Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

SEMESTER GENAP T.A. 2021/2022


NIM 19410627 Nama Mahasiswa Rakai Syavendra Revito
Mata
Perbandingan Sistim Peradilan Tanggal Ujian 25 July 2022
Kuliah
Kelas A Jam Mulai …… . …… WIB
Dosen Fuadi Isnawan, S.H., M.H. Jam Berakhir …… . …… WIB

1.
- Hukum Anglo Saxon merupakan suatu sistem hukum yang didasarkan pada yurispudensi, yaitu
keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim
selanjutnya. Sistem hukum ini cenderung lebih mengutamakan hukum kebiasaan, hukum yang berjalan
dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat. Dibentuk melalui lembaga peradilan dengan sistem
jurispudensi dianggap lebih baik, agar hukum selalu sejalan dengan rasa keadilan dan manfaat yang
dirasakan langsung ke masyarakat. Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia, Inggris, Australia, Selandia
Baru, Afrika Selatan, Kanada, dan Amerika Serikat. Selain negara itu, beberapa negara juga
menerapkan sistem Anglo Saxon bersama dengan hukum adat dan hukum agama, seperti Pakistan,
India, dan Nigeria. Putusan hakim merupakan sumber hukum dalam sistem Hukum Anglo Saxon.
Dalam sistem ini, peran hakim sangat luas. Fungsi haklim tidak hanya menetapkan dan menafsirkan
peraturan hukum, tetapi juga membentuk seluruh tata kehidupan masyarakat. Hakim juga bisa
menciptakan hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk menyelesaikan
perkara sejenis. Sistem hukum ini menganut doktrin Stare Decisis. Intinya dalam memutuskan suatu
perkara, seorang hakim harus mendasarkan putusannya pada prinsip hukum yang sudah ada dalam
putusan hakim lain dari perkara sejenis sebelumnya.
- Sistem hukum eropa kontinental merupakan suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya berbagai
ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi secara sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim
dalam penerapannya. Prinsip utama atau prinsip dasar sistem hukum Eropa Kontinental ialah bahwa
hukum itu memperoleh kekuasaan mengikat karena berupa peraturan yang berbentuk undang-undang
yang tersusun secara sistematis dalam kodifikasi.
2.
A&B:
ika dibandingkan, perbedaan mendasar antara Indonesia dan Amerika yang berakibat pada sistem
peradilan pidananya adalah terkait tentang sistem hukum dan bentuk negaranya. Indonesia adalah
negara berbentuk republik sedangkan Amerika adalah negara serikat. Sudah barang tentu kedua
bentuk ini membawa perbedaan mendasar terkait struktur penegak hukum di kedua negara. Terkait
lembaga penegak hukumnya, tidak terdapat perbedaan mendasar diantara Indonesia dan Amerika
kecuali keberadaan Juri. Selain itu perbedaan mendasar diantara keduanya adalah terkait struktur dan
organisasi masing-masing lembaga penegak hukum.
Walaupun Amerika merupakan negara yang memiliki hubungan sejarah dengan Inggris, namun antara
Inggris dan Amerika memiliki sistem peradilan
pidana yang sedikit berbeda. Sistem peradilan pidana di Amerika cukup rumit, tidak ada bentuk baku
sistem peradilan pidana di Amerika karena setiap negara bagian memiliki sistem peradilannya masing-
masing, walaupun secara garis besar terdapat kesamaan.
A. Kepolisian
Polisi adalah pintu utama atau pintu masuk dalam sistem peradilan pidana Amerika. Polisi pada
umumnya adalah pihak pertama yang melakukan kontak dengan seorang tersangka pelaku tindak
pidana dan dipaksa untuk membuat sebuah keputusan penting tentang kelanjutan tersangka tersebut.
Keputusan paling utama yang dilakukan seorang polisi terhadap tersangka tersebut adalah ketika
memutuskan untuk melakukan penangkapan atau tidak yang berakibat pada perjalanan tersangka

Ujian Tengah Semester Genap 2021/2022 PSHPS FH UII Hlm. 1 dari 5


tersebut untuk menempuh sistem peradilan pidana Amerika. Pada tiap-tiap negara bagian di Amerika,
dikenal beberapa macam kepolisian, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Municipal Police (Polisi Kotapraja), berawal dari konsep penjaga malam
yang diterapkan di Boston tahun 1636 dan polisi siang di Philadelphia 1833. Pada tahun 1854, antara
penjaga malam dan polisi siang digabung dalam sebuah departemen yang berada di bawah seorang
Marshal yang dipilih setiap 2 tahun sekali. Berawal dari konsep itulah muncul sebuah kepolisian
kotapraja yang berfungsi untuk melindungi kota dan warganya dari kejahatan-kejahatan.
2) State Police (Polisi Negara Bagian), dibandingkan dengan kepolisian kotapraja, kehadiran polisi
negara bagian (state police) terbilang baru. Kemunculan lembaga ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah ketidakefisienan kinerja Polisi Kotapraja serta Departemen Sheriff yang tidak
mampu melaksanakan penegakan hukum dengan baik dalam yurisdiksinya.
3) Sherrif Department (Sherrif), departemen sherif ini sudah dikenal jauh sebelum koloni-koloni Inggris
datang ke Amerika. Departemen ini merupakan departemen resmi yang memimpin urusan penegakan
hukum di kota. Sheriff tidak hanya memimpin urusan penegakan hukum, Sheriff juga merupakan unsur
penting dalam pemerintahan kota. Saat ini, Sheriff memiliki tiga tanggung jawab utama, yaitu
menyelenggarakan layanan penegakan hukum, merawat penjara kota;
dan sebagai petugas pengadilan kota.
B. Kejaksaan
Penuntut Umum di Amerika baik yang disebut sebagai State Attorney, District Attorney maupun United
States Attorney mewakili pemerintah dalam sistem peradilan pidana di Amerika. Penuntut umum
adalah pejabat terpilih atau ditunjuk yang memegang peringkat teratas dalam komunitas penegak
hukum. Seringkali penuntut umum bertanggungjawab atas seluruh koordinasi yang berkaitan dengan
aktivitas pengadilan pidana mewakili pemerintah. Penuntut Umum memegang peranan yang paling
penting dalam sistem peradilan pidana Amerika Serikat.
Kejaksaan berada di bawah kewenangan Departemen Kehakiman Amerika Serikat dan merupakan
bagian dari kekuasaan eksekutif yang dipimpin oleh seorang Jaksa Agung (United States Attorney
General). Walaupun berada di wilayah eksekutif, namun Kejaksaan bekerja di semua tingkatan proses
yudisial, dari pengadilan rendah hingga pengadilan banding negara bagian dan federal yang tertinggi.
Kejaksaan di Amerika terdiri dari:
1) Jaksa Penuntut Federal (United States Attorney/ Federal Prosecutor); setiap wilayah yudisial federal
memiliki satu jaksa penuntut Amerika Serikat dan satu atau lebih asisten jaksa penuntut Amerika
Serikat. Mereka bertanggung jawab untuk menuntut para terdakwa dalam kasus-kasus pidana di
pengadilan wilayah federal dan untuk membela Amerika Serikat bila negara ini digugat di suatu
pengadilan rendah federal. Sampai saat ini terdapat 93 (sembilan puluh tiga) kantor jaksa penuntut
Amerika Serikat yang berada di 50 negara bagian Amerika Serikat, District of Columbia, Guam,
Northern Mariana Islands, Puerto Rico dan Virgin Islands. Masing-masing jaksa penuntut Amerika
Serikat adalah kepala penegakan hukum wilayah federal dan membawahi kantor-kantor jaksa wilayah.
2) Jaksa Penuntut Negara Bagian (State Attorney/ District Attorney); atau dikenal juga sebagai jaksa
penuntut wilayah adalah mereka yang menuntut orang-orang yang didakwa melanggar undang-undang
pidana negara bagian. Pada sebagian besar negara bagian, jaksa penuntut
wilayah dipilih oleh pejabat daerah, namun di beberapa negara bagian lainnya mereka diangkat. Kantor
kejaksaan wilayah memiliki banyak kekuasaan dalam menangani perkara-perkara, termasuk untuk
tidak membawa perkara ke pengadilan. Tidak semua perkara diterima untuk disidangkan di pengadilan,
beberapa ditolak, yang lainnya tidak dituntut. Namun, sebagian besar perkara tergantung pada tawar
menawar pernyataan bersalah (plea bargaining) sehingga perkara diputus lebih ringan atau
meniadakan beberapa dakwaan
3) Jaksa Agung Negara Bagian; masing-masing negara bagian memiliki seorang jaksa agung yang
berfungsi sebagai pejabat hukum utama. Pada sebagian besar negara bagian pejabat ini dipilih
berdasarkan suara pendukung di seluruh negara bagian. Walaupun tuntutan terhadap terdakwa
umumnya dilakukan oleh jaksa wilayah setempat, namun kantor kejaksaan agung sering memainkan
peranan penting dalam menyidik tindak pidana di seluruh negara bagian. Sehingga dengan demikian,
jaksa agung dan stafnya dapat bekerja erat dengan jaksa penuntut wilayah dalam menyiapkan suatu
perkara tertentu.
C. Pengadilan
Salah satu ciri yang paling penting, paling menarik dan paling membingungkan dalam sistem peradilan
Amerika Serikat adalah sistem pengadilan ganda, yaitu setiap tingkat pemerintahan (negara bagian
dan nasional) memiliki kumpulan pengadilannya sendiri. Beberapa masalah hukum dipecahkan
sepenuhnya di pengadilan negara bagian, sementara yang lain ditangani oleh pengadilan federal.

Ujian Tengah Semester Genap 2021/2022 PSHPS FH UII Hlm. 2 dari 5


Meskipun demikian, masalah- masalah lain mungkin mendapatkan perhatian dari kedua pengadilan,
yang terkadang dapat menimbulkan friksi.
Baik pengadilan negara bagian maupun pengadilan federal berpusat di Mahkamah Agung sebagai
struktur tertinggi dalam pengadilan. Setidaknya, ada tiga kelompok pengadilan di Amerika, yaitu:
1) Pengadilan negara bagian; tidak ada dua negara bagian yang benar-
benar serupa dalam hal organisasi pengadilan. Setiap negara bagian bebas untuk mengadopsi skema
organisasi tertentu yang dipilihnya, menciptakan sebanyak mungkin pengadilan yang diinginkannya,
menamakan pengadilan dengan apapun yang disukainya dan menetapkan yurisdiksi sebagaimana
yang dianggap cocok. Beberapa negara bagian telah membentuk sistem pengadilan yang bersatu,
sementara yang lain masih beroperasi dengan jumlah pengadilan yang membingungkan dengan
yurisdiksi yang tumpang tindih Pengadilan- pengadilan negara bagian dapat dibagi ke dalam empat
kategori umum yang menunjukkan jenjang pengadilan, yaitu:
a) pengadilan rendah dengan yurisdiksi terbatas; b) pengadilan rendah dengan yurisdiksi umum; c)
pengadilan banding menengah; dan
d) pengadilan akhir (court of last resort).
2) Pengadilan negara federal, pengadilan federal Amerika Serikat memiliki sejarah panjang, dan seiring
dengan perkembangan kemerdekaan Amerika Serikat. Pengadilan negara federal terdiri dari dua
pengadilan yaitu:
a) Pengadilan Distrik Amerika Serikat; merupakan dasar bagi sistem hukum federal. Pengadilan distrik
memiliki fungsi sebagai penegak norma, sementara pengadilan banding dipandang memiliki
kesempatan untuk membuat kebijakan. Penegakan norma terkait secara erat dengan administrasi
keadilan, karena semua bangsa mengembangkan standar-standar yang dianggap penting bagi suatu
masyarakat yang adil dan teratur. Seorang hakim yang memutus perkara berkaitan dengan dugaan
pelanggaran undang-undang sedang mempraktikkan penegakan norma
b) Pengadilan Banding Amerika Serikat; terdapat dua tujuan pemeriksaan kembali di tingkat banding
tersebut. Pertama, untuk mengoreksi kesalahan. Kedua, untuk menyaring dan mengembangkan
beberapa perkara yang layak mendapatkan pemeriksaan oleh Mahkamah Agung. Berbeda dengan
pengadilan distrik, pengadilan banding biasanya dipertimbangkan oleh tiga orang hakim dalam wilayah
tersebut. Pada beberapa pengadilan banding jumlah hakim yang memeriksa perkara bisa bervariasi
jumlahnya. Perkara-perkara tertentu yang dianggap penting diperiksa
bukan oleh majelis, melainkan oleh sebuah sistem yang disebut dengan En Banc, yaitu diperiksa oleh
semua hakim banding yang ada di wilayah tersebut.
3) Mahkamah Agung, Mahkamah Agung Amerika Serikat adalah satu- satunya pengadilan federal yang
disebutkan namanya dalam konstitusi Amerika Serikat, yang menjabarkan secara rinci bentuk-bentuk
umum dari yurisdiksi Mahkamah Agung. Para hakim agung dari Mahkamah Agung Amerika Serikat dan
serta hakim-hakim distrik, semuanya ditunjuk oleh Presiden Amerika Serikat jika disetujui oleh
mayoritas suara dari Senat Amerika Serikat. Para hakim agung dan hakim-hakim lain ini dapat terus
mengabdi selama berkelakuan baik yang berlaku, dengan jangka waktu tak terbatas sampai akhir
hidup
D. Juri
Terdapat dua tipe juri dalam sistem pengadilan federal, yaitu Juri Agung (grand jury) dan Juri Kecil
(petit jurors). Juri Agung merupakan sekelompok pria dan wanita yang dipilih secara acak dari
masyarakat awam, yang bertemu untuk menentukan apakah ada sebab yang cukup untuk percaya
bahwa seseorang telah melakukan kejahatan federal yang didakwakan kepadanya. Juri Kecil, seperti
halnya Juri Agung, dipilih secara acak dari masyarakat untuk mendengar bukti-bukti dan menentukan
apakah seorang terdakwa dalam perkara pidana bersalah atau tidak bersalah.
3.
A. Persamaan antara Pra Peradilan dengan Hakim Komisaris adalah tujuannya sama-sama melindungi
hak asasi manusia, berfungsi pada pemeriksaan pendahuluan sebagai pengawas, membutuhkan peran
Hakim, Jaksa dan Kepolisian.
B. Perbedaan antara keduanya adalah terdapat perbedaan dalam hal pemegang hak atau kekuasaan,
perbedaan mengenai sifat dan pelaksanaannya, serta perbedaan dalam hal pengawasannya. Pra
Peradilan mempunyai kelebihan dalam hal sifat pemeriksaannya yang terbuka sehingga tercipta sistem
Pra Peradilan yang bebas dan tidak memihak sehrta menjunjung tinggi hak asasi manusia, dipimpin
oleh hakim yang bertanggungjawab, sehingga terpenuhinya syarat keterbukaan dan akuntabilitas.
Sedangkan kelemahannya adalah tidak semua pekara bisa dimintakan pra peradilan. Pada Hakim
Komisaris mempunyai kelebihan dalam hal fungsi, tugas dan kewenangan yang lebih luas daripada
sistem Pra Peradilan, serta sifatnya yang lebih baik daripada pra peradilan karena sangat aktif.
Sedangkan kelemahannya adalah dalam hal kemerdekaan seseorang berada di tangan negara,

Ujian Tengah Semester Genap 2021/2022 PSHPS FH UII Hlm. 3 dari 5


wewenangnya yang terlampau luas, sifat pemeriksaan Hakim Komisaris yang tertutup karena
dilaksanakan secara individual oleh Hakim Komisaris, serta dalam hal pengawasannya yang bersifat
integral.
4.
Dalam proklamasinya dinyatakan bahwa Republik Arab Mesir adalah sebuah Republik Sosials
Demokratis dengan Islam sebagai agama negara dan bahasa Arab sebagai bahasa nasional. Juga
dinyatakan bahwa Syari’at Islam adalah sumber perundang-undangan negara.
1) Pengalaman sejarah, sistem peradilan dan kondisi masyarakat Mesir yang pluralistik hampir mirip
dengan Indonesia. Dalam kaitannya dengan sejarah, kedua negara sama-sama pernah dijajah oleh kolonial
Barat dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga mempengaruhi sistem peradilan masing-masing.
Meskipun demikian, Mesir mempunyai karakteristik tersendiri dalam mengantisipasi dan membendung
pengaruh kolonial terhadap sistem hukum yang ada. Hal tersebut terbukti dengan adanya konsesi nasional
untuk menempatkan syari’at Islam sebagai satu-satunya sumber dari segala sumber hukum di Mesir.
2) Meskipun secara kelembagaan peradilan keluarga Mesir adalah peradilan khusus yang menangani
masalah keluarga berada dalam lingkungan peradilan perdata, akan tetapi peradilan keluarga mempunyai
kompetensi yang luas, dilengkapi dengan materi hukum dan hukum acara yang komplit. Bahkan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000, peradilan keluarga mesir berdasarkan syari’at Islam
berlaku dan mengikat setiap warga negara dan untuk semua agama , di Indonesia antara lain model
Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan mencakup untuk semua agama dan mengikat
setiap warga negara.
3) Peradilan pidana, adalah peradilan yang mewakili pemerintah dalam menyelesaikan perkara dan kasus
hukum yang menyangkut kemaslahatan umum. Artinya, peradilan pidana tidak melindungi kepentingan
individu-individu masyarakat melainkan melindungi kepentingan umum dari pribadi-pribadi yang ada dalam
masyarakat. Sama halnya dengan Indonesia, peradilan pidana Mesir juga menganut asas legalitas dan
proses beracara. Apabila di Indonesia mengklasifikasikan tindak pidana itu kepada pelanggaran dan
kejahatan, maka Mesir mengklasifikasikan perkara menjadi junah, mukhalafah dan jinayah.
4) Dalam menerapkan syari’at Islam negara-negara Arab mengalami pasang surut. Hal tersebut disebabkan
penjajahan asing, kecuali Arab Saudi. Namun setelah merdeka negara-negara Arab mulai secara berangsur-
angsur menerapkan kembali syari’at Islam. Mesir, Sudan, Kuwait, Libia, Irak dan Yordania telah
memberlakukan syari’at Islam khususnya dalam bidang perdata. Dalam menggodok legislasi hukum
nasional dari syari’at Islam dan perkembangan hukum kontemporer, Mesir sejak lama telah mempunyai
lembaga kajian hukum yang dikenal dengan “Majma’ al-Buhuts al- Islamiyyah” (Akademi atau Lembagai
Penelitihan Islam) yang di ketuai langsung oleh Syeikh al-Azhar dan anggotanya terdiri dari ulama-ulama
dalam berbagai aspek ilmu pengetahuan. Lembaga ini telah banyak mengeluarkan fatwa hukum antara lain
mengharamkan bunga bank, cloning, adu banteng dan lain- lain.
5.A.
1. Sistem Eropa Kontinental mengenal sistem peradilan administrasi, sedangkan Anglo Saxon hanya
mengenal satu peradilan untuk semua jenis perkara.
2. Sistem Eropa Kontinental menjadi modern karena perguruan tinggi melakukan kajian, sedangkan
pada Anglo Saxon dikembangkan melalui praktek prosedur hukum.
3. Penemuan kaidah dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan atau penyelesaian masalah
sehingga bersifat abstrak pada Eropa Kontinental, sedangkan kaidah pada Anglo Saxon secara
kongkrit langsung digunakan untuk menyelesaikan perkara.
4. Pada sistem Eropa Kontinental dikenal dengan adanya kodifikasi hukum sedangkan pada sistem
Anglo Saxon tidak ada kodifikassi.
5. Keputusan hakim yang lalu pada sistem Eropa Kontinental tidak dianggap sebagai kaidah atau
sumber hukum, sedangkan pada sistem Anglo Saxon keputusan hakim terdahulu terhadap jenis
perkara yang sama mutlak harus diikuti.
B.
Kedudukan juri dalam sistem ini menjadi sentral di dalam menegakan keadilan. Hal ini, karena keadilan
yang sesungguhnya ada dan hidup itu berada di masyarakat. Sistem juri mempunyai kelebihan
dibanding dengan sistem peradilan di Indonesia, dimana sistem ini lebih mengutamakan keterlibatan
masyarakat sebagai unsur sosial yang berdaulat, serta membatasi kekuasaan dan ketergantungan
pemerintahan yang dijalankan melalui hakim dan penuntut umum. Penggunaan juri berlaku dalam
sistem berlaku baik perkara pidana maupun perdata. Juri dipilih dari komunitas warga masyarakat
(tokoh-tokoh masyarakat setempat) dan bukan ahli hukum diharapkan originalitas dalam menjatuhkan

Ujian Tengah Semester Genap 2021/2022 PSHPS FH UII Hlm. 4 dari 5


putusan menjadi berlaku obyektif. Untuk itu, juri akan mempertimbangkan bukti dan kesaksian dalam
menentukan pertanyaan-pertanyaan tentang kejadian sementara hakim biasanya aturan untuk
menggali pertanyaan-pertanyaan hukum.
Kedudukan Plea Bargaining dalam RKUHAP tidak menerapkan metode tersebut, tapi menekankan
pada bagaimana plea bargaining hanya meringankan tuntutan. Ketika konsep plea bargain dalam
RKUHAP diadopsi, sesuai ketentuan Jaksa tidak mempergunakan hukum acara biasa. Tetapi,
menggunakan hukum acara pemeriksaan singkat yang cukup menggunakan nota dan catatan umum
guna mempercepat proses beracara di pengadilan.

Ujian Tengah Semester Genap 2021/2022 PSHPS FH UII Hlm. 5 dari 5

Anda mungkin juga menyukai