Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul,”Analisis
Perubahan Kelembagaan dan Dampak Pengganda (Multiplier Effect)
Pengembangan Kawasan Wana Wisata (Studi Kasus: Gunung Galunggung,
Kabupaten Tasikmalaya).” Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi, yaitu:
Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Ir. Beny Hendarto dan Ibu Ir. Tina
Suhartini, beserta kakak saya Rudie Setiadi S.Agb, Nadia Tannia
Hendartina Stp, dan adik saya Sabila Adha Hendartina yang selalu
memberikan didikan, dukungan, doa, kasih sayang, dan perhatian.
Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT selaku dosen pembimbing, Bapak Adi
Hadianto, SP, M.Si sebagai penguji utama, dan Bapak Benny Osta
Nababan, S.Pi, M.Si sebagai wakil komisi pendidikan ESL, yang telah
memberikan bimbingan, saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.
PERUM Perhutani Jawa Barat, Bapak Asep sebagai Kepala Bagian SDM
dan Mbak Reny Bagian Humas. KPH Perhutani Tasikmalaya. Bapak
Ketua Administrasi, Bapak Ir. Jejen, M.M, Bapak Anggun sebagai Bagian
Humas, Bapak Ery Bagian PHBM, Ibu Ika Bagian SDM dan Bapak Atang
sebagai Petugas Lapang.
Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Taksimalaya dan Pemerintah
Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Bapak Ketua Disparbud, Drs Nana
Hermaya, MM, Bapak Sekretaris, Bapak Sutarman, Bapak Dedi Chrisyadi,
dan Bapak Toni, serta pihak Disparbud lainnya.
Dinas Perhubungan Kabupaten Tasikmalaya, Ketua UPTD parkir Bapak
Asep, dan seluruh Petugas Lapang Parkir di Kawasan Wana Wisata.
Bapak Ucu sebagai Ketua LMDH Wana Lingga Mukti, Bapak Totoy
sebagai Ketua Koparga, dan pihak Kantor Desa Linggarjati serta pihak-
pihak yang telah membantu selama pengumpulan data.
Keluarga besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM
IPB khususnya dosen-dosen ESL, Komisi Pendidikan dan teman-teman
ESL 46 atas semua arahan, masukan, dan bantuan.
Keluarga besar Resources Enviroment Economics Student Association
(REESA) IPB atas segala doa dan dukungan.
Sahabat terdekat, Dea, Fitri, Lutfi, Gugat, Chintia, Dinda, Adin, Kiki,
Naelis, Nunu, Ichi, Ei, Belinda, Esha, dan Dhani yang selalu memberikan
bantuan, semangat, dan doa.
Penulis menyadari bahwa terdapat kesalahan yang tidak disengaja di dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
yang akan digunakan oleh penulis sebagai penyempurnaan di dalam penyusunan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.
DAFTAR LAMPIRAN
Salah satu potensi alam yang attractive dan mudah ditemui di Indonesia
adalah gunung. Gunung merupakan suatu wilayah yang menonjol dengan daerah
yang lebih tinggi dari sekitarnya serta didominasi oleh tumbuhan sehingga
membentuk hamparan hutan yang luas. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem
berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan yang
lainnya tidak dapat dipisahkan (UU No.41/Kpt-II/1999 tentang kehutanan). Hutan
di kawasan pegunungan berpotensi memberikan manfaat yang optimal karena
memiliki berbagai fungsi seperti fungsi konservasi, fungsi produksi, dan fungsi
lindung. Pemanfaatan yang optimal sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian hutan itu sendiri
(Pasal 15 PP No.34/2002).
Kawasan hutan di daerah gunung dapat dikembangkan sebagai suatu
kawasan yang dapat memberikan tambahan pendapatan bagi pemerintah dengan
membentuk suatu kawasan objek wisata. Salah satu potensi objek wisata potensial
kawasan hutan adalah Gunung Galunggung. Gunung Galunggung adalah gunung
berapi dengan ketinggian 2 167 meter di atas permukaan laut terletak sekitar 17
km dari pusat Kota Tasikmalaya. Gunung Galunggung memiliki potensi kawasan
Hutan Montane 1 200 – 1 500 meter dan Hutan Ericaceous> 1 500 meter.
Kawasan hutan di Gunung Galunggung memiliki fungsi lindung, fungsi produksi,
dan fungsi konservasi. Salah satu fungsi konservasi Gunung Galunggung, yaitu
memiliki daya tarik hutan dengan ciri khas tertentu dan areal seluas kurang lebih
120 hektar di bawah pengelolaan Perum Perhutani.
Perum Perhutani merupakan suatu kelembagaan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang memiliki tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan
perencanaan, pengurusan, pengusahaan, dan perlindungan hutan di wilayah
kerjanya. Perhutani melakukan pengelolaan melalui penetapan kawasan Gunung
Galunggung sebagai kawasan wana wisata. Kawasan tersebut menawarkan
berbagai macam objek wisata seperti camping, pemandian air panas (Cipanas)
lengkap dengan fasilitas kolam renang, kamar mandi, dan bak rendam air panas.
Pengelolaan kawasan Wana Wisata Gunung Galunggung di bawah Pemerintah
Pusat Jawa Barat diberikan kepada Perhutani unit III. Perhutani memberikan
3
sumber literatur, serta referensi, dan data dukungan dari KPH unit III
Tasikmalaya, Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Kabupaten
Tasikmalaya, Dinas Perhubungan Kabupaten Tasikmalaya, Kantor Desa
Linggarjati, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Data primer
adalah data yang diperoleh melalui tahapan penyebaran kuesioner dengan
proses wawancara terhadap responden terkait Wana Wisata Gunung
Galunggung.
2. Penelitian ini mengestimasi dampak ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan
wana wisata yang dikembangkan oleh KPH unit III Tasikmalaya dan
Disparbud dengan menggunakan analisis multiplier effect tanpa
memperhitungan Produk Dosmestik Regional Bruto (PDRB) yang diperoleh
oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Tasikmalaya.
3. Penelitian ini mengidentifikasi serta mengevaluasi apakah perubahan
kelembagaan untuk mengembangkan Wana Wisata Gunung Galunggung telah
berjalan dengan baik dan dikatakan berhasil melalui identifikasi indikator-
indikator kelembagaan, ekonomi, dan ekologi di tingkat responden.
Responden yang diteliti, yaitu: tenaga kerja lokal, pelaku unit usaha, dan
pengunjung di kawasan Wana Wisata Gunung Galunggung.
4. Aspek-aspek yang diperhatikan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Nilai sosial ekonomi dapat dilihat dari tingkat pendapatan responden dan
manfaat sosial yang diterima masyarakat sekitar kawasan wana wisata
bertempat di Desa Linggarjati seperti tingkat kesempatan kerja yang
terbuka luas ketika terbentuknya wana wisata dan penyerapan tenaga
kerja yang dilakukan oleh pihak pengelolaan. Manfaat ekonomi tersebut
dapat diihat melalui nilai multiplier effect yang dihasilkan oleh kegiatan
wana wisata.
b. Nilai ekologi dapat dilihat dari keadaan lingkungan sekitar kawasan wana
wisata yang dinilai berdasarkan persepsi responden.
II. TINJAUAN PUSTAKA
tertulis seperti adat istiadat, pamali, tradisi, kesepakatan, konvensi, dan sejenisnya
dengan beragam nama. Bentuk kelembagaan yang beragam seperti informal dan
formal sama-sama memiliki tujuan kelembagaan, yaitu mengurangi ketidakpastian
melalui pembentukan struktur atau pola interaksi. Sedangkan menurut Ostrom
(1990) dalam Hidayat (2007) tujuan kelembagaan adalah untuk mengarahkan
perilaku individu menuju arah yang diinginkan oleh anggota masyarakat serta
untuk meningkatkan kepastian dan keteraturan dalam masyarakat serta
mengurangi perilaku oportunis.
sampai 100 tahun. Ketiga, perubahan kelembagaan tata kelola adalah perubahan
yang terjadi terhadap serangkaian peraturan pada struktur tata kelola dalam
sebuah komunitas lengkap dengan tata cara penegakan dan pemberian sangsi.
Perubahan pada level ini bersifat diskontinu. Keempat perubahan bersifat kontinu
adalah perubahan yang mengikuti perubahan harga input produksi dan perubahan
input produksi sehingga menyebabkan perubahan kelembagaan.
Teoritis mengenai perubahan model kelembagaan Williamson (2000) tidak
jelas karena perbedaan setiap level sulit dibedakan sehingga Kiser dan Ostrom
(1982) dalam Polski (1999) melakukan analisis model perubahan kelembagaan ke
dalam tigal level, yaitu:
1. Operational Choice level, yaitu aturan yang terdapat pada suatu komunitas
organisasi dan bagaimana interaksi antar anggota komunitas tersebut
seharusnya terjadi. Instrument pembatas mengenai kapan, dimana, seberapa
banyak, dan bagaimana anggota sebuah komunitas memanfaatkan sumberdaya
alam. Pemberian sangsi berlaku bagi anggota yang melanggar dan pemberian
reward bagi anggota yang taat terhadap aturan. Aturan tersebut berubah seiring
dengan perubahan ekonomi, teknologi, sumberdaya, dan budaya.
2. Level Collective Choice, yaitu aturan mengenai bagaimana operational rule
diubah, siapa yang melakukan perubahan, dan kapan perubahan tersebut harus
berlangsung. Hasil pekerjaan yang dilakukan oleh aktor collective choice level
akan mempengaruhi operational rule secara langsung.
3. Constitutional rule merupakan kelembagaan yang mengatur mengenai siapa
yang berwenang bekerja pada level colletive choice dan bagaimana mereka
bekerja. Level Constitutional rule merupakan rule tertinggi.
1. Key Players
Players adalah stakeholder yang memiliki tingkat kepentingan serta wewenang
yang tinggi. Key Players biasa diartikan sebagai pemain atau pelaksana
pengelolaan kawasan wana wisata. Players memiliki minat secara langsung
dalam pengelolaan kawasan wana wisata dan wewenang untuk melakukan
sesuatu atau membuat aturan untuk pengelolaan kawasana wana wisata. Key
Players mampu mengendalikan sistem yang ada.
2. Subject
Subject adalah stakeholder yang memiliki kepentingan yang cukup besar
namun wewenang yang dimiliki kecil. Subject dapat dikatakan sebagai pelaku
utama didalam pengelolaan kawasan wana wisata. Stakeholder tersebut
memiliki kesungguhan untuk mengelola wana wisata agar menjadi lebih baik.
Namun stakeholder tersebut tidak mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi
perarturan-perarturan yang berlaku.
3. Context Setter
Context Setter adalah mereka yang mempunyai minat kecil dan wewenang
yang besar. Context Setter dalam pengelolaan kawasan wana wisata dapat
diartikan sebagai perencanaan makro dalam pembangunan kawasan wana
wisata karena lingkup kerjanya bersifat makro maka minat terhadap
pengelolaan kawasan wana wisata kecil. Wewenang Context Setter sangat
besar karena Context Setter mempunyai wewenang untuk mengesahkan
program-program dari instansi terkait termasuk wewenang untuk mengesahkan
dalam pemberian anggaran sehingga dalam kategori ini stakeholder harus
diberdayakan agar tidak menentang sistem yang ada.
4. Crowd
Crowd adalah para stakeholder yang memiliki kepentingan dan wewenangan
kecil. Crowd dimasukan ke dalam stakeholder masyarakat. Stakeholder dalam
kategori crowd harus selalu diberi informasi karena mereka selalu
mempertimbangkan segala kegiatan yang akan dilakukan. Pengelolaan
kawasan wana wisata masyarakat dapat memiliki minat yang kecil terhadap
pengelolaan karena masyarakat enggan untuk dijadikan subject dalam suatu
kegiatan.
14
Keterangan :
: Aspek yang dikaji
19
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui tahap wawancara langsung dengan para responden
menggunakan daftar pertanyaan yang terstruktur (kuesioner). Sedangkan data
sekunder diperoleh melalui literatur, referensi, dan data pendukung yang diperoleh
dari Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya, Dinas Perhubungan Kabupaten
Tasikmalaya, Kantor Desa Linggarjati, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, KPH
Perhutani Tasikmalaya, Koparga, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan Wana
Lingga Mukti.
Data primer digunakan untuk menganalisis proses perubahan kelembagaan
stakeholder yang berperan, pola interaksi antar stakeholder, kesejahteraan
masyarakat sekitar kawasan wana wisata, dan analisis terhadap efektivitas
kelembagaan. Sedangkan data sekunder meliputi struktur kelembagaan,
pembagian peran, fungsi, wewenang masing-masing aktor, Infrastruktur
kelembagaan terkait pengelola kawasan wana wisata, dan peraturan perundang-
undangan.
n= ........................................(1)
²
Tabel 2 Matriks keterkaitan antara tujuan, parameter, sumber data, dan metode
analisis
Tujuan Indikator Data yang Sumber data Metode
diperoleh analisis
a. Mengidentifikasi Proses Proses Data Primer Analisis
proses perubahan perubahan deskriptif
kelembagaan kelembagaan
b. Menganalisis Efektivitas Substansi Data Primer Analisis
efektivitas kelembagaan kelembagaan, deskriptif dan
kelembagaan persepsi dokumen
terhadap
kelembagaan,
dan dampak
ekologi
c. Menganalisis Tugas peran Kepentingan Data Primer Analisis
stakeholder dalam fungsi dan dan pengaruh stakeholder
proses wewenang masing-masing
kelembagaan masing-masing aktor
aktor
d. Menganalisis Tingkat Manfaat Data Primer Analisis
manfaat ekonomi pendapatan ekonomi yang multiplier
Masyarakat diterima effect
sekitar masyarakat
kawasan
Sumber: Penulis (2013)
3. Menentukan tingkat pengaruh total yaitu jumlah dari tingkat kekuatan (SDM,
finansial, dan politik) dari masing-masing stakeholder.
4. Menentukan nilai total dilihat berdasarkan tingkat kepentingan dan pengaruh.
Tabel 6 Analisis stakeholder pengelolaan kawasan wana wisata
No Stakeholder Kriteria evaluasi
Kepentingan Skor Pengaruh Skor
S F P
A B
Rendah Tinggi
Pengaruh
= ........................................(2)
........................................(3)
=
28
V. GAMBARAN UMUM
Jumlah penduduk yang semakin meningkat disebabkan oleh faktor kelahiran yang
semakin meningkat dan jumlah pendatang yang semakin bertambah serta menetap
di Desa Linggarjati.
Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan mengalami fluktuatif
dari tahun ke tahun. Penurunan jumlah masyarakat kurang terdidik di Desa
Linggarjati disebabkan oleh sekolah yang belum memadai sehingga masyarakat
memilih bersekolah di luar desa dan faktor keterbatasan biaya sehingga
masyarakat memilih berkerja untuk mensejahterakan ekonomi rumah tangga.
Berikut tabel 10 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan.
Tabel 10 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2008-2012
Tingkat pendidikan
Tahun SD SMP SMA PT
2008 305 201 104 25
2009 340 207 119 23
2010 326 221 132 18
2011 335 205 165 21
2012 345 198 113 21
Sumber: Kantor Desa Linggarjati (2013)
Tenaga kerja lokal adalah tenaga kerja yang bekerja langsung di lokasi
wisata. Tenaga kerja lokal yang diteliti tidak berkerja pada unit usaha namun
bekerja pada lembaga terkait pengelolaan kawasan wana wisata, yaitu Perhutani
Koparga, Dishub, dan Disparbud. Hal ini disebabkan mayoritas unit usaha yang
dimiliki pelaku usaha berskala kecil sehingga pelaku usaha mampu melaksanakan
34
desa yang aktif melakukan kegiatan ekonomi seperti pelaku unit usaha di sekitar
kawasan wana wisata. Pelaku usaha dibedakan menjadi dua pihak, yaitu pihak
Pemda yang diwakilkan oleh institusi Disparbud dengan daerah berjualan di lahan
milik Pemda dan pihak Koparga di bawah institusi KPH Perhutani dengan daerah
berjualan di lahan milik KPH Perhutani. Pemerintah Daerah Kabupaten
Tasikmalaya memberikan wewenang kepada Dinas Pariwisata dan Budaya
Kabupaten Tasikmalaya untuk mengelola kawasan wana wisata dengan terjalin
kerjasama yang menetapkan kebijakan berupa masuk kawasan wana wisata satu
pintu. Hasil yang diperoleh melalui ticketing merupakan share antara KPH dan
Disparbud.
LMDH
Masyarakat
KOPARGA
Hasil kelembagaan dengan tata kelola baru berupa aturan main dan
anggota kelembagaan yang baru. Oleh karena itu, dibutuhkan tahap sosialisasi
kelembagaan untuk menyamakan persepsi. Stakeholder memberikan sosialisasi
kepada anggota kelembagaan termasuk masyarakat sebagai anggota baru dalam
kelembagaan guna mengetahui kerjasama antar lembaga sehingga mampu
menjalankan tugas, pokok, dan fungsi masing-masing kelembagaan dan bentuk
kerjasama yang koordinatif. Sosialisasi yang dilakukan dalam bentuk penyuluhan
sehingga tercipta komunikasi feedback dengan mekanisme sharing.
kelembagaan baru terbentuk memiliki struktur antar lembaga yang jelas. Proses
monitoring dan evaluasi guna mengukur tingkat keberhasilan berdasarkan
penguatan hukum, yaitu MOU dilakukan secara bersama-sama dengan rutin.
Namun koordinasi dalam proses kelembagaan dilaksanakan secara tidak
menyeluruh antara lembaga yang satu dengan lembaga yang lain, contoh Koparga
tidak berkoordinasi secara langsung dengan Disparbud dan hanya berkoordinasi
dengan pihak KPH Perhutani, kemudian Pihak KPH yang berhubungan dengan
Disparbud. Hal ini menyebabkan penyampaian informasi kelembagaan yang
kurang efektif. Efektivitas yang rendah ditunjukan melalui hasil wawancara
dengan key person, yaitu kurangnya koordinasi antara Koparga dan Lembaga
Masyarakat Desa Hutan sehingga terjadi keterlambatan dalam penerimaan
informasi seperti dalam perencanaan anggaran dana.
Efektivitas kelembagaan dinilai berdasarkan persepsi mengenai
kelembagaan dan dampak ekologi yang diakibatkan dari proses perubahan
kelembagaan. Persepsi dinilai oleh anggota organisasi dan anggota non-
organisasi. Anggota organisasi adalah pihak-pihak yang terlibat langsung dalam
pengelolaan kawasan wana wisata. Sedangkan anggota non-organisasi adalah
pihak-pihak yang tidak terlibat di dalam pengelolaan kawasan wana wisata.
50
Kebersihan 41
28
15
46
Lahan 50
8
15
Akses 32
39
33
13
34
Kualitas 57
15
4
30
Tata tertib 46
25
14
dan aturan dalam kelembagaan kawasan Wana Wisata Gunung Galunggung. Hasil
persepsi dapat dilihat pada gambar persepsi efektivitas berikut.
5 13
Kebersihan 15 21
5 29
Lahan 7 13
4 8
Akses 10 32
3 19
Kualitas 9 23
9 20
Tata tertib 12 13
4
Tupoksi 11 19 20
7 19
Sangsi 14
14
20 23
Aturan 11
kewajiban membayar kas dengan aliran dana untuk kebersihan dan meningkatkan
kenyamanan wisatawan. Koparga berkoordinasi dengan KPH Perhutani dalam
melakukan setiap kegiatan ekonominya.
6. Lembaga Masyarakat Desa Hutan Wana Lingga Mukti (LMDH)
Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) adalah kelompok masyarakat
desa hutan yang tumbuh dari keswadayaan yang memiliki kekuatan hukum, yaitu
akta notaris, dan berkepentingan di dalam perjanjian dengan KPH. LMDH
memiliki kewajiban untuk melindungi dan melestarikan sumberdaya hutan
menjaga keberlanjutan fungsi dan manfaatnya, dimana salah satu fungsinya
sebagai kawasan wisata, memberikan kontribusi faktor produksi sesuai dengan
kemampuannya, dan mengoptimalkan fasilitas yang diberikan oleh pihak KPH
Perhutani. LMDH berhak untuk menyusun rencana, melaksanakan, memantau
dan mengevaluasi pelaksanaan pihak PHBM yang memperoleh manfaat dan hasil
dari kegiatan sesuai nilai, dan proporsi faktor produksi yang dikontribusikan
untuk mencapai kesejahteraan dan kemandirian.
7. Masyarakat
Masyarakat sekitar kawasan wana wisata juga termasuk ke dalam
masyarakat desa hutan. Masyarakat desa hutan adalah kelompok orang yang
bertempat tinggal di desa hutan dan melakukan kegiatan yang berinteraksi dengan
sumberdaya hutan untuk mendukung kehidupannya. Sebagian besar masyarakat
bertindak sebagai penonton dan beberapa masyarakat ikut bergabung ke dalam
organisasi yang bertindak partisipatif dalam pengembangan kawasan wana wisata.
Kepentingan masing-masing stakeholder dapat dilihat dari tupoksi
masing-masing stakeholder. Sedangkan pengaruh adalah kekuasaan stakeholder
untuk mempengaruhi peraturan yang berlaku maupun kebijakan yang berkaitan
dengan pengelolaan Wana Wisata Gunung Galungung. Kepentingan dan pengaruh
dinilai melalui skoring berdasarkan persepsi masing-masing stakeholder yang
terlibat di dalam pengelolaan kawasan wana wisata. Berikut Tabel 16
menggambarkan hasil skoring yang diperoleh dari analisis stakeholder.
44
5
4,5 I II
4
KPH
3,5
Kepentingan
Disparbud
3
2,5 PEMDA
2 III Koparga
IV
1,5 LMDH
1 PU
0,5 Dishub
0
0 1 2 3 4 5
Pengaruh
Keterangan : Kuadran I : Subject (Subjek) Kuadran III : Crowd (Penonton)
Kuadran II : Key Players (Pemain) Kuadran IV : Context Setter (Aktor)
Gambar 6 Aktor grid
Berdasarkan aktor grid, stakeholder yang termasuk ke dalam kategori key
players adalah Pemda, Disparbud, KPH Perhutani, Koparga, LMDH, dan Dishub.
Hal ini disebabkan masing-masing stakeholder memiliki sumber daya manusia,
yaitu petugas yang terlibat langsung di lapang sebagai pelaksana dalam
pengelolaan kawasan wana wisata. Oleh karena itu, kewenangan dan
kepentingannya sangat tinggi karena mampu mengendalikan sistem secara
langsung.
Sebagian besar stakeholder berperan langsung sebagai pemain. Oleh
karena itu, tidak terdapat stakeholder kategori subject. Masyarakat di dalam
pengelolaan kawasan wana wisata terbagi dua, yaitu masyarakat yang
berpartisipasi dan masyarakat yang pasif. Masyarakat yang partisipatif dan Dinas
PU termasuk ke dalam kategori context setter karena mereka dapat mempengaruhi
kewenangan berdasarkan informasi yang dimiliki. Pihak Dinas PU berpotensi
menjadi pemain ketika intensitas tingkat kunjungan wisatawan tinggi karena
memiliki kewenangan dan kepentingan yang tinggi untuk mengatur proses
pembuangan sampah. Pihak yang termasuk kategori crowd adalah masyarakat
yang tidak partisipatif. Masyarakat yang tidak partisipatif hanya bertindak sebagai
penonton.
46
pengelola berdasarkan data pada bulan Desember tahun 2012, pendapatan yang
diperoleh sebesar Rp 52 585 000. Oleh karena itu, dampak langsung yang
dihasilkan berupa penjumlahan pendapatan unit usaha dan pihak pengelola
sebesar Rp 106 975 000
Dampak tidak langsung adalah upah tenaga kerja yang diperoleh dari
pihak pengelola karena semua unit usaha di kawasan wana wisata tidak memiliki
tenaga kerja. Pendapatan pihak pengelola yang berasal dari unit usaha dalam
bentuk pembayaran pajak, kebersihan, dan biaya operasional (biaya sewa dan
listrik) juga termasuk dampak tidak langsung. Hal tersebut diperoleh sebagai hasil
perputaran uang setelah diterimanya pengeluaran wisatawan oleh unit usaha dan
pihak pengelola. Jumlah tenaga kerja lapang di kawasan wana wisata sebanyak 23
orang. Pendapatan tenaga kerja ditentukan melalui sistem sharing yang diterapkan
pihak pengelola. Pendapatan tenaga kerja lokal di kawasan wana wisata sebesar
Rp 37 230 000 dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 1 618 695.65 perbulan.
Sedangkan pendapatan pihak pengelola yang berasal dari unit usaha sebesar
Rp 2 442 000 perbulan.
7.1 Simpulan
7.2 Saran
4. Hasil multiplier effect yang diperoleh cukup tinggi. Hal tersebut disebabkan
oleh kebocoran yang tinggi dan tingkat ekonomi wisatawan yang rendah. Oleh
karena itu, perlu adanya pengembangan fasilitas kawasan wana wisata,
pemberdayaan masyarakat lokal, dan penyediaan barang yang dibutuhkan
wisatawan oleh unit usaha untuk merangsang tingkat pengeluaran wisatawan di
kawasan wana wisata sehingga dapat meningkatkan nilai multiplier effect.
51
DAFTAR PUSTAKA
Pitana I.G dan Gayatri G.P. 2005. Sosiologi Pariwisata: Kajian Sosiologi terhadap
Struktur Sistem dan Dampak-dampak Pariwisata. Yogyakarta (ID):
Penerbit Andi.
Polski M. Margareth and Elinor Ostrom. 1999. An Institutional Framework for
Policy Analysis and Design. Workshop in Political Theory and Policy
Analysis. Departemen of Political Science (US). Indiana University.
Reed M, Graves A, Dandy N, Posthumus H, Hubacek K, Morris J, Prell C, Quinn
CH, and Stringer LC. 2009. Who’s and Why? A Typology of Stakeholder
Analysis Methods for Natural Resource Management. Journal of
Enviromental Management.
LAMPIRAN
55
Nama : .................................................................................................
Umur : .................................................................................................
Jabatan : .................................................................................................
No Telp/HP: .................................................................................................
Alamat : .................................................................................................
..................................................................................................
Sangsi diberlakukan
2 secara adil terhadap
pelanggar
Peningkatan investasi
4
dikawasan wanawisata
Akses Menuju
6
Kawasan wanawisata
Pengurangan lahan
kritis setelah
7
pengelolaan kawasan
wanawisata
Kebersihan Kawasan
8
Wanawisata
18. Harapan dan saran anda kepada pihak pengelola kawasan wanawisata
Harapan :
Saran :
61
c. Perbaikan Infrastruktur
d. Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
e. Lainnya__________________
15. Kerugian apa yang anda rasakan dengan Keberadaan Kawasan wana wisata
a. Peningkatan volume sampah
b. Polusi
c. Kerusakan lingkungan sekitar
d Perubahan pola hidup
e. Lainnya__________________
B. Terkait Usaha
16. Sudah berapa lama anda usaha di kawasan wana wisata?____________tahun
17. Berapa jumlah karyawan yang anda miliki________orang
18. Modal awal usaha anda berasal dari:
a. Modal sendiri
b. Pinjaman dari bank
c. Lainnya___________
19. Berapa besar modal awal usaha yang anda keluarkan Rp__________________
20. Dalam sehari anda bekerja berapa lama ____jam
21. Dalam Satu Minggu anda bekerja selama_____hari
22. Proporsisi pendapatan hasil usaha selama 1 minggu perhari dalam kawasan
wana wisata
a. Hari Biasa (Senin-Jumat ) : Rp_______________perhari
b. Sabtu-minggu/Libur : Rp_______________perhari
23.Dari pendapatan yang anda terima pengeluaran yang dikeluarkan dikawasan
wisata adalah:
Kebutuhan Rumah Tangga :Rp
Upah Karyawan :Rp
Harga Bahan Baku Usaha :Rp
Biaya Pemeliharaan Alat :Rp
Biaya Operasional (listrik air transpotasi) :Rp
Retribusi/pajak :Rp
Reinvestasi :Rp
______________________ :Rp
______________________ :Rp________________________+
Total :Rp
24. Apakah anda mendapatkan bantuan dari pemerintah atau pihak pengelola
[ ] Ya
[ ] Tidak
Jika Ya jenis bantuan apa dan berapa kali anda menerima?
25. Harapan dan saran anda kepada pihak pengelola kawasan wanawisata
Harapan :
Saran :
63
______________________________________________________________
23. Harapan dan saran anda kepada pihak pengelola kawasan wanawisata
Harapan :
Saran :
65
[ ] Ya
[ ] Tidak
Alasannya.............................................................................................................
..............................................................................................................................
13. Apakah ada kerugian yang anda rasakan dengan keberadaan kawasan wana
wisata
[ ] Ya
[ ] Tidak
Alasannya.............................................................................................................
..............................................................................................................................
14. Menurut anda Apakah pengelolan kawasan wana wisata telah berjalan
dengan baik
[ ] Ya
[ ] Tidak
Alasannya.............................................................................................................
..............................................................................................................................
B. Terkait Stakeholder
15. Apakah penting masyarakat sekitar ikut berpatisipasi didalam pengelolaan
kawasan wana wisata
[ ] Ya
[ ] Tidak
Alasannya.............................................................................................................
..............................................................................................................................
16. Tabel Tingkat Kepentingan Stakeholder dalam Pengelolaan Kawasan Wana
wisata
Petunjuk: Berilah tanda [√] pada kolom di bawah ini yang menurut anda sesuai
Kepentingan
No. Stakeholder
Sangat Kurang
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Tinggi
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2. Finansial
3. Politik
1.
2.
68
1
http://ariesaksono.wordpress.com/2010/05/13/gunung-galunggung-mengagumi-sang-macan-
tidur/ [diakses tanggal 25 Juli 2013]
70
70
Lampiran 11 Pengeluaran wisatawan perkunjungan
71
72
72
Responden Pendapatan Parkir Toilet Konsumsi Tiket Transportasi Pengeluaran/Kunjungan
(a) (b) (c) (d) (e) (a + b + c + d + e)
63 1 000 000 2 000 1 000 25 000 21 000 100 000 149 000
64 1 500 000 2 000 1 000 20 000 21 000 100 000 144 000
65 900 000 2 000 2 000 20 000 21 000 100 000 145 000
66 300 000 2 000 1 000 16 000 8 400 10 000 37 400
67 4 000 000 8 000 25 000 150 000 88 200 250 000 521 200
68 10 000 000 4 000 6 000 150 000 12 600 100 000 272 600
69 400 000 4 000 2 000 15 000 4 200 10 000 35 200
70 500 000 4 000 2 000 15 000 67 200 10 000 98 200
71 500 000 4 000 2 000 20 000 63 000 10 000 99 000
72 300 000 4 000 2 000 20 000 63 000 10 000 99 000
73 300 000 4 000 2 000 20 000 63 000 10 000 99 000
74 700 000 4 000 2 000 15 000 4 200 10 000 35 200
75 250 000 4 000 2 000 15 000 4 200 10 000 35 200
76 2 500 000 2 000 2 000 20 000 8 400 10 000 42 400
77 500 000 2 000 2 000 15 000 8 400 10 000 37 400
78 500 000 2 000 2 000 15 000 8 400 5 000 32 400
79 500 000 2 000 2 000 10 000 4 200 5 000 23 200
80 500 000 2 000 2 000 15 000 8 400 5 000 32 400
81 500 000 2 000 2 000 15 000 8 400 5 000 32 400
82 4 000 000 2 000 40 000 200 000 84 000 150 000 476 000
83 1 000 000 2 000 2 000 30 000 8 400 10 000 52 400
84 3 000 000 2 000 3 000 12 000 8 400 10 000 35 400
85 150 000 4 000 3 000 5 000 12 600 10 000 34 600
86 500 000 4 000 3 000 10 000 12 600 10 000 39 600
87 500 000 4 000 3 000 10 000 12 600 10 000 39 600
88 500 000 2 000 3 000 20 000 8 400 10 000 43 400
89 1 000 000 2 000 3 000 40 000 12 600 10 000 67 600
90 500 000 2 000 3 000 10 000 4 200 5 000 24 200
91 500 000 2 000 3 000 10 000 4 200 5 000 24 200
92 500 000 2 000 3 000 5 000 4 200 5 000 19 200
93 500 000 2 000 3 000 5 000 4 200 5 000 19 200
94 2 000 000 4 000 5 000 30 000 16 800 20 000 75 800
73
73
74
74
Lampiran 12 Pengeluaran dan pendapatan unit usaha
Responden Biaya kebersihan Bahan usaha Biaya operasional Pajak jualan Total Pendapatan/bulan
(a) (b) (listrik dan sewa) (d) Pengeluaran/bulan
(c) (a + b + c + d)
1 8 000 50 000 0 15 000 73 000 2 000 000
2 8 000 500 000 0 15 000 523 000 1 500 000
3 8 000 300 000 30 000 15 000 353 000 800 000
4 8 000 250 000 10 000 15 000 283 000 1 500 000
5 8 000 100 000 30 000 15 000 153 000 1 500 000
6 8 000 125 000 30 000 15 000 178 000 1 600 000
7 8 000 120 000 30 000 15 000 173 000 1 200 000
8 8 000 90 000 30 000 15 000 143 000 2 450 000
9 8 000 100 000 30 000 15 000 153 000 1 200 000
10 8 000 200 000 30 000 15 000 253 000 1 500 000
11 8 000 200 000 30 000 15 000 253 000 1 200 000
12 8 000 1 500 000 90 000 45 000 1 643 000 600 000
13 8 000 75 000 30 000 15 000 128 000 1 200 000
14 8 000 450 000 30 000 15 000 503 000 960 000
15 8 000 70 000 30 000 15 000 123 000 1 580 000
16 8 000 50 000 30 000 15 000 103 000 900 000
17 8 000 50 000 90 000 45 000 193 000 900 000
18 8 000 300 000 30 000 15 000 353 000 2 000 000
19 8 000 100 000 10 000 15 000 133 000 800 000
20 8 000 1 500 000 30 000 15 000 1 553 000 1 500 000
21 8 000 200 000 30 000 30 000 268 000 2 400 000
22 8 000 400 000 30 000 15 000 453 000 800 000
23 8 000 100 000 30 000 15 000 153 000 500 000
24 8 000 500 000 30 000 15 000 553 000 1 000 000
25 8 000 500 000 45 000 15 000 568 000 1 500 000
26 8 000 200 000 30 000 15 000 253 000 500 000
27 8 000 50 000 30 000 15 000 103 000 600 000
28 8 000 200 000 30 000 15 000 253 000 500 000
29 8 000 100 000 30 000 15 000 153 000 1 500 000
75
Responden Biaya kebersihan Bahan usaha Biaya operasional Pajak jualan Total Pendapatan/bulan
(a) (b) (listrik dan sewa) (d) Pengeluaran/bulan
(c) (a + b + c + d)
30 8 000 120 000 15 000 15 000 158 000 500 000
31 8 000 120 000 60 000 15 000 203 000 900 000
32 8 000 1 000 000 25 000 15 000 1 048 000 1 800 000
33 8 000 300 000 30 000 15 000 353 000 500 000
34 8 000 300 000 30 000 15 000 353 000 500 000
35 8 000 1 000 000 45 000 15 000 1 068 000 500 000
36 8 000 400 000 45 000 15 000 468 000 800 000
37 8 000 200 000 30 000 15 000 253 000 2 000 000
38 8 000 200 000 10 000 15 000 233 000 1 800 000
39 8 000 300 000 10 000 15 000 333 000 800 000
40 8 000 400 000 30 000 15 000 453 000 2 000 000
41 8 000 200 000 30 000 15 000 253 000 1 500 000
42 8 000 400 000 30 000 15 000 453 000 3 000 000
43 8 000 100 000 30 000 15 000 153 000 1 000 000
44 8 000 200 000 30 000 15 000 253 000 600 000
Total 352 000 13 620 000 1 355 000 735 000 16 062 000 54 390 000
75
76
76
Lampiran 13 Pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja lokal
Responden Pendapatan/bulan Konsumsi di lokasi Konsumsi rumah tangga Biaya pendidikan Biaya transportasi
1 600 000 1 500 000 1 500 000 0 0
2 2 200 000 250 000 1 250 000 700 000 80 000
3 2 300 000 450 000 2 000 000 900 000 150 000
4 3 200 000 300 000 1 500 000 800 000 80 000
5 2 300 000 750 000 900 000 900 000 80 000
6 2 600 000 300 000 750 000 150 000 150 000
7 2 200 000 600 000 750 000 300 000 80 000
8 2 300 000 300 000 900 000 450 000 150 000
9 2 000 000 450 000 750 000 450 000 150 000
10 1 200 000 1 750 000 750 000 0 0
11 1 500 000 810 000 400 000 300 000 80 000
12 450 000 600 000 600 000 400 000 80 000
13 530 000 150 000 900 000 450 000 150 000
14 450 000 150 000 900 000 600 000 150 000
15 1 900 000 210 000 270 000 600 000 300000
16 450 000 750 000 750 000 400 000 80 000
17 450 000 150 000 450 000 150 000 80 000
18 2 900 000 210 000 750 000 300 000 80 000
19 800 000 900 000 900 000 600 000 120 000
20 1 400 000 900 000 900 000 150 000 120 000
21 500 000 900 000 900 000 600 000 80 000
22 2 000 000 600 000 900 000 600 000 80 000
23 3 000 000 200 000 1 500 000 150 000 150 000
Total 37 230 000 13 180 000 21 170 000 9 950 000 2 470 000
77
RIWAYAT HIDUP