Skripsi Muhammad Zhafran Tsany 1904271 Fix
Skripsi Muhammad Zhafran Tsany 1904271 Fix
SKRIPSI
Oleh
Muhammad Zhafran Tsany
NIM 1904271
Oleh
Muhammad Zhafran Tsany
Pembimbing II
Kampus Tasikmalaya
NIP 920190219930105101
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Analisis Performa Startup
di Indonesia Sebelum dan Setelah Mencapai Tahapan IPO” ini beserta seluruh isinya
adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi
apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
III
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Atas
limpahan berkat, rahmat, dan hidayah-Nya, penulis mampu untuk menyelesaikan sripsi
dengan judul “Analisis Performa Startup di Indonesia Sebelum dan Setelah Mencapai
Tahapan IPO”. Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana (S1) pada program studi Bisnis Digital di Universitas
Pendidikan Indonesia.
Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi
para pembaca di masa yang akan datang. Penulis tentu menyadari bahwa skripsi ini
masih terdapat beberapa kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, peneliti terbuka
atas segala kritik dan saran demi meningkatkan kualitas skripsi penulis serta sebagai
bahan evaluasi bagi penulis kedepannya.
Penulis
IV
UCAPAN TERIMA KASIH
V
diberikan oleh Nadila sebagai rekan penelitian sangat berarti dalam
memperkaya hasil penelitian. Kesediaan Nadila untuk berdiskusi, memberikan
masukan, dan berbagi pemikiran telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi
bagi penulis dalam mengerjakan penelitian ini. Semua kerja keras dan dedikasi
yang telah diberikan Nadila tidak dapat penulis ungkapkan dengan kata-kata.
9. Terima kasih untuk seluruh teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi ini
yang telah bersama-sama menyelesaikan tahap akhir Pendidikan S1. Penulis
berharap yang terbaik untuk teman-teman kedepannya.
10. “Last but not least, I want to thank me for believing in me, I want to thank me
for doing all this hard work. I want to thank me for having no days off, I want
to thank me for never quittig. I want to thank me for always being a giver and
trying to give more than I receive.” – Snoop Dogg
VI
ANALISIS PERFORMA STARTUP DI INDONESIA SEBELUM DAN
SETELAH MENCAPAI TAHAPAN IPO
ABSTRAK
Oleh
Muhammad Zhafran Tsany
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan rasio keuangan pada perusahaan
startup di Indonesia setelah melakukan Initial Public Offering (IPO). Banyaknya usia
perusahaan yang bisa dikatakan masih dini untuk melakukan IPO menjadi latar
belakang penelitian ini. Penelitian dilakukan pada 8 perusahaan startup. Metode
penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dengan menggunakan Wilcoxon
signed rank test untuk uji hipotesis. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan startup sebelum dan sesudah IPO.
Variabel yang diteliti meliputi current ratio, debt to equity ratio, total aset turnover,
dan return on equity. Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi perbedaan yang
signifikan pada variabel-variabel tersebut setelah perusahaan melakukan IPO. Hasil
penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada variabel current ratio
dan return on equity setelah IPO. Variabel debt to equity ratio dan total aset turnover
tidak mengalami perubahan yang signifikan setelah perusahaan melakukan IPO.
VII
ANALYSIS OF STARTUP PERFORMANCE IN INDONESIA BEFORE AND
AFTER REACHING THE IPO STAGE
ABSTRACT
By
Muhammad Zhafran Tsany
This study aims to analyze changes in financial ratios in startup companies in
Indonesia after conducting an Initial Public Offering (IPO). The background of
this research is the large number of companies that can be said to be still early
to conduct an IPO. The research method used is descriptive quantitative using
the Wilcoxon signed rank test to test the hypothesis. The data used in this study is
secondary data in the form of financial statements of startup companies before
and after the IPO. The variables studied include the current ratio, debt to equity
ratio, total asset turnover, and return on equity. The analysis was conducted to
identify significant differences in these variables after the company conducted an
IPO. The results showed that there were significant differences in the current
ratio and return on equity variables after the IPO. The debt-to-equity ratio and
total asset turnover variables did not change significantly after the company
conducted an IPO.
VIII
DAFTAR ISI
IX
2.1.4. IPO (Initial Public Offering) ..................................................................... 13
2.3. Hipotesis........................................................................................................... 24
X
4.4. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................................... 42
XI
DAFTAR TABEL
Tabel 4 1. Gambaran Subjek Penelitian ...................................................................... 33
Tabel 4 2 Tabel Pengambilan Sampel......................................................................... 30
Tabel 4 3. Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif........................................................ 35
Tabel 4 4. Hasil Uji Normalitas Current ratio ............................................................ 39
Tabel 4 5 Hasil Uji Normalitas Debt to equity ratio ................................................... 39
Tabel 4 6 Hasil Uji Normalitas Total asset turnover .................................................. 40
Tabel 4 7 Hasil Uji Normalitas Return on equity........................................................ 41
Tabel 4 8 Hasil Uji Ranks Current ratio..................................................................... 42
Tabel 4 9 Hasil Uji Wilcoxon Current ratio ............................................................... 43
Tabel 4 10. Hasil Uji Ranks Debt to equity ratio........................................................ 44
Tabel 4 11. Hasil Uji Wilcoxon Debt to equity ratio................................................... 45
Tabel 4 12. Hasil Uji Ranks Total asset turnover ....................................................... 46
Tabel 4 13. Hasil Uji Wilcoxon Total asset turnover .................................................. 47
Tabel 4 14. Hasil Uji Ranks Return on equity ............................................................ 48
Tabel 4 15. Hasil Uji Wilcoxon Return on equity ....................................................... 49
XII
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2 1. Tahapan Pendanaan Startup ................................................................... 13
Gambar 2 2. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 24
XIII
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Profil Perusahaan .................................................................................... 59
Lampiran 2. Analisis Rasio Keuangan ........................................................................ 69
Lampiran 3. Laporan Neraca Keuangan Perusahaan .................................................. 72
Lampiran 4. Rumus Rasio Keuangan.......................................................................... 79
Lampiran 5. Hasil Uji Analisis Deskriptif .................................................................. 80
Lampiran 6. Hasil Uji Normalitas Variabel ................................................................ 84
Lampiran 7. Hasil Uji Wilcoxon signed rank test ....................................................... 85
XIV
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
jumlah startup terbanyak. Indonesia memiliki 2.485 startup. Jumlah perusahaan rintisan
ini meningkat 13% jika dibandingkan dengan jumlah startup di Indonesia pada tahun
2020 yakni sebanyak 2.192 startup. Berbagai perusahaan rintisan berlomba untuk
mendaftarkan startup-nya ke bursa saham karena IPO dianggap sebagai titik penting
dalam perjalanan karier sebuah perusahaan dan dapat menjadi indikator keberhasilan
startup jangka panjang. IPO adalah saham suatu perusahaan yang pertama kali dilepas
untuk dijual kepada masyarakat atau publik, sehingga saham tidak dikuasai secara privat
oleh perusahaan (Thionita, 2019). Salah satu tujuan utama dari IPO bagi startup adalah
untuk meningkatkan modal dengan menjual saham perusahaan mereka kepada
masyarakat. Peningkatan modal tersebut dapat membiayai pertumbuhan dan ekspansi
perusahaan startup, meningkatkan skala operasi, dan mencapai tingkat pertumbuhan
yang tinggi. IPO juga dapat memberikan valuasi yang lebih tinggi bagi startup
dibandingkan dengan bentuk pembiayaan lainnya, seperti pendanaan dari venture
capital. Ini dapat bermanfaat bagi startup yang ingin go public di masa depan karena
dapat memberikan pengembalian investasi yang lebih tinggi bagi pendiri, karyawan,
dan investor awal.
IPO dapat menyebabkan distraksi bagi sebuah startup, perusahaan akan menjadi
terlalu fokus pada pencarian short-term gain daripada fokus pada produk dan pemasaran
mereka. Melakukan IPO dengan usia perusahaan yang bisa dikatakan baru merupakan
keputusan yang sangat riskan bagi perusahaan. Keputusan melakukan IPO cenderung
merupakan pengajuan atau saran dari para investor sebagai exit plan. Perusahaan tahap
awal biasanya membutuhkan pembiayaan untuk melakukan inovasi baru produk atau
layanan. Perusahaan-perusahaan ini umumnya masih muda dan tidak memiliki kas yang
stabil mengalir, serta membutuhkan pembiayaan untuk tujuan pemasaran atau untuk
ekspansi ke pasar baru. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam mengakses
alternatif pembiayaan, misalnya pinjaman atau tabungan pemilik. Kesulitan terkait,
antara lain, perusahaan berpotensi nilai tinggi, ketidakpastian, kualitas aset perusahaan
dan status saat ini pasar yang relevan (Basha & Walz, 2001).
Terjadi fenomena dimana banyak perusahaan melakukan IPO di usia perusahaan
yang masih dikatakan cukup dini dan belum matang secara finansial, sampai tahun 2023
3
di Indonesia. Total ada 11 startup yang sudah berhasil melantai di bursa saham
Indonesia (idx, 2023). Tiga perusahaan startup pertama di Indonesia yang melakukan
IPO adalah PT Kioson Komersial Indonesia yang berhasil melantai di bursa saham
Indonesia pada tanggal 5 Oktober 2017 dengan kode saham KIOS. Setelah Kioson,
startup berikutnya yang berhasil mencapai tahap IPO adalah PT M Cash Integrasi yang
berhasil go public di bursa saham pada tanggal 1 November 2017 dengan kode saham
MCAS. Startup ketiga yang mencapai tahapan IPO adalah PT NFC Indonesia dan
berhasil melantai di bursa saham Indonesia pada tanggal 13 Juli 2018 dengan kode
saham NFCX (IDX, 2022). Diantara 11 perusahaan startup IPO yang mengembangkan
bisnisnya di Indonesia, hanya terdapat tiga perusahaan yang berhasil mencapai tahapan
unicorn. Menurut Aileen Lee (2013), perusahaan unicorn merupakan sebutan yang
digunakan bagi perusahaan besar yang nilai valuasinya telah mencapai USD 1 miliar
atau setara dengan Rp 140 triliun. Perusahaan tersebut adalah PT Buka Mitra Indonesia
(Bukalapak) dengan kode saham BUKA yang berdiri pada tahun 2010 dan melantai di
bursa saham pada 6 Agustus 2021, PT Global Niaga (Blibli.com) dengan kode saham
BELI yang berdiri pada tahun 2011 dan menjadi startup IPO pada 8 November 2022,
serta PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dengan kode saham GOTO yang berdiri
pada 17 Mei 2021 dan menjadi startup public offering pada 27 April 2022. Beberapa
perusahaan yang IPO sudah memiliki kestabilan performa keuangan mereka jika dilihat
dari prospektus IPO. Akan tetapi, terdapat beberapa perusahaan yang masih muda untuk
melakukan IPO yang tidak memiliki kestabilan secara kinerja perusahaan.
Mayoritas startup yang telah go public menjadi perusahaan Initial Public
Offering ini selalu mengalami deficit (Mølle, 2019). Oleh karena itu, memungkinkan
timbulnya stigma bahwa emiten startup memiliki tren yang buruk dalam indeks saham.
Hal ini akan membuat startup kesulitan untuk mencari investor yang akan berdampak
juga bagi kurangnya alternatif investasi untuk investor menanamkan modalnya. Tidak
hanya itu, defisit terus menerus juga akan berdampak bagi turunnya minat pasar
terhadap startup yang secara tidak langsung akan menyebabkan turunnya harga saham
startup dan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan.
4
4. Bagi pembaca dan peneliti lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah wawasan dan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi
penelitian selanjutnya.
9
10
perusahaan dialokasikan suatu jumlah dana yang terbatas untuk memulai bisnis
(Horváth, 2018).
Namun, masih banyak perdebatan mengenai dalam kondisi apa pendanaan
bootstrapping dapat bekerja dengan efektif. Sebagai alternatifnya seorang angel
investor menyediakan pendanaan awal di fase antara pendanaan pembentukan startup
dengan pendanaan startup oleh venture capital (Lefebvre, 2021). Perusahaan yang
didanai oleh angel investor cenderung meningkatkan kemungkinan bertahan hidup
untuk startup (Croce, 2018). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Block, dkk.
(2019), telah ditemukan bahwa sekitar 70% pendanaan yang dilakukan oleh angel
investor dalam seed funding menjadi persentase terbesar dari segala tipe investasi, hal
ini berbanding lurus dengan fakta bahwa para angel investor memiliki pengalaman dan
kemampuan wirausaha yang substansial dimana dapat memfasilitasi startup selagi
menyediakan pendanaan.
Untuk sumber pendanaan startup selanjutnya berasal dari Venture Capital
(VC), dimana sebagian besar pendanaan startup berasal dari venture capital ini.
Berdasarkan sampel dari 363 startup dari tahun 2000 sampai 2007 ditemukan bahwa
startup dapat berjalan dan bertahan apabila perusahaan mendapatkan pendanaan awal.
Namun, terdapat aspek lain juga yaitu bagaimana sebuah startup menerima dan
memanfaatkan sumber daya baru dari perusahaan VC menentukan pertumbuhan dan
kinerja startup (Sousa, 2018). Perusahaan venture capital cenderung memiliki
permasalahan di pengambilan keputusan yang berujung kepada ketergantungan
mereka mengandalkan keadaan psikologis dan intuisi dari suatu startup dalam
mengambil suatu keputusan pendanaan. Perusahaan yang mendapatkan pendanaan
juga menghadapi situasi ketidakpastian yang tinggi, ditambah lagi perusahaan juga
memiliki bisnis yang belum begitu jelas, asimetri informasi juga mempengaruhi
hubungan startup dan konsumen secara tidak langsung.
2.1.3. Tahapan Pendanaan Startup
Terdapat beberapa tahapan dalam pendanaan startup sebelum sebuah startup
menjadi perusahaan yang sukses dan terbuka untuk publik, tahapan tersebut meliputi:
a) Pre-Seed Funding
12
Pada tahapan ini, startup mencari lebih banyak dana untuk membantu
membangun produk atau layanan baru, mencapai produk atau layanan baru
pasar, membeli bisnis. Series C Funding merupakan tahap terakhir dalam
sebuah siklus pertumbuhan perusahaan sebelum penawaran umum awal. Pada
titik ini, perusahaan memegang nilai setidaknya US$100 juta dan menerima
lebih dari US$50 juta.
f) IPO: Stock Market Launch
Biasanya tahap pertumbuhan ini akan terjadi ketika perusahaan
mencapai valuasi perusahaan sekitar US$ 1 miliar, juga dikenal sebagai status
unicorn. Biasanya, sebuah perusahaan dimulai dengan putaran benih dan
kemudian dilanjutkan dengan putaran pendanaan A, B, dan C. Ketersediaan
kapitalis ventura yang cukup pada pertumbuhan tahap startup dalam bentuk
putaran Seri A dan B. Pendanaan memastikan pertumbuhan optimal tidak
hanya satu startup, tetapi seluruh ekosistem startup.
pasar di mana investor membeli saham dari perusahaan (emiten) untuk pertama
kalinya. Menurut UU Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal,
penawaran umum didefinisikan sebagai kegiatan penawaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk menjual efek kepada masyarakat dengan mengikuti tata cara yang
telah diatur dalam undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. (Hartono dan Ali,
2002).
Menjadi perusahaan yang berkembang pesat, dapat bersaing dalam jangka
waktu panjang, serta dapat mempertahankan keberlangsungan bisnis pasti menjadi
harapan setiap perusahaan. Tentunya banyak tantangan yang dihadapi oleh perusahaan
saat melaksanakan operasionalisasi dan mengimplementasikan strategi yang telah
dibuat. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk membentuk struktur permodalan
yang kuat, karena pendiri perusahaan mungkin saja memiliki keterbatasan dalam
melakukan penambahan modal. Pendanaan ini dapat berupa pinjaman, maupun
tambahan setoran modal saham yang founder harapkan dapat menjadi salah satu
strategic partner untuk mendapatkan berbagai keuntungan dari kegiatan bisnis yang
dilajukan oleh perusahaantersebut. Maka dari itu, pasar modal merupakan salah satu
solusi bagi perusahaan untuk memperoleh pendanaan melalui penawaran sebagian
perusahaan yang menjualkan sahamnya kepada publik atau biasa disebut Initial Public
Offering (IPO).
Proses tersebut sekaligus menjadikan sebuah perusahaan berkembang dan
bertransformasi dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka. Hal itu tentu
akan membuat perusahaan dapat dikelola lebih baik, lebih profesional, dan transparan
kepada publik. Seluruh perusahaan memiliki kesempatan yang sama untuk menjadikan
perusahaannya beralih ke perusahaan terbuka dalam segi kepemilikan modal melalui
saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Peralihan menjadi perusahaan publik
tersebut bermaksud agar kepemilikan saham perusahaan dapat diperjualbelikan dari
satu investor ke investor lainnya. Akan tetapi, proses go public dianggap merupakan
proses yang melelahkan, rumit, dan mahal. Oleh karena itu, penelitian ini disusun agar
dapat memberikan informasi yang benar mengenai manfaat yang dapat diperoleh dari
proses go public, bagaimana proses go public, persiapan yang perlu dilakukan
15
perusahaan, persyaratan yang harus dipenuhi, dan hal terkait lainnya. Dengan
demikian, diharapkan pemilik dan manajemen perusahaan yang memerlukan
pendanaan dapat memahami bahwa proses yang dijalankan untuk go public tidaklah
serumit dan semahal yang dibayangkan.
2.1.5. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk
mengevaluasi bahkan memprediksi kondisi keuangan perusahaan maupun badan
usaha. Analisis laporan keuangan suatu perusahaan juga dapat digunakan sebagai
bahan evaluasi hasil kinerja yang telah dicapai oleh sebuah perusahaan. Berdasarkan
penjelasan dari Soemarso (2002), financial statement analysis adalah gabungan dari
angka-angka yang berada dalam laporan keuangan dengan angka lainnya untuk
menjelaskan arah perubahan atau trend-nya. Menurut Prastowo dan Julianti (2002),
analisis laporan keuangan merupakan sebuah proses untuk membedah serta menelaah
hubungan antara unsur-unsur dengan tujuan untuk memperoleh deskripsi dan
pemahaman yang baik dan tepat atas suatu laporan keuangan yang sedang diteliti.
Analisis laporan keuangan memiliki beberapa metode yakni analisis rasio yang
menggunakan perhitungan perbandingan data kuantitatif untuk menilai kinerja
keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan prediksinya pada masa depan. Analisis
Rasio Keuangan terbagi menjadi beberapa jenis yakni rasio likuiditas yang merupakan
gambaran kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, rasio
aktivitas yang digunakan dalam mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas perusahaan
sebuah perusahaan saat menggunakan aktiva yang dimiliki terhadap inventory
turnover ratio dan total asset turnover ratio, rasio solvabilitas yang digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas sebuah perusahaan saat menggunakan
aktiva yang dimiliki terhadap total debt to asset ratio dan total debt to equity ratio,
serta rasio profitabilitas yang merupakan kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan lama melalui seluruh kemampuan dan sumber daya perusahaan yang
ada. Selain analisis rasio, metode lainnya dalam analisis laporan keuangan adalah
Analisis Common Size yang disusun dengan menghitung seluruh rekening yang ada
dalam laporan laba-rugi dan neraca dari total penjualan atau dari total aktiva, hasil dari
16
analisis ini dapat bermanfaat untuk menilai tepat atau tidaknya sebuah kebijakan yang
diambil dan kemungkinan pengaruhnya dalam kinerja perusahaan. Analisis ketiga
adalah Analisis Du Pont yang mencakup rasio aktivitas dan margin laba penjualan
untuk menentukan profitabilitas. Lalu, terdapat metode Analisis Cross Section yang
diartikan sebagai proses penelitian laporan keuangan berdasarkan unsur unsur tertentu
dengan tujuan mengevaluasi hasil yang telah diraih oleh perusahaan. Terakhir adalah
Analisis Time Series dan Forecasting Data Keuangan yang digunakan untuk
menganalisis perbandingan dengan data keuangan secara historis dan
memproyeksikan kondisi keuangan di masa yang akan datang.
2.1.6. Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan hasil angka yang diperoleh dari perbandingan
antara satu pos suatu laporan keuangan dengan pos yang lainnya dan memiliki
hubungan yang relevan dan signifikan. Perbandingan tersebut dapat dilakukan antara
satu pos dengan pos lainnya maupun antar pos yang ada pada laporan keuangan
tersebut (Hery, 2018). Berdasarkan buku Analisis Laporan Keuangan yang ditulis oleh
Kasmir (2018), rasio keuangan dapat diartikan sebagai kegiatan membandingkan
angka-angka yang terdapat pada suatu laporan keuangan dengan cara membagi satu
angka terhadap angka yang lainnya. Perbandingan itu dapat diteliti antara satu
komponen dengan komponen lain pada sebuah laporan keuangan atau dapat juga
dilakukan antar komponen yang ada pada di antara laporan keuangan tertentu. Angka
yang diperbandingkan pada rasio keuangan ini dapat berupa angka dalam satu periode
maupun beberapa periode. Rasio keuangan terbagi menjadi empat yakni:
a) Rasio profitabilitas atau profitability ratio digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan dalam
periode tertentu. Di dalam rasio profitabilitas ada beberapa contoh indikator
seperti gross profit margin untuk menghitung persentase laba kotor dari
penjualan, profit margin ratio untuk menghitung jumlah laba bersih setelah
pajak, Return on Asset sebagai tolak ukur efisiensi sebuah perusahaan dalam
mengelola aset, dan yang terakhir ada return on asset yaitu kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham
17
perusahaan yang dinyatakan dalam persentase, return on sales ratio sebagai alat
ukur tingkat keuntungan perusahaan, return on capital employed adalah rasio
profitabilitas yang mengukur keuntungan perusahaan dari modal yang
digunakan dalam bentuk persentase dan yang terakhir ada return on investment
adalah rasio profitabilitas yang dihitung dari laba bersih setelah dikurangi pajak
terhadap total aktiva.
b) Rasio solvabilitas atau leverage ratio digunakan guna mengukur tingkat
efisiensi dan efektivitas perusahaan saat menggunakan aktiva yang dimiliki.
Indikator dalam rasio solvabilitas meliputi debt to equity ratio yang bertujuan
mengetahui seberapa besar modal yang dibutuhkan termasuk diantaranya jenis-
jenis modal dan pengertian modal yang menjadi jaminan utang lancar, debt
ratio ini akan memperlihatkan kemampuan perusahaan yang akan mendapatkan
pinjaman baru sebagai jaminan aktiva yang tetap agar dimiliki oleh suatu
perusahaan serta tambahan modal. Lalu, ada times interest earned ratio yang
berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi berbagai
beban bunga hutang di masa yang akan datang. Pencatatan utang piutang
dilakukan untuk memantau utang piutang yang harus dibayar atau yang harus
diterima setiap pelaku usaha (Maesaroh dkk, 2021).
c) Rasio likuiditas atau liquidity ratio digunakan untuk melihat seperti apa
kemampuan perusahaan dalam upayanya memenuhi kewajiban jangka pendek.
terdapat beberapa indikator di dalam rasio likuiditas seperti current ratio yang
berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan melunasi kewajiban
lancarnya, quick ratio yang berfungsi untuk menentukan kemampuan
perusahaan dapat melunasi kewajiban lancarnya dengan aset cepat atau aset
yang paling likuid, dan yang terakhir cash ratio digunakan dalam
membandingkan cashflow dengan tagihan yang saat ini harus dibayar.
d) Rasio aktivitas atau activity ratio digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
pemanfaatan sumber daya yang ada di sebuah perusahaan. Beberapa indikator
yang diguanakan dalam rasio ini seperti total asset turnover ratio untuk
menghitung aktivitas aset dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
18
penjualan melalui asetnya, fixed asset turnover ratio untuk menunjukkan cara
perusahaan memanfaatkan aset tetapnya, cash conversion cycle ratio yaitu
jumlah hari yang dibutuhkan suatu perusahaan untuk menghasilkan
pendapatan, working capital turnover ratio untuk mengukur jumlah uang tunai
yang dibutuhkan untuk menghasilkan penjualan tertentu, inventory turnover
ratio sebagai indikator untuk mengukur seberapa baik suatu perusahaan dalam
mengelola persediaan yang dapat dilihat dari kesuksesannya mengkonversi
penjualan dalam satu tahun, account receivable ratio merupakan indikator yang
menunjukkan seberapa efektif perusahaan dalam mengelola penjualan secara
kredit dan seberapa mudah perusahaan dalam memulihkan kredit dari
pelanggan dalam periode pembayaran tertentu, account payable ratio untuk
melihat berapa kali perusahaan membayar kreditor dalam satu tahun, days
payable outstanding digunakan untuk melihat berapa hari (rata-rata)
perusahaan dapat membayar kreditornya, dan yang terakhir ada days of sales
outstanding digunakan untuk mengukur berapa hari (rata-rata) perusahaan
mengumpulkan pembayaran dari pelanggan.
2.1.7. Penelitian Terdahulu
Table 2. 1
No Nama Peneliti Judul Pendekatan Hasil
2.3. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, maka hipotesis yang dapat diambil
yaitu:
1. Hipotesis kerja (H1): Terdapat perbedaan performa keuangan perusahaan
startup di Indonesia yang signifikan berdasarkan rasio likuiditas yang dapat
diukur menggunakan current ratio sebelum dan setelah IPO.
2. Hipotesis kerja (H2): Terdapat perbedaan performa keuangan keuangan
perusahaan startup di Indonesia yang signifikan berdasarkan solvabilitas
yang diukur menggunakan debt to equity ratio sebelum dan setelah IPO.
25
26
27
33
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif
Valid N 24
(listwise)
Variabel current ratio 3 tahun sebelum perusahaan melakukan IPO memiliki nilai
minimum 0,92, nilai maksimum 72,12, serta nilai rata-rata 6,24 dan standar deviasi
14,43. Current ratio dari perusahaan 3 tahun setelah melakukan IPO memiliki nilai
minimum 1,49, nilai maksimum 38,76, serta nilai rata-rata 11,06 dan standar deviasi
11,41. Berdasarkan hasil analisis dapat dikatakan bahwa current ratio 3 tahun setelah
IPO mengalami penurunan dibandingkan dengan current ratio 3 tahun sebelum IPO.
Hal ini menunjukkan bahwa current ratio 3 tahun sebelum IPO lebih baik daripada
36
current ratio 3 tahun setelah IPO. Selain itu, nilai current ratio selama periode 3 tahun
sebelum dan setelah IPO, ditemukan bahwa rata-rata current ratio pada periode setelah
IPO (11,0608) mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode sebelum IPO
(6,2463). Selain itu, variabilitas current ratio juga menurun pada periode setelah IPO,
ditunjukkan oleh standar deviasi yang lebih rendah (11,41) dibandingkan dengan
periode sebelum IPO (14,43). Selanjutnya, rentang nilai current ratio juga mengalami
pengetatan setelah IPO. Hal ini mengindikasikan bahwa setelah melakukan IPO.
Selanjutnya, rentang nilai current ratio juga mengalami pengetatan setelah IPO. Hal
ini mengindikasikan bahwa setelah melakukan IPO, perusahaan cenderung memiliki
tingkat likuiditas yang lebih baik dan keuangan yang terjaga
Variabel debt to equity ratio perusahaan 3 tahun sebelum melakukan IPO
memiliki nilai minimum -30,69, nilai maksimum 9,18, serta nilai rata-rata 0,8917 dan
standar deviasi 7,23494. Debt to equity ratio perusahaan 3 tahun setelah melakukan
IPO memiliki nilai minimum 0,01, nilai maksimum 2,79, serta nilai rata-rata 0,7600
dan standar deviasi 0,85602. Berdasarkan analisis nilai debt to equity ratio selama
periode 3 tahun sebelum dan setelah IPO, ditemukan bahwa rata-rata debt to equity
ratio pada periode sebelum IPO (0,8917) lebih tinggi dibandingkan dengan periode
setelah IPO (0,7600). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan cenderung mengurangi
tingkat hutang relatif terhadap ekuitasnya setelah melakukan IPO. Selain itu,
variabilitas debt to equity ratio juga menurun pada periode setelah IPO, ditunjukkan
oleh standar deviasi yang lebih rendah (0,85602) dibandingkan dengan periode
sebelum IPO (7,23494). Penurunan ini menunjukkan adanya potensi peningkatan
stabilitas keuangan perusahaan setelah IPO. Berdasarkan analisis nilai debt to equity
ratio selama periode 3 tahun sebelum dan setelah IPO, ditemukan bahwa rata-rata
debt to equity ratio pada periode sebelum IPO (0,8917) lebih tinggi dibandingkan
dengan periode setelah IPO (0,7600). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
cenderung mengurangi tingkat hutang relatif terhadap ekuitasnya setelah melakukan
IPO. Selain itu, variabilitas debt to equity ratio juga menurun pada periode setelah
IPO, ditunjukkan oleh standar deviasi yang lebih rendah (0,85602) dibandingkan
37
dengan periode sebelum IPO (7,23494). Penurunan ini menunjukkan adanya potensi
peningkatan stabilitas keuangan perusahaan setelah IPO.
Variabel total assets turnover 3 tahun sebelum perusahaan melakukan IPO
memiliki nilai minimum 0,05, nilai maksimum 56,84, serta nilai rata-rata 10,2488 dan
standar deviasi 14,6685. Total assets turnover 3 tahun setelah perusahaan melakukan
IPO memiliki nilai minimum 0,05, nilai maksimum 26,56, serta nilai rata-rata 4,9821
dan standar deviasi 5,45621. Berdasarkan nilai rata-rata, total assets turnover pada
periode 3 tahun sebelum perusahaan melakukan IPO (10,2488) lebih tinggi
dibandingkan dengan periode 3 tahun setelah IPO (4,9821). Hal ini menunjukkan
bahwa dalam periode sebelum IPO, perusahaan memiliki tingkat perputaran total aset
yang lebih tinggi dalam menghasilkan penjualan dibandingkan dengan periode
setelah IPO. Selain itu, variabilitas total assets turnover juga menurun pada periode
setelah IPO, ditunjukkan oleh standar deviasi yang lebih rendah (5,45621)
dibandingkan dengan periode sebelum IPO (14,6685). Penurunan ini dapat
menunjukkan adanya peningkatan stabilitas dan efisiensi dalam penggunaan total aset
setelah perusahaan melakukan IPO. Berdasarkan nilai rata-rata, total assets turnover
pada periode 3 tahun sebelum perusahaan melakukan IPO (10,2488) lebih tinggi
dibandingkan dengan periode 3 tahun setelah IPO (4,9821). Hal ini menunjukkan
bahwa dalam periode sebelum IPO, perusahaan memiliki tingkat perputaran total aset
yang lebih tinggi dalam menghasilkan penjualan dibandingkan dengan periode
setelah IPO. Selain itu, variabilitas total assets turnover juga menurun pada periode
setelah IPO, ditunjukkan oleh standar deviasi yang lebih rendah (5,45621)
dibandingkan dengan periode sebelum IPO (14,6685). Penurunan ini dapat
menunjukkan adanya peningkatan stabilitas dan efisiensi dalam penggunaan total aset
setelah perusahaan melakukan IPO.
Variabel return on equity 3 tahun sebelum perusahaan melakukan IPO
memiliki nilai minimum -0,24, nilai maksimum 9,38, serta nilai rata-rata 0,5558 dan
standar deviasi 1,89006. Return on equity 3 tahun setelah perusahaan melakukan IPO
memiliki nilai minimum -0,96, nilai maksimum 0,60, serta nilai rata-rata 0,0217 dan
standar deviasi 0,31559. Berdasarkan nilai rata-rata, return on equity (ROE) pada
38
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa nilai signifikansi debt to equity ratio
perusahaan 3 tahun sebelum melakukan IPO sebesar 0,00001 dan nilai signifikansi debt
to equity ratio perusahaan 3 tahun setelah melakukan IPO sebesar 0,00044.
Berdasarkan nilai signifikansi yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa data debt to
equity ratio perusahaan 3 tahun sebelum dan 3 tahun setelah melakukan IPO tidak
mengikuti distribusi normal. Oleh karena itu, uji beda yang dilakukan menggunakan
metode Wilcoxon signed rank test. Penggunaan metode ini disebabkan oleh
ketidakterpenuhannya persyaratan uji paired sample t-test yang mengharuskan data
berdistribusi normal.
4.2.3. Total asset turnover
Hasil Uji Normalitas Total asset turnover menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov dan uji Shapiro-Wilk
Tabel 4 6 Hasil Uji Normalitas Total asset turnover
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa nilai signifikansi total asset turnover
perusahaan 3 tahun sebelum melakukan IPO sebesar 0,000013 dan nilai signifikansi
41
total asset turnover perusahaan 3 tahun setelah melakukan IPO sebesar 0,000014.
Berdasarkan nilai signifikansi yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa data total
asset turnover perusahaan 3 tahun sebelum dan 3 tahun setelah melakukan IPO tidak
mengikuti distribusi normal. Oleh karena itu, uji beda yang dilakukan menggunakan
metode Wilcoxon signed rank test. Penggunaan metode ini disebabkan oleh
ketidakterpenuhannya persyaratan uji paired sample t-test yang mengharuskan data
berdistribusi normal.
4.2.4. Return on equity
Hasil Uji Normalitas Return on equity menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan
uji Shapiro-Wilk.
Ties 0c
Total 24
c. cr post = cr pre
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa nilai z sebesar -2,657 dan Asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,008. Dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0,008 yang berarti < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara current ratio 3 tahun sebelum IPO dan 3 tahun
sesudah IPO. Dengan adanya perbedaan signifikan dalam current ratio sebelum dan
sesudah IPO, dapat diinterpretasikan bahwa perusahaan startup mengalami perubahan
dalam tingkat likuiditasnya setelah melalui tahapan IPO. Penurunan current ratio
setelah IPO mengindikasikan bahwa perusahaan mungkin menggunakan aset lancar
mereka dengan lebih konservatif atau memanfaatkan aset tersebut untuk pertumbuhan
bisnis jangka panjang.
Tabel 4 9 Hasil Uji Wilcoxon Current ratio
Uji
Test Statisticsa
crpost -
crpre
Z -2.657b
Asymp. Sig. (2- .008
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
bersangkutan dengan kondisi arus kas (cash flow) operasional pada perusahaan
tersebut perbedaan signifikan dalam current ratio sebelum dan sesudah IPO dapat
menjadi pertanda bahwa perusahaan telah mengalami perubahan dalam aspek likuiditas
dan stabilitas keuangan mereka. Hal tersebut menunjukkan pentingnya pengelolaan
keuangan yang efektif dan adaptasi strategi keuangan setelah melewati tahapan IPO
untuk mencapai pertumbuhan dan kesuksesan jangka panjang. Dengan demikian,
harapan perusahaan untuk meningkatkan likuiditas tidak tercapai setelah IPO.
4.3.2. Debt to equity ratio
Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa terdapat 16 data yang menunjukkan debt
to equity ratio perusahaan 3 tahun setelah IPO < debt to equity ratio 3 tahun setelah
IPO 8 data yang menunjukkan debt to equity ratio 3 tahun setelah IPO > debt to equity
ratio 3 tahun sebelum IPO , dan tidak ada data yang menunjukkan debt to equity ratio
3 tahun setelah IPO = debt to equity ratio 3 tahun sebelum IPO .
Ties 0c
Total 24
c. DER_post = DER_pre
45
Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa nilai z sebesar -1,81 dan Asymp. Sig. (2-
tailed) sebesar 0,70. Dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0,70 yang berarti > 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara debt to equity ratio 3 tahun
sebelum IPO dan 3 tahun sesudah IPO. Dalam hasil pengujian Wilcoxon signed rarnk
test, nilai z sebesar -1,81 dan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,70 mengacu pada hasil
uji statistik yang dilakukan untuk membandingkan debt to equity ratio 3 tahun sebelum
IPO dengan 3 tahun sesudah IPO. Dikarenakan nilai signifikansi (0,70) lebih besar dari
level signifikansi yang umumnya digunakan (0,05), peneliti tidak memiliki cukup bukti
statistik untuk menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua
periode tersebut. Ini menunjukkan bahwa dalam hal rasio utang terhadap ekuitas, tidak
terlihat perubahan yang signifikan secara statistik antara kedua periode tersebut.
Z -1.814b
Penemuan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam debt to equity
ratio antara periode 3 tahun sebelum IPO dan 3 tahun sesudah IPO dapat memiliki
implikasi terhadap performa keuangan perusahaan. Debt to equity ratio merupakan
indikator penting dalam mengukur struktur modal perusahaan dan tingkat
ketergantungan perusahaan terhadap hutang dan ekuitas dan termasuk salah satu rasio
solvabilitas di dalam rasio keuangan. Dalam penelitian ini tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kedua periode, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mampu
46
menjaga keseimbangan yang baik antara sumber pendanaan internal (ekuitas) dan
eksternal (hutang). Ini mengindikasikan adanya kestabilan keuangan perusahaan dan
kemampuan untuk mengelola risiko keuangan secara efektif.
Hasil temuan ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Arfandi &
Taqwa (2018), yang menemukan bahwa tidak terdapatnya perbedaan kinerja keuangan
pada rasio solvabilitas karena tambahan setoran modal belum maksimal dihasilkan oleh
perusahaan dan juga kurang efektifnya penggunaan modal yang diperoleh dari IPO
sehingga nilai ekuitas perusahaan belum mampu menghasilkan pebandingan yang lebih
baik dari jumlah utang jangka panjang walaupun beberapa perusahaan memiliki alokasi
dana untuk hal tersebut. Ini dapat memberikan keyakinan kepada investor dan pasar
modal bahwa perusahaan memiliki fondasi keuangan yang kuat dan potensi
pertumbuhan yang berkelanjutan.
4.3.3. Total asset turnover
Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa terdapat 14 data yang menunjukkan
total asset turnover perusahaan 3 tahun setelah IPO < total asset turnover 3 tahun
setelah IPO 10 data yang menunjukkan total asset turnover 3 tahun setelah IPO > total
asset turnover 3 tahun sebelum IPO, dan tidak ada data yang menunjukkan total asset
turnover 3 tahun setelah IPO = total asset turnover 3 tahun sebelum IPO.
Tabel 4 12. Hasil Uji Ranks Total asset turnover
Uji
Ranks
N Mean Sum of
Rank Ranks
TATO_post - Negative Ranks 14 14.36 201.00
a
TATO_pre
Positive Ranks 10 9.90 99.00
b
Ties 0c
Total 24
c. TATO_post = TATO_pre
Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa nilai z sebesar -1,457 dan Asymp. Sig.
(2-tailed) sebesar 0,145. Dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0,145 yang berarti >
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara total asset
turnover 3 tahun sebelum IPO dan 3 tahun sesudah IPO. Berdasarkan hasil Wilcoxon
signed rank test, signifikansi dengan nilai sebesar 0,145, yang lebih besar dari tingkat
signifikansi yang umumnya ditetapkan pada 0,05, dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara total asset turnover perusahaan 3 tahun
sebelum IPO dan 3 tahun sesudah IPO. Ini berarti bahwa kinerja perusahaan dalam
menggunakan asetnya untuk menghasilkan pendapatan tidak mengalami perubahan
yang signifikan setelah IPO
Tabel 4 13. Hasil Uji Wilcoxon Total asset turnover
Uji
Test Statisticsa
TATO_post - TATO_pre
Z -1.457b
Dalam konteks performa perusahaan, total asset turnover merupakan salah satu
indikator yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aset dalam
menghasilkan pendapatan. Jika total asset turnover tinggi, artinya perusahaan mampu
menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dengan menggunakan aset yang dimiliki.
Sebaliknya, jika total asset turnover rendah, hal ini dapat menunjukkan ineffisiensi
dalam penggunaan aset perusahaan.
48
Dalam kasus ini, karena tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara total
asset turnover 3 tahun sebelum IPO dan 3 tahun sesudah IPO, dapat disimpulkan bahwa
perubahan dalam struktur kepemilikan perusahaan melalui IPO tidak secara signifikan
mempengaruhi efisiensi penggunaan aset perusahaan dalam menghasilkan pendapatan.
Meskipun perusahaan telah melalui proses IPO dan memiliki akses ke sumber modal
yang lebih besar, hal ini tidak berdampak pada perbaikan atau penurunan yang
signifikan dalam total asset turnover. Hasil penelitian ini serupa dengan temuan yang
ditemukan dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sen & Syafitri (2014)
Perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang sudah go public di tahun 2010 bahwa
kemampuan pihak manajemen perusahaan tidak mampu memutarkan aktiva yang
dimiliki perusahaan dengan baik sehingga tidak meningkatnya penjualan perusahaan
setelah dilakukan IPO.
4.3.4. Return on equity
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa terdapat 14 data yang menunjukkan
return on equity perusahaan 3 tahun setelah IPO < return on equity 3 tahun setelah IPO
10 data yang menunjukkan return on equity 3 tahun setelah IPO > return on equity 3
tahun sebelum IPO, dan tidak ada data yang menunjukkan return on equity 3 tahun
setelah IPO = return on equity 3 tahun sebelum IPO.
Tabel 4 14. Hasil Uji Ranks ROE
Uji
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Ties 0c
Total 24
c. ROE_post = ROE_pre
Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa nilai z sebesar -2,601 dan Asymp. Sig.
(2-tailed) sebesar 0,009. Dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0,009 yang berarti <
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara return on equity 3
tahun sebelum IPO dan 3 tahun sesudah IPO. Pengujian Wilcoxon signed rank test pada
variabel return on equity menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,009, nilai
signifikansi tersebut < 0,05. Maka, return on equity terdapat perbedaan antara return
on equity 3 tahun sebelum melakukan IPO dengan return on equity 3 tahun setelah
melakukan IPO. Perbedaan tersebut disebabkan laba yang mengindikasikan adanya
perubahan dalam penggunaan modal dan efisiensi perusahaan setelah melakukan IPO.
mempengaruhi ROE. Hasil penelitian ini serupa dengan temuan yang ditemukan
dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Juliana & Sumani (2019), hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan setelah IPO. Temuan ini
menggambarkan bahwa setelah perusahaan melakukan IPO, tingkat profitabilitas
menurun dalam hal laba bersih yang diperoleh dari modal sendiri. Dengan demikian,
harapan perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas tidak tercapai setelah IPO.
51
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
5.1. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil analisis, dan pembahasan
yang telah diuraikan sebelumnya mengenai analisis rasio keuangan pada stratup di
Indonesia yang sudah berhasil melantai di bursa saham serta pengujian yang dilakukan
dengan menggunakan software SPSS, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Performa keuangan perusahaan startup di Indonesia mengalami perubahan
sebelum dan setelah mencapai tahapan IPO. Terdapat penurunan dalam current
ratio setelah IPO, menunjukkan penurunan likuiditas perusahaan. Terdapat
penurunan juga dalam rasio debt to equity ratio menandakan pengurangan
tingkat hutang relatif terhadap ekuitas. Total asset turnover juga menurun
setelah IPO, mengindikasikan penurunan efisiensi dalam penggunaan asset.
Penurunan juga dialami oleh rasio return on equity, yang mengindikasikan
adanya penurunan profitabilitas perusahaan atau pengurangan efisiensi dalam
penggunaan modal hasil dari IPO untuk menghasilkan laba. Harapan
perusahaan untuk meningkatkan rasio keuangan perusahaan setelah IPO bisa
dikatakan gagal setelah hanya rasio solvabilitas saja yang memenuhi harapan
perushaaan setelah melakukan IPO.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara current ratio dan return on equity 3
tahun sebelum dan 3 tahun setelah IPO. Perbedaan ini mengindikasikan adanya
perubahan dalam struktur dan kinerja keuangan perusahaan setelah IPO.
Penurunan current ratio setelah IPO dapat menunjukkan peningkatan risiko
likuiditas perusahaan, karena aset lancar yang lebih rendah dibandingkan
dengan kewajiban jangka pendek. Sementara itu, penurunan return on equity
setelah IPO dapat disebabkan oleh perubahan dalam struktur modal perusahaan
dan pengaruh faktor-faktor lain seperti pertumbuhan yang lebih lambat atau
peningkatan biaya keuangan. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhatikan
52
dan mengelola perubahan ini untuk memastikan kinerja keuangan yang optimal
setelah IPO.
3. Setelah melakukan uji analisis statistik menggunakan Wilcoxon signed rank test
menunjukkan bahwa hanya terdapat perbedaan yang signifikan antara current
ratio dan return on equity selama 3 tahun sebelum dan 3 tahun setelah IPO. Hal
ini menunjukkan bahwa ada perubahan yang signifikan dalam likuiditas
perusahaan (diwakili oleh current ratio) dan profitabilitas perusahaan (diwakili
oleh return on equity) setelah mencapai tahapan IPO. Perubahan ini dapat
disebabkan oleh faktor-faktor seperti perubahan struktur modal, peningkatan
efisiensi operasional, pengelolaan risiko yang lebih baik, atau perubahan
strategi keuangan yang diimplementasikan setelah menjadi perusahaan publik.
Pertama, setelah IPO, perusahaan biasanya mengalami peningkatan dalam
jumlah aset yang dimiliki. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan
menggunakan dana yang diperoleh dari penawaran saham untuk memperluas
operasional mereka, mengakuisisi aset baru, atau melakukan investasi dalam
pengembangan produk dan pasar. Penambahan aset ini dapat mengakibatkan
penurunan current ratio karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aset lancar. Selain itu,
perubahan struktur modal juga dapat berdampak pada return on equity. Setelah
IPO, perusahaan mungkin mengalami peningkatan dalam jumlah hutang jangka
panjang atau saham beredar, yang dapat menyebabkan penurunan rasio
keuntungan yang diperoleh pemegang saham terhadap ekuitas mereka. Oleh
karena itu, penurunan signifikan dalam current ratio dan return on equity
setelah IPO menunjukkan adanya perubahan dalam struktur dan kinerja
keuangan perusahaan, yang perlu dikelola dengan baik dalam upaya
mempertahankan performa keuangan yang baik.
53
5.3. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti
dapat memberikan rekomendasi dan saran penelitian sebagai berikut:
1. Bagi penelitian selanjutnya disarankan untuk melibatkan variabel-
variabel rasio keuangan lainnya dalam penelitian ini agar hasil
penelitian mengenai topik ini menjadi lebih komprehensif.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melibatkan variabel lain yang
lebih luas seperti profit margin, cash flow, atau earning per share. Selain
itu, melibatkan lebih banyak subjek perusahaan startup yang telah
melakukan IPO dapat memberikan gambaran yang lebih representatif
tentang perubahan rasio keuangan pasca-IPO.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode dan uji
statistik yang lebih kompleks seperti regresi linier berganda atau analisis
faktor untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
perubahan rasio keuangan pasca-IPO.
4. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi perubahan rasio keuangan pasca-IPO. Misalnya,
55
DAFTAR PUSTAKA
Arfandi, A., & Taqwa, S. (2018). Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah
Initial Public Offering (IPO) Pada Perusahaan Non Keuangan di Bursa Efek
Indonesia. Wahana Riset Akuntansi, 6(2), 1347-1364.
Blank, S. (2018). Why the lean start-up changes everything.
Croce, N. (2018). Service robotics in hospitality: developing business model
guidelines for a service robotics startup by understanding what is driving
and influencing adoption of robots in hotels.
Dwi Prastowo dan Rifka Julianti. 2002. Analisis Laporan Keuangan (Konsep dan.
Aplikasi). Edisi Revisi. Yogyakarta : YPKN.
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial.
IDX.Co.Id. (N.D.). PANDUAN IPO (GO PUBLIC). Diakeses 21 Februari 2023
Horvath, S., & Raj, K. (2018). DNA methylation-based biomarkers and the
epigenetic clock theory of ageing. Nature Reviews Genetics, 19(6), 371-384.
Jaya, M. A., Ferdiana, R., & Fauziati, S. (2017). Analisis Faktor Keberhasilan
Startup Digital Di Yogyakarta. Prosiding SNATIF, 167-173.
Kortum, S., & Lerner, J. (2001). Does Venture Capital Spur Innovation? Emerald
Group Publishing Limited.
Lee, A. (2013). Welcome To The Unicorn Club: Learning From Billion-Dollar
Startups|. TechCrunch [Tech News]. Online at
https://techcrunch.com/2013/11/02/welcome-to-the-unicorn-club/, Diakses
6 March 2023.
Lefebvre, V. (2021). Zero-debt capital structure and the firm life cycle: empirical
evidence from privately held SMEs. Venture Capital, 23(4), 371-387.
Lutfiani, N., Rahardja, U., & Manik, I. S. P. (2020). Peran Inkubator Bisnis Dalam
Membangun Startup Pada Perguruan Tinggi. Jurnal Penelitan Ekonomi Dan
Bisnis, 5(1), 77–89.
57
Maesaroh, S. S., Nuryadin, A., Prasetyo, Y., & Swardana, A. (2021). Pelatihan
Manajemen Keuangan Berbasis Digital pada UMKM Kota Tasikmalaya.
Jurnal Abmas Negeri, 2(2), 86-93.
Møller, J. K. (2020). Deficit of Legitimacy in Startups: Main Consequences and
Strategic Solutions. In Handbook of Business Legitimacy: Responsibility,
Ethics and Society (pp. 1015-1037). Cham: Springer International
Publishing.
Reis, E. (2011). The Lean Startup. New York: Crown Business, 27.
Salamzadeh, A., & Kawamorita Kesim, H. (2015). Startup Companies: Life Cycle
And Challenges. In 4th International Conference On Employment,
Education And Entrepreneurship (EEE), Belgrade, Serbia.
Sartono, Agus, 2001. Manajemen Keuangan, Edisi 3, Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Gajah Mada, BPFE, Yogyakarta.
Schwab, K. (2017). The Fourth Industrial Revolution. Currency.
Sen, Y., & Syafitri, L. (2014). Analisis perbedaan kinerja keuangan sebelum dan
sesudah initial public offering pada perusahaan go public di Bursa Efek
Indonesia.
Silanno, G. L., & Loupatty, L. G. (2021). Pengaruh current ratio, debt to equity ratio
dan return on asset terhadap financial distress pada perusahaan-perusahaan
di sektor industri barang konsumsi. Jurnal Ekonomi, Sosial & Humaniora,
2(07), 85-109.
Startuprangking. 2023. Startup Rangking 2023. Online at
https://www.startupranking.com/countries, Diakses 8 Maret 2023.
Susandi, D., & Sukisno, S. (2017). Sistem Penjualan Berbasis E-Commerce
Menggunakan Metode Objek Oriented Pada Distro Dlapak Street Wear. Jsii
(Jurnal Sistem Informasi), 4.
Suwarno, D. J., & Silvianita, A. (2017). Knowledge Sharing Dan Inovasi Pada
Industri Startup (Studi Pada 15 Perusahaan Startup Di Program Indigo
Incubator, Bandung Digital Valley). Jurnal Ecodemica, 1(1), 98–106.
58
DAFTAR LAMPIRAN
A. Kioson
PPT Kioson Komersial Indonesia Tbk, yang biasa disebut sebagai
Kioson, adalah perusahaan teknologi yang berfokus pada layanan ritel
dan distribusi melalui jaringan kios digital di Indonesia. Perusahaan ini
didirikan pada tahun 2015 di Jakarta. Kioson pertama kali
memperkenalkan konsep kios digital yang memberikan akses mudah
kepada masyarakat untuk melakukan pembelian produk digital, seperti
pulsa, token listrik, dan voucher game. Konsep ini memanfaatkan
teknologi dan platform online untuk menyediakan layanan ini secara
lebih efisien dan praktis. Dalam waktu singkat, Kioson berhasil
mengembangkan jaringan kios digital yang luas di berbagai wilayah di
Indonesia. Mereka menjalin kemitraan dengan ribuan agen yang
berperan sebagai mitra bisnis dalam mengelola kios digital di lokasi-
lokasi strategis, seperti pasar tradisional, minimarket, dan pusat
perbelanjaan.
B. MCash
PT M Cash Integrasi Tbk, yang umumnya dikenal sebagai MCAS,
adalah perusahaan teknologi yang bergerak dalam penyediaan solusi IT
dan layanan self-kiosk digital di Indonesia. Perusahaan ini didirikan
pada tahun 2013 di Jakarta. MCAS memulai perjalanan bisnisnya
dengan fokus pada pengembangan dan penyediaan layanan pembayaran
berbasis teknologi digital. Perusahaan ini menawarkan berbagai produk
digital seperti pulsa elektronik, token listrik, pembayaran tagihan,
pemesanan tiket, e-ticket, dan voucher digital. Dengan menggunakan
teknologi digital, MCAS memudahkan masyarakat untuk melakukan
transaksi secara praktis dan efisien. Dalam beberapa tahun, MCAS
berhasil memperluas jaringan layanannya di berbagai daerah di
Indonesia. Perusahaan ini menjalin kemitraan dengan ribuan agen yang
tersebar di berbagai lokasi strategis, seperti warung, toko kelontong, dan
61
C. NFC
PT NFC Indonesia (NFCX) adalah perusahaan teknologi yang bergerak
62
D. Passpod
PT Yelooo Integra Datanet Tbk (YELO) adalah perusahaan teknologi
Indonesia yang bergerak di bidang layanan data dan telekomunikasi.
Perusahaan ini menyediakan berbagai layanan digital, termasuk solusi
data seluler, platform e-commerce ber"label putih", pembayaran lintas
platform, dan transfer pembayaran. PT Yelooo Integra Datanet Tbk
didirikan di Indonesia dan telah menjadi salah satu pemain terkemuka
dalam industri teknologi dan telekomunikasi. Perusahaan ini
menawarkan solusi inovatif untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya
di era digital yang terus berkembang.
E. DIVA
PT. Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) merupakan perusahaan
yang telah lama berpengalaman dan memiliki keahlian dalam bidang
penjualan pulsa elektrik. Perusahaan ini telah beroperasi secara
komersial sejak tahun 2003, dan selama bertahun-tahun telah berhasil
membangun reputasi yang solid di industri ini. DIVA menyediakan
layanan penjualan pulsa elektrik yang mencakup berbagai operator
seluler di Indonesia, sehingga memberikan kemudahan bagi konsumen
untuk melakukan pengisian pulsa dengan praktis. Dengan kehadiran
dan kehandalan dalam menyediakan layanan pulsa elektrik, PT.
Distribusi Voucher Nusantara Tbk (DIVA) terus berkomitmen untuk
memenuhi kebutuhan komunikasi seluler masyarakat Indonesia dan
berkontribusi dalam industri telekomunikasi yang terus berkembang.
65
(https://www.ptdvn.com/investor-relation)
F. HDI
PT Hensel Davest Indonesia Tbk (HDIT) atau HDI adalah sebuah
perusahaan multinasional yang berfokus pada teknologi keuangan dan
bisnis perdagangan elektronik. Perusahaan ini didirikan pada tahun
2013 di Makassar dan awalnya beroperasi sebagai perusahaan multi-
biller. Saat ini, HDI telah menjadi pengembang solusi teknologi
keuangan yang terkemuka di wilayah Indonesia Timur. HDI
menyediakan berbagai produk dan layanan, termasuk solusi
pembayaran seluler, platform e-commerce ber"label putih",
pembayaran lintas platform, dan transfer pembayaran. Melalui anak
perusahaannya, yaitu PT Doeku Peduli Indonesia.(
https://www.hdi.co.id) iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
66
G. Telefast
PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) didirikan pada tanggal 17 Oktober
2008 sebagai penyedia outlet dan toko data seluler. Saat ini, perusahaan
telah berkembang menjadi distributor untuk operator telekomunikasi di
wilayah Banten dan Jawa Tengah, dengan jaringan lebih dari 10.000
mitra ritel. Selain itu, perusahaan juga menyediakan layanan sumber
daya manusia sebagai perusahaan outsourcing untuk mendukung
operasional gerai-gerai tersebut.PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS)
memiliki dua anak perusahaan, yaitu PT Logitek Digital Nusantara
(LDN) yang bergerak di bidang bisnis rantai pasokan, dan PT Emitama
Wahana Mandiri (EWM) yang berfokus pada bisnis pasokan tenaga
kerja. Selain itu, perusahaan ini juga mengembangkan aplikasi HRKU,
sebuah sistem informasi sumber daya manusia yang memudahkan
aktivitas HR seperti absensi, cuti, klaim, dan pengelolaan database.
(https://www.telefast.co.id/id/about/investor-relation-en/company-
infomation-en/financial-report)
67
72
73
Rasio keuangan adalah alat analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja
keuangan suatu perusahaan. Beberapa rasio keuangan yang umum digunakan adalah
sebagai berikut:
2. Debt to equity ratio (DER): DER mengukur tingkat penggunaan hutang oleh
perusahaan dalam pembiayaan operasionalnya. Rumus DER adalah:
DER = Total Hutang / Ekuitas
Semakin tinggi DER, semakin besar ketergantungan perusahaan pada hutang
dan semakin berisiko dari segi keuangan.
79
80
Median 2.6150
Variance 208.318
Minimum .92
Maximum 73.12
Range 72.20
Median 4.2950
Variance 130.247
Minimum 1.49
Maximum 38.76
Range 37.27
Median .6950
Variance 52.344
Minimum -30.69
Maximum 9.18
Range 39.87
Median .4050
Variance .733
Minimum .01
Maximum 2.79
Range 2.78
Median 3.4150
Variance 215.165
Minimum .05
Maximum 56.84
Range 56.79
Median 3.9250
Variance 29.770
Minimum .05
Maximum 26.56
Range 26.51
Median .1400
Variance 3.572
Minimum -.24
83
Maximum 9.38
Range 9.62
Median .0500
Variance .100
Minimum -.96
Maximum .60
Range 1.56
Total 24
Total 24
Total 24
Total 24
Test Statisticsa
RIWAYAT HIDUP
PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Jakarta Islamic School lulus 2013
2. SMP Jakarta Islamic School lulus 2016
3. SMA Negeri 5 Bekasi lulus 2019
4. Strata Satu Bisnis Digital Universitas Pendidikan indonesia tahun lulus 2023
88