Anda di halaman 1dari 41

PEMBELAJARAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN

(Studi Kasus pada Kelas 1 Sekolah DasarAisyisyah Qurrota A’yun Pekalongan)

PTK

Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Uji Kinerja Program Pendidikan

Profesi Guru Dalam Jabataan

Oleh
Ijtahidah Dwiyanti Mardikaningsih

23531463

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN


UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2023
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. PTK yang berjudul Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan (Studi Kasus pada Kelas I
SD Aisyiyah Qurrota A’yun Pekalongan ) ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas
plagiasi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber
acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ini, saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17,
Tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi PTK pada jurnal atau forum ilmiah Program Pendidikan
Profesi Guru Dalam Jabatan Angkatan 3 Tahun 2023 berhak mempublikasikan pada jurnal ilmiah
yang diterbitkan oleh Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan Angkatan 3 Tahun 2023.

Pekalongan, 2 Maret 2024

Yang membuat pernyataan

Ijtahidah Dwiyanti M.

NIM 23531463
PEMBELAJARAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN

(Studi Kasus pada Kelas I Sekolah Dasar Aisyiyah Qurrota A’yun Pekalongan )

PTK

Oleh:

Ijtahidah Dwiyanti
Mardikaningsih
NIM 23531463
MOTTO

1. B
‌ acalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan ( AL-
ALAQ : 1)

2. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia ( AL-ALAQ : 3)

3. Yang mengajar (manusia) dengan pena ( AL-ALAQ : 4 )


PERSEMBAHAN

PTK ini saya persembahkan untuk:

Kedua orang tuaku dan mertua yang telah menjadi motivasi dan inspirasi, serta tiada
henti memberikan dukungan doa.

Suami dan anakku, yang senantiasa menjadi penyemangat dan menemani di setiap
hariku.

Kakakku beserta keluarganya, adikku dan ketiga adik iparku yang selalu mendukungku

Untuk teman-teman Mahasiswa


ABSTRAK

Pembelajaran membaca menulis permulaan merupakan dua aspek kemampuan


berbahasa yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan di dalam pembelajaran, dan
untuk mempelajari kedua aspek ini tidak terlepas dari peran guru. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan: (1) perencanaan pembelajaran membaca
menulis permulaan yang disusun oleh guru kelas 1 SD Aisyiyah Qurrota A’yun, (2)
pelaksanaan pembelajaran membaca menulis permulaan di kelas 1 SD Aisyiyah Qurrota
A’yun ditinjau dari materi, metode, dan media yang digunakan, (3) hambatan yang
dihadapi guru dan solusi yang digunakan untuk mengatasi hambatan dalam pembelajaran
membaca menulis permulaan di kelas 1 SD Aisyiyah Qurrota A’yun.
Penelitian ini dilakukan selama satu bulan dari bulan Januari sampai Februari 2024.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pola naturalistik,
dengan strategi studi kasus. Sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah
informan atau narasumber, tempat dan peristiwa atau aktivitas, dan dokumen. Teknik yang
digunakan dalam pengumpulan data meliputi observasi atau pengamatan, wawancara
secara mendalam (in-depth-interviewing), dan analisis dokumen. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Validitas data diperoleh melalui
triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik model analisis interaktif, yaitu reduksi data, sajian data, dan
penarikan simpulan serta verivikasinya.
Hasil penelitian disimpulkan bahwa: 1) perencanaan pembelajaran yang digunakan
tidak sesuai dengan kondisi siswa kelas I SD Aisyiyah Qurrota A’yun , 2) pelaksanaan
pembelajaran secara garis besar tidak sesuai dengan perencanaan yang digunakan, 3)
hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran membaca menulis permulaan karena faktor
guru, siswa, sarana prasarana dan lingkungan, (4) upaya yang dilakukan dari kepala
sekolah adalah melakukan supervisi kelas dan menyuruh guru mengikuti kegiatan KKG di
kecamatan dan upaya dari guru adalah berusaha menggunakan media yang ada dalam
pembelajaran.

PRAKATA

Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya
penulis dapat menyelesaikan PTK yang berjudul “Pembelajaran Membaca Menulis
Permulaan (Studi Kasus pada Kelas I Sekolah Dasar Aisyiyah Qurrota A’yun
Pekalongan )” dengan lancar.
Dalam penyusunan PTK ini penulis menyadari tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Drs. Eko Waluyo., selaku kepala sekolah SD Aisyiyah Qurrota A’yun

2. Dosen Pembingbing UGRIS


3. Rekan rekan Sejawat Guru SD Aisyiyah Qurrota A’yun
4. Keluarga Besar
5. Siswa Siswi SD Aisyiyah Qurrota A’yun

Penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi dunia Pendidikan

Pekalongan , 2 Maret 2024

Penulis,
Ijtahidah Dwiyanti M.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi


siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar supaya mendapat kemampuan
dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan
baik. Oleh karena itu, guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan
baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu kegiatan yang
menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan
permainan bahasa dalam pembelajaran membaca. Hal itu sesuai dengan
karakteristik anak yang masih senang bermain. Permainan memiliki peran
penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak.
Pembelajaran membaca di SD dilaksanakan sesuai dengan pembedaan
atas kelas-kelas awal dan kelas-kelas tinggi. Pelajaran membaca dan menulis
di kelas-kelas awal disebut pelajaran membaca dan menulis permulaan,
sedangkan di kelas-kelas tinggi disebut pelajaran membaca dan menulis
lanjut. Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I sekolah dasar dilakukan
dalam dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan
menggunakan buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan
cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku
misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat, sedangkan
membaca dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan
buku sebagai bahan pelajaran (Tarmizi, 2008:1).
Pengajaran Bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan
dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya
kemahirwacanaan. Ketrampilan membaca dan menulis, khususnya
ketrampilan membaca harus segera dikuasai oleh para siswa di SD karena

ketrampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa
di SD. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-
mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan
membaca mereka. Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik akan
mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua
mata pelajaran.
Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami
informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan
penunjang, dan sumber-sumber belajar tertulis yang lain. Alhasil,
kemampuan belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya
yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca. Menurut pandangan “whole
language” membaca tidak diajarkan sebagai suatu pokok bahasan yang
berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan dalam pembelajaran
bahasa bersama dengan keterampilan berbahasa yang lain. Kenyataan tersebut
dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajaran bahasa, ketrampilan
berbahasa tertentu dapat dikaitkan dengan ketrampilan berbahasa yang lain.
Pengaitan ketrampilan berbahasa yang dimaksud tidak selalu melibatkan
keempat ketrampilan berbahsa sekaligus, melainkan dapat hanya mengakut
dua ketrampilan saja sepanjang aktivitas berbahasa yang dilakukan bermakna.
Pembelajaran membaca di SD dilaksanakan sesuai dengan pembedaan
atas kelas-kelas awal dan kelas-kelas tinggi. Pelajaran membaca dan menulis
di kelas-kelas awal disebut pelajaran membaca dan menulis permulaan,
sedangkan di kelas-kelas tinggi disebut pelajaran membaca dan menulis
lanjut. Pelaksanaan membaca permulaan di kelas I sekolah dasar dilakukan
dalam dua tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan
menggunakan buku. Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan
cara mengajar dengan menggunakan media atau alat peraga selain buku
misalnya kartu, gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat, sedangkan
membaca dengan buku merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan
buku sebagai bahan pelajaran.
Berdasarkan laporan dari guru wali kelas 1 di SD Aisyiyah Qurrota A’yun
Pekalongan terdapat indikasi bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam hal
membaca dan menulis. Hal tersebut disebabkan karena faktor intern dan
ekstern, faktor intern berasal dari siswa sedangkan faktor ekstern berasal dari
keluarga dan guru.
Kemampuan siswa kelas 1 di SD Aisyiyah Qurrota A’yun yang berbeda-beda
menunjukkan bahwa terdapat sedikit siswa yang memahami atau fasih dalam
membaca dan menulis, tetapi masih banyak siswa yang belum lancar
membaca dan menulis.
2.
Pentingnya membaca permulaan di kelas I adalah agar siswa dapat
membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat.
Kelancaran dan ketepatan anak membaca pada tahap belajar membaca
permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas guru yang mengajar di
kelas I.
Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam
meningkatkan ketrampilan membaca siswa, hal tersebut mendorong untuk
dilakukan penelitian. Peranan strategis tersebut menyangkut peran guru
sebagai fasilitator, motivator, sumber belajar, dan organisator dalam proses
pembelajaran. guru yang berkompetensi tinggi akan sanggup
menyelenggarakan tugas untuk mencerdaskan, mengembangkan pribadi
siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penelitian ini disajikan
judul: Kesulitan Belajar Membaca dan Menulis Permulaan Pada Siswa Kelas

1 SD Aisyiyah Qurrota A’yun

B. Rumusan masalah

Dalam penelitian ini ada tiga masalah yang perlu dicari jawabannya.
1. Bagaimana kesulitan belajar membaca permulaan pada siswa kelas 1 SD
Aisyiyah Qurrota A’yun, Pekalongan?
2. Bagaimana kesulitan belajar menulis permulaan pada siswa kelas 1 SD
Aisyiyah Qurrota A’yun, Pekalongan?
3. Bagaimana solusi yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan
belajar membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas 1 SD Aisyiyah Qurrota A’yun?

C. Tujuan Penelitian
Ada tiga tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini.
1. Untuk mengetahui kesulitan belajar membaca permulaan pada siswa kelas
1 SD Aisyiyah Qurrota A’yun, Pekalongan
2. Untuk mengetahui kesulitan belajar menulis permulaan pada siswa kelas 1
SD Aisyiyah Qurrota A’yun, Pekalongan.
3. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi
kesulitan belajar membaca dan menulis permulaan pada siswa kelas 1 SD
Aisyiyah Qurrota A’yun, Pekalongan.
D. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam


pengembangan konsep teoretik pada permasalahan yang terkait dengan
belajar membaca dan menulis permulaan pada mata pelajaran bahasa
Indonesia.
2. Secara teoretis, hasil penelitian dan pengembangan ini diharapkan
bermanfaat dalam mengembangkan prinsip-prinsip mengenai solusi yang
tepat dalam mengatasi kesulitan belajar membaca dan menulis permulaan
pada siswa

3. Secara praktis, penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para guru maupun
sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Membaca Permulaan
1. Pengertian Membaca Permulaan

Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara


mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu
keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi perkembangan
pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Seseorang
akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman
baru dengan cara membaca. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan
memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirannya,
mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Dengan demikian
maka kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh
siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh sebab itu, peran guru
mengajarkan membaca di sekolah sangat penting.
Para pakar yang menganalisis membaca sebagai suatu keterampilan,
memandang hakikat membaca itu sebagai suatu proses atau kegiatan yang
menerapkan seperangkat keterampilan dalam mengolah hal-hal yang dibaca untuk
menangkap makna. Para pakar yang mengutamakan psikolinguistik, menyikap
membaca itu sebagai proses merekonstruksi informasi yang terdapat dalam
bacaan atau sebagai suatu upaya untuk mengolah informasi dengan menggunakan
pengalaman atau kemampuan pembaca dan kompetensi bahasa yang dimilikinya
secara kritis. Dari kedua pendapat itu maka diperoleh kesimpulan bahwa
membaca adalah suatu aktivitas untuk menangkap intonasi bacaan baik yang
tersurat maupun tersirat dalam bentuk pemahaman bacaan secara literal,
inferensial, evaluatif, kreatif dan apresiasi dengan memanfaatkan pengalaman
belajar membaca.
Membaca merupakan suatu hal yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak
hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan
proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai
proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman
literal, interpretasi, membaca kritis, pemahaman kreatif. Menurut Crawley dan
Mountain (Farida Rahim, 2005), pengenalan kata berupa aktivitas membaca kata-
kata dengan menggunakan kamus. Membaca sebagai proses linguistik, skemata
pembaca membantunya membangun makna sedangkan fonologis, semantik, dan
fitur sintaksis membantunya mengkomunikasikan dan menginterpretasikan pesan-
pesan. Proses metakognitif, membaca melibatkan perencanaan, pembetulan, suatu
strategi, pemonitoran, dan pengevaluasian.
Menurut Klein, dkk (Farida Rahim, 2005: 3), membaca mencakup: (1)
membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3)
membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan
informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai
peranan yang utama dalam membentuk makna. Membaca adalah strategis
diartikan bahwa pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca
yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruk makna ketika
membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca.
Membaca merupakan interaktif adalah keterlibatan pembaca dengan teks
tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca teks yang bermanfaat akan
menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya. Teks yang dibaca seseorang
harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan
teks.
Menurut Hodgson (Henry Guntur Tarigan, 1985: 7), membaca adalah proses
yaang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Suatu
proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan
terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan agar makna kata-kata secara individual
akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan
tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami dan proses membaca itu tidak
terlaksana dengan baik.
Menurut Farida Rahim (2005: 1), terdapat tiga istilah yang sering digunakan
untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca yaitu: recording,
decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat kemudian
mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang
digunakan. Decoding adalah proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-
kata. Penekanan membaca pada tahap recording dan decoding merupakan proses
perseptual yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi
bahasa yang sering disebut dengan istilah membaca permulaan sedangkan
meaning lebih ditekankan di kelas tinggi Sekolah Dasar.
Glenn Doman (Anna Yulia, 2005: 19) mengemukakan bahwa membaca
merupakan salah satu fungi yang paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan
bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Membaca
dapat diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk berkomunikasi
dengan diri sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu
mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang
tertulis (Henry Guntur Tarigan, 1985: 8). Menurut Lerner (Rini Utami Aziz, 2006:
15), kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang
studi. Jika anak pada usia permulaan sekolah tidak segera memiliki kemampuan
membaca, ia akan mengalami kesulitan dalam mempelajari bidang studi lain. Dari
uraian beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca
adalah suatu proses menafsirkan simbol-simbol dan lambang-lambang dalam
bahasa yang diikuti oleh pengalaman pembaca yang digunakan sebagai alat untuk
menginterpretasikan simbol-simbol dan lambang-lambang tersebut sehingga
menjadi suatu kata atau kalimat yang mempunyai makna.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan adalah suatu
aktivitas untuk mengenalkan rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa.
Membaca ada dua yaitu membaca permulaan yang dipelajari siswa kelas 1 dan 2,
dan membaca pemahaman yang dipelajari siswa sejak kelas 3. Membaca
permulaan ini dipelajari di kelas 1 dan 2 mempunyai tujuan agar siswa memiliki
kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang tepat.
Selain itu, membaca permulaan sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut.

2. Tujuan Membaca Permulaan

Iskandarwassid (2008: 289) menyampaikan bahwa tujuan pembelajaran


membaca permulaan bagi peserta didik adalah sebagai berikut:
a. mengenali lambang-lambang (simbol-simbol bahasa),
b. mengenali kata dan kalimat,
c. menemukan ide pokok dan kata-kata kunci, dan
d. menceritakan kembali isi bacaan pendek.
Menurut Herusantosa (1992: 20), tujuan pembelajaran membaca permulaan
agar peserta didik mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang
ditulis dengan intonasi yang wajar, peserta didik dapat membaca kata-kata dan
kalimat sederhana dengan lancar dan tepat dalam waktu yang relatif singkat
(Saleh Abbas, 2006: 103).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Menurut Farida Rahim (2005: 16), mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan membaca adalah sebagai berikut.

a. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologi meliputi kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis
kelamin. Menurut beberapa ahli, keterbatasan neurologis seperti cacat otak
dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan peserta didik tidak berhasil dalam meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman mereka.

b. Faktor Intelektual
Terdapat hubungan positif antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ
dengan rata-rata peningkatan remedial membaca tetapi tidak semua siswa
yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi menjadi pembaca yang baik.

c. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang meliputi latar belakang dan pengalaman peserta didik
mempengaruhi kemampuan membacanya. Peserta didik tidak akan
menemukan kendala yang berarti dalam membaca jika mereka tumbuh dan
berkembang di dalam rumah tangga yang harmonis, rumah yang penuh
dengan cinta kasih, memahami anak-anaknya, dan mempersiapkan mereka
dengan rasa harga diri yang tinggi.

d. Faktor sosial ekonomi siswa


Status sosial ekonomi siswa mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Hal ini
dikarenakan jika peserta didik tinggal dengan keluarga yang berada dalam
taraf sosial ekonomi yang tinggi kemampuan verbal mereka juga akan tinggi.
Hal ini didukung dengan fasilitan yang diberikan oleh orang tuanya yang
berada pada taraf sosial ekonomi tinggi. Lain halnya peserta didik yang
tinggal di keluarga yang sosial ekonomi rendah. Orangtua mereka tidak dapat
memenuhi kebutuhan anaknya dan anaknya cenderung kurang percaya diri.

e. Faktor Psikologis
Faktor psikologis meliputi motivasi, minat, dan kematangan sosial,emosi,
serta penyesuaian diri.

B. Hakikat Siswa Berkesulitan Belajar

1. Pengertian Berkesulitan Belajar

Berikut ini beberapa definisi mengenai kesulitan belajar.

a. Erman Amti dan Marjohan (1992: 67) (Sri Rumini, 2003: 7)


Kesulitan belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh peserta didik
dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu tersebut ada
dalam dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya maupun
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Oleh karena itu, dari
pernyataan tersebut dapat dibagi menjadi tujuh golongan yaitu:

1) mempunyai IQ tinggi, bakat akademik tinggi, tetapi prestasi belajarnya hanya


rata-rata kelas, atau bahkan di bawah rata-rata kelas. Peserta didik ini disebut
under achiever,
2) memiliki inteligensi normal, tetapi tidak dapat dimanfaatkannya secara baik.
Mereka peserta didik yang mempunyai keterlambatan akademik,
3) mempunyai IQ sekitar 70-90 dan mempunyai kemampuan yang kurang
memadai. Mereka termasuk anak slow learner,
4) malas belajar karena kurang motivasi belajar,
5) sikap dan kebiasaan belajar yang buruk seperti menunda-nunda tugas, belajar
pada saat akan ujian saja,
6) ditempatkan pada kelas yang tidak sesuai seperti ditinjau dari umur,
kemampuan, minat sosial, peserta didik terlalu tinggi atau terlalu rendah
dalam kelas, dan
7) sering tidak hadir di sekolah karena sakit atau membolos sehingga kehilangan
kesempatan belajarnya.

b. Thomas dan Rochman (1977: 2-5), Kustur Partowisastro dan Hadisuparto


(1984: 46-49) (Sri Rumini, 2003: 8-9) kesulitan belajar dapat dilihat dari dua
aspek yaitu: 1) aspek program sekolah, dan 2) aspek tingkat pencapaian yang
diharapkan.

1) Aspek program sekolah


Apabila siswa tersebut tidak memenuhi harapan-harapan yang ada di sekolah,
baik dalam tujuan formal dari kurikulum maupun harapan para guru dan
kepala sekolah, siswa dinyatakan mengalami kesulitan belajar. Harapan
dalam tujuan formal berhubungan dengan prestasi belajar sedangkan harapan
yang dimiliki guru dan kepala sekolah berupa kebiasaan belajar dan tingkah
laku sosial seperti menyelesaikan pekerjaan rumah tepat waktu,
memperhatikan pelajaran di kelas, mengumpat, dan menyela pembicaraan
guru.

2) Aspek tingkat pencapaian yang diharapkan


Siswa dinyatakan mengalami kesulitan belajar apabila siswa tersebut berada
di bawah taraf perilaku dari sebagian besar teman-teman seusianya atau
kelasnya, baik mata pelajaran formal dari kurikulum maupun dalam
kebiasaan belajar dan perilaku sosial yang dianggap penting oleh guru.

c. Hammill, et al.(1981) (Sri Rumini, 2003)


Kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam aktivitas
mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, dan/atau dalam
berhitung. Gangguan tersebut berupa gangguan intrinsik yang diduga karena
adanya disfungsi sistem saraf pusat. Kesulitan belajar bisa terjadi bersamaan
dengan gangguan lain (seperti gangguan sensoris, hambatan sosial, dan
emosional) dan pengaruh lingkungan (seperti perbedaan budaya atau
prosespembelajaran yang tidak sesuai). Gangguan-gangguan eksternal tersebut
tidak menjadi faktor penyebab kondisi kesulitan belajar, walaupun menjadi faktor
yang memperburuk kondisi kesulitan belajar yang sudah ada.
d. ACCALD (Association Committee for Children and Adult Learning
Disabilities) dalam Lovitt, (1989)
Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang bersumber dari
masalah neurologis, dimana kondisi tersebut mengganggu perkembangan
kemampuan mengintegrasikan dan kemampuan bahasa verbal maupun nonverbal.
Siswa berkesulitan belajar memiliki inteligensi tergolong rata-rata atau di atas
rata-rata dan memiliki cukup kesempatan untuk belajar. Mereka tidak memiliki
gangguan sistem sensorik.

e. NJCLD (National Joint Committee of Learning Disabilities) dalam Lerner,


(2000)
Kesulitan belajar adalah istilah umum untuk berbagai jenis kesulitan dalam
menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung. Kondisi ini bukan karena
kecacatan fisik atau mental, bukan juga karena pengaruh faktor lingkungan,
melainkan karena faktor kesulitan dari dalam individu itu sendiri saat
mempersepsi dan melakukan pemrosesan informasi terhadap objek yang
diinderainya. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan
belajar merupakan beragam gangguan dalam menyimak, berbicara, membaca,
menulis,dan berhitung karena faktor internal individu itu sendiri, yaitu disfungsi
minimal otak. Kesulitan belajar bukan disebabkan oleh faktor eksternal berupa
lingkungan,sosial, budaya, fasilitas belajar, dan lain-lain.
Disleksia atau kesulitan membaca adalah kesulitan untuk memaknai simbol,
huruf, dan angka melalui persepsi visual dan auditoris. Hal ini akan berdampak
pada kemampuan membaca pemahaman. Adapun bentuk-bentuk kesulitan
membaca di antaranya berupa: 1) penambahan, 2) penghilangan, 3) pembalikan
kiri-kanan, 4) pembalikan atas bawah, dan 5) penggantian.
1) Penambahan (Addition)
Menambahkan huruf pada suku kata. Contoh : suruh-disuruh; gula gulka;
buku-Bukuku.
2) Penghilangan (Omission)
Menghilangkan huruf pada suku kata. Contoh : kelapa-lapa; kompor-kopor;
kelas-kela.
3) Pembalikan kiri-kanan (Inversion)
Membalikkan bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik kiri-
kanan.Contoh : buku-duku; palu-lupa; 3-ε; 4-μ.
4) Pembalikan atas-bawah (ReversalI )
Membalikkan bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik atas-
bawah.Contoh : m-w; u-n; nana-uaua; mama-wawa; 2-5; 6-9.
5) Penggantian (Substitusi)
Mengganti huruf atau angka.Contoh : mega-meja; nanas-mamas; 3-8.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa siswa dapat dikatakan mengalami
kesulitan belajar apabila siswa tersebut tidak berhasil mencapai tujuan yang
dipersyaratkan dalam proses pembelajaran yang berdasarkan tujuan pendidikan
yang terdapat pada program sekolah, tingkat pencapaian yang diharapkan,
beradaptasi dalam kelompok, kesenjangan antara potensi dan prestasi, serta
kepribadian yang dimilikinya.

2. Karakteristik Kesulitan Belajar

a. Gangguan Internal
Gangguan internal adalah salah satu penyebab kesulitan belajar berasal dari
diri anak itu sendiri. Anak ini mengalami gangguan pemusatan perhatian,
sehingga kemampuan perseptualnya terhambat. Kemampuan perseptual yang
terhambat tersebut meliputi persepsi visual (proses pemahaman terhadap
objek yang dilihat), persepsi auditoris (proses pemahaman terhadap objek yang
didengar) maupun persepsi taktil-kinestetis (proses pemahaman terhadap
objek yang diraba dan digerakkan).

b. Kesenjangan antara Potensi dan Prestasi


Anak berkesulitan belajar memiliki potensi kecerdasan/inteligensi normal,
bahkan beberapa diantaranya di atas rata-rata. Namun, pada kenyataannya mereka
memiliki prestasi akademik yang rendah sehingga mereka dapat dikatakan
memiliki kesenjangan antara potensi dan prestasinya. Kesenjangan ini biasanya
terjadi pada kemampuan belajar akademik yang spesifik, yaitu pada kemampuan
membaca (disleksia), menulis (disgrafia), atau berhitung (diskalkulia).

c. Tidak Adanya Gangguan Fisik dan/atau Mental


Anak berkesulitan belajar adalah anak yang tidak memiliki gangguan
fisik dan/atau mental. Kondisi kesulitan belajar berbeda dengan kondisi masalah
belajar berikut ini: 1) tunagrahita, 2) lamban belajar, dan 3) problem belajar.
1) Tunagrahita (Mental Retardation)
Anak tunagrahita memiliki inteligensi antara 50-70. Kondisi tersebut
menghambat prestasi akademik dan adaptasi sosialnya yang bersifat menetap.
2) Lamban Belajar (Slow Learner)
Slow learner adalah anak yang memiliki keterbatasan potensi kecerdasan,
sehingga proses belajarnya menjadi lamban. Tingkat kecerdasan mereka
sedikit dibawah rata-rata dengan IQ antara 80-90. Kelambanan belajar
mereka merata pada semua mata pelajaran. Slow learner disebut anak border
line (ambang batas),yaitu berada di antara kategori kecerdasan rata-rata dan
kategorimental retardation (tunagrahita).
3) Problem Belajar (Learning Problem)
Anak dengan problem belajar (bermasalah dalam belajar) adalah anak yang
mengalami hambatan belajar karena faktor eksternal. Faktor eksternal
tersebut berupa kondisi lingkungan keluarga, fasilitas belajar di rumah atau di
sekolah, dan lain sebagainya. Kondisi ini bersifat temporer/sementara dan
mempengaruhi prestasi belajar.
E. Ciri-Ciri Anak Berkesulitan Membaca

Menurut Rini Utami Aziz (2006: 16), anak yang mengalami kesulitan
membaca biasanya terlihat dari gerakannya saat membaca (ada yang tegang,
gugup, bahkan ada yang menangis) ketika disuruh membaca. Anak sering
mengalami kekeliruan dalam mengenal kata-kata sehingga untuk memahami
kalimat pun jauh dari harapan. Sering terjadi antara kalimat yang ditanyakan dan
jawaban tidak cocok. Menurut Rini Utami Azis (2006: 16), beberapa ciri khusus
anak berkesulitan membaca di antaranya:

a. memori visual (penglihatan) dan auditorial (pendengaran) yang miskin,


b. kelemahan memori jangka pendek dan jangka panjang,
c. kesulitan mengingat hari dalam satu minggu dan waktu,
d. kesulitan membedakan kiri dan kanan,
e. kurang koordinasi dan keseimbangan,
f. sulit mengeja kata dan huruf,
g. kurang bisa membaca simbol bunyi, dan
h. lemahnya kemampuan berpikir konseptual.

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar


Osman (Wardani, 1995) mengemukakan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi aktualisasi kesulitan belajar pada siswa. Faktor-faktor ini secara
langsung maupun tidak langsung saling terkait (tidak berdiri sendiri) dan berperan
dalam munculnya kesulitan belajar. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

1. Factor internal
a. Kurangnya minat siswa untuk membaca
b. Siswa kurang mengenal huruf
c. Siswa kurang bisa membedakan antar huruf b, d, dan p
d. Terbiasa membaca kata demi kata
2. Faktor eksternal
a. Lingkungan keluarga
b. Lingkungan sekolah Kurangnya inovasi pendidik dalam memberikan pembelajaran
Enam faktor di atas tidak berdiri sendiri dan mempunyai peran dalam
munculnya kesulitan belajar. Hal ini mengindikasikan bahwa guru memerlukan
kejelian dalam melihat permasalahan belajar anak. Tidak sedikit dari siswa
berkesulitan belajar muncul sebagai anak underachiever yang sebetulnya
mempunyai potensi besar untuk berhasil dalam bidang akademik.

2. Dampak Kesulitan Belajar

Permasalahan pada anak dengan kesulitan belajar, termasuk diantaranya


kesulitan belajar membaca secara garis besar mencakup tiga hal, antara lain:
hambatan akademik, hambatan dalam interaksi sosial dan kondisi psikologis
mereka. Ketiga hal tersebut saling berkaitan sehingga pengembangan kompetensi
sosial difokuskan untuk mengatasi masalah interaksi sosial sehingga motivasi
belajar meningkat dan hambatan akademik dapat diminimalisir. Ketiga hal
tersebut dirinci sebagai berikut.

a. Hambatan Akademik
Hambatan akademik pada sebagian besar anak berkesulitan belajar terkait erat
dengan keterbatasan dalam hal bahasa, perhatian, kognitif, ingatan serta sosial
emosional (Smith, 1998).

b. Hambatan interaksi sosial


Permasalahan sosial emosional dijabarkan tersendiri karena dapat muncul
sebagai permasalahan internal anak maupun sebagai dampak reaksi lingkungan
terhadap permasalahan anak. Licht (Smith, 1998) mengemukakan bahwa
kegagalan yang sering dialami oleh anak berkesulitan belajar mengarah pada
perilaku adaptasi yang salah. Beberapa anak mempunyai kemampuan rendah
dalam hal inisiatif dan membangun hubungan pertemanan. Hurlock (1978)
memaparkan berbagai kondisi psikologis yang dapat terjadi karena adanya
penolakan atau pengabaian teman sebaya antara lain:

1) merasa kesepian karena kebutuhan sosial mereka tidak terpenuhi,


2) merasa tidak bahagia dan tidak aman,
3) akan mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang bisa
menimbulkan penyimpangan kepribadian,
4) kurang memiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses
sosialisasi,
5) akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang
dimiliki teman sebaya mereka,
6) sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan
meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka serta semakin
memperkecil peluang mereka untuk mempelajari berbagai ketrampilan sosial,
7) akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi sosial terhadap mereka, dan
ini akan menyebabkan mereka merasa cemas, takut dan sangat peka, serta
8) sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan
dapat meningkatkan penerimaan sosial mereka.

c. Kondisi Psikologis
Kesulitan belajar anak berdampak negatif pada kondisi psikologis siswa
berkesulitan belajar yang mencakup konsep diri, penghargaan diri, motivasi
belajar. Konsep diri yang rendah menyebabkan semangat untuk belajar menjadi
rendah dan kemungkinan untuk mengatasi kesulitan belajar menjadi kecil.
Kondisi ini seperti ‘lingkaran setan’ yang menghadapkan anak pada situasi yang
buruk untuk masa depan mereka. Harwell (2001: 37) mengemukakan bahwa anak
berkesulitan belajar mempunyai konsep diri dan penghargaan diri yang sama
dengan anak-anak lain dalam hal non akademik tetapi mereka merasa lebih rendah
dengan teman-teman yang lain dalam hal akademik. Lackaye dan Margalit (2006)
juga menemukan anak dengan kesulitan belajar lebih sering merasa sendiri dan
mempunyai perasaan negatif/situasi hati yang tidak baik. Menurut Maag & Reid
(2006), hal tersebut dapat berkembang lebih jauh ke arah depresi dan
kecenderungan bunuh diri.

A. KerangkaPikir

Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara


mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu
keterampilan yang berperan penting bagi pengetahuan dan sebagai alat
komunikasi bagi kehidupan manusia.
Kemampuan membaca menjadi hal utama yang mendasari penguasaan
berbagai penguasaan mata pelajaran lainnya sehingga permasalahan membaca
pada anak sering kali juga berkaitan dengan rendahnya penguasaan mata pelajaran
lainnya. Soal cerita pada mata pelajaran matematika, berbagai instruksi tertulis
dalam tes evaluasi, bacaan pendukung berbagai mata pelajaran lain membutuhkan
kemampuan membaca. Ketidakmampuan membaca pada anak tentunya menjadi
hal yang serius untuk segera ditangani.
Terdapat guru SD Aisyiyah Qurrota A’yun kurang peka terhadap keberadaan
peserta didik yang berkesulitan belajar tersebut khususnya membaca. Bahkan,
peserta didik berkesulitan belajar yang ada di sekolah tersebut umumnya tidak
terdeteksi secara baik oleh guru. Para guru menganggap bahwa peserta didik
yang berkesulitan belajar hanya membuat keributan di sekolah. Banyak guru yang
tidak menyadari bahwa peserta didik di kelasnya terdapat siswa yang berkesulitan
belajar dan mereka membutuhkan perhatian dan bimbingan khusus agar emosi,
mental dan potensinya dapat berkembang secara optimal. Mereka memiliki
kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata. Mereka biasanya mengalami
kesenjangan antara prestasi belajar dengan potensi yang dimilikinya. Sistem
pembelajaran di sekolah negeri belum memungkinkan penyediaan layanan
pendidikan yang sesuai untuk peserta didik berkesulitan belajar. Setiap peserta
didik mempunyai kesulitan belajar yang berbeda. Oleh karena itu, membutuhkan
penanganan yang berbeda pula.
Profil siswa berkesulitan belajar membaca di SD Aisyiyah Qurrota A’yun tidak
diperhatikan oleh guru SD Aisyiyah Qurrota A’yun. Guru hanya menganggap
bahwa siswa berkesulitan belajar membaca sebagai siswa yang bodoh, siswa yang
malas. Bahkan, mereka dianggap sebagai trouble maker di kelas. Setelah itu guru
meninggalkannya dan tidak memberikan bimbingan khusus secara intensif.
Bahkan, guru tidak mencoba mencari tahu kondisi siswa dan masalah yang sedang
dihadapi peserta didiknya yang menyebabkan peserta didiknya mengalami
kesulitan membaca permulaan.
Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1997), di berbagai negara
pengajaran membaca permulaan ini merupakan persoalan yang sangat rumit. Di
Indonesia, pelaksanaan pengajaran membaca permulaan dilakukan dengan
menggunakan bahan bacaan dalam bahasa Indonesia. Padahal, sebagian besar
anak Indonesia lahir dan tumbuh sebagai insan daerah yang menggunakan bahasa
daerah. Oleh karena itu, ketidakmampuan membaca permulaan pada siswa
tentunya menjadi masalah dan hal yang serius untuk segera ditangani. Hal ini
disebabkan karena kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca
permulaan akan sangat mempengaruhi kemampuan membaca lanjut. Sebagai
kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca
permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru. Jika kemampuan membaca
permulaan itu dasarnya tidak kuat maka pada tahap membaca lanjut siswa
mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.
Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut maka penanganan terhadap
siswa berkesulitan belajar membaca permulaan harus tepat. Sebagai guru
hendaknya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas serta mengetahui
profil siswa berkesulitan belajar membaca permulaan tersebut dalam upaya
mendeteksi faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar membaca permulaan
siswanya dan kendala yang dialami peserta didiknya. Hal ini bertujuan agar siswa
berkesulitan belajar membaca dapat diatasi dengan tepat dan untuk mengatasi
dampak kesulitan membaca yang kompleks.

B. Definisi Istilah

1. Siswa berkesulitan belajar


Siswa berkesulitan belajar adalah ketidakmampuan peserta didik untuk
mengikuti pembelajaran dengan baik.

2. Membaca Permulaan
Membaca permulaan adalah suatu aktivitas untuk mengenalkan rangkaian
huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang dipelajari oleh siswa kelas 1 dan 2
dengan tujuan agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan
tulisan dengan intonasi yang tepat.

F. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian dibuat sebagai acuan peneliti yang akan dijawab


berdasarkan perolehan data-data di lapangan. Adapun pertanyaan penelitian yang
akan diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah profil siswa berkesulitan belajar membaca di SD Aisyiyah Qurrota A’yun


2. Bagaimanakah faktor-faktor yang mempengaruhi siswa berkesulitan belajar
membaca di SD Aisyiyah Qurrota A’yun?
3. Bagaimanakah peran orang tua siswa berkesulitan belajar membaca, dan guru
di SD Aisyiyah Qurrota A’yun?
4. Bagaimanakah kendala yang dialami siswa, orang tua, dan guru dalam
meningkatkan keterampilan membaca bagi siswa berkesulitan belajar di SD
Aisyiyah Qurrota A’yun ?
6. Bagaimanakah upaya penanganan yang sudah dilakukan oleh guru SD Aisyiyah Qurrota A’yun?

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Menurut Kusumah dan Dwitagama (2010 hlm 21) PTK atau Classroom Action Research (CAR)
adalah penelitian tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru didalam kelas. Penelitian
tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan-riset- tindakan...”, yang
dilakukan dalam rangkaian guna memecahkan masalah. Menurut Kunandar (2012) penelitian tindakan
kelas memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah (1) Untuk memecahkan permasalahan nyata yang
terjadi di dalam kelas (2) peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas
secara terus menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat (3)
peningkatan relevansi pendidikan (4) sebagai alat traning in-service (5) sebagai
alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem
pembelajaran yang berkelanjutan (6) peningkatan mutu hasil pendidikan melalui
perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis
keterampilan dan meningkatkan motivasu belajar siswa (7) Meningkatkan sikap
profesional pendidik dan tenaga kependidikan (8) Menumbuhkembangkan budaya
akademik di lingkungan sekolah (9) Peningkatan efisiensi pengelolan pendidikan.
(hlm 63)

B. Desain Penelitian

Model penelitian yang akan digunakan adalah model PTK yang di


adaptasi dari Kemmis & McTaggart (dalam Kusumah Dwitagama, 2010) yang
sesungguhnya merupakan pengembangan dari konsep dasar yang dikembangkan

Desain Penelitian
Gambar 1.1 desain penelitian
Siklus I
Perencanaan

Tindakan Pengamatan

Refleksi

Siklus II

Perencanaan

Tindakan Pengamatan Hasil Penelitian

dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.


Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus.
Namun, dalam gambar diatas tindakan dan pengamatan berada pada tempat yang
sama atau sejajar. Hal ini dikarenakan pengamatan atau observasi dilakukan pada
tindakan penelitian.
Langkah pertama untuk melakukan siklus I adalah melakukan penyusunan
perencaan kemudian melaksanakan perencaan, melakukan tindakan serta
pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan tersebut. Apabila dari hasil refleksi
siklus pertama menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan belum memberikan
hasil yang diharapkan, maka langkah berikutnya adalah penyusunan perencaan
untuk melaksanakan siklus II.
Kegiatan pada siklus II berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan
sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan pada siklus II berupa perbaikan atau
tambahan dari tindakan dan hasil dari refleksi siklus I. Pada siklus II pun diadakan
refleksi lagi yang dijadikan untuk melakukan siklus III. Siklus III ini dilakukan
jika peneliti merasa belum puas terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Akhirnya dari pelaksanaan siklus I – siklus III menghasilkan hasil penelitian.

C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini diadakan di sebuah Sekolah Dasar yang
berada di Desa Kraton, Kota Pekalongan Jawa Tengah

D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dari kegiatan penelitian ini adalah siswa kelas 1 dengan
jumlah siswa 9 orang dengan jumlah subjek yang akan diteliti sebanyak 9
orang.

E. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah pada semester dua
tahun ajaran 2023/2024 yang dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan
Maret. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada miggu pertama
bulan maret yang akan diawali dengan siklus I, kemudian untuk siklus II
dilaksanakan pada minggu pertama bulan februari. Begitupun dengan siklus III
yang akan dilaksanakan pada minggu ketiga bulan Februari..

F. Instrumen Penelitian
a. Instrumen Pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Rencana pelaksanaan pembelajaran yang peneliti buat untuk tiap
siklus dan tindakan terdapat satu RPP untuk membedakan tiap siklus
dalam penelitian ini, maka RPP dibuat berbeda-beda. Hal ini berfungsi
untuk menggambarkan atau mendeskripsikan perencanaan
pembelajaran membaca permulaan. RPP yang dibuat berdasarkan
landasan teoritis yang telah disajikan pada bab sebelumnya, maka
dirancanglah RPP khusus dengan menerapkan metode kata sebagai
metode untuk mengatasi kesulitan membaca permulaan.

2. Teks Bacaan
Teks bacaan, dibuat untuk melatih siswa membaca menggunakan
metode kata. Teks bacaan tersebut tidak seperti teks bacaan pada
umumnya teks bacaan tersebut berupa kata-kata yang harus dibaca
oleh siswa.

b. Instrumen Penelitian
1. Tes
Tes yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari post test.
Post test diberikan pada akhir siklus untuk mengukur kemampuan
siswa sebelum dan sesudah pembelajaran.

2. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan
tindakan yang sedang berlangsung akan menghasilkan perubahan
yang diinginkan.

3. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan, dalam penelitian ini yang dimaksud catatan
lapangan adalah bukti otentik yang berupa catatan pokok, atau
catatan terurai tentang proses yang terjadi dilapangan sesuai dengan
fokus penelitian.

G. Prosedur Penelitian
a. Tahap Pendahuluan

Pada tahap pendahuluan yang dilakukan peneliti adalah melakukan


dialog dengan kepala sekolah, wali kelas tentang penelitian yang akan
dilakukan di kelas 1 tentang penerapan metode kata untuk
meningkatkan ketrampilan membaca permulaan siswa kelas 1.

b. Tahap Persiapan
Sebelum melakukan penelitian, peneliti merancang sebuah
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode kata untuk
meningkatkan ketrampilan membaca siswa kelas 1 dalam tiga
siklus. Tahap selanjutnya adalah mengembangkan materi
pembelajaran, menyiapkan alat atau media yang akan digunakan
saat pembelajaran menyiapkan instrumen tes, menyiapkan
instrumen penelitian dan lain sebagainya.

c. Tahap Rencana Tindakan


Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan menerapkan
metode kata. Siswa di kenalkan kepada suku kata selanjutnya siswa
diminta merangkai suku kata. Suku kata tersebut diminta untuk
dirangkaikan menjadi kata. Selanjutnya, guru memberikan kata
baik itu dari gambar maupun yanya jawab yang anntinya kata
tersebut hars diuraikan menjadi suku kata dan huruf lalu huruf
tersebut dirangkiakn kembali menjadi suku kata dan kata. Evaluasi
pembelajaran yang dilakukan adalah dengan meminta siswa
membaca kata yang telah disediakan oleh guru. Kata tersebut
disesuaikan dengan pembelajaran yang dilakukan.

d. Tahapan Tindakan
Tahap- tahap yang dilakukan dalam pelaksanana ini adalah
mengikuti model Kemmis dan McTaggart. Model Kemmis dan
McTaggart memiliki empat tahapan pada setiap siklusnya yaitu
terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Siklus I
1) Perencanaan (Planning)
Sebelum melakukan kegiatan pelaksanaan, peneliti melakukan
persiapan perencanaan diantaranya sebagai berikut :
a) Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
b) Membuat media pembelajaran.
c) Membuat isntrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
d) Membuat alat evaluasi pembelajaran
2) Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan tindakan adalah dengan menerapkan metode kata
berdasarkan dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Adapun langkah dalam pelaksanaan ini adalah :
1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah di buat.
2. Pada akhir pembelajaran di lakukakan evaluasi ( evaluasi
dilakukan menggunakan bahan bacaan yangdimulai dari
kata yang di kupas menjadi suku kata dan huruf yang
kemudian huruf tersebut dirangkai menjadi suku kata dan
kata)
3) Pengamatan (Observation)
Pengamatan berlangsung pada saat kegiatan pembelajaran, hal
ini dilakukan agar peneliti dapat mengetahui situasi belajar
yang terjadi saat pembelajaran berlangsung.Kegiatan
pengamatan ini adalah :
1. Melakukan observasi dengan lembar observasi.
2. Menilai hasil tindakan dengan lembar observasi yang
dilakukan oleh guru dan teman sejawat. Hal yang di
observasi adalah perilaku siswa saat pembelajaran,
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
4) Refleksi (Reflecting)
Refleksi dilakukan untuk menentukan, mengkaji, dan
merenungkan kembali informasi awal berkenaan dengan
aktivitas yang tidak tampak dari pembelajaran membaca
permulaan dengan menggunakan metode kata yang telah
dilakukan.
Siklus II
Seperti halnya pada siklus pertama, siklus kedua ini juga terdiri
dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Siklus ini merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya dan
hasil dari refleksi dari siklus pertama.
1) Perencanaan (Planning)
Peneliti membuat perencanaan pembelajaran berdasarkan hasil
refleksi pada siklus pertama.
2) Pelaksanaan (Acting)
Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan metode kata
sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat berdasarkan hasil
refleksi siklus pertama.
3) Pengamatan (Observation)
Peneliti (guru) melakukan pengamatan terhadap aktivitas
pembelajaran melalui penerapan metode kata.
4) Refleksi (Reflection)
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua
dan membuat perencanaan untuk siklus ketiga
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diungkapkan proses hasil dan pembahasan penelitian.
Sesuai dengan tujuan penelitian penulis yaitu mengenai peningkatan kemampuan
membaca permulaan melalui metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS) pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas I SD Aisyiyah Qurrota A;yun. Pada penelitian ini urutan langkah
metode SAS yang di terapkan
adalah:
1. Guru bercerita atau melakukan tanya jawab dengan siswa sesuai dengan sub tema yang dibahas.
2. Siswa mengamati gambar yang disediakan oleh guru.
3. Siswa membaca sebuah kalimat utuh melalui gambar (struktural).
4. Siswa menguraikan sebuah kalimat menjadi kata (analisis).
5. Siswa menguraikan kata menjadi suku kata.
6. Siswa menguraikan suku kata menjadi huruf.
7. Siswa menggabungkan huruf menjadi suku kata (sintesis).
8. Siswa menggabungkan suku kata menjadi kata.
9. Siswa menggabungkan kembali menjadi kalimat utuh.

A.Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap yaitu Siklus I dan
Siklus II. Setiap Siklus terdiri atas rencana yaitu merancang rencana
pelaksanaan pembelajaran, tindakan dan observasi yang dilaksanakan
secara berlangsung dengan menyajikan data hasil observasi guru dan Siswa,
dan yang terakhir refleksi yaitu untuk merangkum hasil tindakan dan
mengkaji hasil tindakan yang telah dilaksanakan.
1. Siklus I
Pelaksanaan siklus I dalam penelitian ini dilakukan pada hari Senin, 4 Maret
2024- Selasa 5 maret 2024 dalam dua kali pertemuan yang terdiri
dari rencanaan, tindakan dan observasi dan refleksi.

a. Rencana

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dikemukakan di


BAB I Peneliti dan guru memperbaiki proses pembelajaran dengan
merancang perencanaan pelaksaan pembelajaran untuk berusaha
meningkatkan kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan
metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS) yang terlampir dalam bentuk
RPP kemudian menyusun lembar observasi guru dan siswa dan instrument
penilaian pembelajaran. Dari hasil kegiatan analisis yang dilakukan akan
dapat diketahui ketidakmampuan siswa dalam membaca permulaan
tersebut.
b. Tindakan dan Observasi
Tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas setelah perencanaan adalah
tindakan dan observasi. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada Rencana Pelaksanaan 46
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya. Pada tahap ini peneliti
menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan metode Struktural
Analitik dan Sintetik (SAS). Materi yang diberikan adalah teks kalimat
sederhana tentang membaca permulaan dengan sub tema lingkungan
rumahku.
Kegiatan pendahuluan diawali dengan guru memasuki kelas dengan
mengucapkan salam dan membaca do’a bersama, kemudian guru
menanyakan kabar siswa sekaligus mengabsen siswa. Guru memberikan
motivasi belajar dengan berdinamika tepuk semangat. Selanjutnya guru
mengecek kesiapan diri siswa untuk belajar dan memeriksa kerapihan
pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran yang akan diajarkan yaitu mengenai materi kemampaun
membaca permulaan dengan Sub Tema “Lingkungan Rumahku”.
Kemudian guru melakukan kegiatan apersepsi untuk menggali pengetahuan
awal siswa.
Kegiatan inti dimulai dengan siswa mengamati satu gambar yang telah
ditunjukan oleh guru dengan cara menempelkan gambar rumah di papan
tulis menggunakan kertas HVS untuk merangsang dan menggali bahasa
siswa. Kemudian guru menempelkan tulisan kalimat sederhana di papan
tulis dengan menggunakan karton yang bertuliskan “ Rumah Bersih”.
Kemudian guru memberikan berupa pertanyaan “Gambar apa yang kalian lihat?” kepada siswa serta guru
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya. Guru mencontohkan cara membaca kalimat sederhana yang
sesuai dengan metode SAS dengan suara yang nyaring dan intonasi yang
jelas kemudian Siswa mengikuti cara membaca yang telah di contohkan
oleh guru sesuai dengan metode SAS. Guru mencontohkan cara membaca
sesuai dengan langkah-langkah metode SAS yaitu dimulai dari membaca
kalimat utuh (Rumah Bersih) – menguraikan kalimat menjadi kata (Rumah
– Bersih) – menguraikan kata menjadi suku kata (Ru- mah Ber- sih) –
menguraikan suku kata menjadi huruf ( R- U- M- A- H- B E- R- S- I- H) –
menggabungkan huruf menjadi suku kata (Ru- mah Ber- sih) –
menggabungkan suku kata menjadi kata (Rumah – Bersih) –
menggabungkan kata kembali mejadi kelimat utuh (Rumah Bersih).
Kegiatan ini dilakukan secara berulang. Kemudian guru menunjuk salah
satu siswa maju ke depan untuk membaca dengan suara nyaring dan
intonasi yang jelas yang telah di contohkan oleh guru yang sesuai dengan
metode SAS.
Sekiranya semua siswa sudah cukup paham cara membaca kalimat
sederhana dengan metode SAS guru memberikan uji tes keterampilan
membaca secara individu dengan gambar dan kalimat yang berbeda untuk
mengukur kemampaun membaca permulaan siswa melalui metode SAS.
Seperti yang sudah dicontohkan oleh guru sebelumnya siswa membaca
kalimat sederhana yang disertai oleh gambar yang ditempelkan di papan tulis, yaitu gambar sebuah keluarga
yang sedang melakukan kegiatan
gotong royong di lingkungan halaman rumahnya, dengan bertuliskan
“Bergotong Royong”. Guru menyebutkan nama siswa satu-persatu maju ke
depan kelas untuk melakukan membaca kalimat sederhana yang telah
dicontohkan oleh guru sesuai dengan metode SAS yang diberikan.
Kemudian guru melakukan penilain hasil belajar siswa yaitu kemampuan
membaca permulaan pada setiap siswa yang maju. Penilaian yang dilakukan
oleh guru adalah:
1) Membaca kalimat utuh (Struktural).
2) Menguraikan kalimat menjadi kata – suku kata – huruf (Analisis).
3) Menggabungkan huruf menjadi suku kata – kata – kalimat utuh
(Sintesis).
4) Melafalkan dengan intonasi.
Setelah melakukan tes uji keterampilan membaca, guru melakukan
refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan melibatkan siswa.
Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya dan
guru memberikan apresiasi kepada siswa atas partisipasi dan semangat
mengikuti pembelajaran.
Setelah kegiatan pembelajaran selesai guru dan siswa menutup
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya proses observasi dilakukan
secara bersamaan selama tindakan berlangsung. Bersamaan dengan
tindakan ada observasi yang dilakukan guna mengamati aktivitas apa saja
yang dilakukan siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan
observasi ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui proses pembelajaran
siswa serta kondisi siswa khususnya mengenai pembelajaran kemampaun
membaca permulaan. Pada pelaksanaannya, kegiatan observsai dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan guru yang
sebelumnya telah dibuat oleh peneliti dan lembar instrument penilaian.
Adapun hasil observasi siswa dan guru siklus I dalam proses pembelajaran
dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dan Guru
Aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung memuat
tentang hasil aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran Siklus I.
Aspek kegiatan yang diamati yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
yang di dalamnya terdapat 5M (Mengamati, Menanya, Mencoba, Menalar,
serta Mengkomunikasikan) dan kegiatan penutup. Berikut ini hasil
observasi aktivitas siswa dan guru pada Siklus I dapat dilihat dalam Tabel
4.1 dan Tabel 4.2

TABEL 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran Siklus I
Aspek Terlaksana
Kegiatan Uraian fakta Tindakan guru
Kegiatan Ya Tidak
Kegiatan Membuka Guru memasuki kelas dengan
awal kegiatan mengucapkan salam dan
√ membuka pembelajaran
pembelajaran
dengan membaca do’a Bersama
Mengecek Guru menanyakan kabar
kehadiran siswa √ siswa sekaligus mengabsen
siswa.
Tepuk semangat. Guru mengajak berdinamika

dengan tepuk semangat
Guru Guru memeriksa kerapihan
mempersiapkan pakaian, dan posisi tempat

untuk memulai duduk disesuaikan dengan
pembelajaran. kegiatan pembelajaran.
Guru √ Guru menyampaikan
menyampaikan kompetensi dan tujuan
kompetensi dan pembelajaran kepada siswa
tujuan
pembelajaran.
Kegiatan Guru melakukam kegiatan
apersepsi. √ apersepsi untuk menggali
pengetahuan awal siswa.
Mengamati Guru menunjukan satu
gambar dan disertai kalimat
√ sederhana yang ditempelkan
di papan tulis. (kalimat
“Rumah bersih”)
Menanya Guru memberikan pertanyaan
√ kepada siswa“Gambar apa
yang kalian lihat?”.
Guru memberikan
√ kesempatan kepada siswa
untuk bertanya.
Mencoba Guru mencontohkan cara
membaca kalimat sederhana
yang sesuai dengan metode

SAS dengan suara yang
nyaring dan intonasi yang
jelas.
Menalar Guru menunjuk salah satu
siswa maju ke depan untuk
membaca dengan suara
√ nyaring dan intonasi yang
jelas yang telah di contohkan
oleh guru yang sesuai dengan
metode SAS.
Mengkomunikasikan Guru menunjukan media
gambar yang berbeda dan
√ bertuliskan kalimat sederhana
di papan tulis sebagai uji tes
individu sesuai metode SAS.
Guru menyebutkan nama
siswa satu-persatu maju ke
depan untuk melakukan uji
tes keterampilan membaca

yang telah dicontohkan oleh
guru sesuai dengan metode
SAS dan guru memberikan
Penilaian

TABEL 4.2 Hasil Observasi Aktivitas siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I
Aspek kegiatan kegiatan terlaksana Uraian Tindakan siswa
Ya Tidak
Membuka Siswa menjawab salam dari
kegiatan √ guru dan membaca do’a
pembelajaran bersama.
Tepuk semangat Siswa berdinamika tepuk
√ semangat yang di pandu oleh
guru.
Siswa Siswa segera memeriksa
mempersiapkan kerapihan pakaian, dan posisi
Kegiatan awal
diri untuk √ tempat duduk disesuaikan
memulai dengan kegiatan
pembelajaran. pembelajaran
Mengetahui Siswa mendengarkan
kompetensi dan penjelasan dari guru terkait
tujuan √ kompetensi dan tujuan
pembelajaran pembelajaran yang telah
disampaikan
Kegiatan inti Mengamati Siswa mengamati satu
gambar disertai kalimat
sederhana yang bertuliskan
√ kalimat “Rumah bersih”
sesuai metode SAS yang
telah ditempelkan di papan
tulis oleh guru
Menanya √ Siswa bertanya kepada guru
Mencoba Siswa mengikuti cara
membaca yang telah di

contohkan oleh guru sesuai
dengan metode SAS
Menalar Siswa maju ke depan untuk
membaca dengan suara
nyaring dan intonasi yang

jelas yang telah di contohkan
oleh guru yang sesuai dengan
metode SAS
Mengkomunikas Siswa satu-persatu maju ke
ikan depan untuk melakukan uji
tes keterampilan membaca

yang telah dicontohkan oleh
guru sesuai dengan metode
SAS.
Siswa membaca kalimat
sederhana yang bertuliskan
√ “Bergotong royong” dan
disertai oleh gambar
(kegiatan struktural)
√ Siswa menguraikan kalimat
sederhana menjadi kata, suku
kata, dan huruf (kegiatan
analisis) dan dihubungkan
kembali menjadi kalimat
semula dengan tahapan
penggabungan dari huruf,
suku kata, kata dan kalimat
utuh (kegiatan sintetik)
Kegiatan Siswa melakukan refleksi
reflekasi. dan menyimpulkan meteri
√ pembelajaran yang telah
disampaikan oleh guru secara
Kegiatan penutup
bersama.
Menutup Siswa menutup pembelajaran
pembelajaran. √ dengan membaca do’a
bersama

B. Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan

Peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa pada siklus I


terlihat pada Gambar 1.1 sebagai berikut:

Gambar 1.1

Presentase Ketuntasan
siklus 1
80%
40%
0%
TUNTAS BELUM
TUNTAS

Series 1 Series 2 Series 3

Dari Gambar di atas dapat dikatakan bahwa siswa yang sudah tuntas atau
sudah mencapai KKM dalam pembelajaran siklus I sebanyak 7 siswa (88%),
sedangkan yang belum tuntas atau belum mencapai KKM sebanyak 2 siswa
(11%). Dari data hasil siswa yang tuntas hanya 88% itu berarti masih belum
mencapai indikator keberhasilan klasikal atau tidak berhasil. Hal ini menjadi
masalah yang perlu dilakukan perbaikan.

c. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi aktivitas kegiatan belajar mengajar guru,
hasil belajar siswa dan hasil tes belajar pada Siklus I, pelaksanaan tindakan
pada Siklus I ini masih kurang berhasil. Karena adanya masalah-masalah
yang menjadi kendala dalam pembelajaran dan perlunya diadakan refleksi untuk tindakan selanjutnya. Adapun
hal-hal yang direfleksikan ke dalam
tindakan Siklus II antara lain sebagai berikut:

TABEL 4.3 HASIL REFLEKSI SIKLUS 1

Kolasifikasi Analisis Evalusai Perbaikan Tindakan


1. Saat siswa 1. Seharusnya 1. Pada langkah
membaca menggunakan membaca
kalimat utuh. bahasa atau kalimat utuh,
kosa kata yang siswa diberikan
mudah pembelajaran
dipahami. kontekstual
Penilaian siswa
dengan
mengaitkan
kehidupan
mereka sehari-
hari agar mudah
dipahami.
2. Saat kegiatan 2. Seharusnya 2. Siswa diberikan
tanya jawab siswa stimulus berupa
antara siswa dan mengajukan verbal maupun
guru pertanyaan saat non verbal agar
Observasi siswa
guru termotivasi
memberikan mengajukan
kesempatan pertanyaan
untuk bertanya.
RPP 3. Guru 3. Seharunya guru 3. Guru
memberikan memberikan memberikan
contoh soal. contoh soal dua contoh soal
4. Hanya dua lebih dari satu. yang lebih
orang Siswa 4. Seharusnya menarik.
yang berani guru menunjuk 4. Guru
mencoba maju siswa lebih dari memberikan
ke depan untuk dua orang maju reward kepada
mencohkan cara ke depan untuk siswa yang
membaca. mencontohkan berani maju ke
5. Ketika awal membaca. depan untuk
pembelajaran 5. Seharusnya dari mencontohkan
awal membaca
pembelajaran 5. Guru dan siswa
siswa di tuntut menyanyikan
untuk lebih lagu yang
ceria ketika bejudul “Gemar
mengikuti Membaca” agar
kegiatan siswa
pembelajaran termotivasi dan
pembelajaran
menjadi
menyengankan

2. Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dalam penelitian ini
dilakukan pada hari Jum’at, 17 Mei 2019 – Sabtu, 18 Mei 2019. Adapun
langkah dalam penelitiannya sebagai berikut:

1. Rencana
Berdasarkan refleksi pada Siklus I peneliti dan guru merencanakan
tindakan kedua yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran pada siklus I dengan harapan
siswa mengalami peningkatan
dalam kemampuan membaca permulaan.
Sesuai dengan Tabel 4.3, maka perbaikan yang dilakukan pada Siklus
II adalah pada tahap perencanaan ini peneliti menyiapkan rancangan suatu
kegiatan pembelajaran yang lebih menarik lagi, dan efektif dalam
penerapan metode SAS yang maksimal. Di dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) pada Siklus II ini terdapat beberapa perubahan dalam
penerapan metode SAS yaitu dari awal pembelajaran siswa di tuntut untuk
lebih ceria sehingga guru dan siswa menyanyikan lagu yang berjudul
“Gemar Membaca” agar siswa termotivasi dan pembelajaran menjadi
menyenangkan. Kemudian guru memberikan dua contoh soal atau gambar
yang lebih menarik dan guru memberikan soal tes keterampilan membaca
dengan memberikan pembelajaran kontekstual atau dikaitkan dengan
kehidupan mereka sehari-hari sehingga memberikan solusi kepada siswa
agar lebih mudah paham ketika membaca kalimat sederhana. Peneliti juga
memberikan perlakuan yang khusus atau membimbing pada siswa-siswi
yang belum terlihat ikut serta atau bermasalah dalam kegiatan
pembelajaran. Guru lebih menekankan kepada siswa untuk berani
mengajukan pertanyaan kepada guru apabila siswa belum mengerti, untuk
menyiasatinya guru memberikan stimulus berupa verbal maupun non verbal
agar siswa termotivasi berani untuk bertanya, dan guru memberikan reward
kepada siswa yang berani maju ke depan untuk membaca. Indikator yang ingin dicapai pada siklus II ini adalah
siswa mampu membaca permulaan
sesuai dengan langkah metode SAS yaitu mulai dari membaca kalimat utuh
– kata - suku kata - huruf dan kembali ke kalimat utuh dengan suara
nyaring dan intonasi yang jelas.

2. Tindakan dan Observasi


Dalam tahapan ini peneliti melakukan tindakan yang sudah
direncanakan yaitu mengarahkan siswa untuk lebih aktif dan bersemangat
dalam belajar membaca permulaan khsusnya pembelajaran bahasa
Indonesia. Dalam siklus II ini sama dengan siklus sebelumnya peneliti
bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar tetap mengacu
pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Yang membedakan RPP
pada Siklus I adalah sebelum uji tes keterampilan membaca secara individu,
siswa diberikan dua contoh soal dan menyiapkan kalimat sederhana yang
lebih mudah dipahami serta dirangsang oleh gambar yang lebih menarik
menggunakan pembelajaran kontekstual dalam penerapan langkah metode
SAS untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan.
Peneliti melakukan pengulangan materi ajar dengan memberikan soal
tes uji keterampilan membaca secara individu yaitu kalimat sederhana yang
berbeda “Membuang Sampah”. Seperti pada tindakan sebelumnya peneliti
memberikan contoh terlebih dahulu dan mempraktikan cara membaca yang
benar sesuai dengan penerapan langkah metode SAS. Contoh yang
diberikan yaitu kalimat “Sekolah Sehat” dan kalimat “Piket Kelas”.
Setelah itu peneliti memberikan soal tes keterampilan membaca secara
individu melalui metode SAS kepada siswa dengan instrument penilaian.
Pada kegiatan pengetesan ini peneliti dan wali kelas melakukan
kolaborasi atau melakukan pengetesan kepada siswa secara bersama. Selain
itu pada tindakan Siklus II dilakukan kembali pengamatan atau observasi
aktivitas siswa dan guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dibuat. Data yang dikumpulkan dari hasil observasi yaitu tentang proses
pembelajaran siswa menggunakan metode SAS dan hasil penilaian
pembelajaran menggunakan metode tersebut. Adapun hasil observasi siswa
dan guru pada Siklus II dalam proses pembelajaran dapat diuraikan sebagai
berikut:

C. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dan Guru

Dalam kegiatan observasi aktivitas siswa dan guru ini dilakukan


dalam tiga tahap, yaitu kegiatan pendahulaun, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Berikut ini hasil observasi aktivitas siswa dan guru pada Siklus II
dapat dilihat dalam Tabel 4.4 dan Tabel 4.5

TABEL 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran Siklus II
Terlaksana
Aspek Kegiatan Kegiatan Urian fakta Tindakan guru
Ya Tidak
Kegiatan awal Membuka Guru memasuki kelas dengan
kegiatan mengucapkan salam dan
pembelajaran. membuka pembelajaran
dengan membaca do’a
bersama
Mengecek Guru menanyakan kabar
kehadiran siswa. siswa sekaligus mengabsen
siswa
Tepuk semangat Guru mengajak berdinamika
dan bernyanyi. dengan tepuk semangat dan
bernyanyi yang berjudul
“Gemar Membaca
Guru Guru memeriksa kerapihan
mempersiapkan pakaian, dan posisi tempat
untuk memulai duduk disesuaikan dengan
pembelajaran kegiatan pembelajaran
Guru Guru menyampaikan
menyampaikan kompetensi dan tujuan
kompetensi dan pembelajaran kepada siswa
tujuan
pembelajaran
Kegiatan Guru melakukam kegiatan
Aperseps apersepsi melalui
pembelajaran kontekstual
untuk menggali pengetahuan
awal siswa yang mengaitkan
materi dengan kehidupan
sehari-hari
Kegiatan Inti Guru menunjukan dua
gambar dan disertai kalimat
sederhana yang ditempelkan
Mengamati
di papan tulis (kalimat “Piket
kelas” dan kalimat “Sekolah
sehat”)
Guru memberikan pertanyaan
kepada siswa“Gambar apa
yang kalian lihat?”
Guru memberikan
kesempatan kepada siswa
menanya
untuk bertanya
Guru memberikan reward
berupa verbal maupun non
verbal bagi siswa yang
mengajukan pertanyaan
Guru mencontohkan cara
membaca kalimat sederhana
yang sesuai dengan metode
Mencoba
SAS dengan suara yang
nyaring dan intonasi yang
jela
Guru menunjuk beberapa
siswa maju ke depan untuk
membaca dengan suara
nyaring dan intonasi yang
jelas yang telah di contohkan
oleh guru yang sesuai dengan
menalar
metode SAS
Guru memberikan reward
berupa verbal maupun non
verbal bagi siswa yang berani
maju kedepan untuk
membaca
Mengkomunikasikan Guru menunjukan media
gambar yang berbeda dan
bertuliskan kalimat sederhana
di papan tulis sebagai uji tes
individu sesuai metode SAS
62

Guru menyebutkan nama
siswa satu-persatu maju ke
depan untuk melakukan uji
tes keterampilan membaca
yang telah dicontohkan oleh
guru sesuai dengan metode
SAS dan guru memberikan
penilaian.
Kegiatan refleksi Guru melakukan refleksi dengan
melibatkan siswa sekaligus membuat
kesimpulan
Menyampaikan .Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pembelajaran pada pertemuan
pada pertemuan berikutnya
berikutnya
Kegiatan penutup
Memberikan Guru memberikan apresiasi
apresiasi kepada kepada siswa atas partisipasi
siswa dan semangat mengikuti
pelajaran
Menutup Guru menutup pembelajaran
pembelajaran dengan membaca Do’a
bersama.

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus II

D. Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan

Peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa pada siklus II


terlihat pada Gambar 1.2 sebagai berikut:

GAMBAR 1.2
Presentase ketuntasan siklus 2
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
TUNTAS BELUM
TUNTAS

Dari Gambar di atas dapat dikatakan bahwa siswa yang sudah tuntas
atau sudah mencapai KKM dalam pembelajaran siklus II sebanyak 8
siswa (96%). Sedangkan yang belum tuntas atau belum mencapai KKM
sebanyak 1 siswa (4%). Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa
pada nilai tes tahap siklus II hampir semua siswa mencapai nilai KKM dan
89% telah mencapai ketuntasan belajar. Hal ini menunjukan bahwa
penerapan metode SAS dalam meningkatkan kemampuan membaca
permulaan di SD Aisyiyah Qurrota A’yun sudah mencapai indikator keberhasilan
secara klasikal atau di katakan berhasil.

E. Refleksi

Penelitian dengan menggunakan penerapan metode SAS untuk


meningkatkan kemampuan membaca permulaan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia Siswa Kelas I SD Aisyiyah Qurrota A’yun pada Siklus II ini
aktivitas siswa dan hasil belajar siswa berhasil meningkat dengan baik.

F. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas dilaksanakan di Kelas I SD Aisyiyah Qurrota A’yun,


pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terkait
tentang kemampuan membaca permulaan. Peneliti dan guru kelas
melaksanakan pengamatan dan pembelajaran dengan beberapa tindakan,
mulai dari Siklus I dan Siklus II peneliti mendapatkan penemuan tersebut
dapat diuraikan pada setiap siklus. Dan hasil belajar siswa mengenai
kemampuan membaca permulaan juga dapat dilihat pada Grafik setiap
Siklus.
Pada Grafik Siklus I belum mencapai indikator ketuntasan, karena
masih harus diadakan perbaikan untuk menuju Siklus II. Perbaikan yang
diperbaiki pada Siklus II adalah ketika proses belajar mengajar berlangsung
yang tertera dalam lembar observasi dan hasil penilaian siswa. Dampak
perbaikannya dapat terlihat dalam Gambar 4.4, karena di dukung oleh pembelajaran kontekstual atau cara belajar
siswa yang mengaitkan materi
sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Data yang telah dikumpulkan dari hasil penelitian dipaparkan dan
ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini data yang disajikan meliputi data
hasil observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran dan
hasil belajar siswa karena penelitian dikatakan berhasil apabila proses dan
hasil meningkat ke arah yang lebih baik. Pelaksanaan penelitian ini
dilakukan selama dua siklus. Penelitian ini menekankan pada kemampuan
membaca permulaan Siswa Kelas I melalui metode SAS.
Berdasarkan tindakan yang dihasilkan pada Siklus I dan Siklus II ini
menghasilkan kemampuan membaca siswa dalam membaca permulaan,
peneliti menjadikan rekapitulasi dari setiap siklus dengan gambar Gambar
1.3 di bawah ini:

Gambar 1.2

Presentase ketuntasan siklus 1


dan siklus 2
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%

Tuntas Belum tuntas

Berdasarkan Gambar di atas, menunjukan bahwa terjadi peningkatan


antara Siklus I dan Siklus II dengan upaya meningkatkan kemampuan
membaca permulaan menggunakan metode SAS. Pada siklus I dengan
persentase ketuntasan 89% dan yang belum tuntas 11%. Kemudian terjadi
peningkatan untuk perbaikan pada siklus I berlanjut ke Siklus II dengan
persentase ketuntasan 96% dan yang belum tuntas 4%.

DAFTAR ISI

PEMBELAJARAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN........................ 1


(Studi Kasus pada Kelas 1 Sekolah DasarAisyisyah Qurrota A’yun Pekalongan) 1
PTK .......................................................................................................... 1
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI................................... 2
MOTTO .......................................................................................................... 4
PERSEMBAHAN............................................................................................. 5
ABSTRAK........................................................................................................ 6
PRAKATA....................................................................................................... 6
BAB I .......................................................................................................... 7
PENDAHULUAN............................................................................................ 7
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 7
B. Rumusan masalah...................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 10
BAB II .......................................................................................................... 12
KAJIAN PUSTAKA........................................................................................ 12
A. Hakikat Membaca Permulaan..................................................... 12
1. Pengertian Membaca Permulaan.......................................... 12
2. Tujuan Membaca Permulaan................................................ 13
B. Hakikat Siswa Berkesulitan Belajar............................................ 14
1. Pengertian Berkesulitan Belajar........................................... 14
2. Karakteristik Kesulitan Belajar............................................ 16
E. Ciri-Ciri Anak Berkesulitan Membaca..................................... 17
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar......... 17
2. Dampak Kesulitan Belajar.................................................... 18
BAB III .......................................................................................................... 21
METODOLOGI PENELITIAN....................................................................... 21
A. Metode Penelitian...................................................................... 21
B. Desain Penelitian....................................................................... 21
Gambar 1.1 desain penelitian.................................................... 21
C. Lokasi Penelitian......................................................................... 22
D. Subjek Penelitian......................................................................... 22
E. Waktu Penelitian.......................................................................... 23
F. Instrumen Penelitian.................................................................... 23
G. Prosedur Penelitian...................................................................... 23
BAB IV .......................................................................................................... 26
A.Hasil Penelitian............................................................................ 26
TABEL 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran Siklus I 28
TABEL 4.2 Hasil Observasi Aktivitas siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I 29
B. Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan..................... 31
Gambar 1.1................................................................................ 31
TABEL 4.3 HASIL REFLEKSI SIKLUS 1............................. 32
C. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dan Guru............................... 34
TABEL 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran Siklus II 34
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus II 36
D. Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan.................. 37
GAMBAR 1.2........................................................................... 37
E. Refleksi..................................................................................... 37
F. Pembahasan Hasil Penelitian.................................................... 37
Gambar 1.2................................................................................ 38
DAFTAR ISI 40

DAFTAR PUSTAKA 41
DAFTAR PUSTAKA

Doraini, A. I. (2018). Tafsir Ayat Pendidikan Dalam QS Al-‘Alaq Ayat 1-5 Menurut Quraish Shihab
(Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung)
Wabang, R. J. (2017). Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan (Studi Kasus pada Kelas 1 Sekolah
Dasar Negeri Mauwaru Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo) (Doctoral dissertation, UNS (Sebelas
Maret University))
Bab, I. (1784). PENDAHULUAN latar belakang.
ASTRI, M. D. (2023). PENGARUH PENERAPAN METODE SAS (STRUKTURAL ANALITIK
SINTETIK) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS I (Doctoral
dissertation, Universitas_Muhammadiyah_Mataram)
Widiyanti, D., & Darmiyanti, A. (2021). Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Anak Usia 4-5
Tahun Melalui Metode Bermain Flash Card. Al Athfal: Jurnal Kajian Perkembangan Anak Dan Manajemen
Pendidikan Usia Dini, 4(2), 16-29
Ratnasari, W. T. (2017). MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL
MENGGUNAKAN KARTU KATA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING (Doctoral dissertation,
FKIP UNPAS).

Anda mungkin juga menyukai