“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu” (Markus 12:30) 1. Menjaga dan mengisi pikiran dengan Firman Tuhan
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua
yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. (Filipi 4:8)
Kata 'pikir' (logizesthe) dalam bahasa Yunaninya sebetulnya
tidak sekedar berarti 'berpikir', tetapi 'berpikir atau merenungkan dengan maksud untuk mendapatkan cara-cara untuk mewujudkannya'. Pikirkanlah: present imperative menunjukkan bahwa perintah ini harus dilakukan terus-menerus. Dengan kata lain, kita harus menjadikan hal ini sebagai suatu kebiasaaan. KARAKTER
Komponen karakter Seseorang yang berkarakter
(Lickona), yaitu: memiliki pengetahuan tentang 1. Mengetahui yang baik kebaikan dan memiliki komitmen 2. Menginginkan yang baik pada kebaikan serta melakukan 3. Melakukan kebiasaan- kebaikan, yang ditandai dengan kebiasan yang baik nilai-nilai, di antaranya: percaya diri, 4. Membiasakan hati yang bertanggung jawab, sabar, rela baik berkorban, dapat dipercaya, jujur, 5. Membiasakan perilaku adil, rendah hati, pengendalian diri, yang baik dan perilaku baik lainnya. Jadi, karakter baik sangat berhubungan dengan penanaman nilai-nilai yang melibatkan serangkaian pemikiran, perasaan, dan perilaku yang selanjutnya menjadi habit atau kebiasaan. MANUSIA BERKARAKTER
Mengerti nilai-nilai akhlak,
moral, dan budi pekerti yang baik (moral knowing) Mau berbuat baik atau berperasaan baik (moral feeling) Nyata dalam kehidupannya untuk memilih kehidupan yang baik (moral action) Pikiran bawah sadar memerintahkan apa yang harus dilakukan oleh pikiran sadar. Dan pikiran sadar akan menggerakkan tubuh untuk melakukan sesuatu yang memang seharusnya dilakukan. Jadi, apa yang pikiran sadar pikirkan serta apa yang diperbuat dan dilakukan sehari- hari merupakan hasil dari apa yang sudah ditanam dalam TEORI GUNUNG ES pikiran bawah sadar sebelumnya. Pikiran kita harus terus-menerus diisi dengan kebenaran Firman Tuhan. 2. Melihat rekan sekerja secara positif sesuai Firman Tuhan
Filipi 4:8 bukan hanya berbicara tentang membangun pikiran
yang positif, tetapi ayat ini berbicara mengenai membangun pikiran yang benar di dalam Tuhan.
Apa perbedaannya? Memikirkan hal-hal yang positif, atau biasa
disebut positive thinking, adalah memikirkan sesuatu dari sudut pandang yang positif. Memikirkan hal-hal yang benar adalah memikirkan segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan. Jadi dasarnya harus Firman Tuhan, bukan sekedar positivity dari diri kita. Jika kita hanya bersikap positif, kita bisa terjebak pada toxic positivity. Orang yang memiliki toxic positivity memiliki pemikiran yang dangkal mengenai situasi yang dialami, pokoknya harus dilihat positifnya, tanpa mau mengevaluasi dan memikirkan hal-hal apa saja yang harus diubah dan diperbaiki. Contoh: belum mencapai target, “memang belum waktunya”. Orang-orang yang mengalami toxic positivity menutupi kekurangannya dengan berusaha bersikap dan berkata-kata positif. Pikiran yang benar bukan hanya sekedar berpikir dari sudut pandang yang positif. Pikiran yang benar berpikir dari sudut pandang Firman Tuhan. 3. Saling mempertajam dalam pelayanan
Kisah seorang penebang
pohon
“Saya tak punya waktu untuk mengasahnya.
Saya sibuk menebang pohon ....” Refleksi:
Mari kita “mengasah kapak” kita dengan:
1. Menjaga dan mengisi pikiran dengan Firman Tuhan
2. Melihat rekan sekerja secara positif sesuai Firman Tuhan
3. Saling mempertajam dalam pelayanan Tuhan Memberkati