A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
2. Gambaran Umum
Program Keluarga Berencana (KB) suatu adalah suatu upaya yang dilakukan dalam
mengendalikan perkembangan penduduk dengan cara mengatur kelahiran anak, jarak
serta usia ideal melahirkan, mengatur kehamilah melalui promosi, perlindungan dan
bantuan sesuai dengan hak reproduksi demi mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Hak kesehatan reproduksi adalah hak asasi manusia yang seharusnya diperoleh
masyarakat khususnya akseptor Keluarga Berencana (KB) melalui pelayanan KB
berkualitas yang menjadi program pemerintah. Pelayanan berkualitas termasuk kualitas
medik, artinya menawarkan metode kontrasepsi yang cocok dengan pelayanan yang
tersedia, ditunjang dengan konseling yang tepat, dan tenaga kesehatan (provider) yang
berkompeten secara teknis.
Tenaga kesehatan adalah seseorang yang mendedikasikan diri untuk kepentingan
masyarakat pada aspek kesehatan serta mempunyai ilmu, pengetahuan dan kompetensi
yang didapatkan melalui jenjang pendidikan kesehatan yang membutuhkan kewenangan
dalam menyelenggarakan upaya kesehatan.
Banyak hal yang menyebabkan pencapaian pelayanan KB belum sesuai harapan.
Salah satunya adalah berkurangnya jumlah petugas lapangan KB sehingga menyebabkan
pembinaan kesertaan ber-KB menjadi terbatas, jangkauan pelayanan KB tidak merata,
dan belum optimalnya kualitas pelayanan KB.
Dan masalah yang sering dihadapi dalam upaya peningkatan pemakaian KB adalah
keterbatasan jumlah tenaga kesehatan, sehingga mempengaruhi kinerja bidan/tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan KB.
Banyak petugas kesehatan yang memfasilitasi terlaksananya program nasional ini,
diantaranya adalah perawat dan bidan. Peran tenaga kesehatan dalam merealisasikan
program KB di tengah masyarakat salah satunya adalah sebagai konselor. Ketika tenaga
kesehatan berperan sebagai konselor diharapkan membimbing wanita pasangan usia
subur untuk mengetahui tentang KB dan membantu wanita pasangan usia subur untuk
memutuskan alat kontrasepsi yang akan digunakan. Penggunaan alat kontrasepsi pada
wanita pasangan usia subur sangat penting karena dapat mengatur angka kelahiran dan
jumlah anak dalam keluarga, membantu pemerintah mengurangi resiko ledakan
penduduk, serta menjaga kesehatan wanita usia subur
Bidan mempunyai peran dalam meningkatkan tingkat pemakaian KB sebagai
tindakan preventif terutama bagi wanita dengan resiko 4 (empat) terlalu, yaitu:
terlalu muda (usia di bawah 20 tahun),
terlalu tua (usia di atas 35 tahun),
terlalu dekat (jarak kelahiran antara anak yang satu dengan yang berikutnya kurang
dari 2 tahun), dan
terlalu banyak (mempunyai anak lebih dari 2)
Tugas yang cukup berat ini menuntut bidan untuk meningkatkan kompetensinya,
sehingga akan tercapai pelayanan kebidanan yang berkualitas. Salah satu faktor
pendukung peningkatan kompetensi bidan yaitu adanya motivasi kerja yang dimiliki oleh
bidan.
Motivasi kerja bidan sebagai daya pendorong yang membuat bidan
mengembangkan kreativitas dan menggerakkan segala kemampuannya demi mencapai
prestasi kerja yang optimal. Bidan yang berkompeten, memerlukan motivasi kerja yang
tinggi dalam memberikan pelayanan kebidanan, sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan kebidanan.
Bidan sebagai provider dalam pelayanan kebidanan bertanggung jawab terhadap
dokumentasi kebidanan, salah satunya dokumentasi pada pelayanan KB yaitu informed
consent. Salah satu peran bidan dalam upaya peningkatan pemakaian KB, yaitu dengan
memberikan informed choice sebelum calon peserta membuat keputusan dan memilih
alat kontrasepsi.
3. Tujuan
1. Umum
2.Khusus
a. Untuk mengetahui petugas kesahatan/bidan terhadap penggunaan kontrasepsi
pada Ibu
b. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi petugas kesahatan/bidan dengan
kepatuhan pemberian informed consent pada pelayanan Keluarga Berencana (KB)
c. Untuk mengetahui pengaruh empati petugas kesehatan/bidan terhadap
penggunaan kontrasepsi pada Ibu
d. Untuk mengetahui pengaruh sikap petugas kesehatan/bidan terhadap penggunaan
kontrasepsi pada Ibu
e. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelayanan
keluarga berencana (KB)
4. Sasaran Kegiatan
Adapun sasaran kegiatan pertemuan ini adalah petugas pengelola logistik dan alat
obat kontrasepsi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Fasyankes KB yang
telah membuat Perjanjian Kerjasama dengan Dinas Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kabupaten Tapanuli Tengah tentang Pelayanan Keluarga
Berencana melalui Dana BOKB Operasional Penggerakan Pelayanan KB Kab.
Tapanuli Tengah T.A 2023 yaitu antara lain:
B. Penerima Manfaat
Adapun penerima manfaat atau sasaran kegiatan ini adalah pasangan usia subur (PUS)
Kabupaten Tapanuli Tengah.
1. Pelayanan KB dilakukan oleh tenaga kesehatan baik dokter atau bidan yang memiliki
kompetensi pelayanan kebidanan dan bertugas di Fasilitas Pelayanan Kesehatan baik
pemerintah maupun swasta, serta tempat Praktek Mandiri Bidan (PMB) yang telah
menjalin kerjasama dengan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Kab Tapanuli Tengah.
Sumber dana yaitu Dana Alokasi Umum APBD Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun
Anggaran 2023 dengan total senilai Rp. 49.998.494 (Empat puluh sembilan juta sembilan
ratus sembilan puluh delapan ribu empat ratus sembilan puluh empat rupiah).
E. Pelaporan
Pelaksanaan kegiatan Peningkatan kompetensi Pengelola dan Petugas Logistik Alat dan
obat kontrasepsi dan sarana penunjang pelayanan KB dalam bentuk Laporan Pertanggung
jawaban dari Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).
PEJABAT PELAKSANA
TEKNIS KEGIATAN