Anda di halaman 1dari 6

Desulfurisasi Batubara secara Batch pada Kolom

Tegak dengan Metoda Flotasi Larutan Daun Petai


Cina
Adi Ilcham

Jurusan Teknik Kimia


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Jl. Lingkar Utara Condongcatur INDONESIA
adi_ilcham@upnyk.ac.id

Abstrak merkaptan atau tiol (R-S-H), tioter (R-S-R), disulfide (R-S-S-


R) [3].
Salah satu gas hasil pembakaran batubara berbentuk gas
SOx. Senyawa ini menjadi berbahaya bila bersama air Hadirnya sulfur dalam batubara sangat berbahaya. Hasil
membentuk hujan asam. Oleh karena itu kandungan sulfur pembakaran batubara yang mengandung sulfur dapat
dalam batubara harus dihilangkan atau dikurangi. Dalam menghasilkan polutan (SOx) [4]. Senyawa ini dapat bereaksi
makalah ini didiskusikan hasil penelitian pengurangan sulfur dengan uap air di udara sehingga membentuk H2SO3 (asam
dalam batubara dengan flotasi menggunakan daun petai cina. sulfit) dan H2SO4 (asam sulfat). Bila kedua asam tersebut
Untuk itu, batubara terlebih dahulu dihaluskan kemudian terkondensasi di udara dan kemudian jatuh bersama-sama
diayak hingga diperoleh ukuran yang diinginkan. Selanjutnya dengan air hujan, maka terjadilah hujan asam [5].
batubara halus dicampur bersama larutan daun petai cina yang
telah disiapkan. Campuran kemudian ditempatkan dalam Proses mengurangi kandungan sulfur dalam batubara
kolom flotasi dan udara dialirkan menggunakan kompresor disebut desulfurisasi. Berdasarkan prosesnya, desulfurisasi
masuk dari bawah kolom. Setelah percobaan dilakukan batubara dapat dilakukan dengan tiga metoda, yaitu metoda
diketahui penurunan kadar sulfur terbesar terjadi pada laju alir fisika, kimia, dan biologi [6]. Dalam hal ini flotasi merupakan
udara 0,693 liter/menit, yaitu pada perbandingan batubara dan salah satu cara pemrosesan desulfurisasi secara fisika.
larutan daun petai cina 1:2.
Flotasi adalah suatu cara pemisahan padatan yang sering
Keywords: batubara, flotasi, petai cina, sulfur, udara dilakukan dalam pengolahan bahan-bahan tambang. Proses ini
seringkali dikenal dengan flotasi buih (froth flotation). Pada
flotasi, bahan yang diinginkan ditarik dari campurannya
dengan cara mengubah sifat permukaan bahan. Proses ini
I. PENDAHULUAN
biasanya dilakukan dalam media cair yang berfungsi sebagai
Batubara merupakan salah satu sumber energi yang sangat pengumpul (collector) dengan bantuan surfaktan (surface
berlimpah. Dengan semakin menipisnya cadangan minyak, active agent) sebagai zat pengubah sifat permukaan padatan.
pemerintah Indonesia telah menetapkan batubara sebagai Setelah proses flotasi, bahan yang diinginkan dapat lepas dari
sumber energi alternatif utama yang cukup untuk 200 sampai campurannya dan berada dalam pengumpul atau dapat juga
300 tahun mendatang. Hingga saat ini, batubara banyak terkumpul pada surfaktan [7]. Proses ini dapat dilakukan lebih
dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk Pembangkit Listrik efektif dengan bantuan udara dan sangat cocok digunakan
Tenaga Uap (PLTU). Selain itu, batubara digunakan juga untuk pemisahan mineral-mineral sulfida [8].
sebagai bahan bakar dalam pabrik semen, industri kecil, dan
rumah tangga [1]. Beberapa faktor mempengaruhi keberhasilan flotasi yaitu
ukuran partikel, pH larutan, surfaktan, reagent flotasi, laju
Kualitas batubara dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah udara dan ukuran gelembung udara [9], [10]. Untuk
satunya adalah sulfur (S). Kandungan sulfur pada batubara mempermudah pemisahan dengan metoda flotasi, dapat
dapat mengurangi kandungan panas (heating value). Kadar ditambahkan bahan lain yang dapat berperan sebagai
sulfur dalam batubara berkisar kurang dari 1% hingga lebih surfaktan. Cara ini telah dilakukan dengan menggunakan
dari 4%. Unsur ini terdapat dalam batubara dalam tiga bentuk, crude palm oil (CPO) dan daun-daun lerak [8], [11]. Surfaktan
yakni sulfur organik, pirit sulfur dan sulfat sulfur [2]. Ikatan yang digunakan dapat berasal dari ekstrak saponin daun-
dalam sulfur organik merupakan ikatan kovalen, seperti pada daunan. Diketahui daun petai cina adalah salah satu bahan
yang mengandung saponin yang dapat digunakan sebagai II. BAHAN DAN METODE
surfaktan [12], [13]. Petai cina (Leucaena leucocephala) Bahan utama dalam penelitian ini adalah batubara dan
adalah tumbuhan yang memiliki batang pohon keras dan larutan daun petai cina. Selain itu dibutuhkan aquades sebagai
berukuran tidak besar. Daunnya majemuk dan terurai dalam media flotasinya. Peralatan yang dibutuhkan secara umum
tangkai berbilah ganda. Bunganya berjambul berwarna putih dirangkai seperti tampak pada Gambar 2. Peralatan utama
atau biasa disebut cangkaruk. Akar pada tumbuhan petai cina berupa kolom tegak yang terbuat dari pipa paralon berukuran
memiliki system akar tunggang. Buahnya mirip dengan buah diameter 2,5 inchi dan tinggi 134 cm dirangkai dengan sistem
petai (Parkia speciosa) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan aliran udara dan sebuah kompresor.
berpenampang lebih tipis. Buah petai cina termasuk dalam
buah polong-polongan, berisi biji-biji kecil yang jumlahnya Adapaun prosedurnya dikerjakan sebagai berikut.
cukup banyak. Bijinya berbentuk lonjongan dan pipih, jika Batubara yang didatangkan dari Kalimantan Selatan terlebih
sudah tua biji tersebut berwarna coklat. Petai cina cocok dahulu dianalisis kadar sulfurnya. Berikutnya batubara
hidup di dataran rendah sampai ketinggian 1.500 meter di atas dihancurkan dan diayak hingga diperoleh ukuran 100 mesh.
permukaan laut Petai cina menyukai iklim tropis yang hangat Setelah itu disiapkan larutan daun petai cina dengan cara
dengan suhu harian (20-30) oC. Gambar 1 adalah penampakan sebagai berikut. Sebanyak satu setengah kilogram daun petai
daun petai cina [12]. Telah dilaporkan bahwa daun petai cina cina yang telah dirajang, dimasukan ke dalam tiga liter
dapat digunakan untuk pengobatan karena setelah diselidiki aquades kemudian dipanaskan pada suhu 80˚C selama dua
daun tersebut memiliki senyawa-senyawa aktif antara lain: jam. Hasil maserasi kemudian didinginkan dan disaring
saponin (6,74%), flavonoid (12,5%), alkanoid (11,2%), dilanjutkan analisis kadar saponinnya [12]. Langkah
lektin(7,92%), tanin (13,34%) [14]. selanjutnya adalah batubara yang telah dihaluskan
dicampurkan bersama aquades dan larutan daun petai cina
dengan perbandingan massa tertentu. Campuran kemudian
dimasukan ke dalam sebuah bejana sambil diaduk dan dijaga
keasamannya agar larutan memiliki pH 6. Setelah homogen,
larutan selanjutnya ditempatkan dalam kolom flotasi,
sebagaimana ditunjukkan Gambar 2. Berikutnya, udara
dialirkan ke kolom flotasi dengan laju tertentu. Setelah
beberapa waktu campuran dalam dalam kolom flotasi diukur
kandungan sulfurnya.

Gambar .1. Penampakan daun petai cina [12]

Biaya merupakan salah satu faktor yang harus


dipertimbangkan ketika memilih sebuah sistem pemrosesan.
Pada flotasi, media pengumpul dapat dipilih sesuai
pertimbangan teknis dan ekonomis. Berbagai bahan dapat
digunakan sebagai media pengumpul (colector) seperti
kerosene, alkohol, atau dodecene [15], [16]. Bila
pertimbangannya biaya, air dapat menjadi pilihan utama
sebagai colector ketika desulfurisasi batubara dilakukan.
Dalam hal ini komponen-komponen batubara akan bersifat
hidrofilik dengan sifat terbasahkan (wettability) atau
hidrofobik tidak terbasahkan. Gambar 2. Rangkatan alat desulfurisasi

Tujuan Penelitian ini adalah mempelajari desulfurisasi


batubara menggunakan metoda flotasi dengan bantuan larutan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
daun petai cina. Variabel-variabel yang dipelajari adalah
pengaruh perbandingan batubara dengan larutan daun petai Berdasarkan analisis diketahui jumlah sulfur mula-mula
cina, waktu, dan laju alir udara terhadap penurunan kadar dalam batubara yang digunakan adalah 34.984,24 mg/kg.
sulfur batubara. Batubara dianalisis kadar sulfurnya menggunakan
spektrofotometer UV-vis Shimadzu 1800 pada panjang
gelombang 420 nm. Kadar saponin dalam daun petai cina
diamati pada panjang gelombang 435 nm dan diperoleh kadar
5,76%. Dalam makalah ini yang dimaksud rasio bahan adalah Pengaruh Perbandingan Bahan
perbandingan batubara dan larutan daun petai cina. Waktu
flotasi adalah waktu pemrosesan yang diukur sejak pertama Pada perbandingan bahan dipelajari pengaruh
kali udara masuk dalam kolom flotasi. Hasil-hasil pengamatan perbandingan batubara dan larutan daun petai cina terhadap
dalam percobaan ini dapat ditunjukkan dengan Gambar 2. jumlah sulfur yang terlepas dari batubara. Dilakukan
pengamatan selama waktu tertentu mulai dari udara masuk
sampai dengan 60 menit. Seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2, terjadi perubahan jumlah sulfur dalam batubara
selama selang waktu tertentu. Hasil yang ditunjukkan oleh
data menjelaskan bahwa dengan semakin banyaknya larutan
daun petai cina pada flotasi mengakibatkan jumlah sulfur yang
tertinggal dalam batubara semakin sedikit. Dengan
(a)
membandingkan flotasi tanpa larutan saponin dan flotasi
menggunakan larutan saponin tampak bahwa keberadaan
larutan daun petai cina berpengaruh dalam desulfurisasi
batubara. Saponin merupakan senyawa yang dapat terkandung
pada lebih dari 100 keluarga tanaman dengan sifat dapat
membentuk sifat-sifat sabun ketika berinteraksi dengan air.
Struktur saponin terdiri dari sekurang-kurangnya empat cincin
hidrokarbon dan dengan 11 klasifikasi [17]. Adanya saponin
merupakan bahan yang dapat menurunkan tegangan
permukaan antara sulfur dan batubara. Seringkali bahan
seperti ini disebut bahan penurun tegangan permukaan
(surfactant). Mekanisme interaksi saponin dan sulfur dapat
dijelaskan sebagaimana mekanisma kerja surfactant [18].
Dalam hal ini larutan saponin berinteraksi dengan sulfur dan
mengakibatkan sulfur mudah lepas dari batubara.
(b)
Sehingga pada suatu ketika banyaknya daun petai cina
lebih efektif menjadi penyebab meningkatnya daya lepas
sulfur. Pada penelitian flotasi batubara yang dilakukan
menggunakan CPO sulfur yang berhasil dihilangkan sebesar
45,27% dengan perbandingan batubara terhadap CPO sebesar
1:2 [11]. Menurut sebuah laporan, dijelaskan bahwa
desulfursisasi flotasi tailing batubara yang menggunakan lerak
sulfur yang dipisahkan mencapai 56,78% bila perbandingan
tailing batubara terhadap larutan lerak adalah 4:1 [6].

Sebuah transfer massa pada sistem multifasa padat-cair-gas


dapat terjadi yang diakibatkan oleh beberapa faktor
(c)
diantaranya suhu, tekanan, gradien konsentrasi, kinetika reaksi
kimia, energi aktivasi atau sifat-sifat bahan. Secara prinsip
terjadinya perpindahan massa didorong oleh adanya perbedaan
jumlah massa diantara fasa-fasa yang berinteraksi. Teori yang
menjelaskan perpindahan ini ada tiga yaitu teori dua lapisan,
teori penetrasi dan teori permukaan baru. Gelembung-
gelembung udara yang masuk ke kolom memiliki pengaruh
Gambar 3. Tren penurunan Kadar sulfur dalam pada transfer massa [19]. Banyak faktor yang menentukan
batubara selama proses desulfurisasi dengan keefektifan penggunaan cara flotasi untuk membersihkan
berbagai perbandingan batubara dan larutan daun batubara, terutama sulfur, diantaranya faktor alat, kondisi
petai cina (a) rasio 1:1, (b) rasio 1:2, (c) rasio 1:3 operasional, dan sifat-sifat bahan yang saling berinteraksi.
Terkait ukuran partikel diketahui bahwa ukuran batubara
menentukan keefektifan pembersihan. Ukuran 0,180 mm (180
m) merupakan ukuran minimal agar proses pembersihan
berlangsung lebih efektif. Bila terlalu kecil batubara akan naik
bersama gelembung udara dan proses pembersihan kurang
efektif [20].
menghasilkan perpindahan massa yang lebih baik. Sehingga
Pengaruh Laju Alir Udara dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat waktu optimal agar
terjadi perpindahan massa yang lebih baik.
Peran udara dalam desulfurisasi batubara dengan cara
flotasi sangat penting. Hasil desulfurisasi akibat pengaruh laju Bila dibandingkan antara hasil desulfursasi menggunakan
udara dapat dilihat pada Gambar 2. Dengan masuknya udara larutan daun petai cina dan aquades maka hasilnya
dari bawah kolom flotasi telah mendorong terbentuknya ditunjukkan dengan Gambar 4. Dengan melihat gambar
gelembung-gelembung udara yang dapat berfungsi sebagai tersebut, dapat dijelaskan bahwa penggunaan daun larutan
pengaduk. Akibat pengadukan telah meningkatkan intensitas petai cina dapat secara signifikan mengurangi kandungan
kontak antara batubara dengan media cairan dan antar partikel sulfur yang ada dalam batubara. Saponin daun petai cina telah
batubara sehingga sulfur dalam batubara memiliki energi yang efektif membantu terlepasnya sulfur dari batubara sehingga
cukup untuk terlepas dari batubara. Dengan adanya larutan dapat dikatakan daun petai cina menjadi alternatif untuk
daun petai cina, tegangan permukaan sulfur dan batubara dilakukannya desulfurisasi secara lebih hemat karena
menjadi lemah akibatnya sulfur mudah meninggalkan menggunakan daun-daunan yang mudah diperoleh di sekitar
batubara. Sebuah laporan membuktikan bahwa laju udara kehidupan manusia. Diharapkan dengan demikian ketika
berpengaruh pada penurunan sulfur pada batubara [21]. batubara dibakar akan menghasilkan gas sufur yang semakin
sedikit.
Pola turbulensi selama kontak multifasa turut
mempengaruhi transfer massa yang terjadi. Selama
pengadukan menggunakan magnetis dan tangki berpengaduk
arah gerakan bersifat horisontal. Akan tetapi ketika turbulensi
yang diakibatkan oleh udara dari bawah ke atas, maka arah
gerakan sistem bersifat vertikal [22]. Ketika mempelajari
pengaruh pengadukan pada transfer massa diketahui terdapat
korelasi signifikan antara kecepatan pengadukan dan koefisien
transfer massa. Demikian juga dengan perbandingan bahan
atau konsentrasi dapat menentukan besarnya koefisien transfer
massa [23]. Pada pembentukan gelembung udara dalam media
pengumpul, laju udara dipengaruhi oleh besarnya gelembung
udara. Semakin besar gelembung udara semakin lambat
lajunya. Akibatnya turbulensi makin kecil. Sehingga dengan
besarnya gelembung udara perpindahan massa semakin kecil
[24]. Hasil percobaan lain menyimpulkan hal yang sama Gambar 4. Perbandingan hasil flotasi tanpa dan menggunakan
bahwa semakin cepat gelembung udara terbentuk maka daun petai cina
semakin besar laju perpindahan massa [25].

Pengaruh Waktu Kontak


IV. KESIMPULAN
Waktu pemrosesan mempengaruhi pengeluaran sulfur dari
batubara. Semakin lama waktu pemrosesan telah Desulfurisasi batubara menggunakan flotasi dan daun
meningkatkan energi molekul bahan dan mendorong lebih petai cina dapat penurunan kandungan sulfurnya.
banyak sulfur terlepas. Dari grafik data diketahui bahwa Penghilangan sulfur terbesar mencapai 98,24% diperoleh
kadar sulfur sudah menunjukkan penurunan pada 20 menit dengan kondisi perbandingan bahan batubara:larutan daun
pertama. Setelah itu kadar sulfur tidak terlalu banyak berubah petai cina adalah 1:2. Hasil ini sangat signifikan bila
hingga pada menit ke-60. Selama 20 menit pertama dibandingan desulfurisasi tanpa larutan daun petai cina.
berlangsung dinamika perpindahan sulfur yang sangat cepat,
selanjutnya waktu kontak yang lebih lama tidak efektif
melepaskan sulfur dari batubara. Hal ini mungkin diakibatkan
oleh sulfur tersisa memiliki bentuk ikatan yang berbeda UCAPAN TERIMA KASIH
dengan sebelumnya dan lebih kuat. Terimakasih kepada mbak Mifta Aulia Ikhsan dan Erinda
Yuliana yang telah membantu kelancaran jalannya penelitian
ini.
Dalam hubungannya dengan waktu, secara umum waktu
proses yang lama akan memungkinkan sulfur terlepas dari DAFTAR PUSTAKA
batubara. Hal ini dapat dibuktikan bila koefisien transfer
massa dihitung. Penelitian yang dilakukan oleh [26].
menemukan bahwa tidak selalu waktu proses yang lama akan
[1] Muchjidin, 2006, Pengendalian Mutu dalam Industri [12] Praja, M. H. dan Oktarlina, R. Z., 2016, Uji
Batubara, Bandung, Penerbit, ITB, Halaman 151- Efektivitas Daun Petai Cina (Leucaena glauca)
159. sebagai Antiinflamasi dalam Pengobatan Luka
Bengkak, Jurnal Penelitian, Vol. 5, No. 5, Halaman
[2] Nana, D. S. dan Festiani, A., 2010, Desulfurisasi 86-89.
Batubara Menggunakan Udara dan Air, Makalah
Seminar Teknik Kimia Soebardjo Brotohardjono; [13] Pratiwi, M., Soetjipto, H., Hartini, S., 2014,
Halaman 1-5. Optimalisasi Konsentrasi Ekstrak Saponin Daun Petai
Cina (Leucocepala (Lam.) De Wie sebagai Agensia
[3] Roesyadi, A., Mahfud, Aladin, A., 2005, Pembuat Alami Sampo; Seminar Nasional Kimia dan
Karakterisasi, Desulfursasi, dan Deashing Batubara Pendidikan Kimia. P.P. 253-256.
Asal Sulawesi Secara Flotasi, Media Teknik. P.P. 60-
67. [14] Rohmah, S. N., Fuadah, D. Z., dan Girianto, P.W.R.,
2016, Efektivitas Daun Petai Cina (Leucaena
[4] Ahmed, A., Ahmad N., Shah R., and Bhatti, N., Leucocephala) dan Daun Jarak Pagar (Jatropha
2007, Coal Desulfurization by Solvent Leaching curcas)terhadapProsesPenyembuhan
Methods; Journal of Faculty Engineering & Luka Bakar Grade II pada Tikus Putih (Rattus
Technology, P.P. 47-56. norvegicus), Jurnal Keperawatan, Vol.4.
No. 1, Halaman 20-33.
[5] Nukman dan Poertadji, S., 2007, Pengurangan Kadar
Abu dan Sulfur pada Batubara Sub Bituminus dengan [15] Sokolovic, J. And Miskovic, S., 2018, The effect of
Metoda Aglomerasi Air-Minyak Sawit; Jurnal Sains particle size on coal flotation kinetics: A review,
Materi Indonesia, Vol. 7, No. 3; Halaman 31-36. Physicochem. Probl. Miner. Process., 54(4), 2018,
1172-1190.
[6] Manik, E. E. dan Gah, E. R., 2018, Penurunan Kadar
Sulfur dalam Tailing Batubara dengan Flotasi [16] Shen, L., Min, F., Liu, L., Xue, C., and Zhu, J., 2019
Menggunakan Lerak (Sapindus Rarak De Candole) Improving Coal Flotation by Gaseous Collector
sebagai Surfaktan. Makalah Seminar Kerja Praktek Pretreatment Method and its Potential Application in
Laboratorium. Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Preparing Coal Water Slurry, Processes 2019, 7, 500,
Yogyakarta; Halaman 2-8. doi:10.3390/pr7080500.

[7] Kyzas, G.Z. and Matis, K.A., 2019, The Flotation [17] Kregiel, D., Berlowska, J., Witonska, I., Hubert
Process Can Go Green, Review Processes 2019, 7, Antolak, H., Proestos, C., Babic, M., Babic, L., and
138; doi:10.3390/pr7030138. Zhang, B., 2017,Saponin-Based, Biological-Active
Surfactants from Plants, Open acces, INTECH,
[8] Puspitasari, E.N., Firdianto, I., 2017, Penurunan DOI:10.5772/68062
Kadar Sulfur dalam Batubara dengan Metoda Flotasi
Menggunakan Lerak (Saapindus Rarak De Candole) [18] Schramm, L.L., Stasiuk, E.N., and Marangoni,
Sebagai Surfaktan, Laporan Penelitian Teknik Kimia D.G., 2003, Surfactants and their Applications, Annu.
UPN “Veteran” Yogyakarta; Halaman 6. Rep. Prog. Chem., Sect. C, 2003, 99, 3–48.

[9] Maurina, L, 2016, Pengolahan Air Limbah Secara [19] Morsi, B.I. and Basha, O.M., 2015, Mass Transfer in
Flotasi; Bahan Ajar Pengolahan Mineral Teknik Multiphase Systems, Mass Transfer - Advancement
Kimia Universitas Syiah Kuala. in Process Modelling, intech open pp. 190-217.

[10] Aladin, A., 2009, Penentuan Rasio Optimum [20] Biswa, A., 2012, Ffect of Key Variables on Coal
Campuran CPO: Batubara dalam Desulfuridasi dan Cleaning By Froth Flotation Technique, Thesis,
Deasing Secara Flotasi Sistem Kontinyu, Jurnal Department of Chemical Engineering, National
Rekayasa Proses, Vol. 3, No. 2; P.P. 50-56. Institute of Technology, Rourkela.

[11] Jaya, D., Syahri, M., Sugondo, E., dan Nurindahsari, [21] Saleemi, H.A. and Ullah, M.S., 2017, Desulfurization
Y., 2016, Pemanfaatan CPO (Crude Palm Oil) untuk and Parametric Study of Bituminous Coalvia Froth
Desulfurisasi pada Batubara Menggunakan Metoda Flotation Technique,International Journal of
Flotasi, International Jurnal of Renewable Energy Advanced Biotechnology and Research (IJBR), ISSN
Development; Vol. XIII, No. 2; P.P 27-32. 0976-2612, Online ISSN 2278–599X, Vol-8, Issue-4,
2017, pp237-245.
[22] Story, G., Kordas, M., and Rakoczy, R., 2015, A rising bubbles in a homogenous swarm at large gas
Comparison of Mass Transfer Coefficients between volume fraction, Journal of Fluid Mechanics, vol.
Rotating Magnetic Field Mixer and Stirred Tank 763. pp.254-285. ISSN 0022-112.
Reactor, Mass Transfer - Advancement in Process [25] Fadavi, A. and Chisti, Y., 2005, Gas–liquid mass
Modelling, intech openpp. 121-147. transfer in a novel forced circulation loop reactor
Chemical Engineering Journal 112 (2005) 73–80.
[23] Bong, E.Y., 2013, Solid-liquid mass transfer in
agitated vessels with high solids concentration, [26] Cho, H.J. and Choi, J., 2019, Calculation of the Mass
Thesis, RMIT University, Melbourne, Australia. Transfer Coefficient for the Dissolution of Multiple
Carbon Dioxide Bubbles in Sea Water under Varying
[24] Colombet, D.,Legendre, D., Risso, F., Cockx, A.,and Conditions, J. Mar. Sci. Eng. 2019, 7, 457.
Guiraud, P., 2014,Dynamics and mass transfer of

Anda mungkin juga menyukai