Anda di halaman 1dari 18

Love Reversed (1 Korintus 13:13

Saling mengasihi sesama kita terutama dlm masa pandemiseperti sekarang karena hanya otulah yg
menjadi kekuatan kita dlm menghadapi pandemi.

Mengobati luka

Di saat angka kasus Covid-19 sedang meningkat seperti sekarang, kita sering
mendengar kabar duka di berbagai media, dan itu terasa amat mengganggu dan kian
membuat kita sedih.

Mendengar kabar duka, tentunya selalu membuat hati sakit. Apalagi, jika kabar duka itu
menimpa orang yang sangat dekat. Dampak dari duka mendalam itu pun dapat
memengaruhi banyak hal dalam hidup, entah kita sadari ataupun tidak.

Oleh karena itu, penting untuk segera terlepas dari trauma dan rasa kehilangan
mendalam, serta memberi diri kesempatan untuk mengatasi dengan cara yang sehat. 

Berikut ini enam cara menyembuhkan luka hati dan duka dari kehilangan orang yang kita
cintai.

1. Akui dan terima kenyataan. Menerima kenyataan menjadi hal penting karena


pemahaman itu akan membawa kita menuju hal-hal yang lebih baik dalam hidup. Saat
menerima kenyataan bahwa orang yang kita kasihi sudah meninggalkan kita, roda hidup
akan "kembali bergerak", dan kita bisa menantikan hal-hal baik yang baru dalam hidup.

2. Pahami emosi. Jangan mengabaikan perasaan dan berusaha kuat. Ingatkan diri


sendiri, terkadang kita harus membiarkan diri merasa rentan dan itu membutuhkan
keberanian. Menangislah bila memang ingin menangis... Tapi jangan sampai terlarut
dalam emosi negatif terlalu berlarut-larut.. Masih ada hal-hal baru "menanti" untuk kita
alami...

3. Tetap berkomunikasi. Jangan kehilangan kontak dengan teman dan anggota


keluarga. Komunikasikan dan bicarakan perasaan kita, bila perlu bisa berkonsultasi
dengan konselor. Konselor sangat membantu untuk menghadapi perasaan duka dan
membantu kita move on dari rasa kehilangan. Dengan mengungkapkan perasaan, akan
membantu melampiaskan, membuat hati terasa lebih ringan.

4. Lanjutkan rutinitas. Kembali ke rutinitas normal dan terus lakukan tugas harian


seperti dulu. Kita juga dapat memulai hobi baru, misalnya mengekspresikan diri melalui
melukis, mengikuti kelas musik atau mengikuti kegiatan seni apa pun yang akan
membantu menemukan kedamaian dan hiburan.

5. Keluar dan berolahraga. Sering-sering berada di luar ruangan, menghirup udara


segar, dan berolahraga secara teratur, agar paru-paru dan jantung tetap sehat. Buat diri
berkeringat dan salurkan semua energi yang ada untuk berolahraga. Hal ini akan
melepaskan endorfin dan "hormon bahagia" dalam tubuh yang membantu kita tetap aktif.

6. Lakukan apa yang membuat diri kita bahagia. Temukan lebih banyak alasan untuk
tetap bahagia. Buat diri dikelilingi dengan orang-orang yang mencintai dan menyayangi
dengan tulus. Lakukan hal-hal yang benar-benar membuat bahagia, seperti bercanda
dengan teman-teman, nonton film yang lucu, atau sekedar minum kopi atau teh sendirian
sambil menikmati kebun rumah kita, atau mulai keluar dengan teman-teman dekat
(tentunya setelah PPKM Darurat berakhir). 
Di samping upaya-upaya tersebut, yang tidak kalah pentingnya adalah mendekatkan diri
kita kepada TUHAN, sumber kekuatan dan pengharapan kita. 

Adalah hal yang berat ketika harus melepas kepergian seseorang yang berarti bagi kita.
Pandemi Covid 19 tengah menghancurkan perasaan banyak orang.  Duka karena
kehilangan orang-orang terkasih menjadi perasaan yang bergelayut di hati banyak orang.
Dulu kita berfikir corona tak akan berani datang ke Indonesia, tetapi dalam hitungan
minggu sejak diumumkan ada 2 orang yang positif sampai dengan penulis membuat
artikel ini ada 1.700 orang yang terkonfirmasi dan ada 170 orang yang meninggal karena
Corona.    Semua terjadi begitu cepat dan terasa sulit untuk di bendung.  Banyak orang
pada akhirnya kehilangan rasa aman, dikuasai ketakutan, kehilangan kepercayaan,
bahkan tidak sedikit yang harus dikorbankan, sampai pada akhirnya kita harus menerima
kenyataan bahwa Corona memakan banyak korban.

Perasaan duka yang dialami ketika kehilangan karena corona menjadi hal yang tidak
mudah untuk dijalani.  Ada situasi khusus yang akhirnya membuat kehilangan terasa
menjadi semakin berat.  Corona seolah-olah memaksa banyak orang harus berduka
tanpa diberikan kesempatan untuk “mengucapkan slamat tinggal”.  Jangankan memeluk
untuk memberikan salam perpisahan bahkan berdekatan dengan jenazah pun tidak
diperbolehkan.  Kesedihan, penyesalan, kekecewaan mungkin menjadi perasaan yang
memenuhi hati.  Di saat kita membutuhkan kehadiran orang-orang terdekat untuk
memberikan support, namun social distancing  mau tidak mau memaksa kita untuk
berjauhan.  Support pada akhirnya diberikan melalui pesan di media social, aplikasi
chating atau mungkin telepon.  Meskipun itu pilihan yang paling masuk akal, kadang di
masa duka kita membutuhkan kehadiran seseorang yang bisa memberikan pelukan atau
hanya sekedar tepukan di pundak.  Situasi yang tidak mudah dan serba dilematis, di
tambah lagi kita tidak pernah tahu kapan situasi ini akan semakin berangsur-angsur baik.
Adalah hal yang wajar pada akhirnya situasinya bisa membawa seseorang yang berduka
kepada tingkat stress yang lebih tinggi lagi.

Menghadapi situasi yang seperti ini pada akhirnya kita tetap harus bangkit dan berjuang
supaya kita tidak terhanyut dan tenggelam di dalam kesedihan yang dalam.   Butuh
kemauan diri dan usaha untuk bangkit dari keterpurukan.  Terkait dengan hal itu penulis
rindu membagikan tips-tips sederhana yang bisa diterapkan di tengah masa duka karena
kehilangan.  Harapan penulis melalui artikel singkat ini kita bisa belajar menghadapi
kehilangan tanpa terpuruk lebih dalam dan dengan optimisme kita menjalani hari-hari di
depan dengan pengharapan dan keyakinan.

Pertama, izinkanlah diri untuk berkabung dan menangis. Tidak ada yang salah
dengan berduka atau menangis.  Keberdukaan kita tidak sedikitpun mengurangi
kerohanian kita. Tuhan tidak pernah melarang kita untuk menangis, karena menangis
diperlukan untuk melepaskan tekanan derita yang mendalam. Di tengah duka yang kita
alami janganlah takut untuk menangis dan menangis lagi. Jangan menghindar dari
ingatan tentang orang yang kita kasihi.  Tidak perlu membuang barang-barang
peninggalannya, paling tidak untuk saat ini.  Ketika seseorang mengekspresikan duka
dengan menangis akan menolong nya untuk makin cepat keluar dari lembah kedukaan
ini.  Pada dasarnya setiap orang akan melewati beberapa tahap ditengah masa
berkabungnya.  Tahap pertama adalah menyangkali.  Penyangkalan menjadi
mekanisme untuk membantu kita dalam meminimalkan rasa sakit dari situasi kehilangan.
Setelah keluar dari tahap penyangkalan, emosi-emosi yang selama ini terkubur akan
muncul. Tahap kedua, Marah.  Adalah hal yang wajar jika orang merasa marah setelah
dihadapkan pada kehilangan. kita berusaha menyesuaikan diri dengan kenyataan yang
baru dan sedang mengalami kesedihan. Meluapkan itu semua dengan kemarahan
mungkin terasa sebagai hal yang paling ‘benar’.  Setelah kemarahan mereda, kita akan
berpikir lebih rasional mengenai apa yang sebenarnya terjadi dan merasakan emosi-
emosi lain yang selama ini tersingkir oleh rasa marah.  Tahap Ketiga, Menawar.
Kehilangan dan putus asa merupakan dua perasaan yang kerap berdampingan dalam
masa berduka. Kita begitu berduka hingga bersedia melakukan apa saja untuk
meredakan rasa sakit dan kembali mendapatkan kendali. Salah satunya dengan
menawar.  Banyak orang juga melakukan tawar-menawar dengan Tuhan pada tahap ini
agar mendapat kekuatan dari kedukaan dan rasa sakit.  Tahap keempat, Depresi.
Selama proses berduka, ada saatnya emosi kita mulai mereda dan kini harus benar-
benar melihat kenyataan yang terjadi. Pada tahap ini, kita terpaksa menghadapi situasi
sulit tersebut dan mengalami kesedihan serta kebingungan yang mendalam.  Tahap
kelima, Penerimaan. Penerimaan ini bukan berarti sudah benar-benar bahagia. Pada
tahap ini, kita akhirnya telah menerima kenyataan yang ada. kita masih merasa sedih,
namun belajar untuk hidup dengan situasi kini. Tahapan ini tidak selalu berjalan sesuai
sitematis yang ada, setiap individu memiliki prosesnya bahkan untuk kasus khusus bisa
jadi tahapannya lebih banyak seperti adanya kepanikan, rasa bersalah dan lain-lain.
Kedukaan adalah proses yang sangat kompleks dan dinamis yang tidak pernah memiliki
bentuk yang tetap dan sama, namun akhirnya menuju kepada penerimaan.

Kedua, utarakan atau ungkapkanlah kehilangan itu melalui kata-kata yang bisa kita
sampaikan kepada mereka yang mengenal orang yang kita kasihi itu. Ungkapkan
rasa kehilangan itu dan bagikanlah memori tentang orang yang kita kasihi itu semasa
hidupnya. Dengan kita membicarakannya, secara tidak langsung  kita tengah
memasukkan potret-potret kenangan itu ke dalam sebuah album. Album mental yang
tidak kasat mata inilah yang akan kita simpan dan bawa di dalam hati kita selamanya.
Membbicarakan kebaikan dari orang yang kita kasihi juga memberikan kekuatan yang
didorong oleh rasa syukur karena kita pernah memiliki kesempatan untuk bersama-
sama.

Ketiga, berilah kesempatan kepada diri sendiri untuk menikmati moment sendiri,


jika kita memang memerlukannya.  Sisi yang lain jangan  ragu untuk meminta ditemani
bila kita membutuhkannya. Ada waktu di mana kita membutuhkan untuk menyendiri di
tengah kesedihan. Ini bukanlah sebuah gejala yang tidak sehat. Namun kadang kala kita
justru takut untuk ditinggal sendirian dan butuh ditemani. Jika itu yang dirasakan, jangan
ragu untuk meminta kesediaan orang untuk menemani kita. Ini bukanlah pertanda bahwa
kita tidak dapat hidup mandiri. Bukan! Ini hanyalah pertanda bahwa kita membutuhkan
topangan agar kita dapat kembali menghadapi masa yang kelam ini.

Keempat, jangan tergesa-gesa membuat perubahan dan mengubah kehidupan


yang telah kita jalani sebelumnya.   Jangan cepat-cepat mengambil keputusan untuk
menjual rumah atau memutuskan untuk pindah kota. Jangan cepat menjalin relasi baru
untuk menggantikan relasi yang lama, secara khusus relasi romantis. Jangan sampai
salah mengambil keputusan dan membuat kehidupan kita malah bertambah tidak
karuan. Pikirkan semua dengan baik dan dalam kondisi tenang. Pada masa berkabung,
sebaiknya kita tidak membuat keputusan yang besar dulu.

Kelima, isilah waktu yang biasa dihabiskan bersama orang yang kita kasihi dengan
kegiatan lain. Ada sejumlah hal yang biasa kita lakukan. Kepergian orang yang kita
kasihi biasanya menciptakan lubang kekosongan dan inilah yang sering kali menyulitkan
bagi kita untuk melanjutkan hidup. Oleh karena itu sebaiknya kita mengisi lubang-lubang
waktu dan aktivitas itu dengan hal lain.

Keenam, jalanilah rutinitas kehidupan seperti biasanya walaupun terasa berat dan


tidak ingin. Biasanya kepergian orang yang kita kasihi membuat kita tidak lagi
mempunyai keinginan untuk melakukan hal-hal yang biasa kita lakukan, apalagi itu
adalah hal-hal yang biasa kita lakukan bersama orang yang kita kasihi.  Jika itu terjadi,
kita mesti melawan godaan untuk berhenti melakukan kegiatan rutin itu. Sedapat
mungkin kita harus tetap melakukannya kendati kita tidak menginginkan atau
menikmatinya lagi. Jika kita berhenti, besar kemungkinan kita akan mengalami kesulitan
memulainya lagi.

Ketujuh, Jangan menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk mencari jawaban,


mengapa saya yang mengalami kehilangan. Sudah tentu kita tahu dan percaya bahwa
Tuhan telah berkehendak dan bahwa Ia mempunyai rencana yang tidak kita pahami.
Adalah hal yang wajar jika ada rasa keingintahuan yang begitu besar untuk mengetahui
mengapakah musibah ini terjadi. Kita beranggapan, jika saja kita mengetahuinya, maka
kita akan dapat menerima kenyataan ini dan melanjutkan hidup. Saya tahu ada orang
yang mendapatkan jawaban yang memuaskan dan ini menolong mereka untuk
menerima kenyataan pahit ini. Namun, sering kali jawaban itu tidak ditemukan.  Suatu
hari nanti mungkin jawaan itu datang kepada kita dan saat itu tiba kita baru mengerti
rencana Tuhan yang lebih dalam dan besar.

Langkah-langkah praktis ini mungkin bisa kita lakukan meskipun kita menyadari bahwa
memang setiap orang memiliki proses yang berbeda di dalam menjalani kedukaan dan
menghadapi kehilangan.  Tetapi paling tidak satu penghiburan yang pasti adalah Tuhan
tidak akan pernah memberikan ujian yang tidak sanggup untuk kita tanggung.  Ada
kekuatan yang disediakan bagi setiap kita yang berduka dan seperti ungkapan yang
ditulis dibagian awal dari artikel ini, sebenarnya kita adalah orang yang begitu
beruntung karena “pernah” memiliki seseorang yang begitu berharga sehingga
tidak mudah bagi kita untuk mengucapkan selamat tinggal. 

Be strong...

Endi Dharmawan

Coba  Anda membayangkan sebuah dunia, dimana tidak ada penderitaan, tidak ada
sakit gigi, tidak perlu bayar pajak, atau tidak ada kemacetan lalu lintas.

Juga  membayangkan sebuah dunia di mana setiap orang memiliki segalanya: cuaca
yang nyaman, keluarga yang sempurna, anak yang baik, kesehatan dan keberhasilan
yang sempurna. Apa sih rasanya? Hambar!

Seorang bijak mengatakan, kebahagiaan sejati justru perpaduan pengalaman antara


kesenangan dan kesusahan.

Physical Distancing

Satu hal yang paling mendera rasa dan karya manusia selama pandemi adalah seruan
menjaga jarak, atau physical distancing, demi menjaga diri dari penularan virus corona.
Berat menjalani hari-hari hanya di rumah saja.

Hal ini paling terasa bagi pekerja atau buruh harian, seperti ojek online (ojol). Demikian
juga pengusaha ketika harus merumahkan karyawan, tak terkecuali pimpinan agama
atau pendeta. Pada awalnya, ditiadakannya ibadah membuat resah sebagian mereka.

Ada lima tahapan yang umumnya dirasakan banyak orang di era menjaga jarak satu
sama lain, minimal satu atau dua meter.

1.Menyangkal. Banyak yang mengira itu hoax atau mengada-ada, tidak masuk akal atau
berlebihan. Mereka berpikir paling wabah ini hanya satu dua hari saja. Atau hanya ada di
rumah sakit saja.
2.Tawar Menawar. Sebagian anak tetap ngotot keluar rumah dan berkata sama orang
tuanya, “Aku akan jaga diri baik-baik. Aku bisa kok ekstra hati-hati.”
Atau, “Aku biasa kok ke tempat itu, aku sudah sering ke sana.”
“Aku cuma sekali dua kali saja kok gak terus menerus.”

3.Marah. Pada kondisi ini mulai ada perasaan marah dan bosan, “Ini sangat tidak adil,
melarang kami pergi atau bekerja”.
Pedagang berkata, ”Wah saya rugi terus kalau gak boleh jualan.”
Sebagian pemimpin gereja malah lebih ketus, “Ini tanda kita kehilangan iman, harusnya
kita lebih takut Tuhan daripada virus.”

4.Depresi. Setelah tahap satu sampai tiga terjadi beberapa kali, tibalah masa tertekan.
“Wah saya susah nih gak bisa ketemu anak saya, teman-temanku juga. Aku merindukan
mereka.”
“Payah kalau begini terus-menerus, kapan nih kembali ke normal?”
“Wah ini merusak semua kesenanganku.”

5.Menerima. Pada tahap ini setelah depresi dan frustrasi, orang mulai menerima
kenyataan. Mulai ada kalimat, "Ya sudahlah mau bilang apa. Aku harus menerima. Aku
gak bisa ubah keadaan. Aku perlu berdamai dengan situasi. Aku gak bisa stres terus-
menerus. Ini mungkin cobaan. Aku juga gak sendiri. Aku perlu sayang sama diriku
sendiri.”

Trauma, Bukan Hanya Salah Anda

Tags: #duka #bangkit #kehilangan

Merebaknya COVID-19 seakan kembali mengingatkan bahwa hidup tak selalu bisa
diprediksi. Tanpa disadari, kita sudah sering dihadapkan pada ketidakpastian dalam
kehidupan sehari-hari. Mulai dari cuaca yang berubah-ubah, rencana yang tiba-tiba
gagal, sampai masalah keuangan.
Meski terkadang ada segenap langkah antisipasi yang bisa dilakukan, tetap saja akan
selalu ada rencana atau peristiwa yang tak diharapkan atau tak pernah dibayangkan
terjadi. 

Begitu juga dengan pandemi COVID-19 yang masih berlangsung saat ini. Banyak para
ilmuwan dan tenaga ahli kesehatan yang telah membuat perkiraan seperti apa akhir dari
pandemi, tapi tetap tak ada yang bisa menjamin bahwa perkiraan tersebut tepat terjadi.

Tak satupun dapat memberi kepastian kapan pandemi mereda, kapan vaksin untuk
penyakit bisa tersedia, dan kapan masyarakat bisa kembali menjalani kegiatan sehari-
hari seperti sedia kala. Ketidaktahuan akan sesuatu membuat orang-orang stres dan
cemas.

Terkadang, kekhawatiran yang muncul karena ketidakpastian tidak bisa benar-benar


dicegah. Pasalnya, otak bekerja dalam mode bertahan hidup dengan terus mencerna
berbagai hal baru di sekeliling Anda untuk membuat penilaian tentang mana yang aman
dan mana yang tidak.

Ketidakpastian dianggap berbahaya bagi pikiran. Ketidaktahuan dapat menempatkan


Anda pada situasi mengancam. Otak melakukan segala cara demi mendapatkan
kepastian, seperti dengan membuat berbagai skenario “bagaimana kalau” dan
memikirkan langkah selanjutnya.
Seorang asisten profesor psikologi di Universitas Pittsburgh Lauren Hallion juga
menekankan hal yang sama. Otak manusia berevolusi dari waktu ke waktu untuk
memperhatikan perubahan mendadak yang bisa menandakan ancaman.

Hal ini terlihat sejak zaman prasejarah di mana manusia harus selalu berada pada mode
awas terhadap predator demi bertahan hidup. Bila dikaitkan dengan masa sekarang,
manusia bertahan hidup dengan menghindari segala pemicu yang dapat membuat
mereka tertular penyakit.

Di tengah situasi serba tak pasti, lebih mudah bagi tubuh untuk berada pada kondisi
“flight or fight”. Kondisi ini merupakan proses di mana tubuh menjadi lebih siaga akan
adanya sesuatu yang dapat membahayakan hidupnya.

Bila tak kunjung diatasi, respons ini dapat berujung pada stres berkepanjangan. Dampak
ini tentu berbahaya untuk kesehatan mental, terutama jika Anda memiliki beberapa
kondisi gangguan kecemasan atau serangan panik. Tak hanya secara psikis, efeknya
juga dirasakan pada imunitas tubuh yang memburuk.

Persiapan dapat membantu menemukan solusi yang dapat membuat Anda terhindar dari
masalah. Sayangnya, Anda tetap tidak bisa mengendalikan semua hal yang akan terjadi
di hidup Anda. Terlalu larut memikirkan ketidakpastian malah semakin menguras energi
dan membuat tidak bahagia.

Untungnya, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menghadapinya. Berikut
beberapa tipsnya.

1. Perhatikan hal-hal yang bisa Anda kendalikan


Ketidakpastian selama pandemi membuat banyak hal terjadi tanpa bisa diperkirakan.
Selama ini, Anda mungkin cemas memikirkan virus COVID-19 yang kian merebak serta
dampaknya pada ekonomi atau sektor kehidupan lainnya.

Meski demikian, pandemi sudah terjadi. Daripada memikirkan hal-hal yang tak bisa Anda
kendali, cobalah untuk lebih fokus pada sesuatu yang bisa Anda lakukan.

Contoh, jika dampak pandemi membuat keadaan keuangan terhambat, Anda mungkin
bisa mencari cara untuk tetap mendapat pemasukan dengan mulai membuat usaha atau
mengirimkan CV untuk melamar kerja.

Bila yang Anda khawatirkan adalah kesehatan tubuh Anda, lakukan berbagai cara
mencegah COVID-19 dan menerapkan pola hidup sehat dengan mencuci tangan dengan
sabun, memakai masker saat bepergian, makan makanan yang bergizi, dan olahraga.

2. Fokus pada masa sekarang


Alih-alih membiarkan pikiran Anda melayang ke masa depan, fokuslah untuk jalani hidup
di masa sekarang atau pada yang sedang Anda jalani. Lakukan sesuatu yang sekiranya
dapat membantu Anda dan orang-orang terdekat tetap sehat dan aman.

Pusatkan perhatian pada kegiatan yang sedang Anda lakukan. Seperti saat sedang
berolahraga, tempatkan konsentrasi untuk melalui segala latihan rutin dengan lancar.
Atau ketika sedang memasak, ikutilah resep dengan teliti tanpa membiarkan pikiran
terbang ke hal lain.

Dengan memfokuskan pikiran Anda pada masa kini, Anda dapat mengalihkan pikiran-
pikiran negatif yang selama ini menghantui Anda. Selain itu, Anda juga dapat
meningkatkan suasana hati secara keseluruhan.
3. Jaga hubungan baik dengan orang-orang terdekat
Pada dasarnya, manusia itu makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan orang
lain. Termasuk pada masa-masa sekarang, jadikan waktu karantina di rumah sebagai
kesempatan untuk lebih bercengkerama dengan orang-orang terdekat.

Sempatkan waktu juga untuk menjalin silaturahmi dengan kerabat atau teman-teman
lama lewat aplikasi pesan, telepon video, atau media sosial. Hal ini membantu Anda
seimbangkan keadaan emosional dan mengalihkan perhatian dari cemas akan
ketidakpastian saat pandemi.

Coba juga untuk menceritakan keluhan yang Anda rasakan selama ini agar bisa
mengurangi beban di hati. Siapa tahu, mereka juga mengalami hal yang sama dan
berniat untuk mencari solusi bersama-sama.

Berbagai media—baik nasional maupun internasional—sudah mulai banyak


menyinggung perihal The New Normal, yakni tatanan kehidupan baru sebelum vaksin
maupun obat Covid-19 ditemukan. Dan seperti yang sudah kita ketahui bersama,
kehidupan setelah pandemi ini, hingga saat ini, tidak akan bisa benar-benar kembali
seperti sedia kala.

Semua orang, termasuk anak-anak, harus bersiap mempraktikkan pola hidup baru yang
membuat kita semua tetap terlindungi. Untuk itulah kita para orang tua, perlu
mempersiapkan anak-anak agar dapat beradaptasi baik dengan the new normal ini juga.

Anak-anak dan orang tua harus siap menghadapi the new normal, yaitu sebagai berikut:

1. Standar Hidup Baru

The new normal yang paling jelas terlihat adalah bagaimana cara hidup yang sehat. Kita
harus terus menerapkan kebiasaan  mencuci tangan dengan benar, selalu tersedia hand
sanitizer, memakai masker, tidak menyentuh area wajah, maupun menjaga imun tubuh
dengan konsumsi makanan yang sehat, olahraga, serta berjemur. Jadikan ini sebagai
protokol kesehatan baru bagi keluarga Anda.

Dalam hal ini orang tua harus mulai membiasakan diri dulu dan menjadi contoh bagi
anak-anak, karena anak-anak akan lebih cepat belajar dengan dicontohkan, ketimbang
hanya diberi tahu.

2. Belajar Mandiri

Kita semua memang tidak ada yang tahu kapan pandemi ini berakhir. Bekerja dari
rumah, belajar dari rumah masih akan jadi sesuatu yang terus berlangsung. Orang tua
perlu melatih kemandirian anak dalam proses belajar, membiasakan anak untuk tidak
selalu harus didampingi orang tua saat e-learning maupun mengerjakan tugas,
membiasakan anak mengecek hasil kerjanya sendiri, membiasakan tidak takut salah,
tidak takut mis-komunikasi dengan gurunya, dan sebagainya.

3. Bijak Ber-gadget

Ada beberapa orang tua yang mengeluhkan bahwa anaknya jadi lebih sering
main gadget setelah  belajar di rumah, karena anak-anak merasa bahwa mereka sedang
libur. Mereka tidak bisa mengelola waktu belajar.
Oleh karenanya, orangtua perlu membantu anak-anak menemukan ritme jadwal yang
tidak banyak berubah dengan seperti ketika mereka masih harus datang ke sekolah
secara fisik. Itu akan membuat mereka lebih tertib.
4. Lebih Hati-hati dengan Makanan/Minuman

Sebelum pandemi, anak mungkin bisa dengan 'santai' jajan sepulang sekolah. Tapi di
masa  new normal, mereka harus lebih hati-hati dengan apa pun yang masuk ke mulut
mereka, termasuk makanan dan minuman. Penting bagi orang tua untuk menyiapkan
anak makanan, cemilan dan minuman yang sehat, dan membiasakan anak-anak untuk
tidak lagi dengan leluasa membeli dan menikmati jajanan.

5. “Bermain” Virtual

Selama #dirumahsaja mungkin membuat anak-anak merasa bosan dan kesepian,


karena mereka rindu bertemu atau bermain bersama teman-temannya di sekitar rumah
atau di sekolah. Orang tua bisa mendampingi mereka agar merasa baik-baik saja
dengan tetap terkoneksi lewat teknologi.  Misalnya, anak-anak bisa bermain permainan
seperti ular tangga lewat video call. Namun permainan virtual yang dilakukan tetap
mempertimbangkan dampak negatif dari penggunaan gadget. 

6. Jangan pernah malu untuk meminta bantuan profesional jika dibutuhkan

Tidak semua anak memiliki kondisi psikologis yang sama dalam menghadapi situasi sulit.
Memasuki masa new normal life bisa jadi lebih sulit,  karena anak harus kembali
menyesuaikan diri dengan dunia luar setelah hampir berbulan-bulan tidak bebas keluar
rumah. Belum lagi berbagai informasi di televisi yang terkesan menakutkan dapat
berdampak pada kondisi mental anak. 

Karena itu, bila diperlukan, jangan ragu untuk meminta bantuan dari konselor untuk hal
ini; karena konselor dapat membantu memberikan berbagai tips menjalani new normal
bagi anak dalam menghadapi kecemasan sosial. 

(dari berbagai sumber)

Pandemi virus corona yang melanda dunia, termasuk Indonesia, telah menimbulkan
istilah "The New Normal". Salah satu normal yang baru adalah kegiatan video
conference yang banyak dilakukan ketika menerapkan physical distacing.

Kegiatan video conference yang dilakukan lebih sering dibanding sebelum pandemi
COVID-19. Ledakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari penggunaan video
conference memunculkan istilah baru yaitu "Zoom fatigue" atau kelelahan Zoom.  

Istilah itu merujuk pada sifat kelelahan yang muncul saat banyak melakukan video
conference. Walau memakai Zoom, istilah tersebut juga berlaku jika menggunakan
Google Meets, Skype, FaceTime, atau aplikasi panggilan video call lainnya. 

Apa penyebab dari Zoom fatigue ini?

Andrew Franklin, asisten profesor ilmu psikologi siber di Norfolk State University
menjelaskan, hasil eksperimen sosial terkait penggunaan video call menunjukkan
bahwa interaksi virtual bisa sangat memengaruhi otak.
Menurut Franklin, orang-orang saat ini terkejut dengan betapa sulitnya melakukan
panggilan video yang terbatas pada layar kecil dan banyaknya gangguan, seperti
koneksi, suara, dan lainnya.  

Selama tatap muka, otak sebagian berfokus pada kata-kata yang diucapkan, tetapi
juga memperoleh makna tambahan dari lusinan isyarat non-verbal, seperti melihat
gerak gerik tubuh lawan bicara, gelisah saat berbicara, atau lainnya.

Namun, video conference merusak kemampuan yang tertanam ini, dan membutuhkan
perhatian yang berkelanjutan dan intens terhadap kata-kata. Jika kualitas videonya
buruk, harapan untuk mendapatkan sesuatu dari ekspresi wajah akan hilang.

Tampilan multiple display juga memperbesar masalah Zoom fatigue. Tampilan kotak-
kotak kecil di mana semua peserta rapat tampil dengan berbagai gaya menantang visi
sentral otak, dan memaksanya untuk memecahkan kode begitu banyak orang
sekaligus.

Franklin menyebutkan, perhatian parsial yang terus-menerus bisa disebut sebagai


jenis multi-tasking yang membutuhkan fokus otak. Bagi sebagian orang, perpecahan
fokus yang berkepanjangan dapat menciptakan rasa bingung.  Otak menjadi
kewalahan oleh rangsangan berlebih yang tidak dikenal sambil menjadi kelebihan
fokus pada pencarian isyarat non-verbal yang tidak dapat ditemukan. Itulah sebabnya
panggilan telepon tradisional mungkin kurang membebani otak karena hanya
menyampaikan suara.

Apa saja gejalanya?

Beberapa gejala Zoom fatigue antara lain: 

- Fokus berkurang 

- Kemampuan mengolah info melambat 

- Motivasi menurun 

- Cepat lelah, otot terasa pegal 

- Mudah tersinggung 

- Sulit membuat keputusan 

- Koordinasi tangan dan mata menurun 

- Reflek/ respon melambat.

Bagaimana mengatasinya? 
Meskipun panggilan video harian telah menjadi kebiasaan baru dan nyaman,
panggilan video dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik. Untuk mengatasi
zoom fatigue Anda bisa menerapkan hal-hal berikut.

1. Pakai panggilan telepon. Gunakan panggilan telepon, bukan komputer untuk rapat


via video. Ini bisa mengurangi stres ketika Anda "muncul" hanya dengan suara. Ini
membuat kita tidak perlu berada di depan layar secara terus-menerus. Sehingga mata
dan otot-otot yang Anda gunakan untuk rapat via video akan merasa sedikit
beristirahat.

2. Bergerak. Beristirahatlah sejenak dari layar di antara rapat-rapat dengan video dan
dapatkan udara segar, segelas air, jumping jack atau jalan cepat 10 menit.

3. Hindari kerja ganda di laptop. Saat Anda mengikuti rapat, baiknya fokus


mendengarkan dan membuat catatan di kertas, daripada mencatatnya dengan
mengetik di tab baru.

Membuat catatan dengan tangan telah terbukti meningkatkan retensi di kelas, jadi
ambil pelajaran dari ini dan fokus pada apa yang dikatakan. Dengan berfokus pada isi
rapat dan menulis catatan yang dapat dibaca saat Anda pergi, Anda akan dapat tetap
fokus dan memahami isi dari rapat.

4. Pisahkan ruang kerja di rumah. Pastikan bahwa "ruang kerja" Anda terasa


berbeda dari "ruang tamu" Anda, meskipun ruangnya sama. Ganti pencahayaan saat
Anda "tidak aktif", atur kursi dan letakkan cangkir kopi atau teh di meja. Memakai
trik ini membantu Anda merasa bahwa ada batas antara bekerja dan istirahat di rumah.

5. Jadwalkan rapat. Jangan jadwalkan rapat lewat panggilan video secara berurutan.


Berikan kesempatan pada otak Anda untuk beralih antar pertemuan. Jadwalkan jeda
waktu 15-30 menit di antara satu meeting virtual dengan meeting berikutnya.
Buat ‘mini-break’ di dalam sesi meeting, seperti mengecilkan window, hanya audio,
sekadar mengamati nafas masuk-keluar, dan stretching ringan. 

6. Persiapkan penampilan. Gunakan pakaian kerja lengkap (tidak hanya atasan) saat


bekerja dan baju rumah saat selesai jam kerja. Penampilan yang berbeda akan
memudahkan kerja otak untuk menyesuaikan diri dengan mindset yang relevan. 

7. Belajar online communication skills. Seperti kemampuan komunikasi yang lain,


online communication juga membutuhkan keterampilan khusus. Tingkatkan
kemampuan Anda dengan mengikuti kelas komunikasi online.

Jangan lupa untuk selalu menjaga pola makan dan istirahat sebagai salah satu upaya
untuk terhindar dari Zoom fatigue. Teruslah berdoa agar masa sulit ini bisa segera
berlalu. Dan terlepas dari pentingnya hal-hal yang dibicarakan dalam meeting atau
webinar yang kita ikuti, jangan lupakan ada keluarga kita yang juga memerlukan
kehadiran kita, bercanda tawa bersama kita, berolah raga bersama, dan beribadah
bersama. 
Menghabiskan waktu dengan menonton drakor (drama Korea) memang menjadi
kegiatan yang banyak orang lakukan selama masa karantina. Seperti halnya nonton
serial drakor terbaru, "The World of Married", yang sedang hangat diperbincangkan di
media sosial karena berhasil membuat banyak penonton berteriak geram. Tidak hanya
judul itu, tapi juga ada drakor-drakor lain, maupun film drama seri dari negara lain, yang
menjadi tontonan hiburan di masa pandemi ini. 

Namun di balik hingar bingar sensasi keberhasilan film-film drakor, tersimpan beberapa
potensi dampak buruk yang perlu diwaspadai.

Salah satu dampak yang paling bisa terjadi ketika menonton film drama yang menjadikan
perselingkuhan sebagai salah satu fokus cerita, adalah penonton cenderung
menjadi insecure (rasa tidak aman, gelisah, takut pada kondisi tertentu). Apalagi bila
dalam film yang ditontonya, tokoh utama yang 'sempurna' pun ternyata juga bisa
dikhianati oleh pasangannya.

Lalu, penonton yang sudah memiliki trust issue dengan pasangan (mungkin pernah


dikhianati atau dibohongi di masa lalu), juga bisa semakin menguat kembali
ketakutannya, sehingga bisa cenderung semakin posesif, mengatur bahkan selalu
curigaan dengan pasangannya. Hal ini jelas tidak baik untuk hubungan antar pasangan,
baik itu yang sudah menikah maupun yang masih dalam tahap pacaran.

Belum lagi dari sisi kesehatan tubuh. Menonton tayangan berseri yang memang dibuat
dan disusun sedemikian rupa untuk menimbulkan rasa penasaran dan ingin terus
mengikuti seri berikutnya, membuat orang tanpa sadar sudah terapapar dengan radiasi
dari gadget yang digunakan untuk menonton. Tidak hanya kesehatan mata menjadi
terganggu, tapi juga kesehatan leher, tangan, dan bagian tubuh lainnya. 

Agar tidak terjadi hal yang diinginkan, maka ada beberapa tiga poin yang perlu
diperhatikan, yaitu:

Pilah-pilih Tayangan yang Akan Ditonton. 


Jika memiliki sifat insecure, trust issue, atau trauma pribadi tentang perselingkuhan,
sebaiknya jangan tonton film atau drama yang berbau dengan pengkhianatan. Hal ini
justru bisa meningkatkan sifat insecure dan trust issue yang dimiliki. Pilih tayangan yang
bertema komedi atau romantis saja untuk menenangkan pikiran di masa pandemi ini.

Ambil Sisi Positif.


Jika Anda tetap ingin menonton drakor atau drama dari negara lain, fokuslah pada sisi
positif yang dihadirkan dalam alur cerita, ini berguna untuk meminimalisir efek buruknya
terhadap pikiran. Misalnya, contoh dan ambil saja cara bagaimana seseorang harus
tetap mandiri dan berpikir kepala dingin ketika menghadapi masalah. Jangan fokus pada
sisi drama melankolis yang menguras emosi dan air mata...!

Ubah Mindset
Jika tetap ingin menonton film tersebut, ubahlah mindset Anda. Ingat:  drakor, seperti
halnya film lainnya,  adalah fiksi atau fantasi karangan manusia belaka. Jangan pernah
membandingkan cerita dengan kehidupan nyata, untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Dan jangan sampai menyita perhatian Anda lebih banyak ketimbang keluarga
yang secara nyata-nyata hidup bersama dengan Anda dan lebih memerlukan layanan
Anda.

Memang setiap orang memang memiliki alasan masing-masing dalam menyukai


tontonannya, termasuk juga cerita tentang perselingkuhan. Namun yang terpenting Anda
tetap bisa mengontrol emosi ketika menontonnya, dan tidak terlalu berpikir negatif
bahkan membawa pengaruhnya ke dalam kehidupan nyata Anda.
Tags: #drakor #tontonan #waspada #dampakburuk

Pandemi Covid 19 yang terjadi selama beberapa bulan terakhir ini membuat banyak
orang merasa bingung, cemas, stres, dan frustasi. Sejumlah orang khawatir sakit atau
tertular Covid-19. Di sisi lain mereka juga risau masalah finansial, pekerjaan, masa
depan, dan kondisi setelah pandemi.

Banyak ketidakpastian membuat orang sulit merencanakan masa depan. Hal itu
membuat orang jadi jengkel. Bagi sebagian orang, rasa stres dan cemas menghadapi
pandemi corona bisa sampai mengganggu kesehatan mental. Terlebih jika sebelumnya
seseorang memiliki riwayat gangguan kecemasan, depresi, serangan panik, atau
gangguan obsesif kompulsif.

Ketika seorang merasa stres, secara alamiah memicu respons tubuh untuk bereaksi
menghadapi stres. Ketika menghadapi potensi bahaya, sistem saraf simpatik otomatis
berada dalam mode mempertahankan diri. Hal itu dikontrol bagian otak yang
mengendalikan emosi bernama amigdala. Saat stres, amigdala mengirimkan "sinyal
marabahaya" ke kelenjar hipotalamus di dasar otak. Hipotalamus lantas memberikan
kode pada kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon stres kortisol dan adrenalin.
Begitu hormon tersebut terlepas, otot di dalam tubuh otomatis jadi tegang. Ketegangan
otot itu berfungsi melindungi diri dari cedera. Jantung pun jadi berdetak lebih kencang
untuk memompa lebih banyak darah ke otot dan meningkatkan asupan oksigen. Inilah
yang memicu napas jadi cepat atau sesak dan jantung berdebar-debar saat seseorang
mengalami stres. Dalam kondisi "terancam", tubuh juga melepaskan lebih banyak
glukosa dan lemak ke aliran darah untuk menyediakan bahan bakar tambahan agar
seseorang lebih waspada.

Respons tubuh saat menghadapi stres tersebut umumnya normal dan tidak
menimbulkan masalah kesehatan. Namun, apabila sistem saraf otonom tersebut terus-
menerus diaktifkan seperti saat menghadapi pandemi corona, dampaknya bisa
mempengaruhi kesehatan. Dalam jangka pendek, stres kronis dapat mengganggu sistem
daya tahan tubuh sampai sistem pencernaan. Dalam jangka panjang, stres kronis ini
dapat menyebabkan migrain, penyakit jantung dan stroke, diabetes, tekanan darah
tinggi, depresi, dan gangguan kecemasan. Dalam kondisi pandemi corona, wajar jika
beberapa di antara Anda mungkin merasa gelisah, susah tidur, pusing, mual, tidak
berselera makan, atau sering mimpi buruk. Gejala tersebut umumnya akan menghilang
seiring berjalannya waktu. Namun, bagi orang yang merasakan gejala tersebut
berlangsung lebih dari satu bulan, dan sampai mempengaruhi hubungan pribadi dan
pekerjaan, bisa jadi stres mulai memengaruhi kesehatan mental. Bila hal ini terjadi,
segera berkonsultasi pada tenaga profesional.

Untuk meminimalkan dampak stres selama masa pandemi ini, Anda bisa melakukan
beberapa  hal sebagai berikut: 

1. Bertemu Online dengan Keluarga dan Teman.  Selama internet masih berfungsi, itu
adalah kabar baik bagi kesehatan mental kita. Dengan koneksi internet, kita masih bisa
menghubungi dengan orangua dan sanak keluarga di kampung halaman, mengobrol
dengan orang tersayang yang tinggal jauh, berbicara dengan guru sekolah tentang
rencana pelajaran anak-anak atau menghubungi teman-teman dekat hanya untuk
tertawa bersama mereka. Koneksi online semacam ini bisa menjaga kesehatan mental
selama masa karantina.
2. Bantu Orang Lain yang Membutuhkan. Banyak orang terkena imbas secara
ekonomi akibat pandemi virus corona. Selain banyak orang kehilangan pekerjaan, jutaan
usaha kecil di ambang kehancuran finansial. Realitas ekonomi akibat pandemi virus
corona benar-benar meresahkan. Dalam kondisi ini, kita bisa menjadi secercah “cahaya”
bagi orang yang membutuhkan. Kita bisa membagikan makanan untuk orang yang
membutuhkan, menggalang sumbangan untuk membeli alat kesehatan yang kemudian
disumbangkan ke rumah sakit atau membagikan masker sekaligus mengedukasi orang-
orang yang tak bisa tinggal di rumah karena harus mencari uang. Membantu orang lain
yang membutuhkan akan membuat kita merasa baik tentang diri sendiri, dan dengan
demikian akan baik untuk kesehatan mental dan stabilitas emosi selama masa krisis ini.
Tidak ada yang terasa lebih baik dari berbagi, terutama ketika ada begitu banyak orang
lain yang sangat membutuhkan.

3. Luangkan Waktu untuk Memanjakan Diri.  Keinginan untuk memanjakan diri sendiri
itu tidak ada salahnya, apalagi di masa seperti saat ini . Jika Anda merasa kewalahan
dan berada di ambang krisis kesehatan mental, luangkan waktu sebentar untuk
bernapas, rileks, dan lakukan sesuatu hanya untuk diri sendiri. Tonton film dan acara TV
favorit, menikmati mandi busa yang menenangkan atau membaca buku sambil
menyeruput secangkir teh atau kopi. Apapun itu yang bisa membuat rileks, lakukanlah.

4. Seleksi dalam Mendapatkan Informasi. Walaupun penting untuk tetap mendapat


informasi dan mengikuti berita terbaru, bukan berarti harus diikuti 24 jam dalam sehari
dan 7 hari dalam seminggu. Pasalnya, berita buruk, apalagi hoax, dapat memiliki
dampak negatif yang sangat besar pada kesehatan mental. Jika ingin meningkatkan
kesehatan mental dan merasa lebih baik, mulailah dengan melakukan diet media.
Periksa berita terbaru sesekali saja, pastikan dari sumber berita yang terpercaya. Lalu
lakukan aktivitas lain, termasuk membaca buku yang baik atau mendengarkan musik
favorit sambil bersantai, dan teratur membangun relasi dengan orang lain yang Anda
kenal. Gali dan wujudkan kreativitas Anda, baik itu melalui kegiatan memasak, atau
kegiatan seni rupa. 

Dengan menjaga hidup yang tetap seimbang,  dapat membantu kita menghadapi masa
karantina lebih efektif, sehingga kita dapat muncul dengan lebih bahagia dan lebih sehat
ketika masa pembatasan sosial akibat pandemi corona ini berakhir.

(Dari berbagai sumber)

Sejak pandemi covid 19 melanda berbagai negara,, termasuk Indonesia, maka banyak
orang yang 'dipaksa' untuk tinggal di rumah saja, dan melakukan berbagai aktivitas di
rumah, termasuk bersekolah, kuliah, dan bekerja dari rumah. 

Himbauan untuk tetap di rumah selama pandemi corona membuat intensitas menatap
monitor elektronik semakin tinggi dengan durasi yang kian lama. Secara terus menerus,
itu bisa berdampak timbulnya computer vision syndrome (CVS), yaitu gangguan pada
mata akibat penggunaan piranti berbasis komputer. Gejala yang paling sering muncul
adalah terjadinya mata kering, karena berkurangnya refleks berkedip dan kontras
pencahayaan dari monitor yang kerap menyebabkan mata lelah. 

Selain efek tersebut, berikut dampak-dampak negatif terpaparnya mata kita pada monitor
elektronik :
1. Terjadi ketegangan pada mata. Diprediksi 2 dari 3 orang akan mengalami
ketegangan mata yang disebabkan oleh menatap layar gadget berlebihan. Studi
menunjukkan bahwa rata-rata orang melihat smartphone lebih dari 150 kali dalam sehari.
Padahal, ini menyebabkan banyak efek negatif bagi mata.

2. Menyebabkan mata kering. Keasyikan bermain dan memakai smartphone juga bisa


menyebabkan mata kering. Anak-anak yang banyak menghabiskan waktu dengan
smartphone memiliki gejala mata kering. Kondisi mata kering ini ditandai ketika mata
tidak menghasilkan cukup air mata dan menyebabkan mata jadi merah, bengkak dan
iritasi. Ketika kita menatap layar, kita kurang berkedip, membuat mata kurang lembap
dan akhirnya menjadi kering. Namun, kabar baiknya, ketika penggunaannya dibatasi
dalam waktu satu bulan, gejala mata kering tersebut akan berkurang. 

3. Membuat penglihatan jadi kabur.  Terus-menerus menatap layar laptop atau


smartphone menyebabkan penglihatan kabur dan sakit kepala. Kondisi ini disebut
dengan computer vision syndrome (CVS). CVS dapat merusak penglihatan, gejalanya
ditandai dari penglihatan kabur, mata lelah, sakit kepala, sakit leher dan mata kering.
Penyebabnya adalah terlalu sering menatap layar gadget, bekerja dalam pencahayaan
yang buruk, memiliki postur duduk yang buruk dan telah memiliki masalah penglihatan
sebelumnya, sehingga membuat kondisi semakin parah. 

4. Menyebabkan pusing.  Ternyata, menatap layar gadget terlalu lama tidak hanya
mengakibatkan masalah penglihatan, tetapi juga menyebabkan pusing. Biasanya, pusing
ini juga disertai dengan masalah lain, yakni mata tegang, leher kaku dan sakit kepala. 

5. Leher menjadi kaku.  Menatap layar gadget terlalu lama bisa menyebabkan leher
kaku. Apalagi, ketika kita melakukannya dengan posisi yang salah, seperti menunduk ke
bawah. Menundukkan kepala memberikan banyak tekanan ekstra pada tulang belakang
leher. Faktanya, menundukkan kepala dapat memberi tekanan hingga 60 pon (27 kg)
pada tulang belakang. Bahkan, beban akan bertambah 27 pon ketika kemiringan kepala
mencapai 15 derajat. Akumulasi beban ini dapat menyebabkan tekanan pada tulang
belakang dan jaringan lunak di sekitarnya.

6. Mengakibatkan sakit punggung. Tak hanya berimbas pada mata, menatap layar


gadget terlalu lama juga bisa menyebabkan sakit punggung. Beberapa laporan
menunjukkan bahwa tulang belakang berada di bawah tekanan saat menggunakan
smartphone. Apalagi, jika kita menatap gadget terlalu dekat dengan mata, punggung kita
jadi tertekuk, lalu mengakibatkan otot nyeri. Kondisi ini juga bisa memicu osteoartritis dini
pada tulang belakang leher dan punggung menjadi kaku.

7. Tangan jadi sakit dan kaku.  Bukan mata, leher dan punggung saja yang jadi korban,
tetapi juga tangan. Ini akibat kita memegang smartphone dengan tangan selama berjam-
jam. Berbagai studi mengungkapkan, bahwa tiap orang rata-rata menghabiskan minimal
5 jam per hari memakai smartphone dan mengakibatkan sindrom carpal tunnel.  Carpal
tunnel menyebabkan rasa sakit, mati rasa, kesemutan di lengan dan tangan. Kondisi ini
terjadi ketika salah satu saraf utama tangan, yaitu saraf median, terlalu lama mendapat
tekanan. Peredaran darah pun menjadi tak lancar dan mengakibatkan rasa nyeri, mati
rasa dan kesemutan di tangan.

Mengingat hingga saat ini belum ada keputusan yang resmi dan pasti kapan kita bisa
mulai beraktivitas kembali seperti sebelum masa pandemi, sehingga mata kita masih
akan terpapar monitor elektronik dengan cukup lama dan cukup sering. Untuk itu kita
perlu menjaga indera pandang Anda secara mandiri selagi #dirumahaja; dengan
melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 
1. Atur Jarak Pandang. Upayakan mempertahankan jarak pandang yang sehat, yakni
minimal 33 cm ketika menggunakan ponsel dan 60 cm untuk komputer.

2. Koreksi Kelainan Refraksi. Jika memiliki kelainan refraksi, baik minus, plus, ataupun
silinder, sebaiknya gunakan kacamata selama melakukan pekerjaan, atau mengikuti
pelajaran di depan layar komputer.

3. Beri Durasi Tatap Layar. Batasi waktu Anda melihat layar secara disiplin. Maksimal
setiap 2 jam, jauhkan mata dari layar selama 15 menit. Bahkan, bagi anak di bawah usia
16 tahun, karena sedang dalam masa perkembangan, termin maksimal yang sehat untuk
menatap layar hanyalah 2 jam sehari. Itu pun durasi akumulasi, tidak 2 jam secara terus-
menerus.

4. Alihkan Pandangan Sejenak, Lakukan Aktivitas yang lain. 


Selain durasi yang didisiplinkan, pengalihan pandang juga krusial untuk menjaga mata
tetap sehat. Terapkan rumus 20-20-20:  setiap 20 menit menatap gadget, palingkan mata
Anda selama 20 detik untuk melihat objek berjarak 20 meter. Fokuskan mata pada target
pandang yang jauh dan warna yang lebih segar, seperti hijau dan biru. Lihat pohon atau
rumput di halaman, atau pandang birunya langit lewat jendela. Bangkit dari tempat
duduk, dan melaukkan aktivitas lain, juga akan menghindarkan Anda dari gangguan
pada leher, punggung, dan tangan.

5. Setel Pencahayaan. Perhatikan pencahayaan ruangan saat Anda menggunakan


gadget. Jangan sampai terlalu redup, apalagi menatap ponsel sebelum tidur ketika
lampu sudah dimatikan. Mata akan bekerja lebih keras dalam kondisi demikian. Setel
pula tingkat kekontrasan layar pada gadget agar mata Anda nyaman.

6. Jaga Kelembaban Mata. Menatap layar secara terus-menerus jelas memengaruhi


kelembaban mata. Risiko mata kering pun semakin rentan terjadi. Gunakan obat tetes
mata, sebaiknya yang tanpa pengawet. Namun bila gangguan tetap terjadi, segera
konsultasi dengan dokter spesialis mata.

7. Bangun Imunitas Tubuh, dan Hindari Dehidrasi.


Ini langkah sederhana yang mutlak dilakukan terlebih di tengah pandemi COVID-19.
Cukupi nutrisi dalam tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara
teratur dan mencukupi, serta menjaga tingkat hidrasi tubuh kita dengan minum air putih
secara konsisten. Imunitas tubuh yang kuat sejalan dengan kesehatan mata yang prima.
Di samping itu, anjuran berjemur ternyata tak hanya berimbas positif pada kondisi tubuh.
Kesehatan mata pun turut terdongkrak. Terlebih, bagi anak-anak yang sedang dalam
tahap perkembangan organ mata. Berjemurlah secara aman dengan menghindari
paparan sinar matahari langsung masuk ke mata. Tidak perlu berlama-lama, cukup 15-
30 menit di pagi hari, ketika indeks Ultra Violet (UV) berada di angka 3-5.

Dengan menjaga mata tetap sehat selama berlangsungnya masa PSBB, Anda pun bisa
menjalankan aktivitas #dirumahaja dengan nyaman. 

(Dari berbagai sumber)

Mengikuti perkembangan tentang virus corona memang penting untuk kewaspadaan.


Namun terus-menerus terpapar informasi, baik yang terpercaya maupun tidak, juga
dapat membuat seseorang menjadi lebih stres. Orang yang sebelumnya sudah
mengalami gangguan mental, anak-anak, para tenaga medis atau relawan yang berada
di garis depan dalam peperangan menghadapi pandemi saat ini, adalah kelompok yang
mungkin paling rentan terkena dampak psikis dari krisis ini.

Rasa takut dan kuatir berlebihan akan berpengaruh terhadap kesehatan diri sendiri,
maupun orang-orang tercinta di sekeliling kita.  

Bagaimana cara mengendalikan emosi di tengah wabah corona?

1. Cari sumber-sumber yang dapat dipercaya.

Dalam sehari, ada beragam informasi yang berkaitan dengan corona disebar oleh
keluarga atau teman melalui  aplikasi pengiriman pesan. Anda sebaiknya lebih hati-hati
karena tak menutup kemungkinan bahwa berita itu hoaks, yang justru membuat Anda
bisa lebih panik dan cemas.

Pastikan Anda selalu memantau perkembangan virus corona dari sumber-sumber yang
benar-benar terpercaya. Contohnya dari situs WHO, Kementerian Kesehatan RI, dan
Health Map.

2. Jaga kesehatan dengan baik

Di tengah pandemi COVID-19 ini, salah satu hal yang dapat Anda lakukan agar lebih
tenang adalah menjaga kesehatan. Terapkan pola hidup sehat dengan kiat-kiat di bawah
ini:

- Mengonsumsi makanan sehat dan seimbang.

- Minum air putih yang cukup, minimal 2 liter untuk orang dewasa.

- Tetap aktif dengan rutin berolahraga.

- Cukup tidur, setidaknya 7-9 jam untuk orang dewasa.

- Hentikan kebiasaan merokok dan minum alkohol.

- Cuci tangan lebih sering, setidaknya 20 detik dengan air bersih yang mengalir dan
sabun. Lakukan ini sebelum maupun sesudah makan atau menyiapkan makanan, serta
sesudah bepergian, bersin, batuk, atau ke toilet.

- Berdoa dan membaca Kitab Suci juga bisa membantu dalam menenangkan kekuatiran
yang berkecamuk dalam diri Anda.

3. Tetap terhubung dengan orang-orang tercinta

Kebijakan isolasi telah diberlakukan di beberapa wilayah demi mencegah penyebaran


virus corona. Hal ini bisa saja membuat Anda lebih stres dan merasa kesepian.

Dengan memelihara koneksi bersama orang-orang yang Anda sayangi, rasa panik, takut,
dan lelah dapat terasa jauh berkurang.
Menelepon atau melakukan video call dengan keluarga dan teman-teman termasuk cara
jitu yang bisa Anda lakukan untuk tetap terhubung dan menjaga kesehatan mental. Anda
dapat bercerita dan berbagi canda, sehingga perasaan akan lebih tenteram. Saat
mengobrol dengan keluarga dan teman-teman, usahakan agar Anda tidak terlalu fokus
untuk membahas wabah ini.

Jika Anda membagikan informasi seputar virus corona pada orang lain, pastikan dulu
bahwa info tersebut benar-benar valid dan berasal dari sumber-sumber terpercaya.

4. ‘Puasa’ sejenak dari berita, bahkan bila perlu dari media sosial.

Tidak sehat jika Anda terus-menerus membaca, mendengar, dan menonton berita.
Cobalah luangkan waktu untuk bersantai dan melakukan beberapa aktivitas seperti
misalnya: membaca buku, berkebun, mendengarkan musik atau podcast, menggambar,
dan lainnya. Bukannya Anda sama sekali menghindari berita. Anda hanya perlu
membatasinya agar tidak terlalu stres.

5. Alihkan perhatian untuk sementara.

Sesekali Anda juga butuh untuk mengalihkan perhatian dan bersantai untuk beberapa
waktu.

Sebagai contoh, Anda bisa bermain bersama hewan piaraan, berjalan mengelilingi
rumah, merawat tanaman, belajar dari buku-buku, ataupun mengikuti webinar atau acara
live di media sosial, dan banyak lagi.

Anda juga  bisa mengeksplorasi kreativitas Anda seperti memasak, bermain musik,
melukis, membuat lagu atau puisi, ataupun aktivitas-aktivitas lainnya.

6. Berpikir positif.

Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk memelihara pikiran positif. Mulai dari
memberikan sugesti positif pada diri sendiri, lebih berfokus pada hal-hal baik dan
menyenangkan dalam hidup, serta berbagi cerita dan canda dengan orang-orang tercinta
maupun orang-orang yang membuat Anda lebih semangat.

Melihat kembali gambar2 kenangan Anda yang indah dan menyenangkan, menonton film
atau acara yang lucu, juga bisa membantu Anda untuk berpikir lebih positif.

Bila Anda merasa sudah melakukan tips-tips di atas, namun saat ini Anda tetap
merasakan bahwa Anda sedang stres dan krisis emosional lainnya, jangan anggap
remeh. Segera hubungi pihak yang dapat membantu, seperti konselor, atau psikolog;
agar Anda bisa segera ditolong.
Tags: #kuatir #anxiety #panik #corona #stayathome

Anda mungkin juga menyukai