LATAR BELAKANG
Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas penerapan sistem pengendalian fraud
dengan menitikberatkan pada pengungkapan pengaduan. Pelanggaran terhadap peraturan dan
prinsip-prinsip GCG, nilai-nilai etika adalah hal yang harus dihindari oleh seluruh karyawan
Mayapada dan untuk menciptakan situasi kerja yang bersih dan bertanggungjawab di Mayapada
Hospital. Karena itu Mayapada menyusun dan menerapkan sistem whistle blower untuk
menciptakan suasana kerja yang bersih dan bertanggungjawab dan juga memberikan
kesempatan kepada seluruh lapisan masyarakat dan karyawan Mayapada Hospital untuk
menyampaikan laporan mengenai dugaan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip GCG. Dengan
adanya sistem pelaporan whisle blower ini diharapkan dapat mencegah dan mendeteksi potensi
terjadinya pelanggaran yang diperoleh dari mekanisme whistle blower ini perlu juga mendapat
perhatian dan tindak lanjut termasuk pengenaan hukum yang tepat agar dapat memberikan efek
jera bagi pelaku pelanggaran.
KEBIJAKAN
1. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
2. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang
– undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
3. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
4. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
5. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan
Korban Pasal 10 ayat 1
6. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
7. Kode Etik Perusahaan
MAKSUD
1. WBS dibangun Perseroan untuk menjalankan pengendalian secara internal dan konsisten
serta berkesinambungan untuk menciptakan Tata Kelola Perusahaan yang baik.
2. WBS mengatur tata cara pengelolaan Pelaporan Pelanggaran yang terjadi di lingkungan
Perseroan.
TUJUAN
1. Membantu Perseroan dalam meningkatkan produktivitas kerja melalui pemberantasan
segala bentuk pelanggaran dan potensi pelanggaran.
2. Mengurangi kerugian Perseroan melalui pencegahan dini sebagai upaya tindak lanjut dari
pelaporan WBS
3. Meningkatkan citra dan menjaga reputasi Perseroan dengan adanya tata kelola Perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance)
4. Membantu manajemen untuk menangani secara efektif segala bentuk pelaporan
pelanggaran dan potensi pelanggaran
5. Membantu Perseroan untuk menciptakan iklim yang kondusif serta mendorong pihak
internal maupun eksternal untuk melaporkan hal-hal yang dapat menimbulkan kerugian
finansial maupun non finansial termasuk hal-hal yang dapat merusak citra dan reputasi
Perseroan.
6. Meningkatkan efisiensi operasional pengelolaan perusahaan sehingga meningkatkan
kemampuan Perseroan dalam memenangi persaingan usaha.
RUANG LINGKUP
Pelanggaran atau potensi pelanggaran yang dapat ditindaklanjuti dalam mekanisme WBS adalah
sebagai berikut :
1. Korupsi
2. Gratifikasi
3. Suap
4. Money Laundering
5. Insider Dealing
6. Konflik Kepentingan
7. Kecurangan (Fraud)
8. Pelanggaran Kode Etik Perusahaan dan atau Standard Operating System
9. Penyalahgunaan wewenang/jabatan
10. Perbuatan yang membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja, atau membahayakan
keamanan perusahaan
11. Perbuatan yang menimbulkan kerugian finansial dan/atau non-finansial terhadap
perusahaan ataupun kepentingan perusahaan
12. Tindak pidana lainnya
WBS ini berlaku untuk kepentingan internal yang meliputi seluruh karyawan, Direksi dan Dewan
Komisaris.
8. Penutup
Pedoman whistle blower system ini harus dipatuhi oleh seluruh pelapor dan pegawai di
seluruh Mayapada Hospital, kepatuhan karyawan terhadap whistle blower ini dapat
diperhitungkan dalam penilaian kinerja dan pelanggaran terhadap program ini akan
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.