Anda di halaman 1dari 24

TUGAS

BANGUNAN LEPAS PANTAI

Disusun oleh :
Raja Putra Herdiana - 1921044

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2024
TUGAS 3
STRUKTUR FIXED-OFFSHORE PLATFORM

Pendahuluan

Struktur tetap bangunan lepas pantai atau fixed-offshore platform merupakan struktur platform
yang terpancang pada dasar laut, yang dapat diklasifikasikan menjadi 5 tipe, yakni tipe sederhana
(minimal platform), struktur berbasis gravitasi (gravity-based structure), tipe jack-up, tipe
compliant tower dan tipe jacket (jacket platform). Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut
mengenai tipe-tipe struktur tetap tersebut.

• Minimal Platform

Pada lokasi dengan kedalaman yang rendah, struktur tetap yang


efisien utuk digunakan adalah tipe struktur sederhana atau
minimal platform. Tipe minimal platform ini selain mudah untuk
dibangun, harga pembuatannya pun cenderung lebih murah
dibandingkan dengan struktur tipe lain.

Biasanya struktur seperti ini menyokong untuk sumur minyak


yang berukuran kecil, memiliki anjungan yang kecil namun cukup
untuk menopang seluruh peralatan yang dibutuhkan, sebuah
crane yang kecil, sebuah boat landing, dan sebuah heli deck
berukuran minim.

Pada studi yang dilakukan oleh Chevron (Chakrabarti, et al, 2001),


tipe minimal platform ini biasanya dipilih untuk lokasi dengan
kedalaman 150 ft (46 meter), 200 ft (61 meter). Berikut ini
merupakan gambar tipe struktur sederhana (minimal platform).

Gambar Minimal Platform

• Gravity-Based Structure
Struktur lepas pantai yang diletakkan di atas dasar
laut dengan memanfaatkan bebannya sendiri
disebut struktur berbasis gravitasi atau Gravity-
Based Structure. Struktur ini tidak perlu
menggunakan jangkar untuk menahan
strukturnya. Biasanya struktur berbasis gravitasi
dibangun di lokasi yang dekat dengan daerah
pesisir dan memiliki kedalaman yang dangkal.

Struktur tipe ini biasanya dibangun dengan


menggunakan material baja atau beton dimana
karena beratnya struktur ini secara alamiah akan
stabil. Gravity-based structure ini dapat dilihat
pada gambar di samping.

Gambar Gravity-Based Structure

Sebuah Gravity-Based Structure dari baja yang sangat besar dibangun di Maureen Field, Inggris pada
tahun 1984 untuk keperluan operasi Phillips Petroleum. Semenjak Gravity-Based Structure mulai
dibutuhkan dengan volume dan ketinggian yang lebih besar, beton menjadi pilihan untuk menjadi
material dari struktur tipe ini. Struktur tipe ini dengan beton sebagai materialnya yang pertama
adalah Condeep-B yang dibangun di Beryl Field, Stavanger, Norway.

• Jack-Up Structure
Tipe struktur jack-up ini merupakan struktur yang
dapat berpindah dari satu tempat ke tepat lain
karena kaki dari pondasi ini merupakan struktur
yang tidak permanen.

Kelebihan lain yang dimiliki struktur jack-up ini


selain kehandalannya dalam bermobilisasi adalah
dapat ber-elevasi sesuai dengan kedalaman laut di
lokasi pengemboran. Jack-up structure ditunjukkan
seperti pada gambar disamping.

Gambar Jack-Up Structure

Tipe jack-up ini biasanya berupa struktur dengan


tiga kaki yang menopang sebuah deck di atasnya. Kaki-kaki tersebut terbuat dari batang tubular.
Struktur ini biasanya digunakan untuk operasi eksplorasi pengeboran karena itu dirancang untuk
dapat berpindah-pindah. Struktur tipe ini biasanya untuk lokasi dengan kedalaman 305-361 ft
(93-110 meter).

• Compliant Tower
Struktur compliant tower ini mirip dengan strukur jaket.
Namun struktur ini memiliki kelebihan yang mampu
menahan beban gaya lateral dengan tiangnya yang
fleksibel. Tiang fleksibel tersebut masih dapat menahan
deck konvensional. Contoh dari compliant tower dapat
dilihat pada gambar disamping.

Gambar Compliant Tower


• Jacket Platform

Tipe struktur jacket platform ini merupakan tipe struktur


yang paling lazim digunakan dalam operasi pengeboran
dan produksi lepas pantai. Desain untuk tipe struktur ini
pun bervariasi. Struktur jacket ini terdiri dari batang-
batang tubular yang terinterkoneksi menjadi bentuk
three-dimensional space frame. Struktur ini biasanya
memiliki empat sampai delapan kaki untuk mencapai
kestabilan terhadap beban-beban gelombang. Tiang
utama tubular biasanya dipancangkan melalui jaket
sampai ke dasar laut. Untuk lebih jelasnya struktur jacket
dapat dilihat pada gambar disamping.

Gambar Jacket Platform

Struktur jacket terdiri dari beberapa bagian, yaitu


jacketnya sendiri, kemudian deck, dan pondasi atau tiang. Jacket merupakan bagian bawah pada
struktur yang berfungsi menopang struktur bagian atas. Pada jacket biasanya terdapat struktur-
struktur tambahan seperti, boatlanding, konduktor dan penahannya, riser, walkways, dll. Jacket
ini sendiri nantinya berfungsi melindungi tiang baja yang ada di dalamnya. Maka dari itu
biasanya jacket berupa pipa baja tubular dengan ukuran tertentu sesuai dengan tiang baja yang
akan dilindungi didalamanya.
Pada Jacket legs,

Gambar Layout Jacket Platform dalam eksplorasi

Struktur bagian jacket berikutnya adalah deck yang merupakan bagian atasnya struktur jacket.
Struktur deck menjadi bagian yang dijadikan sebagai tempat peralatan operasional seperti
peralatan drilling, produksi, storage room, dan fasilitas operasional lain yang diperlukan untuk
kebutuhan operasional.

Struktur bagian berikutnya adalah pondasi. Pondasi ini biasanya berupa tiang (pile). Tiang ini
dipancangkan ke dasar laut dengan diselubungi oleh jacket. Sebagai pondasi, tiang ini mampu
untuk meneruskan seluruh gaya luar yang terjadi pada anjungan ke dalam tanah.

Struktur jacket biasanya mampu menopang 2-3 dek dengan berbagai macam peralatan operasi
di atasnya. Struktur ini awalnya diletakkan di lokasi dengan kedalaman 500-600 ft (150-180
meter). Namun terdapat sebuah jaket tiga bagian yang besar dengan berat sebesar 34.300 ton
yang diinstal pada tahun 1979 di Cognac Field, Gulf of Mexico dengan kedalaman 1000 ft (300
meter), diikuti dengan Cerzeva Liguera (935 ft/ 285 meter), Pompano (1290 ft/ 393 meter), dan
Bullwinkle (1350 ft/ 412 meter).

1. Tahapan Desain Struktur Fixed-Offshore Platform


Dalam perencanaan struktur lepas pantai, terdapat beberapa tahapan utama yang harus
dilakukan. Tahapan tersebut yaitu tahap persiapan, tahap desain, tahap penawaran, dan tahap
konstruksi. Dimana dalam perencanaan struktur anjungan lepas pantai pada umumnya
mencakup bidang keilmuan yang disajikan pada gambar di bawah ini.

Gambar Cakupan bidang keilmuan pada anjungan lepas pantai

Tahapan desain pada pembangunan struktur tetap bangunan lepas pantai atau fixed-offshore
platform, dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tahap desain, yaitu:
1) Tahap Desain Konseptual, merupakan tahapan menentukan definisi umum dari setiap
komponen sistem seperti fungsi anjungan, sistem sumur, fasilitas, transportasi, living
quarter, tempat penyimpanan, dan pengolahan. Tujuan dari pembuatan desain konseptual
ini adalah untuk dapat memperkirakan jadwal dan harga pembangunan.
2) Tahapan Desain Dasar, meliputi daftar peralatan, spesifikasi, gambar struktur secara umum,
material struktur, kemudian pembuatan dokumen engineering-procurement-construction
(EPC) dan penjadwalan proyek pembangunan.
3) Tahapan Desain Detail, meliputi analisis detail, gambar akhir, gambar fabrikasi, rancangan
transportasi, dan rancangan instalasi.
Untuk perencanaan dan desain struktur anjungan lepas pantai sendiri mengacu pada Peraturan
perencanaan dan spesifikasi standar:
1. API RP 2A-WSD, 21st Edition Recommended Practice for Planning, Designing, and
Cosntruction Fixed Offshore Platform. American Petroleum Institute, Washington DC, July
1st, 2000.
2. AISC 9th Edition Manual of Steel Construction, Allowable Stress Design. American Institute
of Steel Construction, AISC, New York 1989.

Menurut Yong Bai, 2003 dalam buku Marine Structural Design, tahap desain pembangunan
bangunan lepas pantai secara umum meliputi kegiatan:
1. Mengidentifikasi kebutuhan proyek.
2. Mengevaluasi kondisi lingkungan dan kondisi tanah.
3. Mengembangkan proposal desain awal yang memfokuskan pada metode instalasi.
4. Mengevaluasi metode instalasi mempertimbangkan feasibilitas teknis dan ekonomi.
5. Menentukan dimensi struktur yang dapat menahan beban-beban in-place selama kondisi
operasi.
6. Mengevaluasi desain untuk memastikan bahwa struktur yang didesain mampu menahan
beban selama kegiatan transportasi dari lokasi fabrikasi sampai pada lokasi instalasi.
7. Memperhitungkan aktivitas penanggungjawaban terhadap struktur setelah ditinggal pasca
masa operasi.
8. Memenuhi kualitas dan kebutuhan HSE (Health, Safety, and Environment).

Berdasarkan fase project management dalam perencanaan project, maka desain proyek dapat
dibedakan atas Work Breakdown Structure (WBS) dan Product Work Breakdown Structure
(PWBS), dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Work Breakdown Structure (WBS)


Work Breakdown Structure (WBS) merupakan proses awal dari project management yang
membagi dalam fase-fase project. WBS sangat penting dalam perencanaan project. Dengan
WBS kita akan menuliskan tahapan-tahapan project secara mendetail, mulai analisis dan
kebutuhan anggaran, analisa kebutuhan SDM (Sumber Daya Manusia) dan sumber-sumber
daya lainnya seperti tempat, fasilitas, dan alat-alat yang diperlukan.

Dalam WBS kita akan membuat daftar fase-fase pengerjaan project, dimana fase selanjutnya
tergantung pada fase sebelumnya, tetapi ada juga beberapa fase yang bisa dikerjakan secara
bersama-sama. Dari analisa ini kita bisa memperkirakan kapan project bisa dimulai dan kapan
project bisa selesai.
2) Product-Work Breakdown Structure (PWBS)
Product-Work Breakdown Structure (PWBS), merupakan skema klasifikasi dari perincian
pekerjaan berdasarkan produk, atau dapat dikatakan bahwa perspektif pembagian/perincian
struktur pekerjaan berorientasi produk. Komponen-komponen dan subassembly digrupkan
secara permanen berdasarkan karakteristik dan klasifikasinya dengan memperhatikan desain
dan manufaktur.

Skema klasifikasi dalam PWBS dalam proses produksi antara lain:


a. Klasifikasi pertama adalah: Construction, Outfitting, dan Painting. Selanjutnya, masing-
masing pekerjaan tersebut dibagi lagi ke dalam pekerjaan fabrikasi dan assembly.
b. Klasifikasi kedua adalah: mengklarifikasi produk berdasarkan produk antara (interim
product) sesuai dengan sumber daya yang dibutuhkan, misalnya produk antara di bengkel
fabrication, assembly dan bengkel penguatan (erection). Sumber daya tersebut meliputi
Bahan (Material), Tenaga Kerja (Manpower), Fasilitas (Facilities), dan Biaya (Expences).
c. Klasifikasi ketiga adalah: klasifikasi berdasarkan empat aspek produksi, hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah pengendalian proses produksi. Aspek pertama dan
kedua adalah system dan zone, dua aspek produksi lainnya yaitu area dan stage.

Definisi dari keempat aspek produksi tersebut adalah proses produksi menurut:
1) Kesamaan proses produksi ataupun masalah pekerjaan yang berdasarkan pada:
• Bentuk (misalnya melengkung dengan blok datar, baja dengan struktur aluminium,
diameter kecil dengan diameter besar pipa, dan lain-lain);
• Kuantitas (misalnya pekerjaan dengan jalur aliran, volume on-blok perlengkapan
selain untuk rangka, dan lain-lain);
• Kualitas (misalnya kelas pekerja yang dibutuhkan, dengan kelas fasilitas yang
dibutuhkan, dan lain-lain);
• Jenis pekerjaan, misalnya penandaan (marking), pemotongan (cutting),
pembengkokan (bending), pengelasan (welding), pengecatan (painting), pengujian
(testing), dan lain-lain;
• Dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pekerjaan.
2) Pembagian proses produksi sesuai dengan urutan pekerjaan, misalnya sub-pembuatan
(sub-steps of fabrication), sub-perakitan (sub-assembly), perakitan (assembly),
pemasangan (erection), perlengkapan on-unit (outfitting on-unit), perlengkapan on-
blok (outfitting on-block), dan perlengkapan on-board (outfitting on-board).
2. Kriteria Perencanaan Konstruksi Fixed-Offshore Platform
Terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam perencanaan desain konstruksi Fixed-
Offshore Platform, antara lain:
1) Material Baja
Material baja disini harus mencakup seluruh desain elemen struktur dan memenuhi
tegangan izin yang telah ditentukan oleh AISC Specification for the Design, Fabrication, and
Erection of Structural Steel for Buildings, edisi terbaru. Seluruh persyaratan tegangan ijin
pada baja tubular ini dibuat berdasarkan API RP2A-WSD Recommended Practice for Planning,
Designing, and Construction Fixed Offshore Platform.

Tegangan izin meliputi tegangan izin pada kondisi aksial tekan, aksial tarik, lentur, geser,
kombinasi aksial tekan dengan lentur, dan kombinasi aksial tarik dengan lentur. Tegangan
izin AISC dapat diperbesar menjadi sepertiganya ketika tegangan yang diakibatkan oleh gaya
lateral dan vertikal kondisi beban lingkungan yang diakibatkan oleh kondisi lingkungan.
Desain penampang dengan cara ini tidak boleh kurang dari penampang yang diperlukan
untuk desain akibat beban hidup dan beban mati tanpa peningkatan sepertiga tegangan izin.

Struktur tetap anjungan lepas pantai (Fixed Offshore Platform) pada umumnya menggunakan
baja biasa. Material baja akan bersifat elastic selama tegangan yang terjadi tidak melalui
tegangan lelehnya. Pada perencanaan desain, tujuan utamanya adalah menentukan dimensi
komponen yang sesuai sehingga kondisi elastic tetap dipenuhi selama dibebani beban
rencana. Faktor keamanan safety factor biasanya diterapkan untuk mendapatkan tegangan
izin (allowable stress = yield stress/ safety factor) yang kemudian menjadi kriteria tegangan
yang tidak boleh dilewati selama struktur dibebani gaya rencana. Metode yang umum
digunakan adalah Working Stress Design (WSD) dalam API RP2A dan sesuai dengan spesifikasi
AISC yang disebut Allowable Stress Design atau desain tegangan yang diizinkan.

Terdapat berbagai tegangan yang diperhitungkan dalam desain, yaitu tegangan tarik aksial,
tegangan tekan aksial, tegangan lentur, kombinasi tekan aksial dengan lentur, kombinasi
aksial dengan lentur, tarik aksial dan tekanan hidrostatis, dll. Semua tegangan itu dapat
mudah diketahui dalam desain dengan bantuan software elemen hingga yang digunakan
dalam pemodelan struktur nantinya.

2) Perencanaan Beban Pada Struktur


Desain setiap anjungan lepas pantai, harus mampu menopang beban struktur anjungan
tersebut. Beban-beban yang mengenai struktur dan kemudian diperhitungkan disesuaikan
dengan jenis analisis yang akan dilakukan. Secara umum analisis anjungan lepas pantai secara
lengkap memperhitungkan semua beban mulai dari fabrikasi, instalasi, sampai tenggang
waktu.

a. Definisi Pembebanan
Beban-beban yang mengenai struktur lepas pantai secara umum menurut Ir. Ricky
Lukman Tawekal, MSE, Ph.D dalam Bangunan Lepas Pantai meliputi:
1. Beban tetap (Beban Mati)
2. Beban saat kondisi operasi
3. Beban lingkungan termasuk beban gempa
4. Beban konstruksi-instalasi
5. Beban impak

Beban lingkungan disini menggambarkan struktur platform dalam kondisi lingkungan


operasional maupun ekstrim.

1. Kondisi lingkungan operasional


Kondisi normal diharapkan terjadi berulangkali selama struktur beroperasi. Kondisi ini
penting dalam tahap konstruksi dan tahap masa layan struktur platform.
2. Kondisi lingkungan ekstrim
Kondisi lingkungan ekstrim yang jarang terjadi selama struktur beroperasi. Kondisi ini
penting untuk memformulasikan beban rencana platform.

Penjelasan dari beban struktur anjungan lepas pantai, adalah sebagai berikut:
1. Beban Mati
Beban mati merupakan beban dari struktur itu sendiri berikut semua peralatan
permanen dan struktur tambahan yang tidak berubah dalam modus operasi. Beban
mati meliputi beban-beban berikut:
• Berat dari struktur anjungan di udara, termasuk tiang pancang, semen pengisi, dan
ballas apabila ada.
• Berat dari peralatan dan struktur tambahan yang dipasang permanen pada
anjungan.
• Gaya hidrostatik yang bekerja rerata pada struktur di bawah permukaan laut. Gaya
hidrostatis meliputi tekanan dan gaya apung.

2. Beban Hidup
Beban merupakan beban yang bekerja pada struktur pada modus operasi atau pada
perpindahan dari satu modus operasi ke modus operasi lainnya. Beban hidup antara
lain:
a. Berat dari peralatan kegiatan produksi, misalnya pengeboran, yang dapat
ditambahkan atau dipindahkan dari struktur.
b. Berat dari ruang tempat tinggal, helideck, penyokong hidup, perlengkapan
penyelamat, peralatan menyelam, dan perlengkapan lain yang dapat ditambahkan
atau dipindahkan dari struktur anjungan.
c. Berat dari persediaan dan cairan dalam tangki penyimpanan.
d. Gaya yang dikenakan pada struktur akibat operasi, misalnya kegiatan pengeboran,
penambatan kapal pada boat landing, dan beban dari helicopter pada helideck.
e. Gaya yang dikenakan pada struktur akibat deck crane. Gaya ini didapatkan dari gaya
pada saat diam maupun bergerak serta beban matinya.

3. Beban Lingkungan
Beban lingkungan merupakan beban yang bekerja pada struktur akibat fenomena alam
yang terjadi seperti angin, arus, gelombang, gempa bumi, pergerakan kerak bumi, dll.
Beban lingkungan juga turut memasukkan perubahan tekanan hidrostatik dan gaya
apung pada elemen yang diakibatkan oleh adanya perubahan permukaan laut karena
gelombang dan pasang surut.

4. Beban Konstruksi
Beban konstruksi merupakan beban yang timbul pada proses konstruksi dari struktur,
mulai dari proses fabrikasi, load out, transportasi, instalasi, dsb.

5. Beban Pemindahan dan Pemasangan


Beban ini merupakan beban yang terjadi pada struktur yang akan dipindahkan ke lokasi
baru, mulai dari beban yang timbul akibat pemindahan, penaikan ke tongkang,
transportasi, perbaikan, dan pemasangan ulang.

6. Beban Dinamik
Beban dinamik adalah beban yang bekerja pada anjungan yang merupakan respon dari
adanya beban berulang atau benturan. Respon dapat diakibatkan oleh gelombang,
angin, gempa bumi, ataupun mesin yang bekerja pada struktur. Benturan dapat
diakibatkan oleh adanya kapal yang merapat ke anjungan atau pada saat proses
pengeboran.

b. Kondisi Pembebanan
Dalam menentukan desain beban lingkungan, perlu diketahui kondisi pembebanan, yaitu
gaya yang bekerja pada struktur desain tertentu. Misalnya saja pada kondisi operasional,
beban lingkungan adalah gaya yang bekerja pada struktur akibat keadaan yang tidak
terlalu berbahaya pada kegiatan operasional sehari-hari.

Struktur anjungan biasanya harus didesain untuk kondisi pembebanan yang sesuai yang
menghasilkan efek paling berbahaya bagi struktur. Kondisi pembebanan tersebut harus
mengikut sertakan kondisi lingkungan yang dikombinasikan dengan beban hidup dan
beban mati. Kemudian pada lama kondisi pembebanan yang dipertimbangkan, beban
lingkungan harus dikombinasikan dengan cara yang sesuai dengan kemungkinan kejadian
tersebut. Tiap elemen pada struktur harus didesian untuk kondisi pembebanan yang
mengakibatkan tegangan terbesar pada elemen. Tentu dengan turut mempertimbangkan
tegangan ijin untuk kondisi pembebanan yang mengakibatkan tegangan tersebut.

c. Gelombang
1. Gaya Hidrodinamik
Gaya hidrodinamik yang mengenai objek silinder dapat dihitung dengan terlebih
dahulu dengan menghitung perbandingan dari panjang gelombang terhadap diameter
elemen. Jika nilai perbandingan >5, maka elemen tidak secara signifikan merubah
gelombagn yang terjadi. Dengan demikian dapat dipilih persamaan Morison yang
digunakan untuk menghitung gaya gelombang. Persamaan Morison merupakan
penjumlah dari gaya seret dan gaya inersia seperti dalam persamaan berikut:

Dimana:
F adalah gaya hidrodinamik per satuan panjang yang bekerja perpendicular terhadap
sumbu elemen, lb/ft (N/m)
FD adalah gaya seret persatuan panjang yang bekerja tegak lurus terhadap sumbu
elemen dan U, lb/ft (N/m)
F1 adalah gaya inersia per satuan panjang yang bekerja tegak lurus terhadap sumbu
elemen dan aU/at, lb/ft (N/m)
CD adalah koefisien seret
W adalah berat jenis air, lb/ft3 (N/m3)
g adalah percepatan gravitasi, ft/sec2 (m/sec2)
A adalah area proyeksi tegak lurus terhadap sumbu silinder per satuan panjang (D
untuk silinder), ft (m)
V adalah volume terpindahkan dari silinder per satuan panjang, ft2 (m2)
D adalah diameter efektif dari elemen silinder termasuk marine growth, ft (m)
U adalah komponen kecepatan karena gelombang dan/atau arus dari air yang tegak
lurus sumbu elemen, ft/sec (m/sec)
|U| adalah nilai mutlak dari U, ft/sec (m/sec)
CM adalah koefisien inersia
U/t adalah komponen percepatan lokal dari air yang tegak lurus sumbu elemen,
ft/sec2 (m/sec2)

Selain menggunakan persamaan Morison, ada pula yang disebut dengan teori difraksi
dimana akan digunakan apabila ukuran dari struktur mencakup sebagian besar dari
panjang gelombang. Daerah difraksi ini biasanya dianggap terjadi pada saat lebar dari
elemen melebihi 1/5 dari panjang gelombang. Teori difraksi digunakan karena perlu
dihitung tekanan yang terjadi pada struktur akibat gelombang dan gelombang yang
tersebar.

2. Pemilihan Teori Gelombang


Dalam perencanaan desain gelombang pada suatu struktur anjungan lepas pantai
perlu ditentukan teori gelombang yang sesuai. Baltrop (1990) memberikan suatu
diagram yang diperoleh dari hasil membadningkan kecepatan partikel air, percepatan,
tinggi gelombang, dan panjang gelombang yang dihitung dari teori gelombang yang
sering digunakan. Terdapat diagram daerah aplikasi dari stream function, Stokes 5th,
dan teori gelombang linier yang dimodifikasi API RP 2A-WSD untuk keperluan desain.

Gelombang dan arus akan


dihitung dengan arah sejajar
untuk menghasilkan
kombinasi beban yang
maksimal. Berdasarkan
pertimbangan di atas, maka
terdapat syarat yang harus
dipenuhi agar grafik
penentuan apparent wave
period bisa digunakan.
Syaratnya adalah besarnya
kedalaman relatif (d/gt2)
harus lebih besar dari 0.01.
Selanjutnya hitung V/Gt lalu plot grafik apparent wave period, sehingga didapat nilai
Tapp/T sehingga besar Tapp dapat dihitung. Apparent wave periode atau Tapp adalah
periode gelombang relative terhadap arus sejajar efektif.

Dari grafik validasi teori gelombang, akan diketahui teori gelombang yang akan
dipakai, plot nilai d/g Tapp2 dan H/g Tapp2. Untuk suatu nilai Tapp, ketinggian
gelombang tertentu dan kedalaman laut pada saat badai, kinematika gelombang dua
dimensi dapat dihitung dengan menggunakan teori gelombang Stream Function yang
sesuai. Dalam banyak kasus, teori gelombang stokes-5th akan menghasilkan
keakuratan hasil yang dapat diterima. Daerah aplikasi pada stokes-5th dan berbagai
derajat dari penyelesaian stream function pada bidang H/g Tapp2, dan d/g Tapp.

3. Koefisien Hidrodinamika
Seperti yang dibahas pada gaya hidrodinamika, terdapat koefisien-koefisien
hidrodinamika yang menjadi variabel perhitungan, yaitu CD dan CM. Koefisien CD
merupakan komponen gaya seret (Coefficient of Drag) yang bersesuaian dengan
daerah terpaan dari badan struktur dan kuadrat dari kecepatan arus. Hal ini muncul
dari gangguan arus akibat badan struktur. Gaya inersia terdiri dari dua komponen: gaya
yang bekerja pada massa air yang telahdigantikan oleh badan struktur, atau gaya
Froud-Krylof, dan gaya yang bekerja pada massa air yang ditahan oleh badan struktur
atau disebut gaya massa tambahan. Sedangkan koefisien CM (Coefficient of Inertia)
mempengaruhi besar gaya inersia selain volume yang dipindahkan, V juga
mempengaruhi besar gaya inersia.

Dalam analisis pada situasi beban biasa, gaya gelombang global dapat diperhitungkan
dengan menggunakan nilai-nilai berikut untuk kasus silinder yang tidak tertutup.
Halus CD = 0.65 CM = 1.6
Kasar CD = 1.05 CM = 1.2
Nilai CD dan CM sendiri bergantung pada diameter elemen dan bilangan Reynolds.

d. Arus
Yong Bai, 2003 pada buku Marine Structural Design mengatakan bahwa terdapat kategori-
kategori arus yang paling umum, yaitu:
1. Arus pasang surut
2. Arus sirkulasi
3. Arus akibat Badai
4. Arus Eddy dan Loop
Total arus merupakan penjumlahan vektor dari arus-arus tersebut. Variasi dari kecepatan
dan arah arus dengan elevasi direpresentasikan oleh sebuah profil arus. Profil total arus
yang diasosiasikan dengan kondisi badai ekstrim perlu dispesifikasikan untuk desain. Pada
area geografis tertentu, gaya arus dapat menjadi salah satu beban desain yang
berpengaruh. Dengan demikian perlu ada pemilihan profil arus yang sesuai dengan
kebutuhan pembebanan pada desain.

Sama dengan penjelasan pembebanan beban arus menurut API RP2A-WSD, gaya akibat
arus dan gelombang yang bekerja pada struktur merupakan penjumlahan dari kecepatan
arus dan kecepatan partikel arah x horizontal.

e. Angin
Angin merupakan salah satu faktor desain yang signifikan. Kondisi angin yang digunakan
dalam desain sebaiknya ditentukan secara tepat dari data koleksi angin dan secara
konsisten terasosiasi dengan parameter lingkungan. Dua metode yang biasanya
digunakan untuk menghitung efek angin dalam desain adalah:
1. Gaya angin dianggap konstan dan dihitung berdasarkan kecepatan rata-rata satu
menit.
2. Gaya angin yang berfluktuasi dihitung berdasarkan komponen yang tetap, kecepatan
rata-rata satu jam ditambah komponen variasi waktu dihitung dari spektrum
hembusan angin empiris.

Pemilihan metode diatas ditentukan dari parameter sistem dan tujuan dari analisis.
Kecepatan angin pada desain biasanya merujuk pada elevasi 10 meter di atas muka air
tenang (still water level).

Pada pembebanan gaya angin pada desain struktur menurut API RP2A-WSD dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

Keterangan:
F adalah gaya yang diterima struktur akibat angin (N)
 adalah massa jenis udara (kg/m3)
CS adalah koefisien bentuk
A adalah luas proyeksi area yang tertumbuk oleh angin (m2)
V2 adalah Kecepatan angin pada elevasi yang ditinjau (m/s)
f. Dinamik
Beban dinamik merupakan beban yang dikenai pada platform sebagai respon yang
mengeksitasi siklus alami atau merupakan reaksi akibat tumbukan. Beban-beban dinamik
ini biasanya berupa beban operasional mesin, gempa bumi, tumbukan barge atau kapal,
dll.

3) Analisis In-Place
Dalam mengecek kestabilan dari struktur jacket perlu dilakukan analisis in-place yang
merupakan analisis statik terhadap struktur jacket. Analisis perlu dilakukan dengan asumsi
bahwa struktur dan tiang memiliki kekakuan liner sedangkan tanah memiliki kekakuan non-
linier.

Biasanya dalam melakukan analisis in-place, terdapat dua kondisi perhitungan, yaitu: Kondisi
operating (kondisi-1), yaitu kondisi dengan menggunakan beban lingkungan dengan periode
ulang 1 tahunan. Pada kondisi ini load factor untuk beban hidup adalah sebesar 1.00 dan nilai
faktor untuk tegangan izin adalah sebesar 1.00.

Kondisi badai atau storm (kondisi-2) menggunakan beban lingkungan denganp periode ulang
100 tahunan. Pada kondisi ini faktor pengali untuk beban hidup adalah sebesar 0.75
sedangkan untuk faktor pengali tegangan izin yang berlaku adalah sebesar 1.333.

Pada saat ini analisis in-place dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer,
yaitu dengan menggunakan perangkat lunak SACS. Pada analisis ini nantinya akan didapatkan
output berupa:

1. Pile Safety Factor (SF) untuk kondisi analisis operating dan storm
2. Unity Check (UC) pada member dan pile below mudline check pada kondisi analisis
operating dan storm. Nilai UC adalah hasil bagi dari tegangan aktual dengan teganan izin.

3. Joint punching shear check pada member tubular dalam kondisi analisis operating dan
storm.

4) Analisis Seismik
Dalam analisis seismik biasanya terdapat dua bagian analisis. Analisis yang pertama adalah
analisis strength dan yang kedua adalah analisis ductility. Analisis strength dilakukan untuk
memastikan struktur memiliki kekuatan dan kekakuan untuk menghindari terjadinya
kerusakan struktur. Sedangkan analisis ductility dilakukan untuk memastikan struktur masih
memiliki kapasitas kekuatan yang cukup besar supaya tidak terjadi failure ketika gempa
dengan frekuensi yang besar yang jarang terjadi mengenai struktur, walaupun akibat gempa
tersebut struktur akan mengalami kerusakan.

Pada analisis yang dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SACS akan didapatkan
parameter output berupa:
1. Pile Safety Factor
2. Unity Check
3. Joint Punching Shear Check

Dalam analisis seismik diperlukan adanya input data gempa. Data gempa dapat berupa nilai
PGA atau Peak Ground Acceleration yang merupakan percepatan batuan dasar yang timbul
akibat gempa. Nilai PGA dapat dihitung dengan periode ulang 500 tahunan dengan
perhitungan berdasarkan SNI Gempa 03-1726-2010. Peraturan SNI ini digunakan untuk
menentukan zona gempa yang digunakan untuk mencari nilai koefisien PGA melalui grafik
nilai koefisien PGA akan dapat ditentukan dengan melakukan pendekatan logaritmik pada
periode ulang 100 tahunan untuk analisis strength dan 800 tahunan untuk analisis ductility.

Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

dimana:
C adalah koefisien PGA (dari grafik)
PGASLE adalah nilai PGA untuk strength level
TSLE adalah periode ulang (tahun) untuk strength level (100 tahun)
PGADLE adalah nilai PGA untuk ductility level
TDLE adalah periode ulang (tahun) untuk ductility level (800 tahun)
Input data gempa lain yang dimasukkan ke dalam perhitungan analisis seismik adalah
spektrum kecepatan. Data spektrum ini terdiri dari spektrum percepatan, spektrum
percepatan, dan spektrum perpindahan (berurutan SA, SV, SD).

5) Analisis Fatigue
Analisis Fatigue dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu metode deterministik dan
spektral. Analisis fatigue deterministik dilakukan untuk struktur yang tidak peka terhadap
gaya dinamik dan untuk kondisi dimana semua gelombang yang menyebabkan fatigue
memiliki periode gelombang yang panjang.

Metode analisis fatigue yang umum digunakan adalah analisis fatigue spektral. Analisis
fatigue spektral melakukan pendekatan secara statistik untuk menghitung kerusakan fatigue
untuk struktur yang mengalami pembebanan dinamik yang memiliki sifat tetap secara
statistik untuk jumlah siklus tegangan yang banyak, misalnya gaya angin dan gelombang.
Metode ini memanfaatkan spektrum gelombang dan transfer function. Dengan begitu
menunjukkan hubungan antara rasio respon struktur terhadap ketinggian gelombang
sebagai fungsi dari frekuensi gelombang untuk suatu kisaran frekuensi gelombang. Dengan
demikian analisis fatigue spektral ini memperhitungkan distribusi nyata dari energi untuk
seluruh kisaran frekuensi gelombang.

Dalam melakukan analisis fatigue, diperlukan adanya parameter-parameter yang digunakan,


antara lain:
a. Kurva S-N
Kurva S-N menurut API-RP2A
untuk tubular joint, merupakan
karakteristik fatigue yang
digunakan dari suatu bahan
yang mengalami tegangan
berulang dengan besar yang
sama. Kurva ini didapatkan dari
tes spesimen baja yang diberi
beban berulang dengan jumlah
N siklus hingga terjadi failure.

Besarnya jumlah N berbanding


terbalik dengan rentang tegangan S (selisih dari tegangan maksimum dikurangi tegangan
minimum). Kurva S-N tersebut merepresentasikan informasi karakteristik fatigue dengan
amplitudo pembebanan konstan.

Kurva S-N dapat dinyatakan dalam persamaan matematis sebagai berikut:

Dimana:
N adalah jumlah banyaknya siklus beban sampai member mengalami failure.
 adalah rentang tegangan (teganan maksimum – tegangan minimum).
ref adalah rentang pada siklus sebanyak 2 x 106 kali
M adalah kemiringan (gradient) pada kurva S-N

b. Aturan Miner-Palmgren
Untuk menentukan seberapa dekat nilai siklus dari rentang tegangan yang menyebabkan
failure yang kemudian disebut dengan kerusakan fatigue dapat menggunakan aturan
Miner-Palmgren sebagai berikut:

Dimana:
D adalah besar kerusakan dalam 1 tahun.
Nappliedi adalah jumlah siklus pada rentang tegangan yang bekerja pada grup ke-i.
Nresistedi adalah jumlah siklus pada rentang tegangan yang diijinkan pada grup ke-i.
N adalah jumlah pembagian grup rentang tegangan.

c. Menggunakan Faktor Konsentrasi Tegangan (Stress Concentration Factor)


Untuk memeriksa kerusakan fatigue dari suatu batang seragam terhadap suatu tegangan
aksial adalah sangat mudah. Namun ketika bentuk struktur kompleks akan sulit untuk
menentukan variasi tegangan karena terdapat konsentrasi-konsentrasi tegangan,
khususnya ketika aliran tegangan berubah arah secara tiba-tiba.

Terdapat tiga cara umum untuk menuntaskan permasalahan tersebut, yakni:


1. Memodelkan dengan elemen hingga.
2. S-N Curves dengan Built-in SCFs.
3. Menggunakan faktor konsentrasi tegangan atau Stress Concentration Factor.

Pendekatan dengan cara ini umum digunakan pada tubular joints, dimana persamaan
parametrik telah dikembangkan oleh beberapa engineer berdasarkan analisis elemen
hingga. Persamaan-persamaan tersebut tidak hanya dengan geometri join tetapi juga
bergantung pada bagaimana beban diaplikasikan. Itu artinya tipe join hanya dapat
ditentukan setelah distribusi beban pada struktur ditentukan. Pada kasus ini rentang
tegangan dapat didefinisikan sebagai rentang tegangan nominal dikalikan Stress
Concentration Factor, seperti pada persamaan di bawah ini.

Dimana:
S adalah rentang tegangan.
Snominal adalah rentang tegangan nominal.
SCF adalah stress concentration factor.

6) Analisis Upending
Analisis upending disini termasuk analisis lifting dan floating. Acuan gerakan floating adalah
sumbu z dimana floating bergerak vertikal ke atas dan ke bawah. Proses lifting yang dianalisis
menggunakan bantuan crane barge. Pada analisis ini kondisi kesetimbangan yang terjadi
pada struktur hanya melibatkan dua gaya yang saling berkaitan, yakni gaya apung dan gaya
berat benda itu sendiri dan satu gaya tambahan yakni gaya angkat dari tali sling.

Kondisi kesetimbangan pada analisis ini akan berlaku apabila memenuhi persamaan berikut:

Pada analisis upending, struktur memiliki enam derajat kebebasan sebagai respon gerak.
Enam gerakan respon tersebut terdiri dari gerak translasi dan rotasi. Gerakan tersebut adalah
gerak angkat (heave), gerak angguk (pitch), gerak oleng (roll), gerak geser (sway), gerak
luncur (surge), dan gerak geleng (yaw). Namun karena proses upending biasanya dilakukan
pada kondisi laut tenang, maka seringnya tiga gerak akibat arus seperti sway, surge, dan yaw
diabaikan.

7) Kriteria Pemodelan Untuk Analisis Upending


Berdarkan Nobel Denton: Guidelines for The Transportation & Installation of Steel Jackets,
terdapat beberapa kriteria pemodelan seperti reserve buoyancy, seabed clearance, dan
minimum stability.

a. Reserve Buoyancy
Reserve Buoyancy yang pada analisis upending tidak kurang dari nilai 10-15% seperti
ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Case Intact Damaged


Launched jacket after launch 15% 5%
During upend by ballasting,
Sufficient to maintain required seabed clearance
without crane assistance
Lifted jacket, if required to be re-
10% 5%
rigged prior to upend

b. Seabed Clearence
Clearance selama proses launching dan upending, antara member jacket yang paling
bawah dan Seabed ditunjukkan dengan perhitungan dan/ atau tes model tidak kurang dari
yang ditunjukkan pada table berikut (Tabel Seabed Clearence). Pasang surut terendah
yang diperkirakan selama instalasi dipertimbangkan. Kombinasi dari berat jacket,
kontingensi berat, posisi pusat gravitasi, buoyancy, dan skenario kerusakan juga
dipergunakan pada analisis.

Clearance after allowing for all tolerances (including


Case weight, tide, CoG & site survey)
Intact Damaged
Greater of 10% of water
During launch >0 meter
depth or 5 meter
During upend by
controlled ballasting, with 5 meter >0 meter
or without crane assist
Self-upending jacket Greater of 10% of water
>0 meter
during upend depth or 5 meter

c. Minimum Stability
Kestabilan benda terapung dapat diketahui dengan melihat letak titik metasentrik dan
hubungannya dengan titik lain. Kondisi kestabilan dapat dipenuhi apabila titik metasentrik
(M) berada di atas titik berat benda (G). Dengan demikian jarak garis GM bernilai positif
dan benda akan mendapatkan efek dari righting moment yang cenderung membalikkan
benda ke posisi semula.

Tinggi metasentis minimum setelah launching dan selama upending sebaiknya tidak
kurang dari nilai yang ditunjukkan pada tabel Minimum GM di bawah ini.

Case Intact GM Damaged GM


After launch, transerve,
0.5 meter 0.2 meter
and longitudinal
During upend, transverse 0.5 meter 0.2 meter
During upend, longitudinal >0.0 meter >0.0 meter
After upending, before
final positioning, both 0.5 meter 0.2 meter
direction
REFERENSI
• Chakrabarti SK et al., 2001, Hydrodynamics of Offshore Structures, Computational
Mechanics Publication, Southamton, Boston, USA
• Yong Bai, 2003, Marine Structural Design, ELSEVIER SCIENCE Ltd, The
Boulevard, Langford Lane, Kidlington, Oxford OX5 IGB, UK
• https://www.aisc.org/globalassets/aisc/manual/15th-ed-ref-list/specification-for-the-
design-fabrication-and-erection-of-structural-steel-for-buildings.pdf
• https://www.aisc.org/globalassets/aisc/publications/standards/a360-16-spec-and-
commentary.pdf
• https://www.aisc.org/globalassets/aisc/publications/standards/code-of-standard-
practice-june-15-2016.pdf
• http://icoffshore.com.vn/Uploads/files/Nghien_Cuu/TCQP/TCQT/5_API-RP-2A-
WSD%20(21st%202007).pdf
• https://ocw.upj.ac.id/files/Textbook-TSP302-SNI-03-1726-2010-Gempa.pdf
• https://rules.dnv.com/docs/pdf/gl/nobledenton/0028-nd%20rev%206.2%2022-sep-
16%20guidelines%20for%20steel%20jacket%20transportation%20and%20installat
ion.pdf

Anda mungkin juga menyukai