Anda di halaman 1dari 7

Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 2, No.

1, Mei 2019 : 31 - 37

Penggunaan Controlled Potential Sulphidisation (CPS) dalam


Flotasi Bijih Tembaga di PT Amman Mineral Nusa Tenggara

Use of Controlled Potential Sulphidisation (CPS) in


Copper Ore Flotation at PT Amman Mineral Nusa Tenggara

Christin Palit1*, Pantjanita Novi Hartami2, Fitria Saifullah E.3


1*,2,3
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jalan
Kyai Tapa No.1, Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11440

*Penulis untuk korespondensi (corresponding author): christinpalit@trisakti.ac.id

Abstrak - Flotasi merupakan metode yang digunakan dalam proses pemisahan mineral tembaga yang dilakukan
di PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Umpan yang digunakan pada flotasi ini berasal dari Cyclone
Overflow (COF) dan Cleaner Scavenger Tail (CST). Material CST ini diduga masih memiliki kandungan tembaga
(Cu) yang cukup tinggi yang memungkinkan untuk diolah kembali namun diiringi juga dengan tingginya
kandungan acid soluble copper (ASCu). Adanya AsCu ini menandakan CST berada pada kondisi teroksidasi dengan
kandungan pirit yang tinggi. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan bijih yang sudah teroksidasi tersebut
maka dilakukan flotasi dengan metode Controlled Potential Sulphidisation yaitu melakukan penambahan reagent
sulfidasi, NaHS pada umpan flotasi yang akan masuk ke sel rougher-scavenger. Variabel yang diuji pada penelitian
ini ada dua. Variasi pertama yaitu dengan penambahan CST dan tanpa penambahan CST, sedangkan variasi kedua
dengan penambahan NaHS yang diadjust energi sulfidasinya sebesar -500mV. Dari kedua variasi tersebut akan
dilihat bagiamana pengaruh kedua variasi tersebut terhadap kadar dan recovery Cu, Au dan AsCu hasil
pemisahan dengan flotasi.

Kata kunci: cleaner scavenger tail, controlled potential sulphidisation, flotasi tembaga, reagen sulfidasi

Abstract - Flotation is a separation method that used by PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) for
separating of copper. Feed that used in this flotation is from Cyclone Overflow (COF) and Cleaner Scavenger Tail
(CST). This CST materials are estimated to still have a high copper content (Cu) which allows it to be reprocessed
but is accompanied by a high content of acid soluble copper (ASCu). This AsCu indicates that CST is in an oxidized
state with a high pyrite content. Therefore, to overcome the oxidized ore problem was carried out by using
Flotation with the Controlled Potential Sulphidisation method, which is to add sulfidation reagent, NaHS to the
flotation feed which will enter the rougher-scavenger cell. There are two variables tested in this study. The first
variation is the addition of CST and without the addition of CST, while the second variation with the addition of
NaHS is adjusted to the sulfidation energy of -500mV. From these two variations, it will be seen how the effects
of these two variations on the grade and recovery of Cu, Au and AsCu result from separation with flotation.

Keywords: cleaner scavenger tail, controlled potential sulphidisation, copper flotation, sulphidisation reagent

PENDAHULUAN

PT Amman Mineral Nusa Tenggara (PT AMNT) merupakan salah satu perusahan penambangan
tembaga di Indonesia. PT AMNT akan mengolah batuan yang memiliki kandungan tembaga tinggi
terlebih dahulu sedangkan untuk batuan yang memiliki kandungan tembaga rendah akan ditumpuk di
stockpile. Ore yang berada di stockpile ini berpotensi mengalami proses oksidasi karena terpapar udara
sehingga berpengaruh pula terhadap teroksidasinya pirit dan sulfur dalam bijih.

Untuk memisahkan mineral berharga dan pengotor dari ore stockpile tersebut maka PT ANMT
menggunakan metode flotasi. Karena sifat permukaan material pada ore stockpile bersifat teroksidasi,
dimana dalam ore tidak hanya mengandung Cu dan Au tetapi juga Acid Soluble (AsCu) maka perlu

31
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 2, No. 1, Mei 2019 : 31 - 37

ditambahkan reagen sulfidasi ke dalam proses flotasinya. Metode penambahan reagen sulfidasi ini
disebut Controlled Potential Sulphidisation (CPS). Adapun reagen sulfidasi yang ditambahkan sesuai
metode CPS ini adalah NaHs yang diadjust pada energi potensial –500 mV. Tujuan dari penelitian ini
adalah ingin membandingkan proses flotasi konvensional dengan flotasi dengan metode CPS dalam
upaya meningkatkan kadar dan recovery Cu dan Au serta menurunkan kadar AsCu sesuai standar yang
ditetapkan perusahaan terhadap ore stockpile.

METODE

Oksidasi Tembaga

Oksidasi dapat dijelaskan sebagai interaksi atau kontak langsung antara molekul oksigen dan semua
zat yang berbeda. Apapun yang terkena atau terpapar dengan oksigen ada kemungkinan untuk
mengalami proses oksidasi. Di tambang proses oksidasi dapat terjadi terutama pada tempat
penumpukan ore (stockpile). Ore yang terkena proses oksidasi ini dapat mengakibatkan turunnya
kadar bijih dan berefek juga pada tingkat perolehan terhadap bijih itu sendiri.

Pada bijih tembaga, ada dua faktor yang memengaruhi jumlah kadar mineral berharga di dalamnya,
yaitu Sulfide Copper (SCu) dan Acid Soluble Copper (AsCu). Oksidasi yang terjadi pada bijih tembaga
yang di tempat yang terbuka disebabkan oleh reaksi dari mineral sulfide yang ada pada bijih dengan
oksigen, air serta adanya kegiatan microbial. Adapun reaksi kimia yang yang terjadinya adalah sebagai
berikut:

1 7
FeS2 + 4 O2 + 2 H2O = Fe(OH)3 + 2 SO42- + 4 H+ (Oxidation of pyrite) (1)

17 5
CuFeS2 + O2 + H2O = Fe(OH)3 + Cu2+ + 2 H+ + 2 SO42- (Oxidation of chalcopyrite) (2)
4 2

34 1
Cu5FeS4 + O2 + H2O + 2 H+ = Fe(OH)3 + Cu2+ + 4 SO42- (Oxidation of bornite) (3)
7 2

Sulfidasi

Mineral yang mengalami proses oksidasi memerlukan kolektor jenis sulphydryl. Reagen sulfidasi ini
dapat memperbaiki permukaan mineral sulfide yang telah teroksidasi. Reagen sulfidasi yang dapat
digunakan antara lain (NH4)S, NaHS, dan NaS2. Pada larutan, sodium sulfide akan terhidrolisis dan
terdisosiasi, reaksi dapat dilihat pada persamaan berikut:

NaSH + H2O ↔ NaOH + H2S (4)

NaOH → Na+ + OH- (5)

H2S ↔ H+ + HS- (6)

HS- ↔ H+ + S-2 (7)

Flotasi

Flotasi adalah salah satu proses pemisahan antara mineral berharga dengan pengotornya yang
memafaatkan sifat dari permukaan partikel mineral (hifrofobik dan hidrofilik). Mineral yang bersifat
hodrofobik akan menempel dengan gelembung udara dan naik ke permukaan sedangkan mineral yang
bersifat hidrofilik akan mengendap di dasar sel flotasi. Pada proses flotasi berlangsung diperlukan

32
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 2, No. 1, Mei 2019 : 31 - 37
reagen flotasi untuk dapat membuat lingkungan flotasi berlangsung dengan baik. Tiga reagen utama
yang diperlukan dalam proses flotasi yaitu kolektor, modifier reagent dalam hal ini berupa depresan,
dispersan, pH modifier maupun aktivator) serta frother.

Perhitungan Kadar dan Recovery


1. Material balance
F=C+T (8)

2. Metallurgical Balance
F.f = C.c + T.t (9)

3. Perhitungan Persen Perolehan (Recovery)


𝐶.𝑐
𝑅 = 𝐹.𝑓 𝑥 100% (10)

4. Perhitungan Kadar
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 ×𝑔𝑟𝑎𝑑𝑒 𝑎𝑠𝑠𝑎𝑦
Grade Kumulatif = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑜𝑡𝑖𝑓 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑡
(11)

Keterangan:
F = Berat material umpan/feed
C = Berat Konsentrat
T = Berat Tailing (
f = Kadar Umpan (%)
c = Kadar Konsentrat (%)
t = Kadar tailing (%)

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental untuk mendapatkan data kuantitatif. Dengan
melakukan eksperimen sesuai rancangan yang telah dibuat (Flotasi konvensional dan Flotasi dengan
CPS) untuk kemudian hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan metode komparatif dengan tingkat
penjelasan berupa hubungan yang menggunakan data kuantitatif.

Sampel yang digunakan pada kegiatan flotasi merupakan bijih tembaga hasil Cyclone Overflow (COF)
dan Cleaner Scavenger Tail (CST). Sedangkan reagen flotasi yang digunakan yaitu sebagai berikut:
• Collector yaitu Cytec C-314
• Potassium Amyl Xanthate
• pH Modifier yaitu CaO
• Frother yaitu Poyproplene Glycol Methylether
• Reagen Sulfidasi yaitu Sodium Hydrosulphide (NaHS)

Bermula dengan pengambilan sampel COF dengan cutting sampler yang diambil dari cyclone dan
sampel CST yang di ambil di sel CST sample point menggunakan bantuan alat AMDEL. Sampel COF dan
CST tersebut akan menjadi umpan pada proses flotasi dengan komposisi tertentu. Sebelum mulai di
flotasi sampel feed harus dihomogenisasi terlebih dahulu agar sampel yang di uji representatif. Setelah
dihomogenisasi proses flotasi dapat dilakukan.

Proses flotasi yang dilakukan penelitian ini yaitu ada 2 macam, flotasi konvensional (tanpa
penambahan reagen sulfidasi) dan flotasi metode CPS (dengan penambahan reagen sulfidasi, NaHS).
Flotasi dimulai dengan memasukkan sampel feed ke dalam sel flotasi lalu tambahkan air sampai
volume tertentu (menyesuaikan dengan persen solid yang diinginkan). Setelah itu nyalakan mesin
Denver Flotasi. Reagen pertama yang dimasukkan yaitu CaO sebagai pH modifier sampai pH slurry
menjadi 8,9. Selanjutnya tambahkan kolektor PAX lalu NaHS (diatur agar Energi Sulfidasi (ES) menjadi

33
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 2, No. 1, Mei 2019 : 31 - 37

– 500 mV) pada ketiga stage flotasi. Di atur condition time selama 1 menit dengan waktu flotasi pada
stage 1, stage 2, stage 3 dan stage 4 berurutan yaitu 1 menit, 2 menit, 3 menit dan 4 menit. Hasil flotasi
berupa konsentrat dan tailing, keringkan kedua hasil produk flotasi tersebut untuk selanjutnya dihitung
berat masing-masing dan untuk di analisis kadarnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sampel Head

Sebelum memulai percobaan flotasi terlebih dahulu harus mengkarakteristik sampel head. Sampel
head yang di analisis kadarnya ada 2 yaitu sampel head COF dan sampel head campuran antara COF
dan CST. Adapun hasil assay dari kedua head sampel tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kadar head sampel

Cu % Au% AsCu% S%
COF 1 0,33 0,11 0,09 0,38
COF 2 0,32 0,12 0,09 0,38
Mix Stage 1 0,35 0,14 0,09 0,47
Mix Stage 2 0,36 0,13 0,09 0,47
Mix Stage 3 0,35 0,12 0,09 0,46
Rata-rata 0,34 0,12 0,09 0,43

Hasil Flotasi

Adapun berat kering hasil percobaan flotasi terhadap konsentrat dan tailing metode konvensional dan
CPS dapat dilihat pada Tabel 2. Sedangkan data kumulatif kadar Au, Cu maupun AsCu yang ada dalam
tiap produk pada masing-masing metode secara berurutan dapat dilihat pada Tabel 3, 4 dan 5.

Tabel 2. Berat Kering Hasil Flotasi Metode Konvensional dan CPS

Berat Kering (gr)


K1 K2 K3 T
Konv CPS Konv CPS Konv CPS Konv CPS
Percobaan 1 35,2 38,9 38,5 41,7 64,2 84,1 2.207,2 2.213,8
100% COF
Percobaan 2 29,4 32,9 33,8 35,2 55,9 72,7 2.285,6 2.250,7
Percobaan 3 2,5% CST 35,0 52,5 34,6 38,9 51,8 60,8 2.078,1 2.075,1
Percobaan 4 di Stage 1 36,3 53,9 43,6 48,0 59,0 76,7 2.072,2 2.015,8
Percobaan 5 2,5% CST 27,1 21,5 55,8 61,1 61,7 69,6 2.060,2 2.057,2
Percobaan 6 di Stage 2 26,6 25,7 59,4 48,2 60,2 65,8 2.049,1 2.073,1
Percobaan 7 2,5% CST 24,9 26,3 31,2 23,9 76.3 78,8 2.054,2 2.077,2
Percobaan 8 di Stage 3 25,9 22,4 29,8 32,5 77,6 77,4 2.074,3 2.031,2

Tabel 3. Kadar kumulatif Cu hasil flotasi metode konvensional dan CPS

Rata-rata kumulatif kadar Cu (%)


K1 K2 K3 T
Konv CPS Konv CPS Konv CPS Konv CPS
100% COF 11,17 8,84 7,35 5,59 4,36 3,26 0,33 0,31
2,5% CST di Stage 1 10,44 6,59 6,16 9,62 4,00 3,23 0,34 0,34
2,5% CST di Stage 2 11,62 10,25 5,50 5,52 3,70 3,42 0,35 0,33
2,5% CST di Stage 3 12,28 12,40 7,97 7,73 3,90 3,73 0,38 0,34

Tabel 4. Kadar kumulatif Au hasil flotasi metode Konvensional dan CPS

34
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 2, No. 1, Mei 2019 : 31 - 37
Data rata-rata kumulatif kadar Au (g/ton)
K1 K2 K3 T
Konv CPS Konv CPS Konv CPS Konv CPS
100% COF 6,52 3,58 5,70 2,40 3,00 3,00 0,24 0,27
2,5% CST di Stage 1 6,43 2,45 4,96 15,5 2,70 2,70 0,26 0,28
2,5% CST di Stage 2 5,61 2,52 3,60 1,96 2,51 2,51 0,23 0,25
2,5% CST di Stage 3 8,67 4,00 6,24 2,86 2,97 2,97 0,26 0,25

Tabel 5. Kadar kumulatif AsCu hasil flotasi metode konvensional dan CPS

Data rata-rata kumulatif kadar ASCu (%)


K1 K2 K3 T
Konv CPS Konv CPS Konv CPS Konv CPS
100% COF 0,58 0,93 0,57 0,73 0,43 0,51 0,08 0,095
2,5% CST di Stage 1 0,50 0,73 0,46 0,66 0,38 0,52 0,08 0,09
2,5% CST di Stage 2 0,65 1,26 0,46 0,79 0,41 0,57 0,085 0,09
2,5% CST di Stage 3 0,79 1,35 0,46 1,00 0,44 0,56 0,09 0,09

Tabel 6. Data perolehan total

Perbandingan Kadar Cu, AU dan ASCu terhadap Metode CPS dan Konvensional

Kadar Cu metode CPS memiliki nilai yang rendah dibandingkan dengan metode konvensional.
Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa kedua metode memiliki trend yang berbeda terhadap
penambahan CST pada tiap stage nya. Terlihat bahwa dengan metode CPS, kadar Cu tertinggi dapat
dihasilkan pada penambahan CST di stage 3 yaitu 23,85% sedangkan pada konvensional di dapat pada
stage 2 yaitu sebesar 25,55%, dimana pada stage yang sama di metode CPS mendapatkan nilai kadar
Cu terendah yaitu 14,62%. Secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik perbandingan kadar Cu metode CPS dan konvensional

Sementara untuk kadar Au, berdasarkan grafik pada Gambar 2, terlihat memiliki trend yang sedikit
berbeda juga meskipun pada kedua metode tersebut terjadi kenaikan terhadap kadar Au. Pada CPS,
penambahan CPS menyebabkan penurunan kadar Au, lalu di stage 2 sedikit meningkat menjadi 5,94
g/t dan pada stage 3 meningkat jauh menjadi 8,33 g/t dengan kadar Au tanpa penambahan CST berada
di angka 7,48 g/t. Sedangkan pada metode konvensional, kadar Au yang dihasilkan tanpa penambahan
CST yaitu 8,07 g/t dan mengalami penurunan kadar setelah di tambahkan CST pada stage 1 dan 2 lalu
kemudian meningkat lagi di stage 3 menjadi 9,06 g/t. Berdasarkan hasil kadar Au dengan metode

35
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 2, No. 1, Mei 2019 : 31 - 37

konvensional lebih tinggi dari metode CPS hal ini dipengaruhi karena adanya penambahan reagen
sulfidasi, NaHS dalam jumlah yang cukup banyak.

Gambar 2. Grafik Perbandingan Kadar Au Metode CPS dan Konvensional

Kadar ASCu dengan metode konvensional secara umum lebih tinggi di bandingkan metode CPS. Namun
kedua metode tersebut memiliki kecenderungan yang sama yaitu mengalami penurunan kadar pada
penambahan CST di stage 1 dan terus mengalami peningkatan saat di stage 2 dan stage 3. Secara jelas
dapat dilihat melalui Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Perbandingan Kadar ASCu Metode CPS dan Konvensional

Perbandingan Recovery Cu, Au dan ASCu terhadap Metode CPS dan Konvensional

Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa pada sampel 100% COF (tanpa penambahan CST) recovery Cu
dan Au metode CPS lebih rendah dibandingkan dengan recovery metode konvensional, akan tetapi
untuk recovery ASCu dengan CPS menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan
konvensional. Hal ini terjadi akibat pengaruh dari penambahan reagen sulfidasi NaHS yang
menyebabkan mineral tembaga (Cu) teroksidasi menjadi ASCu (Acid Soluble Copper). Untuk
penambahan CST di stage 1 hasil recovery Cu dan Au memiliki hasil yang tinggi sedangkan untuk
perolehan ASCu dengan metode CPS jauh lebih tinggi dibandingkan metode konvensional. Hal ini
dikarenakan fresh feed telah terkontaminasi oleh CST sehingga meningkatkan recovery ASCu dan
menurunkan recovery Cu. Sementara penambahan CST di stage 2 memiliki hasil yang tidak jauh
berbeda dengan penambahan CST di stage 1. Sedangkan penambahan CST di stage 3 menunjukkan
recovery dengan metode konvensional jauh lebih tinggi dibandingkan metode CPS.

36
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 2, No. 1, Mei 2019 : 31 - 37

Gambar 4. Grafik perbandingan recovery metode konvensional dengan metode CPS

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kadar Cu metode CPS memiliki nilai yang rendah dibandingkan dengan metode konvensional,
yaitu 23,85% untuk CPS dan 25,55% untuk konvensional.
2. Kadar Au metode konvensional memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode CPS,
yaitu 9,36 g/t untuk konvensional dan 8,33 g/t untuk CPS.
3. Kadar ASCu dengan metode konvensional secara umum lebih tinggi di bandingkan metode CPS.
4. Recovery Cu dan Au metode CPS pada sampel 100% COF (tanpa penambahan CST) lebih rendah
dibandingkan dengan metode konvensional, namun untuk recovery ASCu metode CPS
menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan konvensional.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. Amman Mineral Nusatenggara (AMNT) selaku
perusahaan yang mengizinkan penulis dalam serangkaian percobaan terkait penelitian serta PT ITS
(Intertek Testing Service) yang membantu dalam menganalisa kandungan kadar mineral berharga
terhadap sampel feed maupun semua produk (konsentrat dan tailing) hasil flotasi.

DAFTAR PUSTAKA

Bulatovic, S. M. (2010) Handbook of Flotation Reagents: Chemistry, Theory and Practice,Flotation of Industrial
Minerals, Handbook of Flotation Reagents: Chemistry, Theory and Practice. doi: 10.1016/B978-0-444-53082-
0.00019-6.

Gaudin, A. M. (1939) Principles of Mineral Dressing, Mc. Graw Hill Book Company Inc, New York

Hartman, H. L. (1987) ‘Introductory Mining Engineering.’, Introductory Mining Engineering

Sudarsono, A. (1993) Pengolahan Bahan Galian, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Sukamto. (2001). Pengolahan Bahan Galian. Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN
“Veteran”, Yogyakarta

Wills, B.A. (1985). Mineral Processing Technology. Pergamount Press, Oxford

37

Anda mungkin juga menyukai