KD 3.7
FISIKA TEORI RELATIVITAS KHUSUS
D
OLEH:
KELOMPOK 1
Anggota:
1. RAHMAWATI BASRAH
2. ASTUTI
3. MUHRAM FAJAR
4. ANDI RESKI MUYASSAR
5. ANKHA SAPUTRA
6. MUH. RAFLI RAJAB
TAHUN AJARAN
2023/2024
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehinggan kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
fisika sebagai tugas kami dengan judul “Teori Relativitas Khusus”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran
dari Ibu Ramayana dan teman-teman untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………………………………………2
A. PERCOBAAN MICHELSON-
MORLEY……………………………………………………………………………………….
…2
B. TRANSFORMASI
GALILEO………………………………………………………………………………………
…………………4
C. TEORI RELATIVITAS
KHUSUS………………………………………………………………………………………
…………….5
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………………………15
A. KESIMPULAN………………………………………………………………………………
…………………………………………15
B. SARAN…………………………………………………………………………………………
…………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………...18
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Siapa yang tidak mengenal formula Einstein E = m c2 atau paradoks si kembar yang
mendapati saudara kembarnya sudah jauh lebih tua setelah ia melakukan perjalanan dengan
kecepatan mendekati kecepatan cahaya? Namun tidak semua orang tahu kalau "keajaiban"
tersebut hanyalah bagian kecil dari teori relativitas Einstein, serta bagaimana sebenarnya
Einstein mendapatkan teori relativitas tersebut.
Nah, karena kedua pesawat ruang angkasa itu melaju pada arah yang bersamaan,akan
tampak bahwa beda kecepatan antara kedua pesawat itu 80.000 kilometer per detik dan pesawat
yang lebih cepat tak bisa tidak akan bergerak menjauhi pesawatyang lebih lambat pada kadar
kecepatan ini.
Tetapi, teori Einstein memperhitungkan, jika pengamatan dilakukan dari kedua pesawat
ruang angkasa, mereka akan bersepakat bahwa jarak antara keduanya bertambah pada tingkat
ukuran 100.000 kilometer per detik, bukannya 80.000kilometer per detik. Kelihatannya hal ini
mustahil. Kelihatannya seperti olok-olok. Pembaca menduga seakan ada bau-
bau tipu. Menduga jangan-jangan ada perincian yang disembunyikan. Padahal, sama sekali
tidak! Hasil ini tidak ada hubungannya dengan tenaga yang digunakan untuk mendorong
mereka.
Fenomena tersebut dapat kita ketahui melalui teori relativitas. Kami disini akan
membahas tentang “teori relativitas”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelesan tentang percobaan Michelson-Morley?
2. Apa itu transformasi Galileo?
3. Apa-apa saja teori Relativitas khusus?
C. TUJUAN PENYELESAIAN
1. Memjelaskan percobaan Michleson-Morley
2. Menjelaskan transformasi Galileo
3. Menjelaskan apa-apa saja teori Relativitas khusus
1
BAB 2 PEMBAHASAN
Sebelum dikemukakan teori relativitas, para fisikawan beranggapan bahwa di alam semesta
terdapat eter yang pada saat itu dianggap sebagai medium yang merambatkan Cahaya dari matahari ke
planet-planet. Anggapan para fiskawan tersebut akhirnya berubah setelah diperoleh hasil percobaan
Michelson-Morley.
A. PERCOBAAN MICHELSON-MORLEY
Para ahli pada abad ke-19 mengajukan hipotesis bahwa dialam ini terdapat medium eter
yang merata hingga dapat menghantar cahaya dari matahari sampai ke bumi.
Perahu 1 menempuh jarak D dengan arah tegak lurus aliran eter, sedangkan perahu 2
menempuh jarak D dengan arah searah aliran eter. Kecepatan perahu 1 dan 2 sama, yaitu c dan
kecepatan aliran eter adalah u, arahnya kekanan. Perhatikan perahu 1! Untuk melakukan
perjalanan pergi pulang sejauh D dengan arah tegak lurus aliran eter, arah gerakan perahu 1
harus dimiringkan kekiri. Hal itu untuk mengimbangi dorongan aliran eter kekanan.
Kemiringan itu dibuat sedemikian rupa, sehingga vector resultan antara kecepatan perahu c dan
kecepatan aliran eter u adalah
u’ = u + c
Arahnya tegak lurus aliran eter. Perhatikan gambar di atas. Kecepatan u’ dapat
dirumuskan:
u’ = √ c 2+ u2
2
D
Perahu 1 untuk sampai di B (menempuh setengah perjalanan) memerlukan waktu '.
u
D
Waktu yang diperlukan dari B ke C sama, ' . Jadi, waktu yang diperlukan oleh perahu 1 dari A
u
ke B ke C adalah:
2D
c
√
t 1=
( )
2
u
1− 2
c
Keterangan:
t 1=¿waktu yang diperlukan perahu I
c=¿kecepatan perahu I
u=¿kecepatan eter
D=¿lebar Sungai
Untuk perahu 2, proses yang diperoleh yang dialami berbeda. Waktu yang diperlukan
D
dari A’ ke B’ adalah karena perahu 2 didorong oleh aliran eter dengan kecepatan u. Akan
(c +u)
tetapi,
saat bergerak dari B’ ke C’, geraknya ditentang oleh aliran eter, sehingga waktu yang
D
diperlukan dari B’ ke C’ adalah . Jadi, waktu yang diperlukan oleh perahu 2 dari A’ ke B’
(c−u)
D D
ke C’ adalah : t 2= +
(c +u) ( c−u)
Persamaan tersebut dapat dituliskan:
2D
c
t 2=
( )
2
u
1− 2
c
Dari hasil perhitungan secara teoritis, diperoleh bahwa nilai t 1 tidak sama dengan nilai t 2.
Jika kecepatan perahu c dapat ditentukan maka percobaan seperti contoh diatas dapat
dilakukan, sehingga memberikan informasi tentang kecepatan aliran eter u, yaitu dengan hanya
membandingkan waktu t 1 dengan t 2.
Ternyata, dari percobaan tersebut, Michelson dan morley tidak memperoleh perbedaan
antara t 1 dan t 2. Berdasarkan percobaan itu, Michelson dan morley menyimpulkan sebagai
berikut.
1. Hipotesis tentang eter tidak benar atau demgam kata lain eter itu tidak ada.
2. Kecepatan Cahaya sama, tidak bergantung pada acuannya. Artinya, kecepatan Cahaya
tidak bergantung pada gerak pengamat.
3
B. TRANSFORMASI GELILEO
Dalam membahas teori relativitas, dibutuhkan suatu kerangka acuan di mana hukum 1
newton berlaku. Dalam mekanik, untuk melukiskan gerak dengan cara yang lebih tepat
digunakan system koordinat cartesian sebagai kerangka acuan.
Perhatikan Gambar di atas! Kerangka acuan S dan kerangka acuan S’ mula -mula
berimpit pada saat t = t’= 0. Kemudian, kerangka S’ sepanjang sumbu berimpit x - x’. Anggap
bahwa kerangka S bergerak dengan kecepatan tetap (-u) terhadap S’.
Setelah bergerak selama waktu t, jarak S’ terhadap S adalah ut. Apabila terjadi suatu
peristiwa di titik p, pengamat I pada kerangka acuan S dan pengamat II pada kerangka acuan S’
akan mengukur koordinat ruang dan waktu, masing-masing x, y, z, t, dan x’, y’, z’, t’.
Hubungan antara koordinat-koordinat ruang dan waktu tersebut dapat ditulis berdasarkan
hasil prngukuran oleh pengamat II pada kerangka acuan S’, dihitung sebagai berikut.
x’= x - ut
y’= y
z’= z
t’= t
Mengingat bahwa arah gerak hanya ke sumbu x, sedankan y dan z tidak mengalami
perubahan. Empat hubungan itu di kenal sebagai transformasi koordinat Galileo. Sebaliknya,
apabila hubungan antara koordinat-koordinat ruang dan waktu tersebut di amati oleh pengamat
I di dalam kerangka S, di dapatkan persamaan berikut.
x = x’ + ut
y = y’
z = z’
t = t’
Empat hubungan itu disebut kebalikan transformasi Galileo untuk ruang dan waktu.
v ' x =v x −u
v ' y =v y
v ' z =v z
Postulat itu menyatakan ketiadaan kerangka acuan universal. Jika hukum fisika berbeda
untuk pengamat yang berbeda, dalam keadaan bergerak relatif, kita dapat menentukan
mana yang dalam keadaan diam dan mana yang bergerak. Akan tetapi, karena tidak ada
kerangka acuan yang universal, perbedaan itu tidak ada, sehingga muncul postulat 1.
b. Postulat II
Kelajuan Cahaya dalam ruang hampa sama nesar untuk semua pengamat,
tidak berlangsung pada gerak sumber atau pengamat.
v=c
Pengamat A berada pada kerangka S dan pengamat B berada pada kerangka S’. B
bergerak menjauhi A dengan kecepatan tetap v BA=u terhadap kerangka S. Suatu titik P
berada dalam kerangka S’, bergerak dengan kecepatan v PB=v ' x terhadap titik B.
Kecepatan relatif P terhadap A dapat dinyatakan v PA =v x , sebagai berikut.
v ' x +u
vx=
v' u
1+ x2
c
5
Contoh soal
v ' x =0 , 3 c
Dit: v x =… ?
3. Transformasi Lorentz
Kedudukan benda atau titik materi pada pengamat pertama dinyatakan dengan koordinat
terhadap kerangka acuan pertama, yaitu ( x , y , z ). Pengamat kedua akan menggunakan
koordinat terhadap kerangka acuan kedua dalam menyatakan kedudukan benda atau titik
materi yang sama, yaitu ( x ' , y ' , z ' ). Hubungan antara keduanya dinamakan hubungan
transformasi koordinat.
6
Apabila t adalah selang waktu yang digunakan pengamat yang berada dalam kerangka
acuan S dan t’ selang waktu yang digunakan pengamat yang berada dalam kerangka
acuan S’ maka hubungan transformasi itu dirumuskan
x=[ x ' + u t ' ] k
[ u−x '
t= t ' + 2 k
c ]
Jika yang bergerak adalah kerangka acuan S terhadap kerangka acuan S’ maka hubungan
transformasinya adalah
x '=[ x−ut ] k
[ u−x '
t ' = t '− 2 k
c ]
Jika disubstitusikan pada persamaan 1 dan persamaan 2 maka diperoleh rumus
transformasi Lorentz sebagai berikut.
'
x +ut '
x=
√
2
u
1− 2
c
t=
'
t+ 2
c( )
ux '
√
2
u
1− 2
c
y= y '
z=z '
4. Dilatasi Waktu
Jika seorang pengamat dalam pesawat ruang angkasa mendapatkan selang waktu antara
dua kejadian dalam pesawat ruang angkasa itu ∆ t 0, orang-orang di bumi mendapatkan
selang waktu yang lebih panjang, yaitu ∆ t . Jika penandaan awal dan akhir dari selang
waktu berlaku sama, ternyata selang waktu di dalam pesawat ruang angkasa ( ∆ t 0 )
berbeda dengan selang waktu di bumi ( ∆ t ). Ternyata, selang waktu pengamatan di bumi
lebih lama dibandingkan dengan selang waktu dalam pesawat ruang angkasa. Efek yang
disebabkan gerak relatif terhadap pengamatan waktu disebut dilatasi waktu atau
pemuaian waktu.
Hasil pengukuran waktu yang berada dalam kerangka acuan yang bergerak oleh
pengamat yang berada dalam kerangka acuan diam dirumuskan:
7
∆ t0
∆ t=
√
2
v
1− 2
c
Keterangan:
∆ t 0=¿ selang waktu yg berada dalam kerangka acuan diam relatif terhadap pengamat (s)
∆ t=¿ selang waktu yg berada dalam acuan yang bergerak relatif terhadap pengamat (s)
v=¿ kecepatan dari kerangka acuan yang bergerak (m/s)
Contoh soal
Sebuah partikel berada pada jarak 6.000 meter di atas permukaan laut. Jika partikel
tersebut bergerak menuju bumi dengan kecepatan 0 , 9 c .Tentukan lama waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai permukaan laut menurut pengamat bumi!
Dik: x=6.000 m
v=0 , 9 c
Dit: t=… ?
Jawab: karena partikel bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan Cahaya maka
partikel tersebut akan mengalami dilatasi waktu, sehingga
x
t 0=
v
t0
t=
√ 1−
v2
c2
x
t=
v 1−
√ v2
c
2
6.000
t=
√
2
(0 , 9 c )
0 , 9 c 1−
c2
6.000
¿
0 , 9 c √ 1−0 , 81
8
6.000
¿
0 , 9× 3 ×10 × √ 0 , 19
8
−5
¿ 5 , 1× 10 s
¿ 51 μs
Jadi, waktu yang dibutuhkan oleh partikel untuk mencapai permukaan laut adalah 51 μs .
5. Kontraksi Lorentz
Pengukuran panajang dipengaruhi oleh gerak relatif. Jika benda dalam keadaan diam,
memiliki Panjang L0, bergerak terhadap pengamat maka hasil pengamatan Panjang
benda itu oleh pengamat adalah L lebih pendek dibandingkan dengan L0. Gejala
semacam ini disebut kontraksi (pengaturan) Lorentz Fits-Gerald atau di kenal dengan
kontraksi Lorentz.
Perumusan kontraksi lorenstz dapat diturunkan dengan berbagai cara. Pendekatan yang
digunakan adalah prinsip relativitas. Dalam hal ini akan ditinjau apa yang terjadi jika
partikel tidak stabil yang disebut muon terbentuk ditempat yang tinggi oleh partikel yang
bergerak cepat dalam sinar kosmik yang datang dari luar angkasa, sewaktu terjadi
tumbukan dengan inti atom yang terdapat dalam atmosfer bumi. Muon tersebut meluruh
dalam atmosfer bumi menjadi elekrton setelah berumur rata-rata
−6
t 0=2 μs=2× 10 s
8 m
Muon dalam sinar kosmik bergerak dengan kecepatan 2,994 × 10 atau 0,998c dan
s
mencapai permukaan laut dalam jumlah cukup banyak. Seperti yang diketahui, jarak
tersebut ditempuh muon yang memiliki kecepatan 0,998c dalam waktu 2 μs. Kontraksi
relativistik terhadap jarak merupakan contoh umum dari kontraksi Panjang Lorentz
dalam gerak.
L=L0 1−
√ v2
c
2
Keterangan:
L= ukuran Panjang benda saat bergerak (m)
L0= ukuran Panjang benda saat diam (m)
v = kecepatan gerak benda (m/s)
Contoh soal
Sebuah benda dalam keadaan diam, panjangnya 10 meter. Benda itu bergerak dengan
kecepatan 0 , 8 c , searah dengan panjangnya. Tentukan panjang benda saat bergerak
menurut seorang pengamat yang diam!
Dik: L0=10 m
v=0 , 8 c
Dit: L=…?
Jawab: L=L0 1−
√ v2
c
2
¿ 10 1−
√ (0 , 8 c )2
c2
¿ 10 √ 0 ,36
¿ 10 ×0 , 6=6 m
6. Massa Relativistik
Berdasarkan mekanika klasik, jika sebuah benda bermassa m menerima gaya sebesar F
F
maka benda tersebut memperoleh percepatan sebesar a= dan kecepatan sebesar v=at
m
. Apabila gaya F bekerja terus-menerus maka kecepatan benda akan terus bertambah.
Terdapat hubungan yang mirip dengan dilatasi waktu dan kontraksi Lorentz untuk
besaran massa m. Misalnya, m 0 adalah massa benda menurut pengamat yang tidak
bergerak terhadap benda, sedangkan m adalah massa benda tersebut menurut pengukuran
pengamat yang bergerak relatif dengan kecepatan v terhadap benda. Hubungan antara m
dan m 0 dapat dirumuskan:
m0
m=
√
2
v
1− 2
c
10
Keterangan:
m0=¿ massa benda menurut pengamat yang diam terhadap benda (kg)
m=¿ massa benda menurut pengamat yang bergerak relatif terhadap benda (kg)
v=¿kecepatan gerak benda (kg)
c=¿kecepatan Cahaya (m/s)
Apabila v mendekati nilai c maka m memiliki harga yang sangat besarnya gaya F yang
berkerja pada benda, tidak akan pernah memperoleh kecepatan yang yang mencapai
harga c.
Contoh soal
Sebuah benda dari keadaan bergerak dengan kecepatan 0 , 6 c . Berapa presentase
kenaikan massa benda dibandingkan dengan massa diamnya?
Dik: v=0 , 6 c
m0
m=
√
Jawab: c2
1−
v2
m0
¿
√
2
(0 , 6 c)
1−
c2
m0
¿
√1−0 , 63
m0
¿
0,8
¿ 1 ,25 m0
∆ m=m−m0=1 , 25 m0−m0=0 , 25 m0
∆m 0 , 25 m0
×100 %= ×100 %=25 %
m0 m0
p = mv
Jika kecepatan benda v suatu saat mendekati kecepatan cahaya maka massa benda
berubah dan saat itu momentum benda disebut momentum relativistik, yang dirumuskan:
p=mv
m0
m=
√
2
v
1− 2
c
m0 v
p=
Keterangan:
√ 1−
v2
c2
8. Energi
Hubungan yang terkenal dari teori relativitas Einstein adalah hubungan antara massa dan
energi. Hubungan itu dapat diturunkan dari rumus energi kinetic benda yang bergerak,
sebagai usaha yang diperlukan untuk membawa benda itu dari keadaan diam sampai
keadaan bergerak. Jadi, W dalam hal ini sama dengan energi kinetik.
E k =F ∆ s
¿ Fds
12
Persamaan tersebut sesuai dengan energi kinetic klasik newton.
2
d Ek =vm dv +v dm
2
E k =( m−m0)c
Keterangan:
E k =¿ energi kinetic (J)
m0=¿ massa diam (kg)
m=¿ massa bergerak (kg)
Hasil perumusan tersebut menyatakan bahwa energi kinetic () suatu benda sama dengan
pertambahan massanya, sebagai akibat gerak relatifnya dikalikan dengan kuadrat
kelajuan cahayanya. Dengan demikian, persamaannya dapat ditulis
2 2
m c =Ek +m0 c
2
Jika m c 2 merupakan energi total benda dan m 0 c merupakan energi yang dimiliki saat
benda diam maka persamaannya
E=E0 + E k
Keterangan:
E=¿ energi total benda (J)
E k =¿ energi kinetic benda (J)
E0 =¿ energi bergerak (J)
√
2
v
1− 2
c
2 4 2 2
2 m0 c 2 m0 c
E= 2
p= 2
v dan v
1− 2 1−
c c2
13
2 2 2
2 2 m0 v c
p c= 2
v
1− 2
c
Dengan demikian diperoleh hubungan
E=√ m02 c 4 + p2 c 2
E=pc
Contoh partikel tidak bermassa yaitu foton.
Contoh soal
Massa electron yang diam 9 , 1× 10−31kg. tentukan:
a. Energi diamnya
b. Energi kinetiknya saat electron bergerak dengan kecepatan 0 , 8 c !
−31
Dik: m 0=9 ,1 ×10 kg
Dit: a. E0 =… ?
b. E k =… ?
Jawab:
2
a. E0 =m0 c
8 2
× ( 3 ×10 )
−31
¿ 9 , 1× 10
−14
¿ 8 , 19 ×10 J
Jadi, besar energi diamnya adalah 8 , 19 ×10−14 J
b. E k =E−E 0
2 2
v (0 , 8 c )
2
= 2
=0 , 64
c c
2 m0 2
E=m c = c
√
2
v
1− 2
c
m0 2
¿ c
√1−0 , 64
−31
9 ,1 ×10 8 2
¿ ×(3× 10 )
0,6
−14
¿ 13 , 65 ×10 J
E k =E−E 0
−14 −14
¿ 13 , 65 ×10 −8 ,19 × 10
−14
¿ 5 , 46 ×10 J
Jadi, besar energi kibetik saat electron bergerak adalah 5 , 46 ×10−14 J .
14
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN
r B=r A +v t
v B=v A + v
a. Postulat I
“hukum-hukum fisika adalah sama dalam semua kerangka inersia”, postulat
ini merupakan perluasan prinsip relativitas Newton untuk mencakup semua jenis
pengukuran fisis, bukan hanya mekanis.
b. Postulat II
v1 + v2
v=
v1 v 2
1+ 2
c
∆ t0
∆ t=
√ 1−
v2
c2
15
Keterangan:
∆ t 0=¿ selang waktu yg berada dalam kerangka acuan diam relatif terhadap pengamat (s)
∆ t=¿ selang waktu yg berada dalam acuan yang bergerak relatif terhadap pengamat (s)
v=¿ kecepatan dari kerangka acuan yang bergerak (m/s)
Benda yang panjangnya Lo, oleh pengamat yang bergerak sejajar dengan panjang benda
dan dengan kecepatan v, panjangnya akan teramati sebagai L.
L=L0 1−
√ v2
c
2
Keterangan:
L= ukuran Panjang benda saat bergerak (m)
L0= ukuran Panjang benda saat diam (m)
v = kecepatan gerak benda (m/s)
6. Momentum relativistic
Hubungan antara m dan m 0 dapat dirumuskan:
m0
m=
Keterangan:
√ 1−
v2
c2
m0=¿ massa benda menurut pengamat yang diam terhadap benda (kg)
m=¿ massa benda menurut pengamat yang bergerak relatif terhadap benda (kg)
v=¿kecepatan gerak benda (kg)
c=¿kecepatan Cahaya (m/s)
Massa benda yang teramati oleh pengamat yang tidak bergerak terhadap benda, berbeda
dengan massa yang teramati oleh pengamat yang bergerak dengan kecepatan v terhadap
benda.
m0
m=
√ 1−
v2
c2
mo = massa diam atau massa yang teramati oleh pengamat yang tidak bergerak terhadap
benda.
m = massa relativistik = massa benda dalam kerangka bergerak atau massa yang teramati
oleh pengamat yang bergerak dengan kecepatan v terhadap tanah
16
Besaran energi kinetik
mo c 2
√
2
v
1-
Ek = c2 mo c2
Ek = m c2 mo c2
Ek = (m - mo) c²
Ek = E Eo
E = energi total = m c²
Eo = energi diam = mo c²
Ek = energi kinetik benda
B. SARAN
kita bisa memahami tentang teori relativistic. Mempelajari lebih lanjut apa yang dibahas
sehingga Dapat memahami apa yang tadi menjadi pembahasan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Hari Subagya. 2020. Fisika. Jakarta Timur
18