Modul Hidrolika Dan Mekanika Fluida
Modul Hidrolika Dan Mekanika Fluida
Kata Pengantar
Buku pedoman praktikum Mekanika Fluida & Hidrolika ini disusun untuk digunakan
dalam praktikum Mekanika Fluida & Hidrolika, di Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Indonesia. Buku ini terdiri atas 13 modul praktikum yang masing-masing
modul menggunakan alat yang berbeda, dengan alat pendukung yaitu Meja Hidrolika
(Hydraulic Bench, LTA,dan Tilting Flume
Selanjutnya pada pedoman ini dijelaskan pula tujuan, kegunaan dan cara
pengoperasian setiap alat agar mahasiswa dapat mengatahui fungsi dari masing-
masing alat tersebut serta hubungannya dengan teori yang diperoleh dari materi
perkuliahan. Mudah-mudahan buku pedoman ini dapat membawa manfaat yang
sebesar-besarnya bagi mahasiswa dalam melaksanakan praktikum Mekanika Fluida
& Hidrolika di Laboratorium Hidrolika, Hidrologi, & Sungai Jurusan Sipil Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.
Kepala
Laboratroium Hidrolika, Hidrologi, dan Sungai
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Mekanika fluida telah berkembang sebagai suatu disiplin analitik dari aplikasi
hukum- hukum klasik dari statika, dinamika dan termodinamika untuk situasi dimana
cairan dapat dianggap sebagai suatu media yang berkesinambungan.
Hukum yang digunakan adalah konservasi massa, energi dan momentum dan
dalam penggunaannya hukum-hukum tersebut disederhanakan untuk dapat
menggambarkan sifat- sifat cairan secara kuantitatif
Untuk itu rak modul yang disebut “Meja Hidrolika” (Hydraulic Bench).dirancang
untuk kegunaan berbagai macam praktikum model hidrolika agar dapat
mendemonstrasikan aspek-aspek khusus dari teori hidrolika.
DESKRIPSI
Pompa sentrifugal (9) otomatik mengambil air dari tangki air (6), dan
mengalirkannya kesuatu pipa vertikal yang transparan (8). Suatu katup pengatur (2)
yang dilengkapi dengan papan panel untuk mengatur aliran dalam pipa yang berakhir
di suatu penghubung yang dapat mengalirkan air dengan cepat, ditempatkan pada
dasar dari saluran (13).
Sebuah katup pembuang (5), terpasang pada dinding tangki air untuk keperluan
pembuangan air / pengosongan tangki.
Dibagian atas meja Hidrolika terdapat catatan saluran terbuka (13), berikut
saluran-saluran samping (10) untuk menyangga peralatan pada waktu percobaan.
Disamping pada saluran terbuka sehubungan adanya penghubung laki-laki (11) yang
berfungsi sebagai pipa masuk, terdapat juga sepasang celah dinding (12) dan
Air yang mengalir keluar dari alat yang sedang melakukan percobaan
dikumpulkan dalam tangki pengukur volume (16). Tangki tersebut bertangga untuk
mengukur memungkinkan mengukur debit rendah maupun debit tinggi serta dilengkapi
pula dengan tangki peredam (15) untuk mengurangi turbulensi. Suatu pipa tembus
pandang berskala yang dihubungkan dengan suatu keran (17) pada dasar tangki
pengukur volume tadi berfungsi untuk mengetahui keadaan paras air dari waktu ke
waktu.
Katup pembuang (18), yang terletak pada dasar tangki pengukur volume
bekerja dengan suatu penggerak jarak jauh (4). Dengan mengangkat penggerak
tersebut, maka katup pembuang terbuka sehingga memungkinkan air keluar dan
ditampung kembali dalam tangki penyimpan air (6) untuk daur selanjutnya. Bila katup
pembuang dalam posisi terbuka, maka suatu penahan bersudut 90 derajat akan
menahan katup supaya tetap terbuka. Disamping itu ada suatu pelimpah (19)
disamping tangki air (6), mengalirkan kelebihan air kembali kedalam tangka. Listrik
untuk motor pompa (9) disuplai melalui suatu stater (3).
5. Katup Penguras
7. Silinder Penguras
17. Keran
19. Pelimpah.
Dengan mengacu kepada gambar yang seperti disajikan dalam halaman sebelumnya,
maka panduan pengoperasiannya adalah sebagai berikut:
Untuk memudahkan mobilitas, meja hidrolika di dukung oleh empat buah roda yang
dua buah diantaranya dilengkapi dengan rem. Lepaskan rem dan tempatkan meja
hidrolika ke tempat yang dekat dengan keran suplai air.
Sebelum di isi dengan air, maka periksa dulu apakah semua pembungkus sudah
disingkirkan dari meja hidrolika dan katup penguras (5) sudah dalam posisi tertutup,
pasangkan kembali rem pada roda.
Buka katup pengatur aliran (2), dan alirkan air dengan slang pengisi kedalam lubang
pelimpah (19) yang akan menghubungkannya dengan tangki air (6) sehingga akan
terisi dengan air yang bersih dan segar. Dengan katup pengatur aliran dalam keadaan
terbuka pengisian air dalam tangki dapat dipantau melalui pipa vertikal tembus
pandang (b). Setelah tangki berisi air, matikan keran pengisian air kemudian lepaskan
kembal rem roda dan pindahkan meja hidrolika ketempat yang cocok untuk melakukan
percobaan yang tentunya juga di daerah yang terjangkau dari tempat suplai listrik.
Tutup katup pengukur aliran (2) sebelim menghubungkannya dengan suplai listrik.
Hidupkan motor pompa dengan stater (3) dan pastikan bahwa pompa sudah berfungsi.
Buka katup pengukur aliran perlahan-lahan dan periksa apakah air telah mengalir
kedalam tangki pengukur.
Sedikit air pada pipa tembus pandang (1) dapat diberikan melalui pipa pelimpah pada
bagian atas. Hal ini akan menghilangkan kabut yang terdapat pada pipa, sehingga
memudahkan pembacaan.
Isi tangki pengukur volume sampai air mengalir kedalam tangki air melalui lubang
pelimpah (19). Kemudia periksa pipa tembus pandang (1) apakah sudah penuh dan
tidak terdapat lagi gelembung udara didalamnya. Ulangi prosedur tersebut sehingga
di dalam pipa tembus pandang benar-benar bebas dari gelembung udara.
Atur permukaan air didalam tangki air (6) sampai permukaannya rata dengan tangga
yang ada. Longgarkan sekrup bagian atas dan bawah dari pemegang pipa tembus
pandang untuk mengatur posisi skala agar permukaan air dalam pipa tembus pandang
berada pada garis datum hitam antara skala besar dan skala kecil. Hal ini akan
menjamin bacaan skala yang teliti dan sesuai dengan keadaan didalam tangki
pengukur baik untuk pengukur kecil maupun besar.
Meja hidrolika sekarang siap dipakai. Uraian detail mengenai cara pengukuran volume
aliran diberikan pada Bagian III berikut ini.
Keterangan yang diberikan disini berkaitan dengan gambar meja hidrolika seperti
yang disajikan pada halaman 3.
Bagian atas meja hidrolika mempunyai tangki pengukur volume (16) yang
bertangga sehingga dapat mengukur baik untuk keperluan aliran dengan debit kecil
maupun besar.
Suatu tangki peredam (15) ditempatkan setelah saluran terbuka (13) untuk
mengurangi turbulensi.
Pipa tembus pandang dengan skala (1) yang dihubungkan dengan suatu keran
(17) pada dasar tangki menunjukkan paras air dari waktu ke waktu. Skala pembacaan
terpisah dalam dua bagian masing-masing untuk pembacaan volume air dalam tangki
pengukur bagian atas dan /atau bawah tangga.
Katup pembuang (18) pada dasar tangki pengukur volume (16) yang bekerja
melalui penggerak katup jarak jauh (4) berfungsi mengalirkan kembali air dari dalam
tangki pengukur volume ke tangki air (6). Bila model tes sudah dalam keadaan stabil,
maka katup pembuang diturunkan sehingga air tertahan didalam tangki pengukur.
Pencatatan waktu aliran dilakukan pada selang waktu kenaikan paras air
didalam tangki pengukur volume. Aliran dengan debit kecil dipantau pada skala bagian
bawah sehubungan dengan bagian volume kecil dibagian bawah tangga tangki
pengukur. Untuk volume dengan debit aliran yang lebih besar dipantau pada bagian
atas pada skala sehubungan dengan volume air yang lebih besar dalam tangki
pengukur.
Pencatatan waktu dengan menggunakan stop watch dimulai saat air melalui
paras nol dan berhenti pada paras yang diinginkan. Lebih lama selang waktu
pemantauan lebih baik dan tepat hasil pengukurannya.
Pada pemakaian silinder pengukur maka pengalihan aliran ke dan dari silinder
pengukur dilakukan dengan seteliti dan setepat mungkin dengan waktu mulai dan
waktu akhir dari penekanan tombol stop watch. Hindari cara menentukan terlebih
dahulu waktu tertentu atau volume tertentu
2.1. Tujuan :
2.2. Teori :
Setiap benda yang berada di dalam air akan mendapat tekanan tegak lurus
permukaannya sebesar .g.h ( adalah massa jenis air)
Gambar H. 02.1
Icg
Z cf = y cg + sin ........ (2)
A.y cg
Dimana :
g = Percepatan gravitasi
Icg = Momen inersia bidang rata terhadap sumbu horisontal yang memotong titik
berat bidang
y
m.L = 0,5. .b.y2 (a + d - ) ...
3
b b(a + d )
(3)
m
2
=− + …(4)
y 6L 2L
Gambar H.02.2
d d2
m.L = .b.d. ycg (a + + ) …(5)
2 12.y cg
d
ycg = y -
2
…(6)
Gambar H. 02.4
Keterangan Gambar :
1. Buktikan rumus (3) dan (5) dengan menggunakan rumus (1) dan (2)
m
2. Buat grafik hubungan y (X) terhadap (Y) dari data percobaan “tenggelam
y2
sebagian”
3. Hitung kemiringan grafik dan perpotongan dengan ordinat. Bandingkan kemiringan
.b .b.(a + d)
dan perpotongan tersebut berturut-turut dengan - dan
6.L 2.L
4. Buat grafik y (X) terhadap m (Y) dari data percobaan “tenggelam seluruhnya”
5. Hitung kemiringan grafik dan perpotongan dengan axis, bandingkan kemiringan
d
.b.d a +
2 .b.d2 d + 3a
dan perpotongan tersebut berturut-turut dengan dan -
L 6.L
3.1. Tujuan :
3.2. Teori :
M
M
G
G
B B B’
a.) b.)
Gambar H. 03.1
• Titik Metacentrum adalah titik perpotongan antara garis vertikal yang melalui
titik berat benda dalam keadaan stabil (G) dengan garis vertikal yang melalui
pusat apung setelah benda digoyangkan (B’)
• Tinggi Metacentrum adalah jarak antara titik G dan titik M
• Titik apung B adalah titik tangkap dari gaya apung atau titik tangkap dari
resultan tekanan apung
• Jarak bagian dasar ponton ke titik apung B adalah setengah jarak bagian
dasar ponton ke permukaan air (setengah jarak bagian ponton yang terendam
atau tenggelam)
• Biasanya penyebab posisi (B) pada gambar di atas adalah bergeraknya suatu
benda tertentu (w) sejauh x dari titik G, sehingga untuk mengembalikan ke
posisi semula harus memenuhi persamaan berikut:
Momen guling = Momen mengembalikan ke posisi semula
dengan,
Imin d
BM = dan BG = (y - )
V 2
dimana :
W = berat ponton
1. Meja Hidrolika
2. Perangkat alat Percobaan Stabilitas Benda Apung
d
400 mm
ff
c e
350 mm 200 mm
Gambar H 03.2
Keterangan Gambar :
a. Kotak Ponton
b. Tiang vertical
c. Skala derajat
d. Pengatur beban geser
e. Skala jarak
f. Pengatur beban transversal
g. Unting – unting
1. Untuk tiap titik berat plot hubungan x dengan sin , lalu lakukan analisis regresi
untuk mendapatkan nilai GM.
2. Untuk setiap titik berat, hitunglah GM menggunakan persamaan yang diturunkan
secara teoritis.
3. Bandingkanlah hasil tugas ke 1 dan ke 2 dengan menyajikan nilai persentase
perbedaan antara keduanya.
4. Buat analisa tentang nilai GM, untuk setiap perubahan letak titik G.
5. Jelaskan apa yang akan terjadi jika letak titik G berada diatas titik M. (nilai GM
negatif)
6. Buat Kesimpulan berdasarkan analisa diatas.
Menyelidiki keabsahan teori Bernoully pada aliran dalam pipa bundar dengan
perubahan diameter.
4.2. Teori :
Hukum Bernoully :
“Jumlah tinggi tempat, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan pada setiap titik dari suatu
aliran zat cair ideal selalu mempunyai harga yang konstan.”
Sehubungan dengan aliran dalam pipa pada dua penampang, persamaan Bernoully
tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
2 2
v1 P v P
+ 1 + z1 = 2 + 2 + z2
2.g .g 2.g .g
dimana :
v2
= tinggi kecepatan
2.g
P
= tinggi tekanan
.g
z = tinggi tempat
v = kecepatan aliran
g = percepatan gravitasi
V2
total head (H) = + h , konstan pada semua penampang sepanjang pipa uji.
2.g
4.3. Alat-alat :
1. Stop Watch
2. Meja Hidrolika
3. Alat Peraga Teori Bernoully
4. Tabung Pengukur Volume
3 Keterangan Gambar :
2
Gambar H.04
1. Letakkan alat percobaan horisontal pada saluran tepi di atas meja Hidrolika dengan
mengatur kaki penyangga.
2. Hubungkan alat dengan aliran suplai dari meja Hidrolika dan arahkan aliran yang
keluar dari ujung outlet pipa benda uji melalui pipa lentur kedalam tangki pengukur
volume.
3. Isi semua tabung manometer dengan air, hingga tidak ada lagi gelembung udara
yang terlihat pada manometer.
4. Atur dengan seksama suplai air dan kecepatan aliran melalui katup pengatur aliran
alat dan katup suplai pada meja hidrolika, sehingga diperoleh pembacaan yang
jelas pada tabung manometer. Jika diperlukan, tambahkan tekanan pada
manometer dengan menggunakan pompa tangan.
5. Catat semua pembacaan skala tekanan pada tabung manometer. Geserkan
sumbat (hipodermis) pada setiap penampang pipa benda uji. Catat pembacaan
manometer (ingat fungsi hipodermis).
6. Ukur debit yang melewati benda uji dengan bantuan Stop Watch dan tangki
pengukur volume pada meja Hidrolika.
7. Ulangi langkah 1 – 6 untuk berbagai variasi debit (statis tinggi dan statis rendah)
• Memperagakan prinsip kerja dari berbagai tipe dasar pengukuran aliran yang
berbeda dan dirakit dalam satu seri konfigurasi dengan cara membandingkannya
• Mengetahui karakteristik-karakteristiknya
1. Meja hidrolika
2. Seperangkat alat pengukur aliran
Gambar H.05
Keterangan Gambar :
Sebagai akibat dari berbagai keperluan yang berbeda, banyak variasi metoda yang
telah banyak dikembangkan untuk mengukur aliran fluida.
Venturi meter, lempengan lubang aliran (orifice) dan pipa pitot adalah alat-alat yang
sesuai untuk mengukur debit dalam pipa.
−1
A2
2 2
Q = Cd.A 2.2.g.(h1 − h2 )
1
2 1 −
A
1
Dimana :
Q = Cd.A 2.2.g.(h1 − h2 )
1
2
Dimana :
h2 = tinggi tekanan
• Pada venturimeter
- diameter pipa bagian hulu : 29 mm
- diameter lubang : 20 mm
dimana :
v = kecepatan aliran
g = gravitasi
6. Cari nilai k untuk masing-masing alat ukur, dengan melakukan analisa regresi,
sesuaii petunjuk asisten.
7. Jelaskan hal-hal apa saja yang mempengaruhi besarnya koefisien pengaliran
/debit (Cd), dan koefisien kehilangan (k).
8. Buat analisa dengan melakukan perbandingan antara satu alat ukur dengan alat
ukur yang lain, kemudian buat kesimpulan.
6A.1. Tujuan :
6A.2. Teori :
V = Cv. 2.g.h
X
Cv =
2 h.Y
dimana :
Cv = koefisien kecepatan.
g = Gravitasi
Titik nol ( 0 ) untuk pengukuran sumbu X, diambil dari bidang vena contracta, demikian
juga dengan luas penampang yang dipakai adalah luas penampang pada bidang vena
contracta, dimana hubungan antara luas penampang lubang (AP) dengan luas bidang
vena contacta (AV) dinyatakan sebagai berikut :
A v = Cc.A p
1. Meja Hidrolika
2. Kertas grafik
3. Perangkat alat percobaan aliran melalui lubang
Gambar H 06.1
Keterangan gambar :
1. Tempatkan alat pada saluran tepi meja Hidrolika. Hubungkan pipa aliran masuk
dengan suplai meja Hidrolika dan arahkan pipa lentur dari pipa pelimpah ketangki
air meja Hidrolika.
2. Atur kaki penyangga sehingga alat terletak horizontal dan atur juga arah aliran dari
lubang bukaan sedemikian rupa sehingga menjadi sebidang dengan jajaran jarum
pengukur.
3. Selipkan selembar kertas pada papan dibelakang jajaran jarum dan naikkan dulu
semua jarum untuk membebaskan lintasan air yang menyembur.
4. Naikkan pipa pelimpah, buka katup pengatur aliran dan alirkan air masuk kedalam
tangki utama.
5. Atur katup pengatur aliran sedemikian rupa, hingga air persis melimpah lewat pipa
pelimpah dan tidak ada gelombang pada permukaan tangki utama.
6. Catat besarnya tinggi tekanan pada tangki utama.
7. Tentukan letak terjadinya vena contracta diukur dari lubang bukaan (0,5 diameter
bukaan).
8. Atur posisi jarum tegak secara berurutan untuk mendapatkan bentuk lintasan aliran
yang menyembur. Beri tanda posisi ujung atas jarum pada kertas grafik.
9. Ulangi percobaan untuk setiap perbedaan tinggi tekanan pada tangki utama
10. Ganti lempeng lubang bukaan dengan diameter yang lain dan ulangi langkah 1 - 9
X2
1. Hitung dan buat tabulasi
h
X2
2. Plot hubungan antara terhadap Y.
h
3. Dapatkan nilai Cv dari kemiringan grafik tersebut di atas.
4. Turunkan rumus diatas dan tunjukkan bahwa dari kemiringan tersebut didapat
harga Cv.
5. Hitung seberapa jauh tingkat pengaruh kesalahan pengukuran X dan Y terhadap
hasil percobaan.
6. Buat analisa dan kesimpulan.
Mendapatkan besaran koefisien debit aliran melalui lubang kecil dalam keadaan:
6B.2. Teori :
Selain koefisien kecepatan (Cv) pada aliran melalui lubang dikenal juga dengan istilah
koefisien Cd, yaitu perbandingan antara debit yang sebenarnya dengan debit teoritis.
T =
2.A T
(
. h1 − h 2 ) (aliran dengan tekanan berubah)
Cd.A. 2.g
dimana :
Cd = koefisien debit
g = percepatan gravitasi
1. Meja Hidrolika
2. Stop Watch
3. Gelas ukur
4. Perangkat Alat Percobaan / Peraga Aliran Melalui Lubang
5. Jangka Sorong.
Pendahuluan
1. Ukur diameter tangki utama.
2. Tempatkan alat pada saluran tepi meja Hidrolika. Hubungkan pipa aliran masuk
dengan suplai meja hidrolika dan arahkan pipa lentur dan pipa pelimpah ke tangki
meja Hidrolika.
3. Atur kaki penyangga sehingga alat terletak horizontal
4. Naikkan pipa pelimpah, buka katup pengatur aliran pada meja hidrolika.
7.2 Teori :
dimana :
g = Percepatan Gravitasi
7.3. Alat-alat :
1. Meja Hidrolika
2. Perangkat peraga Kehilangan Energi Pada Aliran Melalui Pipa yang dilengkapi pipa
Keterangan Gambar :
Keterangan :
pipa = 20 mm kecuali untuk hilir dari contraction / hulu dari enlargment = 35 mm
h1 adalah pembacaan manometer hulu, h2 adalah pembacaan manometer hilir.
h = | ( h1 + v12 / 2g ) – ( h2 + v22 / 2g )
8.1. Tujuan :
• Menyelidiki perubahan tekanan akibat adanya gesekan dalam pipa bundar dengan
kecepatan aliran rata-rata.
• Menunjukkan adanya aliran laminer dan turbulen.
8.2. Teori :
Kehilangan tekanan aliran didalam pipa timbul akibat adanya gesekan didalam pipa.
Makin tinggi kecepatan aliran, kehilangan tekanan makin besar.
Gambar H. 08.1
32..v.L
hf =
g.D 2
dimana :
hf = h1 – h2 v = kecepatan aliran rata-rata
k = dynamic viscosity L = panjang pipa
= massa jenis cairan D = diameter pipa
v = kinematic viscosity g = percepatan gravitasi bumi
f .L.v 2
hf =
2.g.D
f = faktor gesekan
32..v.L 4.f.L.v 2
=
g.D2 2.g.D
16. 16 D.v
f = = Re =
D.v Re
Re = bilangan Reynold
8.3. Alat-alat :
1. Meja Hidrolika
2. Stop Watch
3. Gelas ukur
4. Alat peraga gesekan dalam pipa
5. Pompa
Keterangan Gambar :
D.v
f, Re = , log Re.
4. Plot hubungan log hf (ordinat) dengan log v (absis) sebagai grafik 1.
5. Plot hubungan log f dengan log Re sebagai grafik 2.
6. Dari grafik 1 dan 2 dapatkan kecepatan kritis vc dimana alirannya laminer.
7. Untuk v < vc plot hubungan hf dengan v sebagai grafik 3.
8. Untuk v > vc plot hubungan hf dengan v sebagai grafik 4.
9. Dari grafik 1 tentukan hubungan empiris dari bentuk hf = k.vc yang menjelaskan
mengenai kedua bagian dari grafik tersebut.
10. Buat analisa dan kesimpulan
9.1. Tujuan :
Menyelidiki keabsahan berlakunya rumus-rumus teoritis mengenai gaya yang
ditimbulkan aliran jet terhadap berbagai bentuk benda sasaran.
9.2. Alat-alat :
1. Meja Hidrolika
2. Alat peraga aliran jet :
2.a. Benda sasaran
2.b. Beban
2.c. Stop Watch
2.d. Nivo
Gambar H 09.1
Keterangan Gambar :
1. Lubang pembuang
2. Cungkup
3. Mur
4. Ventilasi udara
5. Piringan beban
6. Acuan tinggi
7. Penyipat datar
8. Benda sasaran
9. Nozzel
10. Tabung tembus pandang
11. Pipa aliran masuk
12. Kaki penyangga
13. Garis tebal tanda pertengahan piringan beban
Gambar H 09.2
10.1. Tujuan:
1. Menentukan koefisien kontraksi dari pengukur debit berbentuk segi empat.
2. Menentukan koefisien kontraksi dari pengukur debit berbentuk segi tiga.
10.2.Teori:
1. Lubang segi empat
2
Q = Cd. .B. 2.g. H3
3
dimana :
Q = Debit aliran yang melimpas diatas dasar lubang
Cd = Koefisien kontraksi
B = Lebar lubang
H = Head diatas dasar lubang
g = 9,81 m/det2
2. Lubang segitiga
8
Q = Cd. . 2.g. tan . H5
15 2
dimana :
Q = debit aliran yang melimpas diatas dasar lubang
Cd = koefisien kontraksi
= sudut bukaan segitiga
H = head diatas dasar lubang
10.3. Alat-alat:
1. Meja Hidrolika
2. Dinding peredam
3. Alat duga dengan perlengkapan yang berbentuk jarum atau pancing
4. Bendung Dasar
5. Stop Watch
1. Jarum
2. Sekrup pengencang
3. Sekrup pengencang
4. Batang
5. Sekrup halus A
6. Penyuplai air
7. Dinding peredam
8. Sekrup halus B
9. Sekrup halus C
10. Skala
11. Skala penempat
12. Dudukan
13. Bendung dasar
Gambar H.10
11.1. Tujuan :
1. Memvisualisasikan aliran laminer, aliran transisi, turbulen dan profil kecepatan
2. Mengulangi percobaan klasik yang dilakukan Prof. Osborne Reynolds mengenai
kondisi aliran.
11.2. Teori :
Bilangan Reynolds (Re) telah dikenal luas sebagai kriteria penentuan kondisi aliran
cairan. Bilangan Re ini diperoleh dari hasil perbandingan antara gaya inersia dan gaya
kekentalan (Viscous force) dalam suatu cairan, dinyatakan sebagai :
V.d
Re =
S
dimana :
V = kecepatan rata-rata (m/s)
d = diameter pipa (m)
S = kinematik viskositas cairan (m/s)
Bilangan ini dapat digunakan untuk menentukan keadaan transisi dari aliran laminer
ke aliran turbulen.
Untuk aliran pada pipa :
Re laminer < 2000
Re transisi = 2000 – 4000
Re turbulen > 4000
Gambar ini menunjukkan kelakuan cairan zat pewarna yang dimasukkan kedalam
suatu pipa kaca.
Aliran laminer pada gambar H 11.1, ditandai oleh keadaan mantap dimana semua
garis alir mengikuti lintasan yang sejajar.
Dalam kondisi ini maka zat pewarna nampak jelas sebagai satu kesatuan yang
berbentuk inti.
Aliran turbulen gambar H 11.2, ditandai oleh keadaan yang tidak mantap dimana garis
alir saling bertabrakan sehingga menimbulkan bidang geser yang patah dan terjadinya
percampuran antara air dan zat pewarna. Dalam keadaan ini maka zat pewarna buyar
pada saat terjadinya percampuran cairan.
Sejalan dengan meningkatnya kecepatan aliran, maka terjadilah proses transisi aliran
dari laminer ke turbulen. Keadaan inilah yang disebut sebagai aliran transisi. Hal ini
ditandai dengan awal terjadinya penyimpangan garis alir zat pewarna sampai dengan
buyar sepenuhnya dimana aliran telah terjadi turbulen.
11.3. Alat-alat :
a) Meja Hidrolika
b) Stop Watch
c) Gelas Ukur
d) Thermometer
e) Alat Percobaan Osborne Reynold
Keterangan Gambar :
1. Katup pengalir zat pewarna (katup 12. Pipa kaca peraga aliran ( = 1 cm)
1) 13. Katup pengatur debit di meja
2. Reservoir zat pewarna hidrolika (katup 4, tidak terdapat di
3. Sekrup pengatur tabung halus gambar)
(katup 2)
4. Pelimpah
5. Tabung halus
6. Corong pemulus aliran kedalam
pipa
7. Kelereng peredam / penenang
aliran
8. Pipa / slang aliran keluar
9. Katup pengatur aliran melalui pipa
kaca (katup 3)
10. Tangki tekanan
11. Pipa / slang aliran masuk
5. Buat analisa berdasarkan nilai Re yang didapat dan kondisi visual, kemudian
buat kesimpulan.
LTA.2. Teori
Bilangan Reynolds (Re) telah dikenal luas sebagai kriteria penentuan kondisi
aliran cairan. Bilangan Re ini diperoleh dari hasil perbandingan antara gaya
inersia dan gaya kekentalan (Viscous force) dalam suatu cairan, dinyatakan
sebagai :
Bilangan ini dapat digunakan untuk menentukan keadaan transisi dari aliran
laminar ke aliran turbulen.
Lalu dari nilai Re diatas dapat dicari seberapa panjang entrance length dari
aliran tersebut menggunakan rumus berikut.
Pada aliran dalam pipa terjadi kehilangan tekanan dan head losses sepanjang
aliran, rumus untuk mencari headloss pada aliran pipa adalah sebagai berikut:
Secara teoritis hubungan antara headloss dan perubahan tekanan dalam aliran
pipa adalah sebagai berikut :
b. Stopwatch
BO – Bendung OGEE
BO.1. Tujuan
BO.2. Peralatan
- Model H-13
- Bendung ogee dan 8 manometer
- Pembawa instrumen
- Alat pengukur posisi dan kait
BO.3. Teori
5. Berikan pendapat mengenai bentuk bendung ogee dan terjunan air dari
bendung pelimpas.
Tujuan :
Untuk mengetahui debit yang melalui pintu air (sluice gate).
Peralatan :
- Model H-13
- Bendung dengan bukaan di bawah saluran (adjusted undershot weir)
- Pembawa instrumen (instrument carrier)
- Alat pengukur posisi dan kait (hook and point gauge)
Gambar :
V0
2g Garis Head Total
e e e e
2
H0 V1
y0 atau H1 atau E1
0 E0 2g
V0
Muka Air
yg y1
V1
Bagian 0 Bagian 1
Gambar A.1.1
Teori :
Debit yang didapat (Q) :
Q = Cd .b. y g . 2 gy0
Di mana :
Q = debit (L/detik)
Cd = koefisien debit aliran
b = lebar saluran (mm)
yg = ketinggian bukaan pintu air (mm)
yo = ketinggian muka air hulu (mm)
g = percepatan gravitasi = 9,8 m/det2
Perhitungan :
1. Lengkapi tabel berikut :
Tabel A.1.1
yg y0 y1 Q A0 A1 V0 V1 H0 H1
vol/t bxy bxy Q/A Q/A
Tugas :
1. Analisa hubungan yo dan Q dengan debit Cd di bawah pintu air. Tunjukan
dampak yang paling mempengaruhi.
2. Analisa kesimpulan yang didapat dari hasil percobaan dengan kejadian yang
aktual di lapangan.
Tujuan :
Untuk mengetahui gaya-gaya yang terjadi pada pintu air.
Peralatan :
- Model H-13
- Bendung dengan bukaan di bawah saluran (adjusted undershot weir)
- Pembawa instrumen (instrument carrier)
- Alat pengukur posisi dan kait (hook and point gauge)
Gambar :
Air d i da lam Control Volume
2
y Gaya ½ p g y1
1
Bagian
Bagian 0 1
Gaya Gesek
Gambar A.2.1
Teori :
Resultan gaya yang bekerja pada pintu air (Fg) :
1 y2 Q y
Fg = ..g . y1 . 02 0 − 1 −
2
1 −
1
2 y 1 by1 y0
Resultan gaya hidrostatik (FH) :
1
FH = ..g.( y0 − y g ) 2
2
Di mana :
Fg = resultan gaya yang bekerja pada pintu air (N)
FH = resultan gaya hidrostatik (N)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
Universitas Indonesia | 65.
g = percepatan gravitasi = 9,8 m/det2
yo = ketinggian muka air hulu (mm)
y1 = ketinggian muka air hilir (mm)
yg = ketinggian bukaan pintu air (mm)
Q = debit (L/detik)
b = lebar saluran (mm)
Cara Kerja :
1. Prosedur yang dilakukan sama dengan Bendung Dasar A.1, dan diketahui
nilai y1 dan Ho untuk Q yang sama dengan variasi yo. Kemudian hitung Fg dan
FH, dan banding nilai yang didapat.
2. Plot dalam grafik antara Fg/FH dengan yg/y0.
Perhitungan :
1. Lengkapi tabel berikut:
Tabel A.2.1
yg y0 y1 Q Fg FH Fg/FH Yg/Y0
vol/t
Tugas :
1. Bandingkan hasil percobaan yang didapat dengan nilai dari hasil perhitungan.
2. Analisa debit yang terjadi pada hasil yang didapat diatas.
Tujuan :
Untuk mengetahui kedalaman kritikal dengan memakai turunan dari persamaan
energi spesifik.
Peralatan :
- Model H-13
- Bendung dengan bukaan di bawah saluran (adjusted undershot weir)
- Pembawa instrumen (instrument carrier)
- Alat pengukur posisi dan kait (hook and point gauge)
Gambar :
V0
2g Garis Head Total
e e e e
2
H0 V1
y0 atau H1 atau E1
0 E0 2g
V0
Muka Air
yg y1
V1
Bagian 0 Bagian 1
Gambar A.3.1
Teori :
v2 Q2
E = y+ = y+
2g 2 gb 2 y 2
Q2 3
yc = 3 2
, dimana E min = y c
gb 2
Cara Kerja :
1 Prosedur yang dilakukan sama dengan Bendung Model Dasar 1, dan
ditetapkan nilai yo = 230 mm sehingga diketahui nilai y1, Q dan E1 untuk tiap
level bendung. Kemudian hitung Eo untuk tiap nilai Q.
2 Plot dalam grafik antara Eo terhadap yo dan E1 terhadap y1 untuk menetapkan
posisi energi minimum berada pada kurva tersebut.
3 Pada grafik di atas tambahkan nilai Emin yang telah dihitung dengan rumus
teori di atas untuk mencari nilai Q yang berdasarkan perhituangan.
Universitas Indonesia | 67.
Perhitungan :
1. Lengkapi tabel berikut:
Tabel A.3.1
yg y0 y1 Q E1 E2
Tugas :
1. Pada nilai Q berapakah kedalaman kritis tercapai?
2. Apa pengaruh kenaikan kedalaman aliran terhadap spesifik energi (E)?
Tujuan :
Untuk mengetahui dan memperhitungkan energi yang hilang akibat lompatan
hidrolik (hydraulics jump).
Peralatan :
- Model H-13
- Bendung dengan bukaan di bawah saluran (adjusted undershot weir)
- Pembawa instrumen (instrument carrier)
- Alat pengukur posisi dan kait (hook and point gauge)
Gambar :
2
V0 Fluktuasi Permukaan Air
2g
Garis Head Total
e
e
2
Garis Kedalaman V3
H
2 Sepadan 2g
Y0 V1 e
H0 H1
atau 2g atau
E0 E1 Garis Kedalaman e e
Krit ikal
yb y3 H3
yg V
1 y1 yc ya Va Vb V3 atau
E3
Teori :
3
yb
− 1
H y a
−
ya 4 yb
ya
Di mana :
ΔH = kehilangan total tinggi garis hidrolik antara hulu dan hilir
ya = tinggi muka air sebelum lompatan hidrolik (mm)
yb = tinggi muka air sesudah lompatan hidrolik (mm)
Perhitungan :
1. Lengkapi tabel berikut :
Tabel A.4.1
yg y0 y1 y3 Q A1 A3 V1 V3 H1 H3 H/y1
Tugas :
1. Buktikan bahwa gaya aliran hidrostatik yang bekerja pada pintu dari arah hulu
maupun hilir adalah sama.
2. Buktikan bahwa dari kurva energi spesifik akan menunjukan kehilangan
energi yang terjadi akan sama dengan ΔH/yc.
3. Berikan contoh penggunaan atau aplikasi lompatan hidrolik di mana
kehilangan energi akan terjadi. Dan kemana hilangnya energi tersebut?