Anda di halaman 1dari 2

Fenomena Mati Rasa Setelah Putus Cinta, mengenal Emotional Numbness dalam Psikologi

Pernah gak sih kalian menemukan konten di media sosial yang membahas topik tentang mati
rasa atau temen-temen kalian curhat kalo mereka lagi di fase itu. Biasanya sih yang paling banyak di
jumpai di TikTok. Tentunya istilah mati rasa ini gak asing lagi di telinga kita. Saat ini mati rasa erat
banget kaitannya sama putus cinta. Banyak konten di TikTok atau di platform media sosial lainnya
yang menggambarkan kondisi setelah putus cinta, seperti tidak bisa menerima orang baru, sulit
untuk jatuh cinta dan kadang dijadikan alasan untuk menolak seseorang, mereka sebut keadaan
tersebut dengan mati rasa. Sebenernya mati rasa itu lebih kompleks, di psikologi sendiri ada istilah
Emotional Numbness, kondisi ini menyebabkan seseorang tidak dapat mengungkapkan emosinya
dan merasa hampa, merasa kosong. Orang dengan emotional numbness akan merasa asing sama
yang namanya cinta, kasih sayang, dan keintiman. Jadi nggak heran ya kalau temen atau orang
terdekat ada yang putus cinta terus merasa dirinya mengalami gejala Emotional Numbness atau kaya
gak ngerasaain apa -apa gitu.

Jadi gimana sih gambaran Emotional Numbness yang dialami seseorang dengan trauma
mendalam? Jadi aku kasih gambaran singkat mengenai emotional numbness, kurang lebih seperti ini

Ketika seseorang merasakan sakit yang berulang-ulang atau mengalami pengalaman yang traumatis
seperti kehilangan orang tersayang atau orang yang sangat berarti di dalam hidup seseorang,
kejadian yang menyebabkan PTSD, dan kejadian yang menyebabkan rasa sakit emosional yang
mendalam , otak juga akan bekerja dengan merespon keadaan tersebut. Otak akan mengerti jika
sakit yang berulang memberikan dampak yang buruk maka otak gak akan membiarkan rasa sakit itu
bertahan lama-lama , membuat mati rasa jadi pilihan otak agar seseorang dapat terus bertahan.

Beberapa orang mungkin menganggap kondisi ini bisa menyelamatkannya dari rasa sakit di
dalam hidupnya dan dapat membuatnya menjadi manusia super yang tahan dari berbagai badai
kehidupan

“ya bagus dong kalo kita mati rasa kita jadi nggak merasakan rasa sakit pas dijahatin, kita jadi
lebih siap dengan berbagai tantangan, kita nggak ngerasain sakit lagi” ucap salah satu temanku yang
sharing mengenai mati rasa yang dialami.

Tentunya bagus…tapi tanpa disadari kebahagiaan akan terasa asing dan jauh dari kehidupan
seseorang dengan emotional numbness. Otak kita gak bisa filter atau pilih kasih nih, “emosi negative
aja ah yang aku matiin. ” kan enggak, tentunya emosi positif juga akan mati. Banyak orang nggak
sadar akan hal tersebut sehingga mereka terjebak dalam fase tersebut dan nyaman, menganggap
tidak ada kebahagiaan di dalam hidupnya. Padahal sebenernya ada, cuma gak ke notice aja karena
fungsi emosi yang mati. Muncul lah pertanyaan “sebenernya aku hidup untuk apa?tuhan kenapa gak
adil?. ” dan berbagai pertanyaan menyedihkan lainya.

Sampe sini kita jadi sama-sama tau, kalo mati rasa bukan cuma menghindari kesedihan tapi
juga kebahagiaan. Kita gak cuma menghindari kekecewaan, patah hati, kesedihan tapi kita juga
menghindari kebahagiaan, kebersyukuran dan kasih sayang.
Adanya kondisi emotional numbness juga berdampak buruk bagi relasi, relationship atau
hubungan seseorang. Seperti hubungan dengan saudara, orang tua, dan juga pasangan. Karena
emotional numbness ini tentunya sangat mempengaruhi perilaku kita. Yang tadinya kita peduli
banget sama pacar kita, tiba-tiba enggak, yang tadinya excited banget mau ketemu pacar eh jadi
biasa aja, jadi lebih apatis sama orang-orang disekitar kita. Bisa bayangin kan gimana sakit dan
sedihnya orang-orang disekitar kita yang mungkin pengen memberikan kebahagiaan dan warna di
hidup kita tapi malah dapet respon yang kaya gitu. Kita mungkin susah melihat kebahagiaan yang
diberikan orang di sekitar kita, kita jadi susah untuk mengapresiasi hal tersebut karena keinginan
egois untuk gak merasakan sakit di dalam hidup ini. Kalo sekarang lagi ada di posisi ini, bisa langsung
segera bangkit biar gak terjebak lama-lama di fase ini. Mungkin akan membutuhkan waktu yang
cukup lama tapi yang paling penting itu kemauan dari diri sendiri untuk bangkit, gak hanya bangkit
untuk orang disekitar kita tapi yang paling utama untuk diri sendiri.Gak enak hidup dengan
kehampaan, menjalani hidup dengan kehampaan itu sama aja kaya kayu.

Ya intinya segala sesuatu yang terjadi di dunia ini only for a day, biarkan rasa sedih, kecewa
datang dan hadapi aja semua akan berlalu. Semakin ditolak semakin kasih dampak buruk bagi
kehidupan kita. Ada banyak hal di dunia ini yang bisa akita syukuri, jangan sibuk pada kesedihan aja.
Coba melihat sesuatu dari dua sisi. Hari ini mungkin sedih, tapi besok ada kemungkinan buat bahagia
.

Anda mungkin juga menyukai