Anda di halaman 1dari 11

Kasus Posisi1

Kasus Posisi 1 :
PT.ELEKTRIC MENYAMBAR INDONESIA adalah suatu perusahaan berbadan hukum yang bergerak di
bidang industri elektronika. PT.ELEKTRIC MENYAMBAR INDONESIA berkedudukan di Jalan Kembang
Kerep No. 1, Meruya Utara, Kembangan, Jakarta Barat. Adapun PT.ELEKTRIC MENYAMBAR
INDONESIA merupakan anak perusahaan dari ELEKTRIC, PTE., LTD., yang berkedudukan di Lorong 1
Toa Payoh TP 2 Level 4, Singapore. Kendati kantor pusat PT.ELEKTRIC MENYAMBAR INDONESIA
bertempat di Jakarta, PT.ELEKTRIC MENYAMBAR INDONESIA memiliki beberapa kantor cabang yang
tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Salah satu kantor cabang PT.ELEKTRIC MENYAMBAR
INDONESIA beralamat di Jalan Andong No. 1, Baciro, Yogyakarta.

PT. BANG JAGO adalah suatu perusahaan berbadan hukum yang berkedudukan di Jalan Mangkubumi
No. 14, Yogyakarta. Adapun PT. BANG JAGO telah berpengalaman selama satu windu dalam bidang
distribusi peralatan elektronik. PT. BANG JAGO kemudian ditunjuk sebagai distributor resmi untuk
menjual dan memasarkan produk-produk PT.ELEKTRIC MENYAMBAR INDONESIA sebagaimana telah
disepakati dalam surat Perjanjian Distributorship tertanggal 2 Maret 2012. Adapun perwakilan dari
PT.ELEKTRIC MENYAMBAR INDONESIA yang menanda-tangani Perjanjian Distributorship tersebut
adalah Nyonya Rosanatia Ratnasari, S.E., M.B.A. selaku General Manager, sedangkan perwakilan dari
PT. BANG JAGO adalah Tuan Drs. Ardian Ezra Nugraha

Untuk menunjang kinerja PT. BANG JAGO sebagai distributor resmi, PT. BANG JAGO telah
mengeluarkan dana yang cukup besar, seperti biaya untuk membuka pasar di Yogyakarta sebesar Rp
300.000.000,-

(tiga ratus juta) dan biaya promosi yang telah PT. BANG JAGO keluarkan sebesar Rp 1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah). Selama menjadi distributor resmi, PT. BANG JAGO telah menunjukkan prestasi
yang membanggakan karena selalu mencapai target penjualan sebagaimana yang diharapkan oleh
PT.ELEKTRIC MENYAMBAR INDONESIA dan ELECTRIC, PTE., LTD..

Bahwa kemudian terjadi pergantian kepemimpinan di tubuh PT.ELEKTRIC MENYAMBAR INDONESIA


yakni Nyonya Rosanatia Ratnasari, S.E., M.B.A. selaku General Manager telah digantikan oleh Nyonya
Noviana Cynthia, S.E, M.M.. Seiring dengan pergantian kepemimpinan tersebut PT.ELEKTRIC
MENYAMBAR INDONESIA dan ELECTRIC, PTE., LTD. telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan secara
mendadak yang sangat merugikan PT. BANG JAGO dan Distributor resmi lainnya, padahal dalam
Perjanjian Distributorship telah disebutkan secara tegas dan jelas bahwa bilamana di kemudian hari
ada hal-hal baru yang dirasakan perlu untuk disepakati bersama, maka kedua belah pihak setuju
untuk membuat aturan tambahan yang akan menjadi bagian integral dengan perjanjian ini.

Bahwa pada rapat tanggal 17 Februari 2014, PT.ELEKTRIC MENYAMBAR INDONESIA telah
mengeluarkan peraturan-peraturan baru seperti ketentuan pembayaran yang tadinya pembayaran
dilakukan secara kredit selama 14 (empat belas) hari setelah barang diterima oleh PT. BANG JAGO
menjadi pembayaran tunai pada saat barang diterima oleh PT. BANG JAGO dari PT.ELEKTRIC
MENYAMBAR INDONESIA. Hal ini sangat memberatkan dan mengganggu kinerja PT. BANG JAGO
yang telah berjalan cukup lama karena PT. BANG JAGO harus menyesuaikan pembayaran tersebut

1
Masalah hukum dalam materi ini harus dikembangkan pleh mahasiswa dalam bentuk analisis dan
pembuktian awal serta dapat pula diruah sesuai dengan masalah hukum yang dibuat oleh dosen masing-
masing
kepada dealer-dealer yang telah dibina selama ini oleh PT. BANG JAGO. Di samping itu PT.ELEKTRIC
MENYAMBAR INDONESIA juga menetapkan persyaratanpersyaratan yang sangat tidak masuk akal;
seperti para Distributor harus menyediakan agunan berupa Bank Garansi senilai US$ 200.000,00
(Dua Ratus Ribu Dollar Amerika Serikat) atau deposit setara dengan harga maksimum monitor.
Padahal syarat pembayaran yang diterapkan adalah pembayaran tunai pada saat barang diterima
oleh PT. BANG JAGO dari PT.ELEKTRIC MENYAMBAR INDONESIA. Begitu juga syaratsyarat lain yang
mengharuskan Distributor harus memiliki modal US$ 300.000,00 (Tiga Ratus Ribu Dollar Amerika
Sertika), pengalaman bisnis lebih dari 5 (lima) tahun dan memiliki gudang sendiri dengan luas kurang
lebih 2.000M2 (dua ribu meter persegi). Persyaratan ini diterapkan oleh PT.ELEKTRIC MENYAMBAR
INDONESIA maupun ELECTRIC, PTE., LTD. secara sepihak tanpa adanya musyawarah dengan para
Distributor.

Pada tanggal 3 Maret 2014, PT. BANG JAGO menyampaikan kendala-kendala yang dihadapi selaku
Distributor dalam menerapkan peraturan-peraturan baru tersebut di atas terutama mengenai
perubahan sistem pembayaran kepada pihak PT.ELEKTRIC MENYAMBAR INDONESIA dan ELECTRIC,
PTE., LTD. dengan harapan agar kebijakan-kebijakan tersebut dapat dipertimbangkan kembali.
Terhadap keberatankeberatan PT. BANG JAGO tersebut, pihak PT.ELEKTRIC MENYAMBAR
INDONESIA menyampaikan bahwa kondisi pasar sangat sulit dan pada prinsipnya PT.ELEKTRIC
MENYAMBAR INDONESIA tidak akan beranjak dari ketentuanketentuan baru yang telah diterapkan
oleh PT.ELEKTRIC MENYAMBAR INDONESIA dan ELECTRIC, PTE., LTD.

Pada tanggal 20 Maret 2014, PT.ELEKTRIC MENYAMBAR INDONESIA menunjuk PT KHARISMANTA


SEJAHTERA dan PT LEONARDO ABADI sebagai distributor resmi karena jangka waktu perjanjian
distribusi dengan PT. BANG JAGO sudah berakhir pada bulan Mei 2013 dan juga mengingat PT. BANG
JAGO tidak dapat menyanggupi syarat-syarat yang disampaikan oleh PT.ELEKTRIC MENYAMBAR
INDONESIA dan ELECTRIC, PTE., LTD.. Karena merasa dirugikan, PT. BANG JAGO kemudian
mengajukan gugatan ke pengadilan karena merasa masih merupakan Distributor resmi sebab hingga
bulan Maret 2014 PT. BANG JAGO masih memasarkan produk dari PT.ELEKTRIC MENYAMBAR
INDONESIA.
Kasus Posisi 2 :
Tugas :

1. Buatlah Analisis Terhadap salah satu Posisi Kasus diatas (pilih) dan kembangkan perkaranya
2. Jangan lupa menuliskan nama lengkap, ruang dan kode kelas, Matkul, dan Dosen
Pengampudan dijilid rapih.
3. Dikumpulkan pada pertemuan hari sabtu tanggal 23 September 2023.

1. Kaidah Heteronom
Kaidah heteronom diartikan sebagai intervensi pemerintah
dengan produk peraturan perundang-undangannya. Kedudukan para
pihak (buruh-majikan, red) dalam hukum perburuhan tidak
seimbang. Peraturan yang ada dalam hukum perburuhan heteronom
wajib ditaati oleh seluruh pihak yang bersangkutan. Ini merupakan
pedoman paling mendasar bagi buruh dan pengusaha ketika
menjalankan sebuah bisnis. Nah, hukum perburuhan heteronom yang
dibuat oleh pemerintah tersebut berfungsi sebagai alat ukur untuk
menentukan standard ideal dalam sebuah hubungan kerja.
Saat ini, ada beberapa aturan tentang perburuhan dan
ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia. Bentuknya pun berbeda-
beda berdasarkan hierarki perundang-undangan yang ada. Hierarki
yang dimaksud adalah Undang-Undang Dasar 1945, TAP MPR,
Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah
Provinsi, dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Contoh sumber hukum perburuhan heteronom yang berlaku
dalam hubungan kerja antara buruh dan pengusaha antara lain
adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Jaminan Sosial, Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Nomor 4 Tahun 1994 tentang THR (Tunjangan Hari Raya), dan
sebagainya.
2. Kaidah Otonom
Kaidah otonom adalah ketentuan-ketentuan hukum dibidang
perburuhan yang dibuat oleh para pihak yang terlibat dalam suatu
hubungan kerja, yaitu Buruh/Pekerja dengan pihak Pengusaha.
Kaidah otonom dalam konteks hukum perburuhan biasa dikenal
dengan Peraturan Perusahaan, Perjanjian Kerja atau Perjanjian Kerja
Bersama (PKB). Sementara kaidah heteronom diartikan sebagai
intervensi pemerintah dengan produk peraturan perundang-
undangannya. Kedudukan para pihak (buruh-majikan, red) dalam
hukum perburuhan tidak seimbang. Oleh karena itu, pemerintah
harus menyeimbangkannya, Widodo berujar.
PERJANJIAN KERJA

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan


Pasal 50
Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha
dan pekerja/buruh.
Pasal 52
(1) Perjanjian kerja dibuat atas dasar :
a. kesepakatan kedua belah pihak;
b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan peraturan perundang undangan yang
berlaku.
(2) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b dapat
dibatalkan.
(3) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d batal
demi hukum.

Pasal 111 Ayat (2) :

Ketentuan dalam peraturan perusahaan tidak boleh bertentangan dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 124 Ayat (2) :

Ketentuan dalam perjanjian kerja bersama tidak boleh bertentangan dengan


peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 124 Ayat (3) :

Dalam hal isi perjanjian kerja bersama bertentangan dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
maka ketentuan yang bertentangan tersebut batal demi hukum dan yang
berlaku adalah ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai