Anda di halaman 1dari 14

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 ISSN: 2355-7524

Pontianak, 19 Juni 2014

PEMODELAN GEOLOGI DAN ESTIMASI SUMBERDAYA URANIUM


DI SEKTOR LEMAJUNG, KALAN, KALIMANTAN BARAT

Heri Syaeful, Suharji, Agus Sumaryanto


Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
Jl. Lebak Bulus Raya No. 9, Pasar Jumat, Jakarta Selatan
Telp/Fax: 021-7691775 email: syaeful@batan.go.id

ABSTRAK
PEMODELAN GEOLOGI DAN ESTIMASI SUMBERDAYA URANIUM DI SEKTOR
LEMAJUNG, KALAN, KALIMANTAN BARAT. Pada tahun 2013 dilaksanakan pemboran inti di
Sektor Lemajung sebanyak 5 titik dengan kedalaman masing-masing 300 meter. Target pemboran
untuk mengetahui dan memverifikasi ekstensi horizontal dan vertikal mineralisasi uranium.
Mineralisasi uranium di Lemajung terdapat pada lapisan favorabel metabatulanau dan metapelit
sekistosan yang diapit lapisan steril metapelit andalusit dan metapelit biotit. Tujuan dari penelitian
ini adalah membuat model geologi bijih dan melakukan re-evaluasi sumberdaya uranium di Lemajung.
Pemodelan geologi dan estimasi sumberdaya dilakukan dengan program lunak Surpac. Pada tahapan
awal database disusun berdasarkan data 42 pemboran inti dan 7 pemboran non-inti. Data kadar dan
tebal bidang mineralisasi dihasilkan dari interpretasi log sinar gamma menggunakan metoda total
area. Tubuh bijih sebanyak 51 buah didapatkan dari hasil korelasi. Korelasi dilakukan terhadap bijih
yang sejajar dengan bidang foliasi S1. Estimasi sumberdaya dilakukan dengan metoda statistik
inverse distance estimation (IDE), blok model berukuran 4x4x2 m dan sub-blok 0,5x0,5x0,25 m, jari-
jari pengaruh untuk sumberdaya terukur dan terindikasi ditetapkan 25 m dan 50 m, dengan cut-off
grade 0,01% U3O8. Hasil dari estimasi didapatkan sumberdaya terukur sebesar 708 ton eU3O8 dengan
rata-rata kadar 0,081 %U3O8, dan sumberdaya terindikasi sebesar 199 ton eU3O8 dengan rata-rata
kadar 0,076 %U3O8.
Kata kunci: Lemajung, Kalan, uranium, pemodelan, sumberdaya

ABSTRACT
GEOLOGICAL MODELING AND URANIUM RESOURCE ESTIMATION IN LEMAJUNG
SECTOR, KALAN, WEST KALIMANTAN. In 2013 core drilling carried out in Lemajung Sector
for 5 drill hole with a depth of 300 meters each. Target of drilling is to determine and verify the
horizontal and vertical extension of uranium mineralization. The uranium mineralization in
Lemajung contained in favorable layer of metasiltstone and schistose metapelite in between the sterile
layer of andalusite metapelite and biotite metapelite. The purpose of this research is to construct
geological models of ore and re-evaluation of uranium resources in Lemajung. Geological modeling
and resource estimation performed by Surpac software program. In the early stages database compiled
based on 42 core drilling and 7 non-core drilling. Grade and thickness of mineralization plane resulted
from gamma ray log interpretation using the total area method. Ore body as much as 51 pieces
obtained from the correlation. Correlations conducted on ore which is parallel to the foliation plane of
S1. Resource estimation done by the method of inverse distance estimation statistics (IDE), block
model size of 4x4x2 m and sub-blocks 0,5x0,5x0,25 m, the radius of influence for the measured and
indicated resource set 25 m and 50 m, with cut-off grade of 0,01 %U3O8. The result of estimation is
measured resource of 708 ton eU3O8 grading at 0,081 %U3O8, and indicated resource of 199 ton
eU3O8 grading at 0,076 %U3O8.
Keywords: Lemajung, Kalan, uranium, modeling, resource

329
Pemodelan Geologi dan Estimasi... ISSN: 2355-7524
Heri Syaeful, dkk.

1. PENDAHULUAN
Kalan adalah salah satu daerah mineralisasi uranium di Kalimantan Barat. Secara
geografis daerah Kalan terletak di Lembah S. Kalan bagian hulu, merupakan cabang kiri S.
Ella Illir yang bermuara di S. Melawi dan secara administratif termasuk dalam wilayah
Kecamatan Ella llir, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Mineralisasi uranium berupa urat
mengisi fraktur, breksi tektonik, dan sekistositas batuan, terdiri dari mineral uraninit,
branerit, dan davidit dan berasosiasi dengan sulfida, terdapat pada batuan metamorfik
regional tingkat rendah (tipe Abukuma). Karakter mineralisasi termasuk karakter batuan
induknya berbeda-beda sesuai dengan posisi geografi dan kondisi geologi setempat. Posisi
geologi zona mineralisasi Kalan, terdiri dari 16 sektor yaitu: Jumbang I, Jumbang II,
Jumbang III, Tanah Merah, Dendang Arai; Rabau Hulu, Jeronang Hulu, Rirang Hulu, Eko-
Remaja, Lembah Hitam, Lemajung, Semut, Kalan Ketungau, Sarana, Amir Engkala, dan Tiga
Dara (Gambar 1)[1].

MAP OF
POTENSIAL SECTORS IN
KALAN BASIN
WEST KALIMANTAN

Efka
(Basecamp)

SARANA

Gambar 1. Sektor Potensial di Cekungan Kalan, Kalimantan Barat

Cekungan Kalan tersusun oleh dua seri endapan lapisan vulkano-sedimenter yang
termetamorfosa, yaitu Seri Atas dengan ketebalan 3000-4000 m, terdiri dari sedimen
termetamorfosa, endapan vulkano sedimenter, dan batuan vulkanik. Sedangkan Seri Bawah
di dominasi oleh metapelit dan metabatulanau. Kandungan uranium terbesar berada pada
Seri Atas diantaranya pada sektor Remaja, Rirang, dan Lemajung[2].
Eksplorasi uranium di Sektor Lemajung telah dilaksanakan semenjak tahun 1977
merupakan kerjasama CEA (Prancis) dan BATAN. Pemboran eksplorasi pada kurun waktu
kerjasama pada tahun 1977 tersebut berjumlah 16 lubang bor inti, yaitu bor LEML 1 sampai

330
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 ISSN: 2355-7524
Pontianak, 19 Juni 2014

LEML 15. Setelah selesai era kerjasama CEA – BATAN, pemboran ekplorasi di sektor
Lemajung dilaksanakan sendiri oleh BATAN, pada kurun waktu tahun 1985 sampai 1995
dilaksanakan 22 pemboran inti (LEML 15A – LEML 36) dan 7 pemboran non inti (ROC 172 –
ROC 177A). Kedalaman pemboran inti berkisar antara 104,90 – 506,85 m dengan rata-rata
kedalaman 311,51 m. Sedangkan pemboran non-inti antara 39,30 – 72,70 m dengan rata-rata
kedalaman 51,15 m.
Estimasi sumberdaya uranium di Sektor Lemajung pada tahun 1994/1995 dilakukan
dengan hanya menggunakan data 26 lubang bor hasil pemboran BATAN yang terdiri dari
20 pemboran inti dan 6 pemboran non inti diperoleh hasil sumberdaya sebesar 494,34 ton
U3O8 termasuk kategori sumberdaya terindikasi. Pada tahun 1995 Estimasi sumberdaya U
dilanjutkan dengan penambahan data 2 titik bor. Estimasi menggunakan data dari 28 lubang
bor menggunakan metoda kriging dengan bantuan software Surfer 4, ukuran blok estimasi
25 x 25 m, searching radius 50 m dan nearest point 2. Hasil estimasi diperoleh sumberdaya
sebesar 691,27 ton U3O8 terkandung dalam 1.214.274 ton bijih dengan rerata kadar U3O8
0,050%, blok terestimasi 853 dengan total luas area 533.125 m2 termasuk kategori
sumberdaya terindikasi[3].
Pada tahun 2013 dilakukan pekerjaan pemboran eksplorasi sebanyak 5 buah dengan
masing-masing kedalaman 300 m atau total 1500 m. Pemboran dilakukan untuk mengetahui
ekstensi penyebaran tubuh bijih secara horizontal dan vertikal terutama pada batas daerah
favorabel metabatulanau dan metapelit sekistosan. Selain itu pemboran juga ditujukan
untuk mengkonfirmasi jarak zona radius pengaruh yang akan digunakan pada penentuan
klasifikasi sumberdaya uranium.
Tujuan penelitian adalah melakukan reevaluasi sumberdaya uranium di Sektor
Lemajung berdasarkan gabungan keseluruhan data pemboran CEA dan BATAN. Target
Sasaran dari penelitian adalah mengetahui jumlah sumberdaya uranium kategori terukur
yang merupakan salah satu target dalam Renstra BATAN 2010 – 2014.

2. METODOLOGI
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam tahapan
pembuatan basis data, interpretasi geologi dan pemodelan, dan estimasi sumberdaya
mineral. Basis data dibuat dengan pengumpulan, validasi, perekaman, penyimpanan, dan
pemprosesan data. Interpretasi geologi dan pemodelan memerlukan pemahaman hubungan
antara mineralisasi dan proses-proses geologi yang mengontrol keberadaan dan geometri
bijih dalam kerangka geologi. Estimasi sumberdaya mineral dilakukan dengan tahapan
analisis densitas data, integrasi informasi geologi, perekaman kumpulan data, analisis data,
parameter ekonomi, analisis model sumberdaya mineral, penentuan teknik estimasi, dan
validasi model sumberdaya mineral[4]. Perangkat lunak yang digunakan dalam interpretasi
geologi, pemodelan, dan estimasi sumberdaya dalam penelitian ini adalah Gemcom Surpac
v6.3.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Pembuatan Basis Data

Basis data terdiri dari beberapa tabel yang masing-masing mengandung tipe data
yang berbeda. Setiap tabel terbagi lagi dalam fields. Basis data yang dibutuhkan untuk
pemodelan geologi dan estimasi sumberdaya adalah data collar, survey, dan assay[5]. Basis

331
Pemodelan Geologi dan Estimasi... ISSN: 2355-7524
Heri Syaeful, dkk.

data dibuat berdasarkan gabungan hasil pemboran CEA – BATAN pada tahun 1977 dan
hasil pemboran BATAN pada era setelah 1977 termasuk pemboran yang dilakukan pada
tahun 2013. Basis data terdiri dari data collar atau koordinat titik bor, data survey atau
kedalaman dan inklinasi bor, dan data assay atau kadar dari bidang mineralisasi.
Koordinat titik bor didapatkan dari peta topografi skala 1:2000 yang dibuat pada
tahun 1993[6]. Peta topografi tersebut masih menggunakan koordinat lokal Kalan sehingga
harus dikonversi kedalam koordinat yang tereferensi secara nasional. Metoda yang
digunakan untuk mengkonversi koordinat peta adalah dengan pencarian dan penentuan
koordinat dari patok referensi topografi. Penentuan koordinat dilakukan dengan GPS
navigasi standar, sehingga untuk mengurangi tingkat kesalahan pengukuran dilakukan
pada patok referensi topografi yang terletak pada daerah terbuka. Pada jarak sekitar 300
meter dari patok tersebut dilakukan pengukuran koordinat dan pembuatan patok topografi
back azimuth sebagai dasar pengukuran menggunakan peralatan Total Station. Setelah
didapatkan informasi koordinat dari patok topografi terdahulu, selanjutnya dilakukan
konversi koordinat lokal terhadap koordinat nasional. Setelah peta terkonversi, dilakukan
verifikasi lapangan terhadap data koordinat dari lokasi titik-titik bor. Setelah terverifikasi
maka koordinat titik bor yang digunakan selanjutnya adalah koordinat titik bor yang terikat
secara nasional (Gambar 2). Data inklinasi pemboran didapatkan dari data hasil pengukuran
kemiringan lubang bor secara in-situ menggunakan cairan HF. Pada umumnya pengukuran
kemiringan lubang bor dilakukan setiap kedalaman 50 m.

Gambar 2. Peta Lokasi Titik Bor Sektor Lemajung

Data assay atau kadar dari bidang mineralisasi didapatkan dari konversi data logging
gamma-ray. Di industri pertambangan uranium, logging lubang bor merupakan metode

332
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 ISSN: 2355-7524
Pontianak, 19 Juni 2014

dasar pada eksplorasi dan delineasi endapan uranium. Logging gamma-ray juga diakui
sebagai teknik paling efektif untuk mendeliniasi mineralisasi uranium dan mengestimasi
kadar bijih uranium[7]. Pengukuran logging gamma-ray pada lubang bor dilakukan dengan
peralatan Mountsopris 1000 pada periode sebelum tahun 2013 dan Mountsopris MGX-II
pada tahun 2013. Perbedaan dari metode yang digunakan pada kedua peralatan tersebut
adalah pada interval pengukuran, dimana Mountsopris-1000 setiap interval 10 cm
sedangkan Mountsopris MGX-II setiap interval 5 cm. Mountsopris MGX-II juga telah
dilengkapi dengan winch sehingga mempermudah akuisisi data dan lebih konsisten dalam
hal kecepatan probe pada saat pengukuran (Gambar 3).

Logging Geofisika R-05 (LEML-40)

Gamma (cps)
0.00 1000.00 2000.00 3000.00 4000.00 5000.00

0.00

50.00

100.00

Kedalaman (m)

150.00

200.00

250.00

300.00

Gambar 3. Pengukuran Logging Geofisika (kiri), dan


Log Gamma Hasil Pengukuran pada Lubang Bor LEML 40 (Kanan)

Pada pemboran terdahulu data kadar bidang mineralisasi telah tersedia, sedangkan
pada pemboran tahun 2013 dilakukan tahapan interpretasi log gamma (ILG) dengan metoda
total area (Gambar 4). Tahapan ILG dengan metoda total area yaitu menghitung ketebalan
bijih dengan mengkoreksi ketebalan semu yang terbaca pada logging terhadap sudut antara
bidang mineralisasi dengan lubang bor, menghitung faktor koreksi lubang bor, menghitung
area terkoreksi, menghitung apparent grade thickness, menghitung kadar-tebal rata-rata,
menghitung kadar terkoreksi, dan menghitung kadar[8]. ILG dilakukan secara terpisah untuk
masing-masing bidang mineralisasi yang terbaca pada log gamma.

333
Pemodelan Geologi dan Estimasi... ISSN: 2355-7524
Heri Syaeful, dkk.

c/s

Kedalaman
1/2 1/2

n 1

10 cm E1
n 2
10 cm
10 cm n 3

E2
n n

1/2 1/2

Gambar 4. Interpretasi Log Gamma Menggunakan Metode Total Area[8]

Basis data assay disusun berdasarkan lubang bor, kedalaman masing-masing bidang
mineralisasi (BM) pada lubang bor termasuk identifikasi masing-masing BM. Ketebalan BM
antara 0,02 – 4,10 m, dengan rata-rata 0,45 m. BM dengan ketebalan 4,10 m terdapat pada
lubang bor LEML 33, pada lubang bor LEML 39 yang pemborannya dilaksanakan pada
tahun 2013 ditemukan BM dengan ketebalan 3,64 m (Gambar 5). Kadar rata-rata dari
keseluruhan BM yang berjumlah 1005 buah adalah 0,074 % eU3O8. BM dengan kadar
tertinggi terdapat pada lubang bor LEML 35, mencapai 1,3% eU3O8 dan LEML 15A
mencapai 1,08% eU3O8 (Gambar 6). Setelah data tersusun dan terverifikasi, dilakukan input
data pada perangkat lunak Surpac (Gambar 7).

4.5

4.0

3.5
Ketebalan BM (m)

3.0

2.5

2.0

1.5

1.0

0.5

0.0
LEML_001
LEML_002
LEML_003
LEML_005
LEML_008
LEML_010

LEML_016
LEML_017
LEML_020
LEML_020
LEML_021
LEML_023
LEML_024
LEML_024
LEML_024
LEML_025
LEML_025
LEML_026
LEML_026
LEML_027
LEML_027
LEML_027
LEML_029
LEML_029
LEML_030
LEML_030
LEML_031
LEML_031
LEML_031
LEML_032
LEML_033
LEML_034
LEML_034
LEML_036
LEML_036

ROCL_173
LEML_040(R1)
LEML_040(R1)
LEML_040(R1)
LEML_038(R4)
LEML_038(R4)
LEML_038(R4)
LEML_039(R5)
LEML_039(R5)
LEML_039(R5)
LEML_039(R5)
LEML_041(R6)
LEML_015A

Lubang Bor

Gambar 5. Ketebalan BM Berdasarkan Lokasi Lubang Bor

334
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 ISSN: 2355-7524
Pontianak, 19 Juni 2014

1.4

1.2

1.0
Kadar eU 3O8 (%)

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

LEML_040(R1)
LEML_040(R1)
LEML_040(R1)
LEML_038(R4)
LEML_038(R4)
LEML_038(R4)
LEML_039(R5)
LEML_039(R5)
LEML_039(R5)
LEML_039(R5)
LEML_041(R6)
LEML_001
LEML_002
LEML_003
LEML_007
LEML_008
LEML_015

LEML_016
LEML_017
LEML_020
LEML_021
LEML_023
LEML_024
LEML_024
LEML_024
LEML_025
LEML_025
LEML_026
LEML_026
LEML_027
LEML_027
LEML_027
LEML_029
LEML_029
LEML_030
LEML_031
LEML_031
LEML_031
LEML_032
LEML_032
LEML_033
LEML_034
LEML_035
LEML_036
LEML_015A

ROCL_173
Lubang Bor

Gambar 6. Kadar eU3O8 Berdasarkan Lokasi Lubang Bor

Gambar 7. Basis Data Survey, Collar, dan Assay dalam Perangkat Lunak Surpac

3.2. Interpretasi Geologi dan Pemodelan

Litologi sektor Lemajung terdiri atas metapelit biotit, metapelit sekistosan,


metabatulanau dan metapelit andalusit. Metapelit biotit, segar berwarna abu-abu kehijauan,
lapuk abu-abu kecoklatan, ukuran butir lempung. Komposisi mineral terdiri dari felspar,
kuarsa, biotit, andalusit dan mineral opak. Metapelit sekistosan, segar berwarna abu-abu
kehijauan, lapuk abu-abu kecoklatan, ukuran butir lempung. Komposisi mineral terdiri alas
felspar, serisit, kuarsa, biotit, klorit dan mineral opak. Metabatulanau, segar berwarna abu-
abu, lapuk abu-abu kecoklatan, ukuran butir lanau hingga pasir halus. Komposisi mineral
terdiri alas kuarsa, felspar, biotit, turmalin, oksida besi, pirit dan material glas. Struktur
sedimen paralel laminasi hingga perlapisan. Metapelit andalusit, segar berwarna abu-abu,
lapuk coklat kemerahan, ukuran butir lempung. Komposisi mineral terdiri atas felspar,

335
Pemodelan Geologi dan Estimasi... ISSN: 2355-7524
Heri Syaeful, dkk.

kuarsa, andalusit, biotit dan mineral opak. Sesar-sesar yang berkembang adalah sesar
sinistral Baratdaya Selatan - Timurlaut Utara, sesar dekstral Barat- Timur yang di beberapa
tempat berkembang menjadi sesar normal dan sesar sinistral Baratlaut Utara- Tenggara
Selatan. Semua tipe mineralisasi tersebut hanya terdapat di lapisan favorabel
(metabatulanau dan metapelit sekistosan), di lapisan steril baik metapelit andalusit maupun
metapelit biotit mineralisasi tidak dijumpai (Gambar 8)[9].
Hasil pengamatan singkapan di lapangan mempelihatkan bahwa pola mineralisasi
uranium dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe[9], yaitu :
1. Mineralisasi U yang berbentuk lensa dan berasosiasi dengan turmalin. berarah Barat -
Timur dan vertikal dengan ketebalan 3-10 meter.
2. Mineralisasi U yang menempati bidang-bidang terbuka berarah Barat –Timur miring 70°
ke Utara dan sejajar S1. Mineralisasi uranium berasosiasi dengan kuarsa felspatik dan
pirit dengan ketebalan berkisar antara 1 cm hingga 2 m.
3. Mineralisasi uranium yang mengisi fraktur-fraktur terbuka berarah N 110-130° E miring
70° ke Timurlaut hingga subvertikal. Perangkap struktur mineralisasi tipe ini
berhubungan dengan terbentuknya sesar mendatar sinistral berarah Barat Laut Utara
(NWN) - Tenggara Selatan (SES).

Gambar 8. Peta Geologi Sektor Lemajung Barat[9]

Selain data geologi, data radiometri sangat dibutuhkan untuk mengetahui sebaran
daerah mineralisasi. Data radiometri didapatkan dari hasil pemetaan radiometri
menggunakan peralatan Radiation Solution RS-125 yang dapat menangkap data laju dosis,
kadar potasium, uranium dan thorium. Pemetaan dilakukan dengan metoda dinamis,

336
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 ISSN: 2355-7524
Pontianak, 19 Juni 2014

groundborne dengan akuisisi data secara otomatis setiap 30 detik. Peta radiometri dihasilkan
dari pengukuran lebih dari 600 data yang menggambarkan pola radiometri latar dan
anomali di sektor Lemajung. Data radiometri Sektor Lemajung menunjukkan tingkat laju
dosis yang berkisar antara 10 sampai >500 nSv/jam, kadar potasium antara 0 – 4%, kadar
uranium antara 0 - 80 ppm eU, dan kadar thorium antara 0 – 30 ppm eTh[10]. Dalam
kepentingan interpretasi mineralisasi dan pemodelan uranium di Sektor Lemajung, maka
data yang dibutuhkan adalah Peta Radiometri Uranium (Gambar 9). Berdasarkan hasil
perbandingan dengan data mineralisasi pada lubang bor, maka data peta radiometri
tersebut mempunyai hubungan yang sangat korelatif.

111.896 ° 111.897 ° 111.898 ° 111.899 ° 111.9 ° 111.901 ° 111.902 ° 111.903 ° 111.904 °

666666 000000
10.610.6
10.6
10.610.6
Peta Radiometri Uranium

-0 .67 9 °
38.6
38.6
38.6
38.6
38.6
38.6
-0 .67 9 °

45.4
45.4
45.4
45.4
45.4
Sektor Lemajung 33 37
33
33
33
33
33 37
37
37
23
23
23
23
23
23
48.4 28.6
37 48.4
48.4
48.4
48.4
28.6
28.6
28.6
28.6 36.7
36.7
36.7
36.7
36.7
36.7

Kalan 36
36
36
36
36
36
53
53
53
53
53
53 2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
333333

45.4
45.4
45.4 4.2
4.2
4.2 0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
1.6
1.6
1.6
1.6
1.6
1.6 45.4
45.4
45.4 4.2
4.2
4.2
14.3
14.3
14.3
14.3
14.3
14.3
16.5
16.5 3.3
3.3
3.3

-0.68 °
16.5
16.5
16.5 35.6
35.6
35.6
35.6
35.6 3.3
3.3
3.3
8.6
8.6
8.6
Legenda (ppm eU) 4.9
4.9
4.9
8.6
8.6
8.6
4.8
4.8
4.8
111111
-0 .68 °

4.9
4.9
4.9 4.8
4.8 22.3
4.8 22.3
22.3
22.3
22.3 6.1
6.1
6.1
6.1
6.1
6.1
20
20
20
20
20
20
444444 000000
28.2
28.2 62.9
62.9
62.9
40 5.2
5.2
5.2
5.2
5.2
5.2 000000
25.1
25.1
25.1
25.1
25.1
25.1
19
19
19
19
19
19 16.2
16.2
16.2
16.2 35.8
35.8
16.2 35.8
16.2 35.8
35.8
35.8
28.2
28.2
28.2
9.9
9.9
9.9
62.9
62.9
62.9 4.5
12.1
12.1
12.1
12.1
12.1
12.1
4.5
4.5
4.5
4.5
9.9
9.9
9.9
30 1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
21 58
21
21 58
58
58
58
17
17
17
17
17
25.6
25.6
25.6
25.6
25.6
25.6 28.6
28.6
28.6
28.6
28.6
28.6 8.9 3.8
8.9
8.9
8.9
8.9
8.9
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
8.1
8.1
8.1
8.1
8.1
8.1 22 21 333333
22
22
22
22 58.1
58.1
58.1
20 7.5
7.5
58.1
58.1
58.1 8.6
8.6
8.6
8.6
8.6
8.6 11.7
11.7
11.7
11.7
11.7
11.7 2.3
2.3
2.3
2.3
2.3
2.3

-0 .68 1 °
7.5
7.5
7.5
7.5 16.8
16.8
16.8 3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
16.8
16.8
16.8 8.3
8.3
8.3
222222 8.3
8.3
8.3
9.1
9.1
9.1
10 9.1
9.1
9.1
-0 .68 1 °

8.1
8.1
8.1
8.1
8.1
8.1 2.7
2.7
2.7
2.72.7
2.7 4.3
4.3
4.3
4.3
4.3
444444 21.2
21.2
21.2
13.4
13.4
13.4
13.4
13.4
13.4 21.2
21.2
21.2 2.9
2.9
2.9
2.9
2.9
777777 13.5
13.5
13.5 0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
13.5
13.5
0 8.8
8.8
8.8
8.8
8.8
8.8 11.4
11.4
11.4
11.4
11.4
11.4 5.3
5.3
5.3 3.1
3.1
3.1
000000 444444
16
16
16
16
16
16 21.2
21.2
21.2
21.2
21.2
21.2 66.6
66.6
66.6 3.8
3.8
3.8
3.8
3.8
66.6
66.6
66.6 1.1
1.1
1.1 2.5
2.5
2.5
1.1
1.1
1.1 3.6
3.6
3.6
3.6
3.6
3.6 2.5
2.5
2.5
7.1
7.1
7.1
7.1
7.1
7.1 4.6
4.6
4.6 33333
4.6
4.6
4.6
31.2
31.2
31.2 000000

-0 .6 82 °
31.2
31.2
31.2 6.5
6.5
6.5
6.5
6.5
6.5 2.8
2.8
2.8
11111 1.7
1.7
1.7
1.7
1.7
16.1
16.1
16.1
16.1
16.1
16.1
-0.68 2 °

32.3
32.3
32.3
32.3 32.8
32.8 8.5
8.5
8.5 555
6.4
6.4
6.4
6.4
6.4
6.4 32.3
32.3 32.8
32.8
32.8 8.5
8.5
8.5 4.2
4.2
4.2
4.2 4.5
4.2
4.2 4.5 555
4.5
4.5
4.5
23.9
23.9
23.9 3.3
3.3
3.3 0.1
0.1
0.1
19.8 23.9
19.8
19.8
19.8
19.8
19.8 22.8
22.8
22.8
0.9
0.9
0.9
0.9
0.9
0.9 3.7
3.7
3.7
3.7
3.7
3.7
3.3
3.3
22.8
22.8
22.8
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7
1.7 0.4
0.4
0.4
00 125
125 250
250
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9
1.9 0.4
0.4
0.4
8.7
8.7
8.7 000000 0.1
0.1
0.1 22222
5.1 8.7
5.1
5.1
5.1
5.1
5.1 8.7 777777 29.8
29.8
29.8
29.8
29.8
29.8 111111 0.1
0.1
0.1 111
7.5
7.5
7.5
7.5
7.5
7.5 111
000000 3.2 3.2
3.2 2.8 1.9
2.8
2.8
2.8
2.8 1.9
1.9
1.9
1.9
5.1
5.1
5.1
5.1
5.1
5.1
5.5
5.5
5.5
5.5
5.5
5.5
4.9
4.9
4.9
4.9 44444
4.9
4.9
40
40
40
40
40
40
3.4 3.4
3.4
3.4
3.4
3.4 3.4
3.4
3.4
3.4
3.2 5.1
3.2 5.1
5.1
5.1
5.1 metres

-0.6 83 °
6.1
6.1
6.1
6.1
6.1
6.1
6.3
6.3
6.3
6.3
6.3
6.3 8.6
8.6
8.6
8.6
8.6
8.6 5.4
5.4
5.4
5.4
5.4
-0.6 83 °

1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
1.1
7.7
7.7
7.7
7.7
7.7
7.7 7.9
7.9
7.9
7.9
7.9
7.9 333333 0.4
0.4
0.4
12.3
12.3
12.3 0.4
0.4
0.4
12.3
12.3
12.3
999999 4.2
4.2
4.2
4.2
4.2
4.2
3.5
3.5
3.5
11.9
11.9
11.9
11.9
11.9
11.9
3.5
3.5
3.5
5.6 1.1
5.6
5.6
5.6
5.6
5.6 1.1
1.1
1.1
1.1 00 125
125 250
250
1.2
1.2
1.2
1.2
1.2 000000
9.6
9.6
9.6
9.6
9.6
9.6
3.7
3.7
3.7
3.7
3.7
3.7
1.6
1.6
1.6
1.6
1.6
1.6 1.2
1.2
1.2
1.2
1.2
1.2 metres
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8
9.8 0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
0.7
4.7
4.7
4.7
4.7
4.7
4.7 2.1
2.1
2.1
2.4
2.4
2.4
2.4
2.4 2.1
2.1
2.1
-0 .68 4 °

2.4
3.7
3.7
3.7
3.7
3.7
111.896 ° 111.897 ° 111.898 ° 111.899 ° 111.9 ° 111.901 ° 111.902 ° 111.903 ° 111.904 °
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8
1.8

Gambar 9. Peta Radiometri Uranium [10]

Dikarenakan kompleksitas korelasi dan dominasi keberadaan mineralisasi, bijih yang


dikorelasikan hanya bijih sejajar dengan bidang foliasi (S1). Langkah awal dari interpretasi
zona bijih adalah dengan pembuatan penampang tegak lurus BM berjarak 40 m. Korelasi
pada penampang dilakukan secara manual untuk masing-masing BM. Setelah keseluruhan
pekerjaan penampang selesai, BM pada masing-masing penampang dikorelasikan dan
menjadi tubuh bijih (Gambar 9).

337
Pemodelan Geologi dan Estimasi... ISSN: 2355-7524
Heri Syaeful, dkk.

N S

BM5
BM7
BM8
BM9
BM10
BM14
BM15
BM17
BM19
BM20
BM21
BM23
BM24
BM25
BM26
BM27
BM28
BM29
BM32
BM33 BM40
BM41
BM35
BM36
BM37 BM46
BM38 BM42
BM43 BM49

Gambar 10. Penampang BM (Kiri) dan Tubuh Bijih di dalam Lapisan Favorabel (Kanan)

3.3. Estimasi Sumberdaya Uranium


Estimasi sumberdaya uranium di Sektor Lemajung, seperti telah uraikan diatas
pernah dilakukan pada tahun 1994/1995 dengan hanya menggunakan data 26 lubang bor
hasil pemboran BATAN yang terdiri dari 20 pemboran inti dan 6 pemboran non inti
diperoleh hasil sumberdaya sebesar 494,34 ton U3O8 termasuk kategori sumberdaya
terindikasi. Pada tahun 1995 Estimasi sumberdaya U dilanjutkan dengan penambahan data
2 titik bor. Estimasi menggunakan data dari 28 lubang bor menggunakan metoda krigging
dengan bantuan software Surfer 4, ukuran blok estimasi 25 m x 25 m, searching radius 50 m
dan nearest point 2. Dikarenakan keterbatasan perangkat lunak pada saat itu tidak dilakukan
pemodelan geologi secara tiga dimensi. Hasil estimasi diperoleh sumberdaya sebesar 691,27
ton U3O8 terkandung dalam 1.214.274 ton bijih dengan rerata kadar U3O8 0,050%, blok
terestimasi 853 dengan total luas area 533.125 m2 termasuk kategori sumberdaya
terindikasi[3].
Tujuan utama dari estimasi sumberdaya uranium pada penelitian ini adalah
mengestimasi sumberdaya uranium dengan kategori terukur. Standar yang digunakan
dalam menentukan klasifikasi sumberdaya uranium pada penelitian ini adalah standar
United Nation Framework Classification (UNFC). UNFC adalah sistem berbasis prinsip
generik di mana kuantitas diklasifikasikan atas dasar tiga kriteria fundamental, yaitu
kelayakan ekonomi dan sosial (Economic/E), status proyek lapangan dan kelayakan
(Feasibility/F), dan pengetahuan geologi (Geology/G), menggunakan sistem pengkodean
numerik. Kombinasi ketiga kriteria ini membuat sistem tiga dimensi (Gambar 11)[11].

338
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 ISSN: 2355-7524
Pontianak, 19 Juni 2014

Gambar 11. Kategori dan Contoh Klasifikasi pada UNFC-2009[11]

Sumberdaya mineral terukur dalam klasifikasi UNFC termasuk dalam kode 331 (EFG).
Kode angka 3 pertama menjelaskan sumbu ekonomi, yaitu Berintrinsik Ekonomis (E3) atau
evaluasi ekonomi masih pada tahap awal untuk menentukan kelangsungan ekonomi. Kode
angka 3 kedua menjelaskan kelayakan proyek yaitu Studi Geologi (F3), pada tahap ini
kelayakan ekstraksi pada suatu proyek pengembangan atau operasi penambangan tidak
dapat dievaluasi karena keterbatasan data teknis. Kode angka 1 menunjukkan status
eksplorasi yaitu Eksplorasi Detail (G1), kuantitas yang berasosiasi dengan endapan dapat di
estimasi dengan level kepercayaan yang tinggi. Sumberdaya mineral terukur dapat juga di
jelaskan dengan bagian sumberdaya mineral dimana tonase, densitas, ukuran, karakteristik
fisik, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat kepercayaan yang
tinggi, yaitu berdasarkan tingkatan Eksplorasi Detail[12]. Eksplorasi Detail adalah tahap
eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam 3-dimensi terhadap endapan mineral yang
telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.
Jarak pencontohan sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan
kualitas dan ciri-ciri yang lain dari endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan
tingkat ketelitian yang tinggi[13].
Tahapan selanjutnya dalam estimasi sumberdaya adalah penentuan beberapa
parameter penting, yaitu cut-off grade (COG), searching radius (jari-jari pengaruh), ukuran
blok pada blok model, dan densitas batuan. COG yang digunakan dalam estimasi adalah
100 ppm (0.01 %) U3O8. Way Lake Uranium Project, Kanada, pada tipe mineralisasi urat dan
kontrol struktur, digunakan COG 100 ppm[14], sedangkan di konsesi Corachapi, Collibri 2&3,
dan Kihitian di Macusani plateau-Peru yang merupakan endapan uranium tipe permukaan,
COG yang digunakan 75 ppm[15]. Nilai searching radius didapatkan dari hasil analisis
kemenerusan tubuh bijih. Pemboran LEML 40 pada 2013 bertujuan untuk menganalisis
kemenerusan tubuh bijih. LEML 40 terletak di tengah titik bor LEML 15A, LEML 21, dan
LEML 29. Jarak horizontal diantara keempat titik bor tersebut antara 21-29 m. Berdasarkan
pengamatan kemenerusan bijih, disimpulkan dalam jarak horizontal 25 m bijih dapat
dikorelasikan atau termasuk sumberdaya terukur. Sedangkan untuk klasifikasi sumberdaya
terindikasi ditetapkan 50 m, dan tereka 100 m. Dalam skala vertikal searching radius yang
digunakan disesuaikan dengan ketebalan masing-masing BM. Ukuran blok untuk estimasi
berdasarkan ukuran bijih, dimana terdapat sampai dengan ukuran milimetrik-centimetrik,

339
Pemodelan Geologi dan Estimasi... ISSN: 2355-7524
Heri Syaeful, dkk.

maka ukuran blok ditetapkan seminimal mungkin dalam hal ini 4x4x2 m dengan sub blok
0,5x0,5x0,25 m. Densitas bijih dihasilkan dari analisis laboratorium sebanyak 8 buah contoh.
Hasil analisis menunjukkan rata-rata densitas 3,69 gr/cm3.

Gambar 12. Estimasi Sumberdaya Menggunakan Metoda Blok Model untuk Bidang
Mineralisasi 19 (BM 19)

Metoda statistik yang digunakan adalah inverse distance estimation dengan terlebih
dahulu menganalisis bentuk elipsoid yang sesuai untuk masing-masing BM. Bearing untuk
elipsoid berkisar antara 55,09 sampai 90,00°, dipping antara -30 sampai -40°, dan plunge
antara 0 sampai -40,27°. Sebagai top cut dari angka outliers, metode 95% confidence interval
diterapkan. Metoda 95% confidence interval merupakan nilai rata-rata ditambah 1,96 x
standar deviasi. Hasil estimasi sumberdaya menggunakan blok model dilaksanakan secara
bertahap untuk masing-masing BM (Gambar 12).
Hasil dari estimasi sumberdaya terukur diketahui kadar BM terendah adalah 0,07 %
U3O8 pada BM 15 dan tertinggi 0,28 % U3O8 pada BM 45. Jumlah U3O8 terendah pada BM 51
dan tertinggi pada BM 19 mencapai 103,07 ton (Gambar 13). Total sumberdaya terukur
adalah 708 ton eU3O8 dengan rata-rata kadar 0,08 % atau 808 ppm U3O8, sedangkan
sumberdaya terindikasi 199 ton dengan rata-rata kadar 0,076 % atau 760 ppm U3O8.
120

100

80
Jumlah U3O8 (Ton)

60

40

20

-
BM 01
BM 03
BM 05
BM 07
BM 09
BM 11
BM 13
BM 15
BM 17
BM 19
BM 21
BM 23
BM 25
BM 27
BM 29
BM 31
BM 33
BM 35
BM 37
BM 39
BM 41
BM 43
BM 45
BM 47
BM 49
BM 51

Bidang Mineralisasi

Gambar 13. Jumlah Tonnase U3O8 pada Bidang Mineralisasi

340
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014 ISSN: 2355-7524
Pontianak, 19 Juni 2014

4. KESIMPULAN
Pekerjaan pemboran eksplorasi/evaluasi, pemetaan geologi, dan pemetaan radiometri
dilaksanakan di Sektor Lemajung – Kalan pada tahun 2013 sebagai bagian dari kegiatan re-
evaluasi dan peningkatan kategori sumberdaya uranium dari terindikasi menjadi terukur.
Tahapan kegiatan re-evaluasi sumberdaya yaitu pembuatan basis data, interpretasi geologi
dan pemodelan, dan estimasi sumberdaya mineral. Perangkat lunak yang digunakan dalam
kegiatan re-evaluasi sumberdaya adalah Gemcom Surpac. Klasifikasi sumberdaya terukur
yang dihasilkan dari penelitian ini termasuk dalam kode EFG 311 pada klasifikasi UNFC-
2009. Total sumberdaya terukur adalah 708 ton eU3O8 dengan rata-rata kadar 0,08 % atau 808
ppm U3O8, sedangkan sumberdaya terindikasi 199 ton dengan rata-rata kadar 0,076 % atau
760 ppm U3O8.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terimakasih pada rekan-rekan tim eksplorasi Lemajung 2013,
yaitu Manto Widodo, Suharji, Adi Gunawan M., Dhatu Kamajati, Sartapa, Mirza, Sihole,
Edy Soesanto, Safroedin, dan rekan-rekan tim pemboran dari PT. Dunggio Drilling dibawah
koordinasi Urip Katili atas hasil pekerjaan yang sangat profesional.

DAFTAR PUSTAKA
[1]. SOEPRAPTO, T., SOETOPO, B., SUBIANTORO, L., dan SETIAWAN, K., “Geologi
dan Mineralisasi Uranium Kalan, Kalimantan Barat – Model Termostratigrafi
Mineralisasi Uranium”, Kumpulan Laporan Hasil Penelitian P2BGGN, Jakarta, 2005.
[2]. DAHLKAMP, F. J., “Uranium Deposits of the World: Asia”, Springer, 2009.
[3]. MULJONO, D.S, NGADENIN, WISONO, TRIHONO, D., dan SUYADI, “Evaluasi
Sumberdaya Bahan Galian Nuklir di Sektor Lemajung: Pendataan Mineralisasi Bawah
Permukaan dan Pemetaan Struktur Geologi”, Penelitian Bidang ETP-P2BGN, Jakarta,
2000 (Tidak di publikasikan).
[4]. BANKEES, P., et al., “Estimation of Mineral Resources and Mineral Reserve – Best
Practice Guidelines”, Canadian Institute of Mining and Metallurgy and Petroleum
(CIM), Canada, 2003
[5]. GEMCOM SURPAC, “Geological Database”, Gemcom Software International Inc.,
Vancouver, 2012.
[6]. SUPARDJO, “Peta Topografi Sektor Lemajung Barat Skala 1:2000”, P2BGGN-BATAN,
1993, Tidak di publikasikan.
[7]. MWENIFUMBO, C. J., dan MWENIFUMBO, A. L., “Geophysical Logging Methods
for Uranium Geology and Exploration”, Geological Survey of Canada, Technical Note
4, Canada, 2013.
[8]. SUHARJI dan SLAMET, “Instruksi Kerja Interpretasi Log Gamma”, Pusat
Pengembangan Geologi Nuklir, Jakarta, 2008.
[9]. NGADENIN dan SULARTO, P., “Evaluasi Model Struktur Geologi dan Pola
Mineralisasi Uranium Sektor Lemajung Barat, Cekungan Kalan, Kalimantan Barat”,
Prosiding Presentasi Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir V PTBDU dan P2BGN –
BATAN, Jakarta, 2000
[10]. SYAEFUL, H., SARTAPA, GUNAWAN, A., SIHOLE, MIRZA, EDY SOESANTO,
SAFROEDIN, KAMAJATI, D., dan SUHARJI, “Inventarisasi Potensi Sumberdaya

341
Pemodelan Geologi dan Estimasi... ISSN: 2355-7524
Heri Syaeful, dkk.

Uranium di Lemajung, Kalan, Kalimantan Barat, Tahapan Pemboran Evaluasi –


Laporan Akhir Kegiatan 2013”, Pusat Pengembangan Geologi Nuklir – BATAN, Tidak
di publikasikan.
[11]. UNITED NATIONS, “United Nations Framework Classification for Fossil Energy and
Mineral Reserve and Resources 2009”, ECE Energy Series No. 39, New York and
Geneva, 2010
[12]. INDIAN BUREAU OF MINES, “Guidelines Under MCDR for United Nations
Framework Classification of Mineral Reserve/Resource”, http://ibm.gov.in/unfc.pdf,
2003
[13]. AMANDEMEN 1 – SNI 13-4726-1998, “Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan
Cadangan”, Badan Standardisasi Nasional, 1998
[14]. SKY HARBOUR Ltd., “Way Lake Uranium Project”, http://skyharbourltd.com/
projects/uranium/way_lake/, diakses pada 8 Juni 2014.
[15]. MASUCANI YELLOWCAKE INC., “Discovering Peru’s Uranium Potential”, Mining
Journal special publication, 2011

DISKUSI/TANYA JAWAB:
1. PERTANYAAN: Endiah PH (PTKRN – BATAN)
 Apa sebab jika terindikasi dan nilai terukur memiliki perbedaan yang demikian
besar?.

JAWABAN: Heri Syaeful (PTBGN-BATAN)


 Klasifikasi sumberdaya yang digunakan spekilakil terreka, terindikasi dan terukur. Masing-
masing punya perbedaan nilai terukur lebih besar kerena jauh pengaruh selakan dan nilai
sumberdaya terindikasi lebih sedikit karena jari-jari pengaruh 50m sehingga nilai
seumberdaya dikurangi nilai sumberdaya terukur.

2. PERTANYAAN: June Mellawati (PKSENN – BATAN)


 Isu ada emas sebagai mineral ikut apakahbenar dan layak secara ekonomi?
 Selain Kalan Kalbar, adakah lokasi lain di Kalbar yang ada posensi U nya?
 Masih studi Geologi yang U”? sampai kapan kiranya belum secara ekonomi U layak
di mining?

JAWABAN: Heri Syaeful (PTBGN-BATAN)


 Isu tersebut benar, masyarakat telah menambang emas tersebut, namun hasilnya tidak
signfikasikan.
 Ada, diantaranya Ella Ilir, A line namun tidak sebesar Kalan.
 Sekitar Lemajung masih secara geologi, untuk keekonomian perlu diteliti tentang
pengolahan, penambangan, social masyarakat, hukum dll.

342

Anda mungkin juga menyukai