain adalah:

- Bahwa pada hari Rabu tanggal 07 Desember 2022 sekira pukul 11.30 Wib terdakwa telah
ditangkap Petugas Kepolisian di Dusun II Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu
Kabupaten Deli Serdang tepatnya dirumah terdakwa.
- Bahwa sebelumnya sekira pukul 10.00 Wib seorang laki-laki mendatangi terdakwa
memesan narkotika jenis shabu kepada terdakwa seharga Rp. 100.000, kemudian terdakwa
menemui seseorang bernama Jerry (belum tertangkap) membeli narkotika jenis shabu
kepada Jerry, lalu terdakwa menyerahkan uang sebesar Rp. 100.000 kepada Jerry dan Jerry
menyerahkan 2 (dua) paket narkotika jenis shabu kepada terdakwa, kemudia Jerry
memberikan upah kepada terdakwa sebesar Rp. 10.000.
- Bahwa kemudian terdakwa menyerahkan narkotika jenis shabu tersebut kepada laki-laki
yang tidak dikenal tersebut.
- Bahwa sekira pukul 11.30 Wib pada saat terdakwa sedang berada dirumah, datang Petugas
Kepolisian melakukan penangkapan terhadap terdakwa, kemudian melakukan pemeriksaan
dirumah tersebut ditemukan ditemukan 1 (satu) paket kecil narkotika jenis shabu dengan
berat bruto 0,16 (nol koma enam belas) gram, 1 (satu) paket sedang narkotika jenis shabu
dengan berat bruto 0,46 (nol koma empat puluh enam) gram dibawah tempat tidur
terdakwa dan menemukan 1 (satu) lembar uang pecahan Rp. 10.000 dikantong celana
depan sebelah kanan yang terdakwa pakai
- Bahwa penangkapan tersebut didasarkan dengan adanya informasi dari Masyarakat yang
menyatakan bahwa terdakwa memiliki narkotika jenis shabu di rumah terdakwa di Dusun
II Desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

Anda mungkin juga menyukai