Anda di halaman 1dari 9

MODUL 05.

2D FORWARD MODELING

M Rizki Adi Purnomo* (120120052)


Abstract
The magnetic method is one of the geophysical methods based on measuring variations in the
intensity of the magnetic field on the earth’s surface. In this practicum, we use the Oasis Montaj
software to do 2D forward modeling. The modeling this time uses forward modeling where trial
and error will be carried out to obtain compatibility between theoretical data and field data.
Based on the data used in the previous module using the Tanjung Karang geological sheet which
can be used to interpretation subsurface structures, the lithology of tuffan sandstone, tuffan
claystone, solid tuff, pumice tuff, and rhyolitic tuff is obtained.

Keywords: structures, forward modeling, slicing

Sari
Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran
variasi intensitas medan magnet dipermukaan bumi. Pada praktikum kali ini kita menggunakan
software Oasis Montaj untuk melakukan pemodelan kedepan 2D. Pemodelan kali ini
menggunakan forward modeling dimana akan dilakukan trial and error untuk memperoleh
kesesuaian antara data teoretis dengan data lapangan. Berdasarkan data yang digunakan pada
modul sebelumnya dengan menggunakan lembar geologi Tanjung Karang yang dapat digunakan
untuk melakukan interpretasi struktur dibawah permukaan diperoleh litologi batuan batupasir
tuffan, batulempung tuffan, tuff padu tuffin, tuf berbatuapung, dan tuf riolitik.

Kata kunci: struktur, pemodelan kedepan, slicing

*Program Studi Teknik Geofisika, Institut Teknologi Sumatera. Email:


mrizki.121120052@student.itera.ac.id
I. PENDAHULUAN magnetik. Metode magnetik dan metode
Metode magnetik merupakan salah satu gaya berat memiliki banyak kesamaan,
metode geofisika yang didasarkan pada namun metode magnetik secara general
pengukuran variasi intensitas medan lebih kompleks. Perbedaan antara metode
magnet dipermukaan bumi. Metode magnetik dan metode gayaberat antara lain
magnetik umumnya digunakan untuk medan magnetik bersifat dipole sedangkan
mengetahui sifat magnetik batuan, serta medan gravity bersifat monopole. Batuan
untuk mengetahui struktur geologi bawah memiliki nilai kemagnetan (suseptibilitas)
permukaan berdasarkan anomali medan yang bervariasi sehingga mengakibatkan
adanya variasi intensitas medan magnet di survei (Purwaningsih, Khumaedi, &
permukaan bumi yang kemudian dijadikan Susanto, 2015).
dasar pendugaan struktur bawah permukaan
berdasarkan kemagnetannya. Selain itu, Metode magnetik dalam geofisika
batuan akan mengalami suatu penurunan mempunyai kompleksitas yang tinggi
nilai kemagnetannya jika mengalami dibandingkan dengan metode geofisika
kenaikan temperatur. Penelitian yang berlaku secara regional. Keadaan ini
geomagnetik sangat mudah dan sederhana dikarenakan perbedaan antara kutub-kutub
dibandingkan metode potensial yang magnet pada bumi beserta penjalaran
lainnya karena tidak memerlukan koreksi medan magnetnya (Hiskiawan, 2016).
yang kompleks dan rumit seperti metode Pemodelan ke depan adalah pembuatan
gravitasi yang banyak dipengaruhi beberapa model melalui pendekatan berdasarkan
faktor sehingga dibutuhkan koreksi yang intuisi geologi, berdasarkan ; medan magnet
cukup rumit untuk memperoleh anomali pengamatan, medan magnet teori (IGRF-
target (Farizal, 2015). International Geomagnetic Reference
Field), medan magnet harian dapat
Metode magnetik telah banyak digunakan dilakukan interpretasi (analisis) berupa
dalam eksplorasi mineral dan batuan. pemodelan bawah pemukaan.
Metode magnetik dapat digunakan untuk
menentukan struktur geologi besar bawah Dalam interpretasi geofisika dicari suatu
permukaan seperti sesar, lipatan, intrusi model yang menghasilkan respon yang
batuan beku atau kubah garam dan reservoir cocok atau fit dengan data pengamatan.
geothermal. Metode magnetik ini juga dapat Dengan demikian, model tersebut dianggap
digunakan untuk mengetahui kedalaman mewakili kondisi bawah permukaan.
dan struktur permukaan, pengukuran dapat Pemodelan ke depan (forward modeling)
diperoleh dengan mudah untuk studi lokal data magnetik dilakukan dengan membuat
dan regional (Santosa, et al., 2012). Data benda anomali dengan geometri dan harga
yang terukur dalam metode ini adalah nilai kemagnetan tertentu. Untuk memperoleh
medan magnet yang berada di setiap area. data kesesuaian antara data teoritis (respon
Melalui koreksi IGRF dan koreksi variasi model) dengan data lapangan dapat
harian, akan diperoleh nilai medan magnet dilakukan dengan proses coba-coba (trial
anomali. Nilai medan magnet anomali ini and error) dengan mengubah harga
kemudian dipetakan dalam kontur anomali parameter model (Deniyatno, 2010).
magnet. Dari hasil pemetaan tersebut, dapat
diidentifikasi struktur geologi dari area
Tujuan pada praktikum modul 5 yang 5. Selanjutnya untuk forward modelling
berjudul “2D Forward Modeling” dilakukan dengan menekan menu GM-
diantaranya : SYS, New model- From maph profile.
1. Praktikan mampu memahami proses 6. Selanjutnya isi GM-SYS model sesuai
forward modeling pada data magnetik. contoh gambar berikut ini-lalu klik
2. Praktikan dapat menginterpretasikan Finish.
data magnetik (Santoso & dkk, 2022). 7. Maka akan muncul menu seperti
gambar berikut ini, lalu tekan OK
II. METODELOGI 8. Lakukan slicing dengan pertimbangan
Pada praktikum modul 5 ini, menggunakan seperti yang dijelaskan pada modul.
software Oasis Montaj. Data yang 9. Apabila slicing dirasa benar,
digunakan pada praktikum kali ini yaitu selanjutnya klik kanan dan klik done.
data dari pengukuran hari pertama sampai 10. Maka akan muncul menu earth
hari terakhir yakni dari tanggal 11 – 21 Juni magnetic earth, lakukan pengisian
2023. Berikut merupakan desain akuisisi IGRF serta inklinasi dan declinasi yang
daerah pengukuran : telah tereduce, inklinasi 90 dan
deklinasi 0. Lalu tekan OK
11. Selanjutnya akan muncul menu GM-
SYS.
12. Unceklis semua parameter selain
magnetik, seperti gambar dibawah ini
13. Enable juga selain magnetik
14. Unceklis selain magnetik

Gambar 1. Desain Akuisisi

Kemudian, pada praktikum modul 5 ini,


kita melakukan melakukan pemodelan data
magnetik. Langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam praktikum modul 5 ini
diantaranya : 15. Untuk mengubah range/ukuran
1. Buka software Oasis Montaj. kalkukasi dan observasi magnetik
2. Pilih open recent project. dengan klik kanan pada area magnetik,
3. Tampilkan menu GM-SYS dengan seperti gambar dibawah ini.
menekan menu GX lalu load menu.
4. Maka akan muncul pilihan menu –
ketik GM-SYS- lalu OK
seperti gambar dibawah ini-klik pada
kolom lapisan.

16. Ubah sesuai keinginan agar batas


observasi terlihat jelas pada display
pemodelan lalu tekan OK. 22. Maka akan muncul menu seperti
17. Lalu untuk mengubah kedalaman berikut, isi nilai sesuai nilai susep
dilakukan hal yang sama seperti referensi dan warna litologi lapisan. Isi
gambar dibawah ini seperti gambar dibawah ini- lalu klik
Ok

18. Untuk membuat pemodelan, gunakan


menu berikut ini sebagai penambah
line, penambah point, penghapus serta
pemindah point.
23. Maka pemodelan akan terlihat seperti
ini apabila litologi dan susep telah
diinput semua.

19. Untuk menambahkan line gunakan Berikut merupakan diagram alir dari
split block dan sesuaikan kengan praktikum modul 5 ini :
kedalaman estimasi analisis spektral
pada peta residual yang di slice dan
agar line yang di atur tetap berada pada
posisi yang kita inginkan, klik accept
new block.

20. Buat block dengan kumungkinan


perlapisan berdasar geologi daerah
pengukuran.
21. Selanjutnya isi nilai susep serta litologi
perlapisan dengan menekan menu
C. Pemodelan Slicing 2

Gambar 5. Pemodelan Slicing 2


D. Peta Geologi Regional

Gambar 2. Diagram Alir

III. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA


A. Peta Hasil Slicing

IV. ANALISIS
Pada praktikum modul 5 yang berjudul “2D
Forward Modeling” kali ini menggunakan
software Oasis Montaj. Dimana pada
praktikum kali ini, kita masih menggunakan
data yang sama yaitu data pengukuran hari
pertama sampai hari Terakhir yakni dari
Gambar 3. Peta Hasil Slicing
tanggal 11 – 21 juni 2023. Pada praktikum
B. Pemodelan Slicing 1
modul 5 ini kita melakukan pemodelan 2D.

Pada saat melakukan interpretasi, dicari


model yang menghasilkan respons yang
cocok dengan data pengamatan atau data
lapangan. Sehingga diharapkan kondisi
model bisa mewakili atau mendekati
Gambar 4. Pemodelan Slicing 1
keadaan sebenarnya. Pemodelan ke depan anomali tinggi ke anomali rendah maka
digunakan untuk proses trial and error. akan menggambarkan struktur yang ada
Trial and error adalah proses coba-coba dibawahnya. Sedangkan, apabila kita
atau tebakan untuk memperoleh kesesuaian melakukan slicing dari anomali rendah ke
antara data teoretis dengan data lapangan. anomali tinggi maka akan menggambarkan
Forward modelling merupakan pemodelan struktur yang ada diatasnya.
kedepan dimana mengubah data menjadi
model. Inverse modelling merupakan Pada hasil pemodelan diperoleh jenis
pemodelan kebelakang dimana mengubah batuan batupasir tuffan, batulempung
model menjadi sebuah data. Inverse tuffan, tuff padu tuffin, tuf berbatuapung,
modelling ini memperkuat hasil dari dan tuf riolitik yang memiliki nilai error
forward modelling. Dimana ketika nilai nya pada hasil slicing pertama dan nilai error
sangat berbeda jauh, bisa dikatakan bahwa pada hasil slicing kedua. Kecepatan dan
pemodelan yang kita lakukan kurang tepat. keberhasilan teknik pemodelan ke depan
Dari hasil pengolahan data sebelumnya dengan cara coba-coba sangat bergantung
menggunakan filter enhanchment kita pada pengalaman subyektif seseorang yang
mengetahui bahwa respon anomali untuk melakukan pemodelan tersebut. Dalam hal
peta TDX sendiri cenderung tinggi karena ini harga parameter model awal dan
biasa digunakan untuk pengukuran dangkal. perubahan harga parameter model tersebut
Lalu untuk respon anomali untuk peta TDR perlu diperkirakan dengan baik agar
sendiri cenderung rendah. diperoleh respons yang makin dekat dengan
data. Semakin kompleks hubungan antara
Dalam membuat sebuah pemodelan, ada data dengan parameter model maka
beberapa hal yang perlu diperhatikan semakin sulit proses coba-coba tersebut.
diantaranya seperti titik pengukuran agar Adanya informasi tambahan dari data
tidak melakukan pemodelan pada area yang geologi atau data geofisika lainnya dapat
diinterpolasi, respon anomali, identifikasi membantu penentuan model awal.
struktur, dan juga daerah yang ingin kita Sementara itu, pengetahuan mengenai
slicing. Lalu, dalam membuat slicing juga karakteristik fenomena atau mekanisme
terdapat hal yang harus diperhatikan seperti fisis yang ditinjau dapat membantu
saat slicing kita harus memotong daerah perkiraan parameter yang perlu diubah dan
struktur. Dimana struktur ini dapat kita lihat sejauh mana perubahan perlu dilakukan.
menggunakan peta overlay yang sudah Lalu, dalam meminimalisir nilai error juga
dibuat. Selain itu, dalam melakukan slicing bisa dengan menambah lapisan yang kita
kita juga harus mempertimbangkan anomali buat dalam pemodelan serta nilai
yang ada. Saat kita melakukan slicing dari suseptibilitas yang diinputkan. Kemudian,
dalam menentukan patahan atau juga sesar 4. Dalam meminimalisir nilai error bisa
dalam pemodelan kita bisa melihat nilai 0 dengan menambah lapisan yang kita
pada data residual serta untuk peta hasil buat dalam pemodelan serta nilai
filter enhanchment yang kita pilih berada di suseptibilitas yang diinputkan.
kontur yang rendah.
Daftar Pustaka
Slicing kali ini dilakukan 2 kali dengan
Deniyatno. (2010). Pemodelan Kedepan
memotong struktur dan dilakukan cross
(Forward Modeling) 2 Dimensi
antar slicing nya. Setelah dilakukan coba-
Data Magnetik Untuk Identifikasi
coba untuk mendapatkan nilai error di
Bijih Besi Di Lokasi X, Propinsi
bawah 20 terbilang cukup sulit. Apalagi
Sumatra Barat. Jurnal Aplikasi
ditambah dengan harus tetap sesuai dengan
Fisika, 76 - 82.
konsep pelapisan geologi.
Farizal, D. (2015). Penentuan Struktur

V. KESIMPULAN Bawah Permukaan Dengan

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum Menggunakan Metode Magnetik di

modul 5 yang berjudul “2D Forward Kawasan Gunung Parang

Modeling”, diantaranya : Kabupaten Lumajang. Skripsi.

1. Forward modelling merupakan Hiskiawan, P. (2016). Pengaruh Pola


pemodelan kedepan dimana mengubah Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada
data menjadi model. Data Geomagnetik Interpretasi
2. Dalam membuat sebuah pemodelan, Reduksi Kutub. Jurnal Unej, 18 - 26.
ada beberapa hal yang perlu
Purwaningsih, R., Khumaedi, & Susanto,
diperhatikan diantaranya seperti titik
H. (2015). Interpretasi Bawah
pengukuran agar tidak melakukan
Permukaan Daerah Sesar Kali Kreo
pemodelan pada area yang
Berdasarkan Data Magnetik. Unnes
diinterpolasi, respon anomali,
Physics Journal, 10 - 16.
identifikasi struktur, dan juga daerah
yang ingin kita slicing. Santosa, B. J., Mashuri, Sutrisno, W. T.,
3. Pada hasil pemodelan diperoleh jenis Wafi, A., Salim, R., & Armi, R.
batuan batupasir tuffan, batulempung (2012). Interpretasi Metode
tuffan, tuff padu tuffin, tuf Magnetik Untuk Penentuan Struktur
berbatuapung, dan tuf riolitik yang Bawah Permukaan di Sekitar
memiliki nilai error pada hasil slicing Gunung Kelud Kabupaten Kediri.
pertama dan nilai error pada hasil Jurnal Penelitian Fisika dan
slicing kedua. Aplikasinya (JPFA), 7 - 14.
Santoso, N. A., & dkk. (2022). Modul 4
Praktikum Metode Magnetik.
Lampung Selatan: Program Studi
Teknik Geofisika Institut Teknologi
Sumatera.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai