Anda di halaman 1dari 6

UNSUR SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF TINDAK PIDANA DALAM PUTUSAN

NOMOR 32/PID.SUS/2023/PN.LGS DAN PUTUSAN NOMOR


270/PID.SUS/2023/PT.PDG

Tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang
melanggar ketentuan hukum pidana yang dilakukan baik secara sengaja atapun tidak, dimana
perbuatan yang dilakukan tersebut harus di dapat pertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan di langar oleh tindakan tersebut. Didalam suatu tindak pidana pastinya
memiliki usnur-unsur terjadinya tindak pidana. Unsur tersebut dapat berupa unsur objektif dan
subjektif. Berikut merupakan pejabaran unsur objektif dan subjektif suatu tindak pidana
sebagaimana telah di putus dalam Putusan Nomor 32/Pid.Sus/2023/Pn.Lgs dan suatu tindak
pidana yang di putus pada Putusan Nomor 270/Pid.Sus/2023/Pt.Pdg.

1. Unsur Subjektif, unsur-unsur yang ada pada diri pelaku kejahatan yang memiliki hubungan
dengan diri pelaku dan keadaan batin yang terkandung di dalamnya. Unsur subjektif dapat
dikatakan sebagai unsur mengenai keadaan batin atau gambaran batin seseorang sebelum
atau akan melakukan suatu perbuatan tertentu yang masuk dalam perbuatan pidana. Berikut
merupakan unsur subjektif dari kedua putusan diatas:
a. Putusan Nomor 32/Pid.Sus/2023/Pn.Lgs,
Pada putusan ini terdapat unsur subjektif bahwa terdakwa yaitu Erwin Erianto.
secara sengaja melakukan Tindak pidana tanpa hak atau melawan hukum menawarkan
untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar,
atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dan tindak pidana tanpa hak atau melawan
hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I
bukan tanaman.
Hal tersebut di buktikan dalam pembuktian bahwa terdakwa telah melakukan
pembelian narkotika sebanyak 2 kali. Kemudian menurut keterangan saksi terdakwa
membeli sabu kepada Mak CIN sebanyak 1 paket seharga Rp. 700.000. Setelah
melakukan pembelian narkoba, terdakwa memaketkan kembali sabu tersebut menjadi 7
paket/bungkus dengan tujuan untuk terdakwa jual kembali dan ada juga yang terdakwa
gunakan sendiri. Namun Terdakwa melakukan pembelaan bahwa terdakwa
memaketkan kembali menjadi 7 bagian sabu agar mudah untuk di gunakan, namun 2
dari 7 paket sabu tersebut terdakwa akui di jual ke teman terdakwa. Atas maksud atau
niat batin terdakwa membeli narkotika, memaketkan menjai 7 bagian agar mudah di
guankan dan menjualnya kembali, maka tindak pidana ini merupakan tindak pidana
yang di dasarkan pada unsur kesengajaan dalam melakukan tindakannya. Selain itu,
unsur kesengajaan juga dapat dilihat dari terdakwa yang melakukan transaksi
pembelian narkotika kepada Mak Cin sebanyak dua kali. Selain itu, berdasarkan
pembuktian terdakwa dengan cara dihisap menggunakan alat hisap berupa bong yang
terdakwa buat sendiri dari botol bekas aqua, setelah Terdakwa menggunakan sabu
kemudian bong tersebut Terdakwa buang kebawah rumah agar tidak ketahuan dan
terdakwa menggunakan sabu tersebut tanpa memiliki izin oleh pihak manapun. Maka
sangat jelas dalam putusan ini unsur subjektif ada dalam bentuk kesengajaan dilakukan
oleh tedakwa (pelaku) yaitu Erwin Erianto.
Selain itu terdapat unsur subjektif yang kedua yaitu adanya macam-macam
maksud atau oogmerk dalam tindak pidana. Dalam putusan ini, maksud terdakwa
melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika adalah untuk digunakan sendiri
dan dijual kembali untuk temannya. Sehingga oogmerk atau maksud tindak pidana
yang dilakukan oleh terdakwa adalah membeli narkotika, memiliki atau menguasai
narkotika, menjual narkotika yang telah ia beli dan menggunakan narkotika untuk
dirinya sendiri.
b. Putusan Nomor 270/Pid.Sus/2023/Pt.Pdg.
Pada putusan ini terdapat unsur subjektif bahwa terdakwa yaitu Aldausar Pgl Al
Alias Tabau Bin Afrizal Can, dengan sengaja telah melakukan tindak pidana tanpa hak
atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi
perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan Narkotika dan tindak pidana
tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan
Narkotika Golongan I bukan tanaman dan tanpa hak atau melawan hukum menanam,
memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan
I dalam bentuk tanaman.
Bahwa tindak pidana tersebut dilakukan dengan cara sengaja (ada unsur
kesengajaan) diamana terdakwa melakukan transaksi pembelian narkotika dengan Deni
Abas. Terdakwa mengakui perbuatannya membeli sabu dari Deni Abas. Selain itu,
terdakwa juga memiliki sabu yang ia titipkan temannya yaitu Ricki Yunanda sejumlah
3 paket narkotika jenis sabu. Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa tidak
memiliki izin dari pihak yang berwenang dan bukan di gunakan untuk kepentingan
ilmu pengetahuan maupun Kesehatan. Sehingga jelas perbuataan tersebut merupakan
bentuk kesengajaan yang dilakukan oleh terdakwa. Selain itu, terdakwa juga memiliki
narkotika jenis ganja yang ia simpan dalam plastic bening dan di simpan di samping
speaker di dalam kamar tidur, 1 (satu) paket Narkotika jenis ganja dibungkus plastik
bening dengan 1 (satu) bungkus kertas paper merek ROYO yang disimpan dalam kotak
rokok merek Sampoerna yang ditemukan dibawah kasur dalam kamar tidur rumah
terdakwa. Bahwa ganja yang dimiliki oleh terdakwa tidak berizin dan tidak di gunakan
untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan Kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdakwa sengaja melakukan tindak pidana penyelahgunaan narkotika dalam
bentuk tananman dan bukan tanaman.
Selain itu terdapat unsur subjektif yang kedua yaitu adanya macam-macam
maksud atau oogmerk dalam tindak pidana, maksud dalam tindak pidana pada putusan
ini adalah membeli, memiliki, menguasasi dan menyalah gunakan narkotika baik dalam
bentuk tumbuhan ataupun bukan tumbuhan yaitu ganja dan sabu.
2. Unsur Objektif, Unsur-unsur yang bersifat objektif adalah semua unsur yang tidak ada
hubungannya dengan keadaan batin individu yang melakukan tindak pidana, yaitu unsur-
unsur yang berkaitan dengan perbuatan tindak pidana dan keadaan-keadaan tertentu yang
melekat pada perbuatan dan objek dari tindak pidana. Berikut merupakan, unsur objektif
dari kedua putusan diatas:
a. Putusan Nomor 32/Pid.Sus/2023/Pn.Lgs,
Unsur objektif yang pertama adalah sifat melanggar hukum atau
waderrechtelijkbeid dari pelaku dan perbuatan tindak pidana. Dalam putusan ini sifat
melanggar hukum dilakukan oleh terdakwa adalah membeli, menjual, memiliki,
menyerahkan dan menyediakan narkotika bukan tanaman jenis sabu serta menggunakan
narkotika untuk dirinya sendiri. Atas perbuatan tersebut terdakwa telah melanggar
kententuan hukum. Dengan rumusan tindakan pidana bahwa perbuatan yang dilakukan
oleh terdakwa yaitu perbuatan yang dilakukan tanpa hak atau melawan hukum
menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual
beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I telah melanggar ketentuan
pasal 114 ayat (1) UU Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Selain itu terdakwa
juga melakukan perbuatan dengan tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman
sebagaimana telah melanggar ketentuan pasal Perbuatan terdakwa melanggar Pasal 112
ayat (1) UU Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Bahwa atas perbuatan tedakwa
yang menggunakan narkotika sebagaimana telah diakui oleh tedakwa dalam
pembuktian, maka terdakwa telah melanggar melanggar ketentuan Pasal 127 UU
Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Bahwa Perbuatan/sifat melanggar hukum oleh
terdakwa termasuk jenis sifat melanggar hukum/ waderrechtelijkbeid secara formil
karena secara jelas diatur dan dilarang oleh ketentuan hukum.
Unsur objektif kedua yang termuat dalam putusan ini adalah adanya hubungan
kausalitas. Yang dimaksud dengan hubungan kasualitas adalah hubungan yang sebab-
akibat. Bahwa sebab yang dimaksud dalam hal ini adalah perbuatan dan akibat yang
dimaksud dalam hal ini adalah akibat dari perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh
terdakwa. Bahwa terdakwa dalam putusan ini telah di putus bersalah telah melakukan
tindak pidana tanpa Hak dan Melawan Hukum memiliki Narkotika Golongan I dalam
bentuk bukan tanaman dan Penyalahguna Narkotika Golongan I bagi diri sendiri
sebagaimana didakwakan oleh penuntut umum. Maka atas perbuatan yang dilakukan
oleh terdakwa tersebut melawan hukum, maka berakibat terdakwa dijatuhkan pidana
penjara selama 6 tahun dan denda sejumlah Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah
rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidana penjara
selama 3 (tiga) bulan.
b. Putusan Nomor 270/Pid.Sus/2023/Pt.Pdg.
Unsur objektif yang pertama dalam putusan ini adalah adanya sifat melanggar
hukum atau waderrechtelijkbeid dari terdakwa. Bahwa terdakwa melakukan perbuatan
anpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,
menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan Narkotika
golongan 1 sehingga melanggar ketentuan pasal Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Selain itu, terdakwa tanpa hak atau melawan
hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I
bukan tanaman yang melanggar ketentuan Pasal 112 ayat (1) Undang-undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika serta terdakwa juga melakukan perbuatan tanpa hak
atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai atau
menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman yang melanggar ketentuan
Pasal 111 ayat (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dalam
putusan ini, terdakwa tidak hanya memiliki narkotika dalam bentuk non tumbuhan
tetapi juga dalam bentuk tumbuhan, yaitu dalam bentuk ganja.
Selain itu, dalam putusan ini juga terdapat unsur objektif dalam bentuk klausalitas
yaitu sebab-akibat. Bahwa sebab dalam hubungan klausalitas ini adalah adanya
perbuatan terdakwa yang melanggar hukum. Bahwa terdakwa di putus bersalah dalam
putusan ini telah melakukan tindak pidana tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk bukan
tanaman,dan bentuk tanaman ”sebagaimna telah melanggar ketentuan pasal 112 ayat
(1) Jo pasal 111 ayat (1) Undang – undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Oleh
karena sebab tersebut, maka berakibat pada terdakwa yang di putus pidana penjara
selama 7 Tahun dan 6 bulan penjara dikurang selama terdakwa berada dalam tahanan
sementara dan denda sebesar Rp. 8000.000.000,- ( Delapan ratus juta rupiah ) subsidair
6 (enam) bulan penjara.

Sehingga dapat simpulkan bahwa atas kedua putusan tersebut telah memenuhi unsur
subjektif dan objektif dari tindak pidana yang dilakukan. Unsur subjektif dari Putusan Nomor
32/Pid.Sus/2023/Pn.Lgs adalah terdakwa adalah Erwin Erianto melakukan tindak pidana
penyalahgunaan narkotika dengan sengaja dan melawan hukum. Tindak pidana tersebut
dilakukan dengan maksud atau oogmerk selain membeli yaitu menggunakan narkotika tersebut
dan menjual kembali narkotika tersebut kepada teman terdakwa. Unsur objektif dari Putusan
Nomor 32/Pid.Sus/2023/Pn.Lgs adalah bahwa terdakwa secara sah terbukti melakukan
sifat/perbuatan melawan hukum penyalahgunaan narkotika sebagaimana telah diatu dalam
Undang-Undang Narkotika. Sehingga atas perbuatan melawan hukum tersebut terdakwa dalam
putusan ini, terjerat pidana penjara 6 tahun dan denda sejumlah Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah rupiah) dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar diganti dengan pidana penjara
selama 3 (tiga) bulan. Sementara pada Putusan Nomor 270/Pid.Sus/2023/Pt.Pdg, terdakwa telah
melakuka tindak pidana penyalahgunaan narkotika dengan unsur kesengajaan, bahwa unsur
kesengajaan tersebut terbukti bahwa terdakwa tidak memiliki izin dari pihak yang berwenang
atas kepemilikannya terhadap narkotika dalam bentuk tanaman (ganja) atau tidak bentuk
tanaman (sabu). Perbuatan tersebut telah memenuhi unsur objektif bahwa terdakwa telah
melanggar ketentuan hukum yang temuat dalam Undang-Undang Narkotika, khususnya
melanggar pasal 112 ayat (1) Jo pasal 111 ayat (1) Undang-Undang Narkotika. Atas akibat dari
perbuatan tersebut, terdakwa terjerat hukuman pidana penjara selama 7 Tahun dan 6 bulan
penjara dikurang selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dan denda sebesar Rp.
8000.000.000,- ( Delapan ratus juta rupiah ) subsidair 6 (enam) bulan penjara

Anda mungkin juga menyukai